Anda di halaman 1dari 15

EFEKTIVITAS MANAJEMEN KURIKULUM TERPADU

DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL


DAN KREATIVITAS GURU
DI SD AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CIREBON

Abstarct
Integrated curriculum is one of the concepts of a curriculum that sought to enhance the
professional competence and creativity of teachers in the classroom. To achieve these
objectives required the implementation of an integrated curriculum management as one of
learning strategies. But the application of an integrated curriculum management was not
able to improve the professional competence and creativity of teachers because teachers have
obstacles to its application. Based on these problems, the extent to which the effectiveness of
integrated curriculum management in improving the professional competence and creativity
teachers in SD Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon.

Pendahuluan
Model-model kurikulum yang dikembangkan oleh pusat kurikulum di antaranya adalah
model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Model ini memberi contoh bagi
guru di kelas awal SD untuk menyusun program kegiatan dan pelaksanaan kegiatan serta
penilaiannya. Salah satu sistem yang dapat diterapkan yakni siswa belajar dengan
melakukan. Selama proses melakukan tersebut mereka akan memahami dengan lebih
baik dan menjadi lebih antusias di kelas. Dalam proses pembelajaran perlu memadukan
antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain dalam satu tema. Alasan pertama yang
mendasari hal ini adalah karena latar belakang empiris. Peserta didik kelas satu berada pada
rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan sehingga
pembelajarannya masih bergantung pada objek-objek konkret dan pengalaman yang
dialaminya. Alasan kedua, yaitu Pelaksanaan pembelajaran di SD yang terpisah untuk setiap
mata pelajaran akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik.

Alasan ketiga yaitu terdapat permasalahan di kelas awal antara lain tingginya angka
mengulang dan putus sekolah.
Sejak bergulirnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 kelas satu dan dua
di sekolah dasar dihimbau oleh Dinas Pendidikan di Indonesia untuk menerapkan
pembelajaran tematik. Belum dua tahun KBK berjalan, muncul embrio dari KBK yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 menghimbau kelas satu sampai tiga
sekolah dasar untuk menerapkan pembelajaran terpadu.
Dalam rangka mengimplementasikan Standar Isi yang termaktub di dalam Standar
Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia, maka pembelajaran yang akan diterapkan pada siswa
sekolah dasar lebih cocok jika dikelola dalam model pembelajaran terpadu. Pelaksanaan
model pembelajaran terpadu ini dapat dilakukan melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana
kurikulum di lapangan. Guru juga sebagai faktor kunci (keyfactor) dalam keberhasilan suatu
kurikulum. Bagaimanapun baiknya suatu kurikulum disusun, pada akhirnya akan sangat
bergantung pada kemampuan guru di lapangan. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan
tercapai, jika guru tidak dapat memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai
pedoman dalam proses pembelajaran. Artinya, guru tidak hanya berfungsi sebagai
pengembang kurikulum, tetapi juga sebagai pelaksana kurikulum (Arifin, 2011:15). Guru
betul-betul dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan
kurikulum itu sendiri, perkembangan IPTEK, perkembangan masyarakat, perkembangan
psikologi belajar dan perkembangan ilmu pendidikan. Guru harus memiliki kompetensi
profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi personal dan kemampuan personal secara
seimbang dan terpadu.
Berdasarkan penelitian pendahuluan di Sekolah Dasar Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon
sudah menerapkan manajemen kurikulum Islam terpadu melalui pembelajaran tematik.
Dengan sudah diterapkannya manajemen kurikulum Islam terpadu tersebut, seharusnya dapat
meningkatkan kompetensi profesional dan kreativitas guru. Namun kenyataannya yang
terjadi sekarang adalah kompetensi profesional dan kreativitas guru di SD Al Irsyad Al
Islamiyyah Cirebon masih rendah. Banyak guru di SD Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon
menjadi bingung setelah diterapkannya pembelajaran tematik yang harus dilaksanakan di
kelas. Begitu pula dengan kepala sekolah menghadapi dilema dalam menerapkan manajemen
kurikulum terpadu. Padahal para guru sudah terbiasa mengajar dengan pembelajaran yang
bersifat fragmented, pembelajaran yang memberikan pelajaran secara terpisah-pisah untuk
setiap mata pelajaran yang diajarkan di SD. Berdasarkan fenomena tersebut, maka timbul

masalah sejauh mana efektivitas manajemen kurikulum terpadu dapat meningkatkan


kompetensi profesional dan kreativitas guru di Sekolah Dasar Al Irsyad Al Islamiyyah
Cirebon.

Tujuan Penelitian
1. Menggambarkan manajemen kurikulum terpadu yang diterapkan di Sekolah Dasar Al
Irsyad Al Islamiyyah Cirebon.
2. Menjelaskan respons guru terhadap kurikulum terpadu di Sekolah Dasar Al Irsyad Al
Islamiyyah Cirebon.
3. Membuktikan efektif dan tidaknya manajemen kurikulum terpadu yang diterapkan di
Sekolah Dasar Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon.

Kerangka Pemikiran
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian
tujuan kurikulum (Rusman, 2009:3). Manajemen kurikulum merupakan substansi manajemen
yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa
dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi
pembelajarannya. Dengan demikian dalam pelaksanaannya manajemen kurikulum harus
dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum
Tingkat Satuan pendidikan (KTSP).
Kurikulum terpadu (integrated curriculum approach) atau pembelajaran terpadu
(integrated teaching and learning)merupakan salah satu konsep pembelajaran yang
dipandang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Bilamana konsep ini
direncanakan dengan baik dan penerapannya benar, maka akan mampu memberikan
pemahaman secara utuh kepada siswa di dalam menerima materi pembelajaran, karena
tereintegrasi dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu dari berbagai mata pelajaran.
Sesuai dengan panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Depdiknas
(2006) yang menyatakan bahwa pengalaman belajar siswa menempati posisi penting dalam
usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu guru dituntut untuk meningkatkan
kompetensi profesional dan kreativitasnya dalam merancang dan melaksanakan program
pengalaman belajar dengan tepat.

Selain kompetensi profesional guru, peran penting lainnya dalam merancang kurikulum
terpadu adalah kreativitas guru sehingga setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan
kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui
pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di sekolah sedapat
mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini
disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar
keterampilan.

Manajemen Kurikulum
Istilah manajemen diartikan juga dengan menganalisa, menetapkan tujuan/sasaran
serta mendeterminasi tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban secara baik, efektif dan efisien
(Wirasaputra, dkk, 2001:55).
Secara terminologi Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak
dengan perspektif yang berbeda-beda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan,
ketatalaksanaan, kepemimpinan, ketatapengurusan,. administrasi, dan sebagainya. Masingmasing pihak dalam memberikan istilah diwarnai oleh latar belakang pekerjaan, pengalaman
dan pengetahuannya.
Berdasarkan batasan-batasan manajemen, baik secara etimologi maupun terminologi di
atas, manajemen dapat diartikan sebagai suatu kegiatan organisasi yang logis dan sistematis
yang dilakukan dengan kreativitas pribadi yang disertai suatu keterampilan dalam mengatur
organisasi melalui proses kegiatan-kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengendalian yang dilakukan dalam upaya mencapai tujuan organisasi melalui kerja
sama secara efisien.
Maka manajemen kurikulum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dalam mengatur
seperangkat mata pelajaran untuk membimbing siswa dalam memperoleh pengalaman
pendidikannya secara kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik melalui proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan melalui kerja sama secara efektif dan efisien.

Prinsip Pelaksanaan Manajemen Kurikulum

Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan
merelevansikan antara kurikulum nasional dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah
yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas
dengan peserta didik maupun dengan lingkungan.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen
kurikulum di antaranya :
a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek
yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar
peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi
sasaran dalam manajemen kurikulum.
b. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi
yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya
dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan
kurikulum.
c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen
kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
d. Efektivitas

dan

efisiensi,

rangkaian

kegiatan

manajemen

kurikulum

harus

mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga


kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya,
tenaga dan waktu yang relatif singkat.
e. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen
kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum
(Rusman, 2009:4).
Proses pendidikan perlu dilaksanakan melalui manajemen kurikulum untuk memberikan
hasil kurikulum yang lebih efektif, efisien dan optimal dalam memberdayakan berbagai
sumber maupun komponen kurikulum.

Konsep Dasar Kurikulum Terpadu


Definisi kurikulum terpadu dapat dibangun sesuai dengan sudut pandang yang berbeda,
meliputi kerangka konsep, tujuan, dan implementasinya. Dipandang dari konsep yang paling
sederhana, kurikulum terpadu diartikan sebagai suatu "hubungan yang bermakna antara
beberapa subyek" (Harsono, 2005:4). Berangkat dari pemahaman yang sederhana ini maka
muncullah berbagai macam pertanyaan yang berkaitan dengan kata "hubungan", yaitu

hubungan yang bagaimana, menghubungkan apa dengan apa, apakah hubungan tadi berbasis
keterampilan atau pengetahuan? Selain itu, keterpaduan dapat diartikan sebagai suatu fusi
(kombinasi antara dua subyek) dan dapat pula diartikan sebagai unifikasi seluruh subyek dan
pengalaman. Diskusi tentang kurikulum terpadu ini sudah berlangsung cukup lama, bahkan
pada tahun 1935 telah diformulasikan oleh theNational Council of Teachers of Englishdi
Amerika Serikat. Namun demikian berbagai definisi yang berkembang di kemudian hari tetap
tidak memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pengembangan kurikulum itu
sendiri. Berdasarkan situasi seperti ini maka muncullah gagasan tentang kategori kurikulum
terpadu yang kemudian lebih diterima oleh para pemerhati pendidikan, yaitu integrasi
multidisiplin, antar disiplin, dan transdisiplin.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa hakikat kurikulum terpadu
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual
maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip
keilmuan secara holistik dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwaperistiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan belajar
sekaligus proses dan isi berbagai disiplin ilmu/mata pelajaran/pokok bahasan secara
serempak di bahas.

Tujuan Kurikulum Terpadu


Pembelajaran terpadu menurut Sukayati (2004:4) dikembangkan selain untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat:
a. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.
b. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi.
c. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan

nilai-nilai luhur yang

diperlukan dalam kehidupan.


d. menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi,
serta menghargai pendapat orang lain.
e. Meningkatkan gairah dalam belajar.
f. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Model Kurikulum Terpadu

Pembelajaran terpadu atau integrated teaching and learningatau integrated curriculum


approachmerupakan salah satu konsep pembelajaran yang dipandang mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran di dalam kelas. Bila konsep ini direncanakan dengan baik dan
penerapannya benar, maka akan mampu memberikan pemahaman secara utuh kepada siswa
di dalam menerima materi pembelajaran, karena tereintegrasi dengan berbagai keterampilan
dan disiplin ilmu dari berbagai mata pelajaran.
Model pembelajaran terpadu bila ditinjau dari sifat materi dan cara memadukan konsep,
keterampilan dan unit tematisnya menurut Robin Fogarty (1991: xiv) ada sepuluh model yang
terdiri atas model Fragmented, Connected, Nested, Sequenced, Shared, Webbed, Threaded,
Integrated, Immersed, dan Networked. Dari kesepuluh model pembelajaran yang
dikemukakan oleh Fogarty tersebut, menurut Sukayati (2004:5) hanya 3 (tiga) model yang
digunakan pada kurikulum PGSD yaitu connected model, webbed model,dan integrated
model.
a. Model Hubungan/Model Terkait(Connected model)
Pada pembelajaran model ini kunci utamanya adalah adanya satu usaha
secara sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin
ilmu. Keunggulan dari model pembelajaran ini adalah siswa memperoleh
gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep, sehingga transfer
pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus menerus
(Sukayati, 2004:5).
b. Model Jaring Laba-laba/Model Terjala(Webbed model)
Model pembelajaran ini menurut Fogarty, (1991:54) adalah webbed curricula represent
the thematic approach to integrating subject matter. (Model pembelajaran ini pada dasarnya
menggunakan pendekatan tematik). Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan
menentukan tema tertentu. Tema yang ditetapkan dapat dipilih antara guru dengan siswa atau
sesama guru. Setelah tema disepakati maka dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema
dengan memperhatikan kaitannya dengan antar mata pelajaran.
Dari sub-sub tema ini direncanakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. Keuntungan
dari model pembelajaran terpadu ini bagi siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan
yang utuh tentang kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda (Sukayati, 2004:5).
c. Model Terpadu(Integrated model)

Model pembelajaran ini menurut Fogarty, (1991:54) adalah The


integrated curricular model represents a cross disciplinary approach.
(Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekatan antar mata
pelajaran). Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan beberapa
mata pelajaran yaitu dengan menetapkan prioritas dari kurikulum dan
menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa
mata pelajaran (Sukayati, 2004:5) .

Kompetensi Profesional Guru


Kemampuan mengajar guru sebenarnya merupakan pencerminan penguasaan guru
terhadap kompetensinya. Dalam bukunya Nana Sudjana dijelaskan ada 10 kompetensi yang
harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pendidikan. Kompetensi tersebut (Sudjana,
1991:19) adalah:
a. Menguasai bahan materi
b. Mengelola program belajar mengajar
c. Mengelola kelas
d. Menguasai landasan pendidikan
e. Mengelola interaksi belajar mengajar
f. Menggunakan media dan sumber belajar
g. Menilai prestasi siswa dalam pendidikan dan pengajaran
h. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Menguasai prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran.
Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam
kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar. Sementara itu dalam Standar
Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2001:138).
Kompetensi guru dalam hal ini adalah tidak hanya berperan untuk mendorong untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa, tapi juga yang lebih jauh lagi untuk memotivasi siswa

agar lebih aktif dan bergairah belajar. Bila guru berhasil mengaktifkan dan menggairahkan
siswa dalam belajar, maka guru telah berhasil memotivasi siswa, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Kreativitas Guru
Kreativitas adalah kesanggupan untuk menemukan sesuatu yang baru dengan jalan
mempergunakan daya khayal, fantasi dan imajinasi.Kreativitas atau perbuatan kreatif banyak
berhubungan dengan intelegensi. Seorang yang tingkat intelegensinya rendah, maka
kreativitasnya juga relatif kurang. Kreativitas juga berkenaan dengan kepribadian. Seorang
yang kreatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu seperti: mandiri,
bertanggung jawab, bekerja keras, motivasi tinggi, optimis, punya rasa ingin tahu yang besar,
percaya diri, terbuka, memiliki toleransi, kaya akan pemikiran dan lain-lain.
Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas
peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam
pelaksanaannya sering kali kita tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Berdasarkan berbagai penelitian Gibbs yang dikutip Mulyasa (2001:163-154),
menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan,
komunikasi yang bebas, pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Hasil
penelitian tersebut dapat diterapkan atau ditransfer dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini
peserta didik akan lebih kreatif jika:
a. Dikembangkan rasa percaya diri pada peserta didik, dan tidak ada perasaan takut.
b. Diberi kesempatan untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah.
c. Dilibatkan dalam menentukan tujuan dan evaluasi belajar.
d. Diberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter; serta
e. Dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas nampaknya sulit untuk dilakukan. Namun
paling tidak guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang mengarah
pada situasi, misalnya dengan mengembangkan modul yang heuristik dan hipotetik.
Kendatipun demikian, kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktivitas dan kreativitas
guru, di samping kompetensi-kompetensi profesionalnya.

Metode Penelitian
Penelitian ini dengan pendekatan kualitatif deskriptif karena penelitiannya fokus pada
manajemen kurikulum terpadu efektivitasnya dalam meningkatkan kompetensi profesional
dan kreativitas guru di SD Al Irsyad Al Islamiyyah

Cirebon. Menurut Bogdab Taylor

(Moleong, 2000:13).
Peneliti berupaya menggambarkan kembali data-data yang telah terkumpul mengenai
bagaimana implementasi manajemen kurikulum Islam terpadu dalam meningkatkan mutu
pendidikan Islam pada SD Islam Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon. Untuk menganalisis data
yang diperoleh dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang data yang tidak diperlukan, dan mengorganisasi data sehingga
kesimpulan final dapat diambil dan diverifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasi dengan berbagai cara; seleksi, ringkasan, penggolongan, dan bahkan ke dalam
angka-angka.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan alur kedua dalam kegiatan analisis data. Data dan informasi
yang sudah diperoleh di lapangan dimasukkan ke dalam suatu matriks. Penyajian data dapat
meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan dan bagan.
Penyajian sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Untuk penyajian data penelitian dilakukan
dengan cara menyusun hasil reduksi secara naratif, yaitu di uraikan dalam kalimat verbal
sehingga memungkinkan membuat kesimpulan dan pengambilan tindakan. Jika data tidak
sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti perlu mereduksi kembali atau menjaring data
baru. Sebaliknya jika data sudah sesuai dan teruji, maka bisa di lanjutkan tahap penarikan
kesimpulan sementara.
3. Penarikan Kesimpulan/verifikasi
Menarik kesimpulan adalah kegiatan dalam memberi kesimpulan terhadap hasil
penafsiran dan evaluasi. Dengan tujuan mencari makna dan data beserta penjelasannya.
Setelah temuan-temuan sementara dilalukan triangulasi setelah pengecekan kevalidan temuan
penelitian, dirumuskan simpulan temuan akhir penelitian dalam tahapan-tahapan yang
dilakukan peneliti dari wawancara , observasi dan studi dokumentasi.

Hasil Penelitian
Manajemen Kurikulum Terpadu
Manajemen kurikulum merupakan bagian yang cukup penting dalam pendidikan karena
di dalamnya terdapat sebuah proses memadukan sumber-sumber belajar yang terdiri dari
berbagai aspek mulai dari guru sebagai fasilitator, peserta didik, bahan pelajaran, buku
maupun media sebagi alat bantu yang digunakan untuk mencapai keberhasilan pendidikan.
Tujuan manajemen kurikulum adalah untuk menciptakan proses belajar dengan mudah
direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dikendalikan dengan baik. Dengan proses
belajar mengajar yang demikian itu maka pembelajaran akan berlangsung dengan efektif dan
efisien. Efektif di sini artinya dapat membelajarkan siswa sehingga dapat membentuk dan
meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya
cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam
proses manajemen kurikulum terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang
manajer/pimpinan,

yaitu:

Perencanaan

(Planning),

Pengorganisasian

(Organizing),

Penggerakan (Actuating), dan Pengawasan (Controlling


Manajemen kurikulum terpadu yang diterapkan di SD Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon
ini akan diuraikan secara berurutan dan rinci tentang kegiatan (proses) yang berkaitan dengan
manajemen kurikulum di SD Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon, yang meliputi: (1)
perencanaan kurikulum, (2) pengorganisasian kurikulum dan (3) penilaian kurikulum.

Respons Guru terhadap Manajemen Kurikulum Terpadu


Manajemen kurikulum merupakan kegiatan pengaturan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan atau evaluasi agar proses pendidikan dapat
berjalan dan berhasil dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan manajemen kurikulum terpadu dalam perjalanannya banyak menemui
kendala-kendala yang dihadapi oleh guru. Respons guru terhadap manajemen kurikulum di
SD Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon dalam penerapannya khususnya kurikulum terpadu
adalah kurangnya alokasi waktu belajar dan juga kurangnya fasilitas atau sarana prasarana.
Respons guru dalam penerapan manajemen kurikulum terpadu di SD Al Irsyad Al
Islamiyyah Cirebon adalah (1) kesulitan dalam menyusun RPP, (2) Masalah Lembar Kerja

tidak memadai (3) pelaksanaan evaluasi yang kurang sesuai (4) alat peraganya yang kurang
dan (5) anak tidak mempunyai catatan yang cukup sehingga anak tidak dapat belajar di
rumah.

Keefektifan Manajemen Kurikulum Terpadu dalam Meningkatkan


Kompetensi Profesional dan Kreativitas Guru
Terdapat alasan mengapa pembelajaran tematik perlu dilaksanakan di Sekolah Dasar.
Pertama, berpikir masih holistikartinya pada umumnya siswa SD masih berpikir satu
kesatuan dan belum bisa terkotak-kotak. Kedua, masih senang bermainartinya siswa SD
masih senang aktif bergerak untuk melancarkan psikomotor (motorik kasar) kasarnya.
Kegiatan yang paling disenangi adalah bermain karena bermain adalah ungkapan ekspresi,
manipulatif dan inovasi. Ketiga, rasa ingin tahu yang besarartinya anak usia 4 - 12 tahun rasa
ingin tahu sangat besar, terlihat dari perilaku mereka ketika mereka berusia balita selalu
bertanya mengapa?, ketika usia mereka di atas balita mulai dengan mengotak-atik mainan
bahkan hingga rusak. Keempat berpikir operasional kongkrit (benda nyata),artinya siswa
yang berusia 6 - 14 tahun termasuk tingkat berpikir operasional kongkrit. Mereka butuh
media/alat peraga yang sebenarnya (real) untuk memahami sesuatu fakta/peristiwa. Siswa SD
belum mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa umumnya.
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang
handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi.
Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan
bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.
Kompetensi profesional adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru, tidak
terkecuali guru PAI. Guru PAI harus mampu menangani dan mengembangkan bidang studi
yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk pengembangan materi selanjutnya diperlukan
sumber-sumber yang sesuai. Di sini diperlukan kemampuan seorang guru dalam mencari
sumber-sumber pengajaran seselektif mungkin. Berbagai cara yang dilakukan guru PAI
dalam meningkatkan kompetensinya. Agar kompetensi yang dimiliki terus meningkat dan
berkembang, sehingga memudahkan dalam menangani dan mengembangkan Bidang studi
yang menjadi tanggung jawabnya. Sebagaimana yang ada di SD Al Irsyad Al Islamiyyah
Cirebon, kepala sekolah mewajibkan S1 bagi guru yang belum S1, mengadakan pelatihanpelatihan, sertifikasi, workshop dan lain sebagainya.

Penutup
1. Manajemen kurikulum terpadu di SD Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon meliputi
perencanaan,

perorganisasian,

pelaksanaan,

dan

penilaian

kurikulum.

Kegiatan

manajemen kurikulum terpadu dilaksanakan melalui pembelajaran tematik untuk


merealisasikan

dan

merelevansikan

antara

kurikulum

nasional

(standar

kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang


bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan
peserta didik maupun dengan lingkungan di mana sekolah itu berada.
2. Respons guru terhadap penerapan manajemen kurikulum terpadu di SD Al Irsyad Al
Islamiyyah Cirebon, antara lain kesulitan dalam menyusun RPP, masalah Lembar Kerja
tidak memadai, pelaksanaan evaluasi yang kurang sesuai, alat peraganya yang kurang dan
anak tidak mempunyai catatan yang cukup sehingga anak tidak dapat belajar di rumah.
3. Efektivitas manajemen kurikulum terpadu dalam meningkatkan kompetensi profesional
guru dan kreativitas guru di SD Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon baru mencapai 69,75%.
Belum maksimalnya manajemen kurikulum terpadu dalam meningkatkan kompetensi
profesional dan kreativitas guru dikarenakan guru kurang memahami cara menyusun
pembelajaran tematik mulai dari penyusunan matriks, tematik, jaring laba-laba, program
semester, silabus dan RPP sekaligus dibuat dalam 1 semester.

Daftar Pustaka
Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ali, Abdullah, 2007, Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah, Cirebon: STAIN
Cirebon Press.
Ali, Lukman dkk, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy, 1979, Falsafah Pendidikan Islami, Jakarta: Bulan
Bintang.
Arifin, M, 1991, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Zainal, 2011, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung : Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.
CrowandCrow,1994, Pengantar Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: RakeSarasin 1994.
Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2008. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal SD. Jakarta : Puskur, Balitbang.
Depdiknas.2006. Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP)

Anda mungkin juga menyukai