Anda di halaman 1dari 4

Extraordinary Love Story

Disclaimer : Semua karakter bukan milik saya. Mereka milik JK. Rowling.
Terima Kasih kepada JK. Rowling.
Malam ini adalah malam terbaik dalam hidup Hermione. Dia kini sedang berbaring
penuh senyum di kasur empuknya setelah dengan penuh keberuntungan- berhasil
lolos masuk ke kastil. Yah memang benar penuh keberuntungan. Tak terhitung lagi
berapa kali ia dan Draco hampir ketahuan. Entah prefek entah Mr Filch. entah
kucingnya, ah entahlah. Berterima kasihlah pada Draco, Hermione. Karena
tanpanya yang mengikutimu, tanpanya yang berduaan denganmu semalaman, dan
yang paling penting tanpanya yang sudah hafal jalan aman untuk menyelinap,
mungkin sekarang senyum itu tidak akan terpatri di wajahmu.
Hermione tertawa kecil ketika otaknya mengingat pengalaman gilanya ini. Terutama
saat Draco berkata Aku harus mengakui, otak Crabbe dan Goyle ada gunanya juga.
Kau tahu, mereka yang memberitahuku cara menyelinap dengan baik dan benar.
Ah tidak Granger, bukan untuk yang aneh aneh, hanya mencuri makanan dari
dapur, Baiklah baiklah, memang tak lucu. Tapi seandainya kalian melihat wajah
Draco sekaligus, ah tak usah ditanya. Mungkin Professor Snape-pun akan tertawa
-apakah berlebihan?-. Wajah Draco tadi seperti antara senang, sebal, gugup, takut,
dan tampan. Eh tampan?
Hermione menarik selimut putihnya. Sudah cukup saat saat bahagianya. Besok ia
harus kembali bermesraan dengan buku. Dan terlambat sama sekali tidak ada pada
kamusnya. Perlahan matanya menutup. Gelap, gelap, dan gelap.
-o0oProfessor McGonagall memang sangat gila! Aku membencinya! Essay dua
perkamen! Batas waktu hanya semingu! Bisakah lebih buruk? Gadis kecil berwajah
anjing pug terus berkoar sepanjang ia berjalan. Sejak keluar dari kelas, ia tak
berhenti menghentakkan kakinya dengan kasar, membuat para pria Slytherin
dibelakangnya menggerutu kesal.
Ah sudahlah Pans, siapa yang mencintai Professor itu? Blaise yang awalnya diam
kini ikut angkat bicara. Jengah atas Pansy.
Para Gryffindor mungkin, Blaise timpal Draco dengan datar yang anehnya
disambut gelak tawa kawan kawannya.
Hahaha kau benar Drake, ah aku jadi ingat gadis Gryffindor berambut semak sok
tahu itu, siapa namanya Nott? Aku lupa

Hermione Granger, Pans Wajah datar Draco sempat berubah saat nama Hermione
disebut. Untung saja ia berjalan dibelakang sehingga teman temannya tidak
menyadarinya. Untunglah.
Cih, aku sangat membencinya. Ingat tidak saat ia dengan sok-nya angkat tangan di
kelas? Merasa paling pintar saja. Dia itu Gryffindor bukan Ravenclaw! Bahkan
Ravenclaw-pun tak sesombong dia. Aku heran betapa percaya dirinya dia, padahal
dia cuma mud-
Lihat itu dia! celotehan panjang Blaise terpotong oleh jeritan-melengkingmenyakitkan milik Pansy. Tangan kurus Pansy menunjuk ke arah kerumunan. Tanpa
komando, gerombolan Draco segera saja menuju kesana, ke arah Hermione. Tak
perlu banyak usaha untuk menyingkirkan kerumunan yang ada. Mereka Slytherin
dan ada Draco disana, siapa yang tak hormat?
Mereka telah sampai di tempat yang mereka mau. Tempat paling jelas untuk
melihat apa yang terjadi sebenarnya. Di depan mereka terlihat Hermione Granger
dengan geram menunjuk nunjuk dada Darah Pengkhianat Weasley. Ada Santo
Potter juga disana, namun ia hanya terdiam seperti keledai. Sama sekali tak
mencerminkan sifat Gryffindor. Ah, topi busuk- seleksi itu memang harus pensiun.
Kau! Beraninya! Hermione sangat memperlihatkan emosinya. Hazel coklat-nya
yang biasanya memancarkan kehangatan kini seperti berpetir. Sangat bukan
Hermione yang biasanya.
Aku apa Hermione sang pandai? Aku benar kan? Kau memang tak punya teman?
Aku punya teman, Weasley!
Aku meragukannya, mana ada anak yang tahan berteman denganmu? Yah selain
aku dan Harry yang mau berbaik hati pada orang sok sepertimu! Tangan yang
sedari tadi hanya menunjuk kini telah mendorong. Ron jatuh tersungkur kesakitan.
Sebagian orang yang menonton mulai menahan napas. Ekspresi yang sama seperti
sedang menyaksikan opera sabun.
Kau bisa menanyakan pada gadis gadis Gryffindor yang lain, Weasley. Bagaimana
pertemananku dengan mereka. Bagaimana mereka selalu bercerita denganku tiap
malam. Satu hal, tak berteman denganmu tak menimbulkan sedikitpun kerugian
bagiku! Hermione memberi tatapan membunuh sekali sebelum ia berlari. Hanya
beberapa langkah sebelum matanya sempat mendapati Draco. Seringai sinis keluar
dari wajah manis Hermione. Sepetinya Draco sudah terlalu mempengaruhinya.
Hermione menghentikan langkahnya. Berbalik menatap salah satu anak keluarga
Weasley tersebut. Terus menatap walau ia tahu semua orang yang menontonnya
sedang memberikan ekspresi yang sama. Heran. Seringai itu muncul lagi.

Ah ya Weasley, bila kau masih ragu kau bisa tanyakan pada musuhmu Dahi Ron
berkerut tanda berpikir. Musuh? Apa dia punya musuh? Dia tak pernah ikut campur
dalam masalah apapun, bagaimana ia bisa dapat musuh?
Ya Weasley, aku berteman dengan musuhmu! Dan asal kau tahu, berteman
dengannya sangat menyenangkan! Kau masih punya otak kan untuk mengerti siapa
yang aku maksud? Thats it! Pernyataan dan pertanyaan kejam yang baru
Hermione utarakan cukup membuat yang ada disana merinding. Hermione yang
kalem bisa segarang itu, Demi Merlin!
Hermione memutar badannya, kini ia benar benar berlari meninggalkan semua
yang sedang menatapnya. Takut dan terkejut adalah kata yang pas untuk
mendeskripsikan air muka mereka. Tak lama satu per satu dari mereka mulai bubar.
Ya, bubar setelah menatap prihatin kepada Ron. Setelah beberapa saat, koridor itu
mulai sepi kembali. Meninggalkan Harry, Ron, dan gerombolan Draco yang kini
sedang tersenyum sinis kepada Ron. Seperti mendapat tontonan komedi gratis
siang hari.
Ayo kembali ke asrama, Ron Harry membantu kawannya berdiri. Hanya itukah
yang bisa Harry Potter perbuat? Saat dua temannya sedang bertengkar, dengan
wajah penuh napsu membunuh, dimana dia? Diam? Hanya diam, menonton seperti
para murid lainnya? Dunia sangat berlebihan mengandalkan bocah ini untuk
menyelamatkan mereka.
Ron sudah berdiri dan kini mereka mulai ingin berjalan menuju asrama mereka. Itu
masih ingin mereka. Ya, lihat sekarang, gerombolan Draco sudah menghadang.
Pupus sudah usaha mereka untuk menganggap gerombolan itu sedari tadi tiada.
Well, well, Weasley seringai muncul di wajah Draco. Ah bukan hanya Draco. Para
Slytherin-pun juga memamerkan seringai mereka. Sayang saja tak seindah Draco.
Apa yang kau mau, Malfoy? emosi Ron yang sedikit reda tersulut lagi karena
Draco.
Yang aku mau? Kau yakin bisa memenuhi mauku? Seluruh kekayaan keluargamu
pun tak akan cukup untuk memenuhi mauku, Weasel!
Kalau kau hanya ingin menghina maafkan kami Malfoy, kami masih punya kegiatan
yang cukup penting untuk dijalani, Ah! Santo Potter membela! Ron saja kau bela,
kenapa Hermione tidak, Potter?
Baiklah, hanya ingin bertanya Weasel, bagaimana rasanya dipermalukan? Wajah
Ron kini memerah, hampir menyerupai warna rambutnya. Matanya menyaratkan
emosi. Mungkin saking emosinya sehingga ia tak menyadari bahwa Draco semakin
mendekat.
Dipermalukan wanita, betapa terhormatnya Weasel, Draco semakin dekat.

Kau...
Aku apa, Weasel?

Anda mungkin juga menyukai