Anda di halaman 1dari 26

ON BOARD REPORT

KR BARUNA JAYA VIII

INDESO JOINT EXPEDITION PROGRAM


06 15 SEPTEMBER 2016
AMBON to BITUNG, INDONESIA

Balai Penelitian dan Observasi Laut


Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Laut dan Pesisir

2016

Daftar isi
1. Pendahuluan
1.1. Latar belakang
1.2. Tujuan
2. Lingkup pekerjaan
2.1. Waktu dan Rute Pelayaran
2.2. Aktifitas
3. Acknowledgements
Tabel 1. Participants

1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) merupakan suatu unit


pelaksana teknis yang ada di Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dengan
tugas pokok melakukan penelitian dan observasi di bidang sumberdaya
laut. Pada tahun 2016, melaksanakan kegiatan pelayaran ilmiah Indeso
Join Expedition Program (IJEP) yang merupakan bagian dari kegiatan
besar dari Proyek Infrastructure Development of Space Oceanography
(INDESO) yang merupakan kerjasama antara Prancis dan Indonesia
yang tujuannya untuk memantau kondisi Perairan Indonesia termasuk
kondisi biogeokimia dan fisika. Kemudian manfaat lain yang diperoleh
dari keberadaan INDESO adalah dengan menggunakan stasiun
penerima RADAR di BPOL Prancak yang dikombinasikan dengan data
AIS adalah untuk memerangi illegal Unreported Unregulated (IUU)
Fishing, dengan data radar juga dapat mengetahui lokasi rumpon atau
Fish Agregating Device (FAD) yang berada di permukaan air
penempatannya.
Proyek INDESO yang dimulai pada tahun 2013 dan kegiatan
operasional sejak Tahun 2014 yang telah menghasilkan data data
Ocean Numerical Model (ONM) dan Radar sebagai produk utama dari
Project INDESO. Data data tersebut telah dimanfaatkan oleh berbagai
pengguna, sehingga memerlukan validasi in situ atau riset secara
langsung agar selang kepercayaan dapat terbentuk. Oleh hal tesebut
diperlukan survey dengan menggunakan wahana kapal riset yaitu RV
Baruna Jaya VIII dengan berbagai instrument oceanografi dan alat
navigasi yang baru dan dimilikinya dapat membantu dalam Validasi
tersebut.
1.2. TUJUAN
Dalam pelayaran ilmiah dengan RV Baruna Jaya VIII ini mempunyai
tujuan :
a. Melakukan pengukuran dan pengambilan sampel kualitas air;
pengukuran kualitas air secara in situ; Klorofil a dan nutrien (nitrat,
nitrit, amonia, fosfat dan silika) ; Total padatan tersuspensi
(TSS) seluruh data tersebut diambil pada sembilan belas (19) stasiun
terhadap tujuh (7) stratifikasi kedalaman, yaitu kedalaman yang
mempresentasikan lapisan eufotik (berbeda beda setiap stasiun)
namun ada kedalaman yang konsisten yaitu 300 m, 500 m, 750 m dan
1000 m
b. Melakukan Validasi Data Radar : dengan melakukan capture atau
pemotretan Radar di dua (2) lokasi pada tanggal 07 September 2016
pada pukul 04 :00 WIB di Laut Maluku dan pada tanggal 10 September
2016 pada pukul 16 :52 WIB di Laut Sulawesi
c. Penggunaan data recording Electronic Chart Display (ECDIS) dan Radar
Arppa pada RV Baruna Jaya VIII dengan tujuan (1) mendeteksi kapal
sekitar yang menggunakan AIS atau tidak, (2) mengidentifikasi object
diatas air sejauh 96 nm dari RV Baruna Jaya VIII targetnya adalah
rumpon atau FAD

d. Kegiatan Pengamatan Cuaca di Kapal : dengan memanfaatan


Automatic Weather Station (AWS) di RV Baruna Jaya VIII
e. Pengukuran Pertukaran gas CO2 antara laut dan udara dapat
ditentukan berdasarkan tekanan parsial CO2 (pCO2) di laut.
f. Pengukuran Oksigen terlarut dengan metode titrasi (titrimetrik) pada
seluruh stasiun dan 7 lapisan air secara vertikal
g. Pengukuran Net Primary Productivity (NPP) berdasarkan kandungan
oksigen terlarut (metode botol gelap terang)
h. Pengukuran alkalinitas, alkalinitas karbonat, total karbon dioksida
dengan metoda tabel pada seluruh stasiun dan 7 lapisan air secara
vertical dan Penentuan tekanan parsial CO2 dengan metode tabel
hanya dilakukan pada lapisan permukaan
i. Pengambilan sampel air untuk Fitoplankton dan zooplankton pada 19
titik stasiun pada kedalaman 500 m dengan alat plankton net
j. Pengukuran kelimpahan Biomassa dengan menggunakan alat Biosonic
k. Pengukuran cemaran plastic dengan bantuan alat Mangtow net
l. Pengukuran temperatur, konduktivitas, dan kedalaman dengan alat
CTD SBE 911 plus (Conductivity Temperature Depth)
m. Pengukuran arus laut dengan RDI Teledyne 75 khz ADCP (Acoustic
Doppler Current Profiler).
2. Lingkup Pekerjaan
Cruise IJEP dengan RV Baruna Jaya VIII berangkat setelah pelaksanaan Mini
Workshop yang mengundang beberapa instansi, mahasiswa dan wartawan
bertempat pada RV Baruna Jaya VIII di Pelabuhan LIPI, Ambon pada
tanggal 06 September 2016 yang bertujuan untuk mengenalkan dan
mempublikasikan kepada masyarakat mengenai tujuan pelayaran ilmiah
ini. Acara Mini Workshop ini sangat sukses dan mendapat antusias dari
tamu yang hadir.

Gambar 1. Presentasi Kegiatan IJEP

Gambar 2. Penjelasan Kegunaan PCO2

Setelah acara Mini workshop pada saat, tim IJEP melakukan rapat kecil
(gambar 4) untuk menentukan pembagian pekerjaan sesuai dengan
empat belas (14) output data yang diperlukan agar tercapai pada 19
stasiun pengamatan pada 7 strasifikasi kedalaman di pada WPP 714, 715
dan 716.

Gambar 3. Rapat dengan tim LIPI

Gambar 4. Rapat lingkup pekerjaan


IJEP

Pada gambar 3 terjadi rapat mengenai perubahan lokasi titik


pengamatan yang melibatkan Kapten BJ VIII, seluruh peneliti dan teknisi
yang terlibat dalam CRUISE IJEP.
Tidak kalah pentingnya pengenalan safety yang dilakukan untuk
keselamatan di RV Baruna Jaya VIII yang dijelaskan oleh Deni Purnomo
(Gambar 6)

Gambar 5. Cara pemakaian Life Jacket

Gambar
Kapal

6.

Presentasi

Keselamatan

Pada saat yang sama juga dipraktekan cara pemakaian Life Jacket kepada
Nadya (gambar 5) yang merupakan salah satu metode dalam system
keselamatan kapal jika terjadi alarm.
2.1. Waktu dan Rute Pelayaran
Selasa sore 06 September 2016 pada pukul 15.55 WIT RV Baruna Jaya
VIII menuju pada stasiun pengamatan pertama (1) di Laut Banda
dengan pengambilan data CTD pada pukul 21.47 WIT dan Plankton net
sesuai dengan Plan cruise awal (Gambar 7).

Gambar 7. Cruise plan awal


Stasiun (1) laut Banda, stasiun (2) selat Manipa, stasiun (3) & (4) laut
Seram berhasil diambil seluruh data yang diperlukan pada stasiun ke 2
dan ke 3 Mantanet dan Biosonic melakukan pengambilan data sampel
air sejauh 2 mil jaraknya dari titik awal.
Pada saat menuju stasiun (5) di Laut Maluku terdapat revisi Cruise plan
pertama, yaitu perubahan pada stasiun (11), karena stasiun (11)
merupakan arus pertemuan dari Samudera Pasifik maka diperlukan
teknik pengambilan sampel dengan metode Yoyo.

Gambar 8. Perubahan pertama Cruise plan


Dikarenakan alat PCO2 milik ITB rusak pada adaptor yang terbakar
sehingga tidak terdapat gantinya di Kapal maka juga dilakukan
perubahan terhadap cruise plan yaitu pergeseran stasiun (19) yang
mendekati pada area rumpon dengan dasar Peta LPI, tujuan utama
perubahan stasiun (19) ini adalah mendapatkan pengamatan Biosonic
dan mangtaw net pada lokasi rumpon, kemudian mengamati dengan
visual dan marking koordinat untuk analisa selanjutnya dengan data
Radar INDESO.

Gambar 9. Perubahan ke dua pada st 19 (rumpon)

Pada tanggal 09 September 2016, setelah melaksanakan pengamatan


dan pengambilan sampel pada stasiun (10) di laut Maluku untuk
menuju stasiun (11), kami mendapat Signal telp dan saat itu pula
mendapat berita bahwa pada tanggal 13 September untuk Capture
RADAR INDESO tidak dapat dilakukan karena adanya maintenance dari
MDA & CLS France. Sehingga kami menunggu kepastian untuk
mendapat Capture di laut Sulawesi, dengan menggunakan telp satelit
pada RV Baruna Jaya VIII untuk berkomunikasi dengan Operator
INDESO. Maka kami mendapat kepastian di tanggal 10 September 2016
di lokasi awalnya stasiun (17) laut Sulawesi. Setelah melakukan rapat
dengan Kapten, Chief Party, analis radar, beberapa peneliti dan Chief
Scient tentunya, kami melakukan perubahan rute pengamatan.
RV Baruna Jaya VIII awalnya menuju ke st 11 laut Maluku putar halauan
menuju ke st 17 pada Laut Sulawesi (gambar 9), sehingga pada saat
capture radar INDESO, RV Baruna Jaya VIII ikut terpotret dan teranalisa
ukuran dll.

Gambar 10. Cruise plan perubahan akhir


Stasi

LAT

LONG

Latitu

Longit

un
St 11

de
3N

12420'E

310'8.4"
N
346'2.4
9"N
4
4'47"N
341'53.
9"N
241'26"
N

12344'27.
6"E
12320'34.
52"E
124
28'27.3"E
125
25'47.9"E
125
22'59.4"E
126
20'55.1"E

St 18

254'N

125E

3.169
0
3.767
358
4.079
722
4.046
389
3.698
306
2.690
556
2.584
472

St 19

151'N

125 19'E

St 12
St 13
St 14
St 15
St 16
St 17

42'47"N

1.85

ude
124.33
33
123.74
10
123.34
29
124.47
43
125.43
125.38
32
126.34
86
125
125.31
67

Pada Cruise plan akhir (gambar 10) di atas merupakan penyesuaian


dikarenakan perubahan jadwal capture radar, sehingga rute kami
berputar dan tidak dapat mengambil pengamatan pada stasiun 11
sebelumnya, namun gantinya pada stasiun 17 dilakukan metode Yoyo
CTD sesuai direncanakan dalam pengambilan data 24 jam. Total
stasiun pengamatan sesuai dengan perencanaan awal yaitu 19 stasiun.

2.2.

Aktifitas

a. > Pengambilan sampel kualitas air


Pengambilan sampel kualitas air pada 19 stasiun pengamatan yang
merepresentasikan perairan Laut Sulawesi dan Laut Maluku dilakukan
menggunakan Rosette Bottles berukuran 9 liter pada tujuh stratifikasi
kedalaman, yaitu 3 kedalaman yang merepresentasikan lapisan eufotik
(berbeda-beda setiap stasiun), kedalaman 300 m, 500 m, 750 m dan 1000 m.

Gambar

11.

Pembagian

air

sesuai

Gambar

12.

Pembagian

air

sesuai

dengan wadah dan kedalaman

dengan parameter pengukuran dan


pengamatan

Pengukuran kualitas air secara in situ


Sebelum dilakukan filtrasi sampel air untuk uji klorofil-a dan padatan
tersuspensi total (TSS), dilakukan pengukuran in situ dengan menggunakan
instrumen Water Quality Checker (WQC) TOA-DKK WQC-24. Dari instrumen
WQC, pengukuran yang dapat dihasilkan adalah suhu, salinitas, turbiditas,
oksigen terlarut (DO), pH, densitas air laut (sigma-t), konduktivitas, padatan
terlarut total (TDS), dan klorofil fluoresens.

Gambar 13. Pengukuran dengan WQC

Gambar 14. Setiap kedalaman dan


stasiun
di
lakukan
pengukuran
dengan WQC

Klorofil-a dan nutrien (nitrat, nitrit, ammonia, fosfat dan silika)


Pengukuran klorofil-a dan nutrien dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesuburan suatu perairan. Nilai konsentrasi klorofil-a diperoleh dari filtrasi
sampel air sejumlah 4 - 5.5 liter menggunakan kertas saring Whatman
Cellulose Acetate dengan ukuran pori 0.45 m dan diameter 47 mm. Kertas
saring tersebut kemudian diekstraksi dengan aseton 90% dan larutan
supernatannya dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Nilai
konsentrasi nutrien yang terdiri dari nitrat, nitrit, ammonia, silika, ortofosfat
didapatkan dari hasil filtrasi kertas saring klorofil-a sejumlah 500 ml pada
setiap stasiun pengamatan. Sampel air tersebut dibekukan pada suhu -20 oC
hingga mencapai Laboratorium Kualitas Perairan Balai Penelitian dan
Observasi Laut untuk dilakukan analisis spektrofotometri UV-Vis.

Gambar 15. Proses penyaringan

Gambar 16. Penggantian kertas saring

Total padatan tersuspensi (TSS)


Total padatan tersuspensi (TSS) adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2m atau lebih besar
dari ukuran partikel koloid. Sebanyak 100 ml sampel air difiltrasi
menggunakan kertas saring Whatman Glass Microfilter dengan diameter 55
mm dan ukuran pori 1.2m yang sebelumnya telah dicuci dengan akuades
sejumlah 30 ml dan ditimbang berat awalnya. Selanjutnya kertas saring dibilas
menggunakan akuades sebanyak 30 ml untuk menghilangkan garam yang
menempel pada kertas saring. Kertas saring kemudian disimpan dalam
alumunium foil dan dibawa ke Laboratorium Kualitas Perairan Balai Penelitian
dan Observasi Laut untuk dilakukan analisis gravimetri.

Gambar 17. Pemasangan Kertas Saring


pada alat.

Gambar 18. Penyimpanan Kertas


Saring pada alumunium foil untuk
analisa di LKP - BPOL

Setelah melakukan pengambilan sampel air di RV Baruna Jaya VIII dengan


metode yang baku selanjutnya sampel akan dibawa ke Laboratorium Kualitas
Perairan BPOL untuk dianalisis. meliputi : Kadar ammonia, Kadar fosfat,
Kadar nitrat, Kadar nitrit, Kadar silikat, Kadar klorofil-a dan Total padatan
tersuspensi (Total Suspended Solid/TSS)

b. Validasi data Radar

Dengan menggunakan Capture Radar INDESO yang dilakukan di 2 lokasi,


yaitu di Laut Maluku dan laut sulawesi. Melalui stasiun satelit bumi radar
Indeso, dengan terlebih dahulu menentukan AOI terpilih; Radar Operator
melakukan pemesanan data radar ke MDA selaku provider dari data satelit
Radar untuk pemotretan pada tanggal 7 September 2016 pada pukul
04:00 WIB pada stasiun 5 dan pada tanggal 10 September 2016 pada
pukul 16:52 WIB pada stasiun 11.
b.1. Akusisi Data Satelit Radar Frame Laut Maluku
Rencana awal kegiatan untuk akusisi data satelit radar pada frame Laut
Maluku adalah mengetahui kapal-kapal yang berada dalam radius
tertentu dari kapal Baruna Jaya VIII melalui ECDIS dan membandingkan
dengan data AIS yang dimiliki oleh observer. Pada tanggal 7 September
pukul 04:00 WIB posisi kapal Baruna Jaya berada diluar frame radar yang
telah ditentukan, namun mendeteksi objek Kapal Cargo dari instrumen
ECDIS menuju arah selatan keluar dari Frame Radar pada pukul 11:00
WIB. Observasi lebih lanjut akan dilakukan untuk menentukan apakah
kapal Cargo tersebut sama dengan kapal yang terdeteksi pada data radar
yang telah di capture.
b.2. Akusisi Data Satelit Radar Frame Laut Sulawesi
Tidak jauh berbeda dengan kegiatan validasi data satelit radar di Laut
Maluku, kapal Baruna Jaya VIII di skenariokan untuk berada dalam frame
radar pada tanggal 10 September 2016. Semenjak pukul 15:00 WITA posisi
kapal Baruna Jaya VIII telah memasuki AOI Frame radar dan pada pukul
17:52 posisi kapal Baruna Jaya VIII berada pada koordinat 02 59.516 N
124 20.441 E atau berada pada sisi barat frame data radar; melaju
dengan kecepatan 8.3 Kn dengan arah 315.8 .
Pada pukul 19:20 oberver melakukan panggilan via telepon satelit RV
Baruna Jaya VIII untuk mengkonfirmasi bahwa kapal Baruna Jaya VIII telah
berada pada frame radar; Radar Operator stasiun bumi satelit radar
Indeso mengkonfirmasi bahwa data radar telah berhasil di capture dengan
hasil analisis data menemukan ketepatan posisi Kapal Baruna Jaya VIII
dengan panjang 55 meter.

Gambar 19. Persiapan menuju stasiun


11 Laut Sulawesi dari stasiun 10 laut
Maluku

Gambar 20. Suasana saat di lokasi


Frame Capture Radar kapal laju normal
8 knot

Terlihat pada gambar 19. Kapten Jefri sedang merubah rute perjalanan RV BJ VIII
dari stasiun 10 ke Stasiun 11 dengan menggunakan alat ECDIS. Kemudian pada
gambar 20 menjelaskan bahwa Kapten dan crew navigasi sedang mengarahkan
posisi RV Baruna Jaya pada lokasi Frame Radar yang sudah diketahui
sebelumnya, yaitu pada stasiun 11 laut Sulawesi.
c. Penggunaan data recording Electronic Chart Display (ECDIS) dan
Radar Arppa
Pada RV Baruna Jaya VIII terdapat dua alat baru TA 2015 yaitu : ECDIS dan
Radar Arppa dengan alat tersebut berguna untuk (1) mendeteksi kapal
sekitar yang menggunakan Automatic Identification System (AIS) atau tidak,
(2) mengidentifikasi object diatas air sejauh 96 nm dari RV Baruna Jaya VIII
targetnya adalah rumpon atau FAD.

Beberapa Rumpon yang dapat di ambil gambar dengan menggunakan Canon


dengan zoom max
c.1. ECDIS data recording
ECDIS (electronic chart display) merupakan instrumen yang dimiliki oleh
Baruna Jaya VIII yang mampu mendeteksi objek-objek disekitar kapal
Baruna Jaya yang berada dalam radius tertentu; dalam hal ini data yang
di ambil dari ECDIS adalah data kapal bertransmitter AIS maupun tidak
bertransmitter dan objek-objek tertentu yang terdeteksi oleh ECDIS.

Gambar 21. Alat Navigasi Electronic


Chart Display (ECDIS) milik RV Baruna
Jaya VIII

Gambar 22. Screen Capture pada


ECDIS tanggal 8 September 2016

Dapat dijelaskan pula, ECDIS pada RV Baruna Jaya VIII merupakan


instrumen radar berbasis sistem informasi geografis: memiliki basemap
(Nautical Chart), yang mampu menampilkan informasi dari objek yang
terdeteksi oleh ECDIS (Jika memiliki objek terdeteksi memiliki AIS).
Kelebihan ECDIS dapat menyimapan data dengan format .Jpeg dan .png
sehingga observer telah melakukan penyimpanan data tersebut.
c.2. Pengamatan Visual
Menggunakan referensi data ECDIS dan Radar Arppa, observer telah
melakukan pengamatan visual secara langsung untuk mengetahui posisi
objek-objek (kapal) dan Rumpon atau FAD yang berada di jalur pelayaran
Baruna Jaya VIII

Gambar 23. Radar Arppa pada RV BJ


VIII

Gambar 24. Kapal Ikan hasil deteksi


Radar Arppa BJ VIII

Radar Arppa merupakan instrumen radar dengan kemampuan


mengidentifikasi objek sejauh 96 nm dari lokasi kapal Baruna Jaya VIII,
berbeda dengan ECDIS Radar Arppa tidak memiliki kemampuan untuk
menampilkan detail informasi mengenai objek yang terdeteksi, namun
Radar Arppa terkoneksi pada alat ECDIS sehingga dapat terlihat mana
kapal yang ber AIS (gambar 23) dan mana kapal yang tidak ber AIS
namun terdeteksi oleh Radar Arppa. Terlihat pada gambar 24, kapal ikan
yang tidak menggunakan transmitter AIS kemudian di belakang terdapat
kapal Cargo yang menggunakan AIS.
d. Kegiatan Pengamatan Cuaca di Kapal
Pengamatan kegiatan cuaca di Kapal Riset Baruna Jaya VIII yang telah
dilakukan dengan memanfaatkan AWS (Automatic Weather Station) yang
terpasang pada anjungan lantai ketiga (Gambar 25) dan juga pengamatan
visual dari awak kapal. Adapun data AWS tersebut ditampilkan pada display
layar di ruang kemudi kapal (Gambar 26).

Gambar 25. Sensor AWS


(Automatic Weather Station

Gambar 26. Tampilan AWS pada ruang


kemudi

Data AWS ini berisi data arah dan kecepatan angin (dalam knot), suhu udara,
dan tekanan udara. Data AWS ini tidak dapat terekam karena tidak adanya
data logger, namun telah tercatat pada log sheet harian kapal (Gambar 27).
Selain itu, data cuaca dan keadaan gelombang yang tampak secara visual
juga dicatat pada log book kapal (Gambar 28).

Gambar 27. Log sheet harian


kapal

Gambar 28. Log book harian


kapal

Log sheet harian kapal wajib diisi pada tiap tiap stasiun pengamatan. Log
sheet ini berisi tentang informasi teknis mengenai pengoperasian CTD, terkait
kedalaman wire, waktu naik dan turunnya CTD, informasi arah dan kecepatan
angin, suhu udara, kelembaban udara, serta tekanan udara. Log book harian
kapal wajib diisi oleh pihak Awak Buah Kapal pada jam jam pengamatan
12.00-16.00, 16.00-20.00, dan 20.00-24.00. Log book ini berisi keadaan pitch
propeller, kecepatan kapal, haluan yang dikemudikan, serta informasi cuaca.
Informasi cuaca yang diisi adalah menganai arah dan kecepatan angin,
kondisi tutupan awan (1/8-8/8), jenis awan, tekanan udara, temnperatur
udara, kelembaban udara, serta keadaan gelombang secara visual yang
dihitung dalam skala Beaufort.
Kondisi Cuaca selama IJEP cruise
Kondisi cuaca
Kondisi cuaca selama IJEP cruise berlangsung didominasi oleh cuaca berawan
dengan tutupan awan 5/8 hingga 8/8, serta hujan dengan intensitas ringan
hingga sedang. Kondisi Precipitation in Sight (hujan dalam pandangan) juga
teramati beberapa kali selama pelayaran.
Arah dan Kecepatan angin

Selama IJEP cruise berlangsung, arah angin bervariasi, didominasi dari arah
timur laut hingga barat daya dengan kecepatan berkisar antara 0,5 25
knots.
Jenis awan
Jenis awan yang mendominasi pada bulan September ketika kegiatan IJEP
cruise didominasi oleh awan menengah (Altocumulus, Altostratus,
Nimbostratus) dan awan rendah (Stratocumulus, Stratus, Cumulus, dan
Cumulonimbus). Beberapa tampilan awan yang terlihat pada kegiatan
pelayaran IJEP cruise ini antara lain terlihat pada Gambar 29.

Gambar 29. Kondisi awan yang teramati selama Cruise IJEP berlangsung
Kondisi gelombang
Kondisi gelombang yang terjadi selama kegiatan cruise antara lain smooth
waveless, calm rippled, dan slight sea dengan tinggi gelombang berkisar
antara 0,5 1,5 meter.
Kejadian Cuaca Ekstrim pada Cruise IJEP
Pada tanggal 13 14 September 2016, dalam perjalanan dari stasiun 17
Laut Maluku ke stasiun 18 di perairan Laut Sulawesi, terdapat cuaca ekstrim
yaitu kecepatan angin yang mencapai 35 knots dengan arah angin didominasi
dari barat daya (2310) hingga barat laut (313 0). Tekanan udara terendah yang
tercatat adalah 1009 mb. Kondisi ini diduga merupakan pengaruh dari adanya
Siklon Tropis Malakas di perairan timur Filipina dan Siklon Tropis Meranti di
Laut Cina Selatan.
Kapal Riset Baruna Jaya VIII juga mendapatkan Informasi Peringatan Cuaca
dari Badan Meteorologi Jepang (Japan Meteorological Agency) yang terus
diperbaharui, dan diinformasikan melalui SSB. Contoh informasi peringatan
siklon tropis dari JMA dapat dilihat pada Gambar 9. Informasi ini sangat
bermanfaat karena berisi berita mengenai perkembangan siklon tropis
tersebut, prediksi arah pergerakannya, dan kekuatan angin maksimum yang
dapat dicapai. Dengan memanfaatkan informasi ini, maka dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan yang tepat demi
keselamatan seluruh awak kapal.

Gambar 30. Informasi peringatan siklon tropis dari JMA pada (a)
tanggal 13 September 2016 pukul 10.00 UTC (b) tanggal 14
September 2016 pukul 00.57 UTC
e. Pengukuran Pertukaran gas CO2 antara laut dan udara dapat
ditentukan berdasarkan tekanan parsial CO2 (pCO2) di 19 titik
stasiun.
Karena belum terdapatnya data pCO2 di perairan Indonesia bagian Timur
maka pengambilan data ini diperlukan dengan menggunakan alat Mini-Pro
CO2 barikan Pro-Oceanus, Canada. Mini-Pro CO2 menggunakan prinsip
pendeteksi infra merah untuk mengukur tekanan CO2 yang terlarut dalam zat
cari. Alat tersebut mengetahui kandungan CO2 terlarut berdasarkan difusi
gas melalui sensor membrane hidrofobik (pada Gambar 1, di ujung alat yang
berwarna putih). Panjang gelombang inframerah pada alat sudah si set untuk
mendeteksi konsentrasi gas CO2. Jumlah penyerapan gelombang yang
tertangkap akan berbanding lurus dengan konsentrasi gas CO2 (Hermawan,
2015).

Gambar 31. Alat ukur tekanan parsial CO2 (Mini-Pro CO2)


(sumber: http://www.pro-oceanus.com/ dalam Hermawan, 2015)

Alat Mini-Pro CO2 pada Gambar 31 dengan menggunakan port 4 kabel


dihubungkan pada unit deck. Lalu disambungkan pada PC sehingga bisa
dioperasikan. Pengukuran pCO2 dilakukan saat kapal meninggalkan pelabuhan
LIPI, Ambon puku 15:51 WIT tanggal 6 September 2016. Pengukuran kali ini
menggunakan prinsip underway. Hasil data yang didapat berupa data pCO2 pada
lintang, bujur, dan waktu tertentu. Pada saat di stasiun 7 menuju stasiun 8 alat
mengalami gangguan. Kerusakan terjadibpada power supply dan software yangc
ada pada unit deck. Sehingga pengukuran dihentikan.

Gambar 32. Perbaikan unit pCO2 yang


rusak

Gambar 33. Penempatan Alat pengukur


Mini Pro CO2

f. Pengukuran Oksigen terlarut dengan metode titrasi (titrimetrik)


pada seluruh stasiun dan 7 lapisan air secara vertical
Pengukuran oksigen terlarut pada cruise IJEP 2016 ini dilakukan dengan
dua metode yaitu metode sensor optic yang terpasang pada CTD SBE dan
metode titrasi. Perlakuan kedua metode tersebut dilakukan untuk melihat
korelasi kedua metode sekaligus sebagai salah cara untuk melakukan
validasi terhadap alat sensor.
g. Pengukuran Net Primary Productivity (NPP) berdasarkan
kandungan oksigen terlarut (metode botol gelap terang)
Pengukuran produktivitas primer dilakukan untuk estimasi produktivitas
dari fitoplankton sebagai produsen primer pada lokasi penelitian sekaligus
untuk mendapat gambaran produktivitas fitoplankton sebagai salah satu
pompa biologi dalam siklus karbon di perairan laut. Proses pemanfaatn
CO2 oleh fitoplankton dalam siklus karbon mempengaruhi proses
biogeokimia laut. Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan
metode botol gelap-terang (based on oxygen) dan dilakukan pada
sampling air di waktu pagi siang.
h. Pengukuran alkalinitas, alkalinitas karbonat, total karbon
dioksida dengan metoda tabel pada seluruh stasiun dan 7 lapisan
air secara vertical
Pengukuran alkalinitas, alkalinitas karbonat dan total karbon dioksida
dilakukan dengan metode tabel (Strickland & Parson, 2003) dikarenakan
sampai saat ini LKP - BPOL belum memiliki alat untuk analisis karbon di
laut yang dapat dipakai pada kegiatan cruise atau pelayaran ilmiah dan
Penentuan tekanan parsial CO2 dengan metode tabel hanya dilakukan
pada lapisan permukaan
Cruise IJEP menggunakan metode Perlakuan CTD yoyo 24 jam
pada stasiun 17 untuk melihat variabiltas secara temporal dari data
yang di ukur oleh sensor optic untuk suhu, salinitas, densitas, beam
transmission, pH, flouresense, conductivity.

Gambar 34. pH meter

Gambar 35. Pengukuran pH pada


sampel air

i. Pengambilan sampel air untuk Fitoplankton dan zooplankton pada


19 titik stasiun pada kedalaman 500 m dengan alat Twin net
plankton.
Sampel plankton dikumpulkan menggunakan Twin Net Plankton modifikasi
(Gambar 36). Sampel fitoplankton diambil dengan menggunakan dengan
ukuran mata jaring 80 m, diameter mulut jaring 0,31 m dan panjang
jaring 1,8 m; demikian juga untuk zooplankton sampling dilakukan dengan
ukuran mata jaring 300 m, diameter mulut jaring 0,31 m dan panjang
jaring 1,8 m. Pada masing-masing bagian tengah jaring dipasang sebuah
flowmeter untuk mengetahui aliran air yang masuk ke jaring, dan
selanjutnya dipakai untuk menghitung volume air yang tersaring.

Gambar 36. Twin Plankton Net


Modifikasi
(Kitahara
dan
Norpac)

Gambar 37. Hasil sampel Plankton


yang sudah terkumpul di setiap
stasiun pengamatan

Dalam ekspedisi IJEP 2016 ini, sampel plankton yang berhasil dikumpulkan
dari 19 stasiun sebaran plankton sebanyak 38 botol sampel, terdiri dari 19
botol sampel fitoplankton dan 19 botol sampel zooplankton yang
diawetkan dengan formaldehyde (Gbr. 3). Selain itu juga dikumpulkan 8

botol sampel (4 fitoplankton dan 4 zooplankton) yang diperoleh dengan


menurunkan Net Plankton pada stasiun harian (Stasiun 17) setiap 6 jam
selama 24 jam.
j. Pengukuran kelimpahan Biomassa dengan menggunakan alat
Biosonic
Kelimpahan Biomassa pada air laut dapat diukur menggunakan alat
Biosonic milik BPOL. Jumlah tracking biosonic pada cruise IJEP mencapai 9
kali dan kemunculan Biomassa terdapat pada stasiun 9 dan stasiun 11 di
perairan laut Sulawesi.

Gambar 38. Pengukuran Biomassa dengan


menggunakan Biosonic

Gambar 39. Hasil pengukuran biomassa di


stasiun 9

Seringnya kemunculan biomassa pada stasiun 9 di iringi adanya aktifitas


kegiatan penangkapan ikan di perairan laut Sulawesi. Dugaan sementara
untuk kepastian biomassa ikan di stasiun 9 pada biosonic karena adanya
nelayan Pole & line di area sekitar tracking pada perairan laut Sulawesi.
k. Pengukuran cemaran plastic dengan bantuan alat Mangta net dan
AVANI net
Peralatan yang dapat digunakan untuk mengambil sampel mikroplastik
diantaranya adalah Manta Net dan AVANI net. Kedua alat tersebut bekerja
untuk menjaring mikroplastik di permukaan. Pengambilan sampel
mikroplastik dalam ekspedisi Indeso Joint Ekpedition Program (IJEP) di laut
sulawesi dan laut Maluku dilakukan dengan alat AVANI NET. Avani net
adalah
alat pengambil sampel mikroplastik pada sampel air laut
permukaan yang berbentuk jaring berbentuk kerucut dengan ujung botol
pengumpul sampel. Alat ini system kerjanya di bantu dengan pelampung
dan sayap di kanan kirinya. Cara kerja alat ini yaitu dengan di tarik kapal
dengan kecepatan 3- 5 Knot dengan jarak 2 mil (gambar 41). Ukuran
mata jaring yang
digunakan untuk menangkap sampel mikroplastik
setidaknya berukuran 300 mikron. menggunakan pengumpul sampel
apung dengan ukuran mata jaring 300 mikron , berbentuk kerucut dengan
bukaan alat yang terbuat dari baja dengan dengan jumlah dua buah
masing-masing berukuran lebar 20 Cm, panjang 45 cm.

Gambar 40. Avani net

Gambar 41. Persiapan realease Avani


net

Setelah mendapatkan sampel mikroplastik, analisis mikroplastik


selanjutnya akan dilakukan di laboratorium kualitas air Balai penelitian
dan observasi kelautan Perancak Jembrana Bali. Metode yang diacu dalam
analisi mikroplastik adalah metode yang dikembangkan oleh NOAA 2014,
yang secara umum adalah dengan metode panyaringan dan gravimetri.
Untuk menghilangkan factor pengganggu dari bahan organic di gunakan
WPO yang merupakan campuran antara hydrogen peroksida (H2O2)
dengan katalisator Besi (II) Fe(II)O2.
l. Pengukuran temperatur, konduktivitas, dan kedalaman dengan
alat CTD SBE 911 plus (Conductivity Temperature Depth)
CTD merupakan salah satu instrumen oseanografi yang digunakan untuk
pengukuran parameter fisik air laut. Alat ini mempunyai sensor standar,
yaitu temperatur, konduktivitas, dan kedalaman. Tipe CTD yang digunakan
di kapal riset Baruna Jaya VIII adalah SBE 911 plus yang dilengkapi sensor
tambahan, yaitu PAR (Photosynthesis Absorption Rate), Light
Transmission, Turbiditas, ph, dan oksigen terlarut. Alat ini mampu
mengukur hingga kedalaman maksimum 6000 m, kecuali pengukuran pH
yang hanya bisa digunakan sampai kedalaman 1200 m. Selain itu, alat ini
juga dilengkapi dengan 12 botol roset yang masing-masing berkapasitas
10 liter dan digunakan untuk mengambil sampel air pada kedalaman
tertentu yang selanjutnya akan dilakukan analisis parameter kimia, seperti
oksigen, nutrien, total suspended solid, dan produktivitas primer. CTD 911
plus kapal riset Baruna Jaya VIII merupakan deck unit dan dihubungkan
dengan jaringan komputer dan GPS dengan menggunakan perangkat
lunak seasoft dengan sistem operasi windows. Alat ini digunakan pada
saat kapal berhenti di stasiun yang diinginkan, kemudian diturunkan
dengan menggunakan winch (crane) sampai kedalaman yang diinginkan,
dan dinaikkan kembali ke dek kapal. Selama dinaikkan dan diturunkan,
sensor-sensor CTD akan merekam dan kemudian data-data yang terekam
akan disimpan di jaringan komputer yang terhubung dengan CTD.
Terdapat 19 stasiun pengukuran CTD selama cruise IJEP 2016 dengan 1
stasiun (stasiun 17) diukur selama 24 jam (yoyo) setiap 3 jam dan 2
stasiun (stasiun 7 dan stasiun 11) dilakukan pengukuran 2 kali di mana
kedalaman pengukuran ke 2 mencapai kedalaman maksimal stasiun

taanpa melakukan pengukuran pH. Berikut ini adalah stasiun CTD selama
cruise IJEP 2016.

Stasiu
n
St 1
St 2
St 3
St 4
St 5
St 6
St 7
St 8
St 9
St 10
St 11
St 12
St 13

Lintang

Bujur

4
7'55.49"S
322'30.4
3"S
235'48.3
2"S
150'33.6
0"S
1
8'8.45"S
041'17.3
0"S
018'57.3
7"S
019'19.4
5"N
057'56.6
7"N
135'40.1
7"N

12737'33.4
3"E
12720'30.0
1"E
12639'3.87
"E
12645'9.43
"E
12639'43.8
6"E
12613'50.8
7"E
12545'19.5
5"E
12541'6.98
"E
12611'13.9
9"E
12634'41.5
2"E

3N

12420'E

310'8.4"
N
346'2.49"
N

12344'27.6
"E
12320'34.5
2"E
124
28'27.3"E
125
25'47.9"E
125
22'59.4"E
126
20'55.1"E
125E
125 19'E

St 14

4 4'47"N

St 15

42'47"N

St 16

341'53.9"
N

St 17

241'26"N

St 18
St 19

254'N
151'N

Kedalaman Pengukuran
(m)
1100
1100
1000
1000
1100
1100
1000 & 2000 (2 kali
pengukuran)
1100
500
1100
1000 & 4100 (2 kali
pengukuran)
1100
1100
1100
1100
1000
1000 (yoyo selama 24 jam)
1100
1000

m. Pengukuran arus laut dengan RDI Teledyne 75 khz ADCP (Acoustic


Doppler Current Profiler).
ADCP adalah instrument oseanografi yang digunakan untuk mengukur
arus laut. Tipe ADCP yang digunakan KR Baruna Jaya VII adalah RDI
Teledyne 75 khz. ADCP berada di bawah kapal dan mengukur sepanjang
track kapal. Alat ini mampu mengukur arus hingga kedalaman sekitar 600
m pada 128 lapisan dengan interval antar lapisan sebesar 5 meter dan
interval waktu perekemanan per 5 detik.

Gambar 42. Pengukuran ADCP dan CTD


oleh operator P2O-LIPI

Gambar 43. Penurunan alat CTD pada


setiap stasiun pengamatan

Untuk publikasi Cruise Indeso Join Expedition Program 2016, kami akan membuat
tulisan ilmiah yang akan dipublikasikan pada seminar nasional hasil penelitian
dan perikanan dan kelautan UNDIP Semarang dengan judul :
1.

Profil vertikal kandungan oksigen terlarut (DO) sebagai salah satu


indikator bagi keberlangsungan kehidupan di Perairan Laut Maluku dan
Laut Sulawesi.

2. Kelimpahan
fitoplankton
dan
interaksinya
dengan
hidroosenaografi di perairan Laut Maluku dan Laut Sulawesi.

parameter

3. Acknowledgements
Kami dapat katakan dengan sangat bahagia bahwa Cruise IJEP ini berhasil
dengan baik dan berjalan sesuai dengan rencana dengan tambahan ide ide
berlian dari seluruh rekan rekan dari berbagai disiplin ilmu dan kepakaran.
Sejak awal kami cukup awam dengan pengetahuan di expedisi yang sangat
expertis dan megah ini, namun dengan support dan dukungan penuh dari Bapak
Berny Subkhi PMO INDESO dan Bapak I Nyoman Radiarta Kepala BPOL yang
sangat mendukung keberhasilan dari Cruise IJEP ini dari awal Juli 2016 sampai
selesai.
Tidak luput pula peran dari Kapten Jefri Juliansyah - RV Baruna Jaya VIII beserta
Mualim 1, 2 dan 3 dalam koordinasi, handling dan ketepatan waktu menuju
seluruh 19 stasiun dengan baik. Sangat bangga kami tujukan pada tim
laboratorium kualitas air yaitu Iis Triyulianti, Novia Arinda Pradisty, Komang
Widiadnyana, Nikita Pusparini dan Nurul Fitriya yang sangat disiplin waktu
pengambilan data air walaupun larut malam hingga adzan Shubuh
berkumandang dalam melakukan analisa air. Bravo!!! Kami tujukan pada Aditya
Chandra Reymonza yang berhasil mengkoordinasikan Tim Ops INDESO Perancak pada waktu yang sempit dengan keterbatasan Signal seluler untuk
memberikan ide yang tepat dalam pengambilan data Radar di stasiun 11. Luar
biasa ide yang diberikan dari Agung Yunanto - Chief Scientist untuk koordinasi
antar bidang ilmu dan memacu semangat rekan rekan untuk mengeluarkan
hasil tulisan setelah cruise IJEP ini selesai. Keren banget buat Fikrul Islamy yang
memberikan data Biosonic yang cukup akurat sekaligus Suara karaoke dan
candaan yang membuat rekan rekan lain menjadi tersenyum dan tertawa di
derunya ombak laut Maluku. Semangat tanpa lelah untuk Nadya Crista
Mahdalena yang mengkoordinasikan antara tim oceanografi dengan tim
laboratorium kualitas Air dan juga dalam pembuatan cruise stasiun sampai jilid
4. Untuk Iwan Pramesti Anwar tetap optimis dalam pengambilan data PCO 2,
walaupun alat tersebut sudah rusak pada stasiun 7, namun tetap memback up
pekerjaan pada tim kualitas air di analisa PH air.

Kami sangat apresiasi dan berterima kasih dengan seluruh crew RV Baruna Jaya
VIII yang tidak luput saling terkait memberikan sumbangan tenaga, pikiran dan
pengalaman berharga dalam Cruise IJEP ini.
Tidak sampai disini pekerjaan ini, kedepan masih banyak pengetahuan ilmiah
yang wajib digali dalam waktu yang berbeda dan lain kesempatan. Ilmu dapat
berkembang luar biasa jika dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu dari berbagai
instansi maupun mahasiswa.
INDESO JOIN EXPEDITION PROGRAM 2016
Chief Party
Indra Hermawan
P3SDLP-BPOL-INDESO
indradkp@gmail.com
0817298945

TABEL 1. PARTICIPANTS
1.1. PERSONEL CRUISE INDESO JOIN EXPEDITION PROGRAM
TIM PENELITI, ANALIS DAN OPERATOR
NO
1

4
5
6
7
8
9
10

NAMA / NIP
Dr. Agung Yunanto, MSi
NIP. 19760611 200502 1
001
Indra Hermawan, MSi, MSc
NIP. 19800614 200312 1
005
Novia Arinda Pradisty, SSi
NIP. 19911120 201403 2
001
Aditya Chandra Reymonza,
S.Kel
Komang Widiadnyana, Amd

JABATAN
Chief Scientist

STATUS
Pegawai
Sipil

Chief Party

Pegawai
Sipil

Negeri

Analis Kualitas Air LKP Pegawai


BPOL
Sipil

Negeri

Analis Radar

Negeri

INDESO

Asisten Analis LKP

Mahasiswa
Undiksa
Nadya Crista Mahdalena, ST Analis Oceanografi
BPOL
Fikrul Islami, S.Pi
Operator Biosonic
BPOL
Iwan Pramesti Anwar, ST
Operator PCO2
Mahasiswa
ITB
Iis Triyulianty, M.Si
Analis NPP, alkalinitas Mahasiswa
dan O2 terlarut
UNDIP
Nikita Pusparini, S.Si
Analis Klorofil a dan Mahasiswa
pengamat Cuaca
UNDIP

S1

S2

S3

S2

11
12
13
14

Nurhayati
NIP. 195904151986032002
Nurul Fitriya
NIP. 197310292000032001
Muhajirin
NIP. 196509231986021001
Priadi Dwi Santosa
NIP. 197310201993031003
1.2.

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

PNS P2OLIPI

Marine Plankton

PNS P2OLIPI

Operator CTD, ADCP

PNS P2OLIPI

Operator CTD, ADCP

PNS P2OLIPI

CREW KR. BARUNA JAYA VIII / YFZQ

NO
1

Fisika Oseanografi

NAMA / NIP
Jefri Juliansyah
NIP. 19800721 200312 1 003
Heru Priyambodo
NIP. 197702052000031005
Martoni Wibowo
Ervin Winata
Narto, A.Md.
NIP. 19821702,2009121,003
Deni Purnomo, A.Md.
NIP. 19771228 200003 1 002
Sudirman, A.Md.
NIP. 19580828 198603 1 004
Yefrizal
NIP. 19751113 200003 1 001
Mudi Setiabudi
NIP. 19730412 199803 1 004
Reiza Dyan F S A.Md.
NIP. 19840911 200912 1002
Edy Endrotjahyo
NIP. 19700920 199703 1 005
Soegiman
NIP. 19610920 198303 1 005
Haendy Busman
NIP. 19880623 200801 1 001
Kartono Dwi, A., A.Md.
M. Khalid Budiman
FADIL
NIP. 19770204 200003 1 003
Hari Pratomo, A.Md.
NIP. 19870206 200801 1 001
Rendra Hadi Wibawa, ST.
NIP. 19800509,2009121,003
Donny Priyo Utomo, A.Md.
NIP. 198505192008011002
Pariury Jhonatan

JABATAN

STATUS

Master

Pegawai
Negeri Sipil

Mualim I

Pegawai
Negeri Sipil

Mualim II

Honorer

Mualim III

Honorer

Kerani

Pegawai
Negeri Sipil

Kepala Kamar Mesin

Pegawai
Negeri Sipil

Masinis I

Pegawai
Negeri Sipil

Masinis II

Pegawai
Negeri Sipil

Masinis III

Pegawai
Negeri Sipil

Electriciant

Pegawai
Negeri Sipil

Serang

Pegawai
Negeri Sipil

Juru Mudi I

Pegawai
Negeri Sipil

Juru Mudi II

Pegawai
Negeri Sipil

Juru Mudi III

Calon
Pegawai
Negeri Sipil

Cadet

Cadet

Mandor Kamar Mesin

Pegawai
Negeri Sipil

Juru Minyak I

Pegawai
Negeri Sipil

Juru Minyak II

Pegawai
Negeri Sipil

Juru Minyak III

Pegawai
Negeri Sipil

Juru Minyak IV

Honorer

21
22
23
24

Maulana Yusuf
NIP. 19790208 200003 1 001
Saefudin
NIP. 19851217 200801 1 004
Zaenuddin
NIP. 19591212198503 1 002
Supardi
NIP. 19590327 198203 1 003

Juru Masak I

Pegawai
Negeri Sipil

Juru Masak II

Pegawai
Negeri Sipil

Pramu Kapal I

Pegawai
Negeri Sipil

Pramu Kapal II

Pegawai
Negeri Sipil

Silahturahmi dan foto bersama Crew RV BJ 8 setelah Sholat Idul Adha di


stasiun 15 Laut Sulawesi

Anda mungkin juga menyukai