Etika Pem
Etika Pem
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Praktek keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik
keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien,
perawat terhadap petugas, perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat
terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air.
Norma-norma dalam etika kesehatan dibentuk oleh kelompok profesi tenaga kesehatan itu
sendiri, yang bila dihimpun (dikodifikasikan) sering disebut sebagai kode etik. Kode etik
keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang
berhubungan dengan pasien, masyarakat, teman sejawat dan diri sendiri. Dengan kata lain
pengertian kode etik perawat yaitu suatu pernyataan / keyakinan publik yang
mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan, yang bertujuan untuk
memberikan alasan terhadap keputusan-keputusan etika. Kode etik diorganisasikan
dalam nilai moral yang merupakan pusat bagi praktik keperawatan yang etika,
semuanya bermuara dalam hubungan profesional perawat dengan klien dan menunjukan
apa yang diperdulikan perawat dalam hubungan tersebut.
Nilai-nilai moral tersebut adalah: Prinsip Penghargaan (respek) terhadap orang, dari
prinsip penghargaan timbul prinsip otonomi yang berkenaan dengan hak orang.untuk
memilih bagi diri mereka sendiri, apa yang menurut pemikiran mereka adalah yang
terbaik bagi dirinya, selanjutnya kemurahan hati (Benefiecence) merupakan prinsip
untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan/bahaya orang lain. Prinsip Veracity
merupakan suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak
membohongi orang lain. Prinsip confidentiality (kerahasiaan), berarti perawat
menghargai semua informasi tentang klien merupakan hak istimewa pasien dan tidak
untuk disebarkan secara tidak tepat. Fidelity / kesetiaan, berarti perawat
berkewajiban untuk setia dengan kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat,
meliputi menepati janji, menyimpan rahasia serta "Carring". Prinsip Justice
(keadilan), merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil untuk semua individu.
Semua nilai-nilai moral tersebut selalu dan harus dijalankan pada setiap pelaksanaan
praktek keperawatan dan selama berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain.
Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik dilema etik. Maka penyelesaian
dari dilema etik tersebut harus dengan cara yang bijak dan saling memuaskan baik
pemberi asuhan keperawatan (perawat), Pasien dan profesi lain (teman sejawat).
Pada penulisan makalah ini dibahas suatu kasus yang berkaitan dengan dilema etik
dalam praktek keperawatan dan bagaimana penyelesaian dari masalah etik tersebut.
B.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata ajar etika dan
hukum keperawatan dan untuk lebih jauh memahami tentang etika dalam keperawatan
dan penyelesaian dilema etik.
C.
Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini dengan membuat kasus dilema etik yang sering terjadi
diruang perawaatan dan selanjutnya dengan menggunakan studi literature kasus
tersebut dianalisa dan dicari bagaimana cara penyelesaian dilema etik tersebut.
D.
Sistematika Penulisan
Sistematikan penulisan makalah ini terdiri dari empat bab, yaitu: Bab I, pendahuluan
yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II tinjauan teoritis, terdiri dari; pengertian etika, kode etik keperawatan, hak dan
kewajiban perawat dan hak pasien, penyelesaian dilema etik, masalah-masalah dilema
etik yang sering terjadi, Bab IV pembahasan, merupakan kasus dilema etik dan
penyelesaian dari kasus dilema etik tersebut. Bab V penutup yang berisi kesimpulan
dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar
dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang diharapkan
dan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu
perbuatan. Dalam Oxford Advanced Learners Dictionary of Curret English, AS
Hornby mengartikan etika sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan
prilaku. Menurut definisi AARN (1996), etika berfokus pada yang seharusnya baik
salah atau benar, atau hal baik atau buruk. Sedangkan menurut Rowson, (1992).etik
adalah Segala sesuatu yang berhubungan/alasan tentang isu moral.
Kode etik profesi disusun dan disyahkan oleh organisasi profesinya sendiri yang akan
membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional. (Rejeki,
2005). Konsep etik yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawab dari
anggota untuk melaksanakannya. Profesi keperawatan sebagai salah satu profesi yang
professional dan mempunyai nilai-nilai/prinsip moral dalam melakukan prakteknya
maka kode etik sangatlah diperlukan. Perawat sebagai anggota profesi keperawatan
hendaknya dapat menjalankan kode etik keperawatan yang telah dibuat dengan sebaikbaiknya dengan tetap memegang teguh dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral
profesionalnya.(Misparsih, 2005).
Etika keperawatan memberikan keputusan tentang tindakan yang diharapkan benarbenar tepat atau bermoral. Etika keperawatan sebagai pedoman menumbuhkan
tanggung jawab atau kewajiban bagi anggotanya tentang hak-hak yang diharapkan
oleh orang lain. Anggota profesi mempunyai pengetahuan atau ketrampilan khusus
yang dipergunakan untuk membuat keputusan yang mempengaruhi orang lain.
(Samporno, 2005).
Tujuan pokok rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik keperawatan,
merupakan standar etika perawat, yaitu:
a. Menjelaskan dan menerapkan tanggung jawab kepada pasien, lembaga dan
masyarakat
b. Membantu tenaga/perawat dalam menentukan apa yang harus diperbuat dalam
menghadapi dilema etik dalam praktek keperawatan.
c. Memberikan kesempatan profesi keperawatan menjaga reputasi atau nama dan
fungsi profesi keperawatan.
d. Mencerminkan/membayangkan pengharapan moral dari komunitas.
e. Merupakan dasar untuk menjaga prilaku dan integrasi.
Beberapa tujuan dan fungsi kode etik keperawatan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa fungsi kode etik keperawatan, adalah:
1) Memberikan panduan pembuatan keputusan tentang masalah etik keperawatan.
2) Dapat menghubungkan dengan nilai yang dapat diterapkan dan
dipertimbangkan
3) Merupakan cara mengevaluasi diri profesi perawat
4) Menjadi landasan untuk menginisiasi umpan balik sejawat
5) Menginformasikan kepada calon perawat tentang nilai dan standar profesi
keperawatan
6) Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.
dan profesi. Kelima pokok etik keperawatan yang ada merupakan bentuk kode etik
yang telah mejadi panduan dari semua perawat Indonesia untuk menjalankan
profesinya
dimaksud adalah hubungan terapeutik antara perawat pasien yang dilandasi oleh
rasa percaya, empati, cinta, otonomi, dan didahulu adanya kontrak yang jelas
dengan tujuan membantu pasien dalam proses penyembuhan dari sakit
(Kozier,1991).
a.
10
2)
Kebebasan (freedom)
Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau
paksaan pihak lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas
menentukan pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik.
Contoh : Klien mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan
keperawatan yang diberikan.
3)
11
4)
Keadilan (Justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991).
Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu.
Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi
yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip dari
keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat
harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan
secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka.
Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka
menurut prinsip ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula,
sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang dilakukan seorang perawat
baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK
5)
6)
12
kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung jawab atas semua cara
yang menguntungkan pasien.Contoh: Setiap perawat harus dapat merawat
dan memperlakukan klien dengan baik dan benar.
7)
Kesetiaan (fidelity)
Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung
jawab, memenuhi janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai
tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung jawab
dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung jawab
menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan
perhatian/kepedulian. Peduli kepada pasien merupakan salah satu dari
prinsip ketataatan. Peduli pada pasien merupakan komponen paling
penting dari praktek keperawatan, terutama pada pasien dalam kondisi
terminal (Fry, 1991). Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam memberi
asuhan keperawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik,
memberikan kenyamanan dan menunjukan kemampuan profesional
Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan,
maka tidak boleh mengingkari janji tersebut.
13
8)
Kerahasiaan (Confidentiality)
Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa perawat
menghargai semua informsi tentang pasien dan perawat menyadari bahwa
pasien mempunyai hak istimewa dan semua yang berhubungan dengan
informasi pasien tidak untuk disebarluaskan secara tidak tepat (Aiken,
2003). Contoh : Perawat tidak boleh menceritakan rahasia klien pada
orang lain, kecuali seijin klien atau seijin keluarga demi kepentingan
hukum.
9)
Hak (Right)
Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan
moralitas, berhubungan dengan hukum legal.(Websters, 1998). Contoh :
Klien berhak untuk mengetahui informasi tentang penyakit dan segala
sesuatu yang perlu diketahuinya.
b.
14
15
16
Pada prinsipnya hak dasar manusia, terdapat dua hal yaitu: Human Right dan
Fundamental Right. Beberapa hak manusiawi (human right) adalah hak untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas untuk tumbuh dan untuk menerima
upah/pembayaran atas pekerjaannya, sedangkan Hak dasar (Fundamental right)
termasuk hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia, seperti hak untuk
hidup layak, hak untuk bernafas, hak untuk mendapatkan makanan yang layak dan
sebagainnya (Aiken, 2003).
17
1.
b.
c.
Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan serta standard an kode etik profesi
d.
e.
f.
Diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun
oleh pasien
g.
h.
i.
Privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien
dan atau keluargannya serta tenaga kesehatan lainnya.
j.
18
bertentangan dengan standar profesi atau kode etik keperawatan atau aturan
perundang-undangan lainnya.
k.
Mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi yang
diberikannya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di institusi
pelayanan yang bersangkutan
l.
2.
b.
c.
d.
19
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat
sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja.
20
3.
Hak-hak pasien
Disamping beberapa hak dan kewajiban perawat, perawat juga harus mengenal
hak-hak pasien sebagai obyek dalam praktek keperawatan. Sebagai hak dasar
sebagai manusia maka penerima asuhan keperawatan juga harus dilindungi hakhaknya, sesuai perkembangan dan tuntutan dalam praktek keperawatan saat ini
pasien juga lebih meminta untuk menentukan sendiri dan mengontrol tubuh
mereka sendiri bila sakit; persetujuan, kerahasiaan, dan hak pasien untuk menolak
pengobatan merupakan aspek dari penentuan diri sendiri. Hal-hal inilah yang perlu
dihargai dan diperhatikan oleh profesi keperawat dalam menjalankan
kewajibannya.
Tetapi dilain pihak, seorang individu yang mengalami sakit sering tidak mampu
untuk menyatakan hak-haknya, karena menyatakan hak memerlukan energi dan
kesadaran diri yang baik sedangkan dalam kondisi sakit seseorang mengalami
kelemahan atau terikat dengan penyakitnya dan dalam kondisi inilah sering
individu tidak menyadari akan haknya, disinilah peran seoran professional
perawat.
Oleh karena itu sebagai perawat professional harus menganal hak-hak pasien,
menurut Annas dan Healy, 1974, hak-hak pasien adalah sebagai berikut:
1)
2)
21
3)
4)
Sedangkan pernyataan hak pasien (Patients Bill of Right) yang diterbitkan oleh
The American Hospital Association 1973, meliputi beberapa hal, yang
dimaksudkan memberikan upaya peningkatan hak pasien yang dirawat dan dapat
menjelaskan kepada pasien sebelum pasien dirawat.
Adapun hak-hak pasien, adalah sebagai beriku, pasien mempunyai hak:
1) Mempertahankan dan mempertimbangkan serta mendapatkan asuhan
keperawatan dengan penuh perhatian
2) Memperoleh informasi terbaru, lengkap mengenai diagnosa, pengobatan dan
program rehabilitasi dari tim medis, dan informasi seharusnya dibuat untuk
orang yang tepat mewakili pasien, karena pasien mempunyai hak untuk
mengetahui dari yang bertanggung jawab dan mengkoordinir asuhan
keperawatannya.
3) Menerima informasi penting untuk memberikan persetujuan sebelum memulai
sesuatu prosedur atau pengobatan kecuali dalam keadaan darurat, mencakup
beberapa hal penting, yaitu; lamanya ketidakmampuan, alternatif-alternatif
tindakan lain dan siapa yang akan melakukan tindakan
4) Menolak pengobatan sejauh yang diijinkan hukum dan diinformasikan tentang
kosekwensi dari tindakan tersebut.
22
23
11) Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya
sebagai pasien
12) Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya.
Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti berkata
tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian pemberian
makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa permasalahan etik
yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan, seperti: evaluasi diri dan
kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang, memberikan rekomendasi
pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang buruk, masalah peran
merawat dan mengobati (Prihardjo, 1995).Disini akan dibahas sekilas beberapa hal
yang berikaitan dengan masalah etik yang berkaitan lansung pada praktik
keperawatan.
1.
bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah yang sering
sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan
keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga
nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan
pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.
2.
3.
25
melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada
didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan
antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan ini
bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di Negaranegara lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini
mempunyai implikasi besar. Antara pengetahuan perawat yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas
sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan keperawatan hal
inisemakin tidak jelas penyelesaiannya.
4.
26
5.
27
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh beberapa ahli yang pada
dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan dengan pemecahan masalah
secara ilmiah.(sigman, 1986; lih. Kozier, erb, 1991).
1.
Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani telos, berarti akhir). Istilah teleologi dan
utilitarianisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu doktrin
yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi
yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan The end justifies the
means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini
menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan
sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987). Teori teleologi atau utilitarianisme dapat
dibedakan menjadi rule utilitarianisme dan act utilitarianisme. Rule utilitarianisme
berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan tergantung pada sejauh mana
tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan pada manusia. Act utilita-
28
rianisme bersifat lebih terbatas; tidak melibatkan aturan umum tetapi berupaya
menjelaskan pada suatu situasi tertentu, dengan pertimbangan terhadap tindakan apa
yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan sekecilkecilnya pada individu. Contoh penerapan teori ini misalny a bayi-bayi yang lahir
cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban di masyarakat.
b.
Deontologi (Formalisme)
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi atau
tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau
konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam
konteknya di sini perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab
moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral
benar atau salah. Kant berpendapat prinsip-prinsip moral atau yang terkait
dengan tugas harus bersifat universal, tidak kondisional, dan imperatif. Kant
percaya bahwa tindakan manusia secara rasional tidak konsisten, kecuali bila
aturan-aturan yang ditaati bersifat universal, tidak kondisional, dan imperatif.
Dua aturan yang diformulasi oleh Kant meliputi: pertama, manusia harus selalu
bertindak sehingga aturan yang merupakan dasar berperilaku dapat menjadi suatu
hukum moral universal. Kedua, manusia harus tidak memperlakukan orang lain
secara sederhana sebagai suatu makna, tetapi selalu sebagai hasil akhir terhadap
dirinya sendiri. Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin
bahwa pasien harus diberitahu tentang apa yang sebenarnya terjadi walaupun
kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain misalnya seorang perawat
29
2.
Kerangka
pembuat
keputusan
Keputusan
dan tindakan
moral
Teori/prinsip-prinsip etika
Gambar 1: Unsur-unsur utama yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan tindakan moral dalam praktik keperawatan (diadaptasi
dari Fry, 1991, lih, Prihardjo, 1995)
30
Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli etika,
di mana semua kerangka tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang etika,
yang menurut Fry meliputi:
Identifikasi masalah. Ini berarti mengklasifikasi masalah dilihat dari nilainilai, konflik dan hati nurani. Perawat juga harus mengkaji ke-terlibatannya
terhadap masalah etika yang timbul dan mengkaji parameter waktu untuk protes
pembuatan keputusan. Tahap ini akan memberikan jawaban pada perawat terhadap
pernyataan: Hal apakah yang membuat tindakan benar adalah benar? Nilai-nilai
diklasifikasi dan peran perawat dalam situasi yang terjadi diidentifikasi.
b.
31
membuat keputusan bagi pasien, harapan/keinginan dari pasien dan orang yang terlibat
dalam pembuatan keputusan. Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dari
konflik yang terjadi. Perawat harus mengindentifikasi semua pilihan atau alternatif
secara terbuka kepada pembuat keputusan. Semua tindakan yang memung-kinkan
harus terjadi termasuk hasil yang mungkin diperoleh beserta dampaknya. Tahap ini
memberikan jawaban: Jenis tindakan apa yang benar?
c.
d.
e.
Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil.
Tahap
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Tahap 7
Tahap 8
Tahap 9
Tahap 10
Sumber: J.B Thompson and HO Thompson, Ethic ini Nursing, New York: MacMilan Publishing Co.
Inc., 1981, diadaptasikan oleh Kelly, 1987. dalam Priharjo, 1995.
32
2)
3)
4)
5)
6)
Membuat keputusan.
33
34
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kasus
Ny. M seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai seorang anak umur 4
tahun, Ny.M. berpendidikan SMA, dan suami Ny.M bekerja sebagai PNS di suatu
kantor kelurahan. Saat ini Ny.M dirawat di ruang kandungan sejak 3 hari yang lalu.
Sesuai hasil pemeriksaan Ny.M positif menderita kanker rahim grade III, dan dokter
merencanakan untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim. Semua
pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.M.
Menjelang dua hari operasi, Ny.M hanya diam dan tampak cemas dan binggung
dengan rencana operasi yang akan dijalaninnya. Dokter hanya menjelaskan bahwa
Ny.m harus dioperasi karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Dan dokter
memberitahu perawat kalau Ny.M atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi
adalah jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan
menjelaskannya.
Saat menghadapi hal tersebut Ny.M berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang
merawatnya. Ny.M bertanya kepada perawat beberapa hal, yaitu:
apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti.karena kami masih ingin
punya anak. apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi dan apakah
operasi saya bisa diundur dulu suster
Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara singkat,
ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi
penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain
35
36
kasus yang tejadi pada Ny.M dan akan mengambil tindakan bila ada unsure
pelanggaran kode etik dalam pelayanan kesehatan yang dilakukan staff Rumah Sakit.
Sekilas berkaitan dengan ruangan, kepala ruangan adalah Ners S1 yang bekerja telah
lima tahun dan perawat A, adalah perawat lulusan DIII baru bekerja diruang tersebut
dua tahun.
B. Analisa Kasus
Sebelum menganalisa kasus diatas apakah merupakan pelanggaran etik atau dilema
etik, hal pertama yang harus dilakukan oleh tim pencari fakta adalah mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan beberapa informasi yang diperlukan, baik dari
internal maupun exsternal ruangan termasuk staf yang bterlibat, perawat primer,
kepala ruangan dan dokter yang merawat dan pasien/keluarga. Hal-hal lain yang
menyangkut prinsip-prinsip moral dalam pemberian asuhan keperawatan dan
berkaitan dengan standarisasi asuhan keperawatan yang diberikan (SOP).
Pada kasus yang melibatkan Ny.M dapat dianalisa dengan beberapa hal menyangkut
nilai-nilai etika, prinsip moral dalam professional keperawatan, Kode etik keperawatan
(PPNI), hak-hak pasien, hak dan kewajiban perawat dan juga bentuk standar praktek
keperawatan yang harus dilaksanakan pada pasien yang akan menjalani operasi. Bila
diidentifikasi masalah-masalah yang mungkin merupakan pelanggaran etik yang
terjadi dan merupakan data dari informasi yang dibutuhkan, adalah sebagai berikut:
37
1.
Otonomi pasien
Prinsip autonomy menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan
untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri.
Bagian dari apa yang diperlukan dalam ide terhadap respect terhadap
seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan individu tanpa
memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya.
Seperti telah banyak dijelaskan dalam teori bahwa otonomi merupakan bentuk
hak individu dalam mengatur keinginan melakukan kegiatan atau prilaku.
Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri.
Pada kasus Ny.M. bahwa pasien menginginkan informasi yang banyak tentang
tindakan operasi yang akan dilakukan terhadap dirinnya, informasi-informasi
yang dibutuhkannya karena Ny.M berkeinginan bahwa ia masih ingin punya
anak lagi dan bila operasi dilakukan berarti pasien merasa tidak akan
mempunyai anak lagi. Tetapi keinginan pasien untuk mendapat informasi yang
lebih banyak tidak terpenuhi, hal inilah yang menjadi dilema bagi pasien
sementara itu kondisi sakitnya akan membuat Ny.M tidak tertolong lagi.
Penolakan Ny.M dan keluarga untuk dilakukan operasi merupakan hak pasien
tetapi, hak dan kewajiban perawat juga untuk dapat memberikan asuhan
38
b.
2.
39
lengkap jelas, pasien berhak memperoleh informasi terbaru baik dari tim medis
dan perawat yang mengelolannya, pasien juga berhak untuk memilih dan menolak
pengobatan ataupun asuhan bila merasa dirinnya tidak berkenan.
Ny.M. merasa bahwa dirinya tidak memperoleh informasi yang diharapkannya,
pasien berharap banyak informasi dan hal-hal yang berkaitan dengan kondisinnya
sehingga pasien dapat memnentukan pilihannya dengan tepat. Apapun pilihan
pasien dan keputusan pasien setelah mendapatkan informasi yang jela merupakan
hak automi pasien.
3.
40
Pada kasus Ny.M terdapat beberapa dilema etik yaitu perawat tidak mampu
mengambil suatu keputusan yang terbaik dari intruksi yang telah disampaikan
oleh dokter seharusnya perawat mengklarifikasi atas apa yang disampaikan
oleh tim medis. Dan perlunya tim konsultasi yang berkaitan dengan masalahmasalah yang terggambar pada kasus Ny.M. tim inilah yang merupakan
kelompok yang baik sebagai tempat untuk menjelaskan kondisi pasien. Tim
inipun akan memberikan alternatif-alternatif atau masukan yang berarti tentang
dampak dari tindakan dan bila tidak dilakukan tindakan. Tim ini juga terdiri
dari beberapa profesi yaitu: medis, keperawatan, dan tenaga lain yang berkaitan
dengan masalah Ny.M. Hubungan yang baik harus diciptakan sehingga pada
setiap interaksi dengan pasien terjadi komunikasi yang terintegrasi dan
menyeluruh sehingga informasi yang diberikan kepada pasien dapat sama dan
saling menunjang.
41
4.
Sifat altruism yang ditunjukan pada pasien Ny.M tidak terlihat sama sekali apalagi
kepedulian caring terhadap Ny.M, seakan perawat mengabaikan pasien,
selayaknya perawat menunjukan perhatiannya kepada pasien terhadap isu/kondisi
saat ini sehingga dampak dari tindakan/pengobatan dapat melegakan bagi pasien.
Disamping itu nilai kebebasan dalam menentukan sikap terhadap
tindakan/pengobatan yang diambil oleh tim medis seharusnya perawat
menggunakan kapasitasnya secara independent, confidence, serta menghargai hak
pasien.
Nilai yang lain adalah menghargai martabat manusia dengan sikap empathy,
respect full, yang dapat dijalankan oleh perawat menghadapi kasus Ny.M. penting
dalam melindungi hak individu, memperlakukan pasien sesuai keinginannya.
Disamping nilai-nilai tersebut penting juga berkata jujur sesuai kebenaran,
walaupun kadang-kandang kebenaran itu akan memberikan dampak yang tidak
selalu baik, tetapi dalam nilai kebenaran ini yang penting adalah perlu dilihat
kondisi, dampak dan apa keinginan pasien sehingga apa yang kita sampaikan
42
C. Penyelesaian Kasus
Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. M, dapat diambil
salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka pemecahan etik yang dikemukan
oleh Kozier, erb. (1989), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
43
b.
c.
Maksud dari tindakan, yaitu: Agar kanker rahim yang dialami Ny.M
dapat diangkat (tidak menjalar ke organ lain) dan pengobatan tuntas.
d.
2.
44
b.
3.
b.
c.
45
d.
e.
4.
b.
c.
d.
e.
Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan
yang diusulkan.
46
Dalam kasus Ny.M. dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi atau
tidaknya untuk dilakukan operasi adalah dirinya, dengan memperhatikan faktorfaktor dari pasien, dokter akan memutuskan untuk memberikan penjelasan yang
rinci dan memberikan alternatif pengobatan yang kemungkinan dapat dilakukan
oleh Ny.M dan keluarga. Sedangkan perawat primer seharusnya bertindak sebagai
advokasi dan fasilitator agar pasien dan keluarga dapat membuat keputusan yang
tidak merugikan bagi dirinya, sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan hal
terbaik dan memilih alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan.
b.
c.
47
d.
e.
f.
48
6.
Membuat keputusan.
Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah, mengatasi
dilema etik, tim kesehatan perlu dipertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan atau paling tepat untuk pasien. Kalau keputusan sudah ditetapkan,
secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang diputuskan
untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat keputusan pada keadaan
tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema etik, perlu mengali
dahulu apakah niat/untuk kepentinganya siapa semua yang dilakukan, apakah
dilakukan untuk kepentingan pasien atau kepentingan pemberi asuhan, niat inilah
yang berkaitan dengan moralitas etis yang dilakukan.
Pada kondisi kasus Ny.M. dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan
keluarga tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan secara
lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan operasi
atau tidak dilakukan operasi. Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil dari tim
yang terlibat dalam pengelolaan perawatan dan pengobatan Ny.M. Tetapi harus
juga diingat dengan memberikan penjelasan dahulu beberapa alternatif pengobatan
yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.M sebagai bentuk tanggung
jawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya. Pasien menerima
atau menolak suatu tindakan harus disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa
hal itu merupakan hak, ataupun otonomi pasien dan keluarga.
49
Pada kasus diatas dapat diputuskan dan disimpulkan, bahwa terjadi pelanggaran
etik, dengan alasan-alasan dan informasi yang telah ditelaah, yaitu:
a. Belum ada penjelasan yang lengkap dari perawat dan dokter (Tim) berkaitan
dengan tindakan operasi yang akan dilakukan (tidak sesuai dengan SOP atau
standar praktek keperawatan)
b. Pasien dan keluarga tidak diberi kesempatan dan mendiskusikan mengenai
penyakit, akibat dan tindakan-tindakan yang akan dilakukan terhadapnya
c. Berdasarkan kajian dan hasil analisa kasus bahwa hubungan dokter, perawat
dan psien tidak sesuai dengan harapan kode etik keperawatan (PPNI)
d. Terdapat pelanggaran nilai-nilai moral dan professional perawat, meliputi,
otonomi, altruism, justice, truh dan lainya
e. Terdapat pelangaran hak-hak pasien, yaitu hak mendapatkan informasi yang
valid dan terkini
50
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan. Oleh sebab itu pemberian
pelayanan/asuhan keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika
keperawatan. Standar asuhan perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk
melaksanakan praktek keperawatan, sedangkan etika keperawatan telah diatur oleh
organisasi profesi, hanya saja kode etik yang dibuat masih sulit dilaksanakan
dilapangan karena bentuk kode etik yang ada masih belum dijabarkan secara terinci
dan lengkap dalam bentuk petunjuk tehnisnya.
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan didalam etik
terdapat nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia (niat). Prinsipprinsip moral telah banyak diuraikan dalam teori termasuk didalamnya bagaimana
nilai-nilai moral di dalam profesi keperawatan. Penerapan nilai moral professional
sangat penting dan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi dan harus dilaksanakan
dalam praktek keperawatan.
Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga bagi
pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun
sedang dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi asuhan
51
Penyelesaian dilema etik harus mempunyai kerangka berfikir yang jelas sehingga
keputusan yang diambil dapat memberi kepuasan terhadap semua pihak baik pemberi
dan penerima asuhan keperawatan. Banyak teori yang membahas dan membuat
kerangka penyelesaian masalah etik, tetapi penyelesaian secara umum bila terjadi
kasus etik adalah sebagai berikut; melakukan peninjauan kembali terhadap kejadian,
memanggil saksi-saksi, mengkaji dan mengidentifikasi pelanggaran etik yang
dilakukan, dan menetapkan sangsi terhadap pelanggaran atau memberikan rehabilitasi
bila tidak terbukti melanggar etik. Semua hal tersebut yang penting adalah bagaimana
masalah dilema etik dapat diputuskan dengan baik dan memuaskan semua pihak.
Beberapa kerangka pembuatan dan pengambilan keputusan dilema etik diatas dapat
diambil suatu garis besar langkah-langkah kunci dalam pengambilan keputusan, yaitu:
Klarifikasi dilema etik, baik pertanyaan fakta dan komponen nilai etik yang
seharusnya, Dapatkan informasi yang lengkap dan terinci, kumpulkan data tambahan
dari berbagai sumber, bila perlu ada saksi ahli berhubungan dengan pertanyaan etik
52
dan apakah ada pelanggaran hukum/legal, Buatlah beberapa alternatif keputusan dan
identifikasi beberapa alternative tersebut dan diskusikan dalam suatu tim (komite etik),
Pilih dari beberapa alternative dan paling diterima oleh masing-masing pihak dan buat
suatu keputusan atas alternative yang dipilih, dan Laksanakan keputusan yang telah
dipilih bila perlu kerjasama dalam tim dan tentukan siapa yang harus melaksanakan
putusan.
B. Saran
1. Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai
bentuk pelindungan hukum baik pemberi dan penerima praktek keperawatan
3. Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya
perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik
dilapangan.
4. Keputusan dilema etik perlu diambil dengan hati-hati dan saling memuaskan
dan tidak merugikan bagi pasien, maka perlu dibentuk komite etik disetiap
Rumah Sakit dan bila perlu disetiap ruang ada yang mengawasi dan
mengontrol pelaksanaan etik dalam praktek keperawatan.
5. Perlunya sosialisai yang luas tentang kode etik profesi keperawatan dan bila
perlu diadakan pelatihan yang bersifat review tentang etika keperawatan secara
periodic dan tidak terbatas.
53
6. Penyelesaian yang terbaik bila terdapat kasus etik, seperti pada kasus Ny.M,
penting adanya bentuk koordinasi dan kolaborasi yang jelas antara tim
pengelola pasien dan kasus tersebut dapat diselesaikan didalam tim/komite etik
yang ada di Rumah Sakit bersangkutan.
54
Daftar Referensi
Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. Lippincott.
Canadian Nurses Association (1999). Code of Ethics. For Registered Nurses:
Otawa, Canada: CNA.
Huston, C.J, (2000). Leadership Roles and Management Functions in Nursing;
Theory and Aplication; third edition: Philadelphia: Lippincott.
Husted Gladys L. (1995). Ethical Decision Making in Nursing, 2nd ed, St.Louis:
Mosby.
Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices.
Philadelphia. Addison Wesley.
Leah curtin & M. Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and
Pragmatics: Maryland: Robert J.Brady CO.
Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1999, 2000). Kode Etik Keperawatan,
lambing dan Panji PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI
Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar
tidak diterbitkan.
Staunton, P and Whyburn, B. (1997). Nursing and the law. 4th ed.Sydney:
Harcourt.
Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi
Mahkamah Agung dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.
Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical & Political Issues in Nursing. 2nd Ed.
Philadelphia. FA Davis.
55