Hereditas PDF
Hereditas PDF
Gen tersusun dari satu segmen tertentu dari DNA (Deoxyribonucleotic acid) atau
ADN (asam dioksiribonukleat). Satu unit penyusun DNA mengandung Deoksiribosa
(ribosa yang kehilangan satu atom oksigen pada molekul karbon nomor 2), basa nitrogen
(purin dan pirimidin), dan fosfat. Basa purin terdiri dari adenin dan guanin, sedangkan
basa pirimidin terdiri dari sitosin dan timin. Di dalam struktur molekul DNA, sitosin
selalu berikatan dengan guanin, dan timin selalu berikatan dengan adenin ( Gambar 1.2).
Gambar 1.2. Struktur molekul DNA (Sumber: Campbell,dkk., 2002, hal 301)
Di dalam inti sel yang tidak sedang membelah, molekul DNA merupakan untaian
benang heliks ganda (Double helix strand) yang sangat tipis di dalam kapsul protein yang
disebut kromatin (Gambar 1.3). Pada saat sel akan membelah kromatin akan memadat
membentuk struktur yang disebut kromosom. Urutan basa nitrogen di dalam kromosom
(kromatin) berfungsi sebagai kode (kodon) yang menentukan urutan asam-asam amino
pada saat berlangsungnya sintesis protein, yaitu satu asam amino penyusun protein
ditentukan oleh satu atau lebih kodon. Setiap kodon terdiri dari tiga basa nitrogen yang
bersisian.
Gambar 1.3. Strukturr DNA heliks ganda (Sumber: Campbell,dkk., 2002, hal 303)
Fungsi protein di dalam sel adalah sebagai katalis (enzim) dari berbagai reaksi
kimia, pertahanan (antibodi), cadangan makanan (pada tumbuhan), penyusun sel, dll.
Berbagai sifat beda dalam organisma terbentuk melalui berbagai proses reaksi biokimia.
Setiap reaksi biokimia dapat berlangsung karena adanya enzim sebagai katalis (protein).
Kegagalan/kelainan atau perubahan pada sintesis protein dapat mengakibatkan kelainan
atau perubahan pada penampakan sifat beda. Dengan demikian, gen adalah urutan basa
nitrogen pada segmen tertentudari suatu DNA yang menentukan sintesis suatu protein
fungsional.
Gambar 1.4. Alel-alel dari suatu gen pada sepasang kromosom homolog
(Sumber: Campbell,dkk., 2002, hal 258)
Sifat beda apapun yang dimiliki oleh suatu organisma disebut Fenotif. Sifat
tersebut mungkin bisa dilihat dengan mudah oleh mata, misalnya warna bunga atau
bentuk wajah, dan ada yang memerlukan cara-cara khusus agar bisa diidentifikasi, seperti
uji serologi untuk mengetahui golongan darah. Fenotif adalah hasil produk-produk gen
yang diekspresikan dalam lingkungan tertentu. Semua alel yang dimiliki oleh suatu
organisma menyusun genotifnya. Selanjutnya bila pasangan alel (gen) sama dan identik
(AA atau aa) maka pasangan alel tersebut disebut pasangan yang homosigot, sedangkan
pasangan alel yang tidak sama (Aa) disebut pasangan yang heterosigot. Pasangan alel ini
tidak kekal, pasangan alel induk (parental) tidak selalu sama dengan pasangan
keturunannya (filial). Hal ini disebabkan alel-alel yang terdapat pada keturunan
merupakan gabungan dari alel-alel induk jantan dan induk betina pada peristiwa
persilangan/perkawinan (hibridisasi). Pengertian-pengertian tersebut lebih jelas dapat
dilihat dalam skema berikut ini:
Gambar 1.5. Contoh fenotif dan genotif (Sumber: Campbell,dkk., 2002, hal 261)
dapat mensintesis gen. Gen-gen buatan ini kemudian dicangkokkan ke dalam sel hidup
dan selanjutnya dilibatkan dalam metabolisme dari sel-sel tersebut. Teknik ini disebut
rekombinan DNA. Penerapan teknologi ini dalam
menghasilkan bahan-bahan penting yang langka dan sulit diproduksi dalam jumlah besar
secara alami, contohnya insulin. Dengan teknik rekombinan DNA, runtutan DNA gen
yang menyandikan insulin dicangkokkan ke molekul DNA bakteri, maka dapat diperoleh
bakteri dalam jumlah besar yang mampu menghasilkan insulin di laboratorium.
Teknologi ini kemudian dikenal sebagai bioteknologi.
Berbagai proses kehidupan yang berkaitan dengan sifat yang baik dan/atau
sifat yang buruk pada semua organisma merupakan objek kajian genetika yang terus
berkembang dari waktu ke waktu. Penampakan sifat-sifat organisma tertentu ada
kalanya selalu diinginkan/dipertahankan muncul, misalnya: rasa buah yang manis, padi
dengan kandungan protein tinggi, sapi penghasil daging tinggi, dll. Sebaliknya ada pula
penampakan sifat yang tidak diinginkan kemunculannya, seperti: darah yang sulit
membeku, rambut cepat rontok, tulang sumsum yang tidak dapat menghasilkan sel darah
merah, bibir sumbing, dll. Berdasarkan hal tersebut menjadi sangat wajar jika
pengetahuan genetika dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan genetika,
petani dapat memperoleh bibit tanaman/ternak yang mempunyai sifat-sifat unggul.
Dalam bidang medis, genetika memberi sumbangan yang tidak kecil, misalnya: dengan
mengetahui pola pewarisan sifat kita dapat mencegah timbulnya peyakit/kelainan cacat
bawaan dan mental, aspek penurunan kanker, diagnosa penyakit/kelainan pranatal
(Gambar 1.6), dan bahkan kita dapat menditeksi kemungkinan resiko memperoleh anak
dengan penyakit/kelainan genetis. Demikian juga dalam bidang hukum, genetika
menyumbang bagi identifikasi bayi tertukar, menentukan ayah biologis seorang anak,
atau membantu mengungkapkan tindak pidana perkosaan/pembunuhan dengan analisis
DNA dari rambut tersangka.
adalah mencakup mitosis dan sitokinesis, sebenarnya merupakan bagian yang tersingkat
dari daur sel. Interfase adalah peride di antara dua mitosis yang berurutan dan terdiri dari
tiga subfase, yaitu: G1, S, dan G2 (Gambar1.7). Interfase merupakan periode yang jauh
lebih lama dimana pada fase inilah sel tumbuh dan menyalin kromosom dalam persiapan
untuk pembelahan sel (fase M) sehingga seringkali meliputi 90 % dari siklus ini. Selama
ketiga subfase tersebut, sel tumbuh dengan menghasilkan protein dan organel dalam
sitoplasma. Kromosom diduplikasi hanya selama fase S (singkatan untuk sintesis DNA).
Dengan demikian, suatu sel tumbuh (G1), terus tumbuh begitu sel tersebut sudah
menyalin kromosomnya (S), dan tumbuh lagi sampai sel tersebut menyelesaikan
persiapannya untuk pembelahan sel (G2), dan membelah (M). Selanjutnya sel anakan
yang terbentuk dapat mengulang siklus ini.
Waktu dan laju pembelahan sel (M) pada tumbuhan dan hewan berbeda-beda, dan
hal ini penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan yang normal.
Frekuensi pembelahan sel berbeda-beda sesuai tipe selnya. Misalnya, sel kulit manusia
membelah sepanjang hidupnya, sel hati mempertahankan kemampuan nya membelah
pada saat tertentu saja (penyembuhan luka), atau sel saraf dan sel otot yang tidak
membelah sama sekali pada manusia dewasa. Perbedaan siklus sel ini dikontrol oleh
pengaturan pada tingkat molekuler (sinyal kimiawi) yang ada dalam sitoplasma.
1.4.2. Mitosis
Pada tumbuhan dan hewan, mitosis terjadi pada sel-sel somatik (sel tubuh),
terutama pada jaringan embrional, seperti: ujung akar, ujung batang dan kambium pada
tumbuhan. Mitosis terdiri dari empat fase, yaitu: profase, metafase, anafase, dan telofase
(Gambar 1.8). Mitosis biasanya merupakan fase terpendek dalam daur sel, hanya
berlangsung selama 1 jam dari waktu total daur sel sepanjang 8 24 jamdalam sebuah sel
hewan normal. Fase-fase lainnya membutuhkan waktu yang beragam tetapi umumnya
Fase G1 berlangsung selama 6 12 jam, fase S selama 6 8 jam, dan fase G2 3 4 jam.
Demikian juga, masing-masing fase dalam mitosis membutuhkan waktu yang berbedabeda, profase biasanya memerlukan waktu yang jauh lebih lama daripada fase-fase
lainnya, sedangkan yang paling singkat adalah metafase.
(a)
pembelahan berimbang yang mirip dengan mitosis dalam hal pemisahan kromatidkromatid saudari dari sel-sel haploid. Pembelahan meiosis I dan II masing-masing terdiri
atas empat fase utama (dirinci di bawah). DNA bereplikasi saat interfase sebelum meiosis
I, dan DNA tidak bereplikasi di antara telofase I dan profase II.
(a)
Meiosis I. Tahapan ini dibagi dalam empat fase utama, yaitu: Profase I
merupakan periode yang kompleks dengan ditandai kondensasi kromosom yang telah
bereplikasi sehingga didapatkan struktur yang pendek dan tebal. Ciri lainnya adalah
Pada periode metafase I, tetrad menyusun diri pada bidang ekuator dan sentomer
diikat oleh benang gelendong pada sentriol. Anafase I dimulai dengan memendeknya
benag gelendong dan menarik belahan tetrad (diad) ke kutub yang berlawanan.
Perbedaan dengan mitosis, yang berpisah adalah kromosom homolog sedangkan dua
kromatid bersaudara masih tetap terikat pada sentromernya. Aberasi (penyimpangan)
genetik dapat terjadi pada fase ini, yaitu jika terjadi kesalahan-kesalahan saat kromosom
kromosom homolog berpisah. Pada telofase I, kromosom yang bermigrasi tiba di kutub,
membran sel membentuk sekat sehingga terbentuk dua sel anak.
(b) Meiosis II. Pada profase II, benang gelendong akan muncul kembali dan
kromosom-kromosom berkondensasi. Metafase II, benang gelendong yang terbentuk
akan mengikat kromosom pada sentromer dan akibat tarikan yang seimbang maka
kromosom akan terletak di bidang ekuator. Pada anafase II, sentromer masing-masing
kromosom, benang gelendong memendek dan menarik belahan diad (kromatid) ke arah
berlawanan dalam suatu pembelahan berimbang (seperti mitosis). Telofase II, kromosom
kromosom telah sampai pada kutub berlawanan, memran nukleus terbentuk kembali,
selanjutnya masing-masing sel membelah melalui sitokinesis dan menghasilkan empat sel
anakan yang hapoid.
Meiosis
Gambar 1.10. Perbedaan Mitosis dan Meiosis (Sumber: Campbell,dkk., 2002, hal 250)
1.5. Gametogenesis
Gamet-gamet sebagai produk akhir meiosis sesungguhnya belum sepenuhnya
berkembang. Dibutuhkan suatu periode pematangan setelah meiosis sampai menjadi
gamet yang siap berfungsi dalam fertilisasi. Pada tumbuhan, satu atau lebih pembelahan
mitosis diperlukan untuk menghasilkan spora-spora yang reproduktif Mikrospora dan
megspora). Sedangkan pada hewan, melalui pertumbuhan dan/atau diferensiasi produkproduk meiosis langsung berkembang menjadi gamet. Proses penghasilan gamet-gamet
atau spora-spora matang disebut gametogenesis.
Gametogenesis pada hewan jantan disebut spermatogenesis, yaitu terbentuknya
sel sperma atau spermazoan (n) dari spermatogonium di dalam gonad jantan (testis).
Sedangkan gametogenesis pada hewan betina disebut oogenesis, yaitu terbentuknya sel
telur atau ovum (n) dari oogonium di dalam gonad betina (ovarium). Peristiwa
gametogenesis pada hewan lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
besar dengan delapan nukleus haploid (kantong embrio belum matang). Selanjutnya ke
delapan inti akan menyusun diri dalam tiga kelompok, tiga inti mengorientasikan diri di
dekat ujung tempat mikropil berada, terdiri atas dua inti (sinergid) dan satu inti telur.
Sekelompok lainnya yang beranggotakan tiga inti bergerak ke ujung kantong yang
berlawanan dengan mikropil dan berdegenerasi (antipodal). Sedangkan dua inti yang
tersisa (inti polar) menyatu di dekat pusat kantong membentuk nukleus fusi tunggal yang
diploid. Dalam kondisi demikian, kantong embrio dikatakan telah matang dan siap
dibuahi. Proses gametogenesis pada tumbuhan berbunga secara lengkap dapat dilihat
pada gambar 1.12. dan gambar 1.13. berikut ini:
satu inti sperma dengan inti telur menghasilkan zigot (calon tumbuhan baru) dan fusi
kedua melibatkan dua inti polar dengan inti sperma membentuk sel triploid (endosperm).
REFERENSI
1. Campbell, N.A., J.B. Reece, dan L.W. Mitchell. 2002. biologi, edisi kelima. Penerbit
Erlangga. Hal: 223, 250, 258, 261, 274, 301, dan 303.
2. Crowder.L.V. 1987. Genetika Tumbuhan. Lilik Koediarti (penerjemah). Gadjah Mada
Univeristy Press. Yogyakarta. Hal 1 27.
3. Elrod, S. dan W. Stansfield. 2007. Genetika, edisi keempat. Penerbit Erlangga. Hal 1
15.
4. Hartana, A. 1992. Genetika Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi , PAU Ilmu Hayat, Institute Pertanian Bogor.
Hal 31 40.
5. Tjan Kiauw Nio. 1990. Genetika Dasar. FMIPA ITB. Bandung. Hal 1 22.
6. Yusuf, M. 1988. Genetika Dasar I, Ekspresi Gen. PAU IPB dan Lembaga
Sumberdaya Informasi IPB. Bogor. Hal 1 24.
7. Klug, W.S., M.R. Cummings, dan C.A. Spencer. 2007. Essentials of Genetics. Sixth
edt. Pearson Education International. New Jersey, USA.