SYSTEM
Permasalahan pada praktek akuntansi biasanya berkaitan dengan masalah
pencatatan dan pelaporan laporan keuangan atau transaksi ekonomi. Landasan
dasar dalam memproses laporan keuangan mengalami sedikit perubahan semenjak
ditemukannya sistem double entry oleh Pacioli. Setelah Wall Street jatuh pada
tanggal 1929, sistem tradisional yang menggunakan biaya historis
kembali
diterapkan. Namun, hingga pada akhir tahun 1930 penggunannya tidak secara
sistematis digunakan sebagai dasar utama dalam pengukuran, pencatatan dan
pelaporan transaksi ekonomi dalam suatu perusahaan. Di tahun 1960 kemudian
muncul beberapa alternatif sistem pengukuran yang lain yang kemudian terus
dikembangkan untuk menggantikan sistem biaya historis. Yang pertama adalah
mengukur nilai terkini pada objek yang telah terpakai menggunkan sistem current
buying price atau kita kenal sebagai Current Cost Accounting System dan yang
kedua adalah menggunkan sistem current selling price atau yang dikenal sebagai
Exit Price Accounting System.
modal telah dicapai jika jumlah modal perusahaan pada akhir periode tidak
berubah dari yang pada awal periode, apabila terdapat jumlah yang berlebih maka
diperlakukan sebagai keuntungan.
Monetary Items dan Non-monetary Items
Monetary items adalah aktiva yang mempunyai klaim untuk menerima
sejumlah manfaat mata uang (rupiah, dollar) di masa mendatang tanpa
memperhatikan perubahan keadaan ekonomi dan daya beli masyarakat, seperti
inflasi. Pegukuran monetary item berdasarkan pada nilai historical cost. Item
kebanyakan berasal dari kreditur, debitur, kas, pembayaran dimuka dan cerukan
bank. Sebaliknya non-monetary items berpengaruh terhadap keadaan sekitar
sehingga dibutuhkan penyesuaian pada mata uangnya, sehingga pengukuran
berdasarkan pada nilai kini, nilai tersebut berasal dari:
Harga perolehan masa kini
Indeks spesifik karena tidak ada harga pasarnya
Untuk spessifik atau untuk digantikan
Argumen yang Mendukung dan Menentang Current Cost
Pengakuan Prinsip
Para pendukung historical cost berpendapat bahwa nilai masa kini melanggar
konservatisme prinsip yang menyatakan bahwa keuntungan diakui pada saat aset
non-moneter dijual. Pendukung current cost berpendapat bahwa unrealised
holding gain menunjukkan adanya fenomena pergerakan nilai aset yang terjadi
pada waktu tersebut sehingga harus diakui, apabila memiliki bukti yang cukup
kuat.
Objektivitas Current cost
Para pendukung historical cost berpendapat bahwa nilai masa kini tidak objektif
karena kebanyakan kasus, nilai masa kini penggunaannya tidak berdsarkan pada
transaksi aktual yang perusahaan lakukan. Namun objektivitas dalam historical
cost sendiri juga sulit untuk mengukurnya. Sebagai contohbarang-barang yang
mudah didapat seperti bahan baku, persediaan barang dan lainnya, karena barangbarang tersebut bersifat operasional dan pemakaiannya
Kritik Spesifik terhadap Current cost
Pendukung Historical Cost
Para pendukung historical cost banyak yang menolak current cost/aktual, hal ini
karena current cost melanggar prinsip awal realisasi. Permasalahan berada pada
pengukuran terhadap kenaikan biaya. Apabila tidak ada pasar yang dapat
dibandingkan, maka dasar pembanding terhadap nilai aset masa kini berdasarkan
pada pembelian aset baru untuk menggantikan aset lama. Penilaian terhadap
adanya keuntungan dan kerugian operasional aset juga tidaklah mudah. Selain
perubahan nilai aset, current cost/aktual juga juga dibutuhkan adanya penyesuaian
terhadap seluruh biaya operasi dan biaya-biaya yang terkait di dalamnya, serta
penyesuaian terhadap nilai output.
Perbandingan antara Historical cost dan current cost
Perbedaan antara perhitungan historical cost dan current cost berada pada
perhitungan terhadap perhitungan profit. Pada historical cost, profit yang
dihasilkan justru lebih besar dibandingkan perhitungan current cost. Hal ini
karena current cost memiliki adanya unrealised holding gain. Dalam Current cost,
pemisahan antara profit dan unrealised profit menunjukkan adanya 2 (dua)
keuntungan dengan aktivitas yang berbeda, profit muncul karena adanya aktivitas
operasional yang dikelola oleh manajemen, dan unrealised profit muncul karena
adanya aktivitasholding perusahaan. Sedangkan dalam historical cost, kedua
profit ini dianggap satu kesatuan.
Pendukung Exit Price
Pendukung teori ini menganggap bahwa biaya berarti opportunity cost atau
pengorbanan terhadap alternatif lain. Di beberapa kasus, pengorbanan yang
dihadapi perusahaan terhadap aset yaitu pada saat ingin menjualnya
dibandingmenggunakannya. Sehingga penggunaan current cost menjadi tidak
relevan. Penggunaan exit price atau realisable value menjadi lebih logis dalam
kasus ini karena objektivitas current cost yang sulit dinilai. Current cost
memerlukan perhitungan matematis karena dalam praktiknya, current cost diukur
melibatkan variasi metode pengukuran. Selain itu current cost dianggap tidak
relevan dalam beberapa keputusan investasi karena tidak berfokus pada
kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dananya.