Anda di halaman 1dari 4

Fisiologi reproduksi wanita

a. Vagina
Vagina merupakan kanal fibromuskular yang elastic dan mengarah ke atas yang elastic
yang mengarah ke atas dan ke belakang dari vulva ke uterus. Dinding vagina tidak memiliki
kelenjar namun kelembapannya dijaga oleh secret kelenjar serviks dan adanya rembesan
cairan dari kapiler darah. Ph cairannya asam yaitu sekitar 3,8-4,5 dan berfungsi untuk
menjaga kuman komensal vagina yaitu basil Doderlein. Kuman komensal ini memakan
glikogen yang terdapat di dinding vagina dan mengubahnya menjadi asam laktat sehingga
melindung vagina dan genitalia interna lainnya dari infeksi.
Dinding vagina tersusun dari adventisia terluar suatu lapisan otot polos dan epithelium
skuamosa bertingkat nonkeratinisasi yang memiliki reseptor pada membrane untuk estrogen.
Beberapa pengaruh estrogen pada vagina :
1. Sebelum pubertas dan setelah menopause, jika konsentrasi estrogen darah rendah ,
lapisan vagina menjadi tipis dan hamper seluruhnya terdiri dari sel-sel basal. Selama
tahun-tahun reproduktif oleh karena pengaruh estrogen lapisan vagina menjadi tebal
yang terdiri dari 40 lapisan sel basal, sel intermediet, dan sel superficial.
2. Vagina dilembabkan dan dilumasi oleh cairan yang berasal dari kapiler pada dinding
vagina dan disekresi dari kelenjar-kelenjar serviks. Selama masa reproduktif cairan
vagina bersifat asam . karena stimulasi estrogen , sel-sel mukosa menyimpan
glikogen yang akan dimetabolisme menjadi asam laktat oleh bakteri normal vagina.
Sebelum pubertas dan setelah menopause, sedikit stimulasi estrogen mengakibatkan
sedikit akumulasi estrogen dalam sel-sel mukosa dan Ph-nya menjadi basa.
Cairan yang asam dan epithelium yang tebal melindungi vagina dari infeksi yang
berbahaya. Jika kadar estrogen rendah, seperti pada anak perempuan prapubertas dan
perempuan menopause vagina lebih rentan terhadap infeksi. Infeksi juga sering
terjadi pada perempuan di masa reproduktif jika bakteri normal vagina diganggu oleh
alat kontrasepsi kimia atau antibiotic.
Beberapa fungsi vagina yaitu :
1.
2.
3.
4.

Sebagai tempat tumpahan dan jalan lintaasan spermatozoa selama coitus


Sebagai jalan keluar bagi janin produk konsepsi lainnya.
Menjadi jalan keluar aliran menstruasi
Sebagai sawar terhadap infeksi ascendens

b. Uterus

Uterus merupakan organ berotot, berongga, dan berbentuk buah pir yang terletak dalam
rongga panggul diantara kandung kemih dan rectum. Posisi uterus adalah anteversi dan
anteflexi. Fungsi uterus yaitu menerima, melindungi, tempat berkembangnya, dan
pengeluaran janin
Corpus uteri dan serviks tersusun atas 3 lapisan jaringan , yaitu :
1. Lapisan epitel di dalam (endometrium)
Lapisan endometrium uterus tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan fungsional dan
lapisan basal. Lapisan fungsional merupakan jaringan epitel yang banyak
mengandung kelenjardan setelah pubertas lapisan ini dibangun dan meluruh pada
setiap siklus menstruasiakibat pengaruh hormonlapisan fungsional banyak
mengandung pembuluh darah dan arteri spiralis yang member nutrisi bagi proliferasi
sel selama siklus reproduksi. Ketika ovum yang telah dibuahi tertanam ke
endometrium , lapisan tersebut menyediakan nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkeembangan embrio selama kehamilan.
Lapisan basal merupakan lapisan permanen yang membentuk lapisan fungsional
setiap kali setelah menstruasi. Sserviks dilapisi oleh epitel kolumnar yang menyekresi
mucus untuk membentuk sumbat pelindung di kanal servikal untuk melindungi
genitalia iinternadari infeksi. Lapisan endometrium serviks juga juga berlipat-lipat
seperti vagina (arbor vitae), yang memungkinkan dilatasi selama persalinan . Lapisan
endometrium serviks tidak ikut meluruh saat menstruasi
2. Lapisan otot di tengah (miometrium)
Lapisan tengah dinding uterus ini terdiri ats 3 lapisan otot yaitu lapisan otot sirkuler
di bagian dalam, lapisan otot obliq di bagian tengahdan lapisan otot longitudinal di
bagian luar. Lapisan miometrium ini berperan penting saat persalinan dengan
berkontraksi mendorong bayi keluar yang distimulasi oleh hormon oksitosin.
3. Jaringan ikat di luar (perimetrium)
Lapisan terluar uterus dan serviks ini sebenarnya merupakan lapisan peritoneum yang
membungkus uterus dan uba uterine.
Fisiologi menstruasi
Siklus haid dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas dua fase dan satu saat,
yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadar hormone sepanjang
siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormone steroid dan
hormone gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negative terhadap FSH, sedangkan
terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negative jika kadarnya rendah, dan umpan
balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap hormone gonadotropin ini
mungkin pada hipotalamus.

Tidak lama setelah haid mulai, pada fase follikuler dini, beberapa folikel berkembang
oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus
luteum, sehingga hormone steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen
meningkat, dan ini menekan produksi FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya
sendiri terhadap atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH
juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam
folikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketika FSH mulai menurun,
menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan
folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma jelas meninggi. Estrogen pada mulanya
meninggi secara berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini
memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan LH (LH-surge) pada
pertengan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24
jam dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam
beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan
perubahan morfologik pada folikel. Mungkin pula menurunnya LH itu disebabkan oleh umpan
balik negative yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH yang cukup saja tidak
menjamin terjadinya ovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16-24 jam setelah lonjakan LH. Pada
manusia biasanya hanya satu folikel yang matang. Mekanisme terjadinya ovulasi agaknya bukan
oleh karena meningkatnya tekanan dalam folikel, tetapi oleh perubahan-perubahan degenerative
kolagen pada dinding folikel, sehingga ia menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2
memegang peranan dalam peristiwa itu.
Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulose membesar, membentuk vakuola dan
bertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan
granulose juga bertambah dan mencapai puncaknya pada 8-9 hari setelah ovulasi. Luteinized
granulose cells dalam korpus luteum itu membuat progesteron banyak, dan luteinized theca cells
membuat pula estrogen yang banyak, sehingga kedua hormone ini meningkat tinggi pada fase
luteal. Mulai 10-12 hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami regresi berangsur-angsur
disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesteron
dan estrogen. Masa hidup korpus luteum pada manusia tidak bergantung pada hormon
gonadotropin, dan sekali terbentuk ia berfungsi sendiri (autonom). Namun, akhir-akhir ini
diketahui untuk berfungsinya korpus luteum, diperlukan sedikit LH terus-menerus.

Steroidegenesis pada ovarium tidak mungkin tanpa LH. Mekanisme degenerasi korpus luteum
jika tidak terjadi kehamilan belum diketahui. Empat belas hari setelah ovulasi terjadi haid. Pada
siklus haid normal umumnya terjadi variasi dalam panjangnya siklus disebabkan oleh variasi
dalam fase folikuler. (Wiknjosastro, 2007 : 104-107)

Anda mungkin juga menyukai