Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA


DI RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase Jiwa

Disusun Oleh :
Nama

: Badriati Chairun Nisah

NIM

: 16160047

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA
DI RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
Disusun Oleh :
Nama

: Badriati Chairun Nisah

NIM

: 16160047
Mengetahui :

Pembimbing Klinik

Pembimbing Akademik

Mahasiswa

(Badriati Chairun Nisah)


SKIZOFRENIA

A. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada
proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir,
afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena
waham dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan
emosi perilaku bizar (Dermawan,2013).
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun
faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut
gangguan ini sebagai demensia precox (demensia artinya kemunduran intelegensi
dan precox artinya muda/sebelum waktunya) (Hawari,2005).
B. Rentang Respon Skizofrenia
Respon adaptif

- Pikiran logis
- Persepsi akurat
- Emosi konsisten dgn
pengalaman
- Perilaku sesuai
- Hubungan postifi

respon maladatif

- Pikiran kadang-kadang
menyimpang
- Ilusi
- Reaksi emosional
- Perilaku ganjil
- Menarik diri

- Gangguan pikiran/waham
- Halusinasi
- Kesulitan untuk memproses
emosi
- Isolasi sosial
- Perilaku tidak teroganisir

C. Etiologi Skizofrenia
Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli yang menyebabkan terjadinya
skizofrenia (Hawari,2005). Teori teori tersebut antara lain:
1. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia
pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu
klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
2. Metabolisme
Teori ini mengemukakan bahwa skizofrenia disebabkan karena gangguan
metabolisme karena penderita tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak
sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita
dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun.Hipotesa ini masih dalam
pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik seperti meskalin dan asam
lisergik diethylamide (LSD-25).Obat-obat tersebut dapat menimbulkan gejalagejala yang mirip dengan gejala-gejala skizofrenia, tetapi reversible.

3.

Teori Adolf Meyer


Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga
sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang
khas pada susunan saraf tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang
inferior

atau

penyakit

badaniah

dapat

mempengaruhi

timbulnya

Skizofrenia.Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah,


suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama
4.

kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).


Teori Sigmund Freud
Teori Sigmund freud juga termasuk teori psikogenik. Menurut freud,
skizofrenia terdapat:
a. Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun
somatic
b. Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg
berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.
c. Kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi

psikoanalitik tidak mungkin.


5. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini
yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses
berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2
kelompok yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi,
gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala
katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).

1.

Teori tentang skizofrenia yang saat ini banyak dianut adalah sebagai berikut:
Genetik
Teori ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga
penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur sehingga dapat
dipastikan factor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Angka
kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak
dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2
telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 2009). Pengaruh
genetik ini tidak sederhana seperti hokum Mendel, tetapi yang diturunkan
adalah potensi untuk skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri).

2.

Neurokimia
Hipotesis

dopaminmenyatakan

bahwa

skizofrenia

disebabkan

overaktivitas pada jaras dopamine mesolimbik.Hal ini didukung dengan


temuan bahwa amfetamin yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamine,
dapat menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia dan obat anti psikotik
bekerja dengan mengeblok reseptor dopamine, terutama reseptor D2.
3. Hipotesis Perkembangan Saraf
Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas
struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia antara lain berupa berat orak
rata-rata lebih kecil 6% dari normal dan ukuran anterior-anterior yang 4% lebih
pendek, pembesaran ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme di
daerah frontal dan temporal serta kelainan susunan seluler pada struktur saraf
di beberapa korteks dan subkortek. Studi neuropsikologis mengungkapkan
deficit di bidang atensi, pemilihan konseptual, fungsi eksekutif dan memori
pada penderita skizofrenia.

D. Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala
utama antara lain :
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar
ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahanlahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku
kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan wahamwaham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya
gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
`Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam
keadaan mimpi.Kesadarannya mungkin berkabut.Dalam keadaan ini timbul
perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya
seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas
adanya gejala-gejala sekunder.Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan Skizofrenia.
7. Skizofrenia Skizo Afektif

Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga


gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik).Jenis ini
cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul
serangan lagi (Hawari,2005).

E. Manifestasi Klinik Skizofrenia


1.

Gejala Primer
Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling
menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
a. Gangguan afek emosi
1) Terjadi kedangkalan afek-emosi
2)

Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)

3)

Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan

4)

Emosi berlebihan

5)

Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik

b. Gangguan kemauan
1) Terjadi kelemahan kemauan
2)

Perilaku negativisme atas permintaan

3)

Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain

c. Gejala psikomotor
1)

Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme

2)

Stereotipi

3)

Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama

4)

Echolalia dan echopraxia

d. Autisme.
2.

Gejala Sekunder
a. Waham
b. HalusinasiIstilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang
mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra. halusinasi
pendengaran dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi
penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi.

F. Penatalaksanaan Skizofrenia
1. Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut
antipsikotik.Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan
pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia.Pasien mungkin dapat mencoba
beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat
antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.Antipsikotik pertama
diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama
yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik
yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional, newer atypical
antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine)
a.

Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik
konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering
menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik
konvensional antara lain :
1) Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)
2) Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)
3) Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
4) Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh
antipsikotik

konvensional,

banyak

ahli

lebih

merekomendasikan

penggunaan newer atypical antipsycotic.Ada 2 pengecualian (harus dengan


antipsikotok konvensional).Pertama, pada pasien yang sudah mengalami
perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional
tanpa efek samping yang berarti.Biasanya para ahli merekomendasikan
untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional.Kedua, bila pasien
mengalami kesulitan minum pil secara reguler.Prolixin dan Haldol dapat
diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4
minggu (disebut juga depot formulations).Dengan depot formulation, obat
dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara
perlahan-lahan.Sistemdepot formulation ini tidak dapat digunakan pada
newer atypic antipsychotic.

b. Newer Atypcal Antipsycotic


Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena
prinsip kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila
dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer
atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
1) Risperdal (risperidone)
2) Seroquel (quetiapine)
3) Zyprexa (olanzopine)
c.

Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik
atipikal yang pertama.Clozaril dapat membantu 25-50% pasien yang
tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional.Sangat
disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat
serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat
menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan
infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan
kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan
penggunaan.Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang
lebih aman tidak berhasil.

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran


No

Nama Generik

Klorpromazin

2
3
4

Perfenazin
Flufenazin
Flufenazin dekanoat

Levomeprazin

6
7

Trifluperazin
Tioridazin

Sulpirid

9
10

Pimozid
Risperidon

Sediaan
Tablet, 25 dan 100 mg,
Injeksi 25 mg/ml
Tablet 2, 4, 8 mg
Tablet 2,5 mg, 5 mg
Inj 25 mg/ml
Tablet 25 mg,

Dosis
5 - 15 mg/hari
12 - 24 mg/hari
10 - 15 mg/hari
25 mg/2-4 minggu
25 - 50 mg/hari

Injeksi 25 mg/ml
Tablet 1 mg dan 5 mg
Tablet 50 dan 100 mg
Tablet 200 mg,

10 - 15 mg/hari
150 - 600 mg/hari
300 600mg/hr,

Injeksi 50 mg/ml
Tablet 1 dan 4 mg
Tablet 1, 2, 3 mg

1 - 4 mg/hari
1 - 4 mg/hari
2 - 6 mg/hari

1) Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama


Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita
Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal
dan resiko untuk terkena tardivedyskinesia lebih rendah.Biasanya obat
antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum
diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para
ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih
lama pada Clozaril)
2) Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat
penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum
obat.Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang
ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat
menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti
dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah. Apabila penderita
berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral
dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu.
Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.Terkadang
pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal
ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan
yang lain, misalnyaantipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer
atipycal antipsycotic atau newer atipycalantipsycotic diganti dengan
antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat
bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.
3) Pengobatan Selama fase Penyembuhan
Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun
setelah sembuh.Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti
minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh.Para ahli
merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat
obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya.
Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh

total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu
diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering
kekambuhan dan makin beratnya penyakit.
4) Efek Samping Obat-obat Antipsikotik
Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang
lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang
timbul.Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang
menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan
otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP).Dalam hal
ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku
penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak
dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada
tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik
(biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah
atau mengobati efek samping ini. Efek samping lain yang dapat timbul adalah
tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol,
protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping
ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat
antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional
mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik
konvensional dengan antipsikotik atipikal.
Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi
seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian
obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan
dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang
efek sampingnya lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga sering terjadi
pada penderita Sikzofrenia yang memakan obat.Hal ini sering terjadi pada
penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal.Diet dan olah raga dapat
membantu mengatasi masalah ini. Efek samping lain yang jarang terjadi
adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan
termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa

demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan


yang segera.
2. Terapi Psikososial
a.

Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
ketrampilan sosial untukmeningkatkan kemampuan sosial, kemampuan
memenuhi

diri

sendiri,

latihan

praktis,

dankomunikasi

interpersonal.Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah


yangdapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan
pas jalan di rumah sakit.Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif
atau menyimpang seperti berbicara lantang,berbicara sendirian di
masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b.

Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali
dipulangkan dalam keadaanremisi parsial, keluraga dimana pasien
skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dariterapi keluarga
yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan
segera,topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses
pemulihan, khususnya lamadan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga,
didalam cara yang jelas mendorong sanaksaudaranya yang terkena
skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencanayang
terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat
skizofreniadan daripenyangkalan tentang keparahan penyakitnya.Ahli terapi
harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi
terlalumengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektifdalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalahdramatik. Angka relaps tahunan
tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % denganterapi keluarga.

c. Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada


rencana,

masalah,

danhubungan

dalam

kehidupan

nyata.Kelompok

mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasisecara psikodinamika atau


tilikan, atau suportif.Terapi kelompok efektif dalam menurunkanisolasi
sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi
pasienskizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif,
bukannya dalam cara interpretatif,tampaknya paling membantu bagi pasien
skizofrenia.
d.

Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofreniatelah memberikan data bahwa terapi alah
membantu dan menambah efek terapi farmakologis.Suatu konsep penting di
dalam

psikoterapi

bagi

pasien

skizofrenia

adalah

perkembangan

suatuhubungan terapetik yang dialami pasien sebagai aman.Pengalaman


tersebut dipengaruhi olehdapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional
antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahliterapi seperti yang
diinterpretasikan oleh pasien.Hubungan antara dokter dan pasien adalah
berbeda

dari

yang

psikotik.Menegakkan

ditemukan
hubungan

di

dalam

seringkali

pengobatanpasien
sulit

dilakukan;

nonpasien

skizofreniaseringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan


kepercayaan dan kemungkinan sikapcuriga, cemas, bermusuhan, atau
teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermatdari jauh dan
rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan
terhadapkaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang
prematur

dan

penggunaan

namapertama

yang

merendahkan

diri.

Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalahtidak tepat


dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.
3. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,


menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar.Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan
adalah

ikatan

efektif

antara

pasien

dan

sistem

pendukung

masyarakat.Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan


rumahsakit harus direncanakan.
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga
pasien tentang skizofrenia.Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada
pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka.Lamanya
perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan
tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.Rencana pengobatan di rumah sakit
harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri,
kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial.Perawatan di rumah sakit harus
diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga
pasien.Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien
dalam memperbaiki kualitas hidup.

G. Pohon Masalah Skizofrenia


1. Pathway Skizofrenia

2. Diagnosa Keperawatan Skizofrenia


a. Isolasi sosial b.d harga diri rendah
b.

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran b.d menarik


diri

c. Kurang perawatan diri b.d menarik diri

DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, Deden & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Publishing
Hawari, Dadang. 2005. Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.
Stuart,

G.W
&
Sundeen,
S.J.
Jiwa (Terjemahan).Jakarta: EGC.

2007. Buku

Saku

Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai