Anda di halaman 1dari 11

Dayak kenyah

Dayak Kenyah adalah suku Dayak yang termasuk rumpun Kenyah-Kayan-Bahau


yang berasal dari daerah Baram, Sarawak. Dari wilayah tersebut suku Kenyah memasuki
Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur melalui sungai Iwan di Sarawak terpecah dua
sebagian menuju daerah Apau Kayan yang sebelumnya ditempati suku Kayan dan sebagian
yang lainnya menuju daerah Bahau. Pergerakan suku ini menuju ke hilir akhirnya sampai ke
daerah Mahakam dan akhirnya sebagian menetap di Kampung Pampang Samarinda Utara,
Samarinda. Sebagian lagi bergerak ke hilir menuju Tanjung Palas. Suku Kenyah merupakan
2,4% penduduk Kutai Barat.

Klan besar Dayak Kenyah, konon, berasal dari keturunan para pedagang Cina dan
suku Barunai (Brunai Darussalam). Kami berasal dari Sungai Baram, wilayah suku
Barunai, ujar Labu Usad, kepala desa Nawang Baru. Karena sering berperang dengan suku
Barunai lainnya, akhirnya berpencar menjadi empat wilayah. Satu diantaranya mendiami
Dataran Apo Kayan. Dalam perkembangannya, Klan ini terbagi menjadi 30 subsuku, yang
memiliki nama tersendiri dan masing-masing memiliki kepala adat. Tak jelas, sejak kapan
terjadi perpecahan dalam Klan besar ini. Namun, mengapa sampai terjadi perpecahan, itu
hanya dapat diterangkan dengan kata Sahibul Hikayat.
Alkisah, Batang Laing-salah seorang kepala suku menugaskan delapan warganya,
empat lelaki dan empat wanita, untuk membuat Yunan (alat peras tebu). Yunan adalah syarat
meminta restu kepada Dewa Peselong Loan. Tum ta mita tan ya leka - Tolonglah kami
mencari tanah subur. Seorang dukun yang memimpin upacara kesurupan, sembari berkata,
A Untana ya suk tana Lurah Tana ya leka ya bileng Ada tanah yang subur dan luas di
lembah lurah yang jauh.
Petunjuk untuk menemukan tanah perjanjian itulah yang memunculkan perbedaan
pendapa. Klan besar Dayak Kenyah mengalami pemencaran, sesuai dengan penafsiran
masing-masing tentang letak tanah dimaksud, sampai kemudian membentuk kelompok
menjadi 20 - 30 subsuku. Meski tempat tinggal antar subsuku ini berpisah, tetap berada
dilembah yang sama. Yaitu, membujur sepanjang Apo Kayan Dataran Tinggi Kayan.
Masing-masing subsuku mempunyai swing-awing (keputusan adat tersendiri). Kecuali itu,
setiap subsuku memiliki otonomi atas wilayah kerja tersendiri misalnya atas daerah
perburuan, ladang, sebagai hak ulayat masing-masing.

Dayak Kenyah, yang mendiami pulau kalimantan/borneo, khususnya kalimantan timur,


terdiri dari 22 Sub suku (yang dapat didata) . Setiap sub suku biasanya disebut lepoq/umaq,
yaitu:
1.

Kenyah Bakung

2.

Kenyah Lepok Bam

3.

Kenyah Lepok Jalan

4.

Kenyah Lepok Tau'

5.

Kenyah Lepok Tepu

6.

Kenyah Lepok Ke

7.

Kenyah Umag Tukung

8.

Kenyah Umag Maut

9.

Kenyah Lepok Timei


10. Kenyah Lepok Kulit
11. Kenyah Umag Lasan
12. Kenyah Umag Lung
13. Kenyah Uma Kelep

Yang membedakan diantara sub suku dayak kenyah ini adalah mengenai cara
pengucapan akhir kata, (setiap sub suku mempunyai ciri khas dialek/logat yang berbeda
beda). Suku dayak kenyah di kalimantan timur tersebar di seluruh kabupaten/kota madya,
mereka biasanya hidup berkelompok di desa/kampung. Saat ini suku dayak kenyah mendiami
sekitar 80 desa/kampung di kaltim. Mata pencarian sebagian Orang Dayak Kenyah adalah
pertanian (sistem berladang), berburu, sebagai karyawan di perusahaan kayu, perkebunan
sawit, tambang batu bara, karet, ada juga yg berhasil menjadi PNS dan pejabat di provinsi
dan
kabupaten/kota.
Tempat tinggal Rumah rumah tinggal mereka masih khas. Uma Dadu atau Lamin adalah
rumah asli peninggalan Dayak Kenyah yang masih utuh. Rumah adat ini dibuat dari kayu
ulin, beratap sirap. Lamin di hiasi lukisan daun paku simetris dengan aneka warna.
Bentuknya sebagian menyerupai tattoo di tangan kaum wanitanya . Mereka juga dikenal
mahir membuat manik-manik dan pemahat handal patung Totem.
Hubungan kekerabatan Hubungan kekerabatan mereka mengikuti garis keturunan
patrilinial. Dalam satu lamin dapat dijumpai hidup beberapa keluarga, mulai dari orang tua,
anak, cucu, sepupu hingga keponakan. Dahulu kala sebuah lamin malah dapat menampung
lebih dari 100 KK, sehingga tidak ada bentuk keluarga batih mutlak. Batih baru ada kalau
sekiranya pasangan suami istri mau memisahkan diri dari lamin. Namun hal ini jarang
dilakukan, karena pertimbangan ekonomi. Sebab, dengan memilih tinggal didalam lamin,
segala persoalan dan kebutuhan sehari-hari menjadi tanggung jawab bersama. Hidup
komunal demikian, tentu ada resikonya. Kerahasiaan menjadi kosakata yang nyaris tak
mereka kenal. Kerahasiaan personal menjadi demikian tipis, agaknya hanyalah setebal
kelambu.
Namun demikian mereka tetap taat pada adat lamin yang sehari-hari dikendalikan
oleh kepala adat. Di dalam lami, kepala adapt menempati kamar bagian tengah. Bagi mereka,
kepala adat adalah orang yang dipilih menurut garis keturunan bangsawan, yang dapat
melindungi dan berwawasan luas tentang adat setempat. Dalam struktur masyarakat, posisi
kepala adat berada dibawah kepala desa. Namun, dalam keseharian, kepala adat tampak lebih
dihormati ketimbang kepala desa. Kepercayaan Suku dayak Kenyah, yang menjadi penduduk
asli Apo Kayan, sebagian besar beragama Kristen dan Katolik. Sebagian kecil, terutama
orang tua, masih ada yang animisme. Belakangan, seiring dengan masuknya para pendatang
ke daerah ini, pemeluk islam sudah mulai bermunculan.
Mata Pencaharian Mata pencaharian mereka bertani. Umumnya, sebagai peramu hasil
hutan dan peladang berpindah. Perladangan dilakukan dengan sistem rotasi alam selama 4-7
tahun. Di desa Long Payao, Sei Anai, dan Metun I, sistem rotasinya sampai 10 tahun. Inilah,
agaknya, mengapa suku Dayak kerap dituding sebagai perusak lingkungan hutan.
Kesenian Tradisional Warga Dayak Kenyah tetap mempertahankan budaya leluhurnya,
seperti menenun, mengukir, dan membuat aneka kerajinan tangan. Bagi para wisatawan yang
ingin membeli souvenir, di Desa Pampang banyak orang yang menjajakan berbagai pernak
pernik dari yang kecil hingga yang besar seperti gantungan kunci dan patung kayu.
Dayak kenyah juga sangat terkenal dengan seni tari tradisionalnya seperti : tari datun julut,
kanjet pepatei/tari perang, Kancet Punan Lettu, Kancet Nyelama Sakai, Hudog, Manyam,

Pamung Tawai, Burung Enggang, dan tari Leleng, dll. Mereka memiliki alat musik yg sangat
unik, yaitu sejenis gitar biasa disebut sambeq, jatung utang (kolintang), kedirek, uding, gong,
dsb. Adapula upacara adat di Kenyah, yaitu adat tahunan Pelas Tahun atau disebut juga
Alaq Tau. Pelas Tahun ini merupakan kegiatan pengucapan rasa terima kasih kepada Tuhan
setelah panen raya yang jatuh setiap Juni, namun tanggalnya berbeda-beda tergantung hari
baik.
Transportasi Transportasi darat di daerah ini belum berkembang baik. Mereka lebih
menggunakan jalan setapak sebagai sarana komunikasi darat antara satu rumah atau satu
tempat. Alat transportasi populer yang cukup membantu adalah lewat sungai. Mereka
menggunakan ketinting (perahu motor) sebagai alat angkut, baik untuk manusia maupun hasil
pertanian. Bahasa Pengantar Suku Kenyah adalah klan besar suku dayak- diantara klan
Dayak di Kalimantan, Serawak, dan Sabah di Malaysia. Sebagai pengantar sehari-hari,
mereka menggunakan bahasa Kenyah, yang mengenal 14 dialek. Belakangan, munculnya
generasi muda suku Kenyah yang mendiami Apo Kayan, bahasa indonesia mulai dikenal.

Adat Kelahiran Dayak Kenyah


Jika ada istri dari Suku Dayak Kenyah melahirkan maka bunyi-bunyian gong dan
gendang terus dikumandangkan jangan sampai tangisan anak itu terdengar oleh binatangbinatang dihutan sebab itu adalah pantangan maka akan berkembang mitos Anakmu akan
sial sepanjang Zaman.
Upacara Pemberian Nama Dayak Kenyah
Bagi keluarga yang baru saja mendapat momongan harus mengundang seluruh
penduduk kampung yang berhak memberi nama adalah nenek, ibu, atau perempuan lain yang
berasal dari lingkungan keluarga mereka. Sedangkan laki-laki dan bahkan ayahnya sendiri
sangat dipantangkan memberikan nama. Bila anak mereka laki-laki Ayam jantan harus
dikorbankan Darahnya diletakan diatas mandau (parang) dan lalu dioleskan ketanah sebelah
kanan bayi dan bersama itu mantra dibacakan Berilah anak ini air kehidupan.

1.

Pengobatan Oleh Dayak Kenyah

Dukun dari suku dayak bernama Dayung dia bisa menyembuhkan sakit seseorang
dengan cara telur ayam di letakan diatas kepala dan yang Dayung pun mengucapkan Mantera
yaitu : Ni atau Sio diman, menyat tolong lait nyengau diterimahkan tolong berikan air
yang dapat menghidupkan. Kepada sisakit, ayam dibunuh lalu darahnya di teteskan
ketubuhnya, kepada hantu-hantu, doa dipanjatkan yaitu semoga penderita disembuhkan. Bila
si penderita tidak dapat tertolong di pukulah gong sebagai pemberitahuan kepada penduduk
yang ada dikampung atau di hutan bahwa sudah terjadi kematian, lelaki warga kampung
bersenjata membacoki dinding Rumah dan tiang-tiang sebagai tanda memerangi hantu-hantu
yang mengakibatkan kematian.
Kematian Dayak Kenyah
Mayat di berikan diatas tikar, keluarga si mati berkumpul bertangis-tangisan sambil
menyanyikan syair-syair pujian atas jasa almarhum yang telah meninggalkan keluarga.

Sementara itu, senjata-senjata perang harus diletakan disamping jenazah. Sungai terdekat
dengan kampung disediakan pedoman kaki mayat membujur ke hilir. Kepala mengarah ke
hulu menurut arus sungai mengalir. Peti mati, Lungun namanya, jenazah diberi harta dan
senjata perangnya. Empat hari empat malam mayat disemayamkan. Pemuda-pemuda
membuat tekalong atau rumah-rumahan, diatasnya duduk keluarga yang si mati, dihadapan
peti mati bertangis-tangisan, sementara itu kepala adat memberikan petuah kepada para
pemikul rumah-rumahan.
Tabu Kematian Dayak Kenyah
Bila perempuan Dayak kenyah mati melahirkan satu kampung harus membiarkan
kalau ditolong membawa bencana itulah perintah dari dewa-dewa. Penduduk kampung hanya
membuatkan peti mati yang diletakan diatas kuburan sedangkan mayat hanya diurus suami
sendiri atau saudara dari perempuan yang mati tersebut ke dalam kiba (kiba adalah sejenis
keranjang berukuran tinggi. Kiba dibuat dari anyaman rotan kiba diusung dibelakang dan
diberi tali untuk diusungkan ke kedua ketiak) mayat diletakan pada saat membawa kekuburan
jangan melewati rumah orang karena seluruh kampung akan kena bencana sial atau kalah
dalam perang itulah peraturan yang diberikan oleh roh nenek moyang.
Setangis Dayak Kenyah
Dalam acara upacara setangis di situlah seluruh keluarga menagis pelan-pelan, peti
mati dimasukan kedalam kubur diiringi bunyi-bunyian kelentengan gong dan gendang.
Setangis adalah upacara pemakaman yang diiringi kesenian JAMOK HARANG, main alu
dan sabung Ayam. Dalam upacara setangis dihidangkan ketan hitam, roti-rotian telur masak
dan segala macam makanan yang lain.
Rapat Adat Dayak Kenyah
Para peserta rapat harus berbaju kulit binatang dan bercawat kain hitam sebelum rapat
dimulai para peserta rapat memakan bubur tepung beras yakni sebagai lambang persatuan.
Sebagai acara kedua para peserta rapat beramai-ramai meminum air tapai (tape) sambil
menyanyikan lagu-lagu lama, acara ketiga kepala adat dipersilahkan memayungi seekor babi
sebagai lambang Perlindungan Tuhan Bunga Malan yang bisa memaafkan kesalahan semua
orang. Acara keempat kepala adat dipersilahkan menghidangkan delapan gelas jakan
(Minuman keras) kepada bangsawan tertinggi dan bila minuman sudah dihabisi barulah rapat
boleh dimulai.
Tanda-tanda Alam
Bungan Malan adalah nama tuhan mereka dia yang menyampaikan perintah dan
permintaan kepada manusia dan sebagai perantaranya adalah BALI UTUNG. Mereka
percaya apabila mereka melihat burung pelatuk dan burung elang terbang berarti kebaikan
akan datang tapi apabila burung tersebut terbangnya menghalang atau melintang itu bertanda
tibanya kecelakaan karena itu bila mereka menempuh perjalanan dihutan sebaiknya cepatcepat pulang karena itulah larangan tuhan mereka yang disampaikan dengan perantara
binatang. Mereka percaya apabila larangan itu tidak diajarkan Bungan Malan akan murka lalu
dikirim hantu-hantu untuk menyiksa manusia. Mereka percaya hantu masing-masing punya

nama. Ada yang bernama Bali Meet, Bali Tenget, Bali Ketatang, Bali Li-it dan Bali Sakit.
Hantu-hantu adalah piaraan Tuhan Bangun malan yang bisa mencelakakan jiwa seseorang.
Upacara Agama Suku Dayak Kenyah
Agama nenek moyang mereka dinamakan Bungan Ibadat mereka tidak teratur dan tertentu
mereka beribadat hanya pada saat-saat yang perlu dengan sesajen melimpah-ruah, dan
memakan waktu yang lama sering mengadakan pesta, berupa pesta:
Erau kepala adalah pesta memohon doa agar Bungan Malan dan Bali Utung memberikan
kesuburan kepada tanah ladang yang baru dibuka.
Ukaw Mending adalah pesta yang dilakukan ketika kampung ditimpa bencana. Sebelum
Ukaq Mending di mulai seluruh penduduk diberitahu untuk bertabu selam tiga hari yaitu:
jangan memancing, jangan berburu, jangan menumbuk padi, menjahit, keluar kampung dan
jangan pula menerima tamu selama bertabu itu. Penguasa pesta terus-menerus membaca
mantera agar Bungan Malan melenyapkan malapetaka.
Erau Bunut adalah pesta pemberian nama yang dilaksanakan semeriah-meriahnya.
Filosofi
Tato Bagi Masyarakat Dayak Kenyah
Tato bagi masyarakat etnis dayak merupakan bagian dari tradisi, religi, status sosial
seorang dalam masyarakat, serta bisa pula sebagai bentuk penghargaan suku terhadap
kemampuan seseorang. Karena itu, tato tidak bisa dibuat sembarangan.
Bagi masyarakat Dayak Kenyah dan Dayak Kayan di Kalimantan Timur, banyaknya
tato menggambarkan orang tersebut sudah sering mengembara. Karena setiap kampung
memiliki motif tato yang berbeda, banyaknya tato menandakan pemiliknya sudah
mengunjungi banyak kampung. Jangan bayangkan kampung tersebut hanya berjarak
beberapa kilometer. Di kalimantan, jarak antar kampung bisa ratusan bahkan ribuan kilometer
dan harus ditempuh menggunakan perahu menyusuri sungai lebih dari satu bulan. Karena itu,
penghargaan pada perantau diberikan dalam bentuk tato.
Baik tato pada lelaki atau perempuan, secara tradisional dibuat menggunakan duri
buah jeruk yang panjang dan lambat laun kemudian menggunakan beberapa buah jarum
sekaligus. Yang tidak berubah adalah bahan pembuatan tato yang biasanya menggunakan
jelaga dari periuk yang berwarna hitam. Karena itu, tato yang dibuat warna warni, ada hijau
kuning dan merah, pastilah bukan tato tradisional yang mengandung makna filosofis yang
tinggi.
Tato warna warni yang dibuat kalangan anak-anak muda saat ini hanyalah tato
hiasan yang tidak memiliki makna apa-apa. Gambar dan penempatan dilakukan sembarangan
dan asal-asalan. Tato seperti itu sama sekali tidak memiliki nilai religius dan penghargaan,
tetapi cuma sekedar untuk keindahan, dan bahkan ada yang ingin dianggap sebagai jagoan.
Tato untuk Pengembara
Bagi masyarakat Dayak Kenyah, banyaknya tato menggambarkan orang tersebut
sudah sering mengembara. Karena biasanya setiap perkampungan dayak yang mentradisikan

tato memiliki jenis motif tatoo tersendiri bahkan memiliki penempatan tato tersendiri di
bagian tubuh mereka yang merupakan ciri khas suku mereka. Sehingga bagi mereka
banyaknya tato menandakan pemiliknya sudah mengunjungi banyak kampung. Jangan
bayangkan kampung tersebut hanya berjarak beberapa kilometer. Di kalimantan, jarak antar
kampung bisa ratusan bahkan ribuan kilometer dan harus ditempuh menggunakan perahu
menyusuri sungai lebih dari satu bulan. Karena itu, penghargaan pada perantau diberikan
dalam bentuk tato.
Tato untuk Bangsawan
Tato bisa pula diberikan kepada bangsawan. Di kalangan masyarakat dayak kenyah,
motif yang lazim untuk kalangan bangsawan (paren ) adalah burung enggang (anggang)
yakni burung endemik Kalimantan yang dikeramatkan. Bagi mereka burung enggang
merupakan rajanya segala burung yang melambangkan sosok yang gagah perkasa, penuh
wibawa, keagungan dan kejayaan. Sehingga tato motif jenis ini biasanya diperuntukan hanya
untuk orang-orang tertentu saja.
Tato untuk kaum Perempuan
Di suku Dayak Kenyah, pembuatan tato pada perempuan dimulai pada umur 16 tahun
atau setelah haid pertama. Untuk pembuatan tato bagi perempuan, dilakukan dengan upacara
adat disebuah rumah khusus. Selama pembuatan tato, semua pria tidak boleh keluar rumah.
Selain itu seluruh keluarga juga diwajibkan menjalani berbagai pantangan untuk menghindari
bencana bagi wanita yang sedang ditato maupun keluarganya. Motif tato bagi perempuan
lebih terbatas seperti gambar paku hitam yang berada di sekitar ruas jari disebut song irang
atau tunas bambu. Adapun yang melintang dibelakan buku jari disebut ikor. tato di
pergelangan tangan bergambar wajah macan disebut silong lejau. Adapula tato yang dibuat di
bagian paha. Bagi perempuan dayak memiliki tato dibagian paha status sosialnya sangat
tinggi dan biasanya dilengkapi gelang di bagian bawah betis. Motif tato di bagian paha
biasanya juga menyerupai silong lejau. Perbedaanya dengan tato di bagian tangan, ada garis
melintang pada betis yang dinamakan nang klinge. Tato sangat jarang ditemukan di bagian
lutut. Meski demikian ada juga tato di bagia lutut pada lelaki dan perempuan yang biasanya
dibuat pada bagian akhir pembuatan tato dibadan. Tato yang dibuat di atas lutut dan
melingkar hingga ke betis menyerupai ular, sebenarnya anjing jadi jadian atau disebut tuang
buvong asu.
Filosofi Telinga Panjang Dayak Kenyah
Telinga Panjang menjadi ciri khas orang Dayak, pada jaman dahulu hampir semua orang
Dayak baik laki laki maupun perempuan bertelinga panjang. Menurut Amai Pebulung
( seorang tetua suku Dayak kenyah ), Orang dayak dahulu banyak hidup di hutan, ingin
membedakan antara manusia dengan monyet, Jika telinganya pendek berarti dia itu monye
demikian dikatakan oleh amai Pebulung sambil tertawa terkekeh kekeh. Untuk kaum wanita
jika telinganya semakin panjang dan bandul telinganya semakin banyak maka dia semakin
cantik. Untuk kaum lelakinya biasanya bandul telinganya dibuat ukir-ukiran.
Nilai Nilai Budaya Dayak Kenyah
Seni Tari
Tari Kancet Papatai/Tari Perang

Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan
musuhnya. Tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh
pekikan si penarinya. Dalam tarian ini, penari mempergunakan pakaian tradisional suku
Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang.
Tarian ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.
Tari Kancet Ledo/Tari Gong
Jika tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak
Kenyah, sebaliknya tarian Kancet Ledo menggambarkan kelemah-lembutan seorang gadis
bagaikan sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup angin. Tari ini dibawakan oleh
seorang wanita dengan memakai pakaian tradisional suku Dayak Kenyah dan pada kedua
belah tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Tarian ini biasanya
ditarikan di atas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.

Tari Pecuk Kina


Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari
daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan
waktu bertahun-tahun.
Tari Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan
oleh suku Dayak karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet
Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya
seperti Tarian Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu
burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok
atau duduk dengan lutut menyentuh tanah/lantai. Tarian ini lebih menekankan pada gerakan
burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
Tarian Datun
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak
pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh
seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung sebagai tanda
syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke
segenap daerah suku.
Tarian Leleng
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan
secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya
melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi
nyanyian lagu Leleng.
Tari Hudoq Kita

Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari
suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk
menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik.
Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng,
gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan
panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah
manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng
dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari
manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.
Mata pencaharian mereka Umumnya, pertanian (sistem berladang), berburu, sebagai
karyawan di perusahaan kayu, perkebunan sawit, tambang batu bara, karet, ada juga yg
berhasil menjadi PNS dan pejabat di provinsi dan kabupaten/kota. sebagai peramu hasil hutan
dan peladang berpindah. Perladangan dilakukan dengan sistem rotasi alam selama 4-7 tahun.
Di desa Long Payao, Sei Anai, dan Metun I, sistem rotasinya sampai 10 tahun. Inilah,
agaknya, mengapa suku Dayak kerap dituding sebagai perusak lingkungan hutan.
Senjata Khas
Senjata khas yang di miliki suku Dayak Kenyah yang tidak di miliki oleh suku
lainnya adalah mandau dan sumpit sama halnya dengen suku suku Dayak lain di
Kalimantan. Mandau Senjata khas yang disebut mandau terbuat dari lempengan besi yang
ditempa berbetuk pipih panjang seperti parang berujung runcing menyerupai paruh burung
yang bagian atasnya berlekuk datar. Pada sisi mata di asah tajam sedang sisi atasnya sedikit
tebal dan tumpul. Kebanyakan hulu mandau terbuat dari tanduk rusa diukir berbentuk kepala
burung dengan berbagai motif seperti kepala naga, paruh burung, pilin dan kait. Sarung
mandau terbuat dari lempengan kayu tipis, bagian atasnya dilapisi tulang berbentuk gelang,
bagian bawah dililit dengan anyaman rotan.
Sumpit
Sumpit yaitu jenis senjata tiup yang dalamnya diisi dengan damak yang terbuat dari bambu
yang diraut kecil dan tajam yang ujungnya diberi kayu gabus sebagai keseimbangan dari
peluru sumpit. Kekuatan jarak tiup sumpit biasanya mencapai 30-50 meter. Sumpit terbuat
dari kayu keras berbentuk bulat panjang menyerupai tongkat yang sekaligus merupakan
gagang tombak dengan lubang laras sebesar jari kelilingking yang tembus dari ujung ke
ujung. Pada ujung sumpit di lengkapi dengan mata tombak terbuat dari besi berbentuk pipih
berujung lancip yang menempel diikat dengan lilitan rotan.
Telabang atau Perisai
Di samping kedua jenis senjata itu masih terdapat satu peralatan yang disebut telabang
atau perisai. Perisai ini terbuat dari kayu gabus dengan bentuk segi enam memanjang,
keseluruhan bidang depannya beragam hias topeng (hudoq), lidah api dan pilin berganda.
Tempat tinggal

Rumah rumah tinggal mereka masih khas. Uma Dadu atau Lamin adalah rumah asli
peninggalan Dayak Kenyah yang masih utuh. Rumah adat ini dibuat dari kayu ulin, beratap
sirap. Lamin di hiasi lukisan daun paku simetris dengan aneka warna. Bentuknya sebagian
menyerupai tattoo di tangan kaum wanitanya . Mereka juga dikenal mahir membuat manikmanik dan pemahat handal patung Totem.
Bahasa Pengantar
Suku Kenyah adalah klan besar suku dayak- diantara klan Dayak di Kalimantan,
Serawak, dan Sabah di Malaysia. Sebagai pengantar sehari-hari, mereka menggunakan
bahasa Kenyah, yang mengenal 14 dialek. Belakangan, munculnya generasi muda suku
Kenyah yang mendiami Apo Kayan, bahasa indonesia mulai dikenal.

Anda mungkin juga menyukai