http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?
c=100&id=1037
14-Jun-2011 16:56
1.1.
Latar Belakang
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu melakukan kegiatan penelitian dengan
judul penelitian Dampak Eventt Pariwisata. Melalui kegiatan ini, maka diharapkan dapat
diketahui dampak eventt pariwisata dalam pembangunan kepariwisataan di Indonesia.
1.2.
Masalah
Dalam kegiatan pada suatu eventt di daerah belum diketahui secara jelas dan terukur
mengenai dampak ekonomi dari penyelenggaraan suatu eventt. Bagaimana dampaknya
kepada masyarakat baik sebelum maupun saat eventt berlangsung. Pada penelitian ini
mencoba untuk membahas permasalahan tersebut.
1.3.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran hasil survei persepsi
terhadap dan dampak ekonomi dari penyelenggaraan eventt di Bali,Bandung, Jakarta,
P.Bintan dan Yogyakarta.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yang ditetapkan adalah:
1.
Teridentifikasinya karakteristik perjalanan wisata peserta/pengunjung event selama
berada di destinasi event.
2.
Teridentifikasinya keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan event dan dampak
ekonomi yang diperoleh.
3.
Teridentifikasinya
penyelenggaraan event.
1.4.
persepsi
peserta/pengunjung
dan
masyarakat
tentang
Ruang Lingkup
a.
b.
Karakteristik
event pariwisata.
responden
masyarakat
di
sekitar
lokasi
penyelenggaraan
c.
d.
e.
Dampak ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar lokasi penyelenggaraan event
pariwisata.
1.5.
Masukan (Input)
Dalam upaya mencapai sasaran penelitian, maka memerlukan masukan dan kebutuhan
untuk melasanakan penelitian ini, antara lain anggaran yang tersedia/ dana, SDM, waktu,
Pokja dan dokumen lainnya.
1.6.
Metode Penelitian
Informasi yang dijaring dengan pedoman wawancara adalah informasi tentang hal-hal
berikut ini:
1.
Jumlah peserta yang berpartisipasi dalam event yang diselenggarakan dan
pencapaian target jumlah peserta.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
Pola perjalanan responden selama berada di destinasi event (sumber informasi, moda
transportasi, teman dalam mengikuti event, pengatur kegiatan, akomodasi, lama tinggal,
pola pembelian makanan/minuman, pola pembelian cenderamata, kegiatan dan tempat
yang paling disukai).
3.
4.
2.
Keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan event (jenis keterlibatan, lama
keterlibatan, serta hal berkesan/mengganggu dan manfaat yang dirasakan selama
keterlibatan).
3.
5.
1.6.3.
Populasi penelitian ini adalah para pengunjung, masyarakat dan penyelenggara eventt.
Jumlah responden yang diwawancarai adalah 60 pengunjung, 40 masyarakat yang terlibat,
2 hotel dan 1-2 penyelenggara eventt
Dalam mewawancarai responden terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan yakni
-Berusia diatas 15 tahun atau sudah dewasa
-Warga Negara Indonesia
1.6.4.
Analisis data
Setelah dilakukan SPSS 15.0 maka penuis akan menganalisa dengan kualitatif dengan
menggunakan analisa deskriptif. Pengolahan data menggunakan cross check terhadap
temuan-temuan yang terungkap baik dalam kegiatan library maupun field search dan akan
dianalisa dengan menggunakan SPSS untuk data kuantitatif dan analisa deskriptif sebagai
pelengkap sehingga dapat mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Hasil
pengolahan yang dilakukan secara verbal dan spatial selanjutnya digunakan sebagai
acauan dalam menjabarkan dampak eventt pariwisata di lokasi penelitian.
1.7.
Sistematika Laporan
Laporan survei Penelitian Dampak Event Pariwisata (Kasus: Kota Bandung) ini terdiri dari
tujuh bab, yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN, yaitu bab awal dari laporan ini, berisi tentang latar belakang, tujuan
dan sasaran, ruang lingkup, dan sistematika laporan survey.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, berisikan penjelasan mengenai
pengertian atraksi wisata, pariwisata eventt dan pengembangan eventt pariwisata
BAB 3 PROFIL DAERAH DAN KEGIATAN EVENTT, menggambarkan profil daerah dan
kegiatan eventt yang disurvei
BAB4
PROFIL
RESPONDEN
KARAKTERISTIK
PERJALANAN
WISATA
RESPONDEN
PESERTA/PENGUNJUNG, menggambarkan karakteristik perjalanan wisata dan pola
pengeluaran peserta/pengunjung selama berwisata di Kota Bandung dalam rangka
mengunjungi event sebagai salah satu daya tarik wisata.
BAB 5 KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN EVENT DAN DAMPAK
EKONOMI YANG DIPEROLEH, menjelaskan tentang sejauh mana keterlibatan masyarakat
dalam penyelenggaraan event dan seberapa besar dampak ekonomi yang diperoleh
masyarakat, terutama terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.
BAB 6 PERSEPSI TERHADAP PENYELENGGARAAN EVENT, berisi penjelasan mengenai p
A.
ersepsi peserta/pengunjung terhadap event yang diselenggarakan, termasuk
kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi persepsi.
BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI, berisi kesimpulan dari hasil analisis terhadap data
hasil survei, dan juga rekomendasi bagi penyelenggaraan penelitian maupun bagi
penyelenggaraan event.
1.8.
Hasil (Outcome)
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat diketahui manfaat ekonomi dari
penyelenggaraan eventt pariwisata
2.1.Atraksi Wisata
Atraksi merupakan sektor yang sangat kompleks dalam industri pariwisata, (Swarbrooke
(1995:3). Atraksi adalah sesuatu yang permanen dalam daerah tujuan wisata. Atraksi
ditujukan untuk kepada pengunjung, yang tujuan utamanya untuk memberikan akses
kepada masyarakat umum berupa hiburan, untuk bersenang-senang, pendidikan,
menyaksikan sesuatu yang menarik . Hal ini harus terbuka untuk umum tanpa harus ada
pemesanan, harus di publikasikan setiap tahun dan harus dapat menarik wisatawan dan
masyarakat lokali. (Scottish Touris Board, 1991). Atraksi juga merupakan sumber daya yang
bersifat alami yang dikontrol dan diatur untuk bersenang-senang, hiburan, musik dan
pendidikan yang dikunjungi oleh publik (Middleton, 1988).
Dari berbagai penelitian ilmiah bidang pariwisata, atraksi diklasifikasikan sebagai atribut
dari suatu tempat seperti keindahan alam, iklim, situs, dan budaya. Definisi atraksi wisata
yang lain adalah segala hal yang membuat wisatawan tertarik (Lundberg,1985: 33);
atraksi bisa berupa situs atraksi atau peristiwa-peristiwa, dimana keduanya merupakan
pengaruh gravitasi yang mempengaruhi (Burkart dan Medlik,1974: 44); atraksi adalah
merupakan daya pikat, jika tidak demikian, tidak bisa dikatakan sebagai sebuah atraksi
(Gunn,1972: 37), terkadang alam dan sejarah mempunyai daya tarik intrinsik (Gunn,1979:
71) dan, yang paling nyata, atraksi memiliki kesatupaduan, keunggulan unik yang mampu
menarik wisatawan (Schmidt, 1989: 447). Kata atraksi, daya pikat merupakan kata yang
menarik dalam penjabaran atraksi wisata. Namun hal ini pun masih ditentang kembali oleh
Pigram (1983:193), bahwa atraksi sebagai daya pikat bukanlah semata-mata sebuah
kesatupaduan. Ungkapan seperti atraksi, faktor pendorong, kesatupaduan memiliki arti
yang biasa. Makna yang lebih berarti, akan terungkap ketika terjadinya suatu proses.
Melalui contoh Bumi menjaga keseimbangan dengan daya tarik gravitasi, dan magnet
menarik besi dengan gaya tarik magnet. Proses tersebut melibatkan sebuah kesatupaduan
sifat didalam menarik suatu benda yang mampu membuat suatu perubahan fisik dan
menggerakkan benda lain didalam suatu area.
Sebagai tempat yang menawarkan atraksi, daerah tujuan wisata
mempunyai
keistimewaan pada suatu wilayah sebagai suatu tempat untuk berlibur dengan kriteria
sebagai berikut:
1.
Sesuatu yang menarik wisatawan yang berbeda dari tempat asalnya dimana
wisatawan dapat melakukan aktivitas yang sesuai dengan keinginannya.
2.
Memberikan kesenangan dan pengalaman yang menarik, kepuasan
pengunjung/wisatawan untuk menghabiskan waktu berliburnya.
3.
4.
5.
Kemungkinan membayar dalam kunjungannya (Walsh-Heron and Stevens,
1990 ed. Swarbrooke, 1995:4)
Dari definisi diatas, Atraksi wisata terbagai dalam 4 kelompok (Swarbrooke,1996:5)
1.
2.
Terbentuk dari buatan manusia, struktur dan tempatnya tergantung kepada
tujuan para pengunjung, seperti kegiatan budaya dan tempat bersejarah, akan tetapi
Special event
2.2.Pariwisata Event
Event is affair; effect; happening; notable occurance (Getz,glossary). Event dapat
dikategorikan sebagai kegiatan, kejadian yang dapat dirancang dengan tujuan positif
maupun negatif serta kejadian yang tanpa diduga-duga yang menjadi kenyataan.
Kegiatan event, secara keseluruhan dapat dibedakan atas 2 (dua) hal yaitu :
1.
Event yang dikemas, yang dapat dilihat dari 2 (sua) sisi, dikemas dengan tujuan
positif dan dikemas secara negatif. Contoh event yang dikemas dengan tujuan positif
adalah event yang selama ini dikenal sebagai event wisata (festival, carnaval, special
event, , event budaya, event sosial, event politik, event olahraga, wedding event .
Sedangkan event yang dikemas dengan tujuan negatif dilihat dari perspektif
kepariwisataan termasuk dalam hal ini adalah demonstrasi, kerusuhan, peledakan bom.
2.
Event yang tidak dikemas, adalah kejadian yang biasanya terjadi secara tiba-tiba,
mendadak, tanpa perencanaan, tidak diharapkan, tanpa memerlukan organizer. Contoh
event ini adalah tsunami, banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain sebagainya.
Event yang terkait kepariwisataan dapat dilihat atas lingkup (a) Festivals, Special Event,
Mega Event (Getz:1991), (b) Major Event (Torkildson,1986:456). Seperti diungkapkan
diatas, event dalam kamus secara umum dapat berarti sesuatu yang terjadi, kejadian,
sebagai suatu hasil atau bagian dari kegiatan olahraga (Getz, 1991:43).
A special event is a onetime or infrequently occurring event outside the normal program or
activities of the sponsoring or organizing body.To the customer, a special event is an
opportunity for a leisure, social, or cultural experience outside the normal range of choices
or beyond everyday experience.
Tidak semua kegiatan bisa dikategorikan event wisata. Event dapat dikategorikan sebagai
event wisata, apabila event tersebut memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu :
1. Berbeda dengan atraksi dalam bentuk permanen (patung, pura, gedung)
2. Mempunyai kepastian atau ketentuan kegiatan (fixed time)
3. Biasanya memiliki waktu yang pendek
4. Biasanya terlibat masyarakat atau kelompok tertentu
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Seluruh aktivitas diselenggarakan pada tempat dan lokasi yang sama dalam satu
wilayah.
4. Event sebagai penggerak tumbuhnya pembangunan sektor lain (catalyst for other
development). Melalui event, pertumbuhan sektor lain secara tidak langsung tumbuh untuk
melengkapi kegiatan event yang dilaksanakan.
Hal yang paling mendasar dan aspek penting dari Pariwisata event adalah untuk upaya
mendatangkan wisatawan baik domestic maupun mancanegara (Getz, 1991:5). Getz juga
menyampaikan, tidak semua event yang ditawarkan mampu menarik bagi wisatawan.
Adakalanya wisatawan datang bersamaan dengan kegiatan event, hanya untuk melihat
peluang apa yang bisa dilakukannya selama event. Dalam hal ini wisatawan yang datang
adalah untuk bisnis. Sehingga batasan Pariwisata yang menyebutkan Pariwisata adalah
kegiatan bersenang-senang dan mengeluarkan uang, dalam hal event dapat terjadi
menjadi kegiatan untuk bisnis dan mendapatkan uang. Gunn (1988,ed.Getz, 1991:6),
menyebutkan atraksi pada sebuah destinasi merupakan promosi paling efektif dalam
mengemas kegiatan event. Atraksi yang atraktif dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
menentukan sebuah event menjadi manarik atau tidak (Getz,1991:6). Gambar 1 berikut
menunjukkan hubungan kegiatan event dan Pariwisata.
Gambar 1. Hubungan Pariwisata dengan kegiatan Festival dan SpecialEvent (Getz, 1991:6)
Getz mengemukakan pendapatnya bahwa kegiatan event dapat menjadi katalis, image
maker, atraksi, animator dan sebagai bentuk pariwisata alternatif serta pengembangan
yang berkesinambungan.
Event are an important part of any comprehensive community recreation
programme. They capture the imagination. Events can involve the community; they can
increase awareness; they can help put an organization or an activity on the map.Event can
bring top class performers, entertainment, novelty, adventure, surprise and fun to add
height, width, depth and glamour to a programme(Torkildson, 1986:456).
Event adalah adalah bagian penting dari keseluruhan kegiatan rekreasi yang
ditawarkan. Kegiatan event banyak melibatkan masyarakat dan dapat memberikan
kesejahteraan; melibatkan organisasi secara langsung dalam kegiatan yang
diselenggarakan. Penanganan yang profesional dalam kegiatan event, dapat memberi nilai
tambah bagi program wisata yang ditawarkan. Penanganan yang buruk dalam
menyelenggarakan kegiatan event dapat berakibat berkurangnya nilai event yang
ditawarkan (Torkildson, 1986:456). Hal ini dapat berakibat buruk bagi nama baik pihak
penyelenggara yang menawarkannya. Yang perlu mendapat perhatian adalah
para Recreation Manager hendaknya dapat mengontrol pelaksanaan kegiatan event dari
awal perencanaan sampai event berlangsung. Bagamanapun juga kegiatan event adalah
kegiatan berwisata yang tujuan utamanya adalah untuk bersenang-senang, to switch off
and relax (Krippendorf dalam France, 1997:39).
Untuk mengerti bagaimana sebuah kawasan dapat berkembang menjadi kawasan dengan
pariwisata event , dengan mengadopsi Getz (1991:140,187) membagi tahapan
perencanaan pemasaran pariwisata event menjadi beberapa tahap. Tahap pertama yaitu
tahap perencanaan yang terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan secara individu dan
kolektif. Tahap ini pada awalnya dicirikan oleh adanya kesadaran sebagian kecil penduduk
lokal akan peluang pemanfaatan sumberdaya lokal dalam perencanaan sosial ekonomi.
Tahap ini merupakan evolusi awal ketika atraksi dengan aktivitasnya mengintegrasikan
konsep pariwisata dalam proses pembangunan ekonominya. Proses dalam tahap ini
berjalan lambat dimana hanya sedikit wisatawan tiba untuk menyaksikan tetapi beberapa
penduduk lokal telah menyadari akan peluang yang ditawarkannya. Tahap ini lebih bersifat
inisiatif secara individual. Seiring diterimanya ide pariwisata maka akan diadopsi secara
kolektif yang dicirikan oleh diadopsi dan diimplementasikannya ide pariwisata sebagai
bagian dari pembangunan ekonomi secara kolektif oleh komunitas tersebut. Tahap ini
merupakan tahap perencanaan dan pengimplementasian strategi untuk kepentingan
bersama. Hal ini akan diakomodasikan dalam kerangka perencanaan yang bersifat formal
berdasarkan kerjasama antara penduduk, organisasi, dan lembaga bisnis di kawasan
tersebut. Tidak tertutup kemungkinan untuk menjajaki kemitraan antar organisasi lokal,
regional, nasional dan pemerintah. Contohnya, diakomodasikannya festival dan event
budaya untuk menarik lebih banyak wisatawan masuk ke kawasan tersebut oleh
Pemerintah Daerah.
Tahap kedua merupakan tahap penguatan sistem sosial (network) yang dicirikan oleh
dibangunnya kemitraan antara komunitas lokal dengan lembaga pariwisata formal untuk
menjamin keberlanjutan atraksi pariwisata. Pada tahap ini komponen pendukung pariwisata
mulai dilembagakan untuk menjamin pengelolaan pariwisata yang memberikan manfaat
dan keuntungan dalam jangka pendek dengan tidak melupakan konservasi sumber daya
untuk kepentingan jangka panjang. Termasuk dalam tahap ini berupa peningkatan efesiensi
dan efektifitas pengembangan sumberdaya yang ada. Organisasi pariwisata yang dibangun
untuk mengelola atraksi dengan aktivitasnya tersebut mengambil kendali semua proses
pengembangan untuk menjamin keterpaduan dan integrasi pemasaran destinasi.
Tahap terakhir merupakan implementasi/pelaksanaan pariwisata event yang dicirikan oleh
telah berjalannya pariwisata event melalui festival. Ada pengembangan kerjasama
pemasaran destinasi jangka panjang yang sepenuhnya terpadu. Dalam tahap ini,
perencanaan pengembangan harus bertanggung jawab, berdasar kebutuhan lokal, dan
dapat menjangkau dan menjamin keuntungan komunitas lokal dalam jangka pendek dan
jangka panjang dengan tanpa melupakan isu konservasinya. Tahap ini mengandung
beberapa prinsip pokok yaitu strategic plan for destination area, product development,
product-market matching, market research, policies and priorities (Getz, 1991: 140).
ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Berridge (2007) menulis ada sumber lain mengemukakan pentingnya dampak event untuk
dipelajari lebih jauh. Hal sama juga diungkapkan oleh Chernushenko, 1994; Getz, 1997;
Hall,1997; Roche,2000; Gratton & Henry,2001; Shibli & Gratton,2001; Berridge,2004; Shone
& Parry, 2004; Allen et al.,2005; Bowdin et al.2006b; yang menekankan dampak
penyelenggaraan event berakibat secara makro dan mikro serta memberi banyak
pengalaman. Dampak yang ditimbulkan dapat secara ekonomi, politik dan sosial.
Ada banyak dampak positif pariwisata bagi perekonomian, diantaranya sebagai berikut
(Leiper, 1990 dalam Pitana, 2010).
a.
b.
c.
d.
Pendapatan pemerintah
e.
f.
g.
Multiplier effects
Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal
Di samping dampak positif bagi perekonomian di atas, Pitana mengutip WTO (1980: 9-12)
mengidentifikasi dampak positifnya sebagai berikut.
a.
b.
c.
Menstimulasi minat dan permintaan akan produk eksotik dan tipikal bagi suatu
daerah atau negara
d.
e.
f.
g.
h.
Di samping dampak positif pariwisata terhadap ekonomi yang telah diuraikan di atas, juga
tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa dampak negatif dari keberadaan pariwisata bagi
ekonomi suatu daerah atau negara. Dampak negatif tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut (Mathieson dan Wall, 1982 dalam Leiper, 1990: 233).
a.
b.
c.
Meningkatnya kecenderungan untuk mengimpor bahan-bahan yang diperlukan dalam
pariwisata sehingga tidak terserapnya produk lokal
d.
Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat sehingga
pengembalian modal investasi juga tidak pasti waktunya
e.
Menurut WTO (1980: 9-12) dampak negatif pariwisata lainnya bagi ekonomi suatu daerah
atau negara selain diantaranya sebagai berikut.
a.
b.
c.