LP Revisi
LP Revisi
A. Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya (Aziz Alimul, 2006). Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M.
Wilkinson 2002). Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul
secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan.
Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi
dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi
Nyeri Internasional).
B. Etiologi
Munculnya nyeri berkaitan erat dengean reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri yang di maksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang
memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu.
Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan.
Stimulasi tersebut dapat berubah zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin,
dan macam-macam asam yang di lepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat
kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
C. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis.
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis
adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat
terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan
nyeri terbakar.
D. Stimulus Nyeri
Seseorang dapat meneloransi, menahan nyeri (pain tolerance) atau mengenali jumlah
stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain tolerance). Terdapat beberapa jenis stimulus
nyeri, di antaranya:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan jaringan
dari iritasi secara langsung pada reseptor.
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya pada edema akibat terjadinya penekanan pada
reseptor nyeri.
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi pada blockade pada arceria koronaria yang
menstimulasi resptor nyeri akibat tumpukan asam laktat.
E. Teori Nyeri
Tedapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya (Barbara
C.Long, 1989):
1. Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke
medulla spinalis (spinal cord) melalui karnu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior,
kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan
berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
Teori Pola (Pattren Theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion
dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu
respons yang merangsan ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi
menimbulkan response dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi di
pengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
2. Teori Pengendali Gebang (Gate Control Theory). Menurut teori ini, nyeri tergantung dari
kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada di dalam akar ganglion doralis.
Rangsangan pada serat besar akan meninggalkan aktivitas subtansia gelatinosa yang
mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan
menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat
langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan kedalam
medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinta mempengaruhi aktivitas sel T.
Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas substansi gelatinosa dan
membuka pintu mekanisme,sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan
menghantarkan rangsangan nyeri.
3. Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada niciceptor melalui transmisi impulsimplus saraf, sehingga implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik.
Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut-serabut
besar yang memblok implus-implus pada serabut lamban dan endogen opiate system
supresif.
F. Faktor-Faktor Mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
adalah:
1. Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti
nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain.
Keadaan ini di pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
Keterangan
Tidak nyeri
Nyeri ringan
Nyeri sedang
Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol
Keterangan
Tidak nyeri
Nyeri sedang
7
4
5
Nyeri berat
Nyeri sangat berat
Nyeri hebat
H. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya pelaksanaan nyeri yang efektif.
Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada
masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi
nyeri seperti factor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian
nyeri terdiri atas dua kompenen utama yaitu :
1. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien.
2. Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap
pengalaman subjektif. Mnemonic untuk pengkajian nyeri.
P
Q
R
S
T
nyeri
Quality atau kualitas nyeri
Region atau daerah perjalanan ke daerah lain
Severity atau keganasan, yaitu intensitasnya
Time atau waktu, yaitu serangan, lamanya, kekerapan, dan
sebab
I. Etiologi Nyeri
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera.
2. Iskemik jaringan.
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak
terkendali,
dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot yang kelelahan dan
bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan atau diam menahan beban
pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.
Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal
dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
BAB III
KASUS
A. Pengakajian
Tanggal Masuk
: 25 Juni 2014
Jam : 10.30 WIB
Tanggal Pengkajian
: 26 Juni 2014
Jam : 06.00 WIB
Ruang
: Bangsal Bawah ( Safir 5)
Pengkaji
: Dwi Nugraheni
B. Asuhan Keperawatan
1. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas Pasien
1) Nama
: Ny. C
2) Umur
: 20 tahun
3) Agama
: Islam
4) Pendidikan
: SMA
5) Pekerjaan : Swasta
6) Alamat
: Tanahsari Rt 03, Rw 03, Kebumen
7) Diagnosa Medis: Appendicitis
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di perut kanan bawah .
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Saat Ini
P: nyeri saat ditekan, Q: nyeri ditusuk-tusuk R: Perut kanan bawah, S: Skala nyeri
6, T: 2 menit setiap gerak.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah sakit sampai di rawat inap di Rumah Sakit.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada penyakit menurun ataupun menular.
Sebelum sakit: Pasien mengatakan makan 3x1 sehari dengan komposisi nasi,
sayur dan lauk pauk. Pasien minum 6-8 gelas perhari jenis air putih, teh, kopi dan
kadang-kadang susu.
Saat dikaji: Pasien makan 3x1 sehari hanya menghabiskan porsi yang diberikan
klinik dan minum 2-4 gelas perhari jenis air putih.
3) Pola Eliminasi :
Sebelum sakit: Eliminasi volume tidak teridentifikasi, warna kuning, lancar,dan
tidak ada kesulitan.
Saat dikaji: Pasien mengatakan BAB lancar.
4) Pola Aktivitas:
Sebelum sakit: Pasien mengatakan dapat beraktivitas secara mandiri tanpa
bantuan orang lain.
Saat dikaji: Pasien dalam beraktivitas, sebagian dibantu oleh keluarganya.
5) Pola Istirahat:
Sebelum sakit: Pasien mengatakan biasa tidur 7 8 jam / hari tanpa ada keluhan
di malam hari.
Saat dikaji: Pasien mengatakan bisa tidur 5-6 jam/hari, kadang-kadang malam
tidak bisa tidur karena merasa sulit tidur.
6) Pola Berpakaian:
Sebelum sakit: Pasien dapat berpakaian rapi dan mandiri, tanpa bantuan orang
lain. Pasien mengganti pakaian 2x sehari setelah mandi.
Saat dikaji: Pasien dapat berpakaian dengan bantuan keluarganya.
7) Menjaga Suhu Tubuh :
Sebelum sakit: Pasien teraba tidak demam.
Saat dikaji: Pasien teraba tidak demam dengan suhu 360C
8) Pola Personal Hygiene:
Sebelum sakit: Pasien mandi 2 x sehari pagi dan sore, gosok gigi dan keramas.
Saat dikaji: Pasien diseka 2x sehari oleh keluarganya setiap pagi dan sore. Klien
belum pernah gosok gigi selama di rumah sakit.
9) Pola Menghindar dari Bahaya:
Sebelum sakit : Pasien selalu waspada jika ada bahaya menimpanya.
Saat dikaji : Pasien mengatakan pasrah dengan keadaannya saat ini.
10) Pola Komunikasi:
Sebelum sakit: Pasien dapat berkomunikasi dengan lancar menggunakan bahasa
jawa atau bahasa indonesia.
Saat dikaji: Pasien dapat berbicara dengan bahasa Indonesia dengan lemas.
11) Pola Spiritual:
Sebelum sakit: Pasien menjalankan shalat lima waktu dan menjalankan ibadah
sesuai ajaran yang dianutnya.
Saat dikaji: Pasien menjalankan ibadah di atas tempat tidur sambil tiduran.
vena jugularis.
8. Dada : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
9. Jantung
: Inspeksi
: simetris
Palpasi
Perkusi
: normal
Auskultasi
: terdengar normal
10. Paru-paru
: Inspeksi
: simetris
Palpasi
Perkusi
: Resonan/normal
Auskultasi
: vesikuler
11. Abdomen
: Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: nyeri tekan
Perkusi
: timpani
12. Extermitas
13. Kulit
c.
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium :
Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
d. Therapi
Hasil
7,4 g/dl
9300/mm3
354.000/mm3
24%
Nilai Normal
12-16 g/dl
4.800-10.800/mm3
150.000-450.000/mm3
37-47%
Keterangan
Kurang
Cukup
Cukup
Kurang
Kalnek
3. ANALISA DATA
N
O
DATA FOKUS
MASALAH
ETIOLOGI
DS:
iritasi/tekanan
saraf,
vasospasme,peningkata
DO:
n tekanan intrakranial.
DIAGNOSA
INTERVENSI
RASIONALISASI
1. KU pasien cukup,
memonitor tanda-tanda
vital
normal
3.
gerak
mendengarkan
teknik relaksasi
kembali dan belajar
untuk mandiri
melakukan relaksasi
9.
distraksi
16
sendiri
5. PELAKSANAAN
N
Dx Kep
Tanggal / Jam
O
1
Ganggua
27 Juni 2014 1.
/
n rasa
10.30 WIB
Implementasi
pasien
nyaman
dan
nyeri
memonitor
N = 86 x/menit,
RR = 22 x/menit
tanda-tanda
vital
2. P: nyeri saat
ditekan
2.
&
Mengkaji membungkuk
nyeri pasien
10.35 WIB
Paraf
10.33 WIB
Respon
Q:
nyeri
ditusuk2
R: Perut kanan
bawah
10.40 WIB
S: Skala nyeri 6
T: 2 menit
setiap gerak
10.50 WIB
3.Pasien
3.
Memberikan mengatakan
posisi
yang nyaman
jika
lebih
tinggi
17
4.
Mengajarkan
latihan teknik
relaksasi
distraksi
4.Pasien
mengatakan
5.
Melatih sudah
bisa
sendiri
relaksasi
kembali dan 5.Pasien
belajar untuk Kooperatif dan
mandiri
mau
berlatih
untuk
mengurangi
nyerinya
dibantu ibunya
6. EVALUASI
N
Tanggal /
O
1
Jam
27 Juni
Dx Kep
Gangguan rasa nyaman nyeri
Evaluasi
S:Pasien
2014 /
mengatakan
11.00
masih
WIB
nyeri
sedikit
O: RR = 20
Paraf
x/menit, pasien
sudah
tidak
terlihat gelisah
f.
Nyeri
P: Masih nyeri
jika bergerak
Q:Nyeri
seperti ditusuktusuk
R: Perut kanan
bawah
S:Skala nyeri4
T:Berulang
kali
A:Masalah
nyeri
teratasi
sebagian
P:
- Mengkaji
keluhan
nyeri,mengenai
lokasi,
intensitas dan
durasi,
perhatikan
petunjuk verbal
dan non verbal
- Mengajarkan
latihan teknik
19
relaksasi dan
distraksi
kembali
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6
bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat
dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan nyeri terbakar.
Munculnya nyeri berkaitan erat dengean reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri
yang di maksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki
sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa diharapakn dengan adanya makalah asuhan keperawtan ini dapat
membantu
dalam
membuat
makalah
asuhan
keperawtan
tentang
nyeri,
dan
3. 20
Bagi dunia keperawatan diharapakan kita sebagai tenaga kesehatan mampu memberikan
pelayanan kesehatan semaksimal mungkin, dan meningkatkan kualitas perawat yang
lebih bermutu.
DAFTAR PUSTAKA
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 20122014, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Tamsuri. 2007. Nursing Outcome Classification (NOC).Jakarta: Mosby Elsevier,
Academic Press
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An
Affiliate Of Elsefer
Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Wilkinson,judith.2002.Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC NOC Edisi 7.
Jakarta : EGC
Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC