Anda di halaman 1dari 2

Dalam riwayat ini terdapat suatu peringatan bahwa kamu semuanya itu lebih utama

untuk itu (mengerjakan shalat malam); karena kamu adalah sebaik-baik umat. Dan
juga satu isyarat bahwa orang yang tidak mengerjakan shalat malam, maka dia tidak
termasuk orang-orang shalih yang sempurna.
dan (Shalat malam) itu mendekatkan kamu sekalian kepada Tuhanmu yakni
mendekatkan kamu sekalian dicintai oleh tuhanmu dari sebab sesuatu yang kamu
pergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah Taaalaa; hal inipun terdapat dan
diterangkan di dalam hadits Qudsiy, yaitu firman Allah taaalaa :

(Masih saja seorang hamba itu mendekatkan diri kepada-ku sehingga Aku
mencintainya) = (selama hamba itu masih mendekat diri kepada-ku tentu Aku cinta
padanya).
Wa makfaratun wa mamhaatun , kedua-duanya lafadz itu ialah mashdar seperti
Mahmadatun yang berarti faail; yakni menutup atau mengaling-alingi semua dosa
dan menghapuskan semua cela.
Allah taaalaa berfirman :

Sesungguhnya kebaikan itu menghapuskan segala kejahatan


(Wa naahiyatun anil itsmi) = (Dan menghalangi laku dosa).
Firman allah taaalaa :

(Sesungguhnya shalat itu mencegah laku keji dan munkar)

Menerangkan Shalat Tahajjud


Disusun oleh : KH. Taufik Mansyur Umar, Spd.I
Sekretariat: JI. Nanas Raya Perumnas Kalinegoro

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai


suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke
tempat yang terpuji
Dari Anas bin Malik dari Nabi alaihish shalaatu wassalam :

Tiada dua orang muslim yang berjumpa kemudian berjabat tangan serta
membaca shalawat untukku, melainkan sesungguhnya keduanya tidak akan berpisah
sehingga Allah mengampuni dosa-dosa mereka, baik yang terdahulu maupun yang
kemudian dari sebab kemuliaan Allah taaalaa

Firman Allah taaalaa : Wa minal laili berhubungan dengan kalimat


Tahajjad , artinya : bertahajjudlah engkau dengan Al Quran pada sebagian malam,
tinggalkanlah tidur (untuk bershalat). Dan yang jelas, hendaknya ada lafadz yang
dikira-kirakan kepadanya lafadz fatahajjad itu diatafkan. Karena huruf (kalimat) faa
itu tentu ada lafadz yang menjadi mathuf alaih-nya (menjadi rangkaiannya). Dan
kalau susunan tersebut harus dilengkapkan dengan kira-kiranya maka menjadi :

Bangunlah engkau dari sebagian malam, maka bertahajjudlah dengan Al Quran


(Syaikhun Zaadah)
Dan Firman Allah taaalaa : Waminallaili fatahajjad atau disusun dengan
lengkapnya dengan kira-kiranya Qum bada naumika fatahajjad artinya
Bangunlah engkau sesudah tidurmu, maka bertahajudlah . Karena memang
sesungguhnya tahajjud itu hanya bisa dilakukan sesudah tidur.
Yang dimaksud oleh ayat ialah bangun malam dan mengerjakan shalat
4

Dan adalah shalatul lail itu menjadi fardhu bagi Nabi alaihish shalaatu wassalam
dan juga bagi umatnya di permulaan Islam, berdasar firman Allah taaalaa :



"Yaa ayyuhal muzzammil qumil laila" = " Hai orang yang berselimut, bangunlah
pada malam ini". (QS Al Muzammil ).
Kemudian turunlah ayat yang meringankan, maka hukum wajibnya di-mansukh /
dihapuskan bagi umatnya dengan kewajiban shalat lima waktu. Dan tetaplah
disunatkan bagi mereka dengan sebab dalil dari firman Allah taaalaa :

"Faqra-mun maa tayassara minal qur-ani" = "Maka bacalah olehmu sekalian apa
apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur-an .".
Dan shalat lail itu tetap menjadi wajib bagi Nabi shallallahu ta' aalaa 'alaihi
wa sallam, dengan dasar dalil firman Allah ta' aalaa : "Naafilatan laka" ya' ni sebagai
tambahan bagi kamu, artinya sebagai tambah kuwajiban dari beberapa kuwajiban
yang sudah di fardhukan oleh Allah ta' aalaa.
Ada yang menerangkan, bahwa kewajiban pun dimansuhkan/dihapuskan bagi
Nabi shallallahu ta' aalaa alihi wa sallam sebagai mana di hapusnya bagi umatnya.
Maka qiyaamul laili (shalat diwaktu malam) menjadi sunat bagi Nabi alaihish shalaatu
wassalam; karena Allah ta' aalaa berfirman "Naafilatan laka " bukan " Naafilatan
alaika.". (Tafsir Khaazin)
Yang dimaksud dengan "Naafilah" ialah "Faadhiilah" artinya "keutamaan",
karena utamanya (Nabi) diatas umatnya dengan diwajibkan (Qiyaamul laili)
kepadanya sehingga bertambahlah pahalanya. Dia (Qiyaamul laili) suatu keutamaan
atau tambahan pahala bukan menghapuskan dosa dosanya, sebab beliau sudah
diampuni dosa dosanya yang dahulu maupun yang kemudian (Syihaabun)
Lain halnya bagi umatnya, maka sesungguhnya mereka masih banyak mempunyai
dosa yang memerlukan tebusan, maka merekapun memerlukan Nawaafil untuk
menebus dosa dosa kejahatannya, tidak hanya untuk menambah pahala.
Maka arti ini sebagai isyarat bahwa Allah ta' aalaa menjadikan semua
kesunatan bagi Nabi 'alaihish shaalaatu wassalam adalah untuk menambahkan
pahalanya, lain halnya bagi umatnya. (Syaikh Zaadah)
2









Ibnu Abas radhiyallahu 'anhumaa berkata :

"Umiran Nabiyyu 'alaihish shalaatu wassalamu biqiyaamil laili wa kutiba


'alaihi duuna ummatihi".
"Nabi 'alaihish shaalatu wassalam diperintah bangun malam (shalat malam) dan
diwajibkan kepadanya, bukan kepada umatnya". Tetapi imam Baghawi membenarkan
akan dihapusnya kewajiban tahajjadu itu bagi Nabi 'alaihish shalaatu wassalam.
(Syihaabun)


( (

Nabi alaihish shalaatu wassalam bersabda :

"Rahimallahu ta'aalaa rajulan qaama minal laili fashaalaa wa aiqazda imaraatahu, wa in abat nadhaha bil maa-i wajhahaa, wa rahimallahu imra-atan qamaat
minal laili fashallat wa aiqazdat zaujahaa fashallaa, fa in abaa nadhabat bilmaa-i
wajhah (Mau' izdah)
"Allah ta'aalaa sayang kepada orang laki laki yang bangun malam kemudian
mengerjakan shalat dan membangunkan isterinya : dan kalau isterinya enggan dia
percikkan air diwajahnya. Dan Allah ta'aalaapun sayang kepada orang perempuan
yang bangun malam kenudian mengerjakan shalat dan membangunkan suaminya
maka suaminya juga shalat; dan kalau suaminya itu enggan maka dia percikkan air
diwajahnya". (Mau' idzah)
Dari Abi Umaamah bahwa nabi alaihish shalaatu wassalam bersabda :

Seharusnya kamu sekalian mengerjakan shalt malam. Karena shalat malam itu
kebiasaan orang-orang shalih sebelum kamu dari para nabi dan para wali,
diriwayatkan (bahwasanya keluarga Nabi Daud alaihis salam juga mengerjakan
shalat malam).
3

Anda mungkin juga menyukai