PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
bencana
harus
ditangani
secara
integral,
holistik
dan
komprehensif. Kejadian banjir yang menimpa Kota Banda Aceh yang berkaitan
erat dengan banyak faktor, antara lain pembangunan fisik di kawasan tangkapan
air di hulu yang kurang tertata baik, urbanisasi yang terus meningkat,
perkembangan
ekonomi dan perubahan iklim global.
Aspek pengaturan air, baik itu menyangkut jumlah, mutu maupun alokasinya
merupakan tantangan yang kian hari kian menuntut perhatian. Para ahli telah lama
mengingkatkan bahwa tata kelola air dapat menjadi penyebab utama masalah
lingkungan bagi warga di kawasan perkotaan. Tata kelola air hanya akan dapat
terlaksana dengan baik jika ada kepastian kebijakan dan kerjasama antara
pemerintah-pemerintah yang bersangkutan. Dalam menanggulangi banjir,
pemanasan global, perubahan iklim dan semua faktor alam lainnya tidak
mengenal batas wilayah administrasi. Unsur-unsur alam ini bergerak dan
sekitarnya yang kebanyakan tidak terserap maupun tertampung di kawasan hulu.
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Tanggung jawab dan wewenang adalah Pemerintah
pusat yakni BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan Pemerintah
Daerah yaitu BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Namun
persoalannya
dalam
kondisi
darurat
bencana,
membuka
sinyal
pendidikan
formal,
pendidikan
informal
dan
pelatihan