Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

SEMI SOLID DAN LIQUID


SEDIAAN SUSPENSI

Disusun Oleh :
1. Sinta Dwi Prisilia
2. Supatmi
Tingkat

(E0014052)
(E0014056)
: III B

Dosen Pengampu : Agung Nur Cahyanta M.Farm.,Apt

PROGRAM STUDI SI FARMASI


STIKES BAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dhien No.16, Desa Kalisapu, Kec. Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah -52416
Telp. (0283) 6197571 Fax. (0283) 6198450 Homepage website www.stikesbhamada ac.id email stikes_bhamada
@yahoo.com

2015
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb


Alhamdulilah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karuniaNYA kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu. Makalah yang kami buat ini berjudul suspensi.
Adapun tujuan kami membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah Teknologi Sediaan Farmasi Semi Solid dan Liquid yang di bimbing oleh
Bapak Agung Nur Cahyanta.M.Farm.,Apt. Semoga makalah yang kami susun ini
dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Demikian makalah ini dibuat, kami menyadari di dalam penyusunan dan
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan maka dari pada itu kritik
dan saran sangat kami harapkan untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar
lebih baik lagi, dan atas kritik dan saran kami ucapkan terima kasih.

Slawi, Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................I

KATA PENGANTAR .........................................................................................II


DAFTAR ISI .......................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................1
C. TUJUAN.................................................................................................1
BAB II ISI
A. PENGERTIAN SEDIAAN SUSPENSI..................................................2
B. PEMBAGIAN SEDIAAN SUSPENSI...................................................2
C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN SUSPENSI...............
D.
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN...............................................................................................12
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat
berperan

aktif

dalam

peningkatan

kulitas

produksi

obat-obatanyang

disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan
peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa

harus menguragi atau mengganggu dari efek farmakologisnya (Lacman,


2008).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut,terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi
harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan,
endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan
untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin
sediaan mudah digojog dan dituang (Anief, 1999).
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
tidak larut tetapi terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut
dimaksudkan secara fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat
dalam atau untuk pemakaian luar denagn tujuan penyalutan. Sediaan dalam
bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain
pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi
diterima baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi
warna atupun bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat yang terdispersi pada
suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog
perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan,
suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk
menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin
sediaan mudah digojog dan dituang. Suspensi dapat didefinisikan sebagai
preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal
sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat
menunjukkan

kelarutan

yang

sangat

minimum.

Beberapa

suspensi

diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan dalam


cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik
lainnya (Anonim, 2013).
Selain itu pembuatan suspensi ini didasarkan pada pasien yang sukar
menerima tablet atau kapsul, terutama bagi1 anak-anak dan lansia, dapat
menutupi rasa obat yang tidak enak atau pahit yang sering kita jumpai pada
bentuk sediaan tablet, dan obat dalam bentuk sediaan suspensi lebih mudah
diabsorpsi daripada tablet/kapsul dikarenakan luas permukaan kontak antara

zat aktif dan saluran cerna meningkat. Oleh karena itu dibuatlah sediaan
suspensi. Pembuatan suspensi ini pula didasarkan pada pengembangan
sediaaan cair yang lebih banyak diminati oleh masyarakat luas. Tetapi dalam
pembuatan suspensi juga memerlukan ketelitian dalam proses pembuatan
sehingga kestabilannya dapat terjaga (Anif, 1999).
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspense
adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas
dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga
stabilitas suspense Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan
dengan larutan sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian
zat aktif yang tidak
stabil dalam air (Syamsuni, 2006)
Kekurangan suspensi sebagai
penyimpanan,

memungkinkan

bentuk

terjadinya

sediaan

adalah

perubahan

pada

sistem

saat

dispersi

(cacking,flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan


temperatur. Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi
adalah untuk memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar
partikel yang telah tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik (Anonim,
2013).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN SEDIAAN SUSPENSI


Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai
suspensi adalah sediaan seperti tersebut diatas dan tidak termasuk
kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi
topikal, dan lain-lain. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan,
sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan

terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.


Sediaan seperti ini disebut untuk suspensi oral (Depkes, 1995).
Suspensi adalah yang mengandung bahan obat padat dan bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (FI III1979)
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair (FI IV hal : 17)
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak
melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan
padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau
tampa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan
pembawa yang di tetapkan (formularium nasional hal : 3)
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (IMO hal :
149)
Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase.
fase kontinue atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat
dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel kecil, yang pada
dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu zat
yang tidak larut bisa dimaksudkan untuk diabsorpsi fisiologis atau untuk
fungsi pelapisan dalam dan luar (leon lachman hal : 985)
2.2 MACAM MACAM SEDIAAN SUSPENSI
1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan
pada kulit.
3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung
partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang
ditujukkan untuk penggunaan pada mata.

4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikelpartikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian
luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau
kedalam saluran spinal.
2.3 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SUSPENSI
a. Keuntungan Suspensi
1. Berbentuk cair sehingga disukai lebih banyak pasien.
2. Mudah ditelan.
3. Keluwesan dalam pemberian dosis.
4. Pemberian lebih mudah.
5. Lebih mudah untuk memberikan dosis yang relative sangat besar.
6. Aman.
7. Mudah diberikan untuk janak anak.
8. Mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak.
9. Memiliki homogenitas tinggi.
10. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit dari obat.
11. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil didalam air.
b. Kekurangan Suspensi
1. Mempuyai rasa tidak enak bila diberikan dalam bentuk larutan.
2. Tidak terasa bila diberikan sebagai partikel yang tidak larut dalam
3.

suspense.
Memiliki kestabilan yang rendah (pertumbuhan kristal (jika jenuh),

4.

degradasi dll)
Jika membentuk "cacking" akan sulit terdispersi kembali sehingga

homogenitasnya akan turun.


5. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar dituang.
6. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan.
7. Pada saat peyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi
(cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktUasi /
perubahan temperatur.
8. Sediaaan suspensi harus di kocok terlebih dahulu untuk memperoleh
dosis yang diinginkan.

2.4 KRITERIA SUSPENSI IDEAL

Adapun kriteria kriteria suspensi yang ideal menurut ( Howard C.

Ansel halaman 356 ):


a. Suatu suspensi farmasi yang dengan tepat mengendap secara lambat
dan harus rata lagi bila dikocok.
b. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel
dari suspensoid ini tetap agak konstan untuk yang lama pada
penyimpanan.
c. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
Adapun kriteria suspensi menurut Rps : ( Remingtons pharmaceutical science
halaman 1538 1539 )
1. Suspensi secara kimiawi lebih stabil daripada larutan.
2. Suspensi bentuknya lebih stabil.
3. Suspensi tersebut tidak boleh terlalu kental agar mudah dituang.

2.5 METODE PEMBUATAN SUSPENSI


Suspensi dapat dibuat dengan metode sebagai berikut:
a. Metode Dispersi
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan
obat kedalam mucilago yang telah terbentuk, kemudian baru
diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran
pada saat mendispersikan serbuk ke dalam pembawa. Hal tersebut
karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang
sangat halus mudah termasuki udara sehingga sukar dibasahi. Mudah
dan sukarnya serbuk dibasahi serbuk dibasahi tergantung pada besarnya
sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium. Jika sudut kontak
900, serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian
disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan
permukaan antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu
ditambahkan zat pembasah atau wetting agent (Syamsuni, 2006).
b. Metode Presipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut
organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut
organik, larutan zat ini kemudian diencerkan dengan larutan
pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi

dengan bahan pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah etanol,


propilen glikol dan polietilen glikol (Syamsuni, 2006).

2.6 KOMPOSISI SUSPENSI


Menurut ( Howard C. Ansel halaman 1016 1021 ) Banyak
faktor harus dipertimbangkan dalam mengembangkan suatu bentuk
sediaan suspensi. Pemikiran dasar meliputi kenyataan bahwa suspensi
mengendap, dan perlu untuk mendistribusikannya kembali sebelum
menggunakan atau memberikannya sebagai produk. Dalam fase permulaan
formulasi, harus dibuat keputusan mengenai tipe umum sistem suspensi
yang diinginkan. Adapun formula umum dari suspensi yaitu :

a. Suspensi dengan zat pembasah dan zat pengagregat

b. Suspensi-suspensi yang berisi zat padat dalam jumlah sedikit

Rute pemerian ini dibatasi pembuatan formula,kekisaran aditif


yang agak sempit. Sampel yang yang paling aik disapkan dengan membuat
suatu dispersi pekat dalam volume yang sama dengan 10% volme akhir.
Zat pengawet contohnya,enzil zat pengawe contohnya,benzil
alkohol,kloritanol,metil paraben dan propilparaben zat untuk isotonisitas
contohnya natrium klorida dan zat untuk pendapar contohnya natrium
sitrat. Penting untuk dicaat bahwa koloid pelindung seperti,PEG,4000
,natrium karboksimetilselulosa,dan metilselulosa semua memodifikasi

karakteristik

ini.sorbitol

dan

dekstrosa

dapat

dimasukkan

untuk

menyesuaikan kerapatan.
c. Suspensi dengan banyak isi zat padat. Terdiri dari :
1. Zat pengawet: benzil alkohol,uil paaben,metil paraben/propilparaben
2. Zat pendapar: natrium sitrat
3. Zat koloid pelindung: lesitin
4. Zat antioksida: natrium formal dehid sulfoksilat

d. Suspensi antasida

2.7 SYARAT SYARAT SUSPENSI


Menurut farmakope indonesia edisi IV
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intrarektal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk di gunakan dengan cara tertentu harus
mengandung zat antimikroba.
3. Suspensi harus di kocok sebelum digunakan
4. Suspensi harus disimpan dalam wadahtertutup rapat.( FI IV hal 18)
Menurut farmakope Indonesia edisi 3
1. Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
4. Keketalan suspense tidak boleh terlalu tinngi agar mudah di kocok dan di
tuang. (FI III hal 32)
Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel
dari suspenoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan
(ansel hal 356)

Partikel padatan fase dispersi harus halus dan tidak boleh cepat
mengendap (1985 FKI hal 82)
Kadar surfaktan yang digunakan tidak boleh mengiritasi atau melukai
kulit (1985 FKI hal 77)
2.8 ALIRAN ALIRAN DALAM SUSPENSI
Tipe-tipe aliran dalam suspensi Tipe aliran suspensi dibedakan menjadi 2
jenis yaitu:
1. Aliran newton
Dimana dalam aliran newton ini berbunyi bahwa semakin besar
viskositas suatu cairan ,maka semakin besar tekanannya.
Contohnya:untuk sediaan cream, ketika dilakukan pengeluaran sediaan
cream dari tubenya,semakin besar tekanan yang diberikan pada bagian
tubenya maka semakin cepat keluarnya cream dari tube tersebut dan
sebaliknya.
2. Aliran non-newton
Berdasarkan sistem non newton,liran terbagi atas 3 jenis yaitu:

a. Aliran plastis

Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang


tersuspensi dalam suspensi pekat. Adanya yield value disebabkan oleh
adanya kontak antara partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh
adanya gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat
terjadi. Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi.
Makin banyak suspensi yang terflokulasi, makin tinggi yield value-nya.
Kekuatan friksi antar partikel juga berkontribusi dalam yield value. Ketika

yield value terlampaui (shear stress di atas yield value), sistem plastis akan
menyerupai sistem newton.
b. Aliran psudaplastis
Aliran pseudoplastis ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi
yaitu gom alam dan sisntesis seperti dispersi cair dari tragacanth, natrium
alginat, metil selulosa, dan natrium karboksimetil selulosa. Aliran
pseudoplastis diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, hal ini
berkebalikan dengan sistem plastis, yang tersusun dari partikel-partikel
tersuspensi dalam emulsi. Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai dari
(0,0) , tidak ada yield value, dan bukan suatu harga tunggal.

c. Aliran dilatan
Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat
padat terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya
hambat untuk mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear.
Jika stress dihilangkan, suatu sistem dilatan akan kembali ke keadaan
fluiditas aslinya.

Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat


dengan volume antar partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah
pembawa dalam suspensi ini cukup untuk mengisi volume ini dan
membentuk ikatan lalu memudahkan partikel-partikel bergerak dari suatu
tempat ke tempat lainnya pada rate of shear yang rendah. Pada saat shear

stress meningkat, bulk dari system itu mengembang atau memuai (dilate).
Hal itu menyebabkan volume antar partikel menjadi meningkat dan jumlah
pembawa yang ada tidak cukup memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh
karena itu hambatan aliran meningkat karena partikel-partikel tersebut
tidak dibasahi atau dilumasi dengan sempurna lagi oleh pembawa.
Akhirnya suspense menjadi pasta yang kaku.
2.9 EVALUASI STABILITAS FISIK SUSPENSI
1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptik yang dilakukan meliputi bau,warna, dan rasa
2. Massa Jenis
Piknometer kosong yang bersih dan kering ditimbang . Kemudian
aquadest dimasukkan ke dalam piknometer dan ditimbang beratnya.
Piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Suspensi dimasukkan ke
dalam piknometer,kemudian ditimbang beratnya Massa jenis suspensi
ditentukan menggunakan persamaan (1).

3. Distribusi Ukuran Partikel


Suspensi diencerkan dan dibuat sediaan yang cukup antara 3-5
sediaan diatas objek glass. Kemudian objek glass yang berisi preparat
yang akan diamati diletakkan di tengah-tengah meja benda. Lensa
objektif diturunkan sampai berjarak kira-kira 3mm dengan benda yang
akan diamati. Sambil melihat melalui lensa okuler, pengatur kasar
diputar keatas sehingga partikel yang akan diamati terlihat jelas.
Kemudian dihitung nilai antilog SD diameter dari 20 partikelsuspensi
tersebut. Jika nilai antilog SD<1,2, maka jumlah partikel yang diukur
500. Sedangkan jika nilai antilog SD>1,2 maka jumlah partikel yang
harus diukur adalah 1000. Selanjutnya dilakukan pengelompokkan
dengan menentukan ukuran partikel yang terkecil yang tersebar.
Dibuat grafik distribusi ukuran partikel dan ditentukan harga
diameternya.

4. Viskositas
Tahapan awal, ditentukan nilai Kv viscometer stormer dengan
sampel suspense. Sampel dimasukkan ke dalam wadah. Sampel
dinaikkan hingga tanda batas pada dayung terendam, tepat letaknya di
tengah sampel. Rem dilepas sehingga pemberat akan meluncur ke
bawah. Lakukan prosedur dengan pemberat anak timbangan yang
bervariasi (W) yaitu: 30, 60, 90, 120, dan 150 5 gram. Dicatat nilai
rpm yang dihasilkan pada setiap anak timbangan yang berbeda.
Selanjutnya dicari nilai regresi linier dari bobot anak timbangan (x) vs
rpm (y) sehingga diperoleh persamaan (2). Nilai y pada persamaan
regresi dianggap nol, sehingga dapat dicari nilai x (Wf). Ditentukan
viskositasnya dengan menggunakan persamaaan (3).

5. Volume Sedimentasi
Suspensi dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 mL dan disimpan
pada suhu kamar serta terlindung dari cahaya secara langsung. Volume
suspensi yang diisikan merupakan volume awal (Vo). Perubahan
volume diukur dan dicatat setiap selama 30 hari tanpa pengadukan
hingga tinggi sedimentasi konstan. Volume tersebut merupakan volume
akhir (Vu). Volume sedimentasi dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan
F=Vu/Vo
6. Redispersi
Uji Redispersi dilakukan setelah evaluasi volume sedimentasi
selesai dilakukan. Tabung reaksi berisi suspensi yang telah dievaluasi
volume sedimentasinya diputar 180 derajat dan dibalikan ke posisi
semula.Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi
sempurna dan diberi nilai 100%. Setiap pengulangan uji redispersi

pada sampel yang sama, maka akan menurunkan nilai redispersi


sebesar 5%.
7. Pengukuran pH
Suspensi dituangkan ke dalam wadah khusus pada pH meter
secukupnya. Tunggu hingga pH meter menunjukkan posisi tetap, pH
yang ditampilkkan pada layar digital pH meter dicatat.
2.10 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILITAS SUSPENSI
1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan
antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan
keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran
partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
2. Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin
turun (kecil).
3. Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar,
maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas
karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu
akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena
itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan
terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa
macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan
demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang
menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena
sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat
mempengruhi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan

pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan


viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat
pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan
pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan
pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid).

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Aliran suspensi dapat dibagi menjadi 2 yaitu : Aliran newton dan
Aliran non newton
2. Didalam aliran newton terdapat viskositas adapun penjelasan dari
viskosita yaitu : Jika suatu cairan atau larutan yang terdapat pada
bidang paling atas bergerak atau memproses dengan kecepatan
konstan , maka setiap bidang lapisan dibawahnya akan bergerak
dengan kecepatan yang lurus dengan jarak pada bidang lapisan yang
3.

paling dasar akan diam.


Pembentukan suspensi :
a. Metode pengendapan yaitu : untuk bahan yang sukar larut
dalam air yang didasarkan pada obatnya.
b. Metode dispersi yaitu untuk bahan yang bisa larut dalam air

dengan cara hanya ditetesi .


4. Factor yang dapat mempengaruhi sediaan suspensi yaitu ukuran
partikel. Kekentalan, jumlah partikel dan sifat partikel.
3.2 SARAN
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tujuan
yang diinginkan akan tercapai maka disarankan bagi mahasiswa,
diharapkan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Departemen Kesehatan RI., (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI., (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta.

Drs. H. A. syamsuni. 2007. Ilmu Resep. Jakarta. Buku kedokteran


Emilia, Wintari Taurina dan Andhi Fahrurroji.2014. Formulasi Dan Evaluasi
Stabilitas Fisik Suspensi Ibuprofen Dengan Menggunakan Natrosol
Hbrsebagai Bahan Pensuspensi. Tanjung pura
Fithriani harry yusuf. Remingtons Pharmaceutical science. Halaman 1538 1539
Leon Lachman. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 2. Jakarta.
Penerbit Universitas Indonesia
Lachman, dkk. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Universitas
Indonesia : Jakarta
Syamsuni, H. A., (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Anda mungkin juga menyukai