Anda di halaman 1dari 34

BAB I

KRITERIA PENGGALIAN

1.1 Pendahuluan
Dalam dunia pertambangan ada banyak cara dan teknik yang dipakai untuk
mendapatkan solusi terhadap suatu permasalahan. Salah satunya adalah mengenai
pembongkaran batuan (bahan galian) yang sangat keras, dimana batuan tersebut
tidak dapat dibongkar secara manual maupun mekanis. Maka dipilih teknik
pemboran dan peledakan. Untuk itu diperlukan suatu pengenalan dengan
mengikuti PraktikumPemboran dan Peledakan ini. Pada Acara I praktikum yang
dilakukan adalah mengetahui kriteria penggalian.
Praktikum Acara I ini praktikan dengan dibimbing asisten melakukan
pendiskripsian cara bagaimana cara menentukan kriteria penggalian. Disamping
itu praktikan diharapkan dapat mengerti secara jelas bagaimana menentukan
metode penggalian. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran kekar di lapangan
dan pengenalan alat uji kekuatan batuan dan mengambil data kekuatan batuan di
lapangan untuk mengetahui kriteria penggaliannya.
Dengan adanya praktikum peledakan, diharapkan praktikan dapat memahami
secara jelas, kriteria penggalian pada proses pemboran, serta tata cara pemilihan
alat bor. Dengan begitu, praktikan dapat menerapkan prinsip prinsip pemilihan
alat, serta mekanisme kerja dari alat bor dikemudian hari.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum Kriteria Penggalian ini adalah :
1. Dapat MenentukanMetode Pemberaian pada massa batuan, apakah harus
menggunakan metode pengeboran dan peledakan atau tidak.
2. Praktikan dapat mengetahui prosedur praktikum Kriteria Penggalian,
sehingga praktikan dapat memahami secara jelas, kriteria penggalian pada
proses pemboran dan peledakan.

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

1.3 Dasar Teori


Pekerjaan pertama dalam suatu operasi peledakan adalah mengetahui kriteria
penggalian pada suatu batuan,apakah harus dengan pemboran dan peledakan atau
tidak. Dalam menentukan kriteria penggalian yang harus diperhatikan yaitu:
1. Batuan yang akan dibor
2. Cara penentuan kriteria penggalian
3. Alat Bor
Batuan umumnya tidak homogen anisotropik, dengan demikian koefisien
kekuatan untuk setiap jenis batuan juga berbeda, sehingga dipengaruhi juga oleh
kekuatan tenaga bor tersebut. Untuk memperkirakan kemampuan pemboran suatu
alat bor didasarkan pada penampilan mesin bor dan laju pemboran.
Dalam kegiatan pemboran terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
pemboran yaitu sifat batuan yang dibor, rock drillability, geometri pemboran,
umur dan kondisi mesin bor serta keterampilan operator mesin bor. Hal tersebut
akan diterangkan lebih lanjut pada uraian di bawah ini:
1. Sifat batuan
Sifat batuan berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada
pemilihan pada pemilihan metode pemboran, yaitu :
a.

Kekerasan
Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi,

kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan dan dapat
juga dipakai untuk menyatakan kerusakan pada batuan. Kekerasan batuan
merupakan suatu fungsi dari kekerasan, komposisi butiran mineral, porositas, dan
derajat kejenuhan.Hal tersebut harus diketahui, karena setelah mata bor
melakukan penetrasi pada sauatu batuan, maka dari hasil tersebut dapatditentukan
tingkat kemudahan pemborannya.
b.

Kekuatan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan adalah suatu sifat dari kekuatan terhadap

gaya luar, baik itu kekuatan statik maupun dinamik. Pada prinsipnya kekuatan
batuan tergantung pada komposisi mineralnya. Diantara mineral-mineral yang
terkandung

di

dalam

batuan,

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

kuarsa

adalah

terkompak

dengan

kuat

tekan.mencapai lebih dari 500 Mpa, sehinggasemakin tinggi kandungan kuarsa,


maka kekuatan semakinmeningkat.
Tabel 1.1
Kekerasan Batuan dan Kekuatan Batuan
Klasifikasi
Skala Mohs Kuat tekan batuan (MPa)

c.

Sangat keras

+7

+200

Keras

6-7

120 200

Kekerasan sedang

4,5-6

60 -120

Cukup lunak

3-4,5

30 - 60

Lunak

2-3

10 30

Sangat lunak

1-2

-10

Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas atau modulus

Young (E), dan nisbah Poisson ().Modulus elastisitas merupakan faktor


kesebandingan antara tegangan normal dengan regangan relatifnya, sedangkan
nisbah Poisson merupakan kesebandingan antara regangan lateral dengan
regangan aksial.Modulus elastisitas sangat tergantung pada komposisi mineral,
porositas, jenis perpindahan dan besarnya beban yang ditarapkan.Nilai modulus
elastisitas untuk batuan sedimen sangat rendah, hal ini disebabkan komposisi
mineral teksturnya, seperti modulus elastisitas pada arah sejajar bidang perlapisan
selalu lebih besar dibandingkan dengan arah pada tegak lurus.
d.

Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi

tetap setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan tersebut


belum hancur. Sifat plastik tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan
dan dipengaruhi oleh adanya pertambahan kwarsa, felspar dan mineral lain.
Lempung lembab dan beberapa batuan homogen mempunyai sifat plastik.

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

Tabel 1.2.
Sifat Fisik dan Mekanik dari Batuan Sedimen
Batuan
sedimen

Modulus elastisitas

Nisbah poisson

Porositas

Dolomite

1,96-8,24

0,08-0,2

0,27-4,10

Limestone

0,98-7,85

0,1-0,2

0,27-4,10

Sandstone

0,49-8,83

0,066-0,125

1,62-26,40

Shale

0,8-3,0

0,11-0,54

20,00-50,00

e.

10 x (MPa)

Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan untuk menggores permukaan material lain, ini

merupakan suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) matabor dan


batang bor. Kandungan kuarsa dari batuan biasanya dianggap sebagai petunjuk
yang dapat dipercaya untuk mengukur keausan mata bor.
Faktor yang mempengaruhi abrasivitas batuan adalah ;

Kekerasan butir batuan, batuan dengan keberadaan butiran kuarsa mempunyai


tingkat abrasivitas yang tinggi.

Bentuk butir, bila bentuk butir tersebut tidak teratur maka lebih abrasif
dibandingkan dengan yang berbentuk bulat.

Ukuran butir

Porositas batuan

Ketidaksamaan, batuan polimineral sekalipun mempunyai kekerasan sama


akan lebih abrasif karena meninggalkan permukaan yang kasar.

f. Tekstur
Tekstur suatu batuan menunjukkan hubungan antara mineral-mineral
penyusun batuan, sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan dari sifat-sifat
porositas, ikatan antar butir, bobot isi dan ukuran butir.Tekstur juga
mempengaruhi kecepatan pemboran. Jika butirannya mempunyai bentuk
Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

lembaran, seperti pada batuan schist, pemboran akan lebih sulit dibanding jika
butirannya berbentuk bulat seperti batu pasir. Sedangkan batuan yangmempunyai
bobot isi rendah, lebih porous, akan mempunyai tingkat pecah rendah sehingga
akan lebih mudah jika dibor.
g.

Struktur geologi
Struktur geologi seperti patahan, rekahan, kekar, bidang perlapisan

berpengaruh pada penyesuaian kelurusan lubang ledak, aktifitas pemboran dan


kemantapan lubang ledak. Adanya rekahan-rekahan dan rongga-ronggadalam
batuan seperti di batugamping mempersulit kerja pemboran, karena batang bor
dapat terjepit.
Tabel 1.3.
Kandungan Kuarsa dari Batuan
Tipe batuan

Kandungan
kuarsa

Tipe batuan

h.

Kandungan
kuarsa
%

Amphibolite

0-5

Mica gneiss

0-30

Anorthosite

Mica schist

15-35

Diabase

0-5

Norite

Diorite

10-20

Pegmatite

15-30

Gabro

Phylite

10-25

Gneiss

15-50

Quartzite

60-100

Granite

20-35

Sandstone

25-90

Greywacke

10-25

Slate

10-35

Limestone

0-5

Shale

0-20

Marble

Taconite

1-10

Karakteristik Pecahan
Karakteristik pecahan (Breaking Charactereristics) dapat digambarkan

seperti perilaku batuan ketika dipukul. Tiap-tiap tipe batuan mempunyai


karakteristik pecah yang berbeda dan ini berhubungan dengan tekstur, komposisi
mineral dan struktur.

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

2. Cara menentukan kriteria penggalian.


a. Kriteria Penggalian menurut RMR.
Kemampuan untuk menaksir kemampugaruan suatu massa batuan sangatlah
penting, apalagi bila akan menggunakan alat gali mekanis kontinu. Fowell &
Johnson (1982) menunjukkan hubungan yang erat antara kinerja (produksi) Road
Header kelas berat (>50 ton) dengan RMR (lihat Gambar 1.1). Selanjutnya pada
tahun 1991 mereka melaporkan bahwa hubungan tersebut di atas dapat dibagi
menjadi 3 zona penggalian :

Zone kerja 1 : Kinerja penggalian sangat ditentukan oleh sifat-sifat batuan

utuh
Zone kerja 2 : Keberhasilan kerja penggalian dibantu oleh kehadiran struktur

massa batuan.
Zone kerja 3 : Kinerja penggalian semata-mata dipengaruhi oleh struktur
massabatuan.
Nilai-nilai UCS, Energi Spesifik, Koefisien Abrasivitas secara keseluruhan

menyimpulkan bahwa batuan utuh tersebut tidak dapat digali dengan baik oleh
roadheader. Namun seperti dilaporkan oleh Fowell & Johnson (1991) bahwa pada
kenyataannya massa batuan itu dapat digali dengan cara hanya menggoyang
bongkah-bongkah batuan dari induknya dan akhirnya jatuh bebas.

Gambar 1.1
Hubungan antara RMR dan laju penggalian roadheader kelas>50Mpa (Fowell
& Johnson, 1982 & 1991)

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

RMR juga pernah dipakai untuk mengevaluasi kinerja roadheader Dosco SL120 (lihat Gambar 1.2). Penelitian ini dilaksanakan pada bijih tembaga
Kalamazoo & San Manuel, Arizona.
Gambar 1.2

Hubungan laju penggalian Roadheader VS RMR (Sandbak,


1985)
b. Kriteria Penggalian menurut RMR& Q Sistem
Hubungan antara RMR dan Q-Sistem untuk berbagai kondisi penggalian
dapat dilihat pada Gambar l.3. Jelas tampak bahwa hubungan antara RMR & Qsistem adalah linier. Titik-titik yang menunjukkan harga RMR & Q-sistern yang
tinggi mencerminkan kondisi material kerasyang penggaliannya perlu peledakan.
Sedangkan kehadiran alat gali, seperti Surface Miner,yang menggunakan
mekanisme potong rupanya dapat menggantikan operasi peledakan. Dalam upaya
melengkapi informasi Gambar 1.3, data asli hasil penelitian Abdullatif &
Cruden(1983) dimasukkan dan data penggunaan surface miner disuplai oleh
Kramadibrata (l992-Potong).

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

Gambar 1.3
Klasifikasi metoda penggalian menurut RMR dan Q-System
c. Kriteria Penggalian menurut kecepatan seismik
Seperti sudah disebutkan bahwa kecepatan seismik sudah banyak dipakai
untuk menduga kemampugaruan suatu massa batuan. Berbagai kemungkinan cara
penggalian untuk berbagai macam massa batuan menurut kecepatan seismik
diberikan oleh Atkinson (1971, lihat Gambar 1.4) Penggalian disini meliputi dari
cara manual hingga mekanis penuh.

Gambar 1.4
Metoda kecepatan seismik untuk penentuan macam
penggalian (Atkinson,1971)

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

Selain Atkinson, pendekatan lain yang dapat dilakukan untuk kriteria


penggaruan jugabanyak dikeluarkan oleh industry alat berat. Misalnya dalam
Caterpillar Performance Handbook (2006), rnemberikan grafik hubungan
kecepatan seismik terhadap kemampugaruan dari berbagai peralatan berat seperti
CAT tipe D8R (305 Hp), DgR (405 Hp), Dl0R (570HP) dan Dl lR (850 HP).
Sebagai contoh jika akan menggunakan peralatan D9R, maka kriteria penggaruan
yang dapat dilakukan adalah seperti terlihat pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5.
Kriteria penggaruan dengan D9R
d. Kriteria Penggalian Menurut Indeks Kekuatan Batuan
DrilabilitasFranklin dkk. (1971) mengusulkan klasifikasi massa batuan
menurut dua parameter, yaituFracture Index dan Point Load Index (PLI).
Fracture Index dipakai sebagai ukurankarakteristik diskontinuiti dan didefinisikan
sebagai jarak rata-rata fraktur dalam sepanjangbor inti atau massa batuan. Kedua
parameter ini diplot dalam satu diagram untuk mendugakemampugalian suatu
massa batuan , dimana If dan Is, masing-masing menyatakan fracture index dan
PLI.
Diagram klasifikasi dibagi kedalarn tiga zona umum yaitu penggalian bebas
(free digging),penggaruan (ripping) dan peledakan (blasting). Massa batuan yang
terkekarkan dan lemahmasuk kedalam kategori bagian bawah kiri diagram,

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

sedangkan massa batuan massif dan kuatdi plot dibagian atas kanan. Yang pertama
tentunya sangat mudah untuk digali dan yangterakhir sangat sulit digali dengan
alat mekanis.
Gambar 1.6

Kriteria indeks kekuatan batu (Franklin, dkk., 1971)


Pettifer & Fookes di UK (l994) mencoba untuk melakukan modifikasi
terhadap kriteria\ penggaruan sebelumnya -'-245 seperti ditujukkan Gambar 1.7,
jika menggunakan peralatan CAT BH. Kriteria ini sejenis dengan kriterianya
Franklin. Selanjutnya, mereka mendugabahwa jarak kekar rata-tata dengan kuat
tekan batu merupakan parameter penting dalammenilai kemampugaruan, yang
percontoh batuannya dapat diperoleh dari singkapan atau borinti. Grafik ini
bukanlah petunjuk mutlak yang rnampu memberikan jawaban sebenarnya,karena
biaya dan faktor lainnya juga ikut menentukan kemampugaruan suatu massa
batuanoleh sebuah bulldozer.
Gambar 1.7

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

10

Grafik kriteria kemampugaruan


Rumus :
De
5

0,45

( )

F=

I s=F

P
De2

e. Kriteria Penggalian menurut indeks kekuatan batuan


Kolleth (1990) telah menibuat suatu pendekatan untuk menganalisis suatu
batuan dapat digali dengan menngunakan peralatan tertentu berdasarkan pada nilai
UCS. Terdapat empat macam kelompok peralatan yang telah diamati, yaitu:
Dragline, shovel, backhoe, Scraper, Surface miner, Bucket Wheel Excavator
UCS = 23 IS

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

11

Gambar 1.8
Kriteria penggalian (Kolleth, 1990)
1.4 Pelaksanaan Praktikum
Praktikum acara I ini dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Senin, 19 Sepetember 2016
Sesi / jam

: IV/ 15.30 17.30 WIB

Tempat

: Laboratorium Pemboran dan Peledakan Teknik

Pertambangan, F dsssssssssssss Fakultas Teknologi Mineral,


UPN Veteran Yogyakarta
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam praktikum
adalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Stereonet 1 set
Kertas Kalkir
Kompas Geologi
Clipboard
Meteran
Schmidt Hammer

Adapun Prosedur Praktikum acara I :


Dalam menganalisis kekar dilakukan pengukuran kekar menggunakan kompas
geologi pada sebuah lereng, langkah kerjanya adalah sebagai berikut:
a. Mengukur dip direction lereng yang akan dianalisis kekar kekarnya dan
kemiringan dipnya

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

12

b. Mengukur Arah kemiringan dan kemiringan scanline menggunakan kompas


geologi
c. Mengukur panjang scanline dengan meteran
d. Menentukan famili kekar
e. Mengukur dip direction dan kemiringan kekar pada masing masing kekar
dengan kompas geologi dengan bantuan clipboard
f. Mengukur jarak antar kekar pada masing masing famili
g. Memasukan data yang diperoleh pada tabel
Sedangkan untuk mendapatkan data kuat tekan uniaksial (UCS) dari lereng
yang akan dianalisis, dapat menggunakan alat Schmidt Hammer, cara
penggunaannya adalah sebagai berikut:
a. Memegangalat dengan kokoh sehingga posisi hulu palu tegak lurus dengan
permukaan beton yang diuji.
b. Menekan Alat secara perlahan ke arah permukaan uji sampai instruments
tersebut menumbuk dihulu palu.
c. Setelah tumbukan tahan tekanan pada alat dan apabila perlu tekan tombol
pada sisi alat untuk mengunci hulu palu pada posisinya. secara otomatis akan
membaca skala angka yang dihasilkan dari rata-rata pengujian.

Gambar 1.9
Kompas Geologi

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

13

Gambar 1.10
Schmidt Hammer
Prosedur metode scanline:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
praktikum.
2. Mengukur dip direction scanline dan lereng.
3. Kelompokan kekar menjadi beberapa family sesuai dengan
kemiringannya.
4. Mengukur dip direction kekar per family.
5. Memplotkan dip direction di polar stereonet untuk mencari
pol, kemudian membuat kontur dengan menggunakan
kalsbeek counting sterenet.
6. Mencari arah umum kekar per family di polar stereonet,
kemudian memplotkan ke schmidt stereonet untuk mencari
jenis longsor.
1.5 Pembahasan
Dasar pemilihan kriteria penggalian :
1. Menurut RMR
2. Menurut RMR &Q-System
3. Menurut kecepatan gelombang seismik
4. Menurut Indeks Kekuatan Batu
5. Menurut Kuat Tekan Uniaksial (UCS)
KRITERIA PENGGALIAN
P

= 15 KN

W1

= 8 cm

W2

= 8cm

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

14

= 6cm

= 40

Seismik = 3600 m/menit


Jawab :
De

4 WD

De

=(

Is

=F

4x

( 8+82 ) x 6 =61,146 cm
3,14

61,146 = 7,819
7.819 0,45
) = 1,222
5
P
= 1,222x
De2

1500
= 2,95 MPa
61,146

UCS = 23 x Is
= 23 x 2,95 MPa
= 67,85 MPa
UCS = (2,75 R )- 36.83
= ( 2,75 x 40 ) 36,83
= 73,17 MPa
=

1 1
=
=7,635
x 0,4

RQD = 100

e0,1 (0,1 x 7,635+1) = 100

e0,1 x 7,635 (0,1 x 7,635+1)

= 82,184 %
KRITERIA PENGGALIAN MENURUT KECEPATAN SEISMIK
Grafik 1 (Atkinson, 1971)

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

15

Keterangan :
Berdasarkan kecepatan seismiknya, pada grafik Atkinson rekomendasi penggalian
dapat menggunakan Stripping Shovel : no blasting, Walking Dragline : no
blasting,Bucket Wheel Excavator, Loading Shovel : no blastingTractor Scraper :
after ripping, Tractor Scraper : no ripping dan peledakan.
KRITERIA PENGGALIAN MENURUT INDEKS KEKUATAN BATU
SpasiKekar
Spasi kekar rata-rata sebenarnya

= 0,4 m

Frekuensi kekar ( )

= 7,635 m

RQD

= 82,18 %

UCS IPS

= 67,85 MPa

UCS S M

= 73,17 MPa

Grafik 2 (Franklin dkk, 1971)

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

16

Keterangan :
Berdasarkan Grafik di atas rekomendasi pemberaian atau pembongkaran batuan
tersebut dapat dilakukan mengggunakan peledakan pembongkaran. Hal tersebut
didapat dari perpotangan antara fracture index dan point load index.
Grafik 3 (Petifer & Fookes, 1994)

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

17

Keterangan :
Berdasarkan grafik Pettifer dan Fookes, didapat kesimpulan bahwa dari data
fracture index dan point load indexyang didapat pada saat praktikum, lereng
tersebut perlu peledakan.
KRITERIA PENGGALIAN DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS KUAT
TEKAN UNIAKSIAL (UCS)
Grafik 4 (Kolleth, 1990)

Keterangan :
UCS Schmidt Hammer= 73,17Mpa
UCS Poin Load

= 67,85 Mpa

Berdasarkan nilai UCS dari pengujianSchmidt Hammer dan Point Load maka
didapat suatu kesimpulan bahwa batuan yang diuji hanya bisa dibongkar
menggunakan alat Dragline, Shovel, Backhoe dan Surface miner.
1.6 Kesimpulan
Penggalian merupakan suatu tahapan dari penambangan yang bertujuan untuk
menguraikan atau membongkar lapisan penutup untuk mendapatkan bahan galian
yang diinginkan.Selain itu juga penggalian bertujuan untuk mendeteksi kekuatan
suatu batuan sehingga kita dapat menentukan metode penggalian itu, apakah dapat
dilakukan secara mekanis atau peledakan.Macam-macam metode yang digunakan
dalam menentukan kriteria pemberaian dari suatu batuan anara lain:

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

18

a) Menurut kecepatan gelombang seismik :3600m/menit


Berdasarkan kecepatan seismiknya, pada grafik Atkinson rekomendasi
penggalian dapat menggunakan Stripping Shovel : no blasting, Walking
Dragline : no blasting, Bucket Wheel Excavator, Loading Shovel : no
blastingTractor Scraper : after ripping, Tractor Scraper : no ripping dan
peledakan
b) Menurut Indeks kekuatan batuan:
Point Load Index = 2,95 MPa
Fracture Index = 1,22m
Menurut grafik Frankin,dkk. Lereng tersebut dapat diberai dengan peledakan
pembongkaran.
c) Menurut UCS (Kolleth,1990):
UCS Point Load
= 67,85 Mpa
UCS Schmidt Hammer = 73,17 Mpa
Berdasarkan nilai UCS dari pengujian Schmidt Hammer dan Point Load maka
didapat suatu kesimpulan bahwa batuan yang diuji hanya bisa dibongkar
menggunakan alat Dragline, Shovel, Backhoe dan Surface miner.
d) Menurut grafik kriteria penggaruan (Pettifer & Fookes, 1994 )
Point Load Index = 2,95 MPa
Fracture Index
= 1,222m
Berdasarkan grafik Pettifer dan Fookes, didapat kesimpulan bahwa dari data
fracture index dan point load index yang didapat pada saat praktikum, lereng
tersebutperlu peledakan.

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

19

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

20

BAB II
KOMPRESOR DAN ALAT BOR

2.1 Latar Belakang


Salah satu peralatan penting dalam proses pemboran dan peledakan batuan
adalah kompresor. Untuk iti pada praktikum Acara II ini praktikan dikenalkan
dengan kompresor dan alat bor.Praktikum Acara II ini praktikan dengan
dibimbing asisten melakukan pendeskripsian bagian bagian dari kompresor.
Dengan pengenalan kompresor untuk memahami prinsip kerja, mekanisme,
dan fungsi dari bagian-bagian kompresor dan bor serta sistem peralatan yang
berhubungan. Dengan adanya Praktikum Pemboran dan Peledakan ini terutama
Acara I dan II, diharapkan praktikan dapat memahami dan mengerti secara jelas,
alat alat yang digunakan pada proses pemboran, serta tata cara pemilihan alat
bor dan kompresor untuk keperluan pembuatan lubang ledak. Dengan demikian,
praktikan dapat menerapkan prinsip prinsip pemilihan alat, serta mekanisme
kerja dari alat bor dan kompresor dikemudian hari.
2.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum Kompresor dan Alat Bor ini adalah :
1. Menentukan kapasitas produksi alat bor.
2. Menentukan kapasitas kompresor.
2.3 Dasar Teori
Udara bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh kompresor merupakan sumber
tenaga bagi alat bor, misal jack hammer dan crawl rock drill ( CRD ) dll.
Disamping sebagai sumber tenaga untuk menggerakkan rangkaian alat bor, udara
bertekanan tinggi tersebut juga berfungsi untuk :
1.

Membersihkan lubang bor yang mengangkat cuttings.

2.

Mendinginkan mata bor.

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

21

Klasifikasi kompresor berdasarkan cara kerjanya adalah :


1.

Reciprocating Compressor ( single stage, multistage )

2.

Rotary Compressor.

3.

Centrifugal Compressor.
Kapasitas kompresor dinyatakan dalam Cubik Feet per Menit (Cfm), yaitu

udara bebas yang dihisap dan ditekan oleh kompresor merupakan udara pada
kondisi tekanan udara bebas atau atmosfer ( 1 atm ), yang berada pada batas
permukaan air laut. Proses penekanan udara tersebut ada 2 macam :
1.

Kompresi Adiabatik
Yaitu proses penekanan udara dimana tekanannya tetap.

2.

Kompresi Isotermik
Yaitu proses penekanan udara dimana suhunya tetap.
Menurut tipenya kompresor dibagi menjadi 2 kelompok yang didasarkan

pada tekanan yang dihasilkan yaitu :

Perpindahan dinamik ( dynamic displacement ) dimana peningkatan


tekanan dicapai dengan cara akselerasi udara dengan suatu elemen rotasi dan
aksi posterior dari sebuah diffuser. Kompresor sentifugal dan aksial masuk
dalam kelompok ini.

Perpindahan positif ( positif displacement ), jenis ini yang dipakai untuk


mesin bor, dimana tekanan tinggi diperoleh dengan cara menekan gas dalam
ruang tertutup, mengurangi volume dengan gerakan satu atau beberapa
elemen. Kompresor rotari atau bolak-balik termasuk dalam kelompok ini.
Jenis yang paling banyak dipakai untuk pemboran adalah kompresor piston
(resiprokating), jika ia adalah stasioner, dan jenis sliding-vane atau rotary
screw(helical) untuk model portable.
Perlengkapan kompresor yang paling penting dalam penggunaannya untuk

pengeboran antara lain :


1.

Saringan hampa (vacuum filters )

2.

Pemisah air ( water separator )

3.

Penyimpan udara ( air receiver )

4.

Lubrikator

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

22

5.

Penguat tekanan ( pressure multiplier atau booster )

6.

Slang fleksibel ( flexible hose )


Dalam pemilihan kompresor harus mempertimbangkan tekanan udara yang

dibutuhkan alat bor, jika aliran udara bertekanan tidak mencukupi dapat berakibat:
1.

Kecepatan pemboran akan berkurang

2.

Biaya pemakaian mata bor dan batang bor meningkat

3.

Konsumsi bahan bakar bertambah

4.

Perlu merawat lebih banyak kompresor


Jadi untuk menentukan kapasitas dan jumlah kompresor yang diperlukan

dalam suatu operasi pemboran harus mempertimbangkan hal-hal seperti berikut:


1.

Jumlah dan ukuran mesin bor yang harus dilayani

2.

Ketinggian tempat kerja ( berpengaruh pada tekanan udara bebas )

3.

Luas tempat kerja (berpengaruh pada panjang jaringan dan


kehilangan tekanan).
Kompresor digunakan untuk mendukung kinerja dari alat bor.Sedangkan

berdasarkan prinsip kerjanya alat bor dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1.

Manual driven
Prinsip kerja dari manual driven sangat sederhana karena hanya
menggunakan tenaga manusia sebagai tenaga penggerak. Contoh : auger
drill, bangka bor, churn drill, bor mesin semprot ( BMS ).

2.

Mechanic driven
Prinsip kerja dari mechanical driven yaitu penggunaan mesin sebagai tenaga
penggerak alat bor. Mechanic driven dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Percussive drill: churn drill dan hammer drill
b. Rotary drill : hydraulic drill, diamond drill, chiled shot drill, turbo drill
dan jet pierce drill
c. Rotary percuassive drill : jack hammer
Dalam kegiatan penambangan terbuka untuk pengeboran alat yang digunakan

adalah down the hole drill, Rotary driven, dan top hammer. Untuk kegiatan
penambangan bawah tanah alat yang digunakan diantaranya : mekanik jumbo dan
Hand held rock drill (terdiri atas : stopper, shinker, difter).

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

23

Cara kerja pemboran mata bor ada tiga jenis, tumbuk, putar, putar-tumbuk.
1. Metode pemboran perkusif (percussive drill)
Pada pemboran ini energi dari mesin bor (rock drill) diteruskan oleh batang
bor dan mata bor untuk meremukan batuan. Komponen utama dari mesin bor ini
ialah piston yang mendorong dan menarik tangkai (shank) batang bor. Energi
kinetik piston diteruskan ke batang bor dalam bentuk gelombang kejut (shock
wave) yang bergerak sepanjang batang bor dengan kecepatan 5000 m/detik
(setara kecepatan suara pada baja).
Frekuensi impact normal untuk rockdrill ialah 50 tumbukan/detik, yang
berarti jarak antara gelombang kejut adalah 100 m.Pada metode perkusif, yang
terjadi ialah proses peremukan (Crushing) peremukan batuan oleh mata bor.
Contoh alat bor dengan metode ini adalah churn drill dan hammer drill.
2. Metode Rotari (Rotary drill)
Berdasarkan sistem penetrasinya, pemboran dengan metode rotary terbagi
menjadi 2 sistem yaitu tricone dan drag bit. Disebut tricone jika penetrasinya
berupa gerusan (crushing)dan drag bit jika hasil penetrasinya berupa potongan.
Sistem tricone digunakan untuk batuan sedang hingga lunak, system drag bit
digunakan untuk batuan lunak. Contoh alat bor dengan metode ini adalah
hydroulic rotary drill.
3. Metode Rotari Perkusif (Rotary-Percussive drill)
Pada

pemboran

rotary-perkusif,

aksi

penumbukan

oleh

mata

bor

dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses peremukan dan


penggerusan permukaan batuan. Metode ini dapat digunakan pada bermacammacam jenis batuan.
Metode putar-tumbuk terbagi menjadi dua, yaitu :
a)

Top Hammer
Metode pemboran Top hammer adalah metode pemboran yang terdiri dari 2
kegiatan dasar yaitu putaran dan tumbukan. Kegiatan ini diperoleh dari
gerakan gigi dan piston, yang kemudian ditransformasikan melalui shank
adaptor dan batang bor menuju mata bor. Berdasarkan jenis penggerak
putaran dan tumbukannya, metode ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
Hydrolic Top Hammer dan Pneumatic Top Hammer.

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

24

b)

Down the Hole Hammer ( DTH Hammer )


Metode pemboran ini adalah metode pemboran tumbuk-putar yang sumber
dasarnya menggunakan udara bertekanan. DTH Hammer dipasang dibelakang
mata bor, di dalam lubang sehingga hanya sedikit energi tumbukan yang
hilang akibat melewati batang bor dan sambungan-sambungannya. Contoh
dari alat bor dengan menggunakan sistem tumbuk putar adalah jack hammer.
Pada praktikum peledakan ini juga dikenalkan tentang suatu rumus yang
antara lain :
V total= B x S x L
Keterangan :

B
S

=Jumlah Burden
= Jumlah Spasi

L = Tinggi Jenjang

Vequivalen (

V Total
nx H

m3
) =
m

Keterangan
n = Jumlah Lubang Ledak
H = Kedalaman Lubang Ledak
m
)= H / Ct
menit

Kecepatan Pemboran(Vpemboran) (
Keterangan

= Kedalaman pemboran

Ct

= Cycle Time
m3
)
jam

Produksi Mesin Bor (

= Vpemboran x Vsetara x x

60menit
Keterangan : = Efisiensi Mesin Bor
Tonase (ton/jam)

= Produksi Mesin Bor x Densitas

2.4 Pelaksanaan Praktikum


Praktikum acara I ini dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Jumat, 23 Sepetember 2016
Sesi / jam

: III / 13.30 15.30 WIB

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

25

Tempat

: Laboratorium Pemboran dan Peledakan Teknik

Pertambangan, F dsssssssssssss Fakultas Teknologi Mineral,


UPN Veteran Yogyakarta
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam praktikum
adalah
a.
b.
c.
d.

Kompresor
Mistar
Macam-macam mata bor
Jack Hammer

Adapun prosedur praktikum acara I :


Pelaksanaan praktikum diawali dengan mendeskripsikan bagian bagian dari
kompresor, disamping itu juga dikenalkan prisip kerjadari kompresor, yaitu :
1. Pulley bergerak karena energi dari motor yang dihubungkan dengan belt.
2. Piston turun dan katup isap terbuka kemudian menghisap udara.
3. Piston naik, udara masuk ke lubang menuju tabung.
4. Piston turun dan katub isap terbuka kemudian menghisap udara.
Praktikan juga mendapatkan pengetahuan tentang kegunaan kompresor, yaitu
untuk memberikan tekanan udara pada alat bor.
Keterangan:
1. Tabung
2. Pulley Besar
3. Pulley Kecil
4. Belt
5. Filter
6. Piston
7. Indikator RPM
8. Tutup Klep
9. Dinamo
10. Selang

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

26

Gambar 2.1
Kompresor dan bagian-bagiannya
Hasil adalah praktikum yang telah kami lakukan adalah :

Mengetahui fungsi dari kompressor yaitu udara bertekanan tinggi yang


dihasilkan oleh kompresor merupakan sumber tenaga bagi alat bor.

Mengetahui dan memahami prinsip kerja, mekanisme dan fugsi bagianbagian kompressor serta system peralatan yang berhubungan..

Mengetahui fungsi serta bagian-bagian dari kompressor.


Suatu alat bor yang biasa digunakan untuk dipasangkan dengan kompresor

terdiri dari beberapa bagian penting diantaranya :


1. Mesin bor
Mesin bor adalah alat pengubah energi potensial berupa udara bertekanan dari
kompresor menjadi energi mekanik penggerak piston dan drill rod.
2.

Shank adaptors

Shank adaptor adalah bagian tangkai yang digunakan untuk mentransmisikan


energi tumbukan dari piston ke batang bor, kemudian dilanjutkan ke mata bor.
3.

Coupling

Coupling digunakan untuk menghubungkan batang bor yang satu dengan


yang lainnya sampai kedalaman lubang bor yang diinginkan
4.

Drill rod

Drill rod merupakan bagian yang menggerakkan bit ( mata bor ) atau sebagai
tempat mata bor.
5.

Bit ( mata bor )

Merupakan mata bor yang jenisnya tergantung dari tujuan pemboran. Mata
bor (bit ) ada beberapa macam yaitu :

Datacable bit
Disebut deteacable bit apabila bitnya bisa diganti-ganti tidak menyatu
dengan drill rod. Pada

jack hammer deteacable bit ini dikenal juga

dengan soket.

Forget bit

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

27

Disebut Forget bit apabila bit menyatu dengan drill rod dan bitnya tidak
dapat dilepaskan. Pada jack hammer, forget bit ini dikenal juga dengan
nama chisel.

Gambar 2.2
Diamond Bit

Gambar 2.3
Tungsten Bit

Gambar 2.4
Drag Bit

Gambar 2.5
Tricone Bit

Gambar 2.6
X Bit

Gambar 2.7
Bottom Bit

Gambar 2.8
Chisel Bit

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

28

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

29

2.5 Pembahasan
1.

Perbandingan antara kompresor adiabatic dan kompresor isothermis:


1) Kompresor adiabatic :
Peningkatan tekanan pada volume konstan tetapi tekanan dan temperatur
berubah.
2) Kompresor isothermis :
Peningkatan tekanan pada temperatur tetap dan tekanan yang berubah.
Pada kompresor adiabatic tekanan udara yang dihasilkan jauh lebih besar
bila dibandingkan pada kompresor isothermis.

2.

Tujuan proses penekanan udara pada kompresor dilakukan bertahap


agar distribusi udara yang dihasilkan untuk disalurkan pada mesin bor tetap
terjaga sehingga dapat terjadi alur/ proses discharge ( pengeluaran ), return,
suction ( isap udara ) secara teratur dan akhirnya dapat diperoleh kualitas
udara yang baik pula dan juga berfungsi untuk efisiensi kerja water separator
(pemisah air) untuk dapat dilakukan pemisahan uap air dari udara bertekanan
secara teratur sehingga dihasilkan udara yang kering serta dapat dilakukan
penyimpanan udara bertekanan apabila kebutuhannya melebihi kapasitas
kompresor oleh penyimpan udara.

3.

Perbandingan ke tiga jenis kompresor


a.

Reciprocating compressor, merupakan jenis yang paling


banyak dipakai untuk pemboran yang menggunakan piston sebagai sumber
penggerak utama dalam penangkapan udara.

b.

Rotary compressor, merupakan jenis kompresor dimana


tekanan tinggi diperoleh dengan cara menekan gas dalam ruang tertutup
dan mengurangi volume dengan gerakan satu atau beberapa langkah
biasanya menggunakan baling baling udara.

c.

Centrifugal compressor, merupakan jenis kompresor


dimana peningkatan tekanan dicapai dengan cara akselarasi udara dengan
suatu elemen rotasi dan aksi posterior dari sebuah disffuser.
Dari kompresor yang ada di laboratorium dilakukan pengukuran untuk

menentukan kapasitas dari kompresor tersebut. Kapasitas kompresor dapat


dihitung dengan menggunakan rumus :

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

30

Kapasitas Kompresor (Cfm)= Vpiston x Rpm x

Diameter pulley kecil


Diameter pulley besar

Menghitung volume udara yang dihasilkan kompresor per cm3/menit.


Diketahui :
Diameter pulley besar = 16,8 cm
Diameter pulley kecil = 8,1 cm
Diameter silinder

(d)

= 5,5 cm

Panjang langkah ( t )

= 3,7 cm

RPM

= 1420 rpm

Jawab :
Volume langkah

= Luas silinder x Panjang langkah luas silinder


= r2 x t
= (3,14) (0,055:2 m) 2 x 0,037 cm
= 0,0000878 m3
D pulley kecil
x RPM x Volume piston
D pulley besar
0,081m
=
x 1420 rpm x 3,28 x0,0000878 m3
0,168 m
= 0,197292 cfm

Kapasitas Kompressor =

Untuk memilih alat bor yang digunakan untuk pemboran. Dasar pemilihan
alat bor adalah :
1.

Jenis pekerjaaan yang akan dilakukan, apakah surface atau


underground

2.

Volume produksi yang direncanakan

3.

Jenis batuan

4.

Tinggi jenjang ( Geometri pemboran )

5.

Diameter lubang ledak

6.

Kondisi lapangan

7.

Peraturan atau undang undang setempat

8.

Fragmentasi

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

31

Ada tiga prosedur yang digunakan/ dipakai untuk menentukan kecepatan


pemboran :
1.

Pengujian di laboratorium

2.

Perhitungan penetrasi berdasarkan kuat tekan batuan

3.

Estimasi berdasarkan siklus pemboran


Dasar penentuan produksi alat bor adalah produksi mesin bor tergantung

kecepatan pemboran mesin bor, volume setara dan penggunaan efektif mesin bor.
Produksi mesin bor dinyatakan dalam m3/jam.
Diketahui :
Jenjang (L)

: 10 m

Burden (B)

:4m

Spasi (S)

:8m

Kedalaman Lubang bor (H) : 10 m


Densitas

: 2,5 T/m3

CT

: 4 menit

Effisiensi (Ek)

: 85 %

Ditanya :
% produksi untuk dibongkar = .?
Jawab :
Volume Setara ( Veq) =
=

B. S.L
lubang . H
( 24 m )( 12 m ) . 8 m
12 x 10 m

=19,2 m3/m
Kecepatan Pemboran Rata-Rata (Vt) =

H
CT

10
4

=2,5m/menit
Produksi Mesin Bor (P)

= Veqx Vt x Ek x 60
=19,2 m3/m x 2304m/menit x 0,85 x 60

menit
jam

=2448 m3/jam
Tonase = P x densitas

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

32

=2448m3/jam x 2,5 T/m3


=6120 T/jam
2.6 Kesimpulan
1.

Kompresor merupakan alat yang berfungsi menghasilkan udara bertekanan


tinggi yang merupakan sumber tenaga bagi alat bor. Energi yang dihasilkan
oleh mesin bor merupakan energi potensial (udara bertekanan) yang
kemudian oleh mesin bor akan diubah menjadi energi mekanik.

2.

Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor berguna untuk :

Menggerakkan mesin bor.


Membersihkan lubang bor guna mengangkat cutting.
Mendinginkan mata bor.
Kegiatan yang petama kali sebelum dilakukan peledakan adalah
penyediaan lubang tembak yang dilakukan melalui pengeboran batuan

3.

dengan menggunakan alat bor.


Dalam pemilihan kompresor harus disesuaikan dengan alat bor karena itu
sangat berpengaruh pada kegiatan pemboran.
4. Kapasitas kompresor pada praktikum ini 0.197 cfm
5. Produksi mesin bor pada praktikum ini 2448m3/jam
6. Tonase pada praktikum ini 6120 T/jam

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

33

DAFTAR PUSTAKA

Dwinagara, Barlian. 2013. Buku Panduan Praktikum Teknik Peledakan,


Laboratorium Pemboran & Peledakan Jurusan Teknik Pertambangan,
UPN Veteran Yogyakarta:Yogyakarta.

Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169

34

Anda mungkin juga menyukai