Anda di halaman 1dari 5

Memetik Hikmah dari Peristiwa Isra Miraj

Rabu, 20 April 2016 12:00Khotbah

Khutbah I





mulia, yang jumah jamaah Hadirin
takwa meningkatkan kita mari semua, Anda kepada dan sendiri saya diri kepada berwasiat Saya
serta perintah-Nya semua melaksanakan tenaga sekuat berusaha dengan SWT Allah kepada kita
Rajab, bulan memasuki telah semua kita bahwa maklum Telah larangan-laranga--Nya. menjauhi
doa memanjatkan sampai Rajab bulan memperhatikan dalam Muhammad Nabi mulia. yang bulan
Ahmad: Musnad dalam Malik Ibn Anas oleh diriwayatkan sebagaimana yang

Engkau semoga Syaban, dan Rajab bulan pada kami memberkahi Engkau semoga Allah, Ya
Ramadlan. bulan dengan kami pertemukan
menjadi Ia Ramadlan. bulan menyambut untuk awal persiapan merupakan Rajab bulan Seolah-olah
bulan yaitu setelahnya, jatuh yang bulan pada penting ibadah-ibadah rangkaian dari tonggak
berkata: ulama Sebagian Ramadlan. dan Syaban

















Rajab adalah bulan menanam, Syaban adalah bulan untuk menyirami, dan Ramadlan adalah
bulan panen.
Maka dari itu, marilah kita gunakan bulan Rajab ini dengan sebaik-baiknya dengan memperbanyak
amal saleh, istighfar, sedekah, puasa dan lain sebagainya.
Hadirin jamaah jumah yang berbahagia,
Sebagaimana kisah yang telah masyhur, pada bulan Rajab juga terdapat peristiwa ajaib dan
mengagumkan, berupa isra wal miraj, perjalanan nabi dari Masjidil Haram sampai Masjidil Aqsha
kemudian menuju Sidratul Muntaha. Berikut beberapa kisah yang dapat kita petik dari cerita Isra
dan Miraj tersebut.
Pertama, Isra dan Miraj adalah perkara yang haq karena sharih (sangat jelas dan eksplisit)
disebutkan dalam Al-Quran, sebuah kejadian yang pasti terjadi, pasti benar, tak ada keraguan
sama sekali meskipun akal manusia tidak dapat menjangkau.

Semua hal aneh ini terjadi dalam rangka menguji dan mengukur ketebalan iman seseorang, sebab
manusia tersesat adalah orang yang hanya mengukur sebuah kebenaran hanya bersandar pada
akal semata.
Kita harus menghindari arus pemikir yang hanya membanggakan akal dengan mengesampingkan
kekuatan Allah yang lain. Karena tidak mustahil jika pola pikir demikian dilestarikan akan
menjadikan ajaran agama yang tidak cocok dengan akal akan ditolak dan diingkari, naudzubillahi
min dzalik. Padahal model demikian adalah cara pandang iblis.

Iblis itu disifati dengan

( makhluk yang pertama kali

mengukur kebenaran agama dengan akalnya sendiri).

Kedua, sebelum Nabi Muhammad menghadap Allah SWT (miraj), beliau dibedah dadanya,
dibersihkan hatinya meskipun hati Nabi sebenarnya sudah pasti bersih karena
beliau mashum (suci dari dosa). Sebagaimana yang ditulis pengarang Simthut Durrar, Habib Ali Al
Habsyi:


Malaikat tidak menghilangkan kotoran dari hati Nabi, tetapi agar hati yang suci semakin menjadi
suci.
Pembersiahan hati ini dilakukan sebelum Rasulullah menerima tugas shalat lima waktu. Ini juga
pelajaran bagi kita sebagai umatnya yang banyak dosa bahwa saat akan menghadap Allah SWT
hendaknya lebih dahulu kita bersihkan hati kita masing-masing. Maksudnya, apabila kita shalat
harus dimulai dengan hati yang suci, khusyu tidak memikirkan bab dunia. Sampai Allah SWT
berfirman menggunakan lafadz "

" tidak "


dan rukun melakukan penting Filusshalh yang filusshalh. dengan sama Iqmatusshalh tidak ".
adalah: maknanya Iqmatusshalh yang Tetapi filusshalh. disebut sudah shalat syarat











syarat-rukun dhahir dan yang shalat syarat-rukun menjalankan dengan shalat Melaksanakan
khusyu. yaitu yangbathin, shalat
Hadirin,
?khusyu dengan shalat melaksanakan dapat agar bagaimana Lalu


dapat engkau Bagaimana "


" ditanya Asham Al Hatim

menjawab: ia Maka ?shalatmu dalam khusyu




depanku di ada Kabah membayangkan berdiri Aku






di ada neraka kananku, sebelah di ada surga kakiku, telapak bawah di Shirath membayangkan Aku
belakangku. di ada maut malakul dan kiriku sebelah
hafidzakumullah, Hadirin
Al- dalam dimaksud yang shalat bahwa memahami dapat semua kita tadi, keterangan Dengan

yang Quran
harus namun filusshalh hanya tidak biasa, shalat bukan itu
suci. hati dan hudlr khusyu, benar-benar yang shalat Iqmatussahlh,
dalam dimudahkan baik, semakin menjadi dapat kita keluarga dan semua, kita Semoga
surga masuk akhirnya dan SWT Allah ridha mendapat SWT, Allah perintah semua melaksanakanAmin. Nya.
Khutbah II


,


,




H. M. Shofi Al Mubarok Baedlowie / Ahmad Mundzir

Anda mungkin juga menyukai