Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma dada merupakan trauma yang sering kita dapatkan sehari-hari setelah trauma
tulang. Insidens trauma dada 1 dari 4 kasus trauma. Mortalitas yang diakibatkan oleh trauma
dada adalah 10% dan biasanya terjadi di rumah sakit, hal ini terjadi karena managemen yang
kurang tepat dalam menangani kasus trauma dada.1
Dalam menangani kasus trauma dada, kita harus mengingat kembali anatomi dan
fisiologi dari daerah dada meliputi ; anatomi rongga dada, otot yang terdapat di rongga dada
dan bagaimana peranan tulang dan otot tersebut dalam proses respirasi serta fisiologis dari
proses pernapasan itu sendiri.1
Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya
berupa trauma tumpul. Trauma tajam terutama disebabkan oleh tikaman dan tembakan.
Cedera dada sering diserrtai cedera perut, kepala, dan ektremitas sehingga merupakan cedera
majemuk.2

Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.

Anatomi Dan Fisiologi Thoraks


Anatomi rongga dada terdiri atas:
a. Costae
b. Vertebrae
c. Sternum
d. Diagfragma
e. Paru
f. Mediastinum
g. Jantung1
Pleura terbagi atas pleura visceral yang melapisi paru dan pleura parietal yang
melapisi rongga dada dari dalam. Antara keduanya dipisahkan oleh suatu rongga yang
dikenal sebagai rongga pleura yang terdapat sedikit cairan serous yang berfungsi
sebagai pelumas dan berperan dalam proses ekspansinya paru. Jika di dalam rongga
tersebut didapatkan adanya udara disebut pneumothoraks, jika didapatkan adanya
darah disebut hemothoraks, dan jika didapatkan adanya cairan yang berlebihan
disebut efusi pleura.1
Fisiologi pernapasan berlangsung proses perubahan tekanan yang terjadi
akibat aliran vena yang kembali ke jantung dan pompa darah dari jantung ke dalam
sirkulasi sistemik. Saat inspirasi, otot diafragma akan berkontraksi dan berbentuk flat
(turun ke bawah). Otot-otot intercostal berkontraksi sehingga antar costae lebih luas
dan meningkatnya volume rongga dada yang mengakibatkan tekanan rongga dada
lebih rendah dari pada tekanan atmosfer sehingga udara mengalir masuk ke dalam
paru. Begitu juga saat ekspirasi, otot-otot pernapasan mengalami relaksasi, otot
diagfragma dan intercostal kembali ke posisi normal, dan tekanan dalam rongga dada

II.

lebih tinggi dari dari atmosfer sehingga udara akan keluar dari paru.1
Cedera Dan Gawat Darurat Dada
Berdasarkan kegawatdaruratan, trauma dada dibagi atas yang mengancam jiwa
dan potensial mengancam jiwa.1
Mengancam Jiwa:
a. Sumbatan Jalan Napas
b. Tension Pneumothoraks
c. Pneumothoraks Terbuka Sucking Chest Wound

Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 2

d. Masif Hemothoraks
e. Dada Gail/ Flail Chest (dada instabil)
f. Tamponade Jantung1
Potensial Mengancam Jiwa:
a. Kontusio Paru
b. Kontusio Miokardium
c. Ruptur Aorta Karena Trauma
d. Ruptur Diagfragma Karena Trauma
e. Kebocoran Udara Trakeobronkial (laring, trakea, bronkus)
f. Trauma Esofagus1
Semua kelainan ini menyebabkan gawat dada atau thoraks akut yang analog
dengan gawat perut, dalam arti diagnosis harus ditegakkan secepat mungkin dan
penangan dilakukan segera untuk mempertahankan pernafasan, ventilasi paru, dan
pendarahan.2
Sering tindakan yang diperlukan untuk menyelamatkan penderita bukan
merupakan tindakan operasi, seperti :
a. Membebaskan jalan nafas
b. Aspirasi rongga pleura
c. Aspirasi rongga perikard
d. Dan menutup sementara luka dada (luka tembus di dada harus segera
ditutup dengan jahitan yang kedap udara)
e. Akan tetapi kadang diperlukan torakotomi darurat.2
Tabel 2.1 Penyebab Trauma Dada
Penyebab
1. Obstruksi Jalan Nafas

Diagnosis
a. Sianosis, pucat, stridor
b. Kontraksi otot bantu nafas (+)
c. Retraksi supraklavikula dan
interkostal

2. Hemothoraks Masif

a.
b.
c.
d.
e.

Anemia, syok hipovolemik


Sesak nafas
Pekak pada perkusi
Suara nafas berkurang
Tekanan vena sentral tidak
meninggi

3. Tamponade Jantung
a. Syok kardiogenik
Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 3

b. Tekanan Vena meninggi (leher)


c. Bunyi jantung berkurang
4. Pneumothoraks Desak
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Hemithoraks mengembang
Gerakkan hemithoraks kurang
Suara nafas berkurang
Sesak nafas progresif
Emfisema subkutis
Trakea terdorong ke sisi sebelah

5. Toraks Instabil

6. Pneumothoraks Terbuka
a. Gerakan nafas paradoks
b. Sesak nafas, sianosis
7. Kebocoran Trakea

a. Luka pada dinding thoraks


b. Kebocoran udara terdengar dan
tampak

a.
b.
c.
d.

III.

Bronkial
Penumothoraks
Emfisema
Infeksi2

Patah Tulang Iga Dan Flail Chest (Thoraks Instabil/ Thoraks Gail)
Patah tulang iga mungkin tunggal atau majemuk Jika majemuk, bentuk dan
gerak dada mungkin masih memadai atau mungkin tidak (Contoh: thoraks gail dengan
pernafasan paradoks).2
Jika terjadi patah tulang iga majemuk, biasanya dinding dada tetap stabil.
Akan tetapi, jika beberapa iga mengalami patah tulang pada 2 tempat, suatu segmen
dinding dada terlepas dari kesatuannya.2

Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 4

Flail chest adalah adanya fraktur costae majemuk yang melibatkan 2 atau
lebih costae yang patah dengan 2 segmen fraktur yang terlibat.1
Flail chest merupakan kasus trauma thoraks yang mengancam jiwa
dikarenakan dikarenakan pasien akan mengalami hipoventilasi dan hipoksia yang
disebabkan oleh in adekuat ventilasi dan rasa sakit saat bernapas. Kasus flail chest
biasanya berhubungan dengan fraktur costae yang majemuk dan kontusio paru berat
maupun hemothoraks.1
Thoraks gail harus segera diperbaiki untuk menghentikan gerakan paradoks
yang sangat menganggu pernapasan, misalnya dengan menekan bagian yang gail atau
menariknya dengan traksi.2
Diagnosis Patah Tulang:
a. Gejala dan tanda nyeri lokal:
Nyerinya berupa nyeri lokal
Nyeri kompresi kiri-kanan atau muka-belakang
Dan nyeri pada gerak nafas.2
b. Tanda khas flail chest yaitu paradoksal movement dan sign ini lebih mudah
didapat dengan cara palpasi dibandingkan dengan inspeksi.1
Managemen Patah Tulang:
Pada fraktur iga tunggal atau majemuk dengan gerak dada yang masih memadai dan
teratur ditangani dengan:
a. Pemberian Analgesik
Nyeri harus dihilangkan untuk menjamin pernafasan yang baik atau
mencegah pneumonia akibat gerak nafas yang tidak memadai dan terganggunya
karena batuk karena nyeri.
b. Atau Anastetik.
Jika pemberian analgesik tidak menghilangkan nyeri, harus dilakukan
anastesia blok interkostal yang meliputi segmen kaudal dan kranial iga yang
patah.2
Managemen Flail Chest :
a. Oksigenasi yang adekuat dengan memakai NRM
b. Pain kontrol
c. Toilet jalan napas
d. Stabilisasi rongga dada baik secara internal dengan ventilator maupun ekstrenal
dan juga stabilisasi secara operatif (fiksasi memakai wire, screw atau clips)
e. Tujuan dari stabilisasi ini adalah agar pasien lebih cepat mobilisasi, ventilisasi
yang lebih baik dan mengurangi rasa nyeri yang pada akhirnya akan menyebabkan
cost yang lebih ringan.1

Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 5

Pemasangan bidai rekat (adhesive strapping) tidak ada manfaatnya walaupun


memberi rasa aman kepada penderita. Bidai rekat ini menganggu pengembangan
rongga dada, menganggu gerakan nafas, dan dapat menyebabkan dermatitis,
sedangkan mengurangi nyeri tidak lebih baik daripada analgesik.2
Jarang ditemukan dislokasi karena iga terbungkus perios kuat dan otot. Karena
tulang iga pendarahannya baik, penyembuhan dan penyatuan tulang biasanya
berlangsung cepat dan tanpa halangan atau penyulit.2
Iga I atau II jarang patah karena letaknya agak terlindung, apalagi tulang
tersebut merupakan tulang yang pendek, lebar, dan kuat. Patahnya kedua tulang ini
harus dipandang berbahaya karena pasti penderita mengalami cedera yang hebat.
Oleh karena itu harus dicari cedera yang lain yang lebih penting, yang mungkin tidak
nyata, seperti cedera jantung atau aorta.2
Penyulit Patah Tulang Iga:
a. Pneumonia
Pneumonia disebabkan oleh gangguan gerak nafas dan gangguan batuk. Bila
penderita tidak dapat batu untuk membersihkan parunya, mudah terjadi
bronkopneumonia.
Penanganannya terdiri atas:
Pemberian anestesi sempurna
Antibiotik yang memadai
Ekspektorans
Fisioterapi
b. Pneumothoraks dan Hemothoraks
Pneumothoraks dan hemothoraks terjadi karena tusukan patahan tulang iga
pada pleura parietalis dan atau pleura viseralis. Luka pleura parietalis dapat
mengakibatkan
IV.

hemothoraks,

sedangkan

cedera

pleura

viseralis

dapat

menyebabkan hemothoraks dan atau pneumothoraks.2


Pneumothoraks, Tension Pneumothoraks, Pneumothoraks Terbuka
Pneumothoraks terjadi karena adanya hubungan terbuka antara rongga dada
dan dunia luar. Hubungan mungkin melalui luka dinding dada yang menembus pleura
parietalis atau melalui luka dijalan napas yang sampai ke pleura viseralis. Jika luka
penyebab tetap terbuka, paru akan menguncup karena jaringan paru bersifat elastis
dan karena tidak ada tekanan negatif yang menyedotnya (disebut kolaps).2
Gejala dan tanda klinisnya sama dengan pneumothoraks spontan. Terapinya
adalah pemasangan penyalir sekat air (WSD) seperti diutarakan pada pneumothoraks

Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 6

spontan. Bila ada kemungkinan pneumothoraks desak (Tension Pneumothoraks)


sebaiknya tidak menunggu foto rongent.2
1) Pneumothorak
Pneumothoraks adalah adanya akumulasi udara dalam rongga dada. Udara
ini dapat berasal dari robekan pleura parietal, pleura viseral, atau keduanya.
Robekan ini bisa disebabkan oleh mekanisme trauma maupun oleh adanya
kelainan di paru (underline disease).1
Pasien datang ke rumah sakit dengan riwayat trauma dibagian dada yang
bisa disertai dengan trauma lainnya.
Gejala subjektif yang ditemukan pada pasien:
a. Sesak
b. Nyeri saat bernapas
c. Dan kesakitan di daerah trauma

Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan:


a. Ketinggian gerak
b. Nyeri tekan
c. Suara napas melemah pada sisi yang bermasalah (suara napas vesiculer
menurun).1
Pada pemeriksaan radiologis didapatkan adanya:
a. Lesi hiperdens dengan corakan bronkovasculer yang menghilang.1
Setelah diagnosis pneumothoraks ditegakkan yang didasarkan atas
pemeriksaan klinis dan radiologis. Maka langkah kita selanjutnya sebagai dokter
umum adalah melakukan:
a. Pemberian oksigen
b. Pemasangan intravena line
c. Dan pemasangan WSD/ Water Seal Drainage (tergantung tempat kita
bekerja).1
2) Tension Pneumothoraks
Tension pneumothoraks adalah terjadinya akumulasi udara dalam rongga
thoraks, bisa akibat robeknya pleura parietal, pleura viseral, maupun keduanya
yang bersifat one-way valve yang mengakibatkan mediastinum dan isinya bergeser
ke arah berlawanan sehingga dapat mengakibatkan pasien jatuh ke dalam kondisi
syok. Kondisi ini terjadi akibat adanya gangguan venous return dan membuat
sistem kardiovascular menjadi kolap.1
Tension pneumothoraks adalah kasus trauma thoraks yang mengancam
jiwa jika tidak ditangani dengan cepat dan tension pneumothoraks adalah suatu
Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 7

kasus yang harus ditegakkan secara klinis dan bukan merupakan diagnosis
radiologis.1
Jika terjadi mekanisme katup (mekanisme pentil) pada luka pada dinding
dada atau luka di pleura viseralis, timbul pneumothoraks desak. Tekanan di dalam
rongga pleura akan semakin tinggi karena penderita memaksakan diri inspirasi
kuat untuk memperoleh zat asam (oksigen), tetapi ketika ekspirasi udara tidak
dapat keluar (mekanisme katup). Inspirasi paksaan ini akan menambah tekanan
sehingga makin mendesak mediastinum ke sisi yang sehat dan memperburuk
keadaan umum karena paru yang sehat tertekan. Karena pembuluh vena besar
terutama vena cava inferior dan vena cava superior terdorong atau terlibat, darah
tidak dapat kembali ke jantung ; ini yang menyebabkan kematian.2
Pada pneumothoraks desak traumatik dapat terjadi emfisema. Karena
tekanan tinggi di rongga pleura, udara ditekan masuk ke jaringan lunak melalui
luka dan naik ke wajah. Leher dan wajah membengkak seperti pada edem hebat.
Pada perabaan terdapat krepitasi yang mungkin meluas ke jaringan subcutis
thoraks.2
Tindakan Darurat :
Managemen tension pneumothoraks adalah membuat tension menjadi
simple pnenumothoraks dengan melakukan dekompresi pada sisi tension dengan
thorakosintesis dengan jarum (abocath) no 16 dan dilakukan di RIC II linea
midclavicularis sisi yang sakit yang dilanjutkan dengan pemasangan chest tube. 1.
Pungsi Darurat rongga dada ini dapat menyelamatkan penderita.2
3) Pneumothoraks Terbuka
Suatu kelainan yang termasuk ke dalam kelompok yang mengancam jiwa
dimana pneumothoraks yang terjadi akibat adanya hubungan dengan udara luar
(atmosfer). Secara fisiologis tekanan di dalam rongga dada adalah negatif
sehingga udara akan masuk atau mengalir ke dalam rongga dada. Pada
pneumothoraks terbuka terjadi keseimbangan antara keduanya. Hal ini
mengakibatkan terjadi kolap paru akibat meningkatnya tekanan dalam rongga
pleura.1
Dan pada kasus penumothoraks terbuka yang besar yang melebihi 2/3 dari
diameter trakea, kita akan mendapatkan adanya udara yang masuk melalui defek
yang ada di dinding dada dan menimbulkan suara pada saat ekspirasi yang kita
kenal sebagai sucking chest wound1
Managemennya dengan:
Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 8

a. Pemasangan intravena line


b. Pemberian oksigen
c. Buat penumothoraks tertutup dengan penutup luka pada tiga sisi
d.
Dan tindakan defenitif dilakukan diruang operasi.1
V.

Hemothoraks
1) Hemothoraks
Hemothoraks adalah adanya akumulasi darah dalam rongga pleura. Darah
ini dapat berasal dari laserasi pembuluh darah dalm rongga dada, dari parenkim
paru dan dari segmen iga yang mengalami fraktur.1
Gejala hemothoraks:
a. Tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah di dinding dada.
Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri
b. Di dalam rongga dada dapat terkumpul banyak darah tanpa gejala yang
menonjol
c. Kadang gejala dan tanda anemia atau syok hipovolumik, merupakan keluhan
dan gejala yang pertama muncul2
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan:
a. Pasien yang mengalami sesak napas dan cemas
b. Takikardia
c. Froty sputum
d. Suara napas yang menurun bahkan hilang pada sisi yang sakit
e. Dan evaluasi tanda-tanda syok.1
Dari pemeriksaan radiologis:
a. Akan didapatkan opasitas yang meningkat di bagian basal paru dan sudut
costophreniko tumpul.1
Diagnosis

banding

hemothoraks

adalah

semua

kelainan

yang

menyebabkan perdarahan dari sumber non trauma di rongga dada.2


Management hemothoraks:
a. Pemberian oksigen yang adekuat.
b. Hemothoraks kecil, yaitu yang tampak sebagai bayangan <15% pada foto
rongent, cukup diobservasi dan tidak memerlukan tindakan khusus.
c. Hemothoraks sedang artinya tampak bayangan yang menutup 15-35% pada
foto rongent, dipungsi, dan penderita diberi transfusi. Pada pungsi sedapat
mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata terjadi kekambuhan,
dipasang penyalir sekat air (WSD).
d. Pada hemothoraks besar (>35%) dipasang penyalir sekat air (WSD) dan
diberikan transfusi.2
Biasanya penderita perlu diberi ventilasi buatan dengan respirator, sedapat
mungkin dengan ventilasi tekanan positif. Tamponade perikard jarang ditemukan,
jika ada harus di aspirasi dengan jarum.2

Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 9

2) Hemothoraks Masif
Adanya akumulasi darah dalam rongga thoraks >600 cc atau pendarahan
yang terus-menerus 200cc/ jam dan perlu tindakan thorakotomi emergensi.1
Pada kasus ini pasien mengalami hipoksia dan hipovolemia sehingga
setelah dilakukan pemasangan WSD dilanjutkan dengan tindakan defenitif
VI.

thorakotomi emergensi untuk menghentikan perdarahan.1


Kontusio Jaringan Paru
Merupakan salah satu trauma dada yang potensial mengancam jiwa. Pada
kontusio, parenkim paru mengalami injuri tanpa adanya laserasi. Biasanya disertai
trauma tumpul dada dan fraktur costae. Pada 50% kasus kontusio paru timbul gejala
hemoptisis.1
Gejala Kontusio Paru:
a. Dyspnea
b. Nyeri saat bernapas
c. Suara napas melemah
d. Krepitasi
e. Hipoventilasi1
Pemeriksaan Fisik:
a. Sering tidak ditemukan kelainan, mungkin penderita batuk darah sebentar.
b. Bila penderita terus-menerus batuk darah, harus dicurigai adanya cedera
pembuluh darah besar sampai dibuktikan sebab lain.3
Pemeriksaan Radiologi:
a. Tampak bayangan bercak di paru.
Terapi:
a. Khusus tidak ada, tetapi penting untuk mencegah infeksi.3
Managemen Kontusio Paru :
a. Pemberian oksigen yang adekuat
b. Fisioterapi napas
c. Pembatasan cairan
d. Pemberian diuretik
e. Hindari berkembangnya kearah pneumonia maupun ARDS meskipun 50% kasus
tetap mengalami pneumonia meski sudah dalam terapi.

VII.

Cedera Pada Trakea Dan Bronkus


Kerusakan trakea dan atau bronkus akan menyebabkan pneumo mediastinum
dan emfisema subkutis yang luas.3
Tindakannya:
a. Thorakotomi
Harus diperhatikan pemberian anestesia yang baik karena dapat
menyebabkan pneumothoraks yang bertambah berat akibat udara dari alat

Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 10

ventilator yang tidak masuk ke alveolus, atau dari pipa endotrakeal yang keluar
dari jalan nafas melalui tempat yang rusak.
b. Dan penutupan kerusakan trakea atau bronkus.3
VIII. Trauma Pada Jantung
Trauma jantung dapat berupa trauma tumpul atau trauma tajam yang
umumnya trauma tusuk, keduanya dapat mengakibatkan memar otot jantung,
pendarahan ventrikel, dan tamponade perikard. Trauma jantung dapat pula
mengakibatkan infark miokard atau defek sekat serambi dan bilik jantung.4
Trauma tajam umumnya lebih banyak melukai bilik jantung kanan karena
letaknya di depan. Ini memerlukan tindakan bedah segera. Trauma ini sering
disebabkan oleh tusukan langsung atau oleh patahan iga. Maka keadaan ini perlu
diperhatikan pada trauma dada yang menyebabkan patah tulang rusuk. Torakotomi
eksploratif yang segera dilakukan sering dapat menolong jiwa penderita. Trauma
tumpul yang merusak sebagian dinding jantung dapat mengakibatkan gagal jantung
permanen.4
Gejala Klinis Khas Tamponade Perikard (Trias Beck):
a. Hipotensi
b. Suara jantung menjauh
c. Bendungan vena di leher, disertai sesak nafas dan, pulsus paradoksus.4

IX.

Pertolongan Pertama:
a. Pungsi perikard
b. Penyaliran isi rongga perikard atau membuat jendela perikard.4
Tatalaksana Trauma Thoraks
Luka thoraks harus ditutup dengan pembalut untuk menghentikan kebocoran
udara. Sebaiknya dipakai kassa besar steril yang diolesi vaselin steril.2
Pneumothoraks desak harus dipungsi sesegera mungkin. Udara harus keluar
sehingga mediastinum kembali ke tempatnya. Kemudian dipasang penyalir sekat air
(Chest Tube). Penyalir dipasang dekat puncak rongga dada.2
Pada hemothoraks penyalir sekat air (WSD) harus dipasang serendah mungkin
pada dasar rongga dada untuk mengosongkan rongga pleura dan memantau
pendarahan. Memasang penyalir dapat dilakukan dengan atau tanpa trokar.2
Tindakan Darurat. Penyebab cedera harus ditentukan terlebih dahulu,
kemudian ditentukan macamnya, cedera tumpul atau tajam. Jika cedera tajam, apakah
berupa luka tusuk atau luka tembak.2

Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 11

Tindakan darurat yang

perlu dilakukan ialah pembebasan darurat napas,

pemberian napas buatan dan ventilasi paru, pemantauan aktivitas jantung dan
peredaran darah. Tindakan darurat dapat mencakup pungsi rongga thoraks pada
pneumothoraks desak, aspirasi hemothoraks masif, dan aspirasi perikard jika
hematoperikard menyebabkan tamponade jantung.2
Dengan melakukan pungsi thoraks dengan jarum diruang antar iga II,
penderita pneumothoraks desak dapat diselamatkan nyawanya.2
Selanjutnya harus dilakukan pemeriksaan rongent thoraks pada sikap penderita
duduk dengan arah sinar mendatar agar permukaan cairan, jika ada, tampak. Bila
keadaan umum tidak memungkinkan penderita duduk, ia dibaringkan pada sisi kiri
atau kanan.2
Tabel 9.1 Tindakan Gawat Dada2

Penentuan jenis luka (menembus dinding thoraks?)


Penentuan fungsi vital (perlu resusitasi?)
Pembersihan dan penutupan luka
Foto rongent thoraks (Ada cairan? Ada udara?)
Antibiotik jika luka menembus dinding thoraks
Tindakan pneumothoraks/ hemothoraks
Untuk nyeri anestesia blok interkostal

BAB III
KESIMPULAN
Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 12

Trauma dada merupakan trauma yang sering kita dapatkan sehari-hari setelah trauma
tulang. Insidens trauma dada 1 dari 4 kasus trauma. Mortalitas yang diakibatkan oleh trauma
dada adalah 10% dan biasanya terjadi di rumah sakit.
Kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma
tumpul namun tidak menutupi kemungkinan untuk terjadinya trauma tajam yang dapat
disebabkan oleh tikaman dan tembakan. Cedera dada sering disertai cedera perut, kepala, dan
ektremitas sehingga merupakan cedera yang majemuk.
Trauma dada dapat mengenai tulang iga, rongga pleura, mengenai jaringan paru,
daerah mediastinum, dan jantung.
Penanganan trauma dada harus segera karena keadaan nya dapat mengancam jiwa
pasien, bahkan kita melakukan penatalaksaan nya setelah menegakkan diagnosis klinisnya
tanpa melakukan pemeriksaan penunjang.

DAFTAR PUSTAKA

1. www.rumahsakitmitrakemayoran.com/management-trauma-thoraks/
2. Sjamsuhidayat cs, R.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II.Jakarta:EGC.2004, 406-413
3. Sjamsuhidayat cs, R.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II.Jakarta:EGC.2004, 429-430
Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 13

4. Sjamsuhidayat cs, R.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II.Jakarta:EGC.2004, 447-448

Herin Elfani, Referat Trauma Dada

Page 14

Anda mungkin juga menyukai