TRAUMA ABDOMEN
Pembimbing :
Disusun oleh :
GITA CITRA PRATIWI 030.10.116
ANDRIAN VALERIUS C.D 030.11.025
LIA LAELATUL FARIDA 03011.165
FITRIA KUSUMANINGRUM 030.11.107
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Penjual sayur
Agama
: Islam
Suku
Alamat
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 08 Oktober 2016
Pasien dibawa ke IGD oleh seseorang karena kecelakaan lalu lintas pukul
05.45. Kecelakaan yang terjadi adalah tabrakan antara mobil dengan mobil dari arah
yang sama. Pasien mengendarai mobil pick up yang menabrak mobil lorry
didepannya. Pasien diantar oleh pengemudi lorry yang ditabraknya. Sesaat setelah
kecelakaan terjadi pasien kehilangan kesadaran. Saat sadar kembali di IGD pasien
tidak ingat bagaimana kecelakaan terjadi. Pasien mengalami muntah sebanyak 1 kali
dan mengeluh perut terasa sakit
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Tanda vital:
Tekanan darah
Nadi
: 120 / 80
: 155x / menit
2
Airway
: Clear
Breathing
Circulation
: Akral hangat, CRT <2 detik. Nadi 155x / menit, balut tekan pada
vulnus
Disability
Exposure
: Hipotermi (-)
Status generalis:
Kepala
: Vulnus Laceratum 3 x 6 cm pada region frontalis
Mata
: Pupil isokor 3mm/3mm, reflex cahaya +/+
Leher
: Tidak tampak jejas atau deformitas
Thorax
: COR S1S2 reguler, Gallop (-), murmur (-)
Abdomen
:
o Inspeksi
: Jejas (+) di regio hipokondrium dextra
o Auskultasi
: Bising usus (+)
o Palpasi
: Nyeri tekan ( + ) pada region suprabubik
o Perkusi
: Timpani pada seluruh region abdomen,nyeri ketok (+)
Ekstremitas:
o CRT <2 detik
o Tidak tampak deformitas
o Motorik baik
o Sensorik baik
o Terdapat vulnus laseratum dengan pecahan kaca 0,5 x 0,5 cm pada
palmar dextra
o Terdapat vulnus ekskoriatum 4 x 0,2 cm dan 5 x 2 cm pada region
kruris anterior dextra
o Terdapat vulnus ekskoriatum 6 x 2 cm pada region kruris anterior
sinistra
Kesan:
o
o
o
o
o
Pasien diantar ke IGD RSOB pada tanggal 08 oktober 2015 pasca kecelakaan
lalu lintas antara mobil dengan lorry. Pasien mengendarai mobil pick up yang
menabrak mobil lorry dari belakang. Pasien mengaku pingsan namun sadar saat
dibawa ke RS oleh pengemudi lorry.
Sampai di IGD dilakukan primary survey dengan airway, breathing,
circulation, disability dan exposure dalam batas normal. Tidak ditemukan adanya
deformitas pada pasien. Dilakukan pemeriksaan rontgent pada pasien dan tidak
didapatkan abnormalitas pada foto thorax ataupun abdomen. Terdapat vulnus
laseratum pada bagian dahi, tangan kanan dan tungkai kanan. Pasien mengaku muntah
1 kali saat perjalanan ke RS.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 08 oktober 2016, pasien mengeluh nyeri perut
pada seluruh abdomen. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tensi 90/70, nadi 130
x/menit, respiratory rate 40 x / menit. Didapatkan nyeri tekan pada seluruh lapang
abdomen dan defense muscular. Hasil rontgent BNO polos didapatkan kesan suspect
ileus. Pada tanggal 09 oktober 2016 pasien mengeluh sesak nafas yang bertambah
berat dan pada hasil lab didapatkan Hb 9,9 g/dL dan Hematokrit 28%.
VI. DIAGNOSIS KERJA
o
o
o
o
VII. PENATALAKSANAAN
o Medika mentosa
o IVFD ASERING 20 gtt/ menit
o Metronidazole 500 mg (drip) 3x/ hari
o Transfusi PRC 200 cc 6 kantong
o Non medika mentosa
o Operasi laparotomy eksplorasi
o Pemasangan chest tube dengan WSD
VIII. PROGNOSIS
o Ad vitam
o Ad sanationam
o Ad fungsionam
: Dubia ad bonam
: Bonam
: Dubia ad bonam
6
Follow Up
Rontgent BNO polos AP dan Lateral difoto tanggal 10 oktober 2016
Jumlah udara meningkat, distribusi udara tidak normal. Tampak coil springs
membentuk harring bone.
Kesan: suspect ileus
BAB II
TRAUMA ABDOMEN
terjadi robekan. Efek kantong kertas ini hanya terjadi pada organ usus atau
paru
4. Perlukaan akibat memakai sabuk pengaman (seat belt)
Sabuk pengaman yang baik adalah tipe lap-shoulder belt yang jika dipakai
dengan benar yakni komponen panggul dari sabuk ini berada tepat di depan
tulang panggul bukan di depan perut. Meskipun begitu perlukaan masih
dapat terjadi yakni:
a. Patah tulang selangka
b. Patah tulang iga
c. Perlukaan organ intra abdomen
Patofisiologi
Mekanisme trauma tumpul abdomen1
1. Peningkatan tekanan intra-abdomen yang mendadak, memberikan tekanan
untuk merusak organ padat (to burst injury of solid organs) seperti hepar dan
limpa, atau rupture dari organ berongga seperti usus
2. Shearing forces, secara klasik dimulai dengan deselerasi secara cepat pada
kecelakaan lalu lintas, hal ini dapat merobek pedikel vasculer seperti
3.
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis mengandung data kunci yang dapat mengarahkan diagnosis gawat
abdomen. Riwayat trauma sangat penting untuk menilai penderita yang cedera dalam
tabrakan kendaraan bermotor meliputi : kejadian apa, dimana, kapan terjadinya dan
perkiraan arah dari datangnya ruda paksa tersebut. Sifat, letak dan perpindahan nyeri
merupakan gejala yang penting. Demikian juga muntah, kelainan defekasi dan
sembelit. Adanya syok, nyeri tekan, defans muskular, dan perut kembung harus
diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting. Sifat nyeri, cara timbulnya dan
perjalanan selanjutnya sangat penting untuk menegakkan diagnosis.
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi,
pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan
abdomen. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga
perlu diperhatikan.
Pemeriksaan fisik pada pasien trauma tumpul abdomen harus dilakukan secara
sistematik meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Pada inspeksi, perlu diperhatikan :
Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan petunjuk adanya
kemungkinan kerusakan organ di bawahnya.
Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan petunjuk perkiraan
organ-organ apa saja yang dapat mengalami trauma di bawahnya. Ekimosis
pada flank (Grey Turner Sign) atau umbilicus (Cullen Sign) merupakan
indikasi perdarahan retroperitoneal, tetapi hal ini biasanya lambat dalam
beberapa jam sampai hari.
Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda penting karena
kemungkinan adanya pneumoperitonium, dilatasi gastric, atau ileus akibat
iritasi peritoneal.
Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan pernafasan perut yang
tertinggal maka kemungkinan adanya peritonitis.
Pada palpasi, perlu diperhatikan :
Adanya defence muscular menunjukkan adanya kekakuan pada otot-otot
dinding perut abdomen akibat peritonitis.
Ada tidaknya nyeri tekan, lokasi dari nyeri tekan ini dapat menunjukkan
organ-organ yang mengalami trauma atau adanya peritonitis.
Pada perkusi, perlu diperhatikan :
Redup hati yang menghilang menunjukkan adanya udara bebas dalam rongga
perut yang berarti terdapatnya robekan (perforasi) dari organ-organ usus.
Nyeri ketok seluruh dinding perut menunjukkan adanya tanda-tanda peritonitis
umum.
Adanya Shifting dullness menunjukkan adanya cairan bebas dalam rongga
perut, berarti kemungkinan besar terdapat perdarahan dalam rongga perut.
Pada auskultasi, perlu diperhatikan :
10
Ditentukan apakah bising usus ada atau tidak, pada robekan (perforasi) usus
bising usus selalu menurun, bahkan kebanyakan menghilang sama sekali.
Adanya bunyi usus pada auskultasi toraks kemungkinan menunjukkan adanya
trauma diafragma.
Pemeriksaan rektal toucher dilakukan untuk mencari adanya penetrasi tulang akibat
fraktur pelvis, dan tinja harus dievaluasi untuk gross atau occult blood. Evaluasi tonus
rektal penting untuk menentukan status neurology pasien dan palpasi high-riding
prostate mengarah pada trauma salurah kemih.2
Radiologi
1.
11
dengan
lebih
dari
1000
ml
udara
bebas.
Gambaran
dapat
terjadi
yang
berkaitan
dengan
tanda
pneumoperitoneum
Riglers sign
13
Triangular sign
Udara bebas intraperitoneal tidak terlihat pada sekitar 20-30% yang lebih
disebabkan karena standardisasi yang rendah dan teknik yang tidak
adekuat.Foto polos abdomen menjadi pencitraan utama pada akut abdomen,
termasuk pada perforasi viskus abdomen. Udara sesedikit 1 ml dapat dideteksi
dengan foto polos, baik foto torak posisi berdiri atau foto abdomen posisi left
lateral decubitus.
Tidak jarang, pasien dengan akut abdomen dan dicurigai mengalami
perforasi tidak menunjukkan udara bebas pada foto polos abdomen.Diagnosis
banding biasanya meliputi kolesistitis akut, pankreatitis, dan perforasi ulkus.
Sebagai tambahan pemeriksaan, sekitar 50 ml kontras terlarut air diberikan
secara oral atau lewat NGT pada pasien dengan posisi berbaring miring ke
kanan.3
14
2.
Root and Collagnes 1965 Metode pemeriksaan ini cepat, murah, akurat, aman
untuk menilai cedera intraperitonal trauma tumpul maupun trauma tembus abdomen
Indikasi DPL
1. Equivocal : Gejala klinik yg meragukan misalnya trauma jaringan lunak lokal
disertai dengan trauma tulang yang gejala kliniknya saling mengaburkan.
2. Unreliable : Kesadaran pasien menurun setelah trauma kepala /intoksikasi.
3.
Kontra Indikasi
CT SCAN ABDOMEN
CT merupakan kriteria standar untuk mendeteksi pneumoperitoneum,
yang lebih sensitif dibanding foto polos abdomen. Namun, CT tidak selalu
dibutuhkan jika dicurigai pneumoperitoneum dan lebih mahal dan memiliki
efek radiasi yang besar. CT berguna untuk mengidentifikasi bahkan sejumlah
kecil udara intraluminal, terutama ketika temuan foto polos abdomen tidak
spesifik. CT kurang terpengaruh oleh posisi pasien dan teknik yang digunakan.
Namun, CT tidak selalu dapat menbedakan antara pneumoperitoneum yang
15
disebabkan oleh kondisi benigna atau kondisi lain yang membutuhkan operasi
segera. Pneumoperitoneum dengan udara di anterior kadang sulit dibedakan
dengan udara pada usus yang dilatasi. Sebagai tambahan, dengan CT sulit
untuk melokalisasi perforasi, adanya udara bebas pada peritoneum merupakan
temuan nonspesifik. Hal ini dapat disebabkan oleh perforasi usus, paska
operasi, atau dialisis peritoneal.
Pada posisi supine, udara yang terletak di anterior dapat dibedakan dengan
udara di dalam usus.Jika ada perforasi, cairan inflamasi yang bocor juga dapat
diamati di dalam peritoneum.Penyebab perforasi kadang dapat didiagnosis.
Pada CT dan radiologi konvensional, kontras oral digunakan untuk
mengopasitaskan
lumen
GIT
dan
memperlihatkan
adanya
4.
16
obesitas dan yang memiliki udara intra abdomen dalam jumlah besar. USG tidak
dipertimbangkan
sebagai
pemeriksaan
definitif
untuk
menyingkirkan
pneumoperitoneum.
Gambaran yang dapat mengimitasi pneumoperitoneum meliputi bayangan
sebuah costa, artifak ring-down dari paru yang terisi udara, dan udara kolon
anterior yang interposisi terhadap liver. Udara di kuadran kanan atas dapat
keliru dengan kolesistitis emfisematosa, kalsifikasi mural, kalsifikasi vesika
fellea, vesika fellea porselen, adenomiosis, udara di dalam abses, tumor, udara
bilier, atau udara di dalam vena porta. Udara intraperitoneal sering sulit
dideteksi daripada udara di lokasi abnormal karena udara intralumen di
sekitar.Namun, bahkan sejumlah kecil udara bebas dapat dideteksi secara
anterior atau anterolateral diantara dinding abdomen dan dekat liver, dimana
lingkaran usus biasanya tidak ditemukan.Sulit untuk membedakan udara
ekstralumen dengan udara intramural atau intraluminal.
17
Keuntungan Kerugian
18
Keuntungan
Kerugian
Pem. Klinik
Cepat, noninvasif
Tidak meyakinkan
DPL
Invasif,
USG FAST
sensitif,
spesifiknya terbatas
False
Complikasi minimal
terlalu
(+)
pada
pelvic
fracture
CT Scan
Organ
specific,
retroperitoneal
CT Scan
Organ specifik
Laparotomi
Sangat spesifik
Komplikasi, mahal
Kesimpulan
Trauma tumpul abdomen dapat menimbulkan perforasi organ berongga yang
menyebabkan terkumpulnya udara bebas dalam kavum abdomen yang disebut
pneumoperitoneum. Pneumoperitoneum dideteksi dengan pemeriksaan radiologis foto
polos abdomen, CT scan, dan ultrasonografi. Pada foto polos abdomen,
pneumoperitoneum paling baik terlihat dengan posisi lateral dekubitus kiri yang
menunjukkan gambaran radiolusen antara batas lateral kanan dari hati dan permukaan
peritoneum.
CT
scan
merupakan
kriteria
standar
untuk
mendeteksi
19
utama pada akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus abdomen, walaupun
pencitraan standar adalah dengan USG.
DAFTAR PUSTAKA
1. Charles B, Dana KA, Timothy RB, dkk. Schwartzs Principles of Surgery 9th
Edition. Texas : Mc Graw Hills. 2010.
2. Mary C Mancini. Blunt Chest Trauma. Lousiana State University : Lousiana.
2014 available at http://emedicine.medscape.com/article/428723-overview.
diakses tanggal 20 Agustus 2015
3. Collins, Jannette and Eric J. Stern. Chest Trauma. In Chest Radiology. 2nd
Edition. Washington; Lippincott Williams & Wilkins. 2008
4. Sjamsuhidajat, De jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2007.
20