KRITERIA PENGGALIAN
1.1 Pendahuluan
Dalam dunia pertambangan ada banyak cara dan teknik yang dipakai untuk
mendapatkan solusi terhadap suatu permasalahan. Salah satunya adalah mengenai
pembongkaran batuan (bahan galian) yang sangat keras, dimana batuan tersebut
tidak dapat dibongkar secara manual maupun mekanis. Maka dipilih teknik
pemboran dan peledakan. Untuk itu diperlukan suatu pengenalan dengan
mengikuti PraktikumPemboran dan Peledakan ini. Pada Acara I praktikum yang
dilakukan adalah mengetahui kriteria penggalian.
Praktikum Acara I ini praktikan dengan dibimbing asisten melakukan
pendiskripsian cara bagaimana cara menentukan kriteria penggalian. Disamping
itu praktikan diharapkan dapat mengerti secara jelas bagaimana menentukan
metode penggalian. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran kekar di lapangan
dan pengenalan alat uji kekuatan batuan dan mengambil data kekuatan batuan di
lapangan untuk mengetahui kriteria penggaliannya.
Dengan adanya praktikum peledakan, diharapkan praktikan dapat memahami
secara jelas, kriteria penggalian pada proses pemboran, serta tata cara pemilihan
alat bor. Dengan begitu, praktikan dapat menerapkan prinsip prinsip pemilihan
alat, serta mekanisme kerja dari alat bor dikemudian hari.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum Kriteria Penggalian ini adalah :
1. Dapat MenentukanMetode Pemberaian pada massa batuan, apakah harus
menggunakan metode pengeboran dan peledakan atau tidak.
2. Praktikan dapat mengetahui prosedur praktikum Kriteria Penggalian,
sehingga praktikan dapat memahami secara jelas, kriteria penggalian pada
proses pemboran dan peledakan.
Kekerasan
Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi,
kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan dan dapat
juga dipakai untuk menyatakan kerusakan pada batuan. Kekerasan batuan
merupakan suatu fungsi dari kekerasan, komposisi butiran mineral, porositas, dan
derajat kejenuhan.Hal tersebut harus diketahui, karena setelah mata bor
melakukan penetrasi pada sauatu batuan, maka dari hasil tersebut dapatditentukan
tingkat kemudahan pemborannya.
b.
Kekuatan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan adalah suatu sifat dari kekuatan terhadap
gaya luar, baik itu kekuatan statik maupun dinamik. Pada prinsipnya kekuatan
batuan tergantung pada komposisi mineralnya. Diantara mineral-mineral yang
terkandung
di
dalam
batuan,
kuarsa
adalah
terkompak
dengan
kuat
c.
Sangat keras
+7
+200
Keras
6-7
120 200
Kekerasan sedang
4,5-6
60 -120
Cukup lunak
3-4,5
30 - 60
Lunak
2-3
10 30
Sangat lunak
1-2
-10
Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas atau modulus
Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi
Tabel 1.2.
Sifat Fisik dan Mekanik dari Batuan Sedimen
Batuan
sedimen
Modulus elastisitas
Nisbah poisson
Porositas
Dolomite
1,96-8,24
0,08-0,2
0,27-4,10
Limestone
0,98-7,85
0,1-0,2
0,27-4,10
Sandstone
0,49-8,83
0,066-0,125
1,62-26,40
Shale
0,8-3,0
0,11-0,54
20,00-50,00
e.
10 x (MPa)
Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan untuk menggores permukaan material lain, ini
Bentuk butir, bila bentuk butir tersebut tidak teratur maka lebih abrasif
dibandingkan dengan yang berbentuk bulat.
Ukuran butir
Porositas batuan
f. Tekstur
Tekstur suatu batuan menunjukkan hubungan antara mineral-mineral
penyusun batuan, sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan dari sifat-sifat
porositas, ikatan antar butir, bobot isi dan ukuran butir.Tekstur juga
mempengaruhi kecepatan pemboran. Jika butirannya mempunyai bentuk
Zuk Ariesta Reza Pambudi/112140169
lembaran, seperti pada batuan schist, pemboran akan lebih sulit dibanding jika
butirannya berbentuk bulat seperti batu pasir. Sedangkan batuan yangmempunyai
bobot isi rendah, lebih porous, akan mempunyai tingkat pecah rendah sehingga
akan lebih mudah jika dibor.
g.
Struktur geologi
Struktur geologi seperti patahan, rekahan, kekar, bidang perlapisan
Kandungan
kuarsa
Tipe batuan
h.
Kandungan
kuarsa
%
Amphibolite
0-5
Mica gneiss
0-30
Anorthosite
Mica schist
15-35
Diabase
0-5
Norite
Diorite
10-20
Pegmatite
15-30
Gabro
Phylite
10-25
Gneiss
15-50
Quartzite
60-100
Granite
20-35
Sandstone
25-90
Greywacke
10-25
Slate
10-35
Limestone
0-5
Shale
0-20
Marble
Taconite
1-10
Karakteristik Pecahan
Karakteristik pecahan (Breaking Charactereristics) dapat digambarkan
utuh
Zone kerja 2 : Keberhasilan kerja penggalian dibantu oleh kehadiran struktur
massa batuan.
Zone kerja 3 : Kinerja penggalian semata-mata dipengaruhi oleh struktur
massabatuan.
Nilai-nilai UCS, Energi Spesifik, Koefisien Abrasivitas secara keseluruhan
menyimpulkan bahwa batuan utuh tersebut tidak dapat digali dengan baik oleh
roadheader. Namun seperti dilaporkan oleh Fowell & Johnson (1991) bahwa pada
kenyataannya massa batuan itu dapat digali dengan cara hanya menggoyang
bongkah-bongkah batuan dari induknya dan akhirnya jatuh bebas.
Gambar 1.1
Hubungan antara RMR dan laju penggalian roadheader kelas>50Mpa (Fowell
& Johnson, 1982 & 1991)
RMR juga pernah dipakai untuk mengevaluasi kinerja roadheader Dosco SL120 (lihat Gambar 1.2). Penelitian ini dilaksanakan pada bijih tembaga
Kalamazoo & San Manuel, Arizona.
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Klasifikasi metoda penggalian menurut RMR dan Q-System
c. Kriteria Penggalian menurut kecepatan seismik
Seperti sudah disebutkan bahwa kecepatan seismik sudah banyak dipakai
untuk menduga kemampugaruan suatu massa batuan. Berbagai kemungkinan cara
penggalian untuk berbagai macam massa batuan menurut kecepatan seismik
diberikan oleh Atkinson (1971, lihat Gambar 1.4) Penggalian disini meliputi dari
cara manual hingga mekanis penuh.
Gambar 1.4
Metoda kecepatan seismik untuk penentuan macam
penggalian (Atkinson,1971)
Gambar 1.5.
Kriteria penggaruan dengan D9R
d. Kriteria Penggalian Menurut Indeks Kekuatan Batuan
DrilabilitasFranklin dkk. (1971) mengusulkan klasifikasi massa batuan
menurut dua parameter, yaituFracture Index dan Point Load Index (PLI).
Fracture Index dipakai sebagai ukurankarakteristik diskontinuiti dan didefinisikan
sebagai jarak rata-rata fraktur dalam sepanjangbor inti atau massa batuan. Kedua
parameter ini diplot dalam satu diagram untuk mendugakemampugalian suatu
massa batuan , dimana If dan Is, masing-masing menyatakan fracture index dan
PLI.
Diagram klasifikasi dibagi kedalarn tiga zona umum yaitu penggalian bebas
(free digging),penggaruan (ripping) dan peledakan (blasting). Massa batuan yang
terkekarkan dan lemahmasuk kedalam kategori bagian bawah kiri diagram,
sedangkan massa batuan massif dan kuatdi plot dibagian atas kanan. Yang pertama
tentunya sangat mudah untuk digali dan yangterakhir sangat sulit digali dengan
alat mekanis.
Gambar 1.6
10
0,45
( )
F=
I s=F
P
De2
11
Gambar 1.8
Kriteria penggalian (Kolleth, 1990)
1.4 Pelaksanaan Praktikum
Praktikum acara I ini dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Senin, 19 Sepetember 2016
Sesi / jam
Tempat
Stereonet 1 set
Kertas Kalkir
Kompas Geologi
Clipboard
Meteran
Schmidt Hammer
12
Gambar 1.9
Kompas Geologi
13
Gambar 1.10
Schmidt Hammer
Prosedur metode scanline:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
praktikum.
2. Mengukur dip direction scanline dan lereng.
3. Kelompokan kekar menjadi beberapa family sesuai dengan
kemiringannya.
4. Mengukur dip direction kekar per family.
5. Memplotkan dip direction di polar stereonet untuk mencari
pol, kemudian membuat kontur dengan menggunakan
kalsbeek counting sterenet.
6. Mencari arah umum kekar per family di polar stereonet,
kemudian memplotkan ke schmidt stereonet untuk mencari
jenis longsor.
1.5 Pembahasan
Dasar pemilihan kriteria penggalian :
1. Menurut RMR
2. Menurut RMR &Q-System
3. Menurut kecepatan gelombang seismik
4. Menurut Indeks Kekuatan Batu
5. Menurut Kuat Tekan Uniaksial (UCS)
KRITERIA PENGGALIAN
P
= 15 KN
W1
= 8 cm
W2
= 8cm
14
= 6cm
= 40
4 WD
De
=(
Is
=F
4x
( 8+82 ) x 6 =61,146 cm
3,14
61,146 = 7,819
7.819 0,45
) = 1,222
5
P
= 1,222x
De2
1500
= 2,95 MPa
61,146
UCS = 23 x Is
= 23 x 2,95 MPa
= 67,85 MPa
UCS = (2,75 R )- 36.83
= ( 2,75 x 40 ) 36,83
= 73,17 MPa
=
1 1
=
=7,635
x 0,4
RQD = 100
= 82,184 %
KRITERIA PENGGALIAN MENURUT KECEPATAN SEISMIK
Grafik 1 (Atkinson, 1971)
15
Keterangan :
Berdasarkan kecepatan seismiknya, pada grafik Atkinson rekomendasi penggalian
dapat menggunakan Stripping Shovel : no blasting, Walking Dragline : no
blasting,Bucket Wheel Excavator, Loading Shovel : no blastingTractor Scraper :
after ripping, Tractor Scraper : no ripping dan peledakan.
KRITERIA PENGGALIAN MENURUT INDEKS KEKUATAN BATU
SpasiKekar
Spasi kekar rata-rata sebenarnya
= 0,4 m
Frekuensi kekar ( )
= 7,635 m
RQD
= 82,18 %
UCS IPS
= 67,85 MPa
UCS S M
= 73,17 MPa
16
Keterangan :
Berdasarkan Grafik di atas rekomendasi pemberaian atau pembongkaran batuan
tersebut dapat dilakukan mengggunakan peledakan pembongkaran. Hal tersebut
didapat dari perpotangan antara fracture index dan point load index.
Grafik 3 (Petifer & Fookes, 1994)
17
Keterangan :
Berdasarkan grafik Pettifer dan Fookes, didapat kesimpulan bahwa dari data
fracture index dan point load indexyang didapat pada saat praktikum, lereng
tersebut perlu peledakan.
KRITERIA PENGGALIAN DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS KUAT
TEKAN UNIAKSIAL (UCS)
Grafik 4 (Kolleth, 1990)
Keterangan :
UCS Schmidt Hammer= 73,17Mpa
UCS Poin Load
= 67,85 Mpa
Berdasarkan nilai UCS dari pengujianSchmidt Hammer dan Point Load maka
didapat suatu kesimpulan bahwa batuan yang diuji hanya bisa dibongkar
menggunakan alat Dragline, Shovel, Backhoe dan Surface miner.
1.6 Kesimpulan
Penggalian merupakan suatu tahapan dari penambangan yang bertujuan untuk
menguraikan atau membongkar lapisan penutup untuk mendapatkan bahan galian
yang diinginkan.Selain itu juga penggalian bertujuan untuk mendeteksi kekuatan
suatu batuan sehingga kita dapat menentukan metode penggalian itu, apakah dapat
dilakukan secara mekanis atau peledakan.Macam-macam metode yang digunakan
dalam menentukan kriteria pemberaian dari suatu batuan anara lain:
18
19
20
BAB II
KOMPRESOR DAN ALAT BOR
2.
21
2.
Rotary Compressor.
3.
Centrifugal Compressor.
Kapasitas kompresor dinyatakan dalam Cubik Feet per Menit (Cfm), yaitu
udara bebas yang dihisap dan ditekan oleh kompresor merupakan udara pada
kondisi tekanan udara bebas atau atmosfer ( 1 atm ), yang berada pada batas
permukaan air laut. Proses penekanan udara tersebut ada 2 macam :
1.
Kompresi Adiabatik
Yaitu proses penekanan udara dimana tekanannya tetap.
2.
Kompresi Isotermik
Yaitu proses penekanan udara dimana suhunya tetap.
Menurut tipenya kompresor dibagi menjadi 2 kelompok yang didasarkan
2.
3.
4.
Lubrikator
22
5.
6.
dibutuhkan alat bor, jika aliran udara bertekanan tidak mencukupi dapat berakibat:
1.
2.
3.
4.
2.
3.
berdasarkan prinsip kerjanya alat bor dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1.
Manual driven
Prinsip kerja dari manual driven sangat sederhana karena hanya
menggunakan tenaga manusia sebagai tenaga penggerak. Contoh : auger
drill, bangka bor, churn drill, bor mesin semprot ( BMS ).
2.
Mechanic driven
Prinsip kerja dari mechanical driven yaitu penggunaan mesin sebagai tenaga
penggerak alat bor. Mechanic driven dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Percussive drill: churn drill dan hammer drill
b. Rotary drill : hydraulic drill, diamond drill, chiled shot drill, turbo drill
dan jet pierce drill
c. Rotary percuassive drill : jack hammer
Dalam kegiatan penambangan terbuka untuk pengeboran alat yang digunakan
adalah down the hole drill, Rotary driven, dan top hammer. Untuk kegiatan
penambangan bawah tanah alat yang digunakan diantaranya : mekanik jumbo dan
Hand held rock drill (terdiri atas : stopper, shinker, difter).
23
Cara kerja pemboran mata bor ada tiga jenis, tumbuk, putar, putar-tumbuk.
1. Metode pemboran perkusif (percussive drill)
Pada pemboran ini energi dari mesin bor (rock drill) diteruskan oleh batang
bor dan mata bor untuk meremukan batuan. Komponen utama dari mesin bor ini
ialah piston yang mendorong dan menarik tangkai (shank) batang bor. Energi
kinetik piston diteruskan ke batang bor dalam bentuk gelombang kejut (shock
wave) yang bergerak sepanjang batang bor dengan kecepatan 5000 m/detik
(setara kecepatan suara pada baja).
Frekuensi impact normal untuk rockdrill ialah 50 tumbukan/detik, yang
berarti jarak antara gelombang kejut adalah 100 m.Pada metode perkusif, yang
terjadi ialah proses peremukan (Crushing) peremukan batuan oleh mata bor.
Contoh alat bor dengan metode ini adalah churn drill dan hammer drill.
2. Metode Rotari (Rotary drill)
Berdasarkan sistem penetrasinya, pemboran dengan metode rotary terbagi
menjadi 2 sistem yaitu tricone dan drag bit. Disebut tricone jika penetrasinya
berupa gerusan (crushing)dan drag bit jika hasil penetrasinya berupa potongan.
Sistem tricone digunakan untuk batuan sedang hingga lunak, system drag bit
digunakan untuk batuan lunak. Contoh alat bor dengan metode ini adalah
hydroulic rotary drill.
3. Metode Rotari Perkusif (Rotary-Percussive drill)
Pada
pemboran
rotary-perkusif,
aksi
penumbukan
oleh
mata
bor
Top Hammer
Metode pemboran Top hammer adalah metode pemboran yang terdiri dari 2
kegiatan dasar yaitu putaran dan tumbukan. Kegiatan ini diperoleh dari
gerakan gigi dan piston, yang kemudian ditransformasikan melalui shank
adaptor dan batang bor menuju mata bor. Berdasarkan jenis penggerak
putaran dan tumbukannya, metode ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
Hydrolic Top Hammer dan Pneumatic Top Hammer.
24
b)
B
S
=Jumlah Burden
= Jumlah Spasi
L = Tinggi Jenjang
Vequivalen (
V Total
nx H
m3
) =
m
Keterangan
n = Jumlah Lubang Ledak
H = Kedalaman Lubang Ledak
m
)= H / Ct
menit
Kecepatan Pemboran(Vpemboran) (
Keterangan
= Kedalaman pemboran
Ct
= Cycle Time
m3
)
jam
= Vpemboran x Vsetara x x
60menit
Keterangan : = Efisiensi Mesin Bor
Tonase (ton/jam)
25
Tempat
Kompresor
Mistar
Macam-macam mata bor
Jack Hammer
26
Gambar 2.1
Kompresor dan bagian-bagiannya
Hasil adalah praktikum yang telah kami lakukan adalah :
Mengetahui dan memahami prinsip kerja, mekanisme dan fugsi bagianbagian kompressor serta system peralatan yang berhubungan..
Shank adaptors
Coupling
Drill rod
Drill rod merupakan bagian yang menggerakkan bit ( mata bor ) atau sebagai
tempat mata bor.
5.
Merupakan mata bor yang jenisnya tergantung dari tujuan pemboran. Mata
bor (bit ) ada beberapa macam yaitu :
Datacable bit
Disebut deteacable bit apabila bitnya bisa diganti-ganti tidak menyatu
dengan drill rod. Pada
dengan soket.
Forget bit
27
Disebut Forget bit apabila bit menyatu dengan drill rod dan bitnya tidak
dapat dilepaskan. Pada jack hammer, forget bit ini dikenal juga dengan
nama chisel.
Gambar 2.2
Diamond Bit
Gambar 2.3
Tungsten Bit
Gambar 2.4
Drag Bit
Gambar 2.5
Tricone Bit
Gambar 2.6
X Bit
Gambar 2.7
Bottom Bit
Gambar 2.8
Chisel Bit
28
29
2.5 Pembahasan
1.
2.
3.
b.
c.
30
(d)
= 5,5 cm
Panjang langkah ( t )
= 3,7 cm
RPM
= 1420 rpm
Jawab :
Volume langkah
Kapasitas Kompressor =
Untuk memilih alat bor yang digunakan untuk pemboran. Dasar pemilihan
alat bor adalah :
1.
2.
3.
Jenis batuan
4.
5.
6.
Kondisi lapangan
7.
8.
Fragmentasi
31
Pengujian di laboratorium
2.
3.
kecepatan pemboran mesin bor, volume setara dan penggunaan efektif mesin bor.
Produksi mesin bor dinyatakan dalam m3/jam.
Diketahui :
Jenjang (L)
: 10 m
Burden (B)
:4m
Spasi (S)
:8m
: 2,5 T/m3
CT
: 4 menit
Effisiensi (Ek)
: 85 %
Ditanya :
% produksi untuk dibongkar = .?
Jawab :
Volume Setara ( Veq) =
=
B. S.L
lubang . H
( 24 m )( 12 m ) . 8 m
12 x 10 m
=19,2 m3/m
Kecepatan Pemboran Rata-Rata (Vt) =
H
CT
10
4
=2,5m/menit
Produksi Mesin Bor (P)
= Veqx Vt x Ek x 60
=19,2 m3/m x 2304m/menit x 0,85 x 60
menit
jam
=2448 m3/jam
Tonase = P x densitas
32
2.
3.
33
DAFTAR PUSTAKA
34