Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan pendidikan saat ini telah menunjukkan hasil yang cukup

signifikan bagi pembangunan nasional. Pendidikan dipandang sebagai salah


satu dari berbagai investasi yang dianggap sangat menentukan dalam upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Namun, kemajuan yang telah
dialami

dalam

pembangunan

nasional

terasa

belum

optimal

karena

terjadinya kesenjangan keberhasilan pembangunan yang bervariasi antar


daerah di Indonesia.
Upaya perbaikan di bidang pendidikan merupakan suatu keharusan
untuk selalu dilaksanakan agar masyarakat dapat maju dan berkembang
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa upaya
yang dilaksanakan antara lain penyempurnaan kurikulum, peningkatan
kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan sarana-sarana
pendidikan, program sertifikasi guru, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan terciptanya sumber daya manusia yang
berkualitas karena pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan
manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai
individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat.
Semua keberhasilan agenda reformasi pendidikan pada akhirnya
ditentukan oleh unsur yang berada paling depan, yaitu guru. Dalam dunia
pendidikan, peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat
signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran.
Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah
air tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan
eksistensi guru itu sendiri.
Di lain pihak, kondisi dunia pendidikan sekarang ini dihadapkan pada
masalah yang kompleks. Persoalan pendidikan tidak hanya bertaut pada
masalah gedung sekolah yang hampir runtuh, tetapi juga pada persoalan

klasik, yakni kurangnya tenaga guru, guru yang mengajar tidak sesuai
dengan latar belakang pendidikan (mismatch), kualifikasi rendah, disparitas
kompetensi, dan distribusi. Hal ini dapat dibuktikan oleh kondisi Indonesia
saat ini yang masih kekurangan 200.000 tenaga guru (Ditjen PMPTK, 2010).
Kekurangan guru terbesar adalah tenaga guru SD kemudian berturut-turut
SMP, SMA dan SMK, dan TK.
Jika dicermati pada banyak kasus, sebenarnya bukan kekurangan guru
yang terjadi, tetapi pendistribusian guru yang tidak efektif. Beberapa guru
mempunyai kelas yang sangat kecil dan yang lainnya ada guru yang
mempunyai kelas yang terlalu banyak siswa, dan kedua-duanya tidak efektif
dan efisien. Umumnya, jumlah guru pada daerah perkotaan cukup bahkan
pada beberapa sekolah berlebih. Terkonsentrasinya guru di perkotaan
menyebabkan sekolah di pedesaan mengalami kekurangan guru. Kenyataan
sekarang ini, rasio guru dan siswa di Indonesia 1 : 14, berarti sudah ideal
karena melampaui rasio guru dan murid di negara maju seperti Korea
Selatan 1 : 30, Jepang 1 : 20, dan Malaysia 1 : 25. Namun, karena
pendistribusian guru yang tidak merata mengakibatkan menumpuknya guruguru

di

sekolah

perkotaan,

sedangkan

di

sekolah

pedesaan

masih

kekurangan guru. Sekitar 76 % sekolah di perkotaan mengalami kelebihan


guru, sementara 83 % sekolah di pelosok dan pedesaan kekurangan guru
(Ditjen Dikti, 2010).
Persoalan

distribusi

guru

hampir

terjadi

di

seluruh

Indonesia.

Akibatnya, pada daerah yang kekurangan guru, guru harus mengajarkan


beberapa mata pelajaran dan harus mengajar lebih dari satu kelas.
Sebaliknya, pada daerah yang kelebihan guru, pemberlakuan jumlah jam
mengajar 24 jam tatap muka per minggu bagi guru bersertifikat pendidik
tidak dapat terpenuhi. Jumlah guru yang telah lulus sertifikasi sampai
dengan tahun 2010 sebanyak 753.155 orang (PMPTK, 2010). Ternyata bagi
guru yang sudah disertifikasi pun muncul masalah karena kesulitan
memenuhi jumlah jam mengajar yang merupakan kewajibannya sebanyak
24 jam mengajar per minggu. Akibat lain dari persoalan distribusi dan

kesulitan pemenuhan 24 jam tatap muka per minggu tersebut adalah


terjadinya mismatch. Menurut data yang dikeluarkan PMPTK (2007) terdapat
16,22% guru-guru yang mismatch. Dari lima bidang studi yang diteliti saat
itu terdapat mismatch pada PKN 15,22%; Pendidikan Agama sebesar
20,80%; Tata Niaga sebesar 27,88%; Fisika sebesar 15,53%; dan Seni
sebesar 52,93%.
Dampak tidak terpenuhinya kewajiban mengajar minimal 24 jam tatap
muka per minggu produktivitas guru menjadi rendah dan ketidakefisienan
anggaran. Selain itu, mismatch berdampak pada rendahnya kualitas
pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas pendidikan
secara nasional.
Alternatif solusi yang dapat ditempuh adalah menambah jumlah
rombongan belajar (rombel) dan atau guru mencari (sendiri) tambahan jam
mengajar ke sekolah lain. Dari dua alternatif itu, solusi pertama adalah yang
paling

tepat,

namun

sulit

untuk

dilaksanakan.

Hal

ini

dikarenakan

penambahan rombel akan berdampak pada diperlukannya ruang kelas baru,


perangkat teknis lain, seperti sarana pembelajaran seperti buku penunjang,
laboratorium, dan alat-alat peraga pembelajaran. Selain itu, pemekaran
jumlah rombel juga berdampak pada membengkaknya dana operasional
sekolah dan rendahnya tingkat ketercapaian proses pembelajaran.
Solusi kedua juga sulit untuk dilaksanakan, mengingat setiap sekolah
mengalami kesulitan yang sama. Setiap guru tidak mempunyai data akurat
untuk memilih sekolah mana yang masih membutuhkan tambahan tenaga
pengajar. Kalaupun ada, belum tentu mengakomodasi jenis mata pelajaran
yang dibutuhkan. Terutama dirasakan oleh guru-guru mata pelajaran nonujian nasional (UN) yang jumlah jam mengajarnya dua jam per minggu.
Untuk
kompetensi

mengatasi
alternatif

kesulitan
yang

tersebut,

merupakan

para

guru

kompetensi

harus

memiliki

tambahan

selain

kompetensi utama. Pemilikan kompetensi tambahan dapat dilakukan melalui


penambahan pendidikan akademik baik bagi mereka yang masih menempuh
atau sudah lulus S1 kependidikan maupun guru dalam jabatan yang telah

bersertifikat

pendidik.

Hal

ini

dapat

dilakukan

melalui

Program

S1

Kependidikan dengan Kewenangan Tambahan (Program S1 KKT).


Hal yang perlu menjadi perhatian terkait dengan Program S1 KKT
adalah bahwa program ini harus tetap sejalan dengan prinsip-prinsip
profesionalitas guru dan peraturan perundangan yang berlaku.

Dalam

konteks di SD, kewenangan utama guru SD adalah sebagai guru kelas


dengan kewenangan tambahan sebagai guru SMP pada salah satu dari lima
(5) mata pelajaran pokok di SD (Bahasa Indonesia, PKn, Matematika, IPA,
IPS). Pada tingkat SMP dan SMA, kewenangan utama sebagai guru pada satu
mata pelajaran, ditambah dengan kewenangan tambahan pada salah satu
mata pelajaran yang berada dalam satu rumpun, atau mata pelajaran lain
yang memiliki substansi keilmuan yang dekat. Sedangkan untuk guru SMK,
kewenangan tambahan adalah kewenangan utama sebagai guru pada salah
satu mata pelajaran produktif dengan kewenangan tambahan sebagai guru
pada salah satu mata pelajaran adaptif yang relevan. Untuk pelaksanaan
Program S1 KKT ini diperlukan adanya pedoman pelaksanaan.

Dasar Hukum

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang


Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang


Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11/P Tahun 2011 tentang


Sertifikasi Guru dalam Jabatan.

Tujuan
Program S1 KKT ini bertujuan menghasilkan guru dan calon guru yang

memiliki keunggulan dalam kompetensi sebagai guru profesional dengan


kewenangan tambahan mengajar mata pelajaran lain di luar kewenangan
utama.
Tujuan penyusunan pedoman ini adalah sebagai berikut.

Memberi acuan bagi LPTK dalam menyelenggarakan Program S1 KKT.

Memberi arah bagi LPTK penyelenggara Program S1 KKT agar sesuai


dengan prosedur dan persyaratan minimal yang harus dipenuhi.

Menjadi

acuan

minimal

dalam

penjaminan

mutu

penyelenggaraan

Program S1 KKT.

BAB II
PROFIL LULUSAN DAN PESERTA PROGRAM
Dalam rangka menghasilkan guru dan calon guru yang memiliki
kompetensi dengan kewenangan tambahan sebagaimana dijelaskan pada
Bab 1 maka dideskripsikan profil lulusan dan persyaratan peserta program.

Profil Lulusan

Profil lulusan dibedakan menjadi profil umum dan profil khusus sebagai
berikut.

Profil Umum
Guru memiliki peran sentral dalam proses pembelajaran di sekolah,

mulai

dari

jenjang

pendidikan

usia

dini

sampai

sekolah

menengah.

Kedudukan guru dalam sistem persekolahan menempati posisi strategis,


berada di garis paling depan, mengajar di depan kelas, menghadapi dan

mengatasi secara langsung berbagai persoalan yang terjadi dengan peserta


didik di kelas dan di sekolah, baik yang bersifat akademik maupun yang
bersifat nonakademik. Keberhasilan peserta didik menguasai pengetahuan
dan mengasah ketajaman keterampilan, bergantung kepada guru dalam
memberi arahan, tuntutan, bimbingan, dan keteladanan yang baik. Dengan
demikian, guru bukan hanya menjadi ujung tombak pendidikan di sekolah,
tetapi juga menjadi kunci keberhasilan pendidikan secara nasional. Profil
umum lulusan Program S1 KKT sebagai berikut.

Religius dan Berkarakter Kuat


Guru memiliki sifat religius, taat beragama dan mengamalkan ajaran

agama yang dianutnya dengan sungguh-sungguh dalam bersikap dan


berperilaku sehari-hari, sehingga dapat menjadi teladan dan panutan bagi
peserta didik dan masyarakat di lingkungannya. Guru memiliki karakter yang
kuat sebagai hasil dari olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa/karsa.
Karakter yang kuat tercermin pada nilai utama karakter: jujur, cerdas,
tangguh dan peduli.

Jujur adalah lurus hati, tulus, ikhlas, menyatakan apa adanya; terbuka;
konsisten antara yang dikatakan dan yang dilakukan; berani berkata
benar; dapat dipercaya; dan tidak curang.

Cerdas adalah berfikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan penuh
perhitungan; rasa ingin tahu yang tinggi; berkomunikasi efektif dan
empatik; bergaul secara santun; menjunjung kebenaran dan kebajikan;
mencintai Tuhan dan lingkungan

Tangguh adalah pantang menyerah; andal; kuat berpendirian; disiplin;


tabah; dan memiliki kemampuan bertahan hidup (survival) yang tinggi.

Peduli adalah memperlakukan orang lain dengan sopan; bertindak santun;


toleran terhadap perbedaan; tidak suka menyakiti orang lain;

mau

mendengar orang lain; mau berbagi; tidak merendahkan orang lain; tidak
mengambil keuntungan dari orang lain; mampu bekerjasama; mau

terlibat dalam kegiatan masyarakat; menyayangi manusia dan makhluk


lain; setia; cinta damai dalam menghadapi persoalan.

Unggul dalam Kompetensi Pedagogik dan Profesional


Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan


kepada peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemampuan
pengelolaan pembelajaran seorang guru dicerminkan dengan memahami
landasan

kependidikan,

mengembangkan

memahami

kurikulum

atau

perkembangan

silabus,

peserta

merancang

didik,

pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, memanfaatkan


teknologi pembelajaran, melakukan evaluasi hasil belajar, mendorong
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya,
dan memiliki kemampuan belajar sepanjang hayat.
Kompetensi

profesional

menguasai

pengetahuan

teknologi,

dan/atau

merupakan

kemampuan

dan keterampilan bidang

seni

dan

budaya

yang

guru

ilmu

dalam

pengetahuan,

diampunya serta

mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Guru sekurangkurangnya memiliki (a) penguasaan materi pelajaran secara

luas dan

mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata


pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampu, dan

(b)

penguasaan konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni


yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan
program satuan pendidikan,

mata pelajaran, dan/atau kelompok mata

pelajaran yang diampu.

Kuat dalam Kompetensi Kepribadian dan Sosial


Guru yang unggul dalam kompetensi kepribadian dapat menunjukkan

sosok utuh guru yang mencerminkan ciri-ciri dan sifat-sifat berakhlak mulia,
arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur,

sportif, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan


diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Kompetensi sosial dapat berupa berkomunikasi lisan, tulisan dan/atau
isyarat,

menggunakan

teknologi

komunikasi

dan

informasi

secara

fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,


tenaga kependidikan orang tua/wali peserta didik, bergaul secara santun
dengan masyarakat sekitar.

Efektif dalam Berkomunikasi


Sebagai anggota masyarakat, guru dapat berkomunikasi melalui lisan,

tulisan, atau isyarat secara santun, menggunakan


dan

teknologi

komunikasi

informasi secara fungsional. Guru juga dapat bergaul secara efektif

dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga

kependidikan,

pimpinan

satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan bergaul secara
santun

dengan masyarakat sekitar dengan

mengindahkan

norma

dan

sistem nilai yang berlaku, serta menerapkan prinsip persaudaraan sejati


dan semangat kebersamaan.
Komunikasi merupakan unsur penting dalam proses pembelajaran.
Guru

harus

memberikan

memiliki

kemampuan

kejelasan

pesan

komunikasi

yang

yang

disampaikan,

baik

dan

dapat

sehingga

tidak

menimbulkan kesalahan informasi yang diterima. Kemampuan komunikasi


guru yang hebat dicirikan dengan penyampaian pesan yang sistematis dan
runtut, menggunakan bahasa baku, intonasi suara yang tepat, dan
penggunaan bahasa tubuh yang sesuai.

Jujur dan Berwibawa


Pendidikan membantu peserta didik memiliki kepribadian merdeka,

sehat fisik, sehat mental, cerdas dan menjadi anggota masyarakat yang
berguna. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan guru yang jujur dan
berwibawa

serta

berkemampuan

mewujudkan

nilai-nilai

kemanusiaan,

memiliki citra diri yang positif, memiliki etos kerja dan komitmen yang tinggi
dan sifat empati yang tinggi.

Berpenampilan Menyenangkan
Guru memiliki penampilan yang mantap, meyakinkan dalam setiap

langkah, sikap, dan tutur kata, sehingga memberi kesan baik dan mendalam
bagi peserta didik. Selain itu, guru memiliki sifat kepemimpinan yang tegas,
disiplin, taat aturan, dan teguh dalam pendiriannya yang digunakan sebagai
bekal untuk membina, mengarahkan, membimbing, dan menuntun peserta
didik menjadi manusia yang cerdas, bermanfaat, dan bertanggung jawab.
Dengan penampilan yang mantap tersebut dapat membetahkan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran.

Memiliki Etos Kerja dan Komitmen Tinggi


Etos kerja merupakan nilai yang dianut seseorang dalam menempuh

kehidupannya yang terkait dengan kerja. Etos kerja yang dimiliki seseorang
akan mewarnai komitmen kerja seseorang. Etos kerja sebagai suatu nilai
yang mewarnai perilaku kerja seseorang, pembentukannya dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal yang dianut seseorang. Dalam hubungan
dengan menjalankan jabatan profesional guru, maka

peningkatan kinerja

guru perlu dilakukan pembinaan sejak mereka menempuh pendidikan


akademik, dalam rangka meningkatkan etos kerja dan komitmen terhadap
pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan.

Profil Khusus
Profil khusus lulusan yang diharapkan sebagai berikut.

Memiliki Kewenangan Tambahan Vertikal


Kewenangan tambahan vertikal adalah lulusan program S1 KKT yang

mampu melaksanakan tugas mengajar bidang studi utama pada jenjang


pendidikan yang berbeda, yaitu pada SD/MI dan SMP/MTs atau SMP/MTs
dengan SMA/MA/SMK.

Memiliki Kewenangan Tambahan Horizontal


Kewenangan tambahan horizontal adalah lulusan Program S1 KKT

mampu melaksanakan tugas mengajar bidang studi lain yang serumpun


dengan bidang studi utamanya pada jenjang pendidikan yang sama.

Memiliki Kewenangan Tambahan Bidang Khusus


Kewenangan tambahan bidang khusus adalah lulusan Program S1 KKT

mampu melaksanakan tugas di luar kewenangan utamanya. Kewenangan ini


khusus diperuntukkan bagi peserta program S1 KKT yang telah bersertifikat
pendidik, namun tidak mengajar sesuai dengan bidang studi utamanya.

Peserta Program S1 KKT

Persyaratan Peserta
Peserta Program S1 KKT dibedakan menjadi Kelompok A, Kelompok B,

dan Kelompok C.

Kelompok

adalah

mahasiswa

S1

Kependidikan

yang

telah

menyelesaikan seluruh mata kuliah kewenangan utama selain skripsi dan


sedang menulis skripsi.

Kelompok B

adalah lulusan S1 Kependidikan yang belum menjadi

guru/belum memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan


(NUPTK).

Kelompok C adalah Guru telah bersertifikat pendidik dan berkualifikasi S1


tetapi mengajar tidak sesuai kewenangan utamanya (mismatch) atau
tidak dapat memenuhi kewajiban mengajar minimal 24 jam tatap muka
per minggu.
Persyaratan untuk masing-masing kelompok peserta sebagai berikut.

Kelompok A

Mahasiswa S1 program studi kependidikan yang serumpun dengan


bidang studi yang akan diambil pada Program S1 KKT

Telah

menyelesaikan

seluruh

mata

kuliah,

kecuali

skripsi

yang

dibuktikan dengan Transkrip Akademik yang telah disyahkan oleh


pejabat yang berwenang;

IPK minimal 3,00;

Proposal skripsi (tugas akhir) yang telah disetujui oleh pembimbing;

Bersedia mengikuti Program S1 KKT sesuai dengan peraturan yang


berlaku;

Berbadan sehat dibuktikan dengan surat keterangan dokter;

Berkelakuan baik dan bebas napza (narkotika, psikotropika, dan zat


aditif lainnya) dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi yang
berwenang;

Mendapatkan izin/rekomendasi tertulis sebagai calon mahasiswa S1


KKT dari Dekan; dan

Persyaratan

lain

yang

ditentukan

di

masing-masing

LPTK

penyelenggara.

Kelompok B

Berijazah S1 Kependidikan dari LPTK yang terakreditasi pada Program


Studi yang serumpun dengan yang akan diambil pada Program S1 KKT

IPK minimal 3,00

Bersedia mengikuti Progam S1 KKT sesuai dengan peraturan yang


berlaku;

Berbadan sehat dibuktikan dengan surat keterangan dokter;

Berkelakuan baik dan bebas napza (narkotika, psikotropika, dan zat


aditif lainnya) dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi yang
berwenang;

Tidak menuntut diangkat sebagai PNS setelah menyelesaikan studi


Program S1 KKT; dan

Persyaratan

lain

yang

ditentukan

di

masing-masing

LPTK

penyelenggara.

Kelompok C

Bersertifikat pendidik tetapi tidak sesuai dengan bidang studi utama


pada ijazah S1;

Memiliki

kualifikasi

akademik

S1

Kependidikan

dari

LPTK

yang

terakreditasi;

Memiliki NUPTK;

Bersedia mengikuti Program S1 KKT sesuai dengan peraturan yang


berlaku;

Bersedia ditugaskan kembali di wilayah asal yang telah ditentukan


setelah lulus Program S1 KKT;

Berbadan sehat dibuktikan dengan surat keterangan dokter;

Berkelakuan baik dan bebas napza (narkotika, psikotropika, dan zat


aditif lainnya) dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi yang
berwenang;

Mendapatkan izin/rekomendasi tertulis sebagai calon peserta Program


S1 KKT dari pemerintah daerah setempat; dan

Persyaratan

lain

yang

ditentukan

di

masing-masing

LPTK

penyelenggara.

Rekrutmen Peserta
Sistem perekrutan harus mampu menjaring dan menyaring putra-putri

terbaik bangsa untuk menjadi pendidik profesional. Untuk memperoleh


masukan seperti di atas, sistem perekrutan mahasiswa program S1 KKT
dilaksanakan sesuai ketentuan sebagai berikut.

Seleksi Administrasi

Calon Peserta Program S1 KKT Kelompok A dan B

Calon

peserta

mendaftar

ke

LPTK

penyelenggara

dengan

menyerahkan dokumen sebagai berikut:

Formulir pendaftaran calon peserta program;

Fotokopi ijazah S1 dan Transkrip Nilai yang sudah dilegalisasi


oleh pejabat berwenang (khusus Kelompok B);

Fotokopi

Transkrip

Nilai

yang

dilegalisasi

oleh

pejabat

berwenang;

Proposal penelitian skripsi yang disahkan oleh pembimbing


dan pimpinan jurusan/prodi (Khusus Kelompok A);

Surat pernyataan kesediaan mengikuti Program S1 KKT sesuai


peraturan yang berlaku;

Surat pernyataan tidak menuntut diangkat sebagai PNS


setelah yang bersangkutan menyelesaikan Program S1 KKT;

Surat izin/rekomendasi dari dekan;

Surat keterangan berbadan sehat dari dokter;

Surat

keterangan

berkelakuan

baik

dari

instansi

yang

berwenang;

Surat keterangan bebas napza dari instansi yang berwenang;


dan

Persyaratan administratif lain yang ditentukan oleh LPTK


penyelenggara.

LPTK

Penyelenggara

melakukan

seleksi

administrasi

calon

mahasiswa Program S1 KKT dengan melakukan pemeriksaan


kelengkapan dan keabsahan dokumen.

Calon Peserta Program S1 KKT Kelompok C

Calon

peserta

melakukan

pendaftaran

ke

Dinas

Pendidikan

Kabupaten/Kota dengan menyerahkan dokumen sebagai berikut:

Mengisi formulir pendaftaran calon peserta program

Fotokopi ijazah S1 dan transkrip nilai yang sudah dilegalisasi


oleh pejabat berwenang;

Surat pernyataan kesediaan mengikuti Program S1 KKT pendi


sesuai peraturan yang berlaku;

Surat pernyataan tidak menuntut diangkat sebagai PNS


setelah yang bersangkutan menyelesaikan Program S1 KKT;

Surat pernyataan izin/rekomendasi dari pemerintah daerah;

Surat keterangan berbadan sehat dari dokter;

Surat

keterangan

berkelakuan

baik

dari

instansi

yang

berwenang;

Surat keterangan bebas napza dari instansi yang berwenang;

Persyaratan administratif lain yang ditentukan oleh LPTK


penyelenggara.

Dinas

Kabupaten/Kota

melakukan

seleksi

administrasi

calon

mahasiswa Program S1 KKT dengan melakukan pemeriksaan


kelengkapan dan keabsahan dokumen;

Daftar calon mahasiswa Program S1 KKT yang dinyatakan lulus


seleksi administrasi selanjutnya dikirim ke LPTK Penyelenggara
untuk dilakukan verifikasi.

Seleksi Akademik oleh LPTK

LPTK melakukan seleksi akademik sesuai dengan ketentuan yang


ditetapkan LPTK yang bersangkutan.

LPTK menetapkan hasil seleksi sesuai dengan kuota yang telah


ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan melaporkan ke
Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditdiktendik) Ditjen Dikti
dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP & PMP).

Mekanisme

dan

instrumen

seleksi

akademik

diatur

oleh

LPTK

penyelenggara.

Mekanisme Perekrutan
Mekanisme

perekrutan

S1

KKT

meliputi

penetapan

kuota

kabupaten/kota, sosialisasi, seleksi, penetapan calon yang dinyatakan lulus,


dan pengumuman hasil seleksi. Pelaksanaan perekrutan calon mahasiswa
melibatkan: BPSDMP & PMP; Ditjen Dikti; Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota;
dan LPTK. Alur perekrutan mahasiswa Program S1 KKT disajikan pada
Gambar 1.

Gambar 1: Alur Mekanisme Perekrutan Mahasiswa Program S1 KKT


Penjelasan alur mekanisme perekrutan mahasiswa Program S1 KKT
sebagai berikut.

BPSDMP & PMP dan Ditjen Dikti menetapkan kuota;

BPSDMP & PMP dan Ditjen Dikti melaksanakan sosialisasi pelaksanaan


Program S1 KKT kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan LPTK
tentang perekrutan mahasiswa dan pelaksana Program S1 KKT;

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi pendaftaran


ke sekolah/calon mahasiswa;

Peserta mengisi formulir pendaftaran;

Formulir pendaftaran

dilengkapi dokumen persyaratan pendaftaran,

dikirim ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota bagi calon mahasiswa


Kelompok C dan ke LPTK penyelenggara bagi calon mahasiswa
kelompok A dan kelompok B.

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan seleksi administrasi dan


menetapkan calon peserta yang lulus, selanjutnya mengirimkannya ke
LPTK penyelenggara beserta dokumen persyaratan pendaftaran.

LPTK melakukan verifikasi dokumen dan seleksi akademik melalui tes


dan/atau non tes.

LPTK mengumumkan hasil seleksi dan melaporkan secara online dan


melaporkannya ke Ditjen Dikti dan BPSDMP & PMP.

BAB III
KURIKULUM DAN SISTEM PEMBELAJARAN
Program S1 KKT merupakan pendidikan akademik yang bertujuan
untuk meningkatkan kompetensi akademik mahasiswa yang terkait dengan
kompetensi

profesional

dan kompetensi

pedagogik. Oleh

karena

itu,

kurikulum dan sistem pembelajaran yang diterapkan pada program ini


difokuskan pada penguatan kompetensi tersebut.

Kurikulum

Struktur Kurikulum

Kurikulum Program S1 KKT untuk mahasiswa kelompok A dan B, hanya


difokuskan

pada

pengembangan

kompetensi

akademik

bidang

studi

kewenangan tambahan. Oleh karena itu, kurikulum untuk dua kelompok ini
hanya mencakup matakuliah bidang studi kewenangan tambahan (tidak ada
matakuliah kependidikan).
Kurikulum Program S1 KKT untuk mahasiswa kelompok C bertujuan
untuk

mengembangkan

kompetensi

akademik

bidang

studi

dan

kependidikan kewenangan tambahan. Oleh karena itu, kurikulum untuk


kelompok

ini

terdiri

atas

matakuliah

bidang

studi

dan

matakuliah

kependidikan kewenangan tambahan.

Beban Studi
Beban studi yang harus ditempuh oleh mahasiswa kelompok A dan B,

sebanyak 24 SKS. Untuk mahasiswa kelompok C, beban studi yang harus


ditempuh sebanyak 48 SKS, yang terdiri atas mata kuliah bidang studi
kewenangan tambahan sebanyak 36 SKS (75%), dan mata kuliah bidang
kependidikan sebanyak 12 SKS (25%). Matakuliah bidang kependidikan
sekurang-kurangnya ditujukan untuk mengembangkan kompetensi dalam
merencanakan,

melaksanakan,

dan

menilai

pembelajaran.

Sedangkan

matakuliah bidang studi kewenangan tambahan ditetapkan oleh program


studi penyelenggara Program S1 KKT.
Pelaksanaan kurikulum

untuk

masing-masing kelompok

disajikan

sebagaimana Gambar 2 dan 3.

Kompetensi Akademik Bidang Studi Kewenangan


Semester I

Tambahan
24 SKS (100%)

Gambar 2: Pelaksanaan Kurikulum Program S1 KKT untuk Kelompok A dan B

Kompetensi Akademik Bidang Studi Kewenangan


Semester I

Tambahan
24 SKS (50%)

Kompetensi Akademik

Kompetensi Akademik Bidang

Semester

Bidang Studi Kewenangan

Kependidikan

II

Tambahan

Kewenangan Tambahan

12 SKS (25%)

12 SKS (25%)

Gambar 3: Pelaksanaan Kurikulum Program S1 KKT untuk Kelompok C


Keterangan Gambar:
Gambar 2: Beban studi mahasiswa Program S1 KKT kelompok A dan B
sebanyak 24 sks (100%) yang dilaksanakan dalam satu semester.

Gambar 3: Beban studi mahasiswa Program S1 KKT kelompok C sebanyak 48


sks yang dilaksanakan dalam dua semester. Semester 1
sebanyak 24 sks (50%) matakuliah bidang studi kewenangan
tambahan dan Semester 2 sebanyak 12 sks (25%) matakuliah
bidang studi kewenangan tambahan 12 sks (25%) matakuliah
bidang kependidikan kewenangan tambahan

Sistem Pembelajaran
Sistem pembelajaran dalam Program S1 KKT harus memperhatikan

beberapa prinsip sebagai berikut.

Keaktifan Peserta Didik


Proses pembelajaran diarahkan pada upaya untuk mengaktifkan

peserta didik, bukan dalam arti fisik melainkan dalam keseluruhan perilaku
belajar. Keaktifan ini dapat diwujudkan antara lain melalui pemberian
kesempatan menyatakan gagasan, mencari informasi dari berbagai sumber
dan melaksanakan tugas-tugas yang merupakan aplikasi dari konsep-konsep
yang

telah

dipelajari.

Dengan

demikian

LPTK

penyelenggara

dapat

menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang paling tepat sesuai


kebutuhan

peserta

didik

dengan

mempertimbangkan

latar

belakang

kompetensi S1 Kependidikan bidang studi utama.

Berfikir Tingkat Tinggi


Pengembangan

sistem

pembelajaran

yang

berorientasi

pada

kemampuan berfikir tingkat tinggi (higher order thinking), meliputi berfikir


kritis,

kreatif,

logis,

reflektif,

pemecahan

masalah

dan

pengambilan

keputusan.

Berbasis Karakter
Proses pembelajaran di samping diarahkan pada pencapaian tujuan

instruksional (instructional effects) juga harus mengembangkan kepribadian


mahasiswa untuk menjadi guru yang berkarakter, seperti jujur, peduli,

tanggung jawab, cerdas, serta memiliki kemampuan komunikasi, menghargai


pendapat orang lain, dan mendengarkan pendapat orang.

Pemanfaatan Teknologi Informasi


Keterampilan memanfaatkan multimedia dan teknologi informasi perlu

dikembangkan dalam semua perkuliahan, baik untuk mengembangkan


pengetahuan dan ketrampilan maupun sebagai media pembelajaran.

Kontekstual
Dalam melaksanakan pembelajaran, konsep-konsep diperoleh melalui

pengalaman dan kenyataan yang ada di lingkungan sehari-hari. Konsepkonsep tersebut harus disajikan dengan metode pembelajaran yang inovatif,
kreatif, dan menyenangkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
Active Learning In Higher Education (ALIHE) dan pendekatan Active Learning
In School (ALIS).

Belajar dengan Berbuat.


Prinsip learning by doing tidak hanya diperlukan dalam pembentukan

keterampilan, melainkan juga pada pembentukan pengetahuan dan sikap.


Dengan prinsip ini, pengetahuan dan sikap terbentuk melalui pengalaman
dalam

menyelesaikan

kegiatan-kegiatan

yang

ditugaskan

mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di lapangan.

termasuk

BAB IV
STRATEGI IMPLEMENTASI

Asas Penyelenggaraan
Penyelenggaraan program S1 KKT

dilakukan berbasis azas-azas

obyektifitas, transparansi, akuntabilitas, orientasi mutu, berbasis kebutuhan,


dan kerja sama (kolaborasi). Dengan menerapkan asas-asas ini diharapkan
penyelenggaraan Program S1 KKT dapat berjalan efektif dan efisien.

Objektif, Transparan, dan Akuntabel


Objektif yaitu mengacu kepada proses penyelenggaraan yang sesuai

dengan ketentuan dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan


yaitu mengacu kepada proses pendidikan yang memberikan peluang kepada
para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses informasi
tentang proses dan hasil Program S1 KKT. Akuntabel merupakan proses yang
dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara
administratif, finansial, dan akademik.

Berorientasi Peningkatan Mutu Guru


Program S1 KKT merupakan upaya dalam meningkatkan mutu guru

atau calon guru. Guru

yang telah lulus mengikuti Program S1 KKT dan

memenuhi syarat lain sesuai dengan ketentuan dapat diberi tugas sesuai
dengan kewenangan yang dimilikinya. Dengan meningkatnya mutu guru,
diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran dan mutu pendidikan di
Indonesia secara berkelanjutan.

Berbasis Kebutuhan
Dalam rangka efektifitas dan efisiensi pelaksanaan serta penjaminan

mutu hasil Program S1 KKT, jumlah peserta setiap tahun ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, atau pemerintah
propinsi/kabupaten/kota berdasarkan proyeksi kebutuhan sekarang dan yang

akan datang. Untuk itu diperlukan analisis kebutuhan secara mendalam


dilihat dari mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, jenjang satuan
pendidikan, dan sebaran wilayah.

Kolaboratif
Penyelenggaraan Program S1 KKT dilaksanakan melalui kerjasama

internal

LPTK

penyelenggara

maupun

eksternal.

Kerjasama

internal

dimaksudkan bahwa Program S1 KKT dilaksanakan secara bersama-sama


antara

dua

program

studi

atau

lebih

dalam

sebuah

LPTK.

Untuk

mengoptimalkan kolaborasi ini diperlukan koordinasi dan pengelolaan yang


sinergis di lingkungan internal LPTK. Selain itu, penyelenggaraan Program S1
KKT juga harus dilaksanakan secara kolaboratif antara LPTK dengan
pemangku kepentingan di luar LPTK, terutama Ditjen Dikti dan Pemerintah
Kabupaten/Kota sebagai pengguna atau calon pengguna lulusan. Kolaborasi
ini ditekankan pada penyamaan visi tentang kebutuhan pengguna lulusan
yang harus dipenuhi oleh LPTK dan sebaliknya.

Tahapan Penyelenggaraan

Tahap Persiapan
Penyelenggaraan Program S1 KKT diawali persiapan yang berupa

orientasi yang difokuskan pada analisis konteks dan kebutuhan (context and
needs analysis). Analisis dilaksanakan melalui langkah penelitian atau
pengkajian untuk mengumpulkan data tentang sejauh mana Program S1 KKT
dirasakan sebagai kebutuhan masa kini dan masa mendatang

bagi

peningkatan profesionalisme guru dan kualitas pendidikan. Pada tahap ini


juga dilakukan kegiatan analisis kemampuan (capacity analysis) dari masingmasing LPTK

penyelenggara Program S1 KKT, yaitu suatu analisis

kemampuan LPTK dalam menyelenggarakan program secara efektif dan


efisien. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini sebagai berikut.

Penetapan Kebijakan Nasional Program S1 KKT


Langkah ini dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
untuk menghasilkan sistem penyelenggaraan Program S1 KKT yang efektif
dan memenuhi prinsip-prinsip penyelenggaraan sebagaimana diuraikan di
atas. Hal-hal yang dipersiapkan pada tahap ini meliputi:

Harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan Program S1 KKT dengan kebijakankebijakan lain di bidang pendidikan nasional.

Pengembangan naskah akademik sistem penyelenggaraan Program S1


KKT.

Penetapan standar proses dan hasil Program S1 KKT.

Mengembangkan dan menetapkan Pedoman Program S1 KKT.

Melakukan koordinasi antar LPTK Penyelenggara dengan dinas pendidikan


kabupaten/kota.

Pengembangan sistem dan mekanisme seleksi LPTK dan program studi


penyelenggara Program S1 KKT.

Pengembangan sistem dan perangkat monitoring dan evaluasi Program


S1 KKT.

Penetapan kabupaten/kota yang menjadi wilayah LPTK penyelenggara


Program S1 KKT.

Sosialisasi mekanisme dan pelaksanaan Program S1 KKT kepada LPTK


penyelenggara Program S1 KKT dan pemerintah daerah serta pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya.

Penetapan Program Studi Penyelenggara


Penyelenggara Program S1 KKT adalah program studi kependidikan
terakreditasi yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sinkronisasi Kebijakan antara LPTK dengan Dinas Pendidikan


LPTK yang telah ditetapkan sebagai penyelenggara melaksanakan
sinkronisasi Kebijakan dengan Dinas Pendidikan. Sinkronisasi dimaksud
meliputi kegiatan diskusi, saling tukar pemahaman, dan

penggalangan

komitmen bersama demi tercapainya kesamaan visi tentang Program S1 KKT.


Kegiatan sinkronisasi antara LPTK dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota ini
bertujuan untuk mensikronkan antara kebutuhan pemda dengan program
studi yang tersedia di LPTK. Kebutuhan dimaksud meliputi (1) macam bidang
studi, (2) jumlah masing-masing bidang studi, dan (3) spesifikasi kualifikasi
guru. Kegiatan sinkronisasi dilakukan melalui pertemuan sosialisasi Program
S1 KKT yang dihadiri Dinas Pendidikan dan diharapkan terjadi: (1)
peningkatan pemahaman, (2) peningkatan motivasi, dan (3) peningkatan
dukungan bersama atas keberhasilan Program S1 KKT. Sinkronisasi juga
dilakukan dalam rangka rekrutmen masukan calon mahasiswa yang berasal
dari guru.
Konsolidasi Internal LPTK Penyelenggara
LPTK yang telah ditetapkan sebagai penyelenggara Program S1 KKT
harus melaksanakan konsolidasi internal guna melakukan persiapan untuk
(1) rekrutmen mahasiswa, (2) pelaksanaan perkuliahan, dan (3) monitoring,
evaluasi, dan pelaporan. Hal-hal yang perlu dilaksanakan dalam konsolidasi
internal ini meliputi sebagai berikut.

Sistem dan perangkat pendukung rekrutmen dan seleksi mahasiswa.

Mengembangkan kurikulum Program S1 KKT.

Menyusun pedoman teknis penyelenggaraan Program S1 KKT di LPTK


yang bersangkutan.

Mengembangkan silabus, satuan acara perkuliahan, bahan ajar,


perangkat pembelajaran lainnya.

dan

Penyiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan sistem


informasi manajemen Program S1 KKT.

Pengembangan sistem dan perangkat penjaminan mutu.

Meningkatkan kapasitas pengelolaan (managemen) pada tingkat insitusi


pendidikan tinggi (universitas), fakultas, jurusan dan program studi.

Tahap Pelaksanaan

Rekrutmen Peserta
Peserta Program S1 KKT terdiri dari (1) mahasiswa S1 kependidikan

yang tinggal menyelesaikan skripsi atau tugas akhir, (2) sarjana (S1)
kependidikan yang belum menjadi guru, dan (3) guru yang telah bersertifikat
pendidik tetapi tidak sesuai dengan kewenangan utama (mismatch).
Persyaratan peserta dan prosedur rekrutmen harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang diatur pada Bab 2 pedoman ini.

Proses Pembelajaran
Program S1 KKT diselenggarakan dalam rangka perluasan kompetensi

akademik

mahasiswa.

Oleh

karena

itu

proses

pembelajaran

yang

dilaksanakan harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagaimana diuraikan pada


Bab 3, yang meliputi: keaktifan peserta didik, fokus pada higher order
thinking, berbasis karakter, memanfaatkan teknologi informasi, kontekstual,
pembelajaran inovatif dan bervariasi, dan belajar dengan berbuat. Selain itu,
pembelajaran juga harus dilaksanakan dengan penerapan pendekatan
sistem yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
konsisten.

secara

Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran meliputi penilaian proses dan hasil belajar dan

dilaksanakan sesuai ketentuan sebagai berikut.

Evaluasi dilaksanakan oleh dosen pengampu matakuliah di bawah


koordinasi program studi/jurusan yang menyelenggarakan program S1
KKT.

Evaluasi didasarkan pada prinsip-prinsip sahih, objektif, adil, terpadu,


terbuka,

menyeluruh

dan

berkesinambungan,

sistematis,

beracuan

kriteria, dan akuntabel.

Evaluasi menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi,


penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi dan karakteristik peserta didik.

Evaluasi menggunakan instrumen yang memenuhi persyaratan: (a)


substansi, yang berarti merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b)
konstruksi, yang berarti memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan
bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, menggunakan bahasa
yang baik dan benar serta komunikatif.

Instrumen dikembangkan secara terintegrasi dan komprehensif untuk


mengukur kompetensi pedagogik dan profesional, atau bahkan ke arah
kompetensi sosial dan kepribadian.

Instrumen

evaluasi

lebih

diarahkan

kepada

pemecahan

masalah

(problem-based learning) kasus otentik yang terjadi dalam proses


pembelajaran,

yaitu

mengapa,

bagaimana

penyelesaiannya,

dan

pendekatan pedagogis apa yang digunakan.

Instrumen penilaian harus diupayakan mengukur tingkat kemampuan


berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) secara proporsional sesuai
dengan karakteristik kompetensi yang diujikan.

Ujian Komprehensif
Ujian komprehensif bertujuan untuk menilai kemampuan mahasiswa

untuk memecahkan masalah yang membutuhkan pendekatan komprehensif


lintas kompetensi yang diperoleh melalui matakuliah-matakuliah yang
ditempuh

selama

mengikuti

Program

S1

KKT.

Ujian

komprehensif

dilaksanakan melalui ujian tulis, lisan, dan kinerja. Ujian tulis dan lisan
difokuskan

untuk

menilai

kemampuan

memecahkan

masalah

secara

kompherensif, analitis-sintesis dan mengkomunikasikannya secara tertulis


dan lisan. Ujian kinerja difokuskan untuk menilai kemampuan mahasiswa
dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran melalui
praktik mengajar (peer teaching). Ujian komprehensif dilaksanakan setelah
mahasiswa menyelesaikan seluruh beban belajar yang harus ditempuh
dalam Program S1 KKT. Ketentuan teknis ujian komprehensif diatur oleh
masing-masing LPTK penyelenggara.

Penentuan Kelulusan dan Yudisium

Kelulusan mahasiswa terdiri dari kelulusan matakuliah dan kelulusan


program.

Mahasiswa dinyatakan lulus matakuliah apabila yang bersangkutan


sekurang-kurangnya menguasai 55% dari seluruh kompetensi yang harus
ditempuh dalam matakuliah yang bersangkutan.

Mahasiswa dinyatakan lulus Program S1 KKT apabila yang bersangkutan


telah (1) lulus seluruh matakuliah yang harus ditempuh pada Program S1
utamanya, (2) lulus seluruh matakuliah yang harus ditempuh pada
Program S1 KKT, dan (3) lulus ujian komprehensif Program S1 KKT.

Predikat yudisium lulusan Program S1 KKT Kelompok A didasarkan pada


IPK dari seluruh matakuliah utama dan matakuliah tambahan.

Predikat yudisium lulusan Program S1 KKT Kelompok B dan C didasarkan


pada IPK matakuliah yang ditempuh pada Proggram S1 KKT.

Organisasi Penyelenggaraan Program S1 KKT


Penyelenggaraan Program S1 KKT melibatkan Direktorat Jenderal

Pendidikan
BDSDMP

Tinggi
&

PMP,

(Ditjen
serta

Dikti),
LPTK.

Pemerintah
Struktur

Provinsi/Kabupaten/Kota,

organisasi

penyelenggaraan

ditunjukkan pada Gambar 4.

Peran dan tanggung jawab masing-masing unsur tersebut dalam


Gambar 4 dijabarkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Peran dan Tanggung Jawab

N
o

Unsur

Peran dan Tanggung Jawab

Dirjen Dikti

Tim Pelaksana
Nasional Program
S1 KKT

BPSDMP & PMP

LPTK

Memberi pengarahan
Melakukan monitoring dan
evaluasi
Menyusun Pedoman S1 KKT
Menyusun instrumen visitasi
Melakukan visitasi ke LPTK
Menetapkan kuota mahasiswa
program S1 KKT dari guru
Berkoordinasi dengan Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota
Melakukan sinkronisasi dengan
Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota
Mensosialisasikan Program S1 KKT
input mahasiswa/lulusan
Merekrut calon mahasiswa
Menyelenggarakan Program S1
KKT

Pemerintah
Provinsi/
Kabupaten/Kota

Mengidentifikasi kebutuhan guru


dengan kewenangan tambahan
Melakukan sinkronisasi dan
koordinasi dengan LPTK.
Mensosialisasikan Program S1 KKT
kepada guru-guru yang bekerja di
wilayahnya.
Mengkoordinasikan pendaftaran
Program S1 KKT bagi guru-guru
yang memenuhi persyaratan.

Monitoring, Evaluasi, Pelaporan


Monitoring dan evaluasi (ME) ini merupakan bagian integral dari

penyelenggaraan Program S1 KKT. Komponen dan kriteria ME diuraikan pada


Tabel 2.
Tabel 2 Komponen dan Kriteria Monev
No

Kompone
n

Input

Proses

Produk

Dampak

Kriteria

Proses rekrutmen peserta


Kurikulum dan bahan ajar
Dosen
Ketersediaan pedoman-pedoman dan standar
operasional penyelenggaraan
Kecukupan sarana dan prasarana
Kualitas perencanaan pembelajaran
Kualitas proses dan metode pembelajaran
Kualitas penilaian hasil belajar
Tingkat kelulusan mahasiswa
Ketepatan waktu penyelesaian studi
Kompetensi lulusan
Keterserapan lulusan menjadi guru
Kesesuaian mata pelajaran yang diampu dengan
program tambahan yang diikuti.
Kesesuaian beban kerja mengajar guru

Instrumen, prosedur, dan teknik monev internal tingkat program studi


dikembangkan

oleh

lembaga

penjaminan

mutu

masing-masing

LPTK

penyelenggara, sedangkan evaluasi tingkat nasional dikembangkan dan


dilaksanakan oleh Tim Nasional Program S1 KKT.
Dalam penyelenggaraan program S1 KKT, perlu dilakukan pembuatan
laporan penyelenggaran berbasis data monitoring dan evaluasi untuk
memberikan

informasi

tentang

kesiapan

input,

transparansi

proses

penyelenggaraan, dan

tingkat ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Laporan

data

berbasis

monitoring

dan

evaluasi

adalah

bentuk

pertanggungjawaban dan akuntabilitas (responsibility and accountability)


kepada pemerintah dan masyarakat. Laporan kegiatan mengulas informasi
kuantitatif dan kualitatif

tentang aspek konteks, kesiapan input, proses,

output dan outcome.

Jadwal Pelaksanaan
Program S1 KKT dilaksanakan di LPTK Kelompok A dan B dilaksanakan

selama satu semester, sedangkan Kelompok C selama dua semester. Agar


seluruh

kegiatan

perkuliahan

berjalan

efektif

dan

peserta

dapat

menyelesaikan studi tepat waktu diperlukan persiapan yang matang dengan


penjadwalan yang relatif ketat. Untuk angkatan pertama (tahun 2011/2012),
Program S1 KKT dilaksanakan sesuai dengan jadwal pada Tabel 3.
Tabel 3 Jadwal Pelaksanaan Program S1 KKT Tahun 2011/2012
Kegiatan

Tahap Persiapan

Penetapan Kebijakan
Nasional Program S1 KKT
Penetapan Program Studi
Penyelenggara
Sinkronisasi kebijakan antara
LPTK dengan Dinas
Pendidikan
Konsolidasi Internal LPTK
Penyelenggara

Agt Se Okt No De Jan Feb Ma AprMei Jun Jul


p
p s
r

Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan Pembelajaran
(Sem 1 dan 2)
Ujian Komprehensif
Kelompok A dan B
Ujian Komprehensif
Kelompok C
Yudisium

Monitoring dan Evaluasi

Rekrutmen peserta

Monev internal LPTK


Monev oleh Ditjen Dikti

Pelaporan

Biaya Penyelenggaraan
Biaya penyelenggaraan Program S1 KKT meliputi biaya investasi, biaya

operasional,

dan

biaya

personal.

Sumber

dari

masing-masing

jenis

pembiayaan ini ditunjukkan pada Tabel 4.


Tabel 4 Sumber Pembiayaan Program S1 KKT

No
1.

Jenis Pembiayaan
Biaya Investasi

2.

Biaya Operasional

3.

Biaya Personal

Sumber

Pemerintah Pusat
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
Pemerintah Pusat
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
Peserta/Masyarakat
Pemerintah Pusat
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
Peserta

Lembaga Penyelenggara
LPTK Penyelenggara Program S1 KKT pada tahap piloting tahun
2011/2012 adalah:

Universitas Negeri Medan

Universitas Negeri Padang

Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia

Universitas Negeri Yogyakarta

Universitas Negeri Semarang

Universitas Negeri Surabaya

Universitas Negeri Malang

Universitas Negeri Makassar

Universitas Negeri Manado

Universitas Negeri Gorontalo


Universitas Pendidikan Ganesha

BAB V
SISTEM PENJAMINAN MUTU

Sistem Penjaminan Mutu

Pengertian
Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar

mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen,


produsen, dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan
(Pedoman Penjaminan Mutu Ditjen Dikti tahun 2003). Sementara itu sistem
penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan tinggi dilaksanakan melalui
tiga subsistem, yaitu: a) Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) Nasional,
b) Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), c) Sistem Penjaminan Mutu
Eksternal (SPME). Hal ini sesuai dengan panduan Sistem Penjaminan Mutu
Perguruan Tinggi tahun 2008.
Penjaminan mutu program S1 KKT adalah proses penetapan dan
pemenuhan standar mutu pengelolaan

program S1 KKT secara konsisten

dan berkelanjutan melalui tiga subsistem (PDPT, SPMI, dan SPME), sehingga
stakeholders (mahasiswa, orang tua, dunia kerja, pemerintah, dosen, tenaga
penunjang,

serta

pihak-pihak

lain

yang

berkepentingan)

memperoleh

kepuasan.

Pelaksanaan
Penjaminan mutu pendidikan tinggi dilaksanakan secara bertahap,

sistematis, dan terencana bertujuan untuk memenuhi atau melampaui


standar mutu layanan pendidikan tinggi melalui suatu program penjaminan
mutu dengan target dan kerangka waktu yang jelas serta perbaikan mutu
layanan

pendidikan

yang

terus-menerus.

Penjaminan

mutu

S1

KKT

dilaksanakan melalui (a) PDPT oleh Ditjen Dikti, (b) SPMI oleh LPTK, (b) SPME
oleh Ditjen Dikti.

Pangkalan Data Perguruan Tinggi

Pangkalan

data

perguruan

tinggi

adalah

kegiatan

sistemik

pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan data serta informasi tentang


penyelenggaraan program S1 KKT oleh Ditjen Dikti untuk mengawasi
penyelenggaraan program S1 KKT.

Sistem Penjaminan Mutu Internal


Sistem penjaminan mutu internal adalah kegiatan sistemik penjaminan

mutu program S1 KKT oleh perguruan tinggi (internally driven), untuk


mengawasi penyelenggaraan program S1 KKT oleh perguruan tinggi secara
berkelanjutan

(continuous

improvement).

Penjaminan

mutu

internal

merupakan proses penjaminan bahwa perguruan tinggi penyelenggara


program S1 KKT memenuhi tingkat mutu yang ditetapkan dan sesuai dengan
harapan stakeholders. Untuk itu, standar mutu terhadap sumberdaya
manusia (mahasiswa dan dosen), sarana dan prasarana pembelajaran (ruang
kuliah dan teknologi pendudukung pembelajaran, laboratorium/bengkel,
ruang microteaching), proses pembelajaran, dan sistem penyelenggaraan
harus dipenuhi dan diperbaiki secara terus menerus.
LPTK

Penyelenggara

Program

S1

KKT

menugaskan

lembaga

penjaminan mutu internal untuk menjamin pelaksanaan program S1 KKT.


Penetapan lembaga penjaminan mutu internal melalui Surat Keputusan yang
diberikan oleh Rektor/Pimpinan LPTK dengan dilengkapi rincian tugas-tugas
yang harus dilaksanakan. Pengembangan instrumen pengumpulan data
harus memperhatikan prinsip validitas dan reliabilitas (terstandar).

Sistem Penjaminan Mutu Eksternal


Sistem

penjaminan

mutu

eksternal

adalah

kegiatan

sistemik

penjaminan mutu eksternal terhadap seluruh komponen penyelenggaraan


program S1 KKT dilaksanakan oleh Ditjen Dikti. Penilaian yang dilakukan
tersebut

menggunakan

prinsip

objektif,

akuntabel,

dan

transparan.

Pengembangan instrumen pengumpulan data harus memperhatikan prinsip


validitas dan reliabilitas (terstandar).

Ruang Lingkup dan Standar Mutu Akademik


Ruang lingkup Program S1 KKT meliputi komponen masukan, proses

dan luaran dengan standar mutu akademik yang harus dipenuhi untuk setiap
komponen. Semua komponen harus diarahkan untuk memenuhi standar
mutu akademik yang ditetapkan dan sesuai dengan harapan pemangku
kepentingan (stakeholders). Dalam menjamin tercapainya mutu komponen
masukan, proses, dan luaran yang dihasilkan Program S1 KKT, evaluasi
tingkat keberhasilan mengacu pada standar mutu akademik yang meliputi.

Masukan
Sebelum penyelenggaraan program S1 KKT, semua masukan harus
terjamin ketersediaannya, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Peserta
Peserta adalah mahasiswa pada jenjang S1 Kependidikan yang

tinggal menyusun skripsi, lulusan S1 kependidikan yang belum memiliki


NUPTK, dan guru yang telah memiliki sertifikat pendidik tetapi mengajar
pada mata pelajaran yang bukan bidangnya (mismatch). Perekrutan
mahasiswa

sesuai

dengan

alur

dan

mekanisme

pendaftaran

dan

penetapan mahasiswa dengan jumlah dan penyebaran daerah yang


memenuhi aspek terbuka dan proporsional.

Kurikulum
Kurikulum disusun dan dikembangkan dengan mengacu pada

Standar

Kompetensi

Lulusan

(SKL)

sebagai

dasar

pengembangan

kurikulum program S1 KKT sebagaimana diuraikan pada Bab 3.

Dosen
Dosen adalah dosen mata kuliah pada LPTK penyelenggara yang

memenuhi kualifikasi akademik minimal S2 yang relevan dan persyaratan

lain yang ditetapkan serta berkomitmen tinggi untuk meningkatkan


kualitas pembelajaran Program S1 KKT.

Fasilitas Belajar dan Pendukung


Fasilitas dan sumber belajar di kampus dan fasilitas pendukung

yang disediakan oleh LPTK Penyelenggara harus memenuhi syarat


standar pelayanan minimal pelaksanaan program S1 KKT.

Proses
Proses penyelenggaraan program S1 KKT harus berlangsung secara
objektif, transparan, partisipatif, kolaboratif, efektif, kontekstual, efisien, dan
akuntabel.
Pembelajaran

melibatkan peserta secara aktif, mendalam dan bersungguhsungguh untuk mencapai kompetensi pedagogis, profesional, sosial,
dan kepribadian;

meningkatkan rasa ingin tahu mahasiswa;

mengarahkan

pada

keberhasilan

belajar

mahasiswa

secara

bertanggungjawab sesuai dengan tujuan pendidikan;

Merencanakan pembelajaran secara sistematis dengan merujuk


pada metode pembelajaran inovatif, mutakhir, dan berorientasi
pada higher order thinking;

Mengarahkan

peserta

agar

mencapai

kematangan

akademik,

kematangan pribadi dan kematangan sosial sebagai calon pendidik;

Membangkitkan suasana akademik yang menjamin kebebasan


berpikir dan beraktivitas intelektual, seperti: berargumentasi, berani
bertanya, melakukan penelitian, dan mengembangkan diri;

Mengarahkan peserta agar mampu mengemas materi pembelajaran


meliputi kesiapan bahan ajar, strategi, media, suasana, dan evaluasi
pembelajaran;

Mengarahkan peserta agar mampu menggunakan kewenangan


tambahan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran;

Mengarahkan

peserta

agar

mampu

mengkomunikasikan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada peserta didik dengan


efektif;

Mengacu pada pendekatan kontekstual yang sesuai dengan kriteria


mata kuliah yang diajarkan;

Memanfaatkan multimedia dan teknologi informasi dalam proses


pembelajaran.

Ujian Komprehensif
Ujian dilaksanakan sebagaimana diuraikan pada Bab 3.

Luaran
Luaran

adalah

lulusan

Program

S1

KKT

yang

memenuhi

Standar

Kompetensi Lulusan dengan kewenangan tambahan. Lulusan Program S1


KKT mendapat sertifikat kewenangan tambahan dari LPTK Penyelenggara.

Anda mungkin juga menyukai