Anda di halaman 1dari 25

51

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
3.1.1

Objek penelitian
Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Kembangan
Sejak tanggal 29 maret 1994 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No:

94/KMK.01/1991 Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Barat Empat dipecah menjadi


beberapa KPP termasuk salah satunya adalah KPP Kebon Jeruk dengan wilayah kerja
kecamatan Kebon Jeruk dan Kecamatan Kembangan. Berdasarkan peraturan Menteri
Keuangan No.55/PMK.01/2007 yang telah diubah menjadi peraturan Menteri
Keuangan No.206.2/PMK.01/2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal Direktorat Jendral Pajak, KPP Kebon Jeruk dipecah menjadi tiga KPP, yaitu
KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu, KPP Pratama Kebon Jeruk Dua dan KPP
Pratama Jakarta Kembangan. KPP Pratama Kembangan dengan wilayah kerja
Kecamatan Kerja Kembangan mulai beroprasi sejak tanggal 2 oktober 2007 dan
berkedudukan dijalan Arjuna Utara Nomer 87 Jakarta Barat.

KPP Jakarta barat


Empat
KMK
94/KMK.01/1994

KPP Jakarta
Kebon Jeruk
PMK
55/PMK.01/2007

KPP
Pratama
Kebon
Jeruk
Satu
KPP
Pratama
Jakarta
Kebon
Jeruk
Dua
KPP
Pratama
jakarta
Kemban
gan

52

3.1.2

Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan


Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan meliputi

wilayah administrasi Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat yang terdiri


dari enam Kelurahan yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Joglo
Srengseng
Meruya Selatan
Meruya Utara
Kembangan Selatan
Kembangan Utara

Luas wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan


yang meliputi satu kecamatan yang mencapai 2.418,70 Ha.
Batas-batas wilayah Kecamatan Kembangan adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara

: Kel. Rawa Buaya, Kec. Cengkareng, Jakarta Barat

Sebelah Timur

: Kel. Kedoya, Kec. Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Sebelah Selatan

: Kotamadya Jakarta Selatan, Kota Tangerang, Provinsi


Banten

Sebelah Barat
3.1.3

: Kota Tangerang, Provinsi Banten

Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan

mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari satu Sub bagian dan Sembilan seksi,
antara lain :
1) Sub bagian Umum
2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3) Seksi Pelayanan
4) Seksi Penagihan
5) Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
6) Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Sebagaimana dijelaskan dalam peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 167/PMK.01/2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Sub Bag.
Umum
Seksi
Pengolahan
Data dan
Informasi
Seksi
Pelayanan

Seksi
Penagihan

Kelompok
Jabatan
Fungsional

Seksi Pemeriksaan
dan
Kepatuhan Internal

Seksi
Pengawasan dan Konsultasi I

Kepala
kantor
KPP
Pratama
Kembang
an

Kanw
il DJP
Jakart
a
Barat

Seksi Pengawasan
dan Konsultasi II

Seksi Pengawasan
dan Konsultasi III

Seksi Pengawasan
dan Konsultasi IV

Seksi
Ekstensifikasi
Perpajakan
Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata
53

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan


54

KDJP

Gambar 3.1 Struktur Organisasi KPP Jakarta Kembangan

Ssde

55
3.1.4

Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab KPP Pratama Jakarta


Kembangan
Pembagian tugas dan tanggung jawab masing masing bagian pada KPP

Pratama Jakarta Kembangan sesuai dengan pasal 61 PMK No. 62/PMK-01/2009


yaitu sebagai berikut:
1.

Kepala Kantor
Kepala

kantor

KPP Pratama

mempunyai

tugas

mengkoordinasikan

pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang


Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah, dan Pajak Tidak Langsug Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan
dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2.

Kelompok Jabatan Fungsional


Pejabat fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala
KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional
Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat
Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.

3.

Sub Bagian Umum


Membantu

menunjang

kelancaran

tugas

Kepala

Kantor

dalam

mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama


dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah
tangga serta perlengkapan.
4.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)


Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan
pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan
perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan
aplikasi e-SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta

5.

menyiapan laporan kinerja.


Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan
produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta

56
penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi
6.

Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.


Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang
pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan
penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen dokumen

7.

penagihan.
Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.

8.

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,II,III,IV


masingmasing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak
dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis
kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak
Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta

9.

melakukan evaluasi hasil banding.


Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan
potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan
pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

3.2

Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif digunakan

untuk dapat mengetahui bagaimana hubungan antar variabel dan bagaimana tingkat
ketergantungan antara variabel dependen dan variabel independen. Unit analisis pada
penelitian ini adalah individu, yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP
Kembangan.
Penelitian ini menggunakan time horizon cross sectional, yang berarti bahwa
penelitian dapat dilakukan dimana data dikumpulkan hanya sekali, mungkin selama
periode harian, mingguan, atau bulanan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
(Sekaran, 2014:177)

57
3.2.1

Jenis dan Sumber Data Penelitian


Jenis data dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu data yang bersifat

angka dengan sumber data primer. Data primer merupakan sumber data asli yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli tanpa melalui perantara. Data primer yang
didapatkan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner yang berisi
butir-butir pertanyaan yang dibagikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP
Kembangan.
Selain itu, digunakan juga sumber data sekunder, yaitu data penelitian yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan
membaca text book, buku-buku pelengkap atau referensi seperti: jurnal, majalah,
media cetak di perpustakaan, dan internet.
Berikut adalah perincian dari jenis dan sumber data yang digunakan oleh
peneliti untuk membantu dalam penyelesaian penelitian.
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data
Tujuan

T-2

Jenis
Penelitian
Kualitas Pelayanan Fiskus dan Kepatuhan Kuantitatif
Wajib Pajak Orang Pribadi
Kesadaran Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Kuantitatif

T-3

Pajak Orang Pribadi.


Keadilan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Kuantitatif

T-1

Data

Orang Pribadi.
T-4

Kualitas Pelayanan Fiskus, Kesadaran Wajib


Pajak, Keadilan Pajak dan Kepatuhan Wajib

Kuantitatif

Sumber Data
Data Primer
dari kuesioner
Data Primer
dari Kuesioner
Data primer
dari kuesioner
Data primer
dari kuesioner

Pajak Orang Pribadi.


Sumber: penulis (2016)

T-1:

Untuk mengetahui Kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan Wajib Pajak


Orang Pribadi.

T-2:

Untuk mengetahui pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap kepatuhan


Wajib Pajak Orang Pribadi

T-3:

Untuk mengetahui pengaruh keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak


Orang Pribadi.

58
T-4 :

Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan fiskus, kesadaran Wajib


Pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

3.2.2

Teknik Pengambilan Sampel


Riduwan dan Kuncoro (2012:37) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan
karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh orang yang
membayar pajak pada KPP Kembangan, sedangkan sampel adalah bagian dari
jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014:149).
Teknik pengambilan sampel yang diterapkan adalah non-probability sampling.
Teknik non-probilitas merupakan teknik yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik incidental
sampling. Teknik incidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, apabila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai
sumber data (Amirin, 2009) dan Sugiyono, 2014: 60) artinya peneliti sebelum
menjadikan wajib pajak tersebut sebagai sampel dalam penelitian ini, peneliti
memberikan pertanyaan terlebih dahulu apakah wajib pajak tersebut cocok dijadikan
sample dalam penelitian ini. Alasan pemilihan teknik pengambilan sampel ini adalah
untuk mempermudah proses pengambilan sampel. Metode yang digunakan untuk
menentukan jumlah sampel adalah dengan metode slovin dimana penulis
mengunakan alpha 10% dengan tujuan untuk menekan jumlah sampel yang diperoleh
menjadi sedikit dikarenakan keterbatasan waktu untuk melakukan penelitian. Berikut
adalah perhitungan dengan metode slovin :
n

N
1+N

Jumlah sampel

Populasi

Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam penelitian ini
adalah (10%) atau 0,1

59
Menurut Sugiono (2012) valid menunjukkan derajat ketepatan antara data
yang sesungguhnya terjadi pada pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan
oleh peneliti. Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka kesalahankesalahan
dalam penentuan sampel harus dapat di minimalisasikan. Sampel yang dapat
mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi merupakan jenis sampel yang
baik. Sampel yang baik akan menghasilkan kesimpulan yang baik. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi
(Sugiono : 2012).
Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum
untuk menentukan ukuran sampel seperti berikut ini:
1.
2.
3.

Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan
500.
Bila sampel dibagi dalam kategori ( misalnya : pria-wanita, pegawai negeri
swasta dan lain-lain ) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal
30.
Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate ( korelasi
atau regresi ganda misalnya ), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5

4.

(independen + dependen ), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.


Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masingmasing antara 10 s/d 20.
Berdasarkan data dari KPP Pratama Jakarta Kembangan, hingga akhir tahun

2015, tercatat sebanyak 74.146 wajib pajak Orang Pribadi yang efektif. Oleh karena
itu jumlah sampel untuk penelitian dengan margin of error sebesar 10% adalah :
n=

74.146
1 + 74.146(0.1)2

n = 99,86
= 100
Penetapan ukuran sampel dalam penelitian ini berdasarkan perhitungan rumus
Slovin. Berdasarkan perhitungan diatas, peneliti menentukan 100 responden yang
akan dijadikan sampel penelitian ini dan dapat mewakili jumlah keseluruhan dari
populasi wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Kembangan.

60
3.2.3

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode penelitian lapangan (field research), dimana datanya bersifat


primer dan sekunder. Menurut Sugiyono (2014:223) Sumber primer adalah sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data, dan sumber
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau berbentuk dokumen. Teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara (interview), kuesioner
(angket), pengamatan (observasi), dan gabungan ketiganya. Data ini diperoleh secara
langsung dari Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Kembangan dengan cara:
1.

Wawancara
Melakukan wawancara secara langsung dengan bagian Seksi PDI, bagian

umum KPP Pratama Kembangan, dan Wajib Pajak Orang Pribadi dengan tujuan
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk penelitian.
2
Kuesioner
Memberikan daftar pertanyaan kepada sampel dari Wajib Pajak Orang
Pribadi KPP Kembangan dengan varibel yang berhubungan yaitu Kualitas Pelayanan
Fiskus, Kesadaran Wajib Pajak, Keadilan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi. Metode yang digunakan dalam pembuatan kuesioner adalah dengan skala
likert dengan pemberian bobot seperti berikut:
Sangat Setuju (SS)

=4

Setuju (S)

=3

Tidak Setuju (TS)

=2

Sangat Tidak Setuju (STS)

=1

Skala likert memiliki banyak keuntungan sehingga skala ini cukup populer.
Skala ini mudah dipakai, baik untuk penelitian yang berfokus pada responden dan
yang berfokus pada objek. Jadi dapat dipelajari respon berbeda dari satu orang ke
orang lain dan bagaimana respon berbeda antara berbagai objek.

3.2.4

Metode analisis data


Analisis data memiliki tiga tujuan utama di dalam suatu penelitian yaitu

mendapatkan perasaan terhadap data, menguji kualitas data, dan menguji hipotesis
penelitian. Perasaan terhadap data akan memberi gambaran awal mengenai seberapa
baik skala yang dibuat, seberapa baik dan benar bagaimana cara kita melakukan

61
pengolahan data, dan seterusnya. Tujuan kedua yaitu menguji kualitas data, yaitu
dapat dilakukan dengan memasukkan data dan menguji apakah data tersebut
memang memiliki kualitas apa tidak. Sedangkan untuk tujuan yang ketiga adalah
menguji hipotesis penelitian yaitu dapat dicapai dengan menggunakan aplikasi yang
sesuai di dalam melakukan pengujian setiap hipotesis dengan menggunakan alat uji
statistika yang relevan (Sekaran, 2009:175). Hasil dari pengujian tersebut kemudian
akan menentukan apakah hipotesis tersebut benar atau tidak. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah program aplikasi SPSS (Statistical Program
for Social Science).
Analisis data tersebut juga digunakan untuk menyederhanakan data agar data
lebih mudah untuk diinterpretasikan. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk mengolah dan membahas data
yang telah diperoleh dan kemudian menguji hipotesis yang diajukan. Menurut
Sekaran (2006:299) analisis regresi berganda dilakukan untuk menguji pengaruh
simultan dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat yang berskala
interval.
Model Persamaan Regresi Berganda :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Dimana:
Y = Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
a0 = Konstanta
b0 = Koefisien regresi
X1 = Kualitas Pelayanan Fiskus
X2 = Kesadaran Wajib Pajak
X3 = Keadilan Pajak

3.3 Uji Statistik


3.3.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan metode yang berkaitan dengan pengumpulan
dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi berguna. Dalam
penelitian ini, statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan atas mendeskripsikan

62
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Statistik deskriptif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif yang standar dan biasa
digunakan dalam penelitian, antara lain :
a. Rata-rata (mean)
Adalah total semua data dibagi dengan jumlah data.
b. Nilai maksimum (max) dan nilai minimum (min)
Merupakan nilai data dari minimum ke maksimum yang disampling.
c. Standar deviasi/ simpangan baku
Adalah ukuran sebaran statistik yang mengukur bagaimana nilainilai data tersebar.
3.3.2

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


Dalam suatu penelitian, validitas dan reabilitas merupakan suatu pengukuran

yang memperlihatkan keketatan ilmiah yang melekat dalam studi penelitian


(Sekaran, 2009:39). Dua kriteria tersebut sangat penting dalam mendukung hasil
penelitian, dimana validitas berkaitan dengan apakah kita sudah mengukur konsep
dengan tepat dan apakah kita sudah mengukur realibilitas dengan stabilitas serta
konsistensi pengukurannya.
3.3.2.1 Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2012:172), validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahan suatu instrumen. Suatu
instrumen dapat dikatakan valid apabila data dari variabel yang digunakan untuk
penelitian dapat mengukur data tersebut dan dapat mengungkap data tersebut secara
tepat. Dalam penelitian ini digunakan teknik uji validitas internal yang menguji
apakah terdapat kesesuaian diantara bagian instrumen secara keseluruhan.
Dasar pengambilan keputusan uji validitas menggunakan bantuan SPSS 20
dan uji validitas mengunakan pearson product moment correlation :

Jika Rhitung positif, serta Rhitung (Corrected item-total correlation) > Rtabel, maka

variabel tersebut valid.

Jika Rhitung negatif, serta Rhitung (Corrected item-total correlation) < Rtabel, maka
variabel tersebut tidak valid.
3.3.2.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik Thamrin (2012:24). Reliabilitas menunjukkan tingkat

63
keandalan (dapat dipercaya) dari suatu indikator yang digunakan dalam penelitian.
Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara One Shot atau pengukuran sekali saja:
disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain atau pengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan
fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistic Cronbach Aplha ().
Menurut Ir.Ali idris (2015:101) Dasar pengambilan keputusan uji reliabilitas
menggunakan bantuan SPSS 20 dan alat ukur berupa uji statistik Croanbachs Alpha:

3.4

Jika Croanbachs Alpha > 0.6 maka data tersebut dinyatakan reliabel.
Jika Croanbachs Alpha < 0.6 maka data tersebut dinyatakan tidak reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Model regresi tidak dapat digunakan jika tidak memenuhi syarat untuk

menggunakan asumsi klasik ini. Untuk itu perlu dengan memenuhi syarat uji asumsi
klasik tersebut sebelum menggunakan model regresi. Uji asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini oleh peneliti yaitu :
3.4.1

Uji Normalitas
Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah memiliki data yang terdistribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik atau uji
statistik. (Ghozali, 2013).
Model regresi yang baik adalah regresi yang memiliki distribusi data normal
atau yang mendekati normal. Analisis grafik (normal P-P plot) dapat digunakan
untuk menguji normalitas model regresi. Suatu data dikatakan terdistribusi normal
bila titik-titiknya tersebar mendekati dan mengikuti garis lurus diagonal (Ghozali,
2013).
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara
visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu
dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang
dapat digunakan untuk menguji normalitas adalah uji statistik Kolgomorov-Smirnov
(K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:
Ho: Data residual terdistribusi normal
Ha: Data residual tidak terdistribusi normal

64
Sedangkan dasar pengambilan keputusan uji statistic Kolmogorov-Smirnov Z
(I-Sample K-S) adalah sebagai Berikut:
1. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 maka Ho di tolak, artinya regresi tidak
terdistribusi normal
2. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka Ho di terima, artinya regresi
terdistribusi normal
3.4.2

Uji Multikolinieritas
Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan persamaan

regresi berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan dimana variabel bebas
berkorelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel bebas merupakan
fungsi linear dari variabel bebas lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2013:105). Penyebab terjadinya
multikolinearitas adalah terdapat korelasi atau hubungan linear yang kuat di antara
beberapa variabel prediktor yang dimasukkan ke dalam model regresi. Adanya
multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai Variance Inflation
Factor (VIF). Batas dari tolerance value dibawah 0,10 atau nilai VIF diatas 10 maka
terjadi masalah multikolinearitas.
3.4.3

Uji Heteroskedastistas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang

terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang


lain. Uji ini dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
Scatterplot. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi
heteroskedastisitas atau dengan kata lain terjadi homoskedastisitas. Dasar analisis
adalah (Ghozali, 2013:139):
1.
Jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi
2.

heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.5

Analisis Korelasi

Sugiyono (2014:27) menjelaskan bahwa analisis korelasi adalah statistik yang


mengukur tingkat asosiasi atau hubungan antara dua variabe, yaitu variabel bebas
(independent variable), disimbolkan dengan X dan variabel terikat (dependent

65
variable) disimbolkan dengan Y, dimana hubungan antara dua variabel (X dan Y)
disebut korelasi bivariat. Waston dan Craft (dalam Sugiyono,2014:27) menyatakan
bahwa koefisien korelasi adalah suatu ukuran arah dan kekuatan hubungan liniear
antara dua variabel random.
Riduwan dan Kuncoro (2012:61) menyatakan bahwa teknik analisis korelasi
PPM (pearson product moment) termasuk statistik parametrik yang menggunakan
data interval dan rasio dengan persyaratan tertentu. Misalnya; data dipilih secara
acak (random); datanya berdistribusi normal; data yang duhubungkan berpola linier;
dan data yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai dengan subjek
yang sama. Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
harga (-1 < r < + 1). Apabila nilai r = - 1 artinya korelasi negatif sempurna; r = 0
artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti
harga r akan dikonsultasikan dengan tabel nilai interprestasi r sebagai berikut:

Tabel 3.2 Interprestasi Koefisien Korelasi Nilai r


Interval koefisien
0,80 1,000
0,60 0,799
0,40 0,599

Tingkat Hubungan
Sangat kuat
Kuat
Cukup kuat

0,20 0,399

Rendah

0,00 0,199

Sangat rendah

Sumber: Riduwan & Kuncoro (2012:62) dan Sugiyono (2012:250)


3.6

Rancangan Uji Hipotesis


Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang diuraikan pada Bab 1

pendahuluan, maka rancangan untuk uji hipotesis adalah sebagai berikut:


X1 = Kualitas Pelayanan Fiskus
X2 = Kesadaran Wajib Pajak
X3 = Keadilan Pajak
Y = Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Hipotesis 1: antara X1 dan Y
H0:

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan fiskus (X1)

Ha:

terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).


Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan fiskus (X1)
terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).

66
Hipotesis 2: antara X2 dan Y
H0:

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kesadaran Wajib Pajak (X2)

terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).


Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara kesadaran Wajib Pajak (X2) terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).
Hipotesis 3: antara X3 dan Y
H0:

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara keadilan pajak (X3) terhadap

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).


Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara keadilan pajak (X3) terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).
Hipotesis 4: antara X1, X2, X3 dan Y
H0:

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas Pelayanan Fiskus (X1)
Kesadaran Wajib Pajak (X2), dan keadilan pajak (X3) secara simultan terhadap

Ha:

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).


Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kualitas Pelayanan Fiskus (X1)
kesadaran wajib pajak (X2), dan keadilan pajak (X3) secara simultan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).
Berdasarkan hipotesis diatas, maka disusun rancangan uji hipotesis berikut

dengan menggunakan tingkat kepercayaan 90%, sehingga batas tingkat kesalahan


adalah sebesar 5%.
Dasar pengambilan keputusan:
Kriteria pengujian:
Tingkat kesalahan () = 5% = 0,05
1. Jika sig > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak signifikan
2. Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak, artinya signifikan
3.7

Pengujian Hipotesis
Metode pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan pengujian

secara parsial (Uji t ) dan pengujian secara simultan (Uji f) serta analisis koefisien
determinasi (R2) (Imam Ghozali,2011: 97), pengujian hipotesis tersebut sebagai
berikut:

67
3.7.1

Analisis Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Nilai


koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berati kemampuan
variabel-variabel independen (kualitas pelayanan fiskus, kesadaran wajib pajak, dan
keadilan pajak) dalam menjelaskan variasi variabel dependen (kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi) amat terbatas. Begitu pula sebaliknya, nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat.
3.7.2

Uji Simultan (Uji Statistik F)


Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi

pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap


variabel dependen (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan
adalah hipotesis 4 yaitu:
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas Pelayanan Fiskus (X1)
Kesadaran Wajib Pajak (X2), dan keadilan pajak (X3) secara simultan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kualitas Pelayanan Fiskus (X1)
kesadaran wajib pajak (X2), dan keadilan pajak (X3) secara simultan terhadap

Ha:

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).


Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas (alpha 5%), yaitu:
a. Apabila probabilitas signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan Ha
ditolak.
b. Apabila probabilitas signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima.
2. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai F-hitung :
a. Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima (tidak ada pengaruh)
b. Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak (ada pengaruh)
3.7.3

Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X dan


Y, apakah variabel X1, X2 dan X3 (kualitas pelayanan fiskus, kesadaran wajib pajak,
dan keadilan pajak) benar-benar berpengaruh terhadap variabel Y (kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi). secara terpisah atau parsial, dalam Ghozali: 2011). Hipotesis
yang digunakan dalam pengujian ini adalah hipotesis 1, hipotesis 2 dan hipotesis 3

68
yaitu:
Hipotesis 1: antara X1 dan Y
H0:

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan pajak (X1)

Ha:

terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).


Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan fiskus (X1)
terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).

Hipotesis 2: antara X2 dan Y


H0:

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kesadaran Wajib Pajak (X2)

Ha:

terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).


Terdapat pengaruh yang signifikan antara kesadaran Wajib Pajak (X2)
terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).

Hipotesis 3: antara X3 dan Y


H0:

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara keadilan pajak (X3) terhadap

Ha:

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).


Terdapat pengaruh yang signifikan antara keadilan pajak (X3) terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).
Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas yang digunakan

dalam penelitian ini secara parsial digunakan uji t dengan tingkat signifikansi 5%.
Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :
1.

2.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas :


a.

Jika signifikan < tingkat kesalahan ( = 0,05), maka Ho ditolak

b.

Jika signifikan > tingkat kesalahan ( = 0,05), maka Ho diterima


Pengambilan keputusan berdasarkan nilai t-hitung :

a. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak


b. Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima
3.8

Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau

lebih variabel independen (X1, X2,.Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini
untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel

69
dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau
negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya
berskala interval atau rasio. Menurut Sekaran (2006:299) analisis regresi berganda
dilakukan untuk menguji pengaruh simultan dari beberapa variabel bebas terhadap
satu variabel terikat yang berskala interval, Persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Keterangan :
Y = Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
a0 = Konstanta
b0 = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

X1 = Kualitas Pelayanan Fiskus


X2 = Kesadaran Wajib Pajak
X3 = Keadilan Pajak

3.9

Rancangan Pemecahan Masalah

Rancangan pemecahan hasil penelitian ini yaitu setelah semua data dan hasil
analisis selesai dilakukan, maka akan diadakan pengumpulan data atau informasi
dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan itu
kemudian akan diberikan kepada responden yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi KPP
Kembangan. Data yang dikumpulkan akan diolah menggunakan metode regresi
sederhana dan berganda terkait seberapa besar pengaruh setiap variabel independen
terhadap variabel dependen.
Apabila setelah data diolah menggunakan metode analisis regresi kemudian
didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan serta pengaruh yang
kuat antara kualitas pelayanan fiskus, kesadaran wajib pajak, dan keadilan pajak
secara simultan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi . maka diharapkan
KPP dan Pemerintah dapat terus mempertahankan dan mengembangkan programprogram yang telah dilakukan terkait kualitas pelayanan fiskus, kesadaran wajib
pajak, dan keadilan wajib pajak. Dengan ini, diharapkan penelitian ini dapat menjadi

70
pembelajaran baru bagi ilmu pengetahuan, maupun menambah hasil penelitian yang
dapat mendukung teori-teori dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini, yang juga dapat menjadi bahan evaluasi bagi KPP Pratama Kembangan dalam
menjaga kualitas dan membuat Wajib Pajak semakin patuh dalam memenuhi
kewajibanya.

3.10

Operasional Variabel Penelitian


Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel
Variabel

Dimensi

Indikator

Skala
Pengukuran

(1) Tampilan gedung


Variabel
independen
: kualitas
pelayanan

dan Fasilitas di
1. Tangibles (bukti
langsung

fiskus (X1)

Kantor Pelayanan
Pajak (KPF 1)

Skala Likert

(2) Penampilan
petugas Pajak
(KPF2)
(3) Kemampuan
petugas dalam
memberikan
informasi pelayanan
(KPF3)

2. Realibility (keandalan)

(4) Kemampuan
petugas pajak dalam
memberikan
pelayanan sesuai
prosedur yang ada
(KPF4)

Skala Likert

71

3. Responsiveness
(ketanggapan)

(5) Respon petugas


pelayanan terhadap
keluhan Wajib Pajak,
(KPF5)
(6) Respon petugas
pelayanan dalam
membantu kesulitan
Wajib Pajak (KPF6)

Skala Likert

(7) Pengetahuan
Perpajakan yang
dimiliki petugas
pajak (KPF7)
4, Assurance (jaminan),

(8) Kemampuan

Skala Likert

bertanggung jawab
atas data Wajib Pajak
(KPF8)
(9) Perhatian dan
kepedulian petugas
pelayanan (KPF9)
5. Emphaty (empati),

(10) Keramahan

Skala Likert

petugas pelayanan.
(KPF10)

Variabel

1. Kesadaran bahwa

independen: pajak merupakan bentuk


kesadaran
wajib
pajak(X2)

Skala Likert
1. Wajib Pajak mau

partisipasi dalam

membayar pajak

menunjang

karena merasa tidak

pembangunan negara

dirugikan dari
pemungutan pajak
yang dilakukan
karena
meningkatkan
kesejahteraan warga

72
negara (KWP1)
2. Pajak disadari
digunakan untuk
menunjang
pembangunan negara
(KPW2)
3. Wajib Pajak mau
membayar pajak
karena memahami
bahwa penundaan
pembayaran pajak
berdampak pada
kurangnya sumber
2. Kesadaran bahwa

daya finansial negara

penundaan pembayaran

(KWP3)

pajak dan pengurangan

4. Wajib Pajak mau

beban pajak sangat

membayar pajak

merugikan negara.

karena memahami

Skala Likert

bahwa pengurangan
beban pajak dapat
mengakibatkan
terhambatnya
pembangunan
negara. (KWP 4)
3.Kesadaran bahwa pajak 5. Pajak ditetapkan

Variabel

ditetapkan dengan

dengan Undang

undang-undang dan

Undang dan dapat

dapat dipaksakan.
1. Keadilan Umum/

dipaksakan (KWP5)
1.Keadilan sistem

independen: General Fairness

Pajak yang efektif

Keadilan

(KP1)

Pajak (X3)

Skala Likert

Skala Likert

73
2. Keadilan sistem
pajak yang efisien
(KP2)
2. Timbal Balik dengan

3. Manfaat yang

Pemerintah/ Exchange

diterima dari

with The Goverment

pemerintah baik
secara langsung
maupun tidak
langsung sebagai

Skala Likert

timbal balik atas PPh


yang dibayarkan
telah sesuai/adil
(KP3)
4. Pemerintah
mengelolah Pajak
dengan maksimal
sebagai timbal balik
atas PPh yang
dibayarkan (KP4)
3. Ketentuan-ketentuan

5. Ketentuan-

yang Berlaku Khusus/

ketentuan khusus

Special Provisions

sesuai UU PPh yang


berlaku yang hanya
diberikan kepada
kelompok khusus
adalah adil.(KP5)
6. ketentuanketentuan khusus
seperti pembebasan
pajak, pengurangan
tarif bertujuan untuk
meratakan keadilan

Skala Likert

74
pajak (KP6)

4.Susunan Tarif Pajak/

7. Sturktur Tarif

Tax Rate Structure

pajak yang dianut di


indonesia (KP7)

Skala Likert

8. Tarif pajak yang


lebih disukai (KP8)

5. Kepentingan

9. Perbedaan

Pribadi /Self Interest

kepentingan pribadi
dengan Kepentingan
pemerintah (KP9)
Skala Likert
10.Membandingkan
pembebanan pajak
dengan WP lain

Variabel

Kepatuhan Wajib Pajak

(KP10)
1.Dalam 3 tahun

dependen:

sesuai PMK Nomor

terakhir WP tidak

Perilaku

74/PMK.03/2012

pernah terlambat

Kepatuhan

menyampaikan SPT

Wajib Pajak

(KEPWP1)

(Y)
2. WP OP tidak
memiliki tunggakan
pajak selain yang
telah memperoleh
izin untuk
mengangsur atau
menunda

Skala Likert

75
pembayaran
pajak(KEPWP2)

3. Dalam jangka
waktu 5 tahun
terakhir, WPOP tidak
pernah dijatuhi
sanksi pidana dalam
bidang perpajakan
(KEPWP3)
Sumber : Data yang diolah

Anda mungkin juga menyukai