Anda di halaman 1dari 6

1.

2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit degeneratif di Desa
Condong Kecamatan Condong Kabupaten Probolinggo tahun 2016?
2. Bagaimana meningkatkan kepatuhan berobat pasien dengan penyakit degeneratif
melalui kartu di Desa Condong Kecamatan Condong Kabupaten Probolinggo tahun
2016?
1.3 Tujuan
1. Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit degeneratif di Desa
Condong Kecamatan Condong Kabupaten Probolinggo.
2. Untuk meningkatkan kepatuhan berobat pasien dengan penyakit degeneratif melalui
kartu di Desa Condong Kecamatan Condong Kabupaten Probolinggo.
3. Untuk mengurangi morbiditas penyakit degeneratif pasien di Desa Condong
Kecamatan Condong Kabupaten Probolinggo.
1.4 Manfaat
1. Untuk meningkatkan kepatuhan berobat pasien penyakit degeneratif.
2. Sebagai bentuk pemicuan untuk meningkatkan pola hidup sehat dan teratur bagi
pasien dengan penyakit degeneratif.

Prevalensi DM dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan jawaban pernah


didiagnosis dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen.
DM berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 2,1 persen.

Prevalensi hipertensi pada umur 18 tahun di Indonesia yang didapat melalui


jawaban pernah didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, sedangkan
yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat hipertensi
sendiri sebesar 9,5 persen.
Jadi, terdapat 0,1 persen penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak
pernah didiagnosis hipertensi oleh nakes.
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur 18
tahun sebesar 25,8 persen.
Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi
di masyarakat tidak terdiagnosis.
Prevalensi DM, hipertiroid, dan hipertensi pada perempuan cenderung lebih
tinggi daripada laki-laki.
kecenderungan prevalensi DM berdasarkan wawancara tahun 2013 adalah 2,1
persen (Indonesia), lebih tinggi dibanding tahun 2007 (1,1%)
kecenderungan prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran yang
menunjukkan penurunan yang sangat berarti dari 31,7 persen tahun 2007
menjadi 25,8 persen tahun 2013. Asumsi penurunan, diperkirakan karena (i)
perbedaan alat ukur yang digunakan tahun 2007 tidak diproduksi lagi
(discontinue) pada tahun 2013, (ii) kesadaran masyarakat yang semakin
membaik pada tahun 2013. Asumsi (ii) terlihat pada gambar 3.5.3 dimana
prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis atau gejala meningkat. Hal ini
menunjukkan kesadaran masyarakat yang sudah memeriksakan diri ke tenaga
kesehatan agak meningkat sedikit.
kecenderungan prevalensi stroke berdasarkan wawancara menunjukkan
kenaikan dari 8,3 per mil tahun 2007 menjadi 12,1 per mil.

3.5.4. Diabetes melitus Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang


merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan

gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut


maupun relatif. Ada 2 tipe diabetes melitus yaitu diabetes tipe I/diabetes juvenile
yaitu diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak dan diabetes
tipe II yaitu diabetes yang didapat setelah dewasa. Gejala diabetes antara lain:
rasa haus yang berlebihan (polidipsi), sering kencing (poliuri) terutama malam
hari, sering merasa lapar (poliphagi), berat badan yang turun dengan cepat,
keluhan lemah, kesemutan pada tangan dan kaki, gatal-gatal, penglihatan jadi
kabur, impotensi, luka sulit sembuh, keputihan, penyakit kulit akibat jamur di
bawah lipatan kulit, dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi besar dengan berat
badan >4 kg. Didefinisikan sebagai DM jika pernah didiagnosis menderita
kencing manis oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita kencing
manis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala: sering lapar
dan sering haus dan sering buang air kecil & jumlah banyak dan berat badan
turun.

3.5.6. Hipertensi/Tekanan darah tinggi Hipertensi adalah suatu keadaan ketika


tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat
terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat
mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung
dan ginjal. Didefinisikan sebagai hipertensi jika pernah didiagnosis menderita
hipertensi/penyakit tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan) atau belum pernah didiagnosis menderita hipertensi
tetapi saat diwawancara sedang minum obat medis untuk tekanan darah tinggi
(minum obat sendiri). Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus
merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan
darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg. Kriteria JNC
VII 2003 hanya berlaku untuk umur 18 tahun, maka prevalensi hipertensi
berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung hanya pada penduduk umur
18 tahun. Mengingat pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk
umur 15 tahun maka temuan kasus hipertensi pada umur 15-17 tahun sesuai
kriteria JNC VII 2003 akan dilaporkan secara garis besar sebagai tambahan
informasi.

Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak


mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit
degeneratif tersebut antara lain penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh
darah) termasuk hipertensi, diabetes mellitus dan kanker. Penyakit-penyakit ini
sulit untuk diperbaiki yang ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang
dipengaruhi gaya hidup. Gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku yang
berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya (Brunner & Suddarth, 2002; Notoatmodjo, 2010).
Salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan yang mempunyai
tingkat mortilitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan
produktivitas seseorang adalah penyakit hipertensi dan diabetes melitus
(Notoatmojo, 2010).
Sindrom metabolik didefinisikan sebagai sekelompok kondisi klinis tertentu yang
meliputi obesitas viseral, hiperglikemia, dislipidemia dan hipertensi. Faktorfaktor
penyusun sindrom metabolik tersebut menjadi faktor risiko yang bermakna
untuk pengembangan terjadinya penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus
tipe 2 (DMt2) (Bahadir et al., 2007). Resistensi insulin dan obesitas sentral
diduga menjadi patogenesis yang mendasari terjadinya sindrom metabolik (IDF,
2006). Prevalensi sindrom metabolik di Asia Timur sekitar 8-13% pada pria dan
2- 18% pada wanita dan mencapai 40% pada usia 60 tahun. Prevalensi sindrom
metabolik juga meningkat pada ras tertentu, di Amerika Serikat tertinggi pada
ras Afrika Amerika karena mereka mempunyai kondisi obesitas, hipertensi dan
diabetes. Peningkatan sindrom metabolik pada ras tertentu membuat kriteria
diagnosis bervariasi (Wang, 2012).
Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan kelebihan lemak di tubuh
yang berlebihan pada seseorang. Umumnya, obesitas ditentukan menggunakan
Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu perbandingan berat badan (dalam kilogram)
dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Pada usia 0-20 tahun, indeks massa
tubuh ditentukan dengan memplot IMT menggunakan grafik Indeks Massa Tubuh
CDC 2000, yaitu di atas persentil 95. Sedangkan pada usia lebih dari 20 tahun,
menurut kriteria WHO untuk kawasan Asia Pasifik, obesitas ditentukan jika IMT >
25. Prevalensi obesitas dan overweight di Indonesia sendiri juga masih tinggi.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, prevalensi
obesitas pada penduduk berusia15 tahun Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
(IMT) adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi
overweight pada anak-anak usia 6-14 tahun adalah 9,5% pada laki-laki dan 6,4%
pada perempuan (Depkes, 2009). Perubahan gaya hidup dari sebagian besar
masyarakat Indonesia menjadi kebarat-baratan (westernisasi), berupa pola
makan berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik dan berolahraga karena
kesibukan, telah menimbulkan akibat berupa meningkatnya prevalensi obesitas
dan sindroma metabolik (SM).

Anda mungkin juga menyukai