BRONKOPNEUMONIA
A. Pengertian Bronkopneumonia
Bronkho pneumonia adalah salah satu peradangan paru yang
terjadi pada jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului
olehinfeksi traktus respiratus bagian atas selama beberapa hari. Yang
dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing lainnya. (Dep. Kes. 1993 : Halaman 106).
Bronkopneumonia adalah Radang dinding bronkus kecil disertai
atelektasis daerah percabangannya (Muda, 1999).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia
yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau
lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru
yang
berdekatan
di
sekitarnya.
Pada
bronkopneumonia
terjadi
Hidung
Ketika udara masuk kedalam rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan
dilembabkan.
(Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).
2)
Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat
dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. (Drs. Syarifudin B. Ac 1992).
3)
Laring
Merupakan saluran udara sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian faring
sampai ketinggian vertebralis ficalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. (Drs.
Syarifudin B. Ac 1992)
4) Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda yang panjangnya
kurang lebih 5 inchi. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).
5)
Bronkus
Lanjutan dari trakea, bronkus kanan lebih pendek dan besar dibandingkan kiri, terdiri
dari 6-8 cincin mempunyai 3 cabang, bronkus kiri lebih panjang dan ramping terdiri dari
9-12 cincin mempunyai 2 cabang. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).
6)
Bronkiolus
Lanjutan dari bronkus yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli.
(Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).
7) Alveoli
Area respirasi yaitu pada alveoli yang merupakan unit fungsional dimana pada area ini
terjadi pertukaran gas. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994)
C. Etiologi
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
D. Manifestasi Klinis
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
E. Pathofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan
paru-paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian
kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros
kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau
bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang
menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana
proses peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 12 jam)
Dimana
lobus
yang
meradang
tampak
warna
kemerahan,
(pleura
yang
berdekatan
mengandung
eksudat
fibrinosa
kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa
terjadi konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat
yang ada pada pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi
pus.
4. Stadium Resolusi (7 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce,
1995 : 231- 232).
G. Penatalaksanaan
1) Penatalaksaan Dokter
Terapi dan Tindakan medis
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan
2) Penatalaksaan Perawat
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien bronkopneumonia adalah
:
1)
2)
Kebutuhan istirahat
3)
4)
5)
H. KOMPLIKASI
a.
Atelektasis
b. Emfisema
c.
Abses paru
d. Infeksi sistomik
e.
Endokarditis
f.
Meningitis
I.
a.
d. Segera berobat jika terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan
sesak pada anak.
e.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
1.
2.
3.
4.
5.
B. Pemeriksaan Radiologi
Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Fokus Pengkajian
Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi pada anak
berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi berusia kurang dari 2
bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih sering mengalami bronkopneumonia.
b. Keluhan Utama : sesak nafas
c. Riwayat Penyakit
1) Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis (alergi) dan batuk, serta
suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri.
2) Pneumonia Stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam beberapa hari hingga
seminggu, kondisi suhu tubuh tinggi, batuk mengalami kesulitan pernapasan.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit fertusis yaitu
penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap panjang dan lama yang disertai
e.
1)
2)
3)
8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat penyakit ISPA.
Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.
2.
1)
2)
3)
Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya scret mucus
Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudat
Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasi
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan pemasukan
b.d faktor biologis.
5)
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan
tachipnea.
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan :
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya secret mucus
Tujuan :
Setelah dilakukan askep jam Status respirasi: terjadi kepatenan jalan nafas dg
KH:
Pasien tidak merasa tercekik ,tidak sesak nafas, auskultasi suara paru bersih,irama nafas ,
frekuensi nafas dalam rentang normal, tanda vital dbn.
Intervensi :
Airway manajemenn
1. Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ekstensi jika memungkinkan.
2.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.Identifikasi pasien secara actual atau potensial untuk membebaskan jalan nafas.
4.Pasang ET jika memeungkinkan
5.Lakukan fisioterapi dada jika memungkinkan
6.Keluarkan lendir dengan suction
7.Asukultasi suara nafas
8.Lakukan suction melalui ET
9.Atur posisi untuk mengurangi dyspnea
10.Monitor respirasi dan status oksigen jika memungkinkan
11. berikan bronkodilator jika perlu
Airway Suction
Tentukan kebutuhan suction melalui oral atau tracheal
Diagnosa :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan pemasukan
b.d faktor biologis.
Tujuan :
setelah dilakukan askep jam terjadi peningkatan status nutrisi dg KH: Mengkonsumsi
nutrisi yang adekuat. Identifikasi kebutuhan nutrisi.
Intervensi :
Managemen nutrisi
1. Kaji pola makan klien
2. Kaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya
3. Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
4. kelaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan
5. tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c
6. monitor intake nutrisi dan kalori
7. Monitor pemberian masukan cairan lewat parenteral.
Nutritional terapi
1. kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT
2. berikan makanan melalui NGT k/p
3. berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan
monitor penurunan dan peningkatan BB
4. monitor intake kalori dan gizi
Diagnosa :
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan
tachipnea.
Tujuan :
setelah dilakukan askep jam tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan criteria hasil :
Hidrasi, Membran mucus yang basah, Nafas pendek tidak ditemukan, Mata cekung tidak
ditemukan, Bunyi napas tambahan tidak ditemukan
Intervensi :
Manajemen cairan
Aktivitas :
1. Timbang BB tiap hari
2. Hitung haluaran
3. Pertahankan intake yang adekuat
4. Monitor status hidrasi
5. Monitor TTV
6. Berikan terapi IV
Terapi Intra vena
Aktifitas :
1. Atur pemberian IV sesuai resp dan pantau hasilnya
2. Pantau jumlah tetes dan tempat infuse IV
3. Periksa IV secara teratur
4. Pantau TTV
5. Catat intake dan output
6. Pantau tanda dan gejala yang berhungan dengan infusion flebitis
4. Implementasi
Airway manajemenn
1. Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ekstensi jika memungkinkan.
2.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.Identifikasi pasien secara actual atau potensial untuk membebaskan jalan nafas.
4.Pasang ET jika memeungkinkan
5.Lakukan fisioterapi dada jika memungkinkan
6.Keluarkan lendir dengan suction
7.Asukultasi suara nafas
8.Lakukan suction melalui ET
9.Atur posisi untuk mengurangi dyspnea
10.Monitor respirasi dan status oksigen jika memungkinkan
11. berikan bronkodilator jika perlu
4. Implementasi
Airway manajemenn
Managemen nutrisi
1. mengkaji pola makan klien
2. mengkaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya
3. menganjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
4. kelaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan
5. meningkatkan intake protein, zat besi dan vit c
6. memonitor intake nutrisi dan kalori
7. memonitor pemberian masukan cairan lewat parenteral.
Nutritional terapi
1. mengkaji kebutuhan untuk pemasangan NGT
2. memberikan makanan melalui NGT k/p
3. memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan
memonitor penurunan dan peningkatan BB
4. memonitor intake kalori dan gizi
Manajemen cairan
Aktivitas :
1. menimbang BB tiap hari
2. mengitung haluaran
3. mempertahankan intake yang adekuat
4. memonitor status hidrasi
5. memonitor TTV
6. memberikan terapi IV
Terapi Intra vena
Aktifitas :
1. mengatur pemberian IV sesuai resp dan pantau hasilnya
2. memantau jumlah tetes dan tempat infuse IV
3. memeriksa IV secara teratur
4. memantau TTV
5. mencatat intake dan output
6. memantau tanda dan gejala yang berhungan dengan infusion flebitis
5. Evaluasi
1. Pasien tidak merasa tercekik ,tidak sesak nafas, auskultasi suara paru bersih,irama nafas ,
frekuensi nafas dalam rentang normal, tanda vital dbn.
2. Keseimbangan elektrolit dan asam basa, Nadi dalam batas yang diharapkan, Irama jantung
dalam batas yang diharapkan.
3. Kepatenan jalan napas, demam tidak ada, sesak tidak ada, frekuensi napas dalam batas
normal, irama napas teratur, keluaran sputum dari jalan napas, tidak adanya suara napas
tamabahan
4. Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat
5. Hidrasi, Membran mucus yang basah, Nafas pendek tidak ditemukan, Mata cekung tidak
ditemukan, Bunyi napas tambahan tidak ditemukan