Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BRONKOPNEUMONIA

A. Pengertian Bronkopneumonia
Bronkho pneumonia adalah salah satu peradangan paru yang
terjadi pada jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului
olehinfeksi traktus respiratus bagian atas selama beberapa hari. Yang
dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing lainnya. (Dep. Kes. 1993 : Halaman 106).
Bronkopneumonia adalah Radang dinding bronkus kecil disertai
atelektasis daerah percabangannya (Muda, 1999).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia
yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau
lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru
yang

berdekatan

di

sekitarnya.

Pada

bronkopneumonia

terjadi

konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).


Jadi bronkopneumonia adalah radang paru dalam satu atau lebih
area dalam bronki dan meluas ke parenkim paru.
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi dan fisiologi
a. Anatomi saluran pernafasan
Saluran penghantar hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus dan bronkiolus. Struktur ini menyalurkan udara yang di inspirasi menuju ke
alveolis pada paru-paru untuk dibuang ke atmosfer. (Drs. Syaifudin B.Ac 1992).
1)

Hidung

Ketika udara masuk kedalam rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan
dilembabkan.
(Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).

2)

Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat
dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. (Drs. Syarifudin B. Ac 1992).
3)

Laring

Merupakan saluran udara sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian faring
sampai ketinggian vertebralis ficalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. (Drs.
Syarifudin B. Ac 1992)
4) Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda yang panjangnya
kurang lebih 5 inchi. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).
5)

Bronkus

Lanjutan dari trakea, bronkus kanan lebih pendek dan besar dibandingkan kiri, terdiri
dari 6-8 cincin mempunyai 3 cabang, bronkus kiri lebih panjang dan ramping terdiri dari
9-12 cincin mempunyai 2 cabang. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).
6)

Bronkiolus

Lanjutan dari bronkus yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli.
(Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).
7) Alveoli
Area respirasi yaitu pada alveoli yang merupakan unit fungsional dimana pada area ini
terjadi pertukaran gas. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994)
C. Etiologi
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan

streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus


influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
(Reeves, 2001)

D. Manifestasi Klinis
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium

5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
E. Pathofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan
paru-paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian
kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros
kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau
bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang
menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana
proses peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 12 jam)
Dimana

lobus

yang

meradang

tampak

warna

kemerahan,

membengkak, pada perabaan banyak mengandung cairan, pada


irisan keluar cairan kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli
melalui pembuluh darah yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel
darah merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli

(pleura

yang

berdekatan

mengandung

eksudat

fibrinosa

kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa
terjadi konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat
yang ada pada pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi
pus.
4. Stadium Resolusi (7 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce,
1995 : 231- 232).

F. Pathway Keperawatan Bronkhus Pneumonia

Sumber : Nanda NIC-NOC 2013 Jilid 1

G. Penatalaksanaan
1) Penatalaksaan Dokter
Terapi dan Tindakan medis
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan

waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan


polifarmasi maka yang biasanya diberikan:
1. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum
luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas
demam 4-5 hari.
2. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan
campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1
ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
3. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik
akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil
4.
5.
6.
7.
8.

analisa gas darah arteri.


Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.
Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.
Istirahat yang cukup
Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/
hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

2) Penatalaksaan Perawat
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien bronkopneumonia adalah
:
1)

Menjaga kelancaran pernapasan

2)

Kebutuhan istirahat

3)

Kebutuhan nutrisi dan cairan

4)

Mengontrol suhu tubuh

5)

Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman

H. KOMPLIKASI

a.

Atelektasis

:Pengembangan paru yang tidak sempurna.

b. Emfisema

: Terdapatnya pus pada rongga pleura.

c.

:pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.

Abses paru

d. Infeksi sistomik
e.

Endokarditis

:peradangan pada endokardium.

f.

Meningitis

: Peradangan pada selaput otak.

I.

a.

PENCEGAHAN PADA ANAK


Hindari anak dari paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi
penularan.

b. Hindari kontak anak dengan penderita ISPA


c.

Membiasakan pemberian ASI

d. Segera berobat jika terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan
sesak pada anak.
e.

Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
1.
2.
3.
4.
5.

Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3


Laju endap darah meningkat 100mm
ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.
GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi CO2
Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin ringan karena
peningkatan suhu tubuh.

B. Pemeriksaan Radiologi
Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Fokus Pengkajian
Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi pada anak
berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi berusia kurang dari 2
bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih sering mengalami bronkopneumonia.
b. Keluhan Utama : sesak nafas
c. Riwayat Penyakit
1) Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis (alergi) dan batuk, serta
suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri.
2) Pneumonia Stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam beberapa hari hingga
seminggu, kondisi suhu tubuh tinggi, batuk mengalami kesulitan pernapasan.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit fertusis yaitu
penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap panjang dan lama yang disertai
e.
1)
2)
3)

wheezing (pada Bronchopneumonia).


Pengkajian Fisik
Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak bisa tidur.
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya gagal jantung kronik.
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk,

penampilan kaheksia (mal nutrisi).


4) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influensa).
Tanda : Perubahan mental (bingung somnolen).
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk, mialgia, atralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit.
6) Pernafasan
Gejala : Riwayat PPOM, takipnea, dipsnea, pernafasan dangkal, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area yang konsolidasi),
fremitus (traktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi), bunyi nafas (menurun
atau tidak ada), warna (pucat atau cyanosis bibir/kuku).
7) Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.

8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat penyakit ISPA.
Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.
2.
1)
2)
3)

Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya scret mucus
Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudat
Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasi

4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan pemasukan
b.d faktor biologis.
5)

Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan

tachipnea.
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan :
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya secret mucus
Tujuan :
Setelah dilakukan askep jam Status respirasi: terjadi kepatenan jalan nafas dg
KH:
Pasien tidak merasa tercekik ,tidak sesak nafas, auskultasi suara paru bersih,irama nafas ,
frekuensi nafas dalam rentang normal, tanda vital dbn.
Intervensi :
Airway manajemenn
1. Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ekstensi jika memungkinkan.
2.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.Identifikasi pasien secara actual atau potensial untuk membebaskan jalan nafas.
4.Pasang ET jika memeungkinkan
5.Lakukan fisioterapi dada jika memungkinkan
6.Keluarkan lendir dengan suction
7.Asukultasi suara nafas
8.Lakukan suction melalui ET
9.Atur posisi untuk mengurangi dyspnea
10.Monitor respirasi dan status oksigen jika memungkinkan
11. berikan bronkodilator jika perlu
Airway Suction
Tentukan kebutuhan suction melalui oral atau tracheal

Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction


Informasikan pada keluarga tentang suction
Masukan selang jalan afas melalui hidung untuk memudahkan suction
Bila menggunakan oksigen tinggi (100% O2) gunakan ventilator atau rescution manual.
Gunakan peralatan steril, sekali pakai untuk melakukan prosedur tracheal suction.
Monitor status O2 pasien dan status hemodinamik sebelum, selama, san sesudah suction.
Suction oropharing setelah dilakukan suction trachea.
Bersihkan daerah atau area stoma trachea setelah dilakukan suction trachea.
Hentikan tracheal suction dan berikan O2 jika pasien bradicardia.
Catat type dan jumlah sekresi dengan segera
Diagnosa :
Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudat
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam ventilasi dan pertukaran gas efektif dengan
KH:
Keseimbangan elektrolit dan asam basa, Nadi dalam batas yang diharapkan, Irama jantung
dalam batas yang diharapkan
Intervensi :
Manajemen asam basa
Aktivitas :
1. Pertahankan kepatenan akses IV
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Pantau kadar eletrolit
4. Pantau pola nafas
5. Sediakan terapi oksigen
Terapi Oksigen
Aktivitas :
1. Bersihkan secret mulut dan trakea
2. Jaga kepatenan jalan napas
3. Sediakan peralatan oksigen, sistim humadifikasi
4. Pantau aliran oksigen

5. Pantau posisi peralatan yang menyalurkan oksigen pada pasien


6. Monitor aliran oksigen dalam liter
7. Monitor posisi pemasangan alat oksigen
Diagnosa :
Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakana keperawatan jam jam pola napas efektif dengan criteria hasil :
Kepatenan jalan napas, demam tidak ada, sesak tidak ada, frekuensi napas dalam batas
normal, irama napas teratur, keluaran sputum dari jalan napas, tidak adanya suara napas
tamabahan
Intervensi :
Manajemen Jalan Napas
Aktivitas :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas actual/potensial
3. Lakukan fisioterapi dada, sesuai dengan kebutuhan
4. Bersihkan secret dengan menggunakan penghisapan
5. Dukung untuk bernapas pelan, dalam, berbalik dan batuk
6. Instruksikan bagaimana cara batuk efektif
Bantuan Ventilasi
Aktivitas :
1. Jaga kepatenan jalan napas
2. Berikan posisi yang mengurangi dyspnea
3. Bantu perubahan posisi dengan sering
4. Pantau kelemahan oto pernapasan
5. Mulai dan jaga oksigen tambahan
6. Bersihkan mulut,hidung dan sekret trakea
7. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

Diagnosa :

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan pemasukan
b.d faktor biologis.
Tujuan :
setelah dilakukan askep jam terjadi peningkatan status nutrisi dg KH: Mengkonsumsi
nutrisi yang adekuat. Identifikasi kebutuhan nutrisi.
Intervensi :
Managemen nutrisi
1. Kaji pola makan klien
2. Kaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya
3. Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
4. kelaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan
5. tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c
6. monitor intake nutrisi dan kalori
7. Monitor pemberian masukan cairan lewat parenteral.
Nutritional terapi
1. kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT
2. berikan makanan melalui NGT k/p
3. berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan
monitor penurunan dan peningkatan BB
4. monitor intake kalori dan gizi
Diagnosa :
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan
tachipnea.
Tujuan :
setelah dilakukan askep jam tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan criteria hasil :
Hidrasi, Membran mucus yang basah, Nafas pendek tidak ditemukan, Mata cekung tidak
ditemukan, Bunyi napas tambahan tidak ditemukan
Intervensi :

Manajemen cairan
Aktivitas :
1. Timbang BB tiap hari
2. Hitung haluaran
3. Pertahankan intake yang adekuat
4. Monitor status hidrasi
5. Monitor TTV
6. Berikan terapi IV
Terapi Intra vena
Aktifitas :
1. Atur pemberian IV sesuai resp dan pantau hasilnya
2. Pantau jumlah tetes dan tempat infuse IV
3. Periksa IV secara teratur
4. Pantau TTV
5. Catat intake dan output
6. Pantau tanda dan gejala yang berhungan dengan infusion flebitis
4. Implementasi
Airway manajemenn
1. Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ekstensi jika memungkinkan.
2.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.Identifikasi pasien secara actual atau potensial untuk membebaskan jalan nafas.
4.Pasang ET jika memeungkinkan
5.Lakukan fisioterapi dada jika memungkinkan
6.Keluarkan lendir dengan suction
7.Asukultasi suara nafas
8.Lakukan suction melalui ET
9.Atur posisi untuk mengurangi dyspnea
10.Monitor respirasi dan status oksigen jika memungkinkan
11. berikan bronkodilator jika perlu

4. Implementasi
Airway manajemenn

1. membebaskan jalan nafas dengan posisi leher ekstensi jika memungkinkan.


2. memosisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. mengidentifikasi pasien secara actual atau potensial untuk membebaskan jalan nafas.
4. memasang ET jika memeungkinkan
5. melakukan fisioterapi dada jika memungkinkan
6. mengeluarkan lendir dengan suction
7. mengauskultasi suara nafas
8. melakukan suction melalui ET
9. mengatur posisi untuk mengurangi dyspnea
10. memonitor respirasi dan status oksigen jika memungkinkan
11. memberikan bronkodilator jika perlu
Airway Suction
menentukan kebutuhan suction melalui oral atau tracheal
mengauskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
menginformasikan pada keluarga tentang suction
memasukan selang jalan afas melalui hidung untuk memudahkan suction
menggunakan peralatan steril, sekali pakai untuk melakukan prosedur tracheal suction.
memonitor status O2 pasien dan status hemodinamik sebelum, selama, san sesudah suction.
Suction oropharing setelah dilakukan suction trachea.
membersihkan daerah atau area stoma trachea setelah dilakukan suction trachea.
menghentikan tracheal suction dan berikan O2 jika pasien bradicardia.
mencatat type dan jumlah sekresi dengan segera
Manajemen asam basa
Aktivitas :
1. mempertahankan kepatenan akses IV
2. mempertahankan kepatenan jalan nafas
3. memantau kadar eletrolit
4. memantau pola nafas
5. menyediakan terapi oksigen
Terapi Oksigen
Aktivitas :
1. membersihkan secret mulut dan trakea

2. menjaga kepatenan jalan napas


3. menyediakan peralatan oksigen, sistim humadifikasi
4. memantau aliran oksigen
5. memantau posisi peralatan yang menyalurkan oksigen pada pasien
6. memonitor aliran oksigen dalam liter
7. memonitor posisi pemasangan alat oksigen
Manajemen Jalan Napas
Aktivitas :
1. memosisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. mengidentifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas actual/potensial
3. melakukan fisioterapi dada, sesuai dengan kebutuhan
4. membersihkan secret dengan menggunakan penghisapan
5. mendukung untuk bernapas pelan, dalam, berbalik dan batuk
6. menginstruksikan bagaimana cara batuk efektif
Bantuan Ventilasi
Aktivitas :
1. menjaga kepatenan jalan napas
2. memberikan posisi yang mengurangi dyspnea
3.membantu perubahan posisi dengan sering
4. memantau kelemahan oto pernapasan
5. memulai dan jaga oksigen tambahan
6. membersihkan mulut,hidung dan sekret trakea
7. mengbservasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

Managemen nutrisi
1. mengkaji pola makan klien
2. mengkaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya
3. menganjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
4. kelaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan
5. meningkatkan intake protein, zat besi dan vit c
6. memonitor intake nutrisi dan kalori
7. memonitor pemberian masukan cairan lewat parenteral.

Nutritional terapi
1. mengkaji kebutuhan untuk pemasangan NGT
2. memberikan makanan melalui NGT k/p
3. memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan
memonitor penurunan dan peningkatan BB
4. memonitor intake kalori dan gizi
Manajemen cairan
Aktivitas :
1. menimbang BB tiap hari
2. mengitung haluaran
3. mempertahankan intake yang adekuat
4. memonitor status hidrasi
5. memonitor TTV
6. memberikan terapi IV
Terapi Intra vena
Aktifitas :
1. mengatur pemberian IV sesuai resp dan pantau hasilnya
2. memantau jumlah tetes dan tempat infuse IV
3. memeriksa IV secara teratur
4. memantau TTV
5. mencatat intake dan output
6. memantau tanda dan gejala yang berhungan dengan infusion flebitis

5. Evaluasi
1. Pasien tidak merasa tercekik ,tidak sesak nafas, auskultasi suara paru bersih,irama nafas ,
frekuensi nafas dalam rentang normal, tanda vital dbn.
2. Keseimbangan elektrolit dan asam basa, Nadi dalam batas yang diharapkan, Irama jantung
dalam batas yang diharapkan.

3. Kepatenan jalan napas, demam tidak ada, sesak tidak ada, frekuensi napas dalam batas
normal, irama napas teratur, keluaran sputum dari jalan napas, tidak adanya suara napas
tamabahan
4. Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat
5. Hidrasi, Membran mucus yang basah, Nafas pendek tidak ditemukan, Mata cekung tidak
ditemukan, Bunyi napas tambahan tidak ditemukan

Anda mungkin juga menyukai