Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

TRAUMA ABDOMEN

Pembimbing :

dr. Caecilia Marliana, SpRad

Disusun oleh :
GITA CITRA PRATIWI 030.10.116
ANDRIAN VALERIUS C.D 030.11.025
LIA LAELATUL FARIDA 03011.165
FITRIA KUSUMANINGRUM 030.11.107

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
Periode 10 OKTOBER 2016- 11 SEPTEMBER 2016

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. Rahmat Ritonga

Umur

: 45 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Penjual sayur

Agama

: Islam

Suku

: Batak Tapanuli Selatan

Alamat

: Masyeba Indah Blok J No.09 Batu Aji

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 08 Oktober 2016
Pasien dibawa ke IGD oleh seseorang karena kecelakaan lalu lintas pukul
05.45. Kecelakaan yang terjadi adalah tabrakan antara mobil dengan mobil dari arah
yang sama. Pasien mengendarai mobil pick up yang menabrak mobil lorry
didepannya. Pasien diantar oleh pengemudi lorry yang ditabraknya. Sesaat setelah
kecelakaan terjadi pasien kehilangan kesadaran. Saat sadar kembali di IGD pasien
tidak ingat bagaimana kecelakaan terjadi. Pasien mengalami muntah sebanyak 1 kali
dan mengeluh perut terasa sakit
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:

Kesadaran compos mentis


Tampak sakit sedang

Tanda vital:

Tekanan darah
Nadi

: 120 / 80
: 155x / menit
2

Frekuensi pernapasan : 20x / menit


SpO2
: 98%

Airway

: Clear

Breathing

: Spontan, gerakan dada simetris kanan & kiri

Circulation

: Akral hangat, CRT <2 detik. Nadi 155x / menit, balut tekan pada
vulnus

Disability

laceratum region frontal.

: GCS 15, pupil isokor 3mm/3mm, motorik ekstremitas atas 5/5,


motorik ekstremitas bawah 5/5.

Exposure

: Hipotermi (-)

Status generalis:

Kepala
: Vulnus Laceratum 3 x 6 cm pada region frontalis
Mata
: Pupil isokor 3mm/3mm, reflex cahaya +/+
Leher
: Tidak tampak jejas atau deformitas
Thorax
: COR S1S2 reguler, Gallop (-), murmur (-)
Abdomen
:
o Inspeksi
: Jejas (+) di regio hipokondrium dextra
o Auskultasi
: Bising usus (+)
o Palpasi
: Nyeri tekan ( + ) pada region suprabubik
o Perkusi
: Timpani pada seluruh region abdomen,nyeri ketok (+)
Ekstremitas:
o CRT <2 detik
o Tidak tampak deformitas
o Motorik baik
o Sensorik baik
o Terdapat vulnus laseratum dengan pecahan kaca 0,5 x 0,5 cm pada
palmar dextra
o Terdapat vulnus ekskoriatum 4 x 0,2 cm dan 5 x 2 cm pada region
kruris anterior dextra
o Terdapat vulnus ekskoriatum 6 x 2 cm pada region kruris anterior
sinistra

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. PEMERIKSAAN CT SCAN

Pemeriksaan CT SCAN bone window dan brain window kepala


dilakukan pada tanggal 08 Oktober 2016

Kesan:

Tidak tampak adanya diskontinuitas tulang


Tidak tampak adanya perdarahan subdural ataupun epidural
Tidak tampak adanya ICH
Dalam batas normal

B. PEMERIKSAAN RONTGENT THORAX


Pemeriksaan rontgent thorax AP dilakukan pada tanggal 08 oktober 2016

o
o
o
o
o

CTR tidak dapat dinilai


Tidak tampak adanya diskontinuitas tulang
Sinus costophrenicus lancip
Hemithorax dx dan sin tampak bersih
Dalam batas normal

Dianjurkan untuk foto BNO polos


V. RESUME

Pasien diantar ke IGD RSOB pada tanggal 08 oktober 2015 pasca kecelakaan
lalu lintas antara mobil dengan lorry. Pasien mengendarai mobil pick up yang
menabrak mobil lorry dari belakang. Pasien mengaku pingsan namun sadar saat
dibawa ke RS oleh pengemudi lorry.
Sampai di IGD dilakukan primary survey dengan airway, breathing,
circulation, disability dan exposure dalam batas normal. Tidak ditemukan adanya
deformitas pada pasien. Dilakukan pemeriksaan rontgent pada pasien dan tidak
didapatkan abnormalitas pada foto thorax ataupun abdomen. Terdapat vulnus
laseratum pada bagian dahi, tangan kanan dan tungkai kanan. Pasien mengaku muntah
1 kali saat perjalanan ke RS.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 08 oktober 2016, pasien mengeluh nyeri perut
pada seluruh abdomen. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tensi 90/70, nadi 130
x/menit, respiratory rate 40 x / menit. Didapatkan nyeri tekan pada seluruh lapang
abdomen dan defense muscular. Hasil rontgent BNO polos didapatkan kesan suspect
ileus. Pada tanggal 09 oktober 2016 pasien mengeluh sesak nafas yang bertambah
berat dan pada hasil lab didapatkan Hb 9,9 g/dL dan Hematokrit 28%.
VI. DIAGNOSIS KERJA
o
o
o
o

Trauma tumpul abdomen


CKR
Peritonitis difusa dengan sepsis
Shock hipovolemik

VII. PENATALAKSANAAN
o Medika mentosa
o IVFD ASERING 20 gtt/ menit
o Metronidazole 500 mg (drip) 3x/ hari
o Transfusi PRC 200 cc 6 kantong
o Non medika mentosa
o Operasi laparotomy eksplorasi
o Pemasangan chest tube dengan WSD
VIII. PROGNOSIS
o Ad vitam
o Ad sanationam
o Ad fungsionam

: Dubia ad bonam
: Bonam
: Dubia ad bonam
6

Follow Up
Rontgent BNO polos AP dan Lateral difoto tanggal 10 oktober 2016

Jumlah udara meningkat, distribusi udara tidak normal. Tampak coil springs
membentuk harring bone.
Kesan: suspect ileus

BAB II
TRAUMA ABDOMEN

Definisi Trauma Abdomen


Trauma Abdomen merupakan luka pada isi rongga perut yang dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan lebih bersifat
kedaruratan sehingga terkadang diperlukan tindakan laparotomi.1
Biasanya dapat menyebabkan perubahan fisiologi, sehingga terjadi gangguan
metabolisme, gangguan imunologi, dan gangguan faal berbagai organ.
Etiologi dan Klasifikasi1
1. Trauma penetrasi (trauma perut dengan penetrasi ke dalam rongga peritonium)
Trauma tembak
Trauma tusuk
2. Trauma non penetrasi/trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi ke dalam
rongga peritonium)
Kompresi
Hancur akibat kecelakaan
Sabuk pengaman
Cedera akselerasi
Perlukaan organ intra abdomen dapat dibagi menjadi:1
1. Perlukaan organ padat seperti hati, limpa, pankreas, ginjal.
2. Perlukaan organ berongga seperti lambung, jejunum, kolon, buli-buli.
Perlukaan organ-organ ini dapat terjadi melalui beberapa mekanisme:
1. Benturan langsung
Misalnya hepar atau limpa yang menerima benturan langsung sehingga
terjadi ruptur atau laserasi, tergantung besarnya gaya yang diterima organ ini.
2. Cedera akselerasi-deselerasi
Cedera ini timbul akibat pada saat penderita telah berhenti melaju namun
organ-organ intra abdomen masih melaju, sehingga terjadi robekan pada
penggantungnya, misalnya saja robekan pada mesenterium, robekan pada
pedikel limpa.
3. Efek kantong kertas (paper bag effect)
Efek ini timbul jika kedua ujung organ berongga dalam kondisi tertutup dan
mendapat tekanan dari luar sehingga tekanan didalam mengalami
peningkatan secara mendadak yang jika melebihi kekuatan dinding akan

terjadi robekan. Efek kantong kertas ini hanya terjadi pada organ usus atau
paru
4. Perlukaan akibat memakai sabuk pengaman (seat belt)
Sabuk pengaman yang baik adalah tipe lap-shoulder belt yang jika dipakai
dengan benar yakni komponen panggul dari sabuk ini berada tepat di depan
tulang panggul bukan di depan perut. Meskipun begitu perlukaan masih
dapat terjadi yakni:
a. Patah tulang selangka
b. Patah tulang iga
c. Perlukaan organ intra abdomen

Patofisiologi
Mekanisme trauma tumpul abdomen1
1. Peningkatan tekanan intra-abdomen yang mendadak, memberikan tekanan
untuk merusak organ padat (to burst injury of solid organs) seperti hepar dan
limpa, atau rupture dari organ berongga seperti usus
2. Shearing forces, secara klasik dimulai dengan deselerasi secara cepat pada
kecelakaan lalu lintas, hal ini dapat merobek pedikel vasculer seperti
3.

mesentrium, porta hepatis and hilus limpa


Compression injury organ viscera terperangkap antara dua kekuatan yang
datang didinding anterior abdomen atau daerah thoraks dengan tulang lumbal
(kolumna vertebralis)

Pemeriksaan Fisik
Anamnesis mengandung data kunci yang dapat mengarahkan diagnosis gawat
abdomen. Riwayat trauma sangat penting untuk menilai penderita yang cedera dalam
tabrakan kendaraan bermotor meliputi : kejadian apa, dimana, kapan terjadinya dan
perkiraan arah dari datangnya ruda paksa tersebut. Sifat, letak dan perpindahan nyeri
merupakan gejala yang penting. Demikian juga muntah, kelainan defekasi dan
sembelit. Adanya syok, nyeri tekan, defans muskular, dan perut kembung harus
diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting. Sifat nyeri, cara timbulnya dan
perjalanan selanjutnya sangat penting untuk menegakkan diagnosis.
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi,

pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan
abdomen. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga
perlu diperhatikan.
Pemeriksaan fisik pada pasien trauma tumpul abdomen harus dilakukan secara
sistematik meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Pada inspeksi, perlu diperhatikan :
Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan petunjuk adanya
kemungkinan kerusakan organ di bawahnya.
Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan petunjuk perkiraan
organ-organ apa saja yang dapat mengalami trauma di bawahnya. Ekimosis
pada flank (Grey Turner Sign) atau umbilicus (Cullen Sign) merupakan
indikasi perdarahan retroperitoneal, tetapi hal ini biasanya lambat dalam
beberapa jam sampai hari.
Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda penting karena
kemungkinan adanya pneumoperitonium, dilatasi gastric, atau ileus akibat
iritasi peritoneal.
Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan pernafasan perut yang
tertinggal maka kemungkinan adanya peritonitis.
Pada palpasi, perlu diperhatikan :
Adanya defence muscular menunjukkan adanya kekakuan pada otot-otot
dinding perut abdomen akibat peritonitis.
Ada tidaknya nyeri tekan, lokasi dari nyeri tekan ini dapat menunjukkan
organ-organ yang mengalami trauma atau adanya peritonitis.
Pada perkusi, perlu diperhatikan :
Redup hati yang menghilang menunjukkan adanya udara bebas dalam rongga
perut yang berarti terdapatnya robekan (perforasi) dari organ-organ usus.
Nyeri ketok seluruh dinding perut menunjukkan adanya tanda-tanda peritonitis
umum.
Adanya Shifting dullness menunjukkan adanya cairan bebas dalam rongga
perut, berarti kemungkinan besar terdapat perdarahan dalam rongga perut.
Pada auskultasi, perlu diperhatikan :

10

Ditentukan apakah bising usus ada atau tidak, pada robekan (perforasi) usus
bising usus selalu menurun, bahkan kebanyakan menghilang sama sekali.
Adanya bunyi usus pada auskultasi toraks kemungkinan menunjukkan adanya
trauma diafragma.
Pemeriksaan rektal toucher dilakukan untuk mencari adanya penetrasi tulang akibat
fraktur pelvis, dan tinja harus dievaluasi untuk gross atau occult blood. Evaluasi tonus
rektal penting untuk menentukan status neurology pasien dan palpasi high-riding
prostate mengarah pada trauma salurah kemih.2

Kriteria trauma abdomen :

Hemodinamik tak stabil dengan penyebab tak diketahui


Shock hipovolemik dengan penyebab tak diketahui
Trauma thoraks berat
Trauma pelvik
Gangguan kesadaran
Base deficit yang jelas
Hematuria
Tanda-tanda objektif abdomen (nyeri tekan, defens muskular)
Mekanismenya terjadi trauma berat

Tanda cedera intra abdominal

Abdomen yang makin distensi


Kenaikan tekanan intraabdominal
Rangsang peritoneal (involuntary guarding)
Udara bebas

Radiologi
1.

Foto Polos Abdomen

11

Teknik radiografi yang optimal penting pada kecurigaan preforasi


abdomen. Paling tidak diambil 2 radiografi, meliputi radiografi abdomen
posisi supine dan foto dada posisi erect atau left lateral dekubitus. Udara bebas
walaupun dalam jumlah yang sedikit dapat terdeteksi pada foto polos. Pasien
tetap berada pada posisi tersebut selama 5-10 menit sebelum foto diambil.
Pada foto polos abdomen atau foto dada posisi tegak, terdapat gambaran
udara (radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (semilunar shadow)
diantara diafragma kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien.Juga bisa
tampak area lusen bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi
lateral dekubitus kiri, didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari
hepar dan permukaan peritoneum. Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak
triangular sign seperti segitiga (triangular) yang kecil-kecil dan berjumlah
banyak karena pada posisi miring udara cenderung bergerak ke atas sehingga
udara mengisi ruang-ruang di antara incisura dan dinding abdomen lateral.
Pada proyeksi abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat
yang meliputi falciform ligament sign dan Rigler`s sign.
Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri dimana udara
bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hati dan permukaan
peritoneum dan dapat digunakan untuk setiap pasien yang sangat sakit.
Tanda peritoneum pada foto polos diklasifikasikan menjadi
pneumoperitoneum kecil dan pneumoperitoneum dalam jumlah besar yang
berkaitan

dengan

lebih

dari

1000

ml

udara

bebas.

Gambaran

pneumoperitoneum dengan udara dalam jumlah besar antara lain:


12

Football sign, yang biasanya menggambarkan pengumpulan udara


di dalam kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak
membungkus seluruh kavum abdomen, mengelilingi ligamen
falsiformis sehingga memberi jejak seperti bola sepak.
Gas-relief sign, Rigler sign, dan double wall sign yang
memvisualisasikan dinding terluar lingkaran usus disebabkan udara
di luar lingkaran usus dan udara normal intralumen.
Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak
terlihat pada foto polos abdomen. Urachus memiliki opasitas yang
sama dengan struktur jaringan lunak intraabdomen lainnya, tapi
ketika terjadi pneumoperitoneum, udara tampak melapisi urachus.
Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah bagian bawah
abdomen yang berjalam dari kubah vesika urinaria ke arah
kepala.Dasar urachus tampak sedikit lebih tebal daripada apeks.
Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah
epigastrik inferior dapat terlihat sebagai huruf V terbalik di daerah
pelvis sebagai akibat pneumoperitoneum dalam jumlah banyak.
Telltale triangle sign menggambarkan daerah segitiga udara diantara
2 lingkaran usus dengan dinding abdomen.
Udara skrotal dapat terlihat akibat ekstensi intraskrotal peritoneal
(melalui prosesus vaginalis yang paten).
Udara di dalam sakus lesser dapat terlihat, terutama jika perforasi
dinding posterior abdomen.
Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum
sigmoid

dapat

terjadi

yang

berkaitan

dengan

tanda

pneumoperitoneum

Riglers sign

13

Teltltale triangle sign

Triangular sign
Udara bebas intraperitoneal tidak terlihat pada sekitar 20-30% yang lebih
disebabkan karena standardisasi yang rendah dan teknik yang tidak
adekuat.Foto polos abdomen menjadi pencitraan utama pada akut abdomen,
termasuk pada perforasi viskus abdomen. Udara sesedikit 1 ml dapat dideteksi
dengan foto polos, baik foto torak posisi berdiri atau foto abdomen posisi left
lateral decubitus.
Tidak jarang, pasien dengan akut abdomen dan dicurigai mengalami
perforasi tidak menunjukkan udara bebas pada foto polos abdomen.Diagnosis
banding biasanya meliputi kolesistitis akut, pankreatitis, dan perforasi ulkus.
Sebagai tambahan pemeriksaan, sekitar 50 ml kontras terlarut air diberikan
secara oral atau lewat NGT pada pasien dengan posisi berbaring miring ke
kanan.3

14

2.

DIAGNOSTIC PERITONEAL LAVAGE (DPL)3

Root and Collagnes 1965 Metode pemeriksaan ini cepat, murah, akurat, aman
untuk menilai cedera intraperitonal trauma tumpul maupun trauma tembus abdomen
Indikasi DPL
1. Equivocal : Gejala klinik yg meragukan misalnya trauma jaringan lunak lokal
disertai dengan trauma tulang yang gejala kliniknya saling mengaburkan.
2. Unreliable : Kesadaran pasien menurun setelah trauma kepala /intoksikasi.
3.

Impractical : Mengantisipasi kemungkinan pasien membutuhkan pemeriksaan


yang lama waktunya seperti angiografi atau anastesi umum yg lama untuk
trauma lainnya.

Kontra Indikasi

Absolute: indikasi yang jelas untuk tindakan laparotomi

Relative: secara teknik sulit dilakukan seperti kegemukan, pembedahan


abdominal sebelumnya, kehamilan lanjut

Kelemahan DPL : Tidak bisa evaluasi trauma diaphragma dan retroperitoneal.


Komplikasi DPL : Perdarahan sekunder pd injeksi anestesi lokal, insisi kulit atau
jaringan bawah kulit yang akan memberikan false positif. Peritonitis akibat perforasi
usus. Robek kandung kencing, Cidera pada struktur abdomen, Infeksi luka didaerah
pencucian (komplikasi tertunda)
3.

CT SCAN ABDOMEN
CT merupakan kriteria standar untuk mendeteksi pneumoperitoneum,
yang lebih sensitif dibanding foto polos abdomen. Namun, CT tidak selalu
dibutuhkan jika dicurigai pneumoperitoneum dan lebih mahal dan memiliki
efek radiasi yang besar. CT berguna untuk mengidentifikasi bahkan sejumlah
kecil udara intraluminal, terutama ketika temuan foto polos abdomen tidak
spesifik. CT kurang terpengaruh oleh posisi pasien dan teknik yang digunakan.
Namun, CT tidak selalu dapat menbedakan antara pneumoperitoneum yang

15

disebabkan oleh kondisi benigna atau kondisi lain yang membutuhkan operasi
segera. Pneumoperitoneum dengan udara di anterior kadang sulit dibedakan
dengan udara pada usus yang dilatasi. Sebagai tambahan, dengan CT sulit
untuk melokalisasi perforasi, adanya udara bebas pada peritoneum merupakan
temuan nonspesifik. Hal ini dapat disebabkan oleh perforasi usus, paska
operasi, atau dialisis peritoneal.
Pada posisi supine, udara yang terletak di anterior dapat dibedakan dengan
udara di dalam usus.Jika ada perforasi, cairan inflamasi yang bocor juga dapat
diamati di dalam peritoneum.Penyebab perforasi kadang dapat didiagnosis.
Pada CT dan radiologi konvensional, kontras oral digunakan untuk
mengopasitaskan

lumen

GIT

dan

memperlihatkan

adanya

kebocoran.Pemeriksaan kontras dapat mendeteksi adanya kebocoran kontras


melalui diniding usus yang mengalami perforasi; namun, dengan adanya ulkus
duodenum perforasi dengan cepat ditutupi oleh omentum sehingga bisa tidak
terjadi ekstravasasi kontras.
Indikasi CT SCAN Abdomen:
Pasien dengan keadaan umum yang stabil
Delayed presentation gejala muncul lebih dari 24 jam setelah trauma

4.

USG FAST (UltraSonografi Focus Abdominal Sonografi for Trauma)


Pada pencitraan USG, pneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier
peningkatan ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau distal ring down.
Pengumpulan udara terlokalisir berkaitan dengan perforasi usus dapat dideteksi,
terutama jika berdekatan dengan abnormalitas lainnya, seperti penebalan
dinding usus. Dibandingkan dengan foto polos abdomen, ultrasonografi
memiliki keuntungan dalam mendeteksi kelainan lain, seperti cairan bebas
intraabdomen dan massa inflamasi.
USG bernilai terutama pada pasien dimana radiasi menjadi masalah
seperti pada anak-anak, wanita hamil, dan usia reproduktif. Namun, USG sangat
tergantung pada kepandaian operator, dan terbatas penggunaannya pada orang

16

obesitas dan yang memiliki udara intra abdomen dalam jumlah besar. USG tidak
dipertimbangkan

sebagai

pemeriksaan

definitif

untuk

menyingkirkan

pneumoperitoneum.
Gambaran yang dapat mengimitasi pneumoperitoneum meliputi bayangan
sebuah costa, artifak ring-down dari paru yang terisi udara, dan udara kolon
anterior yang interposisi terhadap liver. Udara di kuadran kanan atas dapat
keliru dengan kolesistitis emfisematosa, kalsifikasi mural, kalsifikasi vesika
fellea, vesika fellea porselen, adenomiosis, udara di dalam abses, tumor, udara
bilier, atau udara di dalam vena porta. Udara intraperitoneal sering sulit
dideteksi daripada udara di lokasi abnormal karena udara intralumen di
sekitar.Namun, bahkan sejumlah kecil udara bebas dapat dideteksi secara
anterior atau anterolateral diantara dinding abdomen dan dekat liver, dimana
lingkaran usus biasanya tidak ditemukan.Sulit untuk membedakan udara
ekstralumen dengan udara intramural atau intraluminal.

FAST Subcostal View normal dan abnormal

17

FAST Kuadran kanan atas normal dan abnormal

FAST Kuadran Kiri atas normal dan abnormal

FAST suprapubik view normal dan abnormal


Keuntungan USG FAST

More operator dependent

Peningkatan resolusi ultrasound, prosedur lebih cepat, non invasif, murah

USG dapat dengan cepat menunjukan cairan bebas intraperitoneal dan


trauma organ padat, mampu mengevaluasi daerah retroperitonium.

USG kurang mampu untuk mengidentifikasi perforasi organ berongga.4

Keuntungan Kerugian

18

Keuntungan

Kerugian

Pem. Klinik

Cepat, noninvasif

Tidak meyakinkan

DPL

Cepat, tidak mahal

Invasif,

Sensitive >90% deteksi darah

USG FAST

sensitif,

spesifiknya terbatas
False

Complikasi minimal

terlalu

(+)

pada

pelvic

fracture

Cepat, Noninvasif, Mudah, dapat Tergantung operator


dilakukan bed side

CT Scan

Organ

specific,

informasi Butuh jarak waktu ke ruang

retroperitoneal

CT Scan

Penentuan Grading injury

Potensial alergi thd kontras

Estimasi jumlah perdaharan


Dapat untuk Follow Up Serial
Laparoskopi

Organ specifik

Nyeri, perlu anastesi umum

Laparotomi

Sangat spesifik

Komplikasi, mahal

Kesimpulan
Trauma tumpul abdomen dapat menimbulkan perforasi organ berongga yang
menyebabkan terkumpulnya udara bebas dalam kavum abdomen yang disebut
pneumoperitoneum. Pneumoperitoneum dideteksi dengan pemeriksaan radiologis foto
polos abdomen, CT scan, dan ultrasonografi. Pada foto polos abdomen,
pneumoperitoneum paling baik terlihat dengan posisi lateral dekubitus kiri yang
menunjukkan gambaran radiolusen antara batas lateral kanan dari hati dan permukaan
peritoneum.

CT

scan

merupakan

kriteria

standar

untuk

mendeteksi

pneumoperitoneum, namun tidak selalu dibutuhkan jika dicurigai pneumoperitoneum


dan lebih mahal serta memiliki efek radiasi yang besar. Dengan USG,
pneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier peningkatan ekogenisitas dengan
artifak reverberasi atau distal ring down. Foto polos abdomen menjadi pencitraan

19

utama pada akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus abdomen, walaupun
pencitraan standar adalah dengan USG.

DAFTAR PUSTAKA

1. Charles B, Dana KA, Timothy RB, dkk. Schwartzs Principles of Surgery 9th
Edition. Texas : Mc Graw Hills. 2010.
2. Mary C Mancini. Blunt Chest Trauma. Lousiana State University : Lousiana.
2014 available at http://emedicine.medscape.com/article/428723-overview.
diakses tanggal 20 Agustus 2015
3. Collins, Jannette and Eric J. Stern. Chest Trauma. In Chest Radiology. 2nd
Edition. Washington; Lippincott Williams & Wilkins. 2008
4. Sjamsuhidajat, De jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2007.

20

Anda mungkin juga menyukai