Oleh:
Ina Soraya, dr.
Pendamping:
dr. Tina Soelistiawati
dr. Niken Dewanti P.D
pasien merasa nyeri pada daerah penis dan teraba lebih hangat. Sebagai
tatalaksana lebih lanjut, bagaimanakah sikap dokter dalam hal ini ditinjau dari
aspek etik?
3. Pembahasan
1. Prinsip etika kedokteran
Keputusan yang hendak diambil oleh dokter sebaiknya
mempertimbangkan mengenai hak-hak asasi pasien. Pelanggaran atas hak
pasien akan mengakibatkan pelanggaran atas kebutuhan dasar diatas
kebutuhan kreatif dan spiritual pasien.
Beuchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai
ke suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral dan beberapa aturan
dibawahnya. Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah:
A. Prinsip Otonomi
Menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien. Dari prinsip
moral inilah yang kemudian melahirkan doktirn informed concent.
B. Prinsip Beneficence
Mengutamakan tindakan yang ditujukan demi kebaikan pasien. Dalam
beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan
juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar dari sisi buruknya.
C. Prinsip Non-malificence
Melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini juga
dikenal dengan primum non nocere atau above all, do no harm.
D. Prinsip Justice
Mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun dalam
mendistribusikan sumber daya.
Sedangkan aturan turunannya adalah veracity (berbicara jujur, benar
dan terbuka), privacy (menghormati hak pribadi pasien), confidentiality
(menjaga kerahasiaan pasien) dan fidelity (loyalitas dan menepati janji).
Jonsen, Siegler dan Winslade (2002) mengembangkan teori etik yang
menggunakan 4 topik yang essenial dalam pelayanan klinik, yaitu:
A. Medical indication
mengatasinya.
Proxy concent adalah concent yang diberikan oleh orang yang
bukan si pasien itu sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu
memberikan concent secara pribadi, dan concent tersebut harus
mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien apabila ia
mampu memberikannya (baik buat pasien, bukan baik buat orang
banyak). Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxyconcent adalah suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung dll.
Proxy-concent hanya boleh dilakukan dengan pertimbangan yang matang
dan ketat. Suatu kasus telah membuka mata orang Indonesia betapa
riskannya proxy-concent ini, yaitu ketika seorang kakek-kakek menurut
dokter telah mengoperasinya hanya berdasarkan persetujuan anaknya,
padahal ia tidak pernah dalam keadaan tidak sadar atau tidak kompeten.
3. Rahasia kedokteran
Rahasia kedokteran adalah suatu norma yang secara tradisional
dianggap sebagai norma dasar yang melindungi hubungan dokter dengan
pasien. Sumpah dokter indonesia salah satunya berbunyi: saya akan
merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya,
sedangkan kode etik kodeokteran indonesia emrumuskannya sebagai
setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Peraturan pemerintah No. 10 tahun 1966 yang mengatur tentang
seluruh tenaga kesehatan untuk menyimpan segala sesuatu yang
diketahuinya selama melakukan pekerjaan di bidang kedokteran sebagai
rahasia. Namun PP tersebut memebrikan pengecualian sebagaimana
terdapat dalam 2 pasal, yaitu apabila terdapat peraturan perundangundangan yang sederajat (PP) atau yang lebih tinggi (UU) yang
mengaturnya lain.
Baik UU kesehatan maupun UU praktik kedokteran juga mewajibka
tenaga kesehatan untuk menyimpan rahasia kedokteran. Selanjutnya UU
praktik kedokteran memberikan peluang pengungkapan informasi
kesehatan secara terbatas, yaitu dalam pasal 48 ayat (2):
a. Untuk kepentingan kesehatan pasien
4. Kesimpulan
Pada kasus ini, dimana dokter mendapatkan pasien laki-laki dengan
Gonorrhea dan pasien telah berhubungan dengan istrinya, maka sebagai
dokter kita hars mengobati keduanya. Dokter juga harus mempertimbangkan
hak otonomi pasien bila dia mengatakan bahwa takut ketahuan oleh istrinya.
Namun kembali kita harus mempertimbangkan apa yang terbaik untuk pasien,
karena jika kita tidak mengobati keduanya, maka penyakit Gonorrhea ini akan
menjadi lingkaran setan yang tidak terputus dan bukan tidak mungkin akan
menular lagi pada orang lain jika pasien atau istrinya berhubungan dengan
orang lain. Dalam hal ini, sebagai dokter yang harus dikatakan pada pasien
adalah tetap menyuruh pasien agar pasien dan istrinya berobat, karena dokter
harus memberi yang terbaik untuk pasien agar pasien dan istrinya sehat
kembali.
Akhirnya,
dalam
melakukan
komunikasi
dokter-pasien
perlu
Daftar Pustaka:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwijdja Siswaja. Bioetik dan Hukum Kedokteran, Pengantar
bagi Mahasiswa Kedokteran dan Hukum. Penerbit Pustaka Dwipar. Jakarta. Oktober 2005
Hanafiah, Jusuf M, Amir. Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran:EGC. Jakarta.
2007
Samil, Ratna Suprapti. Etika Kedokteran Indonesia. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta. 2001
Daliyono. Bagaimana dokter berpikir dan bekerja. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2006.
Hubungan
dokter
dan
pasien.
Diunduh
pada
3
Maret
2015
dari:
http://prematuredoctor.blogspot.com/2010/06/hubungan-dokter-pasien.html
Kode
Etik
Kedokteran.
2009.
Diunduh
pada
3
Maret
2015
dari:
http//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/652/1/Kode%20Etik%20Kedokteran.pdf
Pratiwi, Kurniawati Hesli. Etika Kedokteran dan Rahasia Kedokteran. 2009. Diunduh pada 3 Maret 2015
dari: https//www.scrib.com/mobile/doc/153767424
Sjaiful Fahmi Daili. Gonore dalam Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; editor: Adhi Juanda, Mochtar
Hamzah, Siti Aisah. Edisi kelima. Cetakan keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2009. H.372-373
Zubairi, Samsuridjal. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:HIV/AIDS di Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta:
Interna Publishing; 2009.h. 2861-2868
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui hak hak pasien dengan Gonorrhea
2. Mengetahui kewajiban dokter maupun tenaga kesehatan dalam menangani
pasien dengan Gonorrhea
3. Mengetahui cara mengelola informasi pasien dengan Gonorrhea ditinjau dari
segi etik