Anda di halaman 1dari 5

RESUME

PRESFEKTIF PENDIDIKAN SEKOAH DASAR

MODUL IV

Kelompok III:
1. Dewi Lestari
2. Erna Yuliati
3. Nanik Suntarti
4. Winarsi

PROGRAM PENDIDIKAN PGSD BIDANG ILMU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2014
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

Karakteristik perkembangan siswa anak sekolah dasar dapat dilihat dari berbagai
aspek perkembangan, meliputi: perkembangan fisik, perkembangan motorik, perkembangan
emosi, dan perkembangan sosial. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan
fisik antara lain: 1) pengaruh keturunan: seorang anak yang kedua orang tuanya atau salah
satu orang tuanya bertubuh besar tinggi, maka anaknya akan terlihat lebih besar dari anak
seusianya, 2) gizi: anak yang dalam pertumbuhannya dibesarkan dengan gizi maupun
perawatan yang serba berkecukupan, akan terlihat lebih besar, tinggi, dan sehat untuk
seumurnya; 3) tingkat sosial ekonomi: anak yang dibesarkan oleh keluarga dengan tingkat
sosial ekonomi yang lebih tinggi biasanya akan lebih terpenuhi semua kebutuhan hidupnya;
4) gangguan emosional: anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan
terbentuknya steroid adrenal yang berlebijhan; 5) jenis kelamin: perbedaan jenis kelamin
pada anak usia SD terjadi perbedaan yang menonjol dalam hal pertumbuhan fisik mulai
terjadi pada perubahan-perubahan pubertas; 6) gangguan kesehatan: anak yang sehat dan
jarang sakit biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat dan tinggi dari pada anak-anak
yang sering mengalami sakit; dan 7) pengaruh ras/suku bangsa: keadaan fisik anak
dipengaruhi juga oleh ras /suku yang diwarisi dari nenek moyang mereka.
Perkembangan motorik adalah gerakan-gerakan tubuh yang terkoordinasi karena
adanya kerja sama antara otot, otak, dan saraf. Ketiga unsur tersebut melaksanakan perannya
masing-masing yang saling berkaitan satu sama lain, saling menunjang, saling melengkapi,
sehingga akan tercapai kondisi motoris yang sempurna. Bagi anak yang memiliki kelainan
otak, walaupun sistem syaraf dan otot sudah berkembang dengan baik, ia tidak dapat
menggunakan kemampuan motorik dengan sempurna. Keterampilan motorik akan
berkembang dengan baik bila dipelajari dan adanya bimbingan. Untuk anak usia SD, antara
otot, otak, dan sarafnya sudah berkembang dengan baik, sehingga gerakan motorik anak
sudah terkoordinasi dengan baik, hampir mendekati kesempurnaan gerakan motorik orang
dewasa. Seperti gerakan sebagai berikut: 1) cara memegang: anak yang masih kecil cara
memegangnya masih asal-asalan saja, tetapi setelah dewasa cara memegang sesuatu sudah
sempurna; 2) cara berjalan: seolah-olah seluruh tubuhnya ikut berjalan saat berjalan; dan 3)
cara menendang: kedua belah tangannya mengayun ke depan dengan berlebihan, seakan
seluruh anggota badannya ikut bergerak. Berdasarkan hal-hal tersebut, apabila terdapat siswa
yang belum sempurna melakukan keterampilan motorik halus atau kasar, hendaknya perlu
dilihat dan diperhatikan pada sistem saraf, otak, dan ototnya, atau hanya perlu bimbingan dan
latihan saja. Apabila ada siswa yang tidak bisa mengkoordinasikan sistem saraf, otak, dan

ototnya, perlu dilakukan penanganan lebih lanjut, dengan melakukan konsultasi dengan para
ahli yang berkompeten.
Emosi anak usia sekolah dasar mengungkapkan kegembiraan atau rasa senangnya
dengan tertawa lepas, sedangkan pada anak yang mengalami kekecewaan atau kekesalan
mengungkapkannya dengan ledakan amarah, merajuk, atau cemberut. Anak usia SD sudah
mampu mengendalikan emosinya, karena mereka sadar bahwa emosi yang tak terkendali
dapat menimbulkan perilaku yang tidak diterima oleh teman-teman atau orang lain di
sekitarnya. Pola pendidikan anak dalam keluarga juga dapat berpengaruh terhadap emosi
anak. Keluarga yang otoriter dalam cara mendidik anak-anaknya akan menjadikan anak yang
penakut, selalu ragu-ragu dalam bertindak, pendiam atau sebaliknya, yaitu menjadi anak yang
agresif. Sebaliknya, cara mendidik yang bersifat demokratis dan permisif akan menunjang
ekspresi emosi yang menyenangkan. Anak akan lebih terbuka, santai, dan mudah bergaul.
Perkembangan sosial dapat terlihat dari keinginan anak SD untuk berkelompok
dengan teman sebaya. Mereka lebih senang berkumpul dengan teman-teman sebaya
dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain. Hubungan sosial anak sekolah dasar terbagi
atas tiga tahap, yaitu tahap pemenuhan kebutuhan, tahap balas jasa, dan tahap teman akrab.
Karakteristik perkembangan siswa sekolah dasar yang lain diantaranya, yaitu
perkembangan intelektual, perkembangan bahasa, perkembangan moral, dan perkembangan
agama. Perkembangan intelektual atau disebut juga perkembangan intelegensi untuk anak SD
termasuk pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak mampu berfikir secara logis
dan kuantitatif, mereka mampu berperilaku objektif dalam mengkaji kejadian. Kemampuan
berpikir logis terwujud dalam kemampuan mengklasifikasikan objek sesuai dengan
klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan tata urutannya, kemampuan untuk
memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif. Kemampuan
intelektual anak meliputi desentralisasi dan konservasi, seriasi, pemikiran rasional, dan inklusi
kelas.
Perkembangan bahasa dimulai dari tangisan bayi, berceloteh, sampai kemampuan
mengobrol. Setiap individu memiliki kemampuan untuk menyatakan pikirannya dan
menangkap pikiran orang lain dengan bahasa, sehingga komunikasi dapat berlangsung secara
efektif. Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara, seperti alat
bicara, pertumbuhan dan perkembangan otak, anak semakin jelas dalam mengutarakan
kemauan, pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasanya. Hal tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan, orang tua, atau orang yang selalu dekat anak yang mampu
memberi rangsangan dengan cara sering mengajak berbicara. Dengan sering mendengar orang
3

berbicara, maka anak akan cepat bicara dan mengenal bahasa. Keluarga sebagai salah satu
model yang dapat dicontoh anak dalam belajar bicara, dapat mempengaruhi kelancaran anak
dalam berbahasa. Bahasa berfungsi untuk mengekspresikan perasaan, mempengaruhi orang
lain, dan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Adapun faktor-faktor yang
memacu anak lebih cepat bicara yaitu keluarga, media elektronik, dan sekolah.
Tingkah laku yang bermoral merupakan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai
tata cara/adat yang terdapat dalam kelompok atau masyarakat. Nilai-nilai yang dianut oleh
kelompok masyarakat tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu
dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan masyarakat setempat. Tingkah laku yang baik
harus diajarkan serta dibiasakan sejak kecil secara terus menerus, dan diturunkan dari orang
tua. Perkembangan moral pada masa anak-anak masih berada pada tingkat yang rendah.
Perkembangan moral anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, teman sebaya, dan faktor intelegensi serta jenis kelamin.
Peran agama dalam kehidupan manusia sangat penting sebagai pengarah dan penentu
perilaku kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama terkandung nilai-nilai moral dan etika
yang harus dipakai sebagai pedoman hidup. Selain itu agama juga mengajarkan untuk
bertingkah laku dan berakhlak yang baik, seperti kejujuran maupun keadilan. Bagi anak-anak
ajaran tersebut masih bersifat abstrak sehingga perlu contoh-contoh yang konkret baik dalam
bentuk perilaku maupun kata-kata dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan agama pada
masa anak-anak berawal dari mencontoh perilaku orang tua di rumah maupun guru di
sekolah. Pembelajaran agama di SD dilakukan dengan berbagai metode, antara lain dengan
metode bercerita, bermain, karyawisata, demonstrasi, pemberian tugas, diskusi, dan tanya
jawab.
Metode bercerita dapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat, kisah tokoh-tokoh agama, peristiwa atau cerita tentang kehidupan sehari-hari.
Untuk metode bermain digunakan untuk menjelaskan tentang kebersamaan dan berbagi rasa
bersama teman-temannya, sehingga siswa tidak bersikap menang sendiri, dapat menerima
kekalahan dan tidak sombong apabila menang dalam bermain. Lain halnya dengan metode
karyawisata, metode ini bertujuan untuk melihat dan mengamati secara langsung kehidupan
aneka binatang, tumbuhan, dan keindahan alam sebagai bukti adanya keagungan Tuhan.
Sedangkan untuk metode demontrasi, siswa diharapkan dapat mengenal langkah-langkah
dalam mengerjakan sholat, wudu, dan kegiatan yang lain. Metode pemberian tugas berupa
menghafal bacaan sholat, bacaan surat-surat pendek, doa-doa sedangkan metode diskusi dan
tanya jawab lebih disesuaikan terhadap kelasnya, untuk kelas rendah (kelas 1 sampai dengan
4

3) dapat berupa pertanyaan hafalan atau pertanyaan yang tidak memerlukan pemikiran lebih
mendalam sedangkan untuk kelas tinggi (kelas 4 sampai dengan 6) menggunakan metode
diskusi.

Anda mungkin juga menyukai