240210140100
IV.
Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi
oleh mikroorganisme.Mikroorganisme yang dapat tumbuh pada bahan makanan
diantaranya adalah bakteri dan kapang.Semua bakteri yang tumbuh pada makanan
bersifat heterotropik, yaitu membutuhkan zat organik untuk pertumbuhannya
(Fardiaz, 1992). Dalam metabolismenya, bakteri heterotropik menggunakan
protein, karbohidrat, lemak dan komponen makanan lainnya sebagai sumber
karbon dan energi untuk pertumbuhannya. Pada praktikum kali ini dilakukan
proses pengenceran, inokulasi dalam bentuk agar tuang atau agar gores,
pemeliharaan kultur cair, dan pengamatan akan mikroorganisme yang tumbuh
pada masing-masing media. Media yang digunakan antara lain NA (Nutrient
Agar), PDA (Potato Dextrose Agar), PCA (Plant Count Agar), LB (Lactose
Broth). Untuk pengenceran digunakan larutan NaCl fisiologis tetapi praktikan
tidak melakukan praktikum dengan LB dikarenakan waktu yang tidak
memungkinkan.
Dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya
dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan
mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat baktri yang
kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang
semacam ini biasanya dikenal dengan istilah biakan murni.Untuk melakukan hal
ini, haruslah di mengerti jenis- jenis nutrien yang disyaratkan bakteri dan juga
macam ligkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan
bakteri tersebut (Pelczar, 1986).
IV.1 Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini
dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba
akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani,
2007).
Mengisolasi suatu mikroorganisme adalah memindahkan mikroorganisme
dari lingkungan atau tempat biakkannya sebagai biakkan murni dalam medium
buatan, tempat biakkan suatu kultur murni disebut isolat atau medium (Soetarto
dkk,2008). Setiap isolat memiliki fungsinya masing-masing, juga fungsi spesifik
untuk mengidentifikasikan jenis mikroorganisme secara spesifik pula. Medium itu
menyediakan zat makanan untuk pertumbuhan bakteri.
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari
suatu biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah
metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip
pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan
anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat
diamati (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain
digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural
morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu
spesies (Dwidjoseputro, 2005).
4.1.2
perlu dilakukan tahap persiapan suspensi sampel. Pertama sampel yang akan di uji
(Bubuk kunyit, bubuk jahe, tepung beras, roti dan cendol. Sampel 1 gr yang
berbentuk padat lalu dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berisi air destilat
atau larutan pengencer steril dan kemudian dikocok. Untuk Bubuk kunyit dan jahe
dipanaskan terlebih dahulu untuk menghilangkan anti mikroba yang terdapat
dalam bubuk jahe dan bubuk kunyit.
4.1.3
Pengenceran
Tahap pengenceran berfungsi untuk membuat sampel yang digunakan untuk
Metode Gores
Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak) bertujuan untuk mengisolasi
membentuk angka delapan agar media dan sampel tercampur. Setelah media
mengeras, lalu pijarkan kawat ose loop diatas bunsen untuk mematikan
mikroorganisme
yang
ada
pada
ose.
Biasakan
sebelum
mengambil
Gores Kuadran
Gores Radian
baru. Caranya adalah dengan menyentuhkan inokulum ose (loop) pada koloni dan
gores secara kontinyu dan membentuk zig-zag.
Metode kuadran dilakukan dengan membagi cawan petri menjadi empat
bagian. Ose steril yang telah dipijarkan pada busen dan dibiarkan di udara sampai
cukup dingin lalu dilekatkan pada sumber isolat, kemudian menggoreskan ose
tersebut pada cawan berisi media steril. Goresan dilakukan empat kali membentuk
garis horisontal di satu sisi cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen, setelah
kering ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi
cawan kedua. Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores. Pada
metode ini, goresan di sisi pertama diharapkan koloni tumbuh padat dan
berhimpitan, sedangkan pada goresan sisi kedua, koloni mulai tampak jarang dan
sedikit begitu pula selanjutnya, sehingga didapatkan koloni yang tampak tumbuh
terpisah dengan koloni lain. Sehingga didapatkan koloni yang terpisah-pisah. .
Pada metode radian, ose steril yang telah dipijarkan pada bunsen dan
dibiarkan di udara sampai cukup dingin lalu mengambil pada kultur yang telah
disediakan, kemudian menggoreskan ose tersebut pada cawan petri yang berisi
media steril. Goresan awal dilakukan pada ujung cawan petri berbentuk garisgaris horisontal. Setelah itu ose disterilkan lagi dengan api bunsen, setelah itu ose
digunakan kembali untuk menggores goresan sebelumnya dengan membentuk
garis vertikal ke atas berulangkali.
Pada metode gores ini, pada setiap goresan terjadi pengenceran atau
memperkecil jumlah mikroorganisme. Sehingga akan memebentuk koloni-koloni
kecil yang dapat diamati. Media yang digunakan pada metode gores ini yaitu
media EMB, NA dan PDA yang akan ditumbuhkan pada media yaitu bakteri.
Goresan yang dibuat pada praktikum ini hanya goresan langsung saja,
menggunakan larutan 10-1. Setelah itu cawan petri yang berisi media agar yang
telah diberi goresan tersebut diinkubasi dengan posisi terbalik untuk menurunkan
uap air pada tutup cawan pada suhu 300-320 C selama 2-3 hari. Setelah 2-3 hari
pilih salah satu koloni yang terpisah pada media agar PCA tersebut. Lalu kultur
yang telah diambil dengan menggunakan ujung loop tersebut diwarnai dengan
metode pewarnaan gram untuk mengetahui ada tidaknya bakteri yang
Sampel
Media
Air
Mineral
PCA
Metode
Keterangan
Gambar
Langsung
Jenis: bakteri
gram positif
Warna : ungu
Bentuk :
batang
Perbesaran :
100x
Sumber : Dokumentasi kelompok 6B (2015)
Sampel
Media
Cendol
PCA
Metode
Keterangan
Langsung
Jenis: bakteri
gram negatif
Warna : merah
Bentuk :
batang
Perbesaran :
Gambar
Agar Gores
Sumber : Dokumentasi kelompok 7B (2015)
hasil pengamatan metode gores pada sampel cendol memberikan warna
merah yang berarti bakteri gram negatif, dan bentuk bakterinya adalah basil
(batang). Hasil pengamatan metode gores pada sampel menggunakan mikroskop
perbesaran 100x yaitu adanya bakteri yang diduga adalah bakteri Escherichia
coli. Suatu bahan pangan dapat terkontaminasi oleh bakteri tersebut jika dalam
proses pengolahannya menggunakan air yang tercemar bakteri Escherichia coli.
Salah satu contoh makanan yang dapat tercemar yaitu cendol. Selain itu cendol
juga hanya mengalami proses perebusan sekali saja sebelum akhirnya dicampur
dengan air untuk kemudian dikemas dan dijual kepada konsumen (Sanjaya, 2013).
Tabel 3. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Gores
Kel
.
8B
Sampel
Media
Roti
PCA
Metode
Keterangan
Langsung
Jenis: bakteri
gram negatif
Warna : merah
Bentuk :
batang
Perbesaran :
100x
Gambar
Sampel
Media
Tepung
Beras
PCA
Metode
Keterangan
Langsung
Jenis: bakteri
gram negatif
Warna : merah
Bentuk : bulat
Perbesaran :
100x
Gambar
Kel
Sampel
.
10B Jahe
Bubuk
Media
PCA
Metode
Keterangan
Langsung
Jenis: bakteri
gram positif
Warna : ungu
Bentuk : bulat
Perbesaran :
100x
Gambar
Media
PCA
Metode
Keterangan
Gambar
Langsung
Jenis: bakteri
gram negatif
Warna : merah
Bentuk :
batang
Perbesaran :
100x
Sumber : Dokumentasi kelompok 11B (2015)
berbentuk batang pendek yang bersifat anaerob. E. coli membentuk koloni yang
diinkubasi secara terbalik selama dua hari. Cara yang sama dilakukan pada
medium PDA.
Metode agar tuang ini tidak hanya bertujuan untuk menumbuhkan
mikroorganisme namun juga untuk menghitung jumlah mikroorganisme yang ada
pada medium tersebut. Salah satu cara perhitungannya dengan hitungan cawan
yang disebut Standard Plate Counts (SPC). Data yang dilaporkan sebagai SPC
harus mengikuti peraturan-peraturan sebagai berikut:
1. Jika semua pengenceran yang dibuat menghasilkan koloni <30, berarti
pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi, oleh karena itu jumlah bakteri pada
pengenceran terendah yang dihitung.
2. Jika pada cawan petri dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni 30300 dan perbandingannya antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua
pengenceran tersebut 2, maka dilaporkan rata-rata dari kedua nilai jumlah
koloni
tersebut
dengan
memperhitungkan
faktor
pengenceran.
Jika
Sampel
Bahan
Pengenceran
10-4
10-5
SPC
Gambar
Keterangan
6B
Air
Mineral
NA
15
8x 104
Jenis: bakteri
Bentuk: bulat
berkoloni
Warna: putih
NA 10-4
NA 10-5
6B
Air
Mineral
PDA
48
6x
104
Jenis:
kapang
Bentuk:
bulat
Warna:putih
PDA 10-4
PDA 10-5
Sumber : Dokumentasi kelompok 6B (2015)
Hasil pengamatan pada sampel air mineral dengam medium agar NA
pengenceran 10-4 tumbuh koloni bakteri ditandai dengan warna putih berbentuk
bulat besar berjumlah 8 sedangkan pengenceran 10-5 berjumlah 15. Media NA
hanya dapat ditumbuhi oleh bakteri saja. SPC yang didapat yaitu 8 x 10 4 sesuai
dengan peraturan SPC nomor 1.
Pengenceran 10-4 dengan medium agar PDA menghasilkan pertumbuhan
koloni kapang ditandai dengan bentuknya yang bulat putih. Pengenceran 10 -5
berjumlah 48. SPC yang didapat yaitu 8 x 104 sesuai dengan peraturan SPC
nomor 2.
Tabel 8. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Tuang
Kel
.
Sampel
Bahan
Pengencera
n
-4
10
10-5
SPC
Gambar
Keterangan
7B
Cendol
PDA
17
1,7
x
105
Jenis: kapang
Bentuk: bulat
Warna: putih
PDA 10-4
PDA 10-5
Kel
.
Sampel
Bahan
7B
Cendol
NA
Pengencera
n
10-4
10-5
5
33
SPC
Gambar
5x
104
Keterangan
Jenis: bakteri
Bentuk: bulat
berkoloni
Warna: putih
NA 10-4
NA 10-5
Sumber : Dokumentasi kelompok 7B (2015)
Hasil pengamatan pada sampel cendol dengam medium agar NA
pengenceran 10-4 tumbuh koloni ditandai dengan warna putih berbentuk bulat
yang terpisah antara koloni yang satu dengan yang lainnya berjumlah 5
sedangkan pengenceran 10-5 berjumlah 33. SPC dari sampel ini menggunakan
pengenceran yang terendah 5x105, namun hal ini menandakan bahwa pada
pengenceran 10-5 terkontaminasi oleh mikroba lain,
Pengenceran 10-4 dengan medium agar PDA menghasilkan pertumbuhan
koloni kapang ditandai dengan koloni yang tumbuh berwarna putih berbentuk
bulat terpisah antara koloni yang satu dengan yang lainnya berjumlah 17
sedangkan pengenceran 10-5 berjumlah 2. SPC yang didapat yaitu 1,7 x 10 5 sesuai
dengan peraturan SPC nomor 1.
Tabel 9. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Tuang
Kel.
Sampe
l
Bahan
8B
Roti
NA
8B
Roti
PDA
Pengencera
n
10-4
10-5
-
12
19
SPC
Tidak
dapat
dihitung
karena
agar NA
tidak
membeku
sehingga
koloni
mikroorg
anismeny
a tidak
dapat
diamati
Gambar
NA 10-4
Keterangan
Kekurangan
agar NA
sehingga
agar
tersebut
tidak
membeku
NA 10-5
12 X 104
PDA 10-4
Jenis:
bakteri
Bentuk:
bulat
berkoloni
Warna:
putih
PDA 10-5
Sumber : Dokumentasi kelompok 8B (2015)
Hasil pengamatan pada sampel roti dengam medium agar NA pengenceran
10-4 maupun pengenceran 10-5 SPC-nya tidak dapat dihitung karena agar NA tidak
membeku sehingga koloni mikroorganismenya tidak dapat diamati. Agar NA tidak
membeku diduga karena pemindahan agar yang masih panas ke dalam cawan petri
namun ditutup sebelum agar tersebut dingin dan membeku,
Pengenceran 10-4 dengan medium agar PDA menghasilkan pertumbuhan
koloni khamir dan kapang. Koloni khamir ditandai dengan bintik-bintik bulat
kecil yang mengkilap sedangkan koloni kapang ditandai dengan bentuknya yang
bulat besar berjumlah 12 sedangkan pengenceran 10-5 berjumlah 19. SPC dari
sampel ini menggunakan pengenceran yang terendah 12x104, namun hal ini
menandakan bahwa pada pengenceran 10-5 terkontaminasi oleh mikroba lain,
Tabel 10. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Tuang
Kel.
9B
Sampe
l
Tepung
Beras
Bahan
NA
Pengencera
n
-4
10
10-5
1
2
SPC
Gambar
104
Keterangan
Jenis: bakteri
Bentuk: bulat
berkoloni
Warna: putih
NA 10-4
NA 10-5
9B
Tepung
Beras
PDA
Tidak
terkontaminasi
PDA 10-4
PDA 10-5
Sumber : Dokumentasi kelompok 9B (2015)
Hasil pengamatan pada sampel tepung terigu dengam medium agar NA
pengenceran 10-4 tumbuh koloni ditandai dengan warna putih berbentuk bulat
yang terpisah antara koloni yang satu dengan yang lainnya berjumlah 1
sedangkan pengenceran 10-5 berjumlah 2. SPC dari sampel ini menggunakan
pengenceran yang terendah 105, namun hal ini menandakan bahwa pada
pengenceran 10-5 terkontaminasi oleh mikroba lain,
Pengenceran 10-4 maupun pengenceran 10-5 pada medium PDA tidak
terdapat mikroorganisme yang tumbuh.
Tabel 11. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang, dan Khamir Metode
Agar Tuang
Kel Sampe
.
l
10
Jahe
B
Bubuk
Bahan
PDA
Pengenceran
10-4
10-5
64
200
SPC
Gambar
10,32
x 106
PDA 10-4
Keterangan
Jenis :
kapang
Bentuk :
bulat
Warna :
putih
PDA 10-5
10
B
Jahe
Bubuk
NA
TBUD
528
528x
105
NA 10-4
Jenis:
bakteri
Bentuk:
bulat
berkoloni
Warna: putih
NA 10-5
Sumber : Dokumentasi kelompok 10B (2015)
Hasil pengamatan pada sampel jahe bubuk dengam medium agar NA
pengenceran 10-4 tumbuh koloni bakteri ditandai dengan warna putih berbentuk
bulat kecil yang sangat banyak sehingga kelompok 10 kesulitan untuk menghitung
mikroorganismenya secara manual sedangkan pada pengenceran 10-5 koloni yang
terbentuk sebanyak 528. SPC pada sampel ini didapat dari pengenceran tertinggi
karena berkisar antara 30-300.
Pengenceran 10-4 dengan medium agar PDA menghasilkan pertumbuhan
koloni kapang ditandai warna putih berbentuk bulat besar berjumlah 64 sedangkan
pengenceran 10-5 berjumlah 200. SPC yang didapat yaitu 10,32 x 106 sesuai
dengan peraturan SPC nomor 2.
Perhitungan SPC dengan sampel jahe bubuk sebagai berikut:
64
Bahan
11B
NA
Kunyit
Bubuk
Pengencera
n
10-4
10-5
183
145
SPC
Gambar
Keterangan
816,15
x 104
NA 10
NA 10-5
Jenis :
bakteri
Bentuk :
bulat
Warna :
jingga (10-4),
putih
kekuningan
(10-5)
11B
Kunyit
Bubuk
PDA
94
31
31 x
105
PDA 10-4
Jenis :
kapang
Bentuk :
bulat
Warna :
putih
PDA 10-5
Sumber : Dokumentasi kelompok 11B (2015)
Hasil pengamatan pada sampel kunyit bubuk dengam medium agar NA
pengenceran 10-4 tumbuh koloni bakteri ditandai dengan warna jingga berbentuk
bulat yang terpisah antara koloni yang satu dengan yang lainnya berjumlah 183
sedangkan pengenceran 10-5 koloni yang tumbuh berwarna putih berbentuk bulat
yang terpisah antara koloni yang satu dengan yang lainnya berjumlah 145. SPC
yang didapat yaitu 816,15 x 104 sesuai dengan peraturan SPC nomor 2.
Perhitungan SPC dengan sampel kunyit bubuk sebagai berikut:
183
media dibiarkan tegak. Perbedaan dari kedua metode ini didasarkan karena alasan
aerasi
atau
pemenuhan
kebutuhan
oksigen.
Kebutuhan
oksigen
pada
Agar miring
Tabel 13. Pemeliharaan Agar miring
Metode
Gambar
Pemeliharaan kultur
agar miring
Hasil Pengamatan
-Berbentuk ekinulat
-keruh
Gambar
Pemeliharaan kultur
agar tegak
Hasil Pengamatan
-Berbentuk filiform
pertumbuhannya
mendekati
permukaan,
sedangkan
anaerob
jika
Setelah mengeras,
Metode
Gambar
Pemeliharaan kultur
LB
Hasil Pengamatan
-Berbentuk
Flokulen
Sumber
:
Dokumentasi kelompok 8B (2015)
Medium yang digunakan untuk membuat kultur cair pada praktikum kali ini
adalah Lactose Broth (LB). LB dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian
dimasukkan kultur dari bakteri yaitu streptococcus, lalu diinkubasi selama dua
hari. Pertumbuhan mikroorganisme dapat berupa kekeruhan yang terlihat pada
semua bagian medium dan pertumbuhan pada permukaan berupa pelikel, cincin,
membran, atau flokulen.
V.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum mengenai Pengamatan Bentuk Kapang dan
Pemeliharaan Kultur Mikroorganisme yaitu:
1.
3. Bakteri berbentuk batang dimiliki oleh sampel air mineral, cendol, roti,
tepung terigu dan kunyit bubuk sedangkan jahe bubuk berbentuk bulat.
4. Koloni pada agar tuang dihitung menggunakan ketentuan SPC.
5. Metode agar tuang menggunakan NA dan PDA dengan pengenceran 10 -4 dan
10-5.
6. Sampel air mineral, cendol baik NA maupun PDA menggunakan pengenceran
terendah karena jumlah koloninya >30
7. Sampel roti dengan NA tidak dapat dihitung karena agar tidak membeku
sedangkan dengan PDA menggunakan pengenceran terendah karena jumlah
koloninya >30.
8. Sampel tepung beras dengan NA menggunakan pengenceran terendah karena
koloninya > 30 Sedangkan dengan PDA tidak terkontaminasi bakteri.
9. Sampel jahe bubuk dengan NA menggunakan peraturan SPC dimana
koloninya kisaran 30-300 ssehinnga harus dihitung terlebih dahulu dengan
rumus yang sudah ditentukan sedangkan dengan PDA karena pengenceran
terendahnya TBUD sementara pengenceran tertingga dapat dihitung maka
gunakan pengenceran tertinggi
10. Sampel kunyit bubuk dengan NA maupun PDA menggunakan
11. Pada medium cair (NB) pertumbuhan mikroorganismenya adalah flokulen.
12. Pada medium agar miring menggunakan medium NA pertumbuhan
mikroorganismenya adalah ekinulat.
13. Pada medium agar tegak menggunakan medium NA pertumbuhan
mikroorganismenya adalah filiform.
5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan kesterilan tubuh dengan memakai
masker dan sarung tangan, kesterilan alat, dan lingkungan ketika melakukan
praktikum agar kontaminan tidak masuk kedalam medium isolasi yang
dibuat.
2. Sebaiknya
praktikan
terampil
dalam
membuat
metode
gores
dan
menginokulasi kultur pada medium agar miring, agar tegak dan agar cair agar
mikroorganisme yang ingin diisolasi dapat tumbuh dengan baik.
3. Sebaiknya praktikan dapat terampil melakukan pengamatan di bawah
mikroskop.
4. Praktikan harus lebih teliti pada saat praktikum untuk meminimalisir
kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, L. 2004. Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala
(Suplemen pikiran rakyat untuk iptek). Farmasi FMIPA ITB. Bandung.
Anonim.
2006.
Teknik
Dasar
Analisa
Mikrobiologi.
Available
at:
Jono.
2010.
Metode
Cawan.
Available
at: