Joseph Halim
102009037
A-5
Joseph_halim_92@yahoo.com
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon jeruk, Jakarta Barat
Pendahuluan
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan
penyakit yang artifisial atau man made disease.1
Menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993Penyakit Akibat Kerja (PAK),, adalah
penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi sebagai
pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja.1
WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja :
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab
lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya
asma.
Berdasarkan pajanannya faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak,
tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja,
sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat
dikelompokkan dalam 5 golongan:1
1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi,
vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang
terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau
kabut.
3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur
4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja
5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.
Namun yang menjadi penyebab pada pasien ini adalah factor biologis sehingga kami
ingin mengetahui mengapa tenaga kesehatan sangat rentan terhadap infeksi ini sehingga kami
dapat mengetahui bagaimana penanganan yang terbaik untuk mencegah dan menanggulangi
masalah kesehatan ini pada tenaga kesehatan.1
Berdasarkan kasus kami menduga bahwa pasien mengalami infeksi hepatitis yang
disebabkan oleh karena penanganan yang tidak sesuai SOP.1
Pembahasan
1. Diagnosis klinis
Diagnosis klinis merupakan suatu penegakan status keadaan yang dialami oleh seseorang
mengenai penyakit yang sedang dialaminya. Penegakan diagnosis dilihat berdasarkan
keluhan dan gejala yang timbul dari pasien, dalam menegakkan suatu diagnosis diperlukan
beberapa tahapan antara lain.2
Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan melalui suatu
percakapan antara dokter dengan pasiennya langsung (autoanamnesis) atau dengan orang
yang mengetahui tentang kondisi pasien (alloanamnesis), percakapan ini dilakukan sesuai
dengan kondisi yang sedang dialamin oleh pasien jika pasien sadar dan memungkinkan
untuk dilakukan pemeriksaan secara langsung maka cara yang tepat adalah
autoanamnesis namun jika pasien dalam keadaan sebaliknya maka cara yang tepat adalah
dengan alloanamnesis.2
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan data pasien serta permasalahan medis yang
dialami oleh pasien. Apabila dokter dapat melakukan anamnesis dengan cermat maka
informasi yang didapat akan penting untuk melakukan diagnosis, hal ini dikarenakan
sekitar 60-70 % diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan melalui
anamnesis.2
Dalam melakukan anamnesis harus dilakukan sesuai dengan sistematika yang baku,
hal ini bertujuan agar selama dokter melakukan anamnesis ia tidak kehilangan arah dan
tidak ada informasi yang terlewat, selain itu hal ini juga dapat mempermudah orang lain
untuk membacanya.
Adapun hal hal yang perlu ditanyakan adalah identitas pasien (terkait nama, alamat,
usia, pekerjaan, perkawinan, agama, dan suku bangsa). Kemudian ditanyakan keluhan
utama pasien (keluhan yang sebabkan pasien ke dokter dan berapa lama keluhan
berlangsung).Selanjutnya tanyakan riwayat penyakit sekarang (berupa gambran
kronologis terjadinya penyakit serta keluhan penyerta yang dialami), kemudia pada
riwayat penyakit dahulu (sebelumnya sudah pernah mengalami atau tidak untuk
mengetahui penyakit ini bersifat akut atau kronis). Selain itu perlu juga kita tanyakan
riwayat kebiasaan dan pekerjaan pasien hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pola higienisitas pasien dalam makan serta bagaimana dengan pekerjaan pasien apakah
keluhan ini disebabkan oleh karena pekerjaannya, sehingga perlu kita tanyakan:
Sudah berapa lama bekerja di lab
Riwayat pekerjaan sebelumnya
Alat kerja, bahan kerja, proses kerja
Barang yang diproduksi/dihasilkan
Waktu bekerja sehari
Alat pelindung diri yang dipakai
Hubungan gejala dan waktu kerja
Pekerja lain yang mengalami hal sama
Berdasarkan kasus diketahui pada identitas pasien adalah seorang laki-laki berusia 28
tahun dengan pekerjaan sebagai peneliti dibagian laboratorium rumah sakit.Pasien datang
dengan keluhan lemas dan sering merasa demam, keluhan ini disertai BAK yang seperti
teh dan sclera yang ikterik.Pada kasus juga diketahui pasien tidak pernah mengalami
keluhan ini sebelumnya jadi kemungkinan infeksi bersifat akut.Dan berdasarkan riwayat
kerjanya kemungkinan pasien tidak bekerja sesuai standart opersional sehingga pasien
mengalami keluhan ini.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan jenis pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh
status kesehatan pasien secara objektif, sekaligus memperkuat data yang telah kita
peroleh saat melakukan anamnesis demi terciptanya diagnosis yang akurat. Dalam
melakukan pemeriksaan fisik seorang dokter harus menunjukan sikap lega artis terhadap
pasien demi terciptanya rasa percaya pasien kepada dokter saat melakukan pemeriksaan
tersebut, sehingga hal ini dapat mempermudah dokter untuk memperoleh data yang
akurat.2
Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan
antara lain :
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mencari tahu kondisi metabolism basal dari
pasien.Pemeriksaan ini menilai suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi
pernapasan, dan tekanan darah.Dalam kasus diperoleh hasil suhu 37,8 oC, nadi
68x/menit, pernafasan 22x/menit, dan tekanan darah 130/80 mmHg.
Inspeksi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan pengamatan dari mata, kulit,
dan abdomen, hal ini bertujuan untuk melihat apakah pada bagian tersebut
dalam keadaan normal atau tidak. Dalam kasus diperoleh hasil pada bagian
sklera pasien tampak kuning. Hal ini menandakan terjadi peningkatan kadar
billrubin darah.
Palpasi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan teknik peraba organ abdomen dari pasien
untuk mengetahui organ dalam tersebut normal atau tidak. Dalam melakukan
palpasi abdomen perlu kita periksa kondisi ginjal, lien, dan juga hepar, untuk
mempermudah perabaan pasien diharapkan menekuk kaki-kakinya.Pada
pemeriksaan ini diketahui bahwa hepar mengamali pembesaran 1 jari dibawah
arcus costa tanpa disertai pembesaran lien.
Aukultasi
+
-
+
+
+
+
+
Intepretasi diagnostic
Hepatitis B akut
Hepatitis B kronis
Hepatitis A akut susperimpose
Hepatitis B
Hepatitis akut A dan B
Hepatitis akut A
Hepatitis akut A dan B (HBs Ag
bawah ambang)
Berdasarkan tahapan diagnostic yang telah dilakukan kami menduga bahwa pasien
mengalami penyakit Hepatitis B oleh karena pekerjaanya.3
2. Working diagnosis dan different diagnosis
Hepatitis B merupakan suatu kondisi peradangan pada hati yang disebabkan oleh karena
infeksi dari virus HBV.Virus ini termasuk kelompok hepadnavirus tipe 1 dengan struktur
DNA berserat ganda parsial, panjang genom dari virus ini sekitar 3200 pasang basa yang
disertai dengan envelop. Seseorang yang terinfeksi virus ini dapat mengakibatkan
terjadinyakerusakan pada hati dan berpotensi untuk menimbulkan kanker pada hati. Orang
orang yang terinfeksi virus ini, tidak menyadari kalau mereka sudah terinfeksi. Pada
umumnya di beberapa negara penyebaran hepatitis B adalah melalui ibu ke anak.3
Virus
ini
memiliki
masa
inkubasi
selama
30-180
hari
setelah
terjadinya
pajanan.Seseorang yang terinfeksi virus ini memiliki manifestasi klinis yang bervariasi dari
asimptomatik hingga gagal hati.Pada masa prodromal gejala yang biasa timbul bersifat tidak
spesifik (flu-like symptoms) biasanya disertai gejala gastrointestinal seperti anoreksia, mual,
muntah, dan malaise. Gejala prodromal akan hilang bila pasien memasuki stadium klinis
yang ditandai dengan iketrus, gatal-gatal akibat peningkatan billirubin darah, anoreksia,
mialgia, dan malaise. Kemudian setelah stadium klinis maka kondisi akan memasuki stadium
pemulihan dimana keluhandan gejala yang dialami pasien mulai mereda dan selera makan
kembali pulih.3
Penyakit hepatitis juga dapat disebabkan oleh virus HAV dan HCV namun terdapat
beberapa perbedaan antara HAV, HCV, dan HBV.
Ciri
Inkubasi
Genom virus
Kelompok usia
Hepatitis B
30-180 hati
Hepatitis A
15-45 hari
Hepatitis C
15-160 hari
(rata-rata 30 hari)
RNA
Semua usia
muda
dewasa
Penularan
Peningkatan
Darah, jalur
Fecal-oral
parentral, newborn
1000-1500
800-1000
parentral.
500-800
ALT/AST
3. Pajanan yang dialami
Hepatitis B merupakan peradangan pada hepar yang disebabkan oleh karena adanya
infeksi oleh virus HBV. Infeksi ini dapat terjadi oleh karena seseorang yang terpajan,4
Melalui penggunaan bersama barang pribadi - seperti pisau cukur, sikat gigi atau
barang lainnya yang tercemar darah.
Melalui jarum suntik, prosedur pengobatan dan perawatan gigi di negara-negara
dimana yang alat-alat nya tidak disterilkan/dibersihkan dengan benar. Di Australia hal
ini aman.
Melalui transfusi darah khususnya di negara - negara yang tidak memeriksa apakah
darah tersebut tercemar virus hepatitis B. Di Australia hal ini juga aman.
Melalui praktek tradisional dimana darah mungkin terlibat misalnya: tusuk
jarum/akupunktur
Menggunakan peralatan tato yang tidak disterilkan dengan tepat. ini
termasuk
Semakin muda- usia seseorang pada saat mereka terinfeksi hepatitis B, semakin tinggi
risikonya menjadi hepatitis B kronis pada saat mereka dewasa. Cara penularan pada bayi dan
anak adalah
Pada saat kelahiran, dari seorang Ibu yang ter-infeksi kepada bayinya. Terutama di
negara yang sedang berkembang.
Pada masa kanak-kanak, dari orang ke orang melalui luka atau potongan yang tidak
tertutup.
Kebanyakan orang dewasa yang terinfeksi hepatitis B, dapat menghilangkan virus
dengansendirinya. Cara yang paling umum seorang dewasa terinfeksi virus ini adalah:5
Berhubungan intim/seks tanpa menggunakan kondom dengan seseorang yang
terinfeksi hepatitis B.
Pemakaian alat jarum suntik narkoba yang sama. Sehingga hal ini memungkinkan
virus HBV masuk kedalam tubuh orang lain.
5. Besarnya pajanan
Infeksi hepatitis B oleh virus HBV dapat terjadi apabila jumalah virus dalam percikan
darah pada jarum, sikat, atau luka mencapai 10 -8 ml. Seseorang yang terinfeksi HBV
memiliki risiko penularan mencapai 27-37%. Di Amerika Serikat tercatat kasus baru telah
mencapai 200.000/tahun dan 1-1,25 juta penderita adalah carrier.3,4
Di seluruh dunia prevalensi carrier HBV mencapai 1-20%, variasi ini dikorelasikan
dengan perbedaan cara transmissi virus dan usia awitan. Indonesia memiliki prevalensi 1020%.Di Asia prevalensi carrier sebesar 5-15% dengan golongan dewasa mencapai 1-5%,
90% neonates, dan 50% bayi. Infeksi ini lebih sering dialami oleh individu berkulit hitam
dibandingkan individu berkulit putih, selain itu laki-laki juga lebih sering mengalami infeksi
ini dibandingkan wanita.3,4
Kerusakan hati yang terjadi pada penderita hepatitis biasanya serupa, bermula ketika
virus memasuki tubuh ia akan menyebabkan cedera dan kematian pada hepatosit. Hal ini
dilakukan dengan cara membunuh langsung sel hati atau dengan cara mengaktifkan reaksi
imun serta inflamasi. Reaksi imun dan inflamasi ini selanjutnya akan mencederai atau
menghancurkan hepatosit dengan menimbulkan lisis pada sel-sel yang terinfeksi atau yang
berada disekitarnya. Kemudian serangan antibody langsung pada antigen virus menyebabkan
destruksi lebih lanjut sel-sel hati yang terinfeksi sehingga hal ini menimbulkan terjadinya
edema dan pembengkakan intestinum sehingga hal ini akan berdampak pada pembuluh
kapiler yang menjadi kolaps sehingga menyebabkan penurunan aliran darah, hipoksia
jaringan, pembentukan parut, serta fibrosis.4
6. Faktor individu
Individu seseorang akan mempengaruhi orang tersebut akan mengalami hepatitis B atau
tidak. Penyakit hepatitis B tidak ditularkan melalui makanan namun melalui percikan darah
atau hubungan seksual sehingga higienis seseorang dalam melakukan tindakan yang berisiko
menimbulkan hepatitis B harus diantisipasi dengan baik misalnya dengan melakukan
cucitangan, hal ini dilakuakan demi menekan angka kejadian penyakit, contohnya seseorang
yang menggunakan sarung tangan dalam menggunakan jarum suntik hal ini bertujuan untuk
mencegah paparan virus.5
Berdasarkan kasus pasien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya, sehingga
infeksi ini bersifat akut. Namun yang menjadi penyebab timbulnya kecelakaan kerja adalah
oleh karena pasien yang tidak melakukan tindakan sesuai dengan standart operasional
praktek, seperti tidak menggunakan alat pelindung diri yang teratur dalam melakukan
pekerjaannya sehingga hal ini dapat menimbulkan penyakit hepatitis B. Penyakit ini tidak
diketahui apakah dialami dengan orang tuanya atau tidak, sehingga kita tidak dapat
mengetahui apakah penyakit ini diturunkan atau tidak.4,5
7. Faktor lain diluar pekerjaan
Oleh karena infeksi HBV terjadi akibat selaput lender atau kulit yang terluka dan terpajan
dengan darah, semen, cairan otak, saliva, dan urin yang terinfeksi maka petugas kesehatan
yang sering kontak dengan darah pasien, seperti petugas laboratorium, kamar bedah, dan unit
gawat darurat memiliki potensi lebih besar untuk mengalami infeksi ini. Namun penularan
ini juga dapat terjadi oleh karena adanya pajanan lain, seperti melalui penggunaan bersama
barang pribadi - contoh pisau cukur, sikat gigi atau barang lainnya yang tercemar darah
penderita hepatitis sehingga kita diharapkan perlu berhati-hati dalam memakai alat-alat
tersebut serta tidak bertukar barang tersebut kepada orang lain.4
8. Tatalaksana
Dalam menangani masalah hepatitis B akibat pekerjaan maka sebagai seorang dokter
perusahaan penanganan utama yang diperlukan adalah dengan melakukan tindakan
promotive dan preventive agar penyakit ini tidak terulang dan tidak menginfeksi pekerja lain
di tempat tersebut sehingga yang dapat kita lakukan antara lain :3,6
Pencegahan
Dalam tindakan pencegahan kita dapat melakukan pengawasan standart, hal ini
bertujuan demi terciptanya lingkungan kerja yang sesuai standart operasional. Adapun
yang perlu kita perhatikan adalah
Proses alat apakah sesuai dengan standart seperti (dekontaminasi,
cairan tubuh.
Penggunaan alat pelindung diri, seperti memakai sarung tangan pada
waktu melakukan tindakan yang memungkinkan terjadinya kontak
dengan cairan tubuh atau mencuci alat-alat yang terkontaminasi,
penggunaan alas kaki tertutup, menggunakan alat pelindung wajah
(google atau mask) bila melakukan tindakan yang berisiko terkena
cipratan vaksinasi hepatitis B dan bila terpajan maka kita harus dengan
cepat membersihkan sampai bersih dengan air dan sabun, bila terkena
mata, hidung atau mulut lakukan pembilasan selama 10 menit, dan
pemeriksaan HbsAg pada penderita yang telah terpajan dan melakukan
pengontrolan 6 bulan setelah pajanan.
Deteksi dini
Tindakan ini dianjurkan untuk dilakukan oleh petugas kesehatan termasuk petugas
laboratorium adapun pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk melakukan deteksi dini
antara lain (tes fungsi liver, status vaksinasi, dan tes serologi HbsAg).6
Pengobatan
Bila penderita telah mengalami infeksi hepatitis B penyembuhan spontan terjadi pada
95-99% individu yang sebelumnya sehat.Pemakaian antivirus tidak terlalu
meningkatkan angka kesembuhan namun terapi ini dapat dipakai. Adapun pengobatan
yang dapat dilakukan antara lain :3,6
Pemberian antivirus : lamivudine 1x100 mg atau interferon 0,02 ml/kg.
Istirahat yang cukup
Diet TKTP (Tinggi Kalori dan Tinggi Protein)
Simtompatis
Kesimpulan
Infeksi hepatitis B merupakan infeksi yang disebabkan oleh HBV, virus ini termasuk
golongan hepadnavirus dengan genom DNA. Penularan infeksi ini dapat terjadi melalui jarum
suntik atau kontak dengan darah dan cairan semen. Seseorang yang terinfeksi oleh HBV biasa
akan mengalami gejala flu-like syndrome mual, muntah, atau malaise.
Penyakit ini berisiko tinggi dialami oleh tenaga kesehatan oleh karena tingginya angka
kontak pekerjaan dengan cairan darah yang mungkin saja infeksius, sehingga untuk mencegah
timbulnya penyakit ini adalah dengan melakukan pekerjaan laboratorium sesuai dengan standart
operasional kerja.
Daftar Pustaka
1. Dinduh dari: http://jurnalk3.com/
2. Sanityoso A. Hepatitis virus akut. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B. Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid I. Edisi V. Jakarta: Internal Publshing;
2010.hlm.644-52.
3. Perhimpunan peneliti hati Indonesia. Consensus tatalaksana hepatitis B di Indonesia. Jakarta;
FKUI;2012.hlm.3-7
4. Soemohardjo S, Gunawan S. Hepatitis B kronik. Dalam: Sudoyono AW, Setiyohadi B. Alwi
I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid I. Edisi V. Jakarta:
Internal Publshing; 2010.hlm.653-60.
5. Akbar NH. Hepatitis B. Dalam: Sulaiman HA, Akbar HN, Lesmana LA, Noer HMS. Buku
ajar ilmu penyakit hati. Jakarta: Jaya abadi; 2007.hlm.201-10.
6. Perhimpunan peneliti hati Indonesia. Konsensus tatalaksana hepatitis B di Indonesia, Jakarta;
FKUI;2004.hlm.23-25.