Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN RASA NYAMAN NYERI

A. Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya (Aziz Alimul, 2006). Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M.
Wilkinson 2002). Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul
secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan.
Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi
dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi
Nyeri Internasional).
B. Etiologi
Munculnya nyeri berkaitan erat dengean reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri yang di maksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang
memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu.
Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan.
Stimulasi tersebut dapat berubah zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin,
dan macam-macam asam yang di lepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat
kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.

C. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis.
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis
adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat
terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan
nyeri terbakar.
D. Stimulus Nyeri
Seseorang dapat meneloransi, menahan nyeri (pain tolerance) atau mengenali jumlah
stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain tolerance). Terdapat beberapa jenis stimulus
nyeri, di antaranya:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan jaringan
dari iritasi secara langsung pada reseptor.
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya pada edema akibat terjadinya penekanan pada
reseptor nyeri.
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi pada blockade pada arceria koronaria yang
menstimulasi resptor nyeri akibat tumpukan asam laktat.
E. Teori Nyeri
Tedapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya (Barbara
C.Long, 1989):
1. Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke
medulla spinalis (spinal cord) melalui karnu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior,
kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan
berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

Teori Pola (Pattren Theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion
dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu
respons yang merangsan ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi
menimbulkan response dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi di
pengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
2. Teori Pengendali Gebang (Gate Control Theory). Menurut teori ini, nyeri tergantung dari
kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada di dalam akar ganglion doralis.
Rangsangan pada serat besar akan meninggalkan aktivitas subtansia gelatinosa yang
mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan
menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat
langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan kedalam
medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinta mempengaruhi aktivitas sel T.
Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas substansi gelatinosa dan
membuka pintu mekanisme,sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan
menghantarkan rangsangan nyeri.
3. Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada niciceptor melalui transmisi impulsimplus saraf, sehingga implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik.
Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut-serabut
besar yang memblok implus-implus pada serabut lamban dan endogen opiate system
supresif.
F. Faktor-Faktor Mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
adalah:
1. Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti
nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain.
Keadaan ini di pengaruhi lingkungan dan pengalaman.

Persepsi Nyeri.Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif


tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluasi kognitif). Persepsi ini di pengaruhi oleh
faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
2. Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau
garakan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor
yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang
kunjung tidak hilang, sakit, dan lain-lain.
3. Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang
terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi arti
nyeri, tingkat perspepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial,
kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.
G. Cara Mengukur Intensitas Nyeri
Skala nyeri menurut Hayward
Skala
0
1-3
4-6
7-9

Keterangan
Tidak nyeri
Nyeri ringan
Nyeri sedang
Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol

dengan aktifitas yang biasa dilakukan


10
Sangat nyeri dan tidak bias dikontrol
Skala nyeri menurut McGill
Skala
1
2
3

Keterangan
Tidak nyeri
Nyeri sedang
7

4
5

Nyeri berat
Nyeri sangat berat
Nyeri hebat

H. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya pelaksanaan nyeri yang efektif.
Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada
masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi
nyeri seperti factor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian
nyeri terdiri atas dua kompenen utama yaitu :
1. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien.
2. Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap
pengalaman subjektif. Mnemonic untuk pengkajian nyeri.
P

Provoking atau pemicu yaitu factor yang memicu timbulnya

Q
R
S
T

nyeri
Quality atau kualitas nyeri
Region atau daerah perjalanan ke daerah lain
Severity atau keganasan, yaitu intensitasnya
Time atau waktu, yaitu serangan, lamanya, kekerapan, dan
sebab

I. Etiologi Nyeri
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera.
2. Iskemik jaringan.
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak

terkendali,

dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot yang kelelahan dan
bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan atau diam menahan beban
pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.
Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal
dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.

4. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.


J. Manifestasi Klinis
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan meng hindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Nadi meningkat
8. Pernafasan meningkat
9. Depresi
K. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Non farmakologi
a. Relaksasi distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu
Contoh : membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan bermain
b. Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
1) Kompres dingin
2) Counteriritan, seperti plester hangat.
2. Farmakologi adalah obat:
a. Obat
b. Injeksi

BAB III
KASUS
A. Pengakajian
Tanggal Masuk
: 25 Juni 2014
Jam : 10.30 WIB
Tanggal Pengkajian
: 26 Juni 2014
Jam : 06.00 WIB
Ruang
: Bangsal Bawah ( Safir 5)
Pengkaji
: Dwi Nugraheni
B. Asuhan Keperawatan
1. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas Pasien
1) Nama
: Ny. C
2) Umur
: 20 tahun
3) Agama
: Islam
4) Pendidikan
: SMA
5) Pekerjaan : Swasta
6) Alamat
: Tanahsari Rt 03, Rw 03, Kebumen
7) Diagnosa Medis: Appendicitis
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di perut kanan bawah .
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Saat Ini
P: nyeri saat ditekan, Q: nyeri ditusuk-tusuk R: Perut kanan bawah, S: Skala nyeri
6, T: 2 menit setiap gerak.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah sakit sampai di rawat inap di Rumah Sakit.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada penyakit menurun ataupun menular.

d. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar Virginia Henderson


1) Pola Oksigenasi:
Sebelum sakit : Pasien bernafas dengan normal RR=20x/mnt, tanpa alat bantu
pernafasan.
Saat di kaji : Pasien bernafas dengan normal RR=22x/mnt, tanpa alat bantu
pernafasan.
2) Pola Nutrisi:

Sebelum sakit: Pasien mengatakan makan 3x1 sehari dengan komposisi nasi,
sayur dan lauk pauk. Pasien minum 6-8 gelas perhari jenis air putih, teh, kopi dan
kadang-kadang susu.
Saat dikaji: Pasien makan 3x1 sehari hanya menghabiskan porsi yang diberikan
klinik dan minum 2-4 gelas perhari jenis air putih.
3) Pola Eliminasi :
Sebelum sakit: Eliminasi volume tidak teridentifikasi, warna kuning, lancar,dan
tidak ada kesulitan.
Saat dikaji: Pasien mengatakan BAB lancar.
4) Pola Aktivitas:
Sebelum sakit: Pasien mengatakan dapat beraktivitas secara mandiri tanpa
bantuan orang lain.
Saat dikaji: Pasien dalam beraktivitas, sebagian dibantu oleh keluarganya.
5) Pola Istirahat:
Sebelum sakit: Pasien mengatakan biasa tidur 7 8 jam / hari tanpa ada keluhan
di malam hari.
Saat dikaji: Pasien mengatakan bisa tidur 5-6 jam/hari, kadang-kadang malam
tidak bisa tidur karena merasa sulit tidur.
6) Pola Berpakaian:
Sebelum sakit: Pasien dapat berpakaian rapi dan mandiri, tanpa bantuan orang
lain. Pasien mengganti pakaian 2x sehari setelah mandi.
Saat dikaji: Pasien dapat berpakaian dengan bantuan keluarganya.
7) Menjaga Suhu Tubuh :
Sebelum sakit: Pasien teraba tidak demam.
Saat dikaji: Pasien teraba tidak demam dengan suhu 360C
8) Pola Personal Hygiene:
Sebelum sakit: Pasien mandi 2 x sehari pagi dan sore, gosok gigi dan keramas.
Saat dikaji: Pasien diseka 2x sehari oleh keluarganya setiap pagi dan sore. Klien
belum pernah gosok gigi selama di rumah sakit.
9) Pola Menghindar dari Bahaya:
Sebelum sakit : Pasien selalu waspada jika ada bahaya menimpanya.
Saat dikaji : Pasien mengatakan pasrah dengan keadaannya saat ini.
10) Pola Komunikasi:
Sebelum sakit: Pasien dapat berkomunikasi dengan lancar menggunakan bahasa
jawa atau bahasa indonesia.
Saat dikaji: Pasien dapat berbicara dengan bahasa Indonesia dengan lemas.
11) Pola Spiritual:
Sebelum sakit: Pasien menjalankan shalat lima waktu dan menjalankan ibadah
sesuai ajaran yang dianutnya.
Saat dikaji: Pasien menjalankan ibadah di atas tempat tidur sambil tiduran.

12) Pola Rekreasi:


Sebelum sakit: Pasien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk
rekreasi, pasien hanya berkunjung ke rumah saudara-saudaranya atau bermain ke
rumah tetangganya.
Saat dikaji: Pasien tidak dapat rekreasi.
13) Pola Bekerja:
Sebelum sakit: Pasien mengatakan dapat bekerja.
Saat dikaji: Pasien mengatakan belum bisa bekerja seperti biasa.
14) Pola Belajar:
Sebelum sakit: Pasien mengatakan mendapat informasi dari TV atau radio.
Saat dikaji: Pasien mengatakan belum tahu banyak tentang penyakit yang
dideritanya.
2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum (KU) : cukup
2) Kesadaran
: conposmentis
3) TD:100/80
mmHg
4) N : 86
x/mnt
0
5) S : 36
C
6) RR: 22
x/mnt
b. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) meliputi fungsi bila
merupakan panca indra.
1. Kepala : Bentuk mesochepal, rambut lurus pendek , rambut bersih, tidak ada
benjolan.
2. Muka : Simetris,terlihat pucat, dan kering.
3. Mata : Bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis, tidak ada nyeri tekan pada
kelopak mata, warna bola mata hitam. Sclera anikterik, rangsangan cahaya (+).
4. Hidung: Bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, tidak ada sekret.
5. Mulut : Bibir kering, gigi agak kotor , gigi berwarna kuning, dan tidak ada nyeri
tekan pada langit-langit mulut, tidak ada pendarahan gusi, dan stomatitis.
6. Telinga: Bentuk simetris, tidak ada serumen berlebih, tidak ada infeksi, selama
7.

sakit belum pernah dibersihkan.


Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembesaran

vena jugularis.
8. Dada : Inspeksi

: bentuk simetris, tidak ada luka

Palpasi

: tidak ada nyeri tekan

Perkusi

: terdengar bunyi sonor

Auskultasi

: tidak ada wheezing

9. Jantung

: Inspeksi

: simetris

Palpasi

: tidak ada nyeri tekan

Perkusi

: normal

Auskultasi

: terdengar normal

10. Paru-paru

: Inspeksi

: simetris

Palpasi

: tidak ada nyeri tekan

Perkusi

: Resonan/normal

Auskultasi

: vesikuler

11. Abdomen

: Inspeksi

:Tidak ada lesi

Auskultasi

: terdengar peristaltic usus 10xpm

Palpasi

: nyeri tekan

Perkusi

: timpani

12. Extermitas
13. Kulit

: Terpasang infuse pada tangan kanan

: Warna kulit sawo matang, kering, dan turgor kulit cukup.

14. Genetalia : Terpasang DC.

c.

Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium :

Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
d. Therapi

Hasil
7,4 g/dl
9300/mm3
354.000/mm3
24%

Nilai Normal
12-16 g/dl
4.800-10.800/mm3
150.000-450.000/mm3
37-47%

Keterangan
Kurang
Cukup
Cukup
Kurang

Injeksi : Ondansetron (2X4 mg) / hari


Ranitidin

(2X50 mg) / hari

Kalnek

(3x500 mg) / hari

Tablet : Asam Folat


Infus

(3x500 mg) / hari

: RL 500 ml dengan 20 tpm

3. ANALISA DATA
N
O

DATA FOKUS

MASALAH

ETIOLOGI

DS:

Gangguan rasa Stess dan ketegangan,

Pasien mengatakan nyeri nyaman nyeri

iritasi/tekanan

saraf,

di perut kanan bawah

vasospasme,peningkata

DO:

n tekanan intrakranial.

1. Pasien Terlihat gelisah dan


menangis
2. Pasien terlihat menahan
nyeri
3. Kaji nyeri
P: Nyeri saat ditekan &
membungkuk
Q: Nyeri ditusuk2
R: Perut kanan bawah
15
S: Skala nyeri 6
T: 2 menit setiap gerak
4. PERENCANAAN
N
O
1

DIAGNOSA

INTERVENSI

Gangguan rasa 1. Kaji KU pasien dan


nyaman nyeri

RASIONALISASI
1. KU pasien cukup,

memonitor tanda-tanda

tanda-tanda vital pasien

vital

normal

2. Kaji nyeri pasien

2. P: nyeri saat ditekan


& membungkuk
Q: nyeri ditusuk2
R: Perut kanan
bawah
S: Skala nyeri 6
T: 2 menit setiap

3.

Berikan posisi yang

gerak

nyaman dari pasien


3. Pasien terlihat
4.

Ajarkan latihan teknik


relaksasi dan distraksi

nyaman dengan kepala


di tinggikan.
4. Pasien mau

5. Latih pasien untuk

mendengarkan

teknik relaksasi
kembali dan belajar

5. Pasien sudah mampu

untuk mandiri

melakukan relaksasi

9.

distraksi
16
sendiri

5. PELAKSANAAN
N

Dx Kep

Tanggal / Jam

O
1

Ganggua

27 Juni 2014 1.
/

n rasa

10.30 WIB

Implementasi

pasien

nyaman

dan

nyeri

memonitor

N = 86 x/menit,
RR = 22 x/menit

tanda-tanda
vital

2. P: nyeri saat
ditekan

2.

&

Mengkaji membungkuk
nyeri pasien

10.35 WIB

Paraf

Mengkaji1. KU: cukup


KU

10.33 WIB

Respon

Q:

nyeri

ditusuk2
R: Perut kanan
bawah

10.40 WIB

S: Skala nyeri 6
T: 2 menit
setiap gerak

10.50 WIB

3.Pasien
3.

Memberikan mengatakan
posisi

yang nyaman

jika

nyaman dari kepala


pasien

lebih

tinggi
17

4.

Mengajarkan
latihan teknik
relaksasi
distraksi

4.Pasien
mengatakan

5.

Melatih sudah

bisa

pasien untuk melakukannya


teknik

sendiri

relaksasi
kembali dan 5.Pasien
belajar untuk Kooperatif dan
mandiri

mau

berlatih

untuk
mengurangi
nyerinya
dibantu ibunya
6. EVALUASI
N

Tanggal /

O
1

Jam
27 Juni

Dx Kep
Gangguan rasa nyaman nyeri

Evaluasi
S:Pasien

2014 /

mengatakan

11.00

masih

WIB

nyeri

sedikit

O: RR = 20

Paraf

x/menit, pasien
sudah

tidak

terlihat gelisah

f.

Nyeri
P: Masih nyeri

jika bergerak
Q:Nyeri
seperti ditusuktusuk
R: Perut kanan
bawah
S:Skala nyeri4
T:Berulang
kali
A:Masalah
nyeri

teratasi

sebagian
P:
- Mengkaji
keluhan
nyeri,mengenai
lokasi,
intensitas dan
durasi,
perhatikan
petunjuk verbal
dan non verbal

- Mengajarkan
latihan teknik
19
relaksasi dan
distraksi
kembali

BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif

karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6
bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat
dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan nyeri terbakar.
Munculnya nyeri berkaitan erat dengean reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri
yang di maksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki
sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa diharapakn dengan adanya makalah asuhan keperawtan ini dapat
membantu

dalam

membuat

makalah

asuhan

keperawtan

tentang

nyeri,

dan

memperbanyak pengetahuan dari berbagai refrensi lainnya.


2. Bagi perawat diharapkan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tidak hanya
sebagai pemberi asuhan keperawatan namun juga berperan aktif dalam mencegah akan
terjadinya suatu penyakit.

3. 20
Bagi dunia keperawatan diharapakan kita sebagai tenaga kesehatan mampu memberikan
pelayanan kesehatan semaksimal mungkin, dan meningkatkan kualitas perawat yang
lebih bermutu.
DAFTAR PUSTAKA
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 20122014, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Tamsuri. 2007. Nursing Outcome Classification (NOC).Jakarta: Mosby Elsevier,
Academic Press
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An
Affiliate Of Elsefer
Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Wilkinson,judith.2002.Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC NOC Edisi 7.
Jakarta : EGC
Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai