Anda di halaman 1dari 24

Kata pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang mekanisme kerja antibiotik.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Makalah ini kami tulis dengan sederhana bertujuan agar mudah
dipahami oleh pembaca. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca. Serta menambahkan ilmu pengetahuan tentang antibiotik sehingga dapat
bersama-sama mengawasi dan memahami penggunaan antibiotik. Dan semoga makna dan
tujuan makalah ini dapat tersampaikan dengan baik.
Atas perhatian para pembaca, kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum
Wr.Wb.

Penulis

Pekanbaru , Maret 2016

Bab 1 Pendahuluan
1.1Latar Belakang
Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang
dokter ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud
pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan
obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.
Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Yang merupakan sebagai suatu zat kimia
yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang mempunyai khasiat antimikrobial, obat pembasmi
mikroba khususnya yang merugikan manusia.
Antibiotika yang ideal harus memenuhi syarat-syarat antara lain mempunyai
kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas
(broad spectrum antibiotic), tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk
pada host, tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme patogen serta
konsentrasi antiobiotik dalam jaringan harus mencapai taraf cukup tinggi sehingga mampu
menghambat atau mematikan penyebab infeksi.
Pada tahun 1877, louis pasteur menemukan bahwa bakteri antraks yang menyebabkan
penyakit

antraks

yang

mengakibatkan

kegagalan

pernapasan,

dapat

dikurangi

patogenisitasnya pada hewan uji setelah hewan uji tersebut diinjeksi dengan bakteri yang
diisolaasi dari tanah. Pada tahun 1887, rudolf emmerich menunjukkan bahwa penyakit kolera
yang merupakan penyakit infeksi intesinal dapat dicegah pada hewan uji yang sebelumnya
diinfeksi dengan bakteri streptococcus.
Pada awal tahun 1920, ilmuan inggris alexander fleming menemukan enzim lisozim
pada air mata manusia. Enzim tersebut dapat melisis sel bakteri. Enzim pada air mata
manusia ini merupakan contoh agen antimikroba yang pertama kali ditemukan pada manusia.
Seperti pyocyanase, lisozim juga terbukti dapat membunuh sel bakteri. Penemuan fleming
yang kedua terjadi secara tidak sengaja pada tahun 1928, saat ia menemukan bahwa koloni
staphylococcus yang ia tumbuhkan dengan metode streak (gores silang) pada mei agar
dicawan petri mengalami lisis disekitar pertumbuhan koloni kapang tersebut merupakan
penicillum sp.

Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Apa
yang dikonsumsi oleh ibu akan ditransfer ke janin. Ada kalanya, ibu hamil yang mengalami
infeksi memerlukan penggunaan antibiotik sebagai pilihan obat. Sebagian antibiotik pada
semua fase kehamilan aman dikonsumsi, sebagian lagi dikontraindikasikan pada fase tertentu,
dan ada juga yang dikontraindikasikan untuk semua fase kehamilan.
Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini terjadi
karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat mempengaruhi janin yang
dikandungnya melalui plasenta. Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh
antibiotika dipengaruhi oleh besarnya dosis yang diberikan, lama dan saat pemberian serta
sifat genetik ibu dan janin.

1.2Rumusan masalah
Apa yang dimaksud dengan Antibiotik ?
Bagaimana anatomi fisiologi sel bakteri ?
Bagaimana mekanisme kerja antibiotik berdasarkan golongan serta contoh obat
dosis ?
Bagaimana mekanisme resistensi antibiotik ?

1.3Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui dan memahami tentang antibiotik.

Untuk mengetahui anatomi fisiologi sel bakteri.

Untuk mengetahui tentang mekanisme kerja dan golongan-golongannya.

Untuk memahami tentang mekanisme resistensi antibiotik.

Untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi.

Bab 2 Pembahasan
2.1 Pengertian Antitibiotik
Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat
menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain. Antibiotika ( latin : anti =
lawan, bios = hidup ) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme hidup
terutama fungi dan bakteri tanah. Yang memiliki khasiat mematikan atau
mengahambat pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spektrum atau kisaran kerja mekanisme
aksi, strain penghasil, cara biosintesis maupun berdasarkan struktur biokimianya.
Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan menjadi antibiotik
berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik berspektrum luas (broad spectrum).
Antibiotik berspektrum sempit hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri
saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negatif saja atau
gram positif saja. Sedangkan antibiotik berspektrum luas dapat menghambat atau membunuh
bakteri dari golongan gram positif maupun gram negatif.
Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi lima, yaitu antibiotik
dengan mekanisme penghambatan sintesis asam nukleat, dan penghambatan sintesis
metabolit esensial. Pada makalah ini akan dibahas mengenai salah satu mekanisme antibiotik
tersebut, yaitu mekanisme penghambatan sintesis dinding sel.
Pada tahun 1888, ilmuwan jerman E. De Freudenreich mengisolasi produk dari
bakteri yang memiliki kemampuan antibiotik. Freudenreich menemukan pigmen biru yang
dikeluarkan kultur bakteri bacillus pyocyaneus dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain
pada kultur sel. Percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa pyocyanase, yang merupakan
produk yang diisolasi dari B. Pyocyaneus, dapat membunuh berbagai macam bakteri
pathogen. Selanjutnya secara klinis pyocyanase terbukti toksik dan tidak stabil sehingga
antibiotik alami ini tidak dapat dikembangkan sebagai obat yang efektif.

2.2 Pembuatan Antibiotika


Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana
mikroorganisme dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan
pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur
sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika
dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan
biosintesis ini, melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol. Aktivitas Umumnya
dinyatakan dalam suatu berat (mg), kecuali zat yang belum sempurna pemurniannya dan
terdiri dari campuran beberapa zat misalnya polimiksin B basitrasin, atau karena belum
diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin.

2.3 Anatomi fisiologi bakteri


B.Anatomi bakteri
Bakteri tersusun atas dinding sel dan isi sel. Disebelah luar dinding sel terdapat
selubung atau kapsul. Di dalam sel bakteri tidak terdapat membrane dalam (endomembran)
dan organel bermembran seperti kloroplas dan mitkondria. Struktur tubuh bakteri dari lapisan
luar hingga bagian dalam sel yaitu flagela, dinding sel, membrane sel, mesosom, lembaran
fotosintetik, sitoplasma, DNA, plasmid, ribosom, dan endospora.

a. Flagela
Flagela terdapat salah satu ujung, pada kedua ujung atau pada perukaan sel.
Fungsinya untuk bergerak. Berdasar letak dan jumlahnya, tipe flagella dapat dibedakan
menjadi montrik, amfitrik, lofotrik, dan peritrik.

Flagela terbuat dari protein yang disebut flagelin. Flagella berbetuk seperti pembuka
sumbat botol. Fungsinya adalah untuk bergerak. Flagella berputar seperti baling-baling untuk
menggerakkan bakteri. Flagela melekat pada membrane sel.

b. Dinding sel
Dinding sel tersusun atas peptidoglikan yakni polisakarida yang berikatan dengan
protein. Dengan adanya dinding sel ini, tubuh bakteri memiliki bentuk yang tetap. Fungsi
dinding sel adalah untuk melindungi sel.
Berdasarkan struktur protein dan polisakarida yang terkandung di dalam dinding sel
ini, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri gram positif dan gram negatif.
Bakteri gram positif mempunyai peptidoglikan di luar membran plasma. Pada bakteri
gram negatif, peptidoglikan terletak di antara membran plasma dan membran luar dan
jumlahnya lebih sedikit. Umumnya bakteri gram negatif lebih patogen.
Bakteri gram-positif dinding selnya terdiri atas 60-100 persen peptodoglikan dan
semua bakteri gram-positif memiliki polimer iurus asam N-asetil muramat dan N-asetil
glukosamin dinding sel beberapa bakteri gram positif mengandung substansi asam teikoat
yang dikaitkan pada asam muramat dari lapisan peptidoglikan.
Asam teikoat ini berwujud dalam dua bentuk utama yaitu asam teikoat ribitoi dan
asam teiokat gliserol fungsi dari asam teiokat adalah mengatur pembelahan sel normal. Di
sebelah luar dinding sel terdapat kapsul. Tidak semua sel bakteri memiliki kapsul. Hanya
bakteri patogen yang berkapsul. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan diri dari antibodi
yang dihasilkan selinang. Kapsul juga berfungsi untuk melindungi sel dari kekeringan.
Kapsul bakteri tersusun atas persenyawaan antara protein dan glikogen yaitu glikoprotein.

c. Membrane sel
Membrane sel tersusun atas molekul lemak dan protein, seperti halnya membran sel
organisme yang lain. Membrane sel bersifat semipermiable dan berfungsi mengatur keluar

masuknya zat keluar atau ke dalam sel.


d. Mesosom
Pada tempat tertentu terjadi penonjolan membran sel kearah dalam atau ke sitoplasma.
Tonjolan membrane ini berguna untuk menyediakan energi atau pabrik energi bakteri. Organ
sel (organel) ini disebut mesosom. Selain itu mesosom berfungsi juga sebagai pusat
pembentukan dinding sel baru diantara kedua sel anak pada proses pembelahan.

e. Lembar fotosintetik
Khusus pada bakteri berfotosintesis, terdapat pelipatan membrane sel kearah
sitoplasma. Membran yang berlipat-lipat tersebut berisi klorofil,dikenal sebagai lembar
fotosintetik (tilakoid). Lembar fotosintetik berfungsi untuk fotosintesis contohnya pada
bakteri ungu. Bakteri lain yang tidak berfotosintesis tidak memiliki lipatan demikian.
f. Sitoplasma
Sitoplasma adalah cairan yang berada di dalam sel (cytos = sel, plasma= cairan).
Sitoplasma tersusun atas koloid yang mengandung berbagai molekul organik seperti
karbohidrat, lemak, protein, mineral, ribosom, DNA, dan enzim-enzim. Sitoplasma

merupakan tempat berlangsungya reaksi-reaksi metabolisme.


g. DNA

Asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, disingkat DNA) atau asam inti,


merupakan materi genetic bakteri yang terdapat di dalam sitoplasma. Bentuk DNA bakteri
seperti kalung yang tidak berujung pangkal. Bentuk demikian dikenal sebagai DNA sirkuler.

DNA tersusun atas dua utas polinukleotida berpilin. DNA merupakan zat pengontrol sintesis
protein bakteri, dan merupakanzat pembawa sifat atau gen. DNA ini dikenal pula sebagai
kromosom bakteri. DNA bakteri tidak tersebar di dalam sitoplasma, melainkan terdapat pada
daerah tertentu yang disebut daerah inti. Materi genetik inilah yang dikenal sebagai inti
bakteri.
h. Plasmid
Selain memiliki DNA kromosom, bakteri juga memiliki DNA nonkromosom. DNA
nokromosom bentuknya juga sirkuler dan terletak di luar DNA kromosom. DNA
nonkromosom sirkuler ini dikenal sebagai plasmid. Ukuran plasmid sekitar 1/1000 kali DNA
kromosom. Plasmid mengandung gen-gen tertentu misalnya gen kebal antibiotik, gen
patogen. Seperti halnya DNA yang lain, plasmid mampu melakukan replikasi dan
membentuk kopi dirinya dalam jumlah banyak. Dalam sel bakteri dapat terbentuk 10-20

plasmid.

i. Ribosom
Ribosom merupakan organel yang berfungsi dalam sintesis protein atau sebagai
pabrik protein. Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi membran. Ribosom
tersusun atas protein dan RNA. Di dalam sel bakteri Escherichia coli terkandung 15.000
ribosom, atau kira-kira masa sel bakteri tersebut. Ini menunjukkan bahwa ribosom

memiliki fungsi yang penting bagi bakteri


j. Endospora
Bakteri ada yang dapat membentuk endospora, pembentukan endospora merupakan
cara bakteri mengatasi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Endospora tahan
terhadap panas sehingga tidak mati oleh proses memasak biasa. Spora mati di atas suhu 120
C. jika kondisi telah membaik, endospora dapat tumbuh menjadi bakteri seperti sedia kala.C.

Mekanisme Kerja
Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau
membran sel (kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah
perintangan selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis protein bakteri, sehingga
sintesis protein dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya
kloramfenikol dan tetrasiklin.
Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi
tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin,

tetrasiklin erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya,
bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.

2.4 .Penggolongan antibiotik


Penggolongan Berdasarkan Spektrum Kerjanya :
1. Spektrum luas (aktivitas luas) : Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak
jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam
kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin,
dan rifampisin.
2. Spektrum sempit (aktivitas sempit) : Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya
terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja.
Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba
gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gramnegatif.

Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja :


-

Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin

Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,

Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline

Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;

Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,

Antimetabolit, misalnya azaserine.

Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Struktur Kimia :

Aminoglikosida Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin,


netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.

Beta-Laktam Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem),


golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim),
golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

Glikopeptida Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

Polipeptida Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,


roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin,
oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

Polimiksin Diantaranya polimiksin dan kolistin.

Kinolon (fluorokinolon) Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin,


norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

Streptogramin Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristindalfopristin.

Oksazolidinon Diantaranya linezolid dan AZD2563.

Sulfonamida Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat

Penggolongan antibiotik berdasarkan daya kerjanya :


Bakterisid :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan
ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol ,
polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.
Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambatpertumbuhan
kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung
pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dll.
Penggolongan antibiotik berdasarkan penyebab penyakit :
Golongan Penisilin
Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Penisilin memiliki struktur yang berupa
cincin laktam. Penisilin diproduksi secara alami ataupun semisintetik. Aktif terutama pada
bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan untuk mengobati
infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan,

untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan
ginjal).
Mekanisme kerja :
Mekanisme kerjanya yaitu dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap
akhir sintesis dinding sel, yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin (penicilin
binding protein). Protein ini merupakan enzim dalam membran plasma sel bakteri yang
secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan silang dengan
peptidoglikan dinding sel bakteri dan mengeblok aktivitas enzim trasnpeptidase yang
membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjang yang membentuk dinding sel
bakteri sehingga dinding sel menjadi rapuh dan mudah lisis.
Contoh obat :
Benzatin benzilpenisilin Benzilpenisilin Fenoksimetilpenisilin Prokain benzilpenisilin
Ampisilin dan Amoksisilin. Piperasilin Tisarsilin Azlosillin Karbenisilin

Untuk

meningkatkan ketahanan terhadap b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir &


menginaktivasi b-laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin +
sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.
Golongan Sefalosporin
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Obat golongan ini barkaitan
dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas
(hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan
jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Mekanisme kerja :
Bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba serta mengaktifkan enzim
autolisis pada dinding sel bakteri. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan
negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.
contoh obat :
Yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil,
Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.
Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b-laktamase:

Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b laktamase.
Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada
infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius
Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap blaktamase.
digunakan secara luas untuk mengatasi infeksi berat dan beberapa di antaranya memiliki
aktivitas melawan bakteri anaerob Misalnya sefaklor, sefamandol, sefmetazol,sefuroksim,
sefadoksil, cefoxaitin
Generasi III : meliputi Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides. dibuat pada tahun 1980-an
untuk mengatasi infeksi sistemik berat karena bakteri gram negatif-basil.

Misalnya

sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksi, ceftazidine, cefotetan, latamoxef,


cefotetan.Digunakan secara parenteral,pilihan pertama untuk sifilis
Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepim

Golongan Lincosamides
Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan
ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap
penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin.

Mekanisme kerja :
Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan
anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan secara
topikal pada acne.
Contoh obat:
Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin).

Golongan Tetracycline

Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan


ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga
untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker,
konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk
mengobati beberapa jenis jerawat. Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv
dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah. Penggunaannya yaitu infeksi
saluran nafas, paru-paru, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya
dan efek sampingnya selama kehamilan & pada anak kecil.
Mekanisme kerja :
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Spektrum
kerjanya luas kecuali thp Psudomonas & Proteus. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam
masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi
pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif. Juga aktif terhadap
Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa.
contoh obat:
Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin.
Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis
polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H.
influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak
efektif bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak
thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya
dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae).
Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh obatnya adalah
Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.
Mekanisme kerja :
Antibiotik spektrum luas namun bersifat toksik. Bakteriostatik dan pada dosis tinggi bersifat
bakterisid. Bekerja menghambat sintesis protein dengan meningkatkankan ribosom yang
merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida. Khlorampenicol efektif
terhadap bakteri aerob gram positif dan beberapa bakteri aerob gram negatif.

Contoh obat : klorampenikol


Golongan Makrolida
Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk
mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga,
infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak,
untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu
sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.
Mekanisme kerja :
Bersifat bakteriostatik. Pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu
sintesis protein.
Contoh obat :
Eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.

Golongan Kuinolon
Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah
serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi
saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra
abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk
mengobati Anthrax inhalational.
Mekanisme kerja :
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dengan menghambat enzim
DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA.
Penggolongan :
Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi
Generasi

II

senyawa

fluorkuinolon

misal

siprofloksasin,

norfloksasin,

pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik
lain.

Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum kerja


sangat luas dan meliputi gram positif.

Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora. Penggunaan Aminoglikosida
Streptomisin & kanamisin injeksi pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin
bersama dengan penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin,
neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,Efek
samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta nefrotoksik.
Mekanisme kerjanya :
Bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom
dalam sel. merusak membran sel bakteri sehingga bakteri mati.
Contoh obatnya :
Streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin

Monobaktam
Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum, senyawa B-laktam yang b- laktamnya tunggal
dan tidak terhubung dengan cincin lain.

Mekanisme kerja :
Bersifat bakterisid, dan menghambat D-adenalin transpeptidase yang mengakibatkan pita
glikan dari dinding sel yang baru tidak dapat menyatu sehingga dinding sel tidak
mendapatkan stabilitas yang diperlukan. Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob
misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase
Contoh : aztreonam, tigemonam, nokardisin A, dan tabtoksin.
Sulfonamide

Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat
bakteriostatik.
Mekanisme kerja :
Mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk
DNA dan RNA bakteri.
Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan
perbandingan sama), Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan perbandingan
5:1), Sulfadoksin + pirimetamin.
Penggunaan:
Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol
Infeksi mata : sulfasetamid
Radang usus : sulfasalazin
Malaria tropikana : fansidar.
Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.
Tifus : kotrimoksazol.
Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol
Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus,
hiperbilirubinemia

Vankomisin
Dihasilkan oleh Streptomyces orientalis. Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat
lain tidak ampuh lagi.

Vancomycin digunakan untuk mengobati infeksi pada beberapa

bagian tubuh. Kadangkala digabung dengan antibiotika lain.Vancomycin juga digunakan


untuk penderita dengan gangguan hati (mis demam rematik) atau prosthetic (artificial) hati
yang alergi dengan penisilin.Dengan kondisi khusus, antibiotika ini juga dapat digunakan

untuk mencegah endocarditis pada pasien yang telah melakukan operasi gigi atau operasi
saluran nafas atas (hidung atau tenggorokan).
Mekanisme kerja :
Vancomycin bekerja dengan membunuh atau menghentikan perkembangan bakteri.
Bersifat bakterisid terhadap kuman gram positif aerob dan anaerob.Vancomycin diberikan
dalam bentuk injeksi untuk infeksi serius kalau obat lain tidak berguna.
efek samping : merusak pendengaran dan ginjal.

2.5.Mekanisme Resistensi antibiotik


Resistensi antimikrobial merupakan resistensi mikroorganisme terhadap obat
antimikroba

yang

sebelumnya

sensitif.

Organisme

yang

resisten

(termasuk

bakteri, virus, dan beberapa parasit) mampu menahan serangan obat antimikroba,
seperti
tidak

antibiotik,
efektif

Gillman).

dan

antivirus,

dan

infeksi

tetap

Resistensi

antibiotik

lainnya,

sehingga

persisten

dan

merupakan

standar

pengobatan

menjadi

mungkin

menyebar

(Goodman

konsekuensi

dari

penggunaan

antibiotik yang salah, dan perkembangan dari suatu mikroorganisme itu sendiri,
bisa jadi karena adanya mutasi atau gen resistensi yang didapat (WHO 2012).

Penyebab Resistensi Antibiotik


Menurut
antibiotik

WHO

merupakan

(2012),

ketidaktepatan

penyebab

paling

serta

utama

ketidakrasionalan
menyebarnya

penggunaan

mikroorganisme

resisten. Contohnya, pada pasien yang tidak mengkonsumsi antibiotik yang telah
diresepkan oleh dokternya, atau ketika kualitas antibiotik yang diberikan buruk.
Adapun faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan adanya resistensi antibiotik
adalah:
1.Kelemahan atau ketiadaan system monitoring dan surveilans
2.Ketidakmampuan system untuk mengontrol kualitas suplai obat
3.Ketidaktepatan serta ketidakrasionalan penggunaan obat

4.Buruknya pengontrolan pencegahan infeksi penyakt


5,Kesalahan diagnosis dan pengobatan yang diberikan
Mekanisme Resistensi Antibiotik
Agar

efektif,

target,

dan

tersebut.

antibiotik
melakukan

Resistensi

harus

mencapai

fungsinya

bakteri

target

sesuai

terhadap

agen

dalam

dengan

bentuk

aktif,

mengikat

mekanisme

kerja

antibiotik

antimikroba

disebabkan

oleh

tiga

mekanisme umum, yaitu:


(1) obat tidak mencapai target,
(2) obat tidak aktif, atau
(3) target tempat antibiotik bekerja diubah.
1. Kegagalan obat untuk mencapai target. Membran luar bakteri gram negatif
adalah penghalang yang dapat menghalangi molekul polar besar untuk masuk ke dalam sel
bakteri. Molekul polar kecil, termasuk seperti kebanyakan antimikroba, masuk ke dalam sel
melalui saluran protein yang disebut porin. Ketiadaan, mutasi, atau kehilangan Porin dapat
memperlambat masuknya obat ke dalam sel atau sama sekali mencegah obat untuk masuk ke
dalam sel, yang secara efektif mengurangi konsentrasi obat di situs aktif obat. Jika target
kerja obat terletak di intraseluler dan obat memerlukan transpor aktif untuk melintasi
membran sel, resistensi dapat terjadi dari mutasi yang menghambat mekanisme transportasi
obat tersebut.
Sebagai contoh, gentamisin, yang target kerjanya ribosom, secara aktif diangkut melintasi
membran sel dengan menggunakan energi yang disediakan oleh gradien elektrokimia
membran sel bakteri. Gradien ini dihasilkan oleh enzimenzim pernapasan aerob bakteri.
Sebuah mutasi dalam jalur ini atau kondisi anaerob dapat memperlambat masuknya
gentamisin ke dalam sel, mengakibatkan resistensi.
2. Inaktivasi obat. Resistensi bakteri terhadap aminoglikosida dan antibiotik beta
laktam biasanya hasil dari produksi enzim yang memodifikasi atau merusak antibiotik.
Variasi dari mekanisme ini adalah kegagalan bakteri untuk mengaktifkan prodrug yang
secara umum merupakan hal yang mendasari resistensi M.tuberculosis terhadap isoniazid.
3. Perubahan target kerja antibiotik Hal ini mencakup mutasi dari target alami (misalnya,
resistensi fluorokuinolon), modifikasi dari target kerja (misalnya, perlindungan ribosom).

Dari makrolida dan tetrasiklin), atau akuisisi bentuk resisten dari target yang rentan
(misalnya, resistensi stafilokokus terhadap metisilin yang disebabkan oleh produksi varian
Peniccilin Binding Protein yang berafinitas lemah).

Bab 3 Penutup
1.1Kesimpulan
a) Antibiotik adalah senyawa alami maupun sintetik, yang menekan atau menghentikan
suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya infeksi oleh bakteri.
b) Anatomi bakteri terdiri dari : flagela, dinding sel, membran sel, mesosom, lembar
fotosintetik, sitoplasma, DNA, plasmid, ribosom, endospora.

c) Penggolongan antibiotik terdapat lima bagian : berdasarkan mekanisme kerja, daya


kerja, spektrum kerja, struktur kimia, dan berdasarkan penyebab penyakit. Dimana
disetiap bagian sudah dijelaskan tentang antibiotik, mekanisme kerja, contoh obat,
dan efek samping.
d) Resistensi terjadi karena obat tidak mencapai target, obat tidak aktif, atau target
tempat antibiotik bekerja diubah.
e) Pemberian atau pemakaian antibiotik harus dibawah pengawasan yang berwenang.

1.2Saran
Saya sebagai penulis ingin memberikan saran kepada pembaca. Semoga ilmu yang
saya berikan diatas dapat bermanfaat bagi pembaca semua. Sehingga pembaca lebih teliti
dalam menggunakan antibiotik. Dan memakainya dalam pengawasan pihak yang berwenang.
Mungkin kepada pemerintah bisa lebih memerhatikan kembali bagaimana pemasaran
antibiotik. Dan lebih mengawasi lagi pemasarannya, sehingga antibiotik tidak jatuh ketangan
yang salah. Baik salah dalam pemakaian maupun penjualan.

Daftar pustaka
1) Brooks, F. G., J. S. Butel dan S. A. Morse. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 22.
Salemba Medika. Jakarta.
2) Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan. Citra
Aditya Bakti. Bandung.
3) Glazer AN., Nikaido H. (2007). Microbial Biotechnology: Fundamentals Of Applied
Microbiology Second Edition. Cambridge University Press.

4) Khairan, Umar A, Jenie, and Retno S Sudibyo. 2009. Fragmentation Studies of


delta6,7-Anhidroreitromisin-A By Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy (LCMS). Indo. J Chemistry, 9(3) : 491-499.
5) Pelczar, M.J., E.C.S. Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
6) Pratiwi, Silvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta.
7) Rahayu, D.I., 2011. Prinsip Pengobatan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang
8) Sri A. D.G, L.Z. Udin, Ika G.K. dan Viena S. 2009. Studi Biosintesis Antibiotika Dan
Aktivitas Antibiotika Dari Jamur Penicillium Chrysogenum Pada Berbagai Kondisi
Proses Fermentasi. LIPI Bandung
9) Madigan, MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP. Brock Biology of
Microorganisms (12 ed.). San Francisco: Pearson Benjamin Cummings. p. 795.

Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
Bab 2 Pembahasan

2.1 Pengertian Antibiotik


2.2 Pembuatan Antibiotik
2.3 Anatomi dan fisiologi bakteri
a. Morfologi bakteri
b. Anatomi bakteri
2.4 Penggolongan Antibiotik
2.5 Mekanisme Resistensi Antibiotik
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai