Anda di halaman 1dari 25

Rana Gita Widawati

240210140100

IV.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Praktikum kali ini telah dilakukan pemeliharaan kultur mikroorganisme.

Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi
oleh mikroorganisme.Mikroorganisme yang dapat tumbuh pada bahan makanan
diantaranya adalah bakteri dan kapang.Semua bakteri yang tumbuh pada makanan
bersifat heterotropik, yaitu membutuhkan zat organik untuk pertumbuhannya
(Fardiaz, 1992). Dalam metabolismenya, bakteri heterotropik menggunakan
protein, karbohidrat, lemak dan komponen makanan lainnya sebagai sumber
karbon dan energi untuk pertumbuhannya. Pada praktikum kali ini dilakukan
proses pengenceran, inokulasi dalam bentuk agar tuang atau agar gores,
pemeliharaan kultur cair, dan pengamatan akan mikroorganisme yang tumbuh
pada masing-masing media. Media yang digunakan antara lain NA (Nutrient
Agar), PDA (Potato Dextrose Agar), PCA (Plant Count Agar), LB (Lactose
Broth). Untuk pengenceran digunakan larutan NaCl fisiologis tetapi praktikan
tidak melakukan praktikum dengan LB dikarenakan waktu yang tidak
memungkinkan.
Dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya
dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan
mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat baktri yang
kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang
semacam ini biasanya dikenal dengan istilah biakan murni.Untuk melakukan hal
ini, haruslah di mengerti jenis- jenis nutrien yang disyaratkan bakteri dan juga
macam ligkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan
bakteri tersebut (Pelczar, 1986).
IV.1 Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini
dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba
akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani,
2007).
Mengisolasi suatu mikroorganisme adalah memindahkan mikroorganisme
dari lingkungan atau tempat biakkannya sebagai biakkan murni dalam medium

Rana Gita Widawati


240210140100

buatan, tempat biakkan suatu kultur murni disebut isolat atau medium (Soetarto
dkk,2008). Setiap isolat memiliki fungsinya masing-masing, juga fungsi spesifik
untuk mengidentifikasikan jenis mikroorganisme secara spesifik pula. Medium itu
menyediakan zat makanan untuk pertumbuhan bakteri.
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari
suatu biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah
metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip
pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan
anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat
diamati (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain
digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural
morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu
spesies (Dwidjoseputro, 2005).
4.1.2

Persiapan Suspensi Sampel


Sebelum melakukan proses-proses pemeliharaan kultur mikroorganisme,

perlu dilakukan tahap persiapan suspensi sampel. Pertama sampel yang akan di uji
(Bubuk kunyit, bubuk jahe, tepung beras, roti dan cendol. Sampel 1 gr yang
berbentuk padat lalu dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berisi air destilat
atau larutan pengencer steril dan kemudian dikocok. Untuk Bubuk kunyit dan jahe
dipanaskan terlebih dahulu untuk menghilangkan anti mikroba yang terdapat
dalam bubuk jahe dan bubuk kunyit.
4.1.3

Pengenceran
Tahap pengenceran berfungsi untuk membuat sampel yang digunakan untuk

dikulturkan tersebut tidak terlalu pekat, sehingga mikroorganisme yang muncul


tidak terlalu banyak dan untuk memperluas bidang hidup sampel serta untuk
memudahkan pada saat perhitungan dan pengamatannya. Karena apabila
mikroorganisme yang muncul terlalu banyak maka akan mempersulit proses
pengamatannya.Pengenceran yang dilakukan yaitu pengenceran pada 10-1, 10-2,
10-3, 10-4, 10-5 sehingga kita harus menyiapkan 5 tabung reaksi, 5 pipet ukur yang
berbeda-beda serta Nacl fisiologi sebanyak 9 ml pada masing-masing tabung
reaksi.

Rana Gita Widawati


240210140100

Tabung reaksi digunakan untuk menampung larutan, pipet ukur yang


berbeda-beda digunakan untuk mengambil dan memindahkan larutan serta Nacl
fisiologi digunakan sebagai larutan penyangga pH agar mikroorganisme yang
terkandung didalam sampel tidak rusak karena menurunnya pH. Digunakan pipet
ukur yang berbeda agar tidak terjadi kontaminasi karena pada setiap pengenceran
kepekatannya berbeda-beda dan tabung reaksi harus segera ditutup dengan
penyumbat agar tidak ada mikroorganisme yan mengontaminasi larutan tersebut
serta harus selalu berada di dekat bunsen karena bunsen menciptakan keadaan
steril.
Larutan pengencer 10-1 adalah larutan yang sangat pekat warnanya. Larutan
10-2 adalah laurutan yang tingkat kepekatannya kurang dari kepekatan larutan 10 -1.
Pembuatan larutan 10-2 dengan mengambil 1 ml larutan 10-1 dan di masukkan
kedalam tabung reaksi yang sudah berisikan 9 ml Nacl fisiologi. Larutan 10-3
kepekatannya semakin bekurang setelah 1ml larutan 10-2 dihomogenkan dengan
9ml Nacl fisiologis yang ada pada tabung reaksi ke3. Larutan 10-3 dihomogenkan
dengan 9 ml larutan Nacl fisiologi pada tabung reaksi ke 4 sehingga dihasilkan
larutan 10-4. Larutan 10-4 dihomogenkan dengan 9 ml larutan Nacl fisiologi
pada tabung ke 5 sehingga dihasilkann larutan 10-5.
4.1.4

Metode Gores
Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak) bertujuan untuk mengisolasi

mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium


baru (Anonim, 2009)
Metode gores dilakukan pada agar cawan. Teknik ini lebih menguntungkan
jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilanketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan
menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media
agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara
garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat
tumbuh menjadi koloni (Winarni, 1997).
Langkah pertama, masukkan hasil pengenceran 10-1 menggunakan pipet
ukur dibantu dengan bulb pipet untuk menyerap larutan dan memindahkannya ke
cawan petri kemudian campurkan dengan media agar PCA, digerak-gerakkan

Rana Gita Widawati


240210140100

membentuk angka delapan agar media dan sampel tercampur. Setelah media
mengeras, lalu pijarkan kawat ose loop diatas bunsen untuk mematikan
mikroorganisme

yang

ada

pada

ose.

Biasakan

sebelum

mengambil

mikroorganisme ataupun ingin mencampurkan mikrorganisme, membakar ose


terlebih dahulu untuk mematikan mikroorganisme yang menempel pada ose
tersebut. Bila tidak di bakar terlebih dahulu, maka segala mikroorganisme akan
bercampur seluruhnya. Kemudian tunggu hingga ose tidak terlalu panas karena
jika terlalu panas mikroba yang tersentuh ose akan mati dan ambil suspensi
bakteri Streptococcus dan digoreskan pada media agar PCA.
Penggoresan yang dibuat ada 3 macam goresan , yaitu berbentuk goresan
langsung, goresan kuadran, ataupun goresan radian.
Gores langsung

Gores Kuadran

Gores Radian

Gambar 1. Metode Gores


(Sumber : creatinq.blogspot.com)
Metode gores ini mempunyai dua keuntungan yaitu menghemat bahan
dan waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan
yang lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores
yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali
dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaikbaiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang
lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga
menyulitkan pemisahan sel- sel yang digores
Metode langsung atau sinambung umumnya digunakan bukan untuk
mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium

Rana Gita Widawati


240210140100

baru. Caranya adalah dengan menyentuhkan inokulum ose (loop) pada koloni dan
gores secara kontinyu dan membentuk zig-zag.
Metode kuadran dilakukan dengan membagi cawan petri menjadi empat
bagian. Ose steril yang telah dipijarkan pada busen dan dibiarkan di udara sampai
cukup dingin lalu dilekatkan pada sumber isolat, kemudian menggoreskan ose
tersebut pada cawan berisi media steril. Goresan dilakukan empat kali membentuk
garis horisontal di satu sisi cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen, setelah
kering ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi
cawan kedua. Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores. Pada
metode ini, goresan di sisi pertama diharapkan koloni tumbuh padat dan
berhimpitan, sedangkan pada goresan sisi kedua, koloni mulai tampak jarang dan
sedikit begitu pula selanjutnya, sehingga didapatkan koloni yang tampak tumbuh
terpisah dengan koloni lain. Sehingga didapatkan koloni yang terpisah-pisah. .
Pada metode radian, ose steril yang telah dipijarkan pada bunsen dan
dibiarkan di udara sampai cukup dingin lalu mengambil pada kultur yang telah
disediakan, kemudian menggoreskan ose tersebut pada cawan petri yang berisi
media steril. Goresan awal dilakukan pada ujung cawan petri berbentuk garisgaris horisontal. Setelah itu ose disterilkan lagi dengan api bunsen, setelah itu ose
digunakan kembali untuk menggores goresan sebelumnya dengan membentuk
garis vertikal ke atas berulangkali.
Pada metode gores ini, pada setiap goresan terjadi pengenceran atau
memperkecil jumlah mikroorganisme. Sehingga akan memebentuk koloni-koloni
kecil yang dapat diamati. Media yang digunakan pada metode gores ini yaitu
media EMB, NA dan PDA yang akan ditumbuhkan pada media yaitu bakteri.
Goresan yang dibuat pada praktikum ini hanya goresan langsung saja,
menggunakan larutan 10-1. Setelah itu cawan petri yang berisi media agar yang
telah diberi goresan tersebut diinkubasi dengan posisi terbalik untuk menurunkan
uap air pada tutup cawan pada suhu 300-320 C selama 2-3 hari. Setelah 2-3 hari
pilih salah satu koloni yang terpisah pada media agar PCA tersebut. Lalu kultur
yang telah diambil dengan menggunakan ujung loop tersebut diwarnai dengan
metode pewarnaan gram untuk mengetahui ada tidaknya bakteri yang

Rana Gita Widawati


240210140100

menandakan kontaminasi, serta untuk mengetahui bentuk dari bakteri dan


jenisnya dengan menggunakan mikroskop.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Gores
Kel
.
6B

Sampel

Media

Air
Mineral

PCA

Metode

Keterangan

Gambar

Langsung

Jenis: bakteri
gram positif
Warna : ungu
Bentuk :
batang
Perbesaran :
100x
Sumber : Dokumentasi kelompok 6B (2015)

Hasil pengamatan metode gores pada sampel air mineral menggunakan


mikroskop perbesaran 100x yaitu adanya bakteri yang diduga adalah bakteri
Clostridium perfringens. Hal ini didukung dengan literatur (Ferdiaz,1992) yang
menyatakan bakteri Clostridium perfringers adalah bakteri bergram positif dan
berbentuk batang yang dijadikan sebagai indikator sanitasi air.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Kel
.
7B

Sampel

Media

Cendol

PCA

Metode

Keterangan

Langsung

Jenis: bakteri
gram negatif
Warna : merah
Bentuk :
batang
Perbesaran :

Gambar

Agar Gores
Sumber : Dokumentasi kelompok 7B (2015)
hasil pengamatan metode gores pada sampel cendol memberikan warna
merah yang berarti bakteri gram negatif, dan bentuk bakterinya adalah basil
(batang). Hasil pengamatan metode gores pada sampel menggunakan mikroskop
perbesaran 100x yaitu adanya bakteri yang diduga adalah bakteri Escherichia

Rana Gita Widawati


240210140100

coli. Suatu bahan pangan dapat terkontaminasi oleh bakteri tersebut jika dalam
proses pengolahannya menggunakan air yang tercemar bakteri Escherichia coli.
Salah satu contoh makanan yang dapat tercemar yaitu cendol. Selain itu cendol
juga hanya mengalami proses perebusan sekali saja sebelum akhirnya dicampur
dengan air untuk kemudian dikemas dan dijual kepada konsumen (Sanjaya, 2013).
Tabel 3. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Gores
Kel
.
8B

Sampel

Media

Roti

PCA

Metode

Keterangan

Langsung

Jenis: bakteri
gram negatif
Warna : merah
Bentuk :
batang
Perbesaran :
100x

Gambar

Sumber : Dokumentasi kelompok 8B ( 2015)


Hasil pengamatan metode gores pada sampel roti memberikan warna merah
yang berarti bakteri gram negatif, dan bentuk bakterinya adalah basil (batang).
Hasil pengamatan metode gores pada sampel roti menggunakan mikroskop
perbesaran 100x yaitu adanya bakteri yang diduga adalah bakteri Enterobacter
sakazakii. Hal ini didukung dengan jurnal (Rahayu,___) yang menyebutkan
Enterobacter sakazakii adalah bakteri berbentuk batang yang tidak membentuk
spora, bersifat gram negative, dan fakultatif anaerob. Bahan makanan yang yang
berpotensi terkontaminasi bakteri ini yaitu keju, roti, tahu, teh asam, sosis, daging
cincang awetan, susu bubuk dan ragi roti.

Rana Gita Widawati


240210140100

Tabel 4. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode


Agar Gores
Kel
.
9B

Sampel

Media

Tepung
Beras

PCA

Metode

Keterangan

Langsung

Jenis: bakteri
gram negatif
Warna : merah
Bentuk : bulat
Perbesaran :
100x

Gambar

Sumber : Dokumentasi kelompok 9B ( 2015)


Hasil pengamatan metode gores pada sampel tepung beras memberikan
warna merah yang berarti bakteri gram negatif, dan bentuk bakterinya adalah
coccus (bulat). Hasil pengamatan metode gores pada sampel tepung beras
menggunakan mikroskop perbesaran 100x yaitu adanya bakteri yang bakteri
amilolitik. Bakteri amilolitik merupakan mikroorganisme yang mampu memecah
pati menjadi senyawa yang lebih sederhana, terutama dalam bentuk glukosa.
Kebanyakan mikroorganisme amilolitik adalah kapang, tetapi beberapa jenis
bakteri juga ada, jenis yang mempunyai spesies bersifat amilolitik misalnya
Clostridium butyricium dan Bacillus subtilis (Fardiaz, 1992). Bakteri yang diduga
terdapat pada tepung beras pengenceran 10-1 belum bisa diperkirakan karena
Clostridium butyricium maupun Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif
sedangkan berdasarkan pengamatan bakteri yang ada merupakan bakteri gram
negatif.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode


Agar Gores

Rana Gita Widawati


240210140100

Kel
Sampel
.
10B Jahe
Bubuk

Media
PCA

Metode

Keterangan

Langsung

Jenis: bakteri
gram positif
Warna : ungu
Bentuk : bulat
Perbesaran :
100x

Gambar

Sumber : Dokumentasi kelompok 10B (2015)


Hasil pengamatan metode gores pada sampel jahhe bubuk memberikan
warna ungu yang berarti bakteri gram positif, dan bentuk bakterinya adalah
coccus (bulat). Hasil pengamatan metode gores pada sampel jahe bubuk
menggunakan mikroskop perbesaran 100x yaitu adanya bakteri yang diduga
adalah bakteri Micrococcus dan Staphylococcus karena dari bentuk mikroskopis
bakteri yang diamati, bakteri jahe bubuk bergerombol, berbentuk bulat dan gram
positif. Hal ini sesuai dengan literature Sumanti, Debby M (2008), bakteri
Micrococcus dan Staphylococcus hidup secara bergerombol,, tidak teratur atau
membentuk tetrad, gram positif.
Tabel 6. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Gores
Kel
Sampel
.
11B Kunyit
Bubuk

Media
PCA

Metode

Keterangan

Gambar

Langsung

Jenis: bakteri
gram negatif
Warna : merah
Bentuk :
batang
Perbesaran :
100x
Sumber : Dokumentasi kelompok 11B (2015)

Hasil pengamatan metode gores pada sampel kunyit bubuk memberikan


warna merah yang berarti bakteri gram negatif, dan bentuk bakterinya adalah
coccus (bulat).Hasil pengamatan metode gores pada sampel kunyit bubuk
menggunakan mikroskop perbesaran 100x yaitu diperkirakan adalah bakteri E.
coli

atau Salmonella sp.Escherichia coli merupakan bakteri gram negative

berbentuk batang pendek yang bersifat anaerob. E. coli membentuk koloni yang

Rana Gita Widawati


240210140100

bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata(Smith-Keary,1988). Bakteri


Salmonella sp. adalah bakteri yang berbentuk batang lurus, gram negative, tidak
berspora, bergerak dengan flagel peritrik. Salmonella sp. tumbuh dalam media
yang sederhana. (Jawetz,dkk, 2005)
4.1.5 Metode Agar Tuang
Teknik agar tuang memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk
dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian
dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri
tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar)
sehingga terdapat sel yang tumbuh (Anonim, 2009).
Metode agar tuang dilakukan dengan menggunakan medium NA dan PDA.
Medium NA berfungsi untuk menumbuhkan bakteri sedangkan PDA berfungsi
untuk menumbuhkan kapang dan khamir.
Kapang merupakan mikroba dengan struktur talus berupa benang-benang
(hifa) yang terjalin seperti jala (miselium). Hifa dapat berekat (septat) dengan
intitunggal/ lebih dan hifa tidak bersekat (aseptat).Penampakan morfologi koloni
pada umumnya seperti benang (filamentous) yang pertumbuhannya membentuk
lingkaran (Anonim,2009).
Khamir merupakan fungi mikroskopik uniseluler, tidak membentuk hifa
(beberapa spesies dapat membentuk pseudohifa). Bentuk selnya bervariasi dapat
berbentuk bulat, bulat telur, bulat memanjang dengan ukuran 1-9x20m.
Beberapa spesies yeast memiliki sifat dimorfisme yaitu bentuk seltunggal dan
bentuk hifa atau pseudohifa. Pseudohifa adalah hifa yeast yangterbentuk dari
rangkaian sel hasil pembelahan aseksual secara budding, tetapitidak melepaskan
diri dari induk. Morfologi internal sel mudah dilihat danterdiri dari inti dan
organel seperti mitkondria, grannula lemak dan glikogen (Anonim,2009).
Metode agar tuang yang dilakukan pada praktikum kali ini menggunakan
pengenceran sampel 10-4 dan 10-5 sehingga dibutuhkan 4 cawan petri. Sampel
yang digunakan adalah air mineral, cendol, roti, tepung beras, jahe bubuk dan
kunyit bubuk yang telah dilakukan pengenceran terlebih dahulu. Pertama-tama
sampel dituang kedalam masing-masing cawan secukupnya hingga sampel
tersebar merata pada permukaan cawan, baru kemudian dituang NA hingga
tersebar merata ke seluruh permukaan cawan. Jika medium sudah mengeras,

Rana Gita Widawati


240210140100

diinkubasi secara terbalik selama dua hari. Cara yang sama dilakukan pada
medium PDA.
Metode agar tuang ini tidak hanya bertujuan untuk menumbuhkan
mikroorganisme namun juga untuk menghitung jumlah mikroorganisme yang ada
pada medium tersebut. Salah satu cara perhitungannya dengan hitungan cawan
yang disebut Standard Plate Counts (SPC). Data yang dilaporkan sebagai SPC
harus mengikuti peraturan-peraturan sebagai berikut:
1. Jika semua pengenceran yang dibuat menghasilkan koloni <30, berarti
pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi, oleh karena itu jumlah bakteri pada
pengenceran terendah yang dihitung.
2. Jika pada cawan petri dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni 30300 dan perbandingannya antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua
pengenceran tersebut 2, maka dilaporkan rata-rata dari kedua nilai jumlah
koloni

tersebut

dengan

memperhitungkan

faktor

pengenceran.

Jika

perbanndingannya >2, maka dilaporkan hanya hasil/jumlah koloni yang


terkecil.
Jika semua pengenceran menghasilkan koloni >300, berarti pengenceran yang
dilakukan terlalu rendah. Oleh karena itu jumlah koloni pada pengenceran
tertinggi yang dihitung ( Sukarminah dkk,2008)

Tabel 7. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode


Agar Tuang
Kel

Sampel

Bahan

Pengenceran
10-4
10-5

SPC

Gambar

Keterangan

Rana Gita Widawati


240210140100

6B

Air
Mineral

NA

15

8x 104

Jenis: bakteri
Bentuk: bulat
berkoloni
Warna: putih
NA 10-4

NA 10-5
6B

Air
Mineral

PDA

48

6x
104

Jenis:
kapang
Bentuk:
bulat
Warna:putih
PDA 10-4

PDA 10-5
Sumber : Dokumentasi kelompok 6B (2015)
Hasil pengamatan pada sampel air mineral dengam medium agar NA
pengenceran 10-4 tumbuh koloni bakteri ditandai dengan warna putih berbentuk
bulat besar berjumlah 8 sedangkan pengenceran 10-5 berjumlah 15. Media NA
hanya dapat ditumbuhi oleh bakteri saja. SPC yang didapat yaitu 8 x 10 4 sesuai
dengan peraturan SPC nomor 1.
Pengenceran 10-4 dengan medium agar PDA menghasilkan pertumbuhan
koloni kapang ditandai dengan bentuknya yang bulat putih. Pengenceran 10 -5
berjumlah 48. SPC yang didapat yaitu 8 x 104 sesuai dengan peraturan SPC
nomor 2.
Tabel 8. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Tuang
Kel
.

Sampel

Bahan

Pengencera
n
-4
10
10-5

SPC

Gambar

Keterangan

Rana Gita Widawati


240210140100

7B

Cendol

PDA

17

1,7
x
105

Jenis: kapang
Bentuk: bulat
Warna: putih
PDA 10-4

PDA 10-5
Kel
.

Sampel

Bahan

7B

Cendol

NA

Pengencera
n
10-4
10-5
5

33

SPC

Gambar

5x
104

Keterangan
Jenis: bakteri
Bentuk: bulat
berkoloni
Warna: putih

NA 10-4

NA 10-5
Sumber : Dokumentasi kelompok 7B (2015)
Hasil pengamatan pada sampel cendol dengam medium agar NA
pengenceran 10-4 tumbuh koloni ditandai dengan warna putih berbentuk bulat
yang terpisah antara koloni yang satu dengan yang lainnya berjumlah 5
sedangkan pengenceran 10-5 berjumlah 33. SPC dari sampel ini menggunakan
pengenceran yang terendah 5x105, namun hal ini menandakan bahwa pada
pengenceran 10-5 terkontaminasi oleh mikroba lain,
Pengenceran 10-4 dengan medium agar PDA menghasilkan pertumbuhan
koloni kapang ditandai dengan koloni yang tumbuh berwarna putih berbentuk

Rana Gita Widawati


240210140100

bulat terpisah antara koloni yang satu dengan yang lainnya berjumlah 17
sedangkan pengenceran 10-5 berjumlah 2. SPC yang didapat yaitu 1,7 x 10 5 sesuai
dengan peraturan SPC nomor 1.
Tabel 9. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Tuang
Kel.

Sampe
l

Bahan

8B

Roti

NA

8B

Roti

PDA

Pengencera
n
10-4
10-5
-

12

19

SPC
Tidak
dapat
dihitung
karena
agar NA
tidak
membeku
sehingga
koloni
mikroorg
anismeny
a tidak
dapat
diamati

Gambar

NA 10-4

Keterangan
Kekurangan
agar NA
sehingga
agar
tersebut
tidak
membeku

NA 10-5

12 X 104

PDA 10-4

Jenis:
bakteri
Bentuk:
bulat
berkoloni
Warna:
putih

PDA 10-5
Sumber : Dokumentasi kelompok 8B (2015)
Hasil pengamatan pada sampel roti dengam medium agar NA pengenceran
10-4 maupun pengenceran 10-5 SPC-nya tidak dapat dihitung karena agar NA tidak
membeku sehingga koloni mikroorganismenya tidak dapat diamati. Agar NA tidak

Rana Gita Widawati


240210140100

membeku diduga karena pemindahan agar yang masih panas ke dalam cawan petri
namun ditutup sebelum agar tersebut dingin dan membeku,
Pengenceran 10-4 dengan medium agar PDA menghasilkan pertumbuhan
koloni khamir dan kapang. Koloni khamir ditandai dengan bintik-bintik bulat
kecil yang mengkilap sedangkan koloni kapang ditandai dengan bentuknya yang
bulat besar berjumlah 12 sedangkan pengenceran 10-5 berjumlah 19. SPC dari
sampel ini menggunakan pengenceran yang terendah 12x104, namun hal ini
menandakan bahwa pada pengenceran 10-5 terkontaminasi oleh mikroba lain,
Tabel 10. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Tuang
Kel.
9B

Sampe
l
Tepung
Beras

Bahan
NA

Pengencera
n
-4
10
10-5
1
2

SPC

Gambar

104

Keterangan
Jenis: bakteri
Bentuk: bulat
berkoloni
Warna: putih

NA 10-4

NA 10-5
9B

Tepung
Beras

PDA

Tidak
terkontaminasi

PDA 10-4

PDA 10-5
Sumber : Dokumentasi kelompok 9B (2015)
Hasil pengamatan pada sampel tepung terigu dengam medium agar NA
pengenceran 10-4 tumbuh koloni ditandai dengan warna putih berbentuk bulat

Rana Gita Widawati


240210140100

yang terpisah antara koloni yang satu dengan yang lainnya berjumlah 1
sedangkan pengenceran 10-5 berjumlah 2. SPC dari sampel ini menggunakan
pengenceran yang terendah 105, namun hal ini menandakan bahwa pada
pengenceran 10-5 terkontaminasi oleh mikroba lain,
Pengenceran 10-4 maupun pengenceran 10-5 pada medium PDA tidak
terdapat mikroorganisme yang tumbuh.
Tabel 11. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Tuang
Kel Sampe
.
l
10
Jahe
B
Bubuk

Bahan
PDA

Pengenceran
10-4
10-5
64
200

SPC

Gambar

10,32
x 106

PDA 10-4

Keterangan
Jenis :
kapang
Bentuk :
bulat
Warna :
putih

PDA 10-5
10
B

Jahe
Bubuk

NA

TBUD

528

528x
105

NA 10-4

Jenis:
bakteri
Bentuk:
bulat
berkoloni
Warna: putih

NA 10-5
Sumber : Dokumentasi kelompok 10B (2015)
Hasil pengamatan pada sampel jahe bubuk dengam medium agar NA
pengenceran 10-4 tumbuh koloni bakteri ditandai dengan warna putih berbentuk

Rana Gita Widawati


240210140100

bulat kecil yang sangat banyak sehingga kelompok 10 kesulitan untuk menghitung
mikroorganismenya secara manual sedangkan pada pengenceran 10-5 koloni yang
terbentuk sebanyak 528. SPC pada sampel ini didapat dari pengenceran tertinggi
karena berkisar antara 30-300.
Pengenceran 10-4 dengan medium agar PDA menghasilkan pertumbuhan
koloni kapang ditandai warna putih berbentuk bulat besar berjumlah 64 sedangkan
pengenceran 10-5 berjumlah 200. SPC yang didapat yaitu 10,32 x 106 sesuai
dengan peraturan SPC nomor 2.
Perhitungan SPC dengan sampel jahe bubuk sebagai berikut:
64

2 maka rata-ratakan kedua hasil dengan


200 =0,32
memperhitungkan faktor pengenceran.
64.1 0 4 +200.1 05
=10,32 x 106
2
Tabel 12. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Tuang
Sampe
Kel.
l

Bahan

11B

NA

Kunyit
Bubuk

Pengencera
n
10-4
10-5
183
145

SPC

Gambar

Keterangan

816,15
x 104

NA 10

NA 10-5

Jenis :
bakteri
Bentuk :
bulat
Warna :
jingga (10-4),
putih
kekuningan
(10-5)

Rana Gita Widawati


240210140100

11B

Kunyit
Bubuk

PDA

94

31

31 x
105

PDA 10-4

Jenis :
kapang
Bentuk :
bulat
Warna :
putih

PDA 10-5
Sumber : Dokumentasi kelompok 11B (2015)
Hasil pengamatan pada sampel kunyit bubuk dengam medium agar NA
pengenceran 10-4 tumbuh koloni bakteri ditandai dengan warna jingga berbentuk
bulat yang terpisah antara koloni yang satu dengan yang lainnya berjumlah 183
sedangkan pengenceran 10-5 koloni yang tumbuh berwarna putih berbentuk bulat
yang terpisah antara koloni yang satu dengan yang lainnya berjumlah 145. SPC
yang didapat yaitu 816,15 x 104 sesuai dengan peraturan SPC nomor 2.
Perhitungan SPC dengan sampel kunyit bubuk sebagai berikut:
183

2 maka rata-ratakan kedua hasil dengan


145 =1,26
memperhitungkan faktor pengenceran.
183.1 0 4+ 1450.10 4
=816,5 x 104
2
Pengenceran 10-4 dengan medium agar PDA menghasilkan pertumbuhan
koloni kapang berwarna putih berbentuk bulat besar terpisah antara koloni yang
satu dengan yang lainnya berjumlah 94 sedangkan pengenceran 10 -5 berjumlah 31.
SPC yang didapat yaitu 31 x 105 sesuai dengan peraturan SPC nomor 3.
4.2 Pemeliharaan Kultur Padat
Pemeliharaan kultur padat bertujuan untuk mengamati pertumbuhan
mikroorganisme. Pemeliharaan kultur padat menggunakan dua metode, yaitu
metode agar miring dan metode agar tegak. Media yang digunakan berupa agar
padat yaitu Nutrient Agar (NA). Metode agar miring dilakukan dengan cara
menuangkan NA kedalam tabung reaksi, kemudian dimiringkan, sedangakan
metode agar tegak dilakukan dengan menuangkan NA kedalam tabung reaksi, dan

Rana Gita Widawati


240210140100

media dibiarkan tegak. Perbedaan dari kedua metode ini didasarkan karena alasan
aerasi

atau

pemenuhan

kebutuhan

oksigen.

Kebutuhan

oksigen

pada

mikroorganisme berbeda-beda, ada yang membutuhkan banyak oksigen, ada yang


tidak mebutuhkan banyak oksigen pada pertumbuhannya.
4.2.1

Agar miring
Tabel 13. Pemeliharaan Agar miring
Metode

Gambar

Pemeliharaan kultur
agar miring

Hasil Pengamatan
-Berbentuk ekinulat
-keruh

Sumber: Dokumentasi kelompok 8B (2015)


Agar miring merupakan bentuk medium yang digunakan untuk
membiakkan mikroorganisme yang bersifat aerob dan anaerob fakultatif .
Pemeliharaan kultur padat dengan agar miring, praktikan menggunakan
media Nutrient Agar (NA). Media ini hanya diisi tabung reaksi lalu dimiringkan
sekitar 30o hingga mengeras. Setelah mengeras, goreskan zig-zag tipis kultur
dengan menggunakan se di permukaan agar yang telah mengeras. Kultur yang
digunakan berupa bakteri streptococcus. Lalu tabung reaksi ditutup dengan
penyembut dan diinkubasi selama 2 hari. Penggunaan agar miring ini merupakan
ciri dari kultur tersebut termasuk perubahan warna serta bentuk pertumbuhan
lebih mudah diamati (Fardiaz, 1992).

Rana Gita Widawati


240210140100

Gambar 3. Metode penggoresan agar miring


(Sumber : https://id.scribd.com/doc/16574529/3/A-3-Pertumbuhan-pada-AgarTegak)
Pemeliharaan agar miring yang telah dilakukan memberikan hasil yaitu
bahwa tampak mikroba berwarna putih tumbuh pada permukaannya berupa
ekinulat.
4.2.2 Agar tegak
Tabel 14. Pemeliharaan Agar Tegak
Metode

Gambar

Pemeliharaan kultur
agar tegak

Hasil Pengamatan
-Berbentuk filiform

Sumber : Dokumentasi kelompok 8B (2015)


Agar miring merupakan bentuk medium yang digunakan untuk
membiakkan mikroorganisme yang bersifat aerob dan anaerob. Dikatakan aerob
jika

pertumbuhannya

mendekati

permukaan,

sedangkan

anaerob

jika

pertumbuhannya berada di ujung penancapan.


Pemeliharaan kultur padat agar tegak, praktikan menggunakan media
Nutrient Agar (NA). Media ini dituangkan ke dalam tabung reaksi dalam posisi
tegak sehingga terlihat perbedaanya dengan agar miring.

Setelah mengeras,

pijarkan se terlebih dahulu di bunsen untuk mensterilkan, lalu didinginkan


setelah itu gunakan se untuk mengambil sampel berupa bakteri streptococcus.
Ose yang digunakan pada agar tegak ini yaitu ose tusuk agar ose dapat menembus
medium agar. Masukkan se perlahan-lahan menembus agar yang telah mengeras
dan tarik kembali dengan perlahan-lahan pula. Tutuplah dengan kapas dan
inkubasi selama 2 hari.

Rana Gita Widawati


240210140100

Gambar 4. Pertumbuhan mikroorgnaisme pada agar tegak


(Sumber: https://id.scribd.com/doc/16574529/3/A-3-Pertumbuhan-pada-AgarTegak)
Pemeliharaan agar tegak yang telah dilakukan memberikan hasil yaitu
bahwa tampak mikroba berwarna putih memanjang kebawah berupa filiform.
4.2.3 Pemeliharaan Kultur Cair
Tabel 15. Pemeliharaan Agar Cair
:

Metode

Gambar

Pemeliharaan kultur
LB

Hasil Pengamatan
-Berbentuk
Flokulen

Sumber

:
Dokumentasi kelompok 8B (2015)

Medium yang digunakan untuk membuat kultur cair pada praktikum kali ini
adalah Lactose Broth (LB). LB dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian
dimasukkan kultur dari bakteri yaitu streptococcus, lalu diinkubasi selama dua
hari. Pertumbuhan mikroorganisme dapat berupa kekeruhan yang terlihat pada
semua bagian medium dan pertumbuhan pada permukaan berupa pelikel, cincin,
membran, atau flokulen.

Rana Gita Widawati


240210140100

Gambar 5. Pertumbuhan bakteri pada permukaan media cair


(Sumber : https://id.scribd.com/doc/16574529/3/A-3-Pertumbuhan-pada-AgarTegak)
Pemeliharaan agar cair yang telah dilakukan memberikan hasil yaitu bahwa
tampak mikroba yang tumbuh pada permukaannya berupa flokulen.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum mengenai Pengamatan Bentuk Kapang dan
Pemeliharaan Kultur Mikroorganisme yaitu:
1.

Metode agar gores menggunakan PCA dan pengenceran 10-1.


2. Metode agar gores menghasilkan bakteri gram positif pada sampel air mineral
dan jahe bubuk sedangkan bakteri gram negative pada sampel cendol, roti,
tepung terigu dan kunyit bubuk.

Rana Gita Widawati


240210140100

3. Bakteri berbentuk batang dimiliki oleh sampel air mineral, cendol, roti,
tepung terigu dan kunyit bubuk sedangkan jahe bubuk berbentuk bulat.
4. Koloni pada agar tuang dihitung menggunakan ketentuan SPC.
5. Metode agar tuang menggunakan NA dan PDA dengan pengenceran 10 -4 dan
10-5.
6. Sampel air mineral, cendol baik NA maupun PDA menggunakan pengenceran
terendah karena jumlah koloninya >30
7. Sampel roti dengan NA tidak dapat dihitung karena agar tidak membeku
sedangkan dengan PDA menggunakan pengenceran terendah karena jumlah
koloninya >30.
8. Sampel tepung beras dengan NA menggunakan pengenceran terendah karena
koloninya > 30 Sedangkan dengan PDA tidak terkontaminasi bakteri.
9. Sampel jahe bubuk dengan NA menggunakan peraturan SPC dimana
koloninya kisaran 30-300 ssehinnga harus dihitung terlebih dahulu dengan
rumus yang sudah ditentukan sedangkan dengan PDA karena pengenceran
terendahnya TBUD sementara pengenceran tertingga dapat dihitung maka
gunakan pengenceran tertinggi
10. Sampel kunyit bubuk dengan NA maupun PDA menggunakan
11. Pada medium cair (NB) pertumbuhan mikroorganismenya adalah flokulen.
12. Pada medium agar miring menggunakan medium NA pertumbuhan
mikroorganismenya adalah ekinulat.
13. Pada medium agar tegak menggunakan medium NA pertumbuhan
mikroorganismenya adalah filiform.
5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan kesterilan tubuh dengan memakai
masker dan sarung tangan, kesterilan alat, dan lingkungan ketika melakukan
praktikum agar kontaminan tidak masuk kedalam medium isolasi yang
dibuat.
2. Sebaiknya

praktikan

terampil

dalam

membuat

metode

gores

dan

menginokulasi kultur pada medium agar miring, agar tegak dan agar cair agar
mikroorganisme yang ingin diisolasi dapat tumbuh dengan baik.
3. Sebaiknya praktikan dapat terampil melakukan pengamatan di bawah
mikroskop.
4. Praktikan harus lebih teliti pada saat praktikum untuk meminimalisir
kesalahan.

Rana Gita Widawati


240210140100

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, L. 2004. Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala
(Suplemen pikiran rakyat untuk iptek). Farmasi FMIPA ITB. Bandung.
Anonim.

2006.

Teknik

Dasar

Analisa

Mikrobiologi.

Available

at:

www.sith.itb.ac.id (diakses pada tanggal 17 April 2015)


Anonim. 2009. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar. Available at:
http://www.scribd.com/doc/16574529/3/A-3-Pertumbuhan-pada-Agar-Tegak
(Diakses pada tanggal 21 April 2015).
Dwidjoseputro. 1980. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta
Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi.
Fateta IPB. Bogor
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.

Rana Gita Widawati


240210140100

Jono.

2010.

Metode

Cawan.

Available

at:

http://www.scribd.com/doc/35340735/Metode-Cawan-Gores (Diakses pada


tanggal 26 Maret 2013).
Nur Indriyani, Asnani. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unhalu. Kendari.
Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan, 1986, Penterjemah , Ratna Siri Hadioetomo dkk.
Dasar-Dasar Mikrobiologi 1,Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Rahayu Asih. ____. Enterobacter Sakazakii sebagai Bakteri Pencemar Susu
Bubuk Formula Bayi. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya. Surabaya.
Ratna, Sri. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Sukarminah, Een., D.M. Sumanti, I.I. Hanidah. 2008. Mikrobiologi Pangan.
Jurusan Teknologi Industri Pangan. FTIP Unpad. Bandung.
Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS :Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai