Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2004, menyatakan bahwa 5
besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker
usus besar, kanker lambung, dan kanker hati. WHO mengestimasikan
bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 20052015. Survei yang dilakukan WHO menyatakan 8-9 persen wanita
mengalami kanker payudara. Hal itu membuat kanker payudara sebagai
jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita setelah kanker leher
rahim.
Kanker payudara merupakan masalah besar di Indonesia maupun di negara
lain. Jumlah kasus baru di Amerika Serikat pada tahun 2003 mencapai
211.300 orang dan 39.800 pasien meninggal akibat kanker payudara pada
tahun yang sama. Kanker payudara di Indonesia berada di urutan kedua
sebagai kanker yang paling sering ditemukan pada perem-puan, setelah
kanker mulut rahim. Penelitian di Jakarta Breast Cancer pada April 2001
sampai April 2003 menunjukan bahwa dari 2.834 orang memeriksakan
benjolan di payudaranya, 2.229 diantaranya (78%) merupakan tumor
jinak, 368 orang (13%) terdiagnosis kanker payudara dan sisanya
merupakan infeksi dan kelainan bawaan payudara (Djoerban, 2003).
Berdasarkan Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008, 10
peringkat utama pe-nyakit neoplasma ganas atau kanker pasien rawat inap
di rumah sakit sejak tahun 2004- 2008 tidak banyak berubah. Tiga
peringkat utama adalah neoplasma ganas payudara disusul neoplasma
ganas serviks uterus dan neoplasma ganas hati dan saluran intra hepatik.
Kanker payudara terus meningkat selama 4 tahun tersebut dengan kejadian
5.297 kasus di tahun 2004, 7.850 kasus di tahun 2005, 8.328 kasus di
tahun 2006, dan 8.277 kasus di tahun 2007 (Depkes RI, 2008).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kurkumin
Kurkumin merupakan senyawa polifenolik yang memberikan warna
kuning dan merupakan senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi
seperti, melancarkan peredaran darah dan vital energi, menghilangkan
sumbatan, peluruh haid, antiradang, antibakteri, memperlancar
pengeluaran empedu, astringent dan antikanker (Aggarwal et al., 2005,
Widjayakusuma, 2005). Kandungan Kimia rimpang curcuma longa, L
antara lain, kurkumin, minyak atsiri (turmeron, felandren, zingiberen,
borneol, dll.), desmetoksikurkumin, tanin, dan lain-lain. Di dalam rimpang
curcuma longa, L terdapat senyawa kurkumin I, kurkumin II, dan
kurkumin III dengan kandungan masing-masing sebesar 77%, 17%, dan
3%.
2.2
Kanker Payudara
Keganasan payudara merupakan penyebab kematian nomor dua setelah
keganasan mulut rahim. Kebanyakan penderita datang dengan stadium
lanjut (IIIA dan IIIB), 20,3 % pada stadium IV, sedangkan yang stadium
dini (I dan II) tidak ada atau sangat jarang (15 %). Banyak pendapat
mengenai timbulnya keganasan payudara diajukan oleh para ahli dan
peneliti, seperti adanya gen abnormal dan mutasi gen, tetapi penyebab
yang pasti belum diketahui sampai saat ini. Kelainan yang terdapat pada
payudara bias berupa benjolan padat, kistik yang tidak semua ganas.
Keganasan yang timbul berasal dari perkembangan jaringan epitel
payudara maupun jaringan ikat. (Cahyo Novianto, 2004)
Setiap tahun terdapat lebih dari 1,1 juta wanita penderita kanker payudara
yang baru dengan 410.000 kematian (1,6% dari seluruh kematian wanita di
dunia). Oleh karena itu, kanker payudara ini telah menjadi masalah urgent
dalam dunia kesehatan dengan pening-katan insidensi lebih dari 5% setiap
tahunnya (Anderson, et al., 2006).
2. Vena
Pada daerah payudara terdapat 3 vena, yaitu:
a. Cabang-cabang perforantes vena mammaria interna.
Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari
payudara. Vena ini bermuara pada vena mammaria interna yang
kemudian bermuara pada vena innominata.
b. Cabang-cabang vena aksilaris yang terdiri dari vena thorakoakromialis, vena thorako-lateralis dan vena thorako-dorsalis.
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada vena interkostalis.
Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus yang masingmasing mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya, dan
muara putting susu. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari
kelenjar payudara (Ramli,1994).
2.2.4
Skin dimpling
Skin ulcer
Peau d'orange
4. Gangguan puting:
-
Putting discharge.
seperti pasir.
T1 Tumor 2 cm atau kurang:
T1a tidak ada perlekatan/ilfiltrasi ke fasia pektoralis/otot
pektoralis.
T1b dengan perlekatan/ilfiltrasi ke fasia pektoralis/otot pektoralis.
T2 Tumor 2 cm-5 cm:
T2a tidak ada perlekatan ke fasia pektoralis atau otot pektoralis.
T2b dengan perlekatan ke fasia pektoralis atau otot pektoralis.
T3 Tumor lebih besar dari 5 cm:
T3a tanpa perlekatan ke fasia pektoralis atau otot pektoralis.
T3b dengan perlekatan ke fasia pektoralis atau otot pektoralis.
Perlekatan sedikit ke kulit (dimpling) atau retraksi putting susu
berbiji-biji.
N = kelenjar limfe regional.
N0 tidak teraba kelenjar limfe di ketiak homolateral.
N1 teraba di ketiak homolateral kelenjar limfe yang dapat
digerakkan.
N1a kelenjar limfe yang di duga bukan anak sebar.
N1b kelenjar limfe yang diduga anak sebar.
N2 kelenjar limfe ketiak homolateral, berlekatan satu sama lain
Stadium I :
-
T1a NO (N1a) M0
T1b N0 (N1a) M0
Stadium II:
-
T0 N1b M0
T1a N1b M0
T1b N1b M0
T2a N0 (N1a) M0
T2b N0 (N1a) M0
T2a N1b M0
2.2.7.1. Anamnesis
Di dahului dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap.
Keluhan utama penderita dapat berupa : massa tumor di payudara, rasa
sakit, cairan dari putting susu, retraksi putting susu, adanya eczema
sekitar areola, keluhan kulit berupa dimpling, kemerahan, ulserasi atau
adanya peau dorange, atau keluhan berupa pembesaran di kelenjar getah
bening aksila. Biasanya kanker payudara mempunyai cirri dengan batas
yang irregular umumnya tanpa rasa nyeri,tumbuh progresif cepat
membesar (Ramli,1994).
2.2.7.2 Pemeriksaan fisik
Karena organ payudara di pengaruhi oleh factor hormonal antara lain
estrogen dan progesterone maka sebaiknya pemeriksaan payudara di
lakukan di saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin, yaitu setelah
mestruasi lebih kurang satu minggu dari hari pertama mestruasi. Dengan
pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan pemeriksaan untuk
kanker payudara secara klinis cukup tinggi (Ramli,1994).
Teknik pemeriksaan
Penderita di periksa dengan badan bagian atas terbuka:
1. Posisi tegak (duduk)
Penderita duduk dengan posisi tangan bebas ke samping,pemeriksa
berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada
inspeksi di lihat: simetri payudara kiri-kanan, kelainan papila, letak
dan bentuknya, adakah retraksi puting susu, kelainan kulit, tandatanda radang,peau dorange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain.
2. Posisi berbaring
Posisi berbaring dan di usahakan agar payudara jatuh tersebar rata di
atas lapangan dada,jika perlu bahu/punggung di ganjal dengan bantal
kecil pada penderita yang payudara nya besar.palpasi ini di lakukan
dengan mempergunakan falang distal dan falang medial jari II, III,
dan IV, dan di kerjakan secara sistematismulai dari cranial setinggi iga
ke-2 sampai ke distal setinggi iga ke-6, dan pemeriksaan daerah
sentral subareolar dan papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau ada
cairan keluar dengan menekan daerah sekitar papil.
3. Menetapkan keadaan tumornya a. Lokasi tumor menurut kwadran di
payudara atau terletak di daerah sentral (subareola dan di bawah
papil). Payudara di bagi atas empat kwadran, yaitu kwadran atas,
lateral bawah, medial atas dan bawah serta di tambah satu daerah
sentral.
b. Ukuran tumor,konsistensi,batas-batas tumor tegas atau tidak tegas.
c. Mobilitas tumor terhadap kulit dan muskulus pektoralis atau
dinding dada.
4. Memeriksa kelenjar getah bening regional aksila, yang di raba
kelompok kelenjar getah bening:
mammaria eksterna, di bagian anterior dan di bawah tepi muskulus
pektoralis aksila
subskapularis di posterior aksila
sentral di bagian aksila
apikal di ujung atas fossa aksila
Pada perabaan di tentukan besar, konsistensi, jumlah, apakah berfiksasi
atau tidak.
5. Organ lain ikut di periksa adalah hepar,lien untuk mencari metastasis
jauh,juga tulang-tulang utama, tulang belakang.
klinik dan rontgenologik dan adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik
dan rontgenologik dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda sekunder berupa
retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi
papila dan areola. Mammografi ini dapat mendeteksi tumor-tumor yang
secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan
screening.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini hanya dapat membedakan lesi solid dan kistik,
pemeriksaan lain dapat berupa: termografi, xerografi.
Pemeriksaan lain seperti:
- thoraks foto
- bone screening/born survey
- USG abdomen/liver
2.8.4. Penatalaksanaan Kanker Payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian
pengobatan meliputi : 1) pembedahan, 2) kemoterapi, 3) terapi
hormon, 4) terapi radiasi dan 5) terapi imunologi (antibodi).
Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau
membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejalagejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi
dilakukan secara individual (WHO, 2003).
1) Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur
pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung
pada tahapan penyakit, tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien
secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy),
mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau
pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan
harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan
seperti radiasi,hormon atau kemoterapi.
2) Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi
untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
3) Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka
hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah
pembedahan atau pada stadium akhir.
4) Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap
lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat
kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan.
Salah satu diantaranya adalah Capecitabine, obat anti kanker oral
yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya
menyerang sel kanker saja.
5) Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein
pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien
seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang
untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa
menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2
untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
2.10. Prognosis Kanker Payudara
Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara di tentukan oleh:
1. Staging (TNM)
Semakin dini semakin baik prognosisnya
Stadium I : 5-10 tahun 90-80 %
Stadium II : 70-50 %
Stadium III : 20-11 %
Stadium IV : 0 %
Untuk stadium 0 (in situ)
merupakan analog kurkumin [1,7-bis-(4-hidroksi-3-metoksifenil)- 1,6heptadiena-3,5-dion]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek
sitotoksik dan antiangiogenik PGV-1 dibandingkan dengan kurkumin pada
sel T47D yang diinduksi 17 -estradiol 10-8 M. Hasil penelitian
menunjukkan nilai IC50 PGV-1 adalah 3,16 M lebih bersifat sitotoksik
dibanding kurkumin (IC50 = 19,05 M). Ekspresi protein diamati
menggunakanmetode imunositokimia. PGV-1 5 M dan kurkumin 20 M
menurunkan ekspresi VEGF dan COX-2. Hasil tersebut membuktikan
bahwa PGV-1 memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai senyawa
antiangiogenesis. ( Meiyanto E. et al , 2006)
Hasil penelitian lain menunjukkan adanya kemampuan kurkumin dan
analognya sebagai Selective Progesterone Receptor Modulators (SPRMs)
dalam penghambatan interaksi hormon progesteron dengan reseptornyaa,
yang diketahui dapat menginduksi proliferasi sel sehingga dapat memacu
kanker. (Pebriana R.B.)
BAB II
METODOLOGI
3.1.
Kerangka Berpikir
Sel Payudara
Normal
Carcinogenic :
- ROS
- estrogen
- progesteron
- etc.
Mutas
i
Sel Kanker
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
4.1
4.2
4.3
4.4
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Saran
Penulis menyadari banyaknya kekurangan pada karya tulis ini. Hal ini disebabkan
karena kurangnya referensi-referensi yang dapat dijadikan rujukan. Oleh karena
itu dibutuhkan penelitian-penelitian lebih lanjut tentang pengaruh kurkumin pada
kanker sebelum benar-benar dijadikan terapi pada payudara.
DAFTAR PUSTAKA
Novianto, C. 2004. Akurasi Pemeriksaan Klinis, Ultrasonogravi Payudaradan
Sitologi Biopsiaspirasi Dalam Menegakkan Diagnosis Keganasan
Payudara Stadium Dini. Semarang.
Putra, I.G.N. Saskara, dkk. 2008. Kurkumin Dan Analognya Sebagai Selective
Estrogen Receptor Modulators (SERMS): Kajian Berdasarkanmetode
Docking Pada Receptor Estrogen Alfa. Yogyakarta
Pebriana, R.B.,dkk. Docking kurkumin dan senyawa analognya pada reseptor
progesterone: studi interaksinya sebagai selective progesteron receptor
modulators (SPRMS). Yogyakarta
Ahmad, Ahyar, Rauf Patong. Aktivits Antikanker Senyawa Bahaan Alam
Kurkumin Dan Analognya Pada Tingkat Molekuler. Makassar
Dai, Muhammad, dkk. 2011. Pentagamavunon-1 menghambat siklus sel
T47Dterinduksi caspase inhibitor Z-VAD-Fmk pada fase G2-M. Surakarta
Meiyanto, edy,dkk. 2007. PGV-0 Induces apoptosis on T47D breast cancer cell
line through caspase-3 activation. Yogyakarta
Meiyanto, edy, dkk. 2006. PGV-1 menurunkan eksresi factor angiogenesis
(VEGV dan COX-2) pada sel T47D terinduksi estrogen. Yogyakarta
Indrati, rini, dkk. Factor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker
payudara wanita. Semarang