di Surabaya
Posted on January 9, 2011 | 2 Comments
Pendahuluan
Kota Surabaya merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dengan jumlah penduduk
mencapai 2.938.225 jiwa pada Desember 2009. Dengan jumlah penduduk hampir 3 juta jiwa,
tentu potensi bangkitan perjalanan dan tarikan perjalanan akibat aktivitas penduduk yang dapat
ditimbulkan akan besar pula. Tentu pertambahan bangkitan dan tarikan ini akan meningkatkan
jumlah demand transportasi Kota Surabaya. Demand yang bertambah juga berdampak pada
jumlah kepemilikan kendaraan bermotor individu maupun rumah tangga yang terus meningkat
tiap tahun. Semakin banyak kendaraan yang melintasi di suatu ruas jalan maka semakin besar
pula beban yang diterima jalan tersebut. Setiap ruas jalan pasti mempunyai batas maksimum
beban yang dipebolehkan melintasinya. Akibat dari beban yang lebih besar dari kapasitas yang
dapat ditampung maka kemacetanlah yang akan terjadi, selain itu jalan tersebut akan mudah
rusak.
Gambar 1. Kemacetan Lalu Lintas di salah satu ruas jalan di Surabaya
Sumber : Internet
Meningkatnya polusi udara di Surabaya merupakan konsekuensi logis dari bertambahnya jumlah
kendaraan di kota ini. Pada tahun 2002 saja partikel debu yang mencemari udara besarnya ratarata 0,267mg/m3-0,427mg/m3. Jumlah ini jauh melebihi standard yang ditetapkan oleh WHO
bahwa parameter debu maksimal adalah 0,02mg/m3. Setiap kendaraan mengeluarkan gas
pembuangan berupa karbon monoksida (CO) yang beracun dan dapat menyebabkan ISPA bagi
manusia. Kualitas udara yang buruk secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas
kesehatan penduduk Surabaya. Selain itu, semakin banyak kendaraan yang beroperasi maka
bahan bakar yang terkonsumsi juga besar pula. Apabila kondisi ini terus berlanjut, bahan bakar
yang termasuk ke dalam sumber daya yang tak dapat terbarui akan menipis dan habis.
Tulisan singkat ini mencoba untuk mengulas fenomena meningkatnya penggunaan angkutan
pribadi dibandingkan angkutan umum.
Definisi angkutan pribadi dan angkutan umum
Angkutan adalah sarana untuk memudahkan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat
lain. Angkutan umum penumpang adalah angkutan yang menggunakan kendaraan umum dengan
dikenakan sistem sewa atau bayar. Dalam UU No.14 tahun 1992, angkutan umum adalah
pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan bermotor yang disediakan untuk umum dengan dipungut bayaran. Angkutan umum
penumpang yang dimaksud dalam essay ini adalah bus, bemo, dan mikrolet. Sedangkan
angkutan pribadi angkutan yang menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda motor pribadi
dan/atau mobil pribadi.
Pembahasan
Setiap kota pasti mengalami perkembangan di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.
Perkembangan di bidang sosial salah satunya ditandai dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Pun juga dengan Kota Surabaya, setiap tahun jumlah penduduknya mengalami peningkatan.
Peningkatan ini juga mempengaruhi aktivitas kota yang meningkat hingga akhirnya
meningkatkan permintaan transportasi di Kota Surabaya. Permintaan transportasi yang
meningkat ini dipenuhi oleh sebagian besar penduduk Surabaya dengan membeli kendaraan
bermotor pribadi seperti motor atau mobil. Pertambahan angkutan pribadi ini tidak hanya dipicu
oleh kebutuhan bergerak tetapi sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat perkotaan pada
umumnya. Sedangkan pemenuhan kebutuhan akan pergerakan dari pemerintah kota berupa
angkutan umum semakin menurun menurut data statistik dinas perhubungan. Jumlah angkutan
umum yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan angkutan pribadi memaksa penduduk
Surabaya menggunakan angkutan pribadi untuk melakukan pergerakan dari satu tempat ke
tempat yang lain. Jumlah angkutan pribadi yang mencapai 1.205.533 buah menjadikan Kota
Surabaya menjadi lautan kendaraan pada jam-jam sibuk di ruas-ruas jalan protokol.
Tabel 1. Jumlah Kendaraan Bermotor Pribadi di Surabaya
No
Jenis
Kendaraan
Tahun
2004
2005
2006
2007
1
Motor
2
Mobil
Jumlah
800.008
204.313
1.004.321
833.838
135.592
969.330
928.686
972.645
228.195
232.888
1.156.881 1.205.533
Jenis
Kendaraan
1
Mobil Bus
2
MPU
Jumlah
Tahun
2004
1.060
11.931
12.991
2005
1.353
59.684
61.073
2006
1.074
12.010
13.084
2007
804
9.822
10.626
penduduk Surabaya cenderung berusaha memiliki kendaraan pribadi dengan proses transaksi
yang sangat mudah ditunjang dengan persepsi negatif penduduk terhadap angkutan umum.
Pemilihan moda merupakan bagian dari empat tahap perencanaan transportasi, yaitu trip
generation, trip distribution, modal split dan route choice. Pemilihan moda termasuk pada tahap
modal split. Sebelum melakukan analisa pemilihan moda, kita harus mengetahui dahulu besarnya
bangkitan perjalanan dan distribusi perjalanan yang terdapat di kota Surabaya. Bangkitan
perjalanan dapat dianalisa dari banyaknya jumlah penduduk di Surabaya yang terus meningkat
dan taraf perekonomian penduduk Surabaya yang cenderung meningkat. Sebaran perjalanan
dapat ditunjukkan oleh persebaran tarikan-tarikan perjalanan yang ada di Kota Surabaya yang
berupa pusat-pusat kegiatan dan pelayanan. Penduduk Surabaya yang hendak melakukan
perjalanan dihadapkan pada pilihan moda transportasi yang tersedia dan rute yang akan
dilintasinya. Berikut prosedur sederhana yang menggambarkan proses pemilihan moda oleh
penduduk.
Gambar 2. Proses Pemilihan Moda Transportasi
Sumber : Internet
Dalam proses pemilihan moda transportasi, kita dapat meninjau dari 4 segi, yaitu dari
karakteristik sistem transportasi, karakteristik perjalanan, karakteristik kota dan zona dan
karakteristik pelaku perjalanan. Faktor karakteristik transportasi antara lain:
1. Waktu relatif perjalanan mulai dari lamanya menunggu kendaraan, waktu berjalan ke
terminal/halte, dan waktu di atas kendaraan
2. Biaya relatif perjalanan merupakan total biaya yan timbul akibat melakukan perjalanan dari
asal ke tujuan.
3. Tingkat pelayanan tarif
4. Tingkat akses daya hubung/kemudahan pencapaian tempat tujuan
5. Tingkat kehandalan angkutan umum dari segi waktu, ketersediaan ruang parkir dan tarif.
Faktor karakteristik perjalanan antara lain:
1. Tujuan perjalanan
2. Waktu perjalanan, seperti pagi, siang, malam hari
3.
Panjang perjalanan
2.
Kepadatan penduduk
Pendapatan
2.
Kepemilikan kendaraan
3.
4.
Kepadatan permukiman
5. Sosial-ekonomi lainnya (struktur dan ukuran keluarga), usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan,
dan sebagainya.
Penutup
Memang dalam meyelesaikan masalah transportasi tidak cukup melihat dari satu sisi saja, tetapi
harus integral secara sistem karena transportasi menyangkut ilmu yang multidisiplin. Karena
keterbatasan waktu dan ruang, essay ini hanya membahas sebatas faktor karakteristik pelaku
perjalanan, karakteristik kota dan zona dam karakteristik sistem transportasi secara umum di
Surabaya. Hendaknya Pemerintah Kota Surabaya memandang kondisi sistem transpotasi ini
sebagai suatu permasalahan yang harus segera dipecahkan