Oleh:
Harlena Paskaria Wowor
71135314027
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MANADO
2016
1. Rapid Diagnosis
Rapid Diagnosis Test (RDT) adalah tes diagnostic untuk
keperluan medis yang mudah dilakukan serta memberikan hasil
yang cepat. Beberapa contoh rapid test antara lain :
Prosedur :
a. Stik ditulis nomor sampel
b. Pipet sampel sebanyak 100l menggunakan mikropipet dan
teteskan dalam sumuran pada alat tes
c. Tambahkan 3 tetes buffer HBsAg
d. Tunggu hasilnya selama 15 menit
e. Catat hasilnya pada blangko sampel
Interpretasi hasil
hasil negatif jika hanya muncul strip merah pada control dan
pada blangko ditulis NR (Non Reaktif), jika hasil positif muncul 2
strip merah pada stik dan pada blangko ditulis R (Reaktif)
b. Pemeriksaan HCV
Prinsip
Pada bagian membran penyaring mengandung campuran
kombinasi antigen HCV dimana sangat spesifik untuk
mengidentifikasi anti HCV dengan sensitifitas yang tinggi. Ada 2
bagian yaitu bagian test dan control pada membran tes akan
membentuk garis warna ungu pada bagian membran tes jika sampel
mengandung anti HCV. Jika kadar anti HCV rendah atau tidak
mengandung anti HCV maka tidak akan ada garis warna ungu pada
bagian tes.
Prosedur :
a. Stik ditulis nomor sampel
b. Pipet sampel sebanyak 10l menggunakan mikropipet, letakkan
dalam sumuran pada alat tes c. Tambahkan reagen buffer HCV
sebanyak 3 tetes
d. Tunggu hasilnya selama 15 menit
Interpretasi hasil
hasil negatif jika hanya muncul strip merah pada control dan
pada blangko ditulis NR (Non Reaktif), jika hasil positif muncul 2
strip merah pada stik dan pada blangko ditulis R (Reaktif)
c. Pemeriksaan HIV = SD BIOLINE HIV-1
Tes ini merupakan tes immunochromatographic untuk diferensial
dan deteksi kualitatif dari semua isotypes (IgG, IgM, IgA) Antibodi
spesifik untuk HIV-1 termasuk subtipe O dan HIV-2 secara bersamaan
dalam serum manusia, plasma atau seluruh darah.
Prinsip
Membran pada zona tes pertama mengandung antigen HIV-1 dan
zona tes dua mengandung antigen HIV-2. Antigen recombinant yang
Prosedur :
a. Stik ditulis nomor sampel
b. Pipet sampel sebanyak 10l menggunakan mikropipet, letakkan
dalam sumuran pada alat tes c. Tambahkan reagen buffer HIV
sebanyak 3 tetes
d. Tunggu hasilnya selama 15 menit
e. Jika hasil positif lanjutkan ke test selanjutnya
Interpretasi hasil
hasil negatif jika hanya muncul strip merah pada control dan
pada blangko ditulis (negatif), jika hasil positif muncul 2 strip merah
pada stik dan pada blangko ditulis (positif)
2. Uji Hambatan
Uji hambatan aglutinasi adalah uji serologis rutin. Untuk
uji HH digunakan metode Hatcher (1984), berguna untuk
3. Aglutinasi
Uji aglutinasi merupakan salah satu uji serologi yang digunakan
untuk mendiagnosa suatu penyakit. Uji aglutinasi ini dapat dilakukan
dengan menambahkan antibody yang homolog pada antigen yang
dapat berupa sel ataupun partikel lateks yang telah di serapi antigen
yang dapat larut. Penambahan antibody pada partikel lateks ini dapat
menyebabkan terjadinya proses aglutinasi atau penggimpalan.
Sehingga menyebabkan terbentuknya agregat sel-sel yang kasat mata.
Proses penggumpalan ini disebabkan akrena antibody berlaku sebagai
jembatan untuk membentuk jaringan kisi-kisi antibody dan antigen
partikulat sehingga membentuk gumpalan.
a. Uji Aglutinasi Slide
4. Netralisasi
Uji netralisasi adalah pengujian serologi terhadap virus dengue
yang paling spesifik dan sensitive. Protocol yang paling sering
digunakan dalam laboratorium adalah uji penetralan reduksi plaque
cairan serum. Pada umumnya titer penetralan antibody meningkat
pada saat yang sama atau sedikit lebih lambat dai pada titer antibidi HI
dan ELISA tetapi jauh lebih cepat daripada titer antibody CF dan
betahan minimal selama 48 tahun. Oleh karena NT lebih sensitive
maka penetralan antibody diwujudkan dengan tidak ditemukan
antibody Hi pada beberapa orang yang pernah menderita infeksi
dengue. Secara umum respon penetralan antibody monotype diamati
dalam serum pada waktu fase penyembuhan. Pada kasus-kasus yang
memberikan respon tunggal, interpretasi dari semua pengujian
umumnya dapat dipercaya. NT dapat digunakan untuk pembelajaran
disesuaikan satu dengan yang lain dan berada dalam jumlah atau titer
yang optimal.
sebelum melaksanakan pemeriksaan pada sampel penderita,
terlebih dahuludilakukan uji pendahuluan untuk menstandarisasi titer
hemolisin dan titer komplemen yangdipakai pada sistem uji ini.Titer
hemolisin ditentukan oleh pengenceran tertinggi hemolisin yang
masih dapatmelisiskan eritrosit berkonsentrasi 2% secara lengkap, bila
ada komplemen. Titer hemolisinini disebut 1 unit dan untuk
pemeriksaan sampel penderita dipakai 2 unit.Oleh karena uji fiksasi
komplemen melibatkan suatu sistem yang terdiri atas berbagaireaktan,
disamping titrasi hemolisin dan komplemen diatas, setiap reaktan
harus diujiterhadap ada tidaknya faktor penghambat atau faktor yang
meningkatkan aktivasikomplemen (antikomplemen atau
prokomplemen). Untuk keperluan ini, pada titrasikomplemen
diikutsertakan antigen dan antigen kontrol, serta pada pemeriksaan
sampel selalu harus diikutsertakan kontrol serum positif maupun
negative.
Cara kerja :I. Uji Pendahuluan
Titrasi hemolisina.
1. Sediakan 9 tabung reaksi. Masukkan kedalam tabung pertama
dan seterusnya larutanpenyangga dengan volume seperti pada
gambar.b.
2. Masukkan 1,0 ml hemolisin yang telah diencerkan 1:100
kedalam tabung pertama, lalucampur kemudian pindahkan 1 ml
kedalam tabung berikutnya, demikian seterusnya hinggatabung
terakhir.
6. ELISA
Prinsip Dasar Teknik ELISA
Prinsip dasar dari teknik ELISA ini secara simple dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada
suatu permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu penempelan secara non spesifik
dengan adsorbs ke permukaan microtiter, dan penempelan secara
spesifik dengan menggunakan antibody atau antigen lain yang bersifat
spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji (cara ini digunakan
pada teknik ELISA sandwich). Selanjutnya antibodi atau antigen
spesifik yang telah ditautkan dengan suatu enzim signal (disesuaikan
dengan sampel => bila sampel berupa antigen, maka digunakan
antibodi spesifik , sedangkan bila sampel berupa antibodi, maka
digunakan antigen spesifik) dicampurkan ke atas permukaan tersebut,
sehingga dapat terjadi interaksi antara antibodi dengan antigen yang
bersesuaian. Kemudian ke atas permukaan tersebut dicampurkan
suatau substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal. Pada saat
substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut
dengan antibodi atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan
antibodi atau antigen sampel akan bereaksi dengan substrat dan
menimbulkan suatu signal yang dapat dideteksi. Pda ELISA
flourescense misalnya, enzim yang tertaut dengan antibodi atau
antigen spesifik akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan
signal yang berupa pendaran flourescense.
Macam-macam Teknik ELISA
A. ELISA Direct
virus:
antigen virus)
b.
c.
Pendeteksian Infeksi
Chlamydia
Hepatitis B dan C
Toxoplasma Gondii
Cocain
Opium
marijuana.
7. PCR
Polymerase Chain Reacton (PCR) adalah suatu teknik sintesis dan
amplifikasi DNA secara in vitro. Teknik ini pertama kali
dikembangkan oleh Karry Mullis pada tahun 1985. Teknik PCR dapat
digunakan untuk mengamplifikasi segmen DNA dalam jumlah jutaan
kali hanya dalam beberapa jam. Dengan diketemukannya teknik PCR
di samping juga teknik-teknik lain seperti sekuensing DNA, telah
Daftar Pustaka
-http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Jan09/Artikel%20dr.Vivi
%20depkesi.pdf
-https://www.scribd.com/doc/164556737/Uji-Fiksasi-Komplemen
-Agnes R.I , . 2010. Rapid Test Diagnostic for Dengue, Tifoid,
Malaria and Leptospirosis. Hasan Sadikin hospital/ University of
Padjadjaran Bandung. P.1-8