Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pertemuan 1:
Ruang Lingkup Keanekaragaman
Tumbuhan
Pertemuan 2:
Keanekaragaman Organisme Kehidupan
dan Taksonomi
Pertemuan 3 :
Hubungan Letak Lintang dan Ketinggian
Terhadap Keanekaragaman
Pertemuan 4 :
Sumber Variasi
Pertemuan 5:
Seleksi, Adaptasi, Modifikasi, Isolasi,
Spesiasi dan Evolusi
Pertemuan 6 :
Pusat-pusat Keanekaragaman di Dunia
Pertemuan 7 :
Klasifikasi Tumbuhan
Pertemuan 8 :
Identifikasi dan Tatanama Tumbuhan
Pertemuan 9 :
Obyek: Alga Biru, Hijau, Hias Dan
Karang
Pertemuan 10 :
Obyek : Alga Perak, Emas dan Kersik
Pertemuan 11 :
Obyek: Lumut (Bryophyta)
Pertemuan 12 :
Obyek: Paku (Pterydophyta)
Pertemuan 13 :
Obyek: Gymnospermae
Pertemuan 14 :
Obyek: Angiospermae Dikotil
Pertemuan 15 :
Obyek: Angiospermae Monokotil
Hari/Tempat : Selasa/D01.203
Jumlah Pertemuan : 16x
Pelaksanaan Kegiatan
Pembelajaran
I. PEMBUKAAN
II. KEGIATAN INTI
Presentasi
(Penyampaian
Materi)
III. TANYA JAWAB
IV. DISKUSI
Tema/Sub Tema dan
topik bahasan
V. PENUTUP
Doa
Metode
Pengajaran
Presentasi
dan Tanya
Jawab
RUANG LINGKUP
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan)
Disusun oleh:
1. Erni Tyas Fatnani
14304241001
14304241003
14304241004
A. PENGERTIAN KEANEKARAGAMAN
Keanekaragaman adalah variabilitas di antara makhluk hidup dari semua
sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan, dan ekosistem
akuatik lain, serta kompleks ekologik tempat makhluk hidup menjadi bagiannya,
hal ini meliputi keanekaragaman jenis, antarjenis, dan ekosistem (Convention on
Biological Diversity, 1993). Sedangkan pengertian lain, keanekaragaman hayati
adalah ketersediaan keanekargaman sumber daya hayati berupa jenis maupun
kekayaan
plasma
nufah
(keanekaragaman
genetik
di
dalam
jenis),
1. Mutasi
Mutasi adalah perubahan materi genetik (gen atau kromosom) suatu sel
yang diwariskan kepada keturunannya. Mutasi terjadi karena kesalahan dalam
sintesis materi genetik, baik secara alamimaupun buatan. Mutasi alami disebabkan
oleh radiasi sinar kosmos, batuan radio aktif, sinar ultraviolet matahari, sesuatu
yang tidak jelas dalam metabolisme sehingga terjadi kekeliruan dalam sintesis bahan
genetik, serta radiasi ionisasi internal dari bahan radioaktif yang mungkin
terkandung dalam jaringan. Mutasi buatan atau induksi terjadi dengan campur
tangan manusia, yang disebabkan karena pemakaian bahan radioaktif, senjata
nuklir, reaktor, dan zat kimia (kolkhisin, asenaptin, digitonin) (Sunarso, dkk.
2005: 12).
Mutasi gen ialah perubahan kimiawi pada satu atau beberapa pasangan
basa dalam satu gen tunggal yang menyebabkan perubahan sifat individu tanpa
terjadi perubahan jumlah dan susunan kromosomnya.
Mutasi kromosom adalah perubahan yang terjadi pada kromosom yang
disertai dengan perubahan struktur atau jumlah kromosom. Mutasi kromosom
dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Perubahan struktur kromosom (aberasi kromosom). Mutasi ini menyebabkan
kerusakan (aberasi) pada bentuk kromosom, diantaranya:
1) Translokasi adalah pemindahan sebagian dari segmen kromosom ke
kromosom lain yang bukan kromosom homolognya.
2) Duplikasi terjadi karena adanya segmen kromosom yang mengakibatkan
jumlah segmen kromosom lebih banyak dari kromosom aslinya.
3) Delesi adalah mutasi yang terjadi karena sebagian segmen kromosom
lenyap sehingga kromosom kekurangan segmen.
4) Inversi adalah mutasi yang terjadi karena selama meiosis kromosom terpilin
dan terjadinya kiasma, sehingga terjadi perubahan letak/kedudukan gen-gen.
b. Perubahan jumlah kromosom. Mutasi yang terjadi ditandai dengan perubahan
jumlah kromosom individual atau dalam jumlah perangkat kromosom.
Contoh: monosomik,
nullisomik,
trisomik,
dan
tetrasomik.
keanekaragaman
Monoploidi, satu set kromosom (genom), yaitu hanya ada satu homolog
untuk setiap kromosom dalam suatu individu.
Monoploid atau disebut juga haploid menunjukkan jumlah
kromosom gamet dari diploid. Istilah polihapolid menunjukkan
komplemen kromosom dari spesies poliploid, misalnya pada alfalfa, (1)
haploid (1x)=6 kromosom (satu set diwariskan dari orang tua (diploid), (2)
polihaploid (2x)=12 kromosom (setengah dari komplemen kromosom alfalfa
tetraploid, bentuk yang ditanam untuk perdagangan). X menunjukkan
jumlah haploid terendah/jumlah dasar dalam suatu seri poliploid.
pembuahan.
Penyerbukan
yang
terlambat
kadang-kadang
menyebabkan sel telur berkembang sebelum bersatu dengan unit sperma dari
gametofit jantan. Tanaman kembar kadang-kadang berkembang dari satu sel
telur dan salah satu haploid. Mungkin pernah dilihat bibit kembar yang
tumbuh dari satu biji apokat. Menumbuhkan kepala sari (tepungsari) pada
medium yang sesuai merupakan merupakan suatu cara yang sering
digunakan untuk memperoleh tanaman haploid.
Poliploidi, yaituterdapat lebih dari dua set kromosom dalam suatu individu
dan ada macam-macam tingkat ploidi.
Autoploidi, dalam beberapa spesies ada peningkatan mandiri dalam
jumlahkromosomnya (ploidi) yaitu peningkatan jumlah set kromosom
homolog.Autoploid dapat timbul dengan cara berikut.
1) Kegagalan mitosis selama megasporognesis.
2) Non-disjunction- kegagalan kromosom untuk memisah pada anafase
sehingga gamet fuingsional menerima 2 set kromosom (sama seperti sel
somatik).
3) Mutasi somatik, penggandaan jumlah kromosom diikuti dengan
pembelahan mitosis dan pembentukan jaringan poliploid yang dapat
berkembang menjadi batang atau cabang poliploid.
4) Penggunaan cochichicine (alkaloid dari autumn crocus, colchicum
autumnale)
pada
titik
tumbuh
dari
tanaman
akan
mencegah
dinding
sel.
Perlakuan
ini
dapat
menyebabkan
Triploid, ada 3 genom lengkap dalam tiap inti. Triploid timbul dengan cara
sebagai berikut.
1. Kegagalan proses meiosis normal (non-disjunction) sehinga gamet
diploid (2n) terbnetuk, dan kemudian dibuahi oleh haploid (n) dari
spesies yang sama, menimbulkan triploid (3n).
2. Persilangan antara diploid (yang menghasilkan gamet haploid) dan
tetrapoloid (yang menghasilkan gamet diploid)
Dengan memperlakukan bibit diploid dengan kolkisin, dapat diperoleh
semangka tetraploid dengan 44 kromosom. Tipe ini tidak disukai dari sudut
perdagangan tetapi dapat digunakan sebagai induk untuk diserbuki
tepungsari dari tanaman diploid (2n=22). Sel telur dari tetraploid
mempunyai 22 kromosom dan tepung sari dari diploid mempunyai 11
kromosom, sehingga pada penggabungan membentuk tipe triploid. Biji
triploid menghasilkan semangka tak berbiji.
Pisang adalah triploid. Yang diploid mempunyai buah lebih kecil dan
penuh dengan biji hitam yang keras. Jika memakan pisang, lihatlah pada
jaringan di tengah seperti benang hitam yang merupakan sel telur yang tidak
berfungsi.
Tetraploid
Tanaman autotetraploid timbul karena:
1. Penyimpangan pada meiosis. Selama pembelahan pertama dari meiosis,
kromosom yang berpasangan gagal memisah pada anafas I, sehingga
satu sel telofase menerima seluruh kromosom diploid dan sel yang lain
tidak menerima seluruh kromosom diploid dan sel yang lain tidak
menerima satu pun. Sel yang pertama dapat mengalami pembelahan
10
11
12
d. Amphidiploid
Tanaman macam ini adalah tetraploid fertil dengan dua set
kromosom yang berasal dari dua spesies atau genera yang berbeda.
Raphanobrassica yang dibuat oleh Karpepechenko, merupakan satu
contoh dari ampiplodi. Karpepechenko menyilangkan lobak dengan
kubis, diperoleh F1 steril yang menghasilkan gamet dengan kromosom
tak tereduksi dan kemudian digabungkan untuk mengahsilkan
amphidiplodi fertil dengan komplemen normal dari lobak diploid (18
kromosom) dan kubis (18 kromosom). Asal mula Raphanobrassica
dapat digambarkan sebagai berikut.
Tetua:
Raphanus
Brassica
2n = 18
2n = 18
Gamet-gamet :
x=9
Hibrida F1
x + x = 9+9
(steril)
2n = 18
Gamet tak tereduksi (x=18)
Raphanobrassica: 2x + 2x = 18 + 18
(fertil)
4n = 36
amphidiploidi.
Mungkin
Karpenchenko
mengharapkan
tanaman dengan akar lobak dan daunnya kubis. Sebaliknya, dia memperoleh
keturunan dengan akar kubis dan daun lobak.
13
15
Filipin Filipina
Pada belimbing diatas memiliki nama ilmiah yang sama namun yang
tanaman yang merupakan satu varietas yang sama. Keanekaragaman ini dapat
berupa perbedaan sifat dan bentuk pada varietas tanaman tersebut. pada tumbuhan
satu varietas akan memiliki spesies yang sama namun ciri dan bibik uyang ada
dalam tumbuhan tersebut akan berbeda. Perbedaan inilah yang akan
memunculkan varietas unggul ,maupun tidak. Pembudidayaan tanaman sangat
18
20
DAFTAR PUSTAKA
Varietas.
Anonim.
Diunduh
dari
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/9793?show=fullhttp://reposi
tory.ipb.ac.id/handle/123456789/9793?show=full.pdf pada tanggal 16
Februari 2015 pukul 10.15 WIB.
Australia Goverment Department of Industry Tourism and Resources. 2007.
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati. Translated by Global Village
Translation Pty. Ltd. Jakarta: Persemakmuran Australia.
Bappenas. 2004. Wilayah Kritis Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Pengendalian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
Crowder, L.V. 2006.Genetika Tumbuhan. (Alih bahasa: Ir. Lilik Kusdiarti,
M.Sc.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sitompul, S.M dan B. Guritno.1995.ANalisis Pertumbuhan Tanaman.Yogyakarta:
UGM Press.
Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Surabaya: UM Press.
Warianto, Chaidar. 2011. Mutasi. Diunduh
darihttp://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/Mutasi_ChaidarWarianto_17.pdf pada Minggu, 15 Februari
2015 pukul 14.48 WIB.
Welsh, James R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. (Alih
bahasa: Ir. Johanis P. Mogea). Jakarta: Penerbit Erlangga.
21
Disusun oleh:
1. Viki Ambarwati
14304241005
2. Teolina Restiani
14304241006
3. Dwi Nugrohowati
14304241007
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keanekaragaman tumbuhan adalah kondisi bermacam
macam tumbuhan yang ada, baik berdasarkan ukuran, bentuk, warna
tektur dan jumlah. Keanekaragaman terdapat dalam setiap tingkatan
taksonomi
dan
level
organisasi
kehidupan.
Misalnya
ukuran,
warna,
dan
bentuk
dikaitkan
dengan
23
tingkatan
yang
didalamnya
juga
menunjukkan
adanya
kenekaragaman.
Oleh karena itu makalah ini akan membahas mengenai
keanekaragaman apabila
ditinjau
dari
taksonomi
dan
level
organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keanekaragaman tumbuhan ditinjau dari taksonomi
tumbuhan?
2. Bagaimana
level
organisasi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana keanekaragaman tumbuhan ditinjau dari
taksonomi tumbuhan?
2. Mengetahui bagaimana keanekaragaman tumbuhan ditinjau dari
level organisasi ?
24
BAB II
PEMBAHASAN
TAKSONOMI TUMBUHAN
Kingdom
Ekosistem
Divisi
Class
Komunitas
Ordo
Family
Genus
Populasi
Species
organisme
Sistem organ
Organ
Jaringan
Sel
Molekul
25
2. Sel
Sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan
merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Keanekaragaman sel meliputi
bentuk dan ukuran sel, ketebalan dan penyusun dinding sel. Pada satu organ daun
dapat dilihat beberapa jaringan dengan masing - masing sel penyusunya. Sel
Epidermis berbeda dengan Sel Palisade. Sel epidermis berdinding tebal dan
tersusun rapat, serta biasanya berbentuk kotak. Sedangkan sel palisade berbentuk
panjang dan mengandung kloroplas di dalamnya.
26
3. Jaringan
Jaringan adalah kumpulan dari sel - sel yang memiliki bentuk yang sama
membentuk suatu kesatuan untuk menjalankan tugas yang sama. Sebelumnya
telah dijelaskan keanekaragaman tingkat sel, sehingga ketika masing - masing sel
yang beranekaragam tersebut saling bersatu dengan yang sejenisnya akan
membentuk jaringan - jaringan yang beranekaragam pula.
Misalnya keanekaragaman jaringan penguat. Terdapat dua macam jaringan
penguat yaitu kolenkim dan sklerenkim. Perbedaan keduanya adalah sebagai
berikut.
27
4. Organ
Jaringan - jaringan yang menyatu dan saling mendukung satu sama lain
dengan suatu tujuan tertentu akan membentuk sebuah organ. Dalam satu
tumbuhan terdapat organ - organ yang menyusunnya. Antara satu organ dengan
organ yang lain memiliki ciri dan sifat yang berbeda - beda. Misalnya bunga
sepatu Hibiscus rosa sinensis penyusunya adalah organ akar, batang, daun, dan
5. Sistem Organ
Sistem organ adalah unit kesatuan yang bekerja bersama - sama yang
terdidi dari beberapa organ penyusun. Dalam tumbuhan terdapat beberapa sistem
yang berjalan, satu sistem berbeda dengan sistem yang lain. Misalnya dalam satu
tumbuhan terdapat sistem peyerapan zat - zat hara dan sistem pembagian hasil
fotosintesis. Penyerapan unsur hara yang akan digunakan untuk proses fotosintesis
meliputi organ akar, batang yang mencangkup jaringan xilem dan daun.
Sedangkan pembagian hasil fotosintesis meliputi daun, batang yang mencangkup
jaringan floem dan seluruh organ - organ dalam tumbuhan.
28
Keanekaragaman Kingdom
Kingdom merupakan tingkatan takson teringgi pada dunia tumbuhan
takson tertinggi adalah Plantae. Contoh keanekaragaman tumbuhan pada
tingkat kingdom yaitu Plantae.
Keanekaragaman Divisi
Divisi merupakan tingkatan takson dibawah kingdom. Divisi digunakan
pada dunia tumbuhan sedangkan untuk dunia hewan yaitu filum. Contoh
keanekaragaman tingkat divisi yaitu keanekaragaman pada tingkat
29
Keanekaragaman Class
Class atau kelas merupakan tingkat takson dibawah takson divisi. Contoh
keanekaragaman dalam tingkat class dalam satu divisi yaitu dari divisi
Byophyta terdapat class Hepaticae (lumut hati), Anthocerotopsida (lumut
tanduk), dan Bryopsida (lumut sejati).
30
Keanekaragaman Ordo
Ordo merupakan tingkat
Conroh
keanekaragaman ordo dalam satu class yaitu dalam class Gnetinae yaitu
terdapat ordo Ephedrales, Gnetales dan Welwitschiales.
Keanekaragaman Famili
Famili adalah suatu kelompok organismee yang bersuku dekat dengan
cirri-ciri yang sama. Famili adalah tingkatan takson dibawah. Contoh
keanekaragaman famili dalam satu ordo yaitu pada ordo Taxales terdapat
famili Taxaceae dan Cephalotaxaceae. Contoh lain yaitu pada ordo
Passiflorales yaitu terdapat famili Caricaceae dan Cucurbitaceae.
Keanekaragaman Genus
Genus atau marga merupakan tingkat takson dibawah takson ordo. Contoh
keanekaragaman genus dalam satu famili yaitu pada famili Arecaceae
yaitu terdapat genus Cocos, Arenga, Borassusdan Areca.
Keanekaragaman Spesies
Spesies atau jenis merupakan tingkat takson dibawah takson genus.
Contoh keanekaragaman spesies dalam satu genus yaitu pada genus
Solanum yaitu terdapat spesies Solanum nigrum, Solanum betaceum,
Solanum melongena L. dan Solanum mammosum.
31
32
Keanekaragaman Varietas
Suatu populasi yang terdiri dari beberapa biotipe dengan sifat-sifat
morfologi yang jelas, serta mempunyai daerah persebaran secara lokal
yang tegas dalam daerah persebaran populasi jenisnya (Sudarsono dkk,
2005: 26).
sanderae
var.
Major,
Dendrobium
sanderae
var.
Keanekaragaman Forma
Suatu populasi yang terdiri dari beberapa biotipe yang terdapat secara
sporadit dalam populasi sejenisnya tanpa mempunyai pola persebaran
yang jelas, baik secara lokal maupun kawasan dan berbeda dari kelompok
biotipe jenis yang sama dalam beberapa sifat morfologi (Sudarsono dkk,
2005: 26). Contoh keanekaragaman forma yaitu terdapat pada spesies
Musa acuminata antara lain Musa acuminata f cerifer dan Musa
acuminata f retilides.
34
DAFTAR ISI
35
Disusun oleh:
1. Septiana Damayanti
14304241008
2. Sifaul Faidah
14304241009
36
BAB I
PENDAHULUAN
Organismee
yang
terdapat
di
bumi
sangat
beraneka
ragam.
mikroskopis maupun
tingkat
spesies,
keanekaragaman
genetik
serta
yang
khas
dan
berbeda
dengan
individu
lain.
Sedangkan
38
BAB II
PEMBAHASAN
Ekologi merupakan studi hubungan timbal balik diantara organismeeorganismee, dan antara organismee itu dan lingkungannya. Lingkungan yang
dimaksud adalah semua kondisi luar dan semua faktor yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan di suatu tempat. Faktor ekologi atau faktor
lingkungan dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori utama: (1) faktor iklim,
seperti misalnya presipitasi, temperatur udara, kelembapan udara, angin, cahaya;
(2) faktor tanah, seperti misalnya temperatur tanah, sifat-sifat kimia, dan fisik
tanah dan (3) faktor bionic, yaitu hasil kegiatan tumbuhan sendiri, serta binatang
dan manusia.
Faktor-faktor ekologi
beranekaragam, dan sering kali bercampur secara rumit dan saling bergantungan.
Baik secara berpisah-pisah maupun kombinasi, berbagai faktor ekologi dapat
berpengaruh ketidak hadiran atau kehadiran, kesuburan atau kelemahan,
keberhasilan atau kegagalan relative berbagai komunitas tumbuhan melalui
takson-takson penyusunya.
Faktor-faktor lingkungan ini bersifat kompleks, tidak bertindak sendirisendiri melainkan merupakan suatu satu kesatuan yang saling berinteraksi di
antara sesamanya dan bekerja bersama secara serentak terhadap tumbuhan.
Faktor-faktor tersebut bersifat dinamis dalam arti intensitas faktor-faktor tersebut
berubah-ubah setiap waktu, dalam jam, hari, dan musim.
1. Faktor Iklim
Faktor-faktor iklim meliputi sifat-sifat umum iklim daerah, kadang-kadang
bersifat beraturan, misalnya menunjukkan fluktuasi berdaur harian, musiman,
atau berjangka panjang.
39
a. Temperatur
Temperatur dan presipitasi adalah faktor-faktor iklim utama yang
menentukan tumbuhnya berbagai macam jenis tumbuhan dan pola
penyebaran vegetasi. Kedua faktor itu yang merupakan yang paling dekat
hubungannya dengan ketahanan tumbuhan. Temperatur mempengaruhi
semua kegiatan tumbuhan, seperti absorbs air, fotosintesis, transpirasi,
respirasi, perkecabahan, tumbuh dan reproduksi. Perbedaan yang besar
dalam suhu, durasi, dan lamanya masa tumbuh adalah faktor-faktor yang
penting. Faktor terakhir terutama menentukan tanaman apa yang dapat
dibudidayakan pada suatu daerah.
Tanaman kapas terbatas pada daerah yang tidak banyak curah
hujannya karena tumbuhan ini meminta masa hangat untuk tumbuh selam
sekurang-kurangnya 200 hari. Telah coba ditanam di Indonesia bagian
timur, di jawa Tengah dan Jawa Timur sebelah utara yang curah hujannya
rendah sekali.
Berlawanan dengan kapas, beberapa varietas jagung dan gandum
dapat menjadi matang kurang dari 100 hari. Yang terakhir sudah pul dicoba
tanam di daerah pegunungan di Jawa Barat.
Tanaman tropika seperti karet (Hevea brasiliensis), coklat (
Theobroma cacao), dan pisang (Musa sapientum) tidak dapat tumbuh
dengan baik di daerah beriklim dingin. Sebaliknya tanaman sayuran seperti
kentang, kol, kacang polong tidak dapat tumbuh di daerah yang panas,
namun dapat hidup di Utara sejauh Alaska.
Temperatur yang rendah hampir sama pengaruhnya dengan temperatur
tinggi.
Keduanya
sama-sama
mempengaruhi
proses
metabolisme
tumbuhan. Pengaruh temperatur rendah umumnya dijumpai di daerahdaerah subtropika, yang kadang-kadang mengalami musim dingin yang
dingin sekali sehingga dapat menyebabkan kematian tumbuhan karena
rusaknya sistem akar, pepagan, dan kuncup. Matinya tumbuhan yang
terkena suhu rendah sekali bukan disebabkan oleh pengaruhnya yang
langsung melainkan karena karena akibat terbentuknya es di dalam
40
41
c. Cahaya
Cahaya adalah faktor penting ketiga dalam ekologi yang membantu
menentukan
penyebaran
dan
pembentukan
masyarakat
tumbuhan.
42
43
d. Suhu
Faktor ini mempunyai arti yang vital, karena suhu menentukan
kecepatan-kecepatan
reaksi
dan
kegiatan-kegiatan
kimiawi
yang
mencangkup kehidupan. Mintakat besar vegetasi dunia, seperti mintakatmintakat menurut ketinggian, terutama bergantung pada suhu, dan untuk
mudahnya kita membedakan tumbuhan yang megaterm (tumbuhan yang
menyukai habitat yang panas), mikroterm (tumbuhan yang menyukai
habitat yang dingin), mesoterm (diantaranya).
Tumbuhan yang berbeda, teradaptasi secara berbeda-beda terhadap
keadaan suhu yang menyangkut, minimum, optimum, dan maksimum
untuk hidupnya secara keseluruhan, demikian pula untuk komponenkomponen fungsi fisiologisnya, kendati suhu sebenarnya dapat berubah
pada variasi kondisi yang berbeda dan menurut keadaan tumbuhan (dan
tentu saja juga berbeda-beda pada tumbuhan yang berlainan).
Musim dingin (winter) secara formal merupakan periode istirahat,
dengan aktivitas minimal di daerah-daerah beriklim sedang, walaupun
banyak jenis tumbuhan tetap giat pada suhu yang lebih rendah di daerah
darat dan perairan kutub, beberapa diantaranya bahkan di bawah 0C. Di
lain pihak, suhu di atas titik beku sudah bersifat letal (mematikan) untuk
tumbuhan daerah tropika; demikian pula suhu diatas 45C, bila evaporasi
tidak menyebabkan turunnya suhu dan menyelamatkannya. Biarpun
demikian mungkin ada beberapa tempat yang secara alami terlalu panas
atau terlalu dingin untuk tumbuhan manapun. Yang secara langsung
bersifat penting adalah awan dan lain-lain pengaruh yang menurunkan
banyaknya penyinaran secara langsung, dan lembab nisbi yang besar
pengaruhnya terhadap kehilangan air oleh penguapan.
e. Daya Penguapan
Daya penguapan udara merupakan suatu yang penting sekali bagi
kehidupan tumbuhan, karean langsung berpengaruh terhadap transpirasi
tumbuhan. Daya penguapan kira-kira ditunjukkan oleh kelembapan nisbi
44
45
f. Angin
Karena ada gesekan dengan permukaan tanah,, batuan, bangunan
(gedung) dan selain itu semua sifat-sifat
sifat
fisiografi
fi utama dan masa
vegetasi, angin cenderung untuk meningkatkan kecepatannya dengan
semakin tinggi dari permukaan tanah. Angin pada umunya mempengaruhi
faktor-faktor
faktor ekologi lainnya di suatu tempat, misalnya kandungan air
dalam udara dan suhu, melalui pengaruhnya
pengaruhnya terhadap penguapan air, tetapi
juga dapat mempunyai pengaruh langsung terhadap vegetasi, terutama
dengan menumbangkan pohon
pohon-pohon
pohon atau dengan mematahkan dahan
dahandahan atau bagian-bagian
bagian
lain.
Angin mempunyai pengaruh yang sama terhadap tanah, biasanya
biasany
bersifat mengeringkan, atau kadang-kadang
kadang kadang dapat bertindak dengan arah
yang berlawanan dengan membawa udara yang lebih basah yang menunkan
transpirasi dan evaporasi, dan mungkin sebenarnya menyebakan terjadinya
turun hujan.
Beberapa Jenis Flora Di Indonesia
Indone Yang Dipengaruhi Oleh Iklim
a. Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis merupakan jenis vegetasi yang paling subur. Hutan
jenis ini terdapat di wilayah baru tropika atau didekat wilayah tropika di bumi
46
Iklim tropis
Hutan
gugur
monsun (monsoon
monsoon
daun
forest
forest)
tropika, hutan
adalah
musim
wilayah tropika dan subtropika yang memiliki iklim hangat sepanjang tahun,
namun mengalami musim kering (kemarau) yang panjang selama beberapa
bulan. Ciri khas bioma hutan gugur adalah tumbuhannya sewaktu musim
dingin, daun daunnya meranggas. Bioma ini dapat dijumpai di Amerika
Serikat, Eropa Barat, Asia Timur, dan Chili. Walaupun wilayah ini dicurahi
hujan hingga beberapa ratus milimeter tiap tahunnya bahkan lebih, musim
kering panjang itu memaksa kebanyakan tumbuhan menggugurkan
menggugurkan daun
daundaunnya, dan dengan demikian memengaruhi kehidupan makhluk di dalam
hutan itu. Itulah sebabnya hutan ini disebut musiman, atau ada pula yang
menyebutnya hutan luruh daun.
daun
Musim panas pada bioma hutan gugur, energi radiasi matahari yang
diterima cukup tinggi, demikian pula dengan presipitasi (curah hujan) dan
kelembaban. Kondisi ini menyebabkan pohon-pohon
pohon tinggi tumbuh dengan
baik, tetapi cahaya masih dapat menembus ke dasar, karena dedaunan tidak
begitu lebat tumbuhnya. Konsumen yang ada di daerah ini adalah serangga,
burung, bajing, dan racoon yaitu hewan sebangsa luwak/musang. Pada saat
menjelang musim dingin, radiasi sinar matahari mulai berkurang, subu mulai
48
turun. Tumbuhan mulai sulit mendapatkan air sehingga daun menjadi merah,
coklat akhirnya gugur, sehingga musim itu disebut musim gugur. Pada saat
musim dingin, tumbuhan gundul dan tidak melakukan kegiatan fotosentesis.
Beberapa jenis hewan melakukan hibernasi (tidur pada musim dingin).
Menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai berdaun
kembali (bersemi) sehingga disebut musim semi.
Di Kepulauan Nusantara, terdapat pula sebuah sabuk hutan musim
tropika, yang melintas di kurang lebih kawasan Wallace sebelah utara,
melintasi Sulawesi dan sebagian Maluku, menyeberang kee selatan hingga
wilayah Nusa
Keringnya
wilayah-wilayah
wilayah ini
Iklim sedang/dingin
Curah hujan
ujan merata sepanjang tahun, 75-100
75
cm/tahun.
c. Gurun
Gurun atau padang pasir adalah suatu daerah yang menerima curah
hujan yang sedikit-kurang
kurang dari 250 mm per tahun. Gurun/padang pasir
biasanya terletak disepanjang garis balik 231/2LU dan LS yang biasanya
merupakan daerah-daerah
daerah yang vegetasinya sangat miskin. Bioma ini paling
49
luas terpusat di sekitar 20LU, mulai dari Pantai Atlantik di Afrika hingga ke
Asia Tengah. Sepanjang daerah itu terdapat kompleks gurun Sahara, Gurun
Arab dan Gurun Gobi dengan luas mencapai 10 juta km persegi. Gurun juga
dianggap memiliki kemampuan kecil untuk mendukung kehidupan. Jika
dibandingkan dengan wilayah yang lebih basah hal ini mungkin benar,
walaupun jika diamati secara seksama, gurun sering kali memiliki kehidupan
yang
biasanya
tersembunyi
(khususnya
pada
siang
hari)
untuk
50
d. Tundra
51
Memiliki musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas yang
panjang dan terang. Peristiwa ini terjadi karena gerak semu matahari hanya
sampai di posisi 23,5 LU/LS.
Sangat sedikit curah hujan tahunan, air tidak dapat menembus permafrost
di bawahnya dan akan menumpuk di dalam kolam di atas bunga tanah
yang dangkal selama musim panas yang pendek.
52
e. Stepa
Stepa adalah padang rumput yang tidak di selingi oleh kumpulankumpulan pepohonan, kalaupun ada hanya sedikit saja pepohonan yang ada.
Stepa dapat berupa semi-gurun, atau ditutupi oleh rumput atau semak atau
keduanya, tergantung dari musim dan garis lintang. Istilah ini juga digunakan
untuk menunjukkan iklim pada suatu daerah yang terlalu kering untuk
menunjang suatu hutan, tapi tidak cukup kering untuk menjadi gurun.
Bioma Stepa (padang rumput) terbentang dari daerah tropika sampai ke
daerah subtropika yang curah hujannya tidak cukup untuk perkembangan
hutan. Bioma Stepa berbeda dengan Bioma Sabana. Perbedaan antara Stepa
dengan Sabana adalah sebagai berikut:
Pada bioma Sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh
kumpulan pepohonan besar, sedangkan pada bioma Stepa merupakan
Persebaran bioma stepa terdapat di wilayah Hongaria (Puzta), Kanada (Great
Plains), Amerika Selatan (Pampa-Argentina), Rusia (Siberia), Amerika Serikat
(Praire), Australia, dan Selandia Baru. Di Indonesia Stepa juga dapat ditemui
di Nusa Tenggara dan di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Ciri-ciri dari
bioma ini adalah:
terdapat di daerah peralihan antara iklim basah (hummid) dan iklim kering
(arid)
f. Sabana
Sabana adalah padang rumput yang dipenuhi oleh semak / perdu dan
diselingi oleh beberapa jenis pohon yang tumbuh menyebar, seperti palem
dan akasia. Sabana biasanya terbentuk di antara daerah tropis dan subtropis
yang curah hujannya sedikit. Beberapa benua yang memiliki padang sabana di
antaranya adalah Afrika, Amerika Selatan, dan Australia. Iklimnya tidak
terlalu kering untuk menjadi gurun pasir, tetapi tidak cukup basah untuk
menjadi hutan. Sabana juga di jumpai di kawasan tropis seperti Indonesia,
yaitu Sabana (Savana) di Kawasan Nusa Tenggara, seperti sabana di gunung
Rinjani.
Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sabana dibedakan
menjadi dua, yaitu sabana murni dan sabana campuran.
54
curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur.
tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang
keduanya tergantung pada kelembapan.
2. Faktor-Faktor Tanah
Beberapa segi dari sifat-sifat tanah telah dikemukakan dalam hubungannya
dengan penelaah mengenai akar. Di antata faktor-faktor tanah yang
mempengaruhi penyebaran, pertumbuhan dan ketahanan ialah temperatur,
kandungan air, udara, dan bahan organik, struktur, komposisi mineral dan
derajat keasaman.
a. Temperatur Tanah
Temperatur tanah merupaan faktor nyata yang berpengaruh pada
pertumbuhan, pengaruhnya terutama pada absorbs air dan mineral. Pada
temperatur tanah rendah, laju absorpsi akan renadah pula karena respirasi
dan pertumbuhan akar yang rendah. Demikian pula halnya dengan bakteri
dalam tanah yang dingin menjadi tidak efektif, sehngga unsur-unsur hara
mineral menjadi kuarang tersedia bagi akar.
Rendahnya temperatur tanah dan temperatur udar, bersama-sama
dengan angin yang kuat, menyebabkan pertumbuhan di daerah pegunungan
menjadi kerdil. Seperti yang telah dikemukakan sebelumya, temperatur yang
rendah dapat mengakibatkan matinya tumbuhan karena terbentuknya es di
ruang intraseluker sel-sel hidup.
55
b. pH
Keasaman atau pH (potential of hidrogen) adalah nilai (pada skala 014) yang menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap ion OH- di dalam
larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi jika nilai pH berada pada
kisaran 0-6. Artinya, larutan tanah mengandung ion H+ dalam larutan tanah
lebih kecil dari pada ion OH- , larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali)
atau memiliki nilai pH 8-14. Jika jumlah ion H+ di dalam larutan tanah sama
dengan jumlah ion OH- , larutan tanah disebut bereaksi netral dengan pH 7.
Semakin banyak kandungan ion H+ di dalam larutan tanah, reaksi tanah
tersebut akan semakin asam. Tanah bersifat asam karena berkurangnya
kation Kalsium, Magnesium, Kalium, atau Natrium. Unsur-unsur tersebut
terbawa oleh aliran air ke lapisan tanah yang lebih bawah (pencucian) atau
hilang diserap oleh tanaman. Karena ion-ion Universitas Sumatera Utara
positif yang melekat pada koloid tanah berkurang, kation pembentuk asam
seperti Hydrogen dan Alumunium akan menggantikannya. Terlalu banyak
pupuk Nitrogen, seperti ZA, juga menyebabkan tanah menjadi lebih asam
karena reaksinyaa didalam tanah menyebabkan peningkatan konsentrasi ion
H+
c. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai partikel tanah dalam
suatu massa tanah terutama perbandingan antara pasir, debu dan lempung.
Tekstur tanah sangat penting dalam kaitannya dengan kapasitas menampung
air dan udara tanah. Tanah dengan proporsi partikel partikel yang lebih
besar dapat mempunyai tata air yang baik. Tanah yang halus biasanya
memiliki potidak tersebar merata. Selain itu alirannya juga sangat lambat
sehingga tidak menguntungkan bagi tumbuh-tumbuhan.
Tanah-tanah yang butirannya terlalu kasar, seperti kerikil dan pasir
kasar, atau yang butirannya terlalu halus, seperti lempung kurang sesuai bagi
pertumbuhan vegetasi. Tanah yang baik bagi media pertumbuhan vegetasi
adalah tanah dengan komposisi perbandingan butiran pasir, debu, dan
56
lempungnya seimbang. Pasir adalah jenis butiran tanah yang kasar, debu
butirannya agak halus, sedangkan lempung merupakan butiran tanah yang
sangat halus.
d. Struktur tanah
Definisi dan Pengertian dari Struktur tanah adalah susunan agregat
primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu dibatasi oleh beberapa
bidang. Struktur tanah terbentuk karena penggabungan butir-butir primer
tanah oleh pengikat koloid tanah menjadi agregrat primer. Sekelompok
tanah terdiri dari gumpalan-gumpalan kecil beraneka bentuk yang disebut
agregat sekunder tanah. Bagian-bagian ini terbentuk dari penggabungan
butir-butir lebih kecil yang disebut agregat primer.
Agregat primer tersusun dari butir-butir mineral atau pecahan batuan
berbagai bentuk dan ukuran yang diselaputi oleh senyawa-senyawa hasil
pelapukan. Senyawa hasil pelapukan mineral dan pecahan batuan terdiri dari
koloid tanah, senyawa kapur, senyawa besi dan almunium yang bertindak
sebagai perekat yang menggabungkan agregat-agregat primer.
Penggabungan agregat primer menjadi bentukan yang masing-masing
bentukan tersebut dibatasi oleh bidang-bidang permukaan tertentu. Agregat
primer sering disebut struktur mikro, sedangkan agregat sekunder yang
merupakan struktur lapisan olah disebut struktur makro.
Struktur tanah yang baik adalah mengandung udara dan air dalam
jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Struktur seperti ini hanya terdapat
pada ruang pori-pori besar dengan perbandingan yang sama antara pori-pori
makro dan mikro serta tahan terhadap kekuatan tetesan air hujan. Selain itu
struktur yang baik mempunyai perbandingan antara padatan, air dan udara
yang sama.
57
e. Porositas tanah
Porositas Tanah adalah ruang volume seluruh pori-pori makro dan mikro
dalam tanah yang dinyatakan dalam persentase volume tanah di lapangan.
Dengan kata lain porositas tanah adalah bagian dari volume tanah yang tidak
ditempati oleh padatan tanah.
Porositas tanah ada karena bentuk dan ukuran agregat tanah yang tidak
dapat saling merapa merupakan dasar dari pori-pori tanah. Merupakan ruang
antara agregat yang satu dengan yang lain disebut pori-pori mikro dan
makro tanah.
Menurut ukuran pori-pori dapat dibedakan sebagai berikut :
pori makro lebih besar dari pada pori-pori mikro, bersifat mudah merembes
air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar. Sebaliknya
berliat mempunyai porositas lebih dari 50%.
Jumlah pori-pori mikro lebih besar dan bersifat mundah menangkap air
hujan, tetapi sulit merembeskan air dan gerakan udara lebih terbatas. Untuk
pertumbuhan tanaman menghendaki keseimbangan antara porositas makro
58
Ciri dari tipe ekosistem Hutan Rawa adalah hutan yang tumbuh pada
daerah-daerah
daerah yang selalu tergenang air tawar, tidak dipengaruhi iklim. Pada
umumnya terletak dibelakang hutan payau dengan jenis tanah aluvial dan
aerasinya buruk. Tegakan hutan selalu hijau dengan pohon-pohon
pohon pohon yang tingg
tinggi
bisa mencapai 40 m dan terdiri atas banyak lapisan tajuk.
Tipe ekosistem hutan rawa terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia,
misalnya di Sumatra bagian Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Maluku dan Irian Jaya bagian Selatan. Vegetasi yang menyusun
enyusun ekosistem
hutan rawa termasuk kategori vegetasi yang selalu hijau, di antaranya adalah
berupa pohon-pohon
pohon dengan tinggi mencapai 40 meter dan mempunyai
beberapa lapisan tajuk. Oleh karena hutan rawa ini mempunyai beberapa
lapisan tajuk (beberapa stratum),
stratum), maka bentuknya hampir menyerupai
ekosistem hutan hujan tropis. Spesies-spesies
Spesies spesies pohon yang banyak terdapat
dalam ekosistem hutan rawa antara lain Eucalyptus degulpta, Palaquium
leiocarpum, Shorea uliginosa, Campnosperma macrophylla, Gareinia spp.,
Eugenia spp., Canarium spp., Koompassia spp., Calophyllum spp., Xylopia
59
b. Hutan Mangrove
62
c. Hutan pantai
Hutan pantai atau lebih tepatnya disebut vegetasi pantai atau vegetasi
pantai berpasir (Ingggris: beach vegetation) adalah tutupan vegetasi yang
tumbuh dan berkembang dipantai
di
berpasir di atas garis pasang tertinggi di
wilayah tropika.. Secara tradisi, pakar membedakan dua kadang-kadang
kadang kadang tiga
formasi vegetasi di wilayah ini. Daerah pantai berpasir yang tidak terkena
pengaruh abrasi biasanya di jumpai dua zona atau formasi yaitu
formasi Pescaprae dan formasi Barringtonia.
Formasi
pescapra
pescapraee
didominasi
oleh
tumbuhan
yang
merayap
63
3. Faktor Ketinggian
Berikut klasifikasi ketinggian tempat berdasarkan F.W. Jughuhn:
a. Daerah panas
Ketinggian tempat antara 0 600 m dari permukaan laut. Suhu 26,3
22C. Tanamannya seperti padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet,
kelapa, dan cokelat.
b. Daerah sedang
Ketinggian tempat 600 1500 m dari permukaan laut. Suhu 2217,1C. Tanamannya seperti padi, tembakau, teh, kopi, cokelat, kina, dan
sayur-sayuran.
Tembakau
64
c. Daerah sejuk
Ketinggian tempat 15002500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1
11,1C. Tanamannya seperti teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran.
d. Daerah dingin
Ketinggian tempat lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu
11,1 6,2C. Jenis vegetasi tidak ada tanaman budidaya kecuali sejenis
lumut.
65
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan letak lintang dan ketinggian, keanekaragaman tumbuhan di
dunia sangatlah bermacam-macam. Letak lintang dapat dibagi menjadi dua,
yaitu iklim dan edafik. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan iklim yaitu
Hutan Hujan tropis, Hutan Musim/Gugur, Gurun, Tundra, Stepa, dan sabana.
Sedangkan keanekaragaman berdasarkan edafik ada Hutan
Rawa, Hutan
66
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, J., S.J. Damanik, N. Hisyam, & A.J. Whitten. 1984. Ekologi ekosistem
Sumatera: 168. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ewusie JY. 1980. Pengantar Ekologi Tropika (Alih bahasa Tanuwidjaya Usman).
Bandung. ITB Press.
Kusuma dkk. 2003. Jenis-Jenis Pohon Mangrove di teluk Bintuni, Papua. Bogor:
Diterbitkan atas kerjasama Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
dan PT. Bintuni Utama Murni Wood Industries.
Nybakken, J.W. 1998. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT.
Gramedia.
Polunin, Nicholas. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Syahbudin. 1987. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Padang: Universitas Andalas.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi, dkk. 1983. Botani Umum 4. Bandung: Penerbit Aksara
Bandung.
Whitten, T., R.E. Soeriaatmadja, & S.A. Afiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali: 374.
Jakarta: Prenhallindo.
Whitmore, T.C. 1984. Tropical rain forests of the Far East: 176. Oxford:
Clarendon Press
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195502101980021DADANG_SUNGKAWA/IKLIM_INDONESIA.pdf
https://materi78.files.wordpress.com/2013/06/biosf_geo2_21.pdf
http://www.cifor.org/mla/download/publication/keanekaragaman-hayati.pdf
https://muntul.files.wordpress.com/2011/12/keanekaragaman-hayati1.pdf
67
http://elisa1.ugm.ac.id/files/marhaento/4Bp7yftq/Konservasi%20Keanekaragaman
%20Hayati.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197212031999031
WAHYU_SURAKUSUMAH/Perubahan_iklim_dan_pengaruhnya_terhad
ap_keanekaragaman_haya.pdf
http://eprints.uny.ac.id/9419/2/BAB%201%20-%2008308141036.pdf
68
Sumber Variasi
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan)
Disusun oleh:
1. Anisatun Arviyani
(14304241010)
2. Nurhasanah
(14304241011)
69
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua makhluk hidup di dunia tidak ada yang sama persis, meskipun
mereka berasal dari jenis yang sama. Termasuk juga di dunia tumbuhan.
Sedikit atau banyak pasti terdapat perbedaan baik dari segi genotip maupun
fenotipnya. Misalnya buah yang di dalamnya tidak terdapat biji, daun-daun
tanaman yang susunannya berubah seiring dengan berjalannya usia mereka,
buah-buah super, dan lain sebagainya. Perbedaan-perbedaan ini membuat
mereka menyimpang dari kondisi normalnya. Hal tersebut tidak begitu saja
terjadi, melainkan ada penyebabnya. Adapun penyebabnya disebut dengan
sumber variasi. Sumber variasi ada bermacam-macam yang akan kita pelajari
disini.
B. Tujuan
1. Mengetahui macam-macam sumber variasi
2. Mengetahui contoh dari masing-masing variasi tersebut
70
BAB II
PEMBAHASAN
(SUMBER VARIASI)
Variasi merupakan istilah umum yang mencakup kegiatan, proses atau
peristiwa menyimpang dari kondisi normal atau standar. Pada istilah biologi,
variasi merupakan penyimpangan struktur, fungsi dan perkembangan ciri
organisme dari induknya, dari organisme lain dalam populasi sama, atau dari
populasi lain dalam jenis sama atau kelompok berkerabat. Setiap individu
makhluk hidup di dunia pasti memiliki perbedaan dengan individu lainnya, baik
dari segi bentuk, ukuran, warna, struktur, fungsi, perawakan, lama tumbuh, dan
tanggapan terhadap faktor lingkungan, begitu juga dengan tumbuhan. Perbedaanperbedaan ini disebut dengan variasi. Variasi ini dapat terjadi karena disebabkan
oleh adaptasi, mutasi, modifikasi, perkembangan tumbuhan, faktor lingkungan,
dan genetika.
Varietas dalam dunia tumbuhan merupakan istilah umum yang dapat
digunakan pada keanekaragaman, populasi varian, variabilitas, variasi ciri dan
mungkin istilah lain yang menunjukkan macam atau tipe dari struktur, organ,
organisme dan seterusnya. Diversitas mengacu pada jumlah tipe organisme atau
taksa pada dunia tumbuhan. Hampir 250.000 spesies tumbuhan vaskuler terdapat
di permukaan bumi, yang terdiri dari 10.000 spesies pteridofit, 6.000 spesies
gymnospermae dan 235.000 spesies angiospermae.
Menurut (Bell, 1964) di dalam Soedarsono, dkk (2005), keseragaman dan
keanekaragaman tumbuhan hidup terlihat jelas di antara jenis, dan antar individu
dalam satu jenis. Tingkat variasi ini sedemikian rupa, sehingga tidak ada individu
yang sama persis. Variasi dipakai sebagai dasar baik untuk menjelaskan proses
evolusi, maupun dalam pengembangan system klasifikasi.
Variasi (variety) dalam dunia tumbuhan mencakup di dalamnya
keanekaragaman (diversity), populasi varian, variabilitas, variasi dari ciri-ciri
taksonomi, dan banyak lagi yang berkaitan dengan macam atau tipe struktur,
71
organ atau makhluk hidup. Varian (variant) adalah satu atau sejumlah individu
dalam satu populasi yang masih dapat dikenal (recognizable) atau dibedakan
(definable).
Bentuk dasar keseragaman dan keanekaragaman jenis dan individuindividu dalam jenis adalah evolusi dan klasifikasi. Pemahaman evolusi tumbuhan
didapatkan dari analisis yang seksama dari variasi berikut ini: (Sudarsono, dkk,
2005)
1. Variasi Perkembangan
Dalam variasi perkembangan, terjadi pada satu tanaman dengan
perubahan seiring bertambahnya usia. Tanaman yang telah dewasa sering
menunjukkan perbedaan dengan tanaman muda. Variasi perkembangan ini
ditentukan secara genetis dan memang selalu begitu. Sebagai contoh adalah (a)
Pada tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata) terdapat daun tunggal dan
majemuk menyirip beranak daun tiga pada satu individu tanaman. Hal ini
sering dikenal dengan heteromorfisme. (b) Daun-daun yang telah tua dari
pohon getah (Eucalyptus) biasanya menggantung dan berseling, sedang pada
tanaman bibit dari beberapa jenis berhadapan dan horizontal terhadap batang
yang tegak lurus. (c) Pada tumbuhan akasia (Acacia) tanaman muda (semai)
berdaun majemuk menyirip rangkap dua sempurna dan setelah dewasa berdaun
tunggal yang merupakan modifikasi ibu tangkai daun yang memipih dan
menggantikan fungsi daun (Sudarsono, dkk, 2005) (d) Pada tanaman buncis
saat masih muda berdaun tunggal, namun setelah dewasa berdaun majemuk
berhadapan. (e) Pada tanaman Eceng (Monochoria vaginalis) saat masih muda,
daunnya cenderung sempit dan berbentuk jorong hingga memanjang. Namun
setelah tua, biasanya daun akan berbentuk bulat dan lebar-lebar.
2. Variasi Lingkungan
Tumbuh-tumbuhan
keseluruhan
beraneka
dan
banyak
jenis
72
(Aloe vera) yang mempunyai daun yang tebal dan berdaging untuk menyimpan air. Variasi
tumbuhan karena faktor air yang lain adalah pohon kurma dan bakau. Untuk menyesuaiakan
diri dengan lingkungnnya yang panas dan kekurangan air, maka pohon kurma memliki akar
yang panjang untuk menyerap air, daunnya berbulu, bentuknya kecil-kecil dan mempunyai duri
pada tangkai daunnya, serta kulit luarnya tebal.
Sedangkan pohon bakau merupakan salah satu tanaman yang bisa hidup pada
lingkungan yang airnya asin. Untuk menyesuiakan diri dengan lingkungannya, maka pohon
bakau ini melakukan ultrafiltrasi atau penyaringan ekstra sehingga dapat menyerap ion spesifik
tertentu saja dari air asin tersebut, sedangkan 97 persen garam yang ada pada air asin
ditinggalkan di akar. Garam yang ditinggalkan ini lalu akan dibuang melalui proses transpirasi.
Cara adaptasi yang selanjutnya adalah dengan mengeluarkan garam dalam larutan
terkonsentrasi melalui kelenjar khusus. Larutan ini akan terkristalisasi disepanjang tubuh pohon
bakau dan akan terbuang oleh angin atau hujan.
Variasi lingkungan yang selanjutnya adalah faktor makanan. Contohnya adalah
tanaman venus dan kantong semar. Karena hidup di daerah yang kurang nutrisi terutama
nitrogen, maka kantong semar memodifikasi ujung daunnya menjadi kantong untuk
menangkap serangga yang kemudian diserap nutrisisnya (nitrogen).
Contoh tanaman yang hidup pada variasi lingkungan karena faktor suhu adalah
purwoceng (Pimpinella puruatjana). Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman yang
hidup di daerah pegunungan (bersuhu rendah). Apabila purwoceng ini dipindahkan pada
daerah yang dataran rendah (bersuhu tinggi) maka purwoceng ini bisa tetap hidup, namun tidak
bisa berbunga., karena faktor yang mempengaruhi tanaman purwoceng ini bisa berbungan atau
tidak adalah suhu.
Terdapat pula variasi lingkungan yang menyebabkan keanekaragaman
tumbuhan dalam bentuk:
a. Ketinggian
Perbedaan ketinggian suatu tempat dari garis pantai akan
menyebabkan perbedaan mikroklimat antara lain suhu, kelembaban, curah
hujan, dan lain-lain, sehingga mengakibat kansebaran berbagai jenis
74
75
76
Pada jenis yang diploid, susunan dasar dari kromosom yang haploid
atau genom adalah X = n, tetapi pada jenis yang diploid n adalah
multipikasi atau penggandaan dari n. Misalnya da beberapa jenis dari
marga Crysanthemum (Compositae) yang masih dekat hubungannya
dengan jenis lainnya, namun berbeda dalam jumlah kromosom
membuat deretan poliploid.
2. Aneuploidi adalah peristiwa dimana jumlah kromosom tidak persis
merupakan kelipatan dari jumlah kromosom dasar. Sebagai contoh
ada beberapa jenis yang termasuk dalam marga Clarkia (dari keluarga
Onagraceae), tergolong dalam deretan aneuploidi, yaitu jumlah
kromosomnya
adalah
n=5,
n=6,
n=7,
n=8
dan
n=9
(https://zaifbio.wordpress.com/2013/12/02/).
Mutasi buatan dapat menyebabkan tanaman mempunyai buah yang
besar dan tidak berbiji. Misalnya buah semangka, pepaya, jeruk, dan anggur
tanpa biji. Namun sayangnya tanaman ini tidak dapat menghasilkan
tanaman baru sebagai keturunannya, karena buah-buahan yang dihasilkan
tidak memiliki organ reproduksi yaitu biji.
Contoh lain dari perubahan mutasi buatan yang dilakukan pada
gandum, buncis, tomat, ternyata dapat meningkatkan mutunya. banyak
tanaman panen (padi jagung gandum) yang dikembangkan sehingga tahan
terhadap suatu jenis hama.
b. Aliran gen
Aliran gen adalah pergerakan informasi genetik antara populasi yang
berbeda. Metode ini meningkatkan variasi genetik karena memperkenalkan
alel baru ke dalam populasi meningkatkan jumlah keanekaragaman.
Semakin banyak alel yang tersedia dalam suatu populasi, semakin banyak
variasi yang dapat terjadi. Reproduksi seksual menyebabkan variasi genetik
karena menciptakan kombinasi gen baru. Pindah silang selama reproduksi
seksual adalah ketika pertukaran untai DNA, dan ini juga menyebabkan
kombinasi genetik baru.
77
78
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu tumbuhan dapat bervariasi karena faktor perkembangan,
lingkungan, dan genetik. Bagian tumbuhan yang dapat mengalami perbedaan
perkembangan tersebut misalnya daun seperti pada tanaman cocor bebek,
akasia, pohon getah, eceng, dan buncis. Variasi lingkungan dapat disebabkan
oleh beberapa faktor misalnya air, cahaya matahari, nutrisi, suhu, kelembaban,
dan lain-lain. Tanaman yang mengalami variasi karena faktor lingkungan
misalnya euphorbia, kaktus, lidah buaya, kurma, bakau, kantong semar, venus,
purwoceng, dan chickweed. Sedangkan variasi genetik dapat disebabkkan oleh
mutasi (gen dan kromosom) dan aliran gen. Contoh dari variasi genetik ini
misalnya buah-buahan tanpa biji.
B. Saran
Untuk penelitian dan penyusunan makalah selanjutnya diharapakan
dapat mengulas lebih baik dan lebih banyak lagi mengenai variasi-variasi
dalam dunia tumbuhan, baik itu dalam variasi perkembangan, variasi
lingkungan, maupun variasi genetik.
79
DAFTAR PUSTAKA
Huzaifah Hamid. 2012. Mutasi (diakses dari
https://zaifbio.wordpress.com/2013/12/02/ pada tanggal 5 Mei 2015 pukul
15.30).
Rideng, I Made. 1989. Taksonomi Tumbuhan Biji. Jakarta: Dekdikbud.
Soerjani, M., A.J.G.H. Kostermans dan G. Tjitrosoepomo. 1987. Weed of Rice in
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sridianti. 2013. Variasi Genetik (diakses dari
http://www.sridianti.com/pengertian-variasi-genetik.html pada tanggal 11
Juni 2015 pukul 11.23).
Sudarsono,dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: Universitas Negeri
Malang.
80
Disusun oleh:
1. Nurul Halimah
(14304241012)
2. Hindun Hidayatun N
(14304241013)
81
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melangsungkan kehidupannya, makhluk hidup berhubungan
langsung terhadap lingkungannya. Terdapat berbagai jenis makhluk hidup
yang bervariasi serta terdapat bermacam macam lingkungan yang
bervariasi pula. Makhluk hidup pada kajian keanekaragaman tubuhan
yaitu tumbuhan. Terdapat berbagai macam tumbuhan dimana habitatnya
berbeda beda. Terdapat tumbuhan yang hanya hidup di daerah
pegunungan, maupun tumbuhan yang hanya hidup di daerah dataran
rendah.
Dalam bahasan evolusi, tentunya tidak terlepas dari istilah seleksi
alam. Seleksi alam disini adalah faktor lingkungan, yang dapat berupa
gangguan, tekanan, penyakit maupun predator. Adanya selektor tersebut,
yang nantinya akan menyeleksi tumbuhan mana yang dapat bertahan
hidup. Dan sebagai akibat dari adanya seleksi alam tersebut, tumbuhan
harus melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya agar dapat
tetap bertahan hidup.
Ada kalanya tumbuhan tertentu hidup pada lingkungan yang bukan
sebagai habitat aslinya, sehingga kurang menguntungkan bagi tumbuhan
tersebut. Dalam melangsungkan kehidupan yang kurang sesuai terhadap
lingkungannya tersebut, tumbuhan melakukan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya. Pada proses penyesuaian ini, ada kalanya tumbuhan
mampu menyesuaikan serta tumbuhan yang tidak mampu menyesuaikan
terhadap lingkungannya. Tumbuhan yang mmpu menyesuaikan terhadap
keadaan lingkungannya akan lestari sedangkan tumbuhan yang tidak
mampu menyesuaikan akan mati, dan dapat berujung kepunahan.
Proses penyesuaian diri tersebut yang selanjutnya disebut sebagai
adaptasi. Dari adaptasi makhluk hidup, dapat memunculkan kenampakan
yang berbeda dari sebelumnya. Makhluk hidup yang melakukan
penyesuaian, seringkali menunjukkan perbedaan. Perbedaan tersebut, tentu
82
perubahan perubahana
tersebut,
memungkinkan
B. Tujuan
Untuk mengetahui seleksi, adaptasi, modifikasi, isolasi, spesiasi, dan
evolusi.
83
BAB II
PEMBAHASAN
A. Seleksi
Dalam melangsungkan kehidupannya, setiap makhluk hidup selalu
berinteraksi dengan lingkungan. Baik lingkungan maupun abiotik.
Lingkungan tersebut berperan sebagai bagi makhluk hidup. Seleksi
disebabkan
oleh
tekanan,
gangguan,
predator
maupun
penyakit.
1. Tekanan
Tekanan dapat berupa cahaya, kelembaban, pH, iklim, nutrisi dan lainlain.
2. Gangguan
Gangguan dapat berupa erupsi, kebakaran, tsunami, abrasi dan lainlain.
3. Kompetitor
Saling memperebutkan
4. Penyakit
Kasus
Selektor
Keterangan
Tekanan
Air
Tekanan
Tekanan
Nutrisi
Tekanan
Kelembaban udara
84
tinggi
Alang-alang yang hidup pada
Gangguan
Kebakaran hutan
Gangguan
Erupsi
Kompetisi
Cahaya
Penyakit
(Tobacco Mosaic
Virus).
B. Adaptasi
Ada beberapa pengertian dari adaptasi, yaitu :
1. Adaptasi adalah setiap sifat atau bagian yang dimiliki oleh organismee
yang berguna bagi kelanjutan hidupnya pada keadaan sekeliling
habitatnya.
2. Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup dengan
lingkungan sekitarnya.
3. Adaptasi sebagai kemampuan individu untuk mengatasi keadaan
lingkungan dan mengguanakan sumber-sumber alam dengan baik
untuk memepertahankan hidupnya dalam relung (niche) yang
ditempati.( Wayan Kantun, 2009).
Masing- masing individu mempunyai cara yang berbeda-beda
dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya., ada yang mengalami
perubahan bentuk tubuh (adaptasi morfologi), ada yang mengalami
perubahan proses metabolism tubuh ( adaptasi fisiologi), dan ada juga
yang mengalami perubahan sikap dan tingkah laku (adaptasi tingkah
laku).(Wayan Kantun, 2009)
85
terdapat
dalamdua
jenis
kelamin,sifat
itu
akan
86
87
4. Adaptasi Koevolusi
Adaptasi koevolusi dengan melakukan perubahan struktur organ antara
dua spesies yang berbeda sehingga memudahkan dalam bekerja sama.
Beberapa parasit juga telah mengadakan adaptasi koevolusi dengan
menyesuaikan struktur tubuhnya dengan inang.
5. Adaptasi reproduksi
Tumbuhan
melakukan
adaptasi
reproduksi
sesusi
dengan
C. Modifikasi
Makhluk hidup yang lolos dari seleksi akan bertahan dan yang
tidak lolos akan mati. Pada kasus ini, makhluk hidup yang lolos seleksi
harus melakukan penyesuaian diri terhadap 88actor88 Tumbuhan
dikatakan melakukan perubahan-perubahan 88acto morfologi yang disebut
modifikasi. Tanaman dikatakan mengalami modifikasi yaitu apabila
tumbuhan dikembalikan ke habitat semula akan mengalami perubahan
seperti indukannya. Contoh:
1. Tanaman ciplukan yang hidup dipantai memiliki daun yang tebal
dikarenakan adanya tekanan yang diakibatkan oleh 88actor88u88re.
Namun apabila dikembalikan ke sawah maka daunnya akan kembali
tipis.
2. Sebagai contoh lain pada tanaman alang-alang merupakan jenis
tanaman yang tahan terhadap gangguan tetapi tidak tahan terhadap
tekanan. Ketika alang alang dibakar, alang-alang tetap dapat
melangsungkan kehidupannya. Akan tetapi, ketika alang alang di
naungi maka alang-alang akan mati. Karena alang alang tidak tahan
88
D. Isolasi
Apabila tumbuhan hasil modifikasi tidak lagi berhubungan dengan
tetuanya maka dapat disebabkan melalui mekanisme isolasi (baik sebelum
mau pun setelah perkawinan).
Berikut merupakan Isolasi sebelum perkawinan (prezigotik)
1.
Isolasi geografis :
89
Contoh : buah naga putih dan buah naga merah. Keduanya bisa
melakukan penyerbukan dan menghasilkan keturunan yang fertil,
tetapi mempunyai habitat alami yang berbeda sehingga tidak
memungkinkan terjadi fertilisasi antar keduanya.
Isolasi geografi pada buah naga putih ( Hylocereus undatus) dan buah
naga merah (Hylocereus costaricensis).
2.
Isolasi Musim
Yaitu
isolasi
yang
disebabkan
oleh
matangnya
alat
Isolasi mekanik
Kedua alat perkembang biakan dari dua spesies terdapat pada
lokasi dan waktu yang sama tetapi pola berpasangannya atau bentuk
alat perkembangbiakannya berbeda. Contohnya pada tanaman
anggrek yang mempunyai bentuk bunga sedemikian rupa sehingga
kemungkinan bertemu antara serbuk sari dan putik sulit.
90
4.
Isolasi ekologi
Isolasi ini terjadi pada tumbuhan dimana kedua alat
perkembang biakan dari dua spesies terdapat pada lokasi dan waktu
yang sama tetapi berada dalam kondisi yang berbeda dimana satu
sama lain sudah mempunyai karakteristik lingkungan hidup yang
berbeda.
91
E. Spesiasi
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya dalam kerangka evolusi Makro. Setelah makhluk hidup
termodifikasi dan tidak memungkinkan terjadinya perkawinan diantara
keduanya karena telah terisolasi, sehingga memunculkan spesies baru.
Peristiwa munculnya spesies baru ini, disebut dengan spesiasi.
Menurut Istamar Syamsuri (2007), Spesiasi dibedakan menjadi dua
yaitu anagenesis dan kladogenesis. Anagenesis disebut juga sebagai
evolusi filetik, yaitu terbentuknya satu spesies baru dari satu populasi
tunggal. Sedangkan kladogenesis disebut juga sebagai evolusi bercabang
yaitu terbentuknya dua atau lebih spesies baru dari spesies asalnya.
Kladogenesis dapet meningkatkan keanekaragaman biologi dengan
bertambahnya spesies. Spesiasi dapat terjadi karena spesies yang sama
terpisah hidupnya akibat adanya penghalang. Penghalang tersebut dapat
berupa jarak yang jauh sehingga dua populasi atau individu dari dari
spesies yang sama tidak mungkin bertemu. Oleh karena terpisah dan tidak
dapat menukar gen maka tiap gen berkembang sendiri-sendiri. Dalam
jangka waktu yang lama, masing masing spesies beradaptasi dengan
kondisi lingkungan yang berbeda sehingga akhirnya keturunan mereka
memunculkan spesies yang berbeda dari nenek moyangnya. Kemudian
terbentuklah dua spesies yang berbeda dari spesies mula mula.
92
Spesies merupakan suatu kelompok yang apabila saling kawinmawin (interbreeding group) menghasilkan keturunan yang 93fertile.
Spesiasi terjadi dalam 2 cara berbeda yaitu alopatrik dan simpatrik.
Spesiasi alopatrik
Spesiasi simpatrik
Satu populasi
saling kawin
Spesies B
Spesies A
Isolasi geografis
atau ekologis di
antara populasi
Zona ekologi baru
Peningkatan
divergensi genetik
Seleksi untuk
meningkatkan
isolasi reproduksi
Spesiasi selesai
93
F. Evolusi
Salah satu pandangan mengenai asal usul kehidupan menyatakan
bahwa kehidupan di bumi terbentuk melalui proses evolusi biologi.
Evolusi biologi adalah perubahan makhluk hidup secara perlahan lahan
dalam waktu yang lama, dari organsme tingkat rendah ke organismee
tingkat tinggi. Proses evolusi berlangsung selama jutaan bahkan miliaran
tahun. Proses yang berlangsung sekian lama itu tidak dapat diamati secra
langsung sehingga para pakar hanya dapat berteori. Beberapa pakr
mengatakan bahwa teori evolusi merupakan perpaduan antara gagasan
dan kenyataan, yaitu perpaduan antara ide dengan fakta. Gagasannya
adalah bahwa makhluk hidup mengalami evolusi, dari makhluk hidup
tingkat rendah ke makhluk hidup tingka lebih tinggi. Faktanya berupa
fosil,
94
Kemampuan reproduktif
untuk meningkatkan
jumlah
+
perjuangan
hidup
adanya 95actor95u
(modifikasi)
isolasi
tumbuhan
evolusi
beradaptasi
spesiasi
G. Kepunahan
Kepunahan adalah kematian 95 spesies. Kepunahan terjadi bila
suatu spesies tidak lagi mampu berreproduksi. Kebanyakan kepunahan
diperkirakan disebabkan oleh perubahan lingkungan yang mempengaruhi
spesies dalam dua cara :
95
manusia
pada
lingkungan
melalui
pemburuan,
96
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seleksi merupakan suatu proses dimana penyeleksi (selektor)
memilih makhluk hidup yang dalam kajian ini adalah tumbuhan. Selektor
dapat berupa tekanan, gangguan, penyakit, maupun predator. Makhluk
hidup yang lolos seleksi akan lestari sedangkan yang tidak lolos akan mati
dan dapat mengalami kepunahan. Dalam proses selesksi alam, makhluk
hidup melakukan adaptasi yaitu penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Adaptasi dapat berupa adaptasi morfologi, fisiologi,tingkah laku,
reproduksi, dan adaptasi koevolusi. Pada proses adap tasi, tumbuhan dapat
mengalami modifikasi yaitu perubahan strukur tubuhnya yang disesuaikan
oleh selektor. Modifikasi, apabila dikembalikan ke lingkungan asalnya
maka akan sama seperti semula. Sedangkan pada adaptasi. Perubahan
terjadi secara permanen yaitu apabla tumbuhan dikembalikan ke tempat
asalnya tidak kembali seperti semula. Dan isolasi akan terjadi apabila hasil
modifikasi yang diturunkan sera keturunannya tidak dapat berhubungan
lagi dengan tetuanya. Setelah makhluk hidup termodifikasi dan terjadi
isolasi dapat memunculkan adanya spesies baru, yang disebut spesiasi.
Spesiasi merupakan awal dari evolusi dan evolusi bersumber pada variasi
genetic dan pengaturan kekuatan.
B. Saran
Dalam pembelajaran materi seleksi, modifikasi, adaptasi, isolasi, spesiasi
dan evolusi, akan berjalan lebih baik apabila :
1. Memperbanyak jkajian referensi.
2. Melakukan pengamatan secara langsung.
3. Lebih mengenal ciri morfologi tumbuhan agar dapat menganalisa dan
mengetahui modifikasi yang terjadi.
4. Mempelajari tentang spesimen tumbuhan yang pernah ada.
97
DAFTAR PUSTAKA
98
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan)
Disusun oleh:
1. Fajar Gunadi
14304241014
2. Lailatul Fitriyah
14304241015
99
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat penyebaran tanaman dapat dikatakan merupakan asal dari tanaman
budidaya. Pusat ini merupakan satu atau lebih daerah yang di dalamnya
terdapat banyak variasi suatu spesies tanaman termasuk jenis liarnya. Oleh
karena itu, bila pemulia ingin memeperoleh macam tanaman suatu spesies
maka perlu mengetahui dimana pusat penyebarannya.
Penyebaran yang tinggi di suatu daerah tertentu mungkin di sebabkan
oleh adanya kisaran besar dari lingkungan pada tempat yang jaraknya tidak
berjauhan, misalnya tanah pegunungan dengan banyak lembah-lembah cukup
dalam dan lebar sehingga membedakan lingkungannya. Jadi perbedaan spesies
terjadi akibat pengaruh lingkungan berbeda terus menerus. Ditambah dengan
adanya segresi dari hasil persilangan diantara kelompok tanaman di suatu
bagian daerah itu akan memperbesar perbedaan yang ada dan sekaligus
memperbesar variasinya.
Uraian di atas bila disimak sangat menarik dan pentingnya insan biologi
mengetahui tentang sumber pusat kenekaragamaan di dunia, hal itu menjadi
dasar kami menyusun makalah ini.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pusat dan daerah pusat keanekaragaman tumbuhan
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pusat keanekaragaman
tumbuhan
3. Mengetahui daerah pusat keanekaragaman tumbuhan di dunia
C. Manfaat
1. Bagi penulis : Dapat menambah wawasan mengenai pusat-pusat
keanekaragaman tumbuhan yang ada di dunia serta sebagai acuan untuk
membuat karya tulis selanjutnya.
100
2. Bagi pembaca : Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan sehingga
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai pusat keanekaragaman
tumbuhan yang ada di dunia.
101
BAB II
ISI
102
3. Variasi Genetika
Variasi ini bersifat turun-temurun yang mempunyai dua sumber :
a. Mutasi
Mutasi adalah perubahan yang terjadi secara mendadak yang
diteruskan ke generasi berikutnya yang sifatnya baka. Keturunan yang
terjadi berbeda baik bentuk maupu sifatnya dari induknya. Mutasi
dibagi dua yaitu mutasi gen dan mutasi kromosom.
b. Rekombinasi dan Aliran Gen
Gerakan dan perkembangan gen di antara anggota populasi
melukiskan perpindahan gen-gen (Sudarsono dkk, 2005:11-13).
103
zona
penyangga
antara
cina
utara
dengan
pusat
104
105
106
budidaya
pertanian telah
dikembangkan di daerah ini sejak 9.000 tahun SM. Dari daerah ini budidaya
pertanian dikembangakan di Eropa, daerah Mediterania, Afganistan, India
dan kemungkinan juga ke daerah Afrika. tanaman penting pusat ini adalah
Brassica oleracea, Hordeum vulgare,Lens_esculenta, Medicago sp, Secale
sp, Triticum sp, dll (Sudarsono, dkk, 2005:9).
7. Pusat Mediterania
Pusat keanekaragaman genetik mediterania mencakup wilayah yang
sama dikemukan oleh vavilov . letaknya yang dekat dengan tempat lahir
pertanian di Pusat Timur Dekat memungkinkan terjadinya introduksi
tanaman budidaya dengan cepat. Awal pertanian pada pusat ini terjadi di
daerah Nea Nikomedia, Yunani 5470 SM. Banayak tanaman telah
107
Beberapa tanaman budidaya yang berkembang di pusat ini adalah buahbuahan pohon Brassica sp, Lactuca sativa dan Medicago sp (Sudarsono,
dkk, 2005:10).
10. Pusat Amerika Selatan
Pusat Amerika Selatan sebelum dipisahkan dari daerah pegunungan
Andes dan Vavilon menggambarkan sebagai pusat Andes. Vavilov
membagi wilayah tersebut dalam dua daerah yaitu : a. peru, Equador,
Bolivia, darl. b. daerah yang lebih sempit, Chili dan kepulaun Chiloe.
Budidaya pertanian diintroduksi daerah Amerika Tengah ke pusat ini sekitar
6.000 SM.
Sejumlah tanaman berumbi seperti Rosa, Oxalis tubelanum, Ullucus
tuberosa dibududayakan dipusat ini. Jenis Solanum berumbi yang triploid
sampai heksaploid berkembang di dearah tersebut. Tanaman pentin lainnya
adalah Amaranthus sp, Ananas comosus, Arachis hypogea, capsicum sp,
108
109
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
110
DAFTAR PUSTAKA
111
Klasifikasi Tumbuhan
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan)
Disusun oleh:
1.
Umi Latifah
(14304241016)
2.
(14304241017)
112
BAB I
PENDAHULUAN
Makhluk hidup yang ada di bumi ini sangat banyak dan beranekaragam.
Bahkan di setiap daerah memiliki jenis makhluk hidup yang khas, yang tidak
ditemukan di daerah lain. Adanya keanekaragaman makhluk hidup ini menjadi
suatu masalah dalam mengenal dan mempelajarinya. Oleh karena itu,diperlukan
suatu sistem yang mengatur keanekaragaman yang ada. Klasifikasi merupakan
kata serapan dari bahasa Belanda, classificatie, yang sendirinya berasal dari
bahasa Inggris classification. Istilah ini menunjuk kepada sebuah metode untuk
menyusun data secara sistematis atau menurut aturan dan kaidah yang telah
ditentukan.
Secara harafiah bisa puladikatakan bahwa klasifikasi adalah pembagian
sesuatu menurut kelas - kelas. Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang
didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem
klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki
persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupun hewan
tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya
yang memiliki persamaan dalam kategori lain.
Untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan tidak
mudah sehingga dibuat klasifikasi (pengelompokan) makhluk hidup. Klasifikasi
makhluk hidup adalah suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup
menjadi golongan atau unit tertentu. Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat
tertinggi ke terendah yang sekarang digunakan adalah Kingdom (Kerajaan),
Phylum atau Filum(hewan)/Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa),
Famili (Suku),Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).
113
BAB II
ISI
obyek yang demikian besar jumlah dan keanekaragamannya, tidak ada jalan lain
kecuali dengan menyederhanakan obyek studi sehingga mudah dipahami. Obyek
studi
kemudian
114
2.
Setiap ahli botani menggunakan dasar dan tujuan yang berbeda dalam
membuat klasifikasi.
3.
4.
5.
6.
7.
A. Tujuan Klasifikasi
Adapun tujuan Klasifikasi makhluk hidup adalah :
1.
2.
Mengetahui
ciri-ciri
suatu
jenis
makhluk
hidup
untuk
4.
B. Proses Klasifikasi
Para biologiawan masih menggunakan buku Linnaeus yang berjudul
Systema Naturae (sistem Alam) yang diterbitkan tahun 1758 sebagai dasar
untuk klasifikasi ilmiah. Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk
mengklasifikasikan makhluk hidup, yaitu:
1.
Pencandraan
(identifikasi),
Pencandraan
adalah
proses
115
116
= regnum/kingdom
Seksi
= sectio
Anak dunia
= sub regnum /
Anak seksi
= sub sectio
kingdom
Seri
= series
Divisi
= division/filum
Anak seri
= sub series
Anak divisi
= sub division/filum
Jenis
= spesies
Kelas
= classis
Anak jenis
= sub spesies
Anak kelas
= sub classis
Varitas
= varietas
Bangsa
= ordo
Bentuk
= forma
Suku
= familia
Anak suku
= sub familia
Individu
Rumpun
= tribus
= individu
= genus
Anak marga
= sub genus
117
Karena
tingkatan
takson
yang
terlalu
banyak,
maka
untuk
2.
3.
Kelas (classis). Kelompok takson yang satu tingkat lebih rendah dari
filum atau divisio.
4.
Ordo (bangsa). Setiap kelas terdiri dari beberapa ordo. Pada dunia
tumbuhan, nama ordo umumnya diberi akhiran ales.
5.
6.
7.
118
E. Konsep Kategori
Menurut kesepakatan internasional, istilah-istilah untuk menyebut
masing-masing takson bagi tumbuhan itu tidak boleh diubah, sehingga
masing-masing istilah sekaligus menunjukkan kedudukan atau tingkat dalam
hierarki penataan takson tumbuhan yang disebut kategori. Kategori adalah
tingkat-tingkat atau derajad-derajad dalam sutu hirarki dimana golongangolongan ditempatkan. Kategori dibagi menjadi :
1. Kategori mayor
Kategori mayor terdiri atas takson marga ke atas yang meliputi
marga, anak tribus, tribus, anak suku, suku, anak bangsa, bangsa, anak
kelas, kelas, anak divisi, divisi dan dunia tumbuhan.
2. Kategori minor
Kategori ini terdiri atas takson dibawah marga sampai jenis yang
meliputi anak marga, seksi, anak seksi, deret, anak deret dan jenis.
3. Kategori dibawah jenis
Kategori dibawah jenis terdiri atas anak jenis, varietas, anak
varietas, forma, anak forma dan individu.
F. Macam-macam Sistem Klasifikasi
1. Klasifikasi Empirik
Klasifikasi empirik adalah klasifikasi yang tidak didasarkan
pada
sifat-sifat
yang
dimiliki
oleh
tumbuh-tumbuhan
yang
banyak
digunakan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Klasifikasi buatan
Hampir semua klasifikasi terdahulu bersifat buatan. Tujuan
utamanya adalah untuk mempermudah pengenalan sehingga
biasanya hanya didasarkan pada satu atau dua ciri morfologi yang
mudah dilihat. Sekarang klasifikasi ini jarang dipakai karena
sudah tidak berimbangan dengan kemajuan dan keperluan botani
modern. Sistem klasifikasi ini diciptakan oleh Theophrastus (370285 SM) dimana tumbuhan digolongkan berdasarkan habitus atau
perawakannya yaitu menjadi kelompok pohon, semak, perdu dan
terna. Klasifikasi ini dipakai hampir selama 2000 tahun.
Linnaeus mengganti sistem habitus ini dengan sistim kelamin dan
dikenal 24 kelas tumbuhan berdasarkan jumlah, posisi dan
panjang benang sari. Kelas-kelas ini dibagi-bagi menjadi
beberapa bangsa berdasarkan sifat-sifat putiknya. Sistim ini juga
banyak mempunyai kekurangan karena mengabaikan ciri
morfologi lainnya dan tidak menunjukkan hubungan kekerabatan
yang sebenarnya.
c.
Klasifikasi fenetik
Klasifikasi ini didasarkan pada kekerabatan yang ditentukan
oleh banyaknya persamaan bentuk yang nampak. Pertama sekali
disusun oleh Antoine Laurent De Jussieu (1748-1836). Dunia
tumbuhan dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu:
- Acotyledonae (jamur, ganggang, lumut dan paku-pakuan).
- Monocotyledonae
- Dicotyledonae
Sifat-sifat
tumbuhan
diberinya
nilai
yang
berbeda,
misalnya: embrio lebih penting dari benang sari, benang sari lebih
120
lainnya.
Dasar-dasar
teori
evolusi
sebenarnya
tidak
istilah-istilah,
misalnya
kesamaan
diganti
dengan
kekerabatan.
Pada tahun 1883 Eichler (1839-1887), membagi dunia
tumbuh-tumbuhan ke dalam dua golongan besar yaitu:
- Cryptogame; dibagi tiga divisi: Thallophyta (Fungi dan
Alga), Bryophyta dan Pteridophyta
- Phanerogame; dibagi ke dalam Gymnospermae dan
Angiospermae
e.
Klasifikasi alamiah
Dikatakan bersifat alamiah bila sistim itu mencerminkan
keadaan sebenarnya seperti di alam, dan serbaguna karena banyak
pernyataan kekerabatan yang dimiliki kesatuan-kesatuannya
sehingga banyak memiliki sifat-sifat yang dapat diramalkan.
Sistim ini pertama sekali dicetuskan oleh Michel Adamson (17271806), dengan jalan mengikutsertakan, memperhitungkan dan
memperlakukan dengan sama semua sifat yang dimiliki
tumbuhan. Tumbuhan yang memiliki jumlah kesamaan ciri-ciri
terbesar dikelompokkan bersama-sama dengan memperhatikan
faktafakta evolusi yang sesuai sehingga hasilnya dapat ditafsirkan
dengan istilah-istilah filogeni.
yang
ingin
dicapai
dengan
pengklasifikasian
itu
sehingga
122
untuk
menyederhanakan
objek
studi,
tetapi
juga
untuk
nama,
sehingga
apa
yang
ditemukan
dapat
tumbuhan
terutama
didasarkan
atas
kuantitatif
yang
pengelohan
datanya
memanfaatkan
jasa-jasa
data
secara
elektronik
(EDPElektronic
Data
128
BAB III
PENUTUP
129
DAFTAR PUSTAKA
130
Disusun oleh:
1. Mega Rini Puspitasari
14304241018
14304241019
131
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak manusia mulai mengenal tumbuhan sejak itulah di berikan nama nama
tumbuhan. Orang Yunani memberi nama dengan bahasa Yunani, orang Cina
memberi nama dengan bahasa Cina, orang Mesir memberi nama dengan bahasa
Mesir, demikian seterusnya. Nama adalah suatu yang mutlak perlu untuk dapat
menyebut yang di maksud. Ahli ahli taksonomi kemudian berusaha menerbitkan
hal hal yang berhubungan pemberian nama supaya tercipta suatu sistem tata nama
yang mantap,sederhanadan mudah dipahami serta dapat di gunakan oleh ahli-ahli
taksonomi
di
seluruh
dunia.
Oleh
karena
itulahirlah
sistim
nama
132
Sekalipun dari segi ilmiah nama sudah ada,tetapi orang awam banyak
mengenalnya dengan nama biasa (nama dalam bahasa daerah). Nama tersebut
tidak mengikuti ketentuan manapun dan hanya bersifat lokal, tetapi tidak jelas
untuk kategori takson yang mana nama di berikan. Biasanya satu takson dapat
mempunyai lebih dari satu nama yang berbeda-beda menurut bahasa yang
berbeda-beda menurut bahasa yang menyebutkan. Kadang nama biasa dari
tumbuhan tetap di perlukan, karena nama ilmiahnya belum ada atau tidak ada.
Nama ilmiah suatu tumbuhan atau tanaman budidaya, selain harus mudah
diingat harus mudah dipahami dan mudah diucapkan, juga harus mempunyai satu
kesatuan arti yang spesifik dan berlaku secara universal.Hal inilah yang
merupakan prinsip dasar tatanama tumbuhan dan tanaman. Sampai saat ini
ternyata masih sering terjadi kekeliruan penulisan nama ilmiah tumbuhan dan
tanaman budidaya. Pemakaian tatanama tumbuhan diatur oleh International Code
of Botanical Nomenclature (ICBN) atau Kode Internasional Tatanama Tumbuhan
(KITT) yang kemudian menjadi kode botani. Manusia kemudian berusaha merakit
tumbuhan tersebut menjadi tanaman budidaya yang sesuai dengan yang
diinginkan. Manusia antara lain bermanfaat, berdaya hasil tinggi, tahan terhadap
hama dan penyakit dan berkualitas baik. Semua teknik yang dilakukan dalam
budidaya tanaman (pemakaian pupuk, penggunaan zat zat kimia, dsb)
menyebabkan perubahan fenotipe suatu tumbuhan sehingga ciri, bentuk, dan
struktur populasinya sudah menyimpang dari bentuk asli alami yang biasa
ditemukan dalam keadaan liar. Oleh karena itu, cara penamaannya tidak dapat lagi
diatur dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan atau Kode Botani tetapi
diatur oleh Internasional Code of Botanical Nomenclature (ICNCP) atau Kode
Internasional Tatanama Tanaman Budidaya (KINTB) yang dikenal juga dengan
Kode Kultivasi.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka pengertian tentang tata nama tumbuhan
amatlah penting bagi seseorang yang berkecimpung di dalam kegiatan yang
melibatkan tumbuhan dan tata namanya. Oleh karena itu persoalan mengenai tata
nama, aturan mengenai tata nama dan cara mengetahui serta memberi nama
133
tumbuhan harus diketahui dengan benar yang akan dibahas lebih lanjut dalam
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persoalan dalam identifikasi dan tatanama tumbuhan?
2. Bagaimana teknik identifikasi tumbuhan?
3. Bagaimana tingkat-tingkat takson dalam tatanama tumbuhan?
4. Apa saja tipifikasi dalam dalam identifikasi dan tatanama tumbuhan?
5. Bagaimana teknikbinomial nomenclaturedalam identifikasi dan tatanama
tumbuhan?
6. Bagaimana teknik pencantuman pengarang dalam identifikasi dan
tatanama tumbuhan?
7. Apa yang dimaksud dengan nama ilmiah, nama sah, nama yang tidak sah
dan nama yang benar dan nama yang tidak benar?
8. Apa yang dimaksud dengan homonim, sinonim, basionim, tautonim dan
nomina conservanda?
C. Tujuan
Mengetahui teknik identifikasi dan tatanama tumbuhan
D. Manfaat
1. Bagi Pembaca
2. Bagi Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
136
e. Tidak ada aturan tatanama dalam pemberian nama daerah, sehingga tidak
ada dasar ketentuan yang dapat dipakai untuk menyatakan apakah nama
tersebut benar atau salah.
3. Kelebihan dari nama ilmiah
a. Nama ilmiah disusun dan dievaluasi menurut sistem hukum dan aturan
tatanama yang definitive (nomenclature). Hukum dan aturan tatanama ini
ditetapkan melalui Kongres International tentang Nomenclature Botani,
yang mana untuk terakhir kalinya diadakan di Paris, Perancis pada tahun
1954. Pada dasarnya semua ilmuwan taksonomi mengacu pada convensi ini
dalam memberikan nama untuk sebuah species tumbuhan.
b. Tumbuhan yang sekalipun memiliki penyebaran sangat luas di dunia akan
hanya memiliki satu nama yang sama dan dieja dengan huruf yang sama
pula.
c. Setiap tumbuhan hanya memiliki satu nama yang sah. Dapat saja terjadi
bahwa tumbuhan yang telah diberi nama ilmiah (misal A a) di suatu negara
diduga sebagai species baru oleh ilmuwan taksonomi di negara lain dan
diberi nama yang berbeda (misal B b). Dalam hal ini nama yang sah adalah
nama yang diberi lebih/paling dahulu (A a), sedangkan nama-nama lainnya
(B b) disebut "synonyms". Jadi nama "B b" tidak berlaku.
d. Satu nama hanya dimiliki oleh satu species tumbuhan. Dapat saja terjadi
kesalahan bahwa nama yang sudah dipakai untuk suatu species tumbuhan di
suatu negara, tanpa diketahui dipakai lagi untuk tumbuhan lain di negara
lain. Kesalahan ini disebut dengan "homonymes". Jadi penamaan untuk
species yang ke-dua adalah tidak sah dan harus diganti dengan nama baru.
e. Nama ilmiah pada umumnya bersifat diskriptif dan menjelaskan
karakteristik dari tumbuhannya dengan jelas. Misalnya, Dipterocarpus
grandiflorus: Di = dua, ptero = sayap, carp = buah, grandi = besar, -florus
(flora atau florum yang diletakkan di akhir kata) = bunga. Jadi,
Dipterocarpus grandiflorus berarti tumbuhan yang memiliki buah bersayap
dua dengan bunga berukuran besar. Distylium racemosum adalah tumbuhan
137
nomenclature
sebagai
aturan
penamaan
tumbuhan
sedunia
B. Teknik Identifikasi
Jika kita pergi ke suatu tempat di alam, kita akan menemukan puluhan ribu
species tumbuhan, mulai dari lumut-lumutan sampai pada pohon yang berukuran
besar. Umumnya setiap tempat atau habitat di bumi ini ditumbuhi oleh species
yangkhas. Diperkirakan jumlah keseluruhan tumbuhan berbunga saja yang ada di
bumi ini tidak kurang dari 25,000 species. Oleh karena itu, adalah mustahil bagi
seseorang untuk dapat mengenal apalagi menghafal seluruh species tumbuhan
yang ada di bumi ini. Di lain sisi, kita sering kali dituntut untuk mengetahui sifatsifatdan keistimewaan dari suatu species tumbuhan, baik untuk tujuan penelitian
ataupun karena tertarik akan keindahannya. Untuk dapat menelusuri lebih jauh
informasi mengenai species tersebut, maka terlebih dahulu kita perlu mengetahui
nama dari species tersebut. Bagaimana kita dapat mengetahui nama suatu species
tumbuhan? Berikut ini diuraikan beberapa cara yang dapat ditempuh untuk bisa
mendapatkan nama species tumbuhan.
1. Ingatan
Apabila kita sudah banyak mengenal tumbuh-tumbuhan, maka apabila kita
mendapatkan tumbuhan atau ingin mendeterminasi, kita tinggal mengingat
kembali identitas tumbuhan tersebut.
2. Bantuan orang lain
Pendeterminasian tumbuhan dapat dilakukan dengan menanyakan seorang
ahli botani atau taksonom. Apabila ragu-ragu dengan jawaban yang telah
139
diberikan, kita dapat mengecek kembali apakah jawaban yang tlah diberikan,
kita dapat mengecek kembali apakah jawaban yang diberikan benar atau tidak
yaitu dengan jalan melihat atau mencocokan pada buku yang memuat nama
tadi yang diikuti deskripsi tumbuhan tersebut
3. Spesimen acuan
Spesimen acuan dapat membantu kita untuk mendeterminasi tumbuhan, yaitu
dengan jalan membnadingkan tumbuhan yang akan kita cari namanya dengan
spesimen yang telah diketahui identitasnya atau yang telah dideskripsi.
Spesimen acuan ini banyak terdapat di herbarium-herbarium.
4. Pustaka
Pustaka dapat digunakan untuk mendeterminasi tumbuhan yaitu dengan jalan
mencocokan gambar-gambar yang dimuat dalam buku-buku yang ada, seperti
buku-buku atlas tumbuhan yang memuat gambar-gambar tumbuhan yang
telah mencantumkan nama tumbuhan tersebut. Selain dengan buku-buku si
atas juga dapat menggunakan buku-buku flora, revisi atau monografi yang di
dalamnya memuat deskripsi-deskripsi tumbuh-tumbuhan.
5. Komputer atau kunci determinasi
Komputer
atau
kunci
determinasi
dapat
membantu
kita
dalam
penggolongan
tumbuhan,
maka
diadakan
kesatuan-kesatuan
140
Seksi (sectio)
Deret (series)
Jenis (species)
Varietas (varietas)
Forma (forma)
141
D. Tipifikasi
Para ahli tumbuhan memakai metode tipe (tipe tatanama) untuk mencapai
stabilisasai suatu taksa. Tipe tatanama adalah salah satu unsur takson yang
dikaitkan dengan nama untuk selama-lamanya. Berbagai macam tipe adalah
sebagai berikut :
1.
Holotipe ialah spesimen yang dipakai atau dirancang sebagai tipe tatanama.
Nama takson dapat dipastikan bila holotipe ini masih ada.
2.
Lektotipe (tipe pengganti) ialah spesimen tipe yang dipilih dari spesimen asli
3.
Neotipe (tipe baru) ialah spesimen tipe yang ditentukan dari spesimen mana
saja, karena spesimen asli sudah tidak ada lagi.
4.
Isotipe adalah duplikat dari spesimen holotie dari kumpulan yang sama dari
tanggal yang sama dan tempat yang sama.
5.
Sintipe adalah satu dari beberapa spesimen atau contoh yang disebutkan
pengarang kalau holotipenya tidak ditentukan atau salah satu dari beberapa
spesimen yang bersama-sama ditunjuk sebagai tipe.
(Sudarsono, dkk, 2005: 41)
E. Binomial Nomenclature
Sebelum pertengahan abad ke delapan belas, nama tumbuhan pada
umumnya adalah polynomials, terdiri dari beberepa kata yang kurang lebih
menjelaskan diskripsi dari tumbuhan tersebut. Dengan semakin berkembangnya
ilmu taksonomi tumbuhan, semakin banyak species baru yang harus dibuatkan
namanya dan harus diingat namanya, sehingga sistem polynomials menjadi tidak
praktis lagi untuk diterapkan.Adalah Linnaeus pada tahun 1753 (dalam tulisannya
berjudul Species Plantarum) (Lawrence, 1966), yang pertama kali mengajukan
gagasan agar sistem penamaan species tumbuhan diubah menajdi binomial.
System binomial mendalilkan bahwa, nama setiap species tumbuhan terdiri dari
hanya dua kata, misalnya Santalum albun, yaitu pohon cendana.
Dalam sistem binomial, kata pertama sebuah nama species (Santalum)
menunjukkan nama genus dari species tersebut dan nama kedua yang juga disebut
sebagai epitet adalah species tertentu dari genus tersebut. Tata penamaan ilmiah
142
tumbuhan diatur dalam aturan tata penamaan yang dikenal dengan nomenclature.
Kata nomenclature yang berarti pemberian nama berdasarkan sebuah sistem
berasal dari akar kata dalam Bahasa Latin nomen yang berarti nama. Munculnya
aturan penamaan species tumbuhan secara ilmiah tersebut berawal dari gagasan
yang dikemukakan oleh A. P. de Candole tahun 1813 yang diekspresikan dalam
teorinya "Thorie lmentaire de la Botanique" (Gledhill, 1989). Gagasan dari
Candole ini banyak mengacu pada apa yang telah dikemukanan oleh Linaeus
sebelumnya, tahun 1753 (Lawrence, 1966). Candole menyarankan bahwa
tumbuhan harus diberi nama dalam Bahasa Latin atau bahasa lain yang
diLatinkan. Selanjutnya putera dari A. P. de Candole mengembangkan gagasan
ayahnya yang kemudian diadopsi oleh Kongres Botani Internasional yang
diselenggarakan di Paris, Perancis tahun 1867 sebagai berikut:
a.
Satu species tumbuhan harus memiliki tidak lebih dari satu nama.
b.
Tidak boleh ada dua atau lebih species tumbuhan bernama sama.
c.
Jika tumbuhan memiliki dua nama, maka nama yang sah adalah nama yang
telahdiberikah lebih dulu yang dipublikasi setelah tahun 1753.
d.
Nama orang yang membuat nama tumbuhan tersebut harus ditulis setelah
namatumbuhan tersebut.
Penamaan tumbuhan diatur sesuai dengan hirarkhi taksonominya mulai dari
menyimpang dari
aturan
tatanam family,
yaitu
tidak
144
yang
mana
merupakan
dua
huruf
dicomot
dari
kata
145
147
3. Nama Species
Nama species terdiri dari dua kata sebagai kombinasi antara nama genus
yang diikuti oleh sebuah epitet. Jika epitet berasal dari dua atau lebih kata,
maka kata-kata tersebut harus disambungkan dengan garis datar atau
sekaliandigabungkan menjadi satu kata.Epitet dapat berupa kata keterangan
yang berfungsi menerangkan genus.Oleh karena itu adalah wajar jika penulisan
epitet harus disesuaikan dengan penulisan genus.Akhiran pada epitet harus
diubah sesuai dengan gender. Sebagaimana juga nama genus, epitet ditulis
dengan huruf miring dan diawali dengan huruf kecil.
Epitet dapat di ambil dari berbagai macam sumber atau dapat disusun
sekehendak hati.Namun demikian, untuk memudahkan mengingat dan
mengenal species yang dimaksud, epitet sebaiknya dibuat atas dasar
karakteristik yang dimiliki oleh species tersebut.Berikut adalah beberapa
sumber yang sering dipakai sebagai epitet.
a. Epitet dapat dibuat dari nama seseorang, umumnya yang berjasa dalam bidang
botani. Epitet seperti ini biasanya dibuat dengan aturan sebagai berikut.
Apabila nama orang tersebut berakhir dengan huruf hidup (selain a) atau er
maka nama orang tersebut ditambah akhiran -i untuk masculine tunggal
(contoh: billardiereidiambil dari nama J. J. H. de la Billardiere, botanist dari
Perancis), -ae untuk feminine tunggal (contoh: alicae, diambil dari nama
seorang ratu Alice), -orumuntuk masculin jamak (contoh: manriqueorum
dari nama Manrique de Lara), dan -arum untuk feminine jamak (contoh: tidak
umum). Apabila nama orang tersebut berakhiran huruf a maka ditambah
akhiran -e untuk tunggal ( contoh: castellopaivaedari nama Baron Castello de
Piva) atau -rum untuk jamak (contoh: tidak umum). Apabila nama orang
tersebut berakhiran huruf mati (kecuali -er) maka ditambahkan akhiran -ii
untuk masculine tunggal (contoh: wilsonii, diambil dari nama Dr. E. H.
Wilson), -iae untuk feminine tunggal (contoh: willmottiaediambil dari nama
Miss Ellen Ann Willmott), -iorum untuk masculine jamak (contoh
manriqueorum, dari nama Manrique de Lara), atau -iarum untuk feminine
148
149
150
151
152
pertama kali, perlu dicantumkan pada tata nama suatu takson tersebut. Hal ini
dikarenakan agar petunjuk nama takson tersebut dapat tepat dan lengkap, selain
itu juga agar tanggal mudah untuk diselidiki. Pencantuman author tersebut
mempunyai arti yang berbeda-beda, dalam hal ini mengenai adanya author
tunggal dan author ganda. Yang dimaksud dengan author tunggal itu sendiri
artinya orang yang berperan dalam pemberian nama dan pembublikasiannya
hanya satu orang, sedangkan author ganda artinya terdapat lebih dari satu orang
yang berperan dalam pemberian nama dan pembublikasiannya. Sebagai contoh
adalah :
1. Acacia auriculiformis A. Cunn. Ex Bth. , artinya nama ini diberikan
atau diusulkan oleh A. Cunn dan dipublikasikan secara efektif dan
valid oleh Bth
2. Callophyllum hasskarlii T & B ex Planch. & Triana, artinya nama ini
di diberikan oleh T&B (singkatan nama orang) dan dipublikasikan
secara efektif oleh Planch (singkatan nama orang) dan Triana
3. Commelina nudiflora Anet. Non L. , artinya nama yang diberikan
oleh Anet tidak sama dengan nama yang diberikan oleh L
4. Callopyllum lanceolatum T&B non Bl. , artinya nama yang diberikan
oleh T&B tidak sama dengan nama yang diberikan oleh Bl.
5. Phyllanthus L. emend Mull. Arg. , artinya nama yang diberikan oleh
L. Diubah oleh Mull. Arg. Contoh lain adalah Nymphaea L. emend
J. E. Smith
6. Jasminum sanbac (L). W. Ait. , artinya nama asli diberikan oleh L.
kemudian diubah menjadi marga baruoleh W. Ait. Dengan masih
menggunakan petunjuk jenisnya
7. Didymopanax gleisomi Britton et Wilson. , artinya nama diberikan
Britton dan Wilson bersama-sama
8. Streptpmyces alba-meyer Hesseltine et al, artinya nama diberikan
oleh Hesseltine dan kawan-kawan
(Sudarsono, dkk, 2005: 45-46)
153
G. Nama Ilmiah, Nama Sah, Nama Yang Tidak Sah Dan Nama Yang Benar
Dan Nama Yang Tidak Benar
Dalam menyebutkan suatu nama tumbuhan, biasanya dibedakan atas
nama setempat/nama local dan nama ilmiahnya. Kedua nama itu berasal dari
pengalaman sehingga mendorong seseorang untuk membuat suatu kesatuan
taksonomi atau takson. Sehingga dalam kehidupan sehari-haripun dalam
menyatakan suatu tumuhan, biasanya dimaksudkan untuk menyebut jenis
tumbuhan itu atau dalam arti lain sekolompok individu dalam jenis tersebut.
1. Nama Lokal atau Nama Biasa
Pada mulanya nama yang diberikan pada suatu tumbuhan tentu
menggunakan bahasa orang yang memberi nama. Dengan demikian satu
jenis tumbuhan dapat mempunyai nama yang berbeda-beda sesuai dengan
bahasa orang yang memberi nama. Sebagai contohpisang (Bahasa
Indonesia), Banana (Bahasa Inggris), Gedhang (Bahasa Jawa), dan Cauk
(Bahasa Sunda).Nama-nama demikian dalam taksonomi tumbuhan disebut
dengan nama lokal. Adapun pada umumnya, ciri-ciri dari nama local pada
tumbuhan adalah sebagai berikut:
a. Tidak umum, karena bahasa yang dipakai hanya dalam satu bahasa
tertentu
b. Di beberapa bagian dunia, relatif sedikit jenis yang punya nama lokal
dalam berbagai bahasa
c. Tidak dipakai dalam mendiskripsikan marga, jenis atau vegetasi juga
tidak dapat sebagai ukuran dan tidak dapat dipakai dalam
mengkatagorikan takson
d. Satu jenis punya nama local dua atau lebih yang tidak ada aturannya
2. Nama Ilmiah
Nama ilmiah adalah nama yang diberikan dan digunakan untuk
mendefinisikan nama di dalam pelaksanaan tentang aturan tata nama, yang
kreasi dan pemakaiannya diatur oleh aturan pokok, dimana aturan dan
rekombinasinya menimbulkan Kode Internasional Tatanama Tumbuhan
(International Code of Botanical Nomenclatur).
154
155
yang
didasarkan
pada
elemen-elemen
yang
dipertentangkan.
4. Nama yang benar dan tidak benar
Aturan pokok IV pada kode International Tatanama Tumbuhan
dikatakan masing-masing kelompok taksonomi terutama penyandraannya,
posisi dan tingkatannya hanya ada satu nama yang benar, waktu dulu hal
itu tidak mengikuti peraturan kecuali dalam sebab khusus. Perturan pokok
IV tidak hanya berlaku atau berhenti pada hal yang baru saja tetapi
teristimewa juga pada bagian yang dulu/lama, yang berhubungan dengan
aturan pokok lain yaitu peraturan pokok III.
H. Homonim, Sinonim, Basionim, Tautonim dan Nomina Conservanda
1) Basionim
Basionim merupakan "nama pembawa atau penunjuk pembawa sinonim"
yaitu nama orisinal (tetapi ditolak), sebagian nama digunakan dalam
kombinasi baru. Seperti terlihat di awal, jika nama spesies dan infraspesies
ditransfer tingkatannya atau posisinya penunjuk spesies atau infraspesies
basionim dipertahankan (retensi) kecuali melanggar aturan kode lainnya,
seperti prioritas publikasi yaitu jika nama telah digunakan untuk takson lain
156
pada tingkatan sama. Nama author yang secara orisinal menamai basionim
juga dipertahankan dan diletakkan dalam tanda kurung di depan author yang
membuat perubahan.
Contoh: Ketika Dilatris carolinianaLam. ditransfer ke marga Lachnanthes
oleh Dandy, nama spesies baru menjadi Lachnanthes caroliniana(Lam)
Dandy. Dalam hal ini basionim adalah Dilatris carolinianaLam.
2) Autonim
Autonym merupakan nama yang diciptakan secara otomatis untuk takson
infrafamili, inframarga, dan infraspesies. Autonym digunakan bila family
dipilah menjadi subfamily, puak atau subpuak; marga dipilah menjadi
submarga atau seksio; atau spesies dipilah menjadi subspecies.Dari dua taksa
atau lebih yang dibentuk, autonym ditentukan berdasarkan prioritas, yaitu
kelompok
yang
mencakup
takson
yang
telah
dipublikasikan
berikutnya, didasarkan pada tanggal publikasi adalah tidak sah (kecauali yang
dilestarikan).
contoh: Tapeinanthus Herb (1837), anggota Amaryllidaceae, dan
Tapeinanthus Boiss. Ex Benth.(1848), anggota Lamiaceae adalah homonym.
Homonym berikutnya anggota Lamiaceae tidak sah [diberi nama lagi oleh
Thuspeinanta T.Durand (1888)]
5) Sinonim
Sinonim adalah nama yang ditolak (rejected name), oleh author tertentu.
Sinonim ditolak karena (1) nama tidak sah, bertentangan dengan aturan ICBN;
atau (2) karena pertimbangan taksonomi didasarkan atas tipe specimen yang
sama atau berbeda dari nama tepat. Nama tepat (correct name) adalah nama
sah yang diterima oleh author. Asas dasar ICBN yang menyatakan bahwa tiap
takson hanya dapat memiliki satu nama tepat. Jadi, jika terdapat dua nama
atau lebih bersaing untuk takson yang sama, contoh Malosma laurina (Nutt.)
Abraham dan Rhus laurina Nutt., hanya satu di antaranya yang tepat.
Bagaimanapun nama yang tepat tergantung pada author dari referensi jurnal
atau buku diberikan.
Contoh Cyrtanthera Nees = Justicia, nama tepat adalah Justicia,
sinonimnya adalah Cyrtanthera.
158
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum identifikasi dan tata nama tumbuhan, dapat
disimpulkan bahwadalam mendeterminasi atau mengidentifikasi tumbuhan
dapat dilakukan yaitu dengan ingatan, bantuan orang lain, spesimen acuan,
pustaka, komputer atau kunci determinasi
B. Saran
Dalam identifikasi tatanama, agar hasil yang didapatkan sesuai dengan
aturan yang ada, terdapat beberapa saran yang kami anjurkan, antara lain:
1. Praktikan lebih jeli selama proses pengamatan perbedaan dan persamaan
pada objek yang diamati.
2. Praktikan lebih cermat dalam menentukan tingkatan takson suatu
tumbuhan.
3. Praktikanlebih rajin dalam mencari kajian pustaka mengenai identifikasi
dan tata nama tumbuhan.
159
DAFTAR PUSTAKA
160
Disusun oleh:
1. Agustina Sekar Puspita
14304241020
2. Fitri Febriani
14304241021
161
Ordo Desmidiales
Bentuknya beraneka rupa sehingga ganggang ini dinamakan ganggang
hias, terutama hidup dalam rawa- rawa yang airnya bereaksi asam. Sel selnya ada
yang berbentuk bulan sabit (Closterium) atau di tengah-tengah berlekuk hingga
mempunyai bentuk seperti biskuit atau bintang, sehingga sel terdiri atas 2 bagian
yang setangkup atau simetris di dalam tiap-tiap bagian itu suatu kloroplas yang
besar dengan susunan yang rumit, mempunyai satu atau beberapa pirenoid. Di
162
tengah tengah sel terdapat satu inti. Beberapa jenis dapat merayap dengan
perantaraan benang -benang lender yang dikeluarkan melalui liang-liang pada
dinding selnya (Purwati, 2012).
Perkembangbiakan terjadi secara:
a. Aseksual, sel membagi di tengah-tengahnya, dan masing-masing bagian lalu
menyempurnakan diri. Pada marga-marga tertentu sel-sel anakan itu tetap
berlekatan dan dengan demikian terbentuklah deretan sel-sel.
b. Seksual, dengan kopulasi, dua sel berdekatan lalu menyelubungi diri dengan
lendir. Dinding di bagian tengah lalu membuka dan protoplas kedua sel itu
bersatu di saluran kopulasi yang membesar dan terjadilah sebuah zigot, yang
dindingnya berduri, hingga dengan ini mudah dikenal dan dibedakan dari sel
biasa. Di samping zigot itu terdapat 4 belahan dinding sel dari kedua sel yang
berkopulasi tadi. Pada perkecambahan terjadi pembelahan reduksi sehingga
terbentuk 4 dinding haploid yang bebas, 2 kemudian mengalami degenerasi.
Dengan demikian dari satu zigot paling banyak hanya dapat tumbuh 2
individu baru (Purwati, 2012).
Dari bangsa ini terdapat satu familia yaitu Desmidiaceae, contoh spesienya antara
lain: Closterium moniliforme, Cosmarium botrytis, Desmidium aptoganum.
a.
Closterium moniliforme
Morfologi
Bentuk silinder memanjang, unisel terdiri dari semisel simetris tunggal
aksial. Terdapat banyak kloroplas disetiap semisel, vakuola terdapat pada
ujung sel dan terlihat sangat jelas (Nurhayanti, 2013).
163
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Charophyta
Kelas
: Zygnemophyceae
Ordo
: Desmidiales
Famili
: Closteriaceae
Genus
: Closterium
Spesies
: Closterium moniliforme
b. Cosmarium botrytis
Morfologi
Kebanyakan alga memiliki dinding sel yang jelas, namun ada sebagian
alga yang tidak memiliki dinding sel. Sel tengah alga tidak memiliki dinding
sel tetapi memiliki balutan membran yang mengenali sebagai pelikel. Pelikel
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pelikel jenis keras dan pelikel jenis elastis
(Nurhayanti, 2013).
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Filum
: Charophyta
Kelas
: Conjugatophyceae
Ordo
: Desmidiles
Famili
: Desmidiaceae
Genus
: Cosmarium
Spesies
: Cosmarium botrytis
c.
Micrasterias furcata
164
Morfologi
Micrasterias furcata berbentuk bulat, pipih dan umumnya dikenal sebagai
ganggang hijau, ukurannya 0.35mm eukariotik, uniseluler. Micrasterias bentuknya
simetri bilateral. Struktur semi-sel ganda adalah unik untuk kelompok ganggang
hijau yang dimiliki Micrasterias. Setiap sel semi mengandung kloroplas tunggal
yang besar, untuk berfotosintesis. Kloroplas mengandung klorofil A dan B dan
enzim yang diperlukan untuk fotosintesis. Gula dibuat untuk menyediakan energi
bagi organisme atau, jika tidak digunakan, diambil oleh pyrenoids bulat kecil yang
tertanam dalam kloroplas. Mereka mengubah gula ke pati untuk penyimpanan
cadangan makanan (Nurhayanti, 2013).
Klasifikasi
Regnum
: plantae
Divisi
: Thallophyta
Kelas
: Conjugatae
Ordo
: Desmidiales
Famili
: Desmidiaceae
Genus
: Micrasterias
Spesies
: Micrasterias furcata
d. Desmidium sp.
Morfologi
Filamen terdiri dari sel-sel berbentuk persegi panjang, dengan panjang sel
38-50 m dan lebar 12-21 m. Pada penampakan vertikal, sel berbentuk segitiga
dengan lekukan sedang pada bagian tengahnya. Semi sel memiliki apeks rata,
sinus dangkal dan tertutup (Nurhayanti, 2013).
165
Klasifikasi
2.
Kingdom
:Plantae
Filum
:Charophyta
Kelas
:Charophyceae
Ordo
:Desmidales
Famili
:Desmidiaceae
Genus
:Desmidium
Spesies
: Desmidium sp
Ordo Zygnematales
Perkembangbiakan
Pada konjugasi dua koloni yang berlainan jenis kelaminnya lalu
berdekatan dan sejajar satu sama lain. Pada tempat persentuhan antara dua sel lalu
terbentuk penonjolan-penonjolan, sehingga kedua koloni itu sedikit berjauhan
lagi. Karena terlarutnya dinding persentuhan , tonjolan menjadi saluran kopulasi.
Melalui saluran itu protoplas sel-sel pada benang yang jantan lalu bersifat sebagai
gamet jantan dan masuk ke dalam sel-sel pada koloni gamet betina. Peleburan
166
kedua protoplas itu lalu membulat dan karena kehilangan air sedikit mengecil dan
menjadi suatu zigot dengan beberapa lapis dinding yang tebal berwarna coklat
(pirang), penuh terisi dengan tepung dan minyak. Dalam zigot ini kloroplas yang
berasal dari gamet jantan mengalami degenerasi. Pada perkecambahan , zigot
mengadakan pembelahan reduksi, dan terbentuklah 4 inti haploid yang bebas.
Satu di antaranya agak besar dan tetap, yang 3 lainnya yang lebih kecil mengalami
degenerasi. Zigot lalu berkecambah menjadi individu baru (Purwati, 2012).
Kopulasi kedua gamet itu ada yang terjadi di tengah-tengah saluran
kopulasi, sehingga zigot terdapat di antara kedua koloni yang mangadakan
perkawinan, antara lain pada anggota Famili Zygnema dan Famili Mougeotia
(Purwati, 2012).
Berdasarkan susunan dan cara berkembang biaknya, Conjugatae merupakan
suatu golongan yang mempunyai batas yang jelas. Seringkali ganggang hias tidak
diberi kedudukan sebagai kelas tersendiri, melainkan digolongkan dalam
ganggang hijau (Chlorophyceae) (Purwati, 2012).
Contoh dari ordo Zygnematales:
a.
Spirogyra sp.
Morfologi
Koloni Spirogyra berbentuk benang, panjang sel sampai beberapa kali
lebarnya, dinding lateral sel terdiri dari tiga lapisan (lapisan terluar dari pektose
dan 2 lapisan dalam dari selulose).Pada beberapa spesies, lapisan pektose tipis,
tapi kebanyakan tebal, yaitu 10-15 mikron. Dinding transversal tersusun dari tiga
lapis : yang tengah lamella dari pektose, dan dua lapisan dari kiri dan kanan
lamella tersusun dari selulosa. Tiap sel Spirogyra mengandung sebutir kloroplas
yangumumnya berukuran besar dan terikat dalam sitoplasma tepat di dalam
dinding sel. Plastid ini memiliki bentuk menyerupai pita, berpilin dari pangkal
hingga ke ujung sel (Anonim, 2015).
167
Klasifikasi
Regnum
: Plantae
Divisi
: Thallophyta
Kelas
: Conjugatae
Ordo
: Zygnematales
Kelas
: Zygnemataceae
Genus
: Spirogyra
Spesies
: Spirogyra sp.
168
2
1
1. Oogonium
2. Kumpulan anteridium
3. Spermatozoid
4. Sel spermatogen dengan spermatozoid
169
Pada Nitella tiap-tiap sumbu hanya tediri atas satu sel ruas saja, tetapi pada
characeae umumnya, selruas itu dikelilingi oleh selapis sel-sel yang tersusun
sejajar menurut poros bujur. Sel-selnyamengandung sebuah inti dan kloroplas
berbentuk bulat. Pembelahan amitosis, sehingga dalam sel-selruas terdapat
beberapa inti. Alat-alat pembiakan seksual berupa anteridium bulat berwarna
kekuningkuningan,dan oogonium berbentuk seperti telur berwarna hijau dan
terdapat dalam ketiak cabang.Anteridium berasal dari satu sel induk yang
kemudian membelah menjadi 8 sel, yang dinamakanoktan. Tiap-tiap oktan
membentuk 2 dinding tangensial menjadi 3 sel sehingga dengan initerbentuklah
24 sel. Delapan sel paling luar dinamakan sel-sel dinding (pelindung), 8 sel
ditengahdinamakan sel pemegang (manubrium), 8 lagi yang paling dalam
dinamakan sel-sel pokok.
Karena sifatnya sebagai pembentuk kapur, maka characeae penting
peranannya dalampembentukan tanah-tanah kapur. Dalam keadaan fosil,
characeae ditemukan pada lapisan-lapisantanah dari zaman jura. Semua warga
kelas ini hanya dimasukkan dalam satu bangsa saja, yaitucharales yang terbagi
dalam beberapa suku antara lain :
- Chara fragilis
- Chara intermedia
- Nitellagracilis
- Tolypella prolifera
Nitellagracilis
(Tim Dosen, 2006: 15-16)
170
1. Chroococcales
Ciri-ciri bangsa Chroococcales :
Bentuk sel membulat tunggal atau berkelompok
Memiliki klorofil, karotenoid, fikosianin, fikoklorofil
Berwarna kehijauan pada habitat berair
Di Bagian tepi protoplasma/dinding sel berlendir (menyebabkan
warnanya berkilau)
Habitat di tempat lembab seperti di batu cadas dan tembok
171
2. Oscillatoriales
Merupakan alga yang biasanya ditemukan di perairan tawar. Oscillatoria
dapat bertahan pada perairan dengan polusi, hulu sungai dan kanal. Struktur
tubuhnya berbentuk filamen yang pipih, lurus atau bisa juga membentuk torsi.
Trikomanya tidak bercabang dan panjang. Umumnya trikoma tidak dilapisi lendir,
kecuali pada beberapa spesies seperti Oscillatoria formosa .
Beberapa macam bentuk dari Oscillatoria dapat dilihat pada gambar dibawah ini
172
protoplasma
bergranula.
Nukleus
tidak
diselubungi
membran.
173
Pergerakan Oscillatoria adalah dengan cara gerak osilasi, yaitu gerakan pada
filamen terminal. Gerak inilah yang menjadikan namanya adalah Oscillatoria.
Reproduksi Oscillatoria adalah dengan hormogonia dan fragmentasi.
3. Nostocales
Nostoc termasuk dalam golongan Cyanophyceae. Nostocdapatmemfiksasi
nitrogen yaitu bagian heterokista dengan dinding selnya yang tebal. Di dalamnya
terdapat enzim nitrogenase. Termasuk alga air tawar dan terestrial, kadang dapat
ditemukan di persawahan. Dapat ditemukan di tanah yang basah diantara tanaman
kecil seperti lumut, liken dan sebagainya. Koloni Nostoc dapat diselimuti gelatin.
Koloni ini berwarna kehijauan sampai kebiruan. Setiap koloni mengandung ribuan
trikoma yang berpilin (Sharma, 1986).
Heterokista strukturnya lebih tebal dan lebih besar. Sel heterokista biasanya
terletak di tengah, akan tetapii pada Nostoc muda dapat berada di tepi. Dalam
heterokista terdapat 2 badan polar yang terbentuk dari penebalan membran dalam
dari selulosa (Sharma, 1986).
174
175
4. Stigonematales
Ganggang hijau-biru dari ordo Stigonematales berbentuk multiselular, trikal,
memiliki heterokista serta tumbuh membentuk cabang cabang. Struktur selnya
yang mempunyai heterokista memungkinkan untuk memfiksasi nitrogen bebas.
Dari semua ordo Cyanophyta, Stigonematales adalah ordo yang menunjukkan
percabangan.
176
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2015). http://www.scribd.com/doc/130845882/Algasd#scribd. Diakses
pada tanggal 11 Juni 2015 jam 14.55.
Nurhayanti. (2013). http://yanti-ciamik.blogspot.com/2013/02/botani-tumbuhanrendah.html. Diakses pada tanggal 11 Juni 2015 jam 13.55.
Purwati,
Erny.
(2012).
http://ernyce-purwa.blogspot.com/2012/04/makalah-
177
ALGA
(Diatome, Phaeophyceae, Rodhophyceae)
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan)
Disusun oleh:
1. Neny Andriyani
14304241022
2. Senja Fitriana
14304241023
178
BAB I
PENDAHULUAN
Tumbuhan adalah organisme yang dicirikan dengan adanya dinding sel,
pigmen fotosintetik dan sifat autotrofik serta immobil. Secara garis besar,
tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat
tinggi.Pembagian ini tidak mengacu secara spesifik kepada struktur tubuh dari
tumbuhan tersebut, tetapi lebih mengacu pada perkembangbiakan atau
reproduksinya.
Tumbuhan
tingkat
rendah
memiliki
organ
dan
cara
Chlorophyta
(ganggang
hijau),
Rhodophyta
(Ganggang
merah),
Phaeophyta (ganggang coklat) dan sebagainya. Dalam makalah ini kami akan
membahas secara khusus mengenai Diatome (Ganggang kresik), Phaeophyta
(ganggang pirang/cokelat), Rhodophyta (Ganggang merah).
179
Tujuan
1. Mengetahui ciri utama Diatome, Phaeophyceae, Rodhophyceae
2. Mengetahui fase hidup/ perkembangbiakan Diatome, Phaeophyceae,
Rodhophyceae
3. Mengetahui
spesies
yang
termasuk
kedalam
Diatome,
Phaeophyceae, Rodhophyceae
180
BAB II
ISI
1. Kelas Diatome (Ganggang Kersik)
Diatomeae atau Bacilliariophyta adalah jasad renik bersel satu yang
masih dekat dengan flagellatae.Bentuk sel nya bermacam-macam, semuanya
dapat dikembalikan ke dua bentuk dasar yaitu bantuk bilateral dan
sentrik.Dinding sel mempunyai susunan khusus.Dinding sel terdiri atas pektin
dengan panser yang terdiri atas kersik disebelah luarnya. Panser kersik
tersebut tidak menutup seluruh sel (sebab dengan demikian pembelahan sel
akan terganggu)., melainkan terdiri atas dua belahan yang merupakan wadah
dan tutupnya. Oleh sebab itu sel dari bawah dan atas kelihatan berbedabeda.Batas pertemuan kedua wadah terseebut disebut dengan ikat
pinggang.Permukaan kedua bagian panser tersebut mempunyai susunan yang
rumit, yang mempunyai liang-liang yang halus sebagai jalan untuk keluarnya
lendir. Pada pembusukan atau pemijaran, rangka kersik tetap dengan
pembubuhan asam fluorida semua dindingnya akan terlarut (Tjitrosoepomo,
1989: 49).
Sel diatomeae mempunyai inti dan kromatofora berwarna kuning-coklat
yang mengandung klorofil-a, karoten, santofil, dan karotenoid lainnya yang
sangat menyerupai fikosantin.Beberapa jenis diatomeae tidak mempunyai zat
warna, dan hidup sebagai saprofit.Dalam sel diatomeae terdapat pirenoid,
tetapi tidak dikelilingi oleh tepung.Hasil-hasil asimilasi ditimbun diluar
kromatofora, berupa tetes-tetes minyak dalam plasma (sering dalam vakuola)
dan dismping minyak kadang-kadang juga leukosin (Tjitrosoepomo, 1989:
49).
Perkembangbiakan pada sel diatomeae terjadi dengan:
1. Membelah, mula-mula protoplas membesar, tutup dan wadahnya lepas pada
ikat pinggangnya. Sel lalu membelah. Masing-masing bagian pada dua sel itu
lalu membuat wadahnya sehingga dari setiap pembelahan terjadi dua
individu, yang satu sama dengan sel induk dan yang lainnya lebih kecil.
181
Yang kecil itu pun dapat terus membelah hingga mencapai minimum dan sel
mati.
2. Pembentukan auksospora, sebelum suatu sel mencapai minimum, panser
dilepaskan, protoplas tumbuh menjadi sebesar protoplas normal, baruu
kemudian panser dilepaskan kembali.
3. Seksual melalui oogami, sel dengan reduksi membuat gamet yang haploid
(sel telur dan spermatozoid).
Diatomeae dibagi menjadi dua bangsa, yaitu bangsa Centrales dan Pennales:
a. Bangsa Centrales
Habitat nya di dalam laut, merupakan salah datu penyusun
plankton.Oanser bulat dengan tonjolan radial atau konsentris yang berupa
sayap atau duri dengan perantara lendir perkembangbiakan seksual suatu sel
vegetatif mengadakan pembelahan reduksi sehingga terbentuk 4 inti yang
haploid.Tiga diantaranya binasa, sehingga tinggal satu inti saja yang
merupakan oogonium.Pada sel lainnya, ke 4 inti yang haploid itu tetap dan
akhirnya dari satu sel vegetatif menjadi suatu anteridium.Setelah tutup sel
membuka, spermatozoid dapat bergerak bebas menuju oogonium.Setelah
182
terjadi pembuahan, zigot lalu membentuk kulit dari pektin, kedua inti sel
kelamin bersatu dan akhirnya keluarlah auksospora, tumbuh menjadi besar
dan melepaskan diri dari selubung oogoniumnya
oogoniumnya (Tjitrosoepomo, 1989: 50).
b. Bangsa Pennales
Sel-sel
sel berbentuk jorong memanjang, berbentuk batang seperti perahu
atau pahat, tonjolan-tonjolan
tonjolan tonjolan pada panser tersusun menyirip dan ditengah
ditengahtengah panser terdapat celah membujur yang dinamakan rafe.Organis
rafe.Organisme ini
dapat bergerak merayap maju mundur.Hal ini terjadi karena pergeseran antara
alaas dan arus plasma ekstraselular pada rafe.Bangsa pennales bukan
merupakan penyusun plankton, hidupnya melekat pada tumbuhan.
Perkembangbiakan
seksual
melalui
isogami.Dua
sel
vegetati
183
adalah
ganggang
berwarna
pirang.
Dalam
bentos yang menempel pada dasar samudra dan beberapa juga hidup epifit
pada talus tumbuhan lain.
a) KELAS PHAEOSPORALES
Bangsa ini merupakan penyusun terbesar ganggang pirang.Kebanyakan
memiliki perawakan seperti Cladhopora, tetapi ada pula yang memiliki talus
lebih tinggi tingkatannya.Perkembangbiakan pada kelas ini terjadi secara
aseksual melalui zoospora yakni terjadi karena pembelahan reduki dan secara
seksual melalui isogami(Tjitrosoepomo, 1989: 78).
b) KELAS LAMINARIALES
Bangsa laminariales yang masih sederhana memiliki hubungan tingkat
kekerabatan dengan kelas phaeosporaales.Warga yang lebih tinggi memiliki
memiliki sporofit dan terdeferensiasi morfologi dan anatomi yang lebih tinggi
serta mempunyai ukuran yang besar.Pada laminaria terdapat pergiliran
keturunan yang beraturan.Sporofit yang bersifat diploid berganti menjadi
jantan dan betina serta memperlihatkan tanda-tanda sekunder yang jelas.
Gametofit betina berasal dari zoospora yang memiliki sifat cabang lebih
banyak, terdiri atas banyak sel kecil-kecil, dan pada ujung anteridium yang
terdiri hanya oleh
berbentuk pipa
c) KELAS DICTYOTALES
186
d) BANGSA FUCALES
187
188
kadang
juga
terdapat.Selain
beberapa
pengecualian
terdiri
atas
selulosa
yang
luar
terdiri
atas
pektin
yang
189
Bangia antroprpurea
Trikogin
190
Dari sel-se ujung cabang cabang talus, terbntuk dua anteredium yang
msing-masing terdiri atas satu sel saja da berasa dari penonjolan satu sel
ujung.
Tiap anteredium menghasilkan gamet jantan yang oleh karena tidak dapat
bergerak tidak dinamakan spermaozoid melainkan spermatium.
191
Setelah
terjadi
pembuahanbagian
bawah
karpogonium
lali
Dalam sel-sel ujung benang itu terbentuk satu spora, masig masing dengan
satu inti dan satu pastidadan dinamakan karpospora.
Jadi disini kita juga melihat adanya pergiliran keturunan, tetapi gametofit
dan
sporofit
yang
disini
berupa
benang
benang
sporogen
tidak
terpisah,sporofit yang berupa benang dan hanya terdiri atas beberapa sel itu
hidup sebagai parasit pada gametfitnya.
Peristiwa
seperti
diuraikan
diatas
terdapat
antara
lain
pada
yang masing-masing
masing mengeluarkan 4 spora (tetraspora). Baru setelah
terjadi pembelahan tetra spora terjadi pembelahan reduksi. Jadi tetraspora
adalah haploid, dan kemudian tumbuh menjadi
menjadi gameofit yang haploid
juga. Daur hidup yang memperlihatkan 3 keturunan itu antara llain
terdapat pada Callithamnion corymbosum.
Gametofit dan tetrasporofit dapat isomorf, tetapi ada pula yang tidak misalnya
bonemaissoniahamifera.
Sporofit yang hidu sebagai tumbuhan asing mempunyai bentuk yang sering
dianggap sebagai tumbuhan asing yang benar-benar
benar benar hidup sebagai arasit dan
diberinama yang lain pula.
Floridae dibagi daam sejumlah bangsa diantaranya yaitu:
1. Bangsa Nemalionales
Didalamnya
idalamnya termasuk suku Helminthocladiaceae yang antara lain
mencakup Batrachosperum moniliforme
moniliforme, Bonnemaisonia hamifera
hamifera.
Galaxaura fastigiata
(Tjitrosoepomo, 1989: 93
93)
193
2. Bangsa gelidiales
Didalamnya termasuk suku gelidiaceae, misalnya Gelidium
cartilagenum dan Gelidium lichenoides,, terkenal sebagai penghasil agar
agaragar.
Gelidium
(Tjitrosoepomo, 1989: 93
93)
3. Bangsa Gigartineles
Kebanyakan terdiri dari ganggang laut. Yang penting ialah suku
Gigarlinaceae dengan dua warganya yang menghasilkan baha yang
berguna, ialah Chondrus crispus dan Gigartina mamilosa,, penghasil
karagen atau lumt islandia yang berguna sebagai obat(Tjitrosoepom
(Tjitrosoepomo,
1989:93)selain itu juga Hypnea musciformis, Hypnea spinella
Hypnea musciformis
Hypnea spinella
4. Bangsa Nemastomales
194
Dari
ari bangsa ini perlu disebut suku Rhodophyllidaceae yang salah
satu warganya terkenal sebagai penghasil agar-agar
a
agar yaitu Euchema
spinosum.
5. Bangsa Ceramiales
Pertumbuhan
ertumbuhan yang cepat dan toleransi yang tinggi terhadap variasi
suhuThallus
Thallus : tegak, lebat . Ukuran : 2-5cm.
2 5cm. Percabangan : dikotomis
dikotomis,
Warna spesimen hidup dari merah muda hingga putih . Warna spesimen
kering dari putih ke kuning .Contoh:
.
Polysiphonia havanensis
Polysiphonia
Suku
Sphaerococcaceae,
juga
mempunyai
anggota-anggota
anggota anggota
yang
195
196
KESIMPULAN
1. Diatome memiliki ciri utama bentuk selnya yang dapat dikembaikan
kepada bentuk pokok yaitu berbentik bilateral dan sentrik.
Phaeophyceae memiliki ciri utama memiliki pigmen utama fikosantin
yang menutupi warna lainnya dan menyebabkan ganggang itu kelihatan
berwarna pirang.
Rodhophyceae memiliki ciri utama memiliki pigmen utama fikoertin yang
mengadakan flourensi sehingga menimbulkan warna utama merah.
2. Perkembang biakan
197
DAFTAR PUSTAKA
198
Lumut (Bryophyta)
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan)
Disusun oleh:
1. Dhias Kartika Ningrum
14304241024
2. Ade Sukarman
14304241025
199
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk hidup mengalami perkembangan dari yang memiliki
struktur tubuh sederhana hingga memiliki struktur yang kompleks seperti
sekarang ini. Makhluk-makhluk hidup yang memiliki struktur sederhana
ini masuk kedalam golongan cormophyta dan atau tallus. Cormophyta
merupakan golongan tumbuhan yang memiliki alat perkembangbiakan
tersembunyi dan tallus merupakan golongan tumbuhan yang belum
mempunyai akar, batang dan daun sejati. Sedangkan golongan tumbuhan
tinggi seperti golongan Gymnospermae dan Angiospermae memiliki
karakteristik
phanerogamae
dan
cormus,
yaitu
memiliki
alat
perkembangbiakan yang terlihat jelas dan memiliki akar batang dan daun
sejati.
Lumut merupakan tumbuhan tidak berpembuluh yang tidak
mempunyai batang, daun dan akar sejati (tallus). Perbedaan mendasar
antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan berpembuluh telah
beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan mempunyai
organ reproduksi (gametangium dan sporangium), selalu terdiri dari
banyak sel (multiselluler) dan dilindungi oleh lapisan sel-sel mandul,
zigotnya berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam
gametangium betina. Oleh karena itu lumut dan tumbuhan berpembuluh
pada umumnya merupakan tumbuhan darat tidak seperti ganggang yang
kebanyakan aquatik (Tjitrosoepomo, 2011).
Lumut masuk kedalam golongan tumbuhan perintis, sebagai agen
suksesi hutan maupun erupsi gunung. Kebanyakan lumut hidup di tempat
lembab/ berair, sehingga memudahkan perpindahan spermatozoid dari
anteridium ke ovum di arkegonium, walau demikian lumut dapat juga
hidup di daerah kering, batuan, maupun epitif pada batang pohon, dinding,
dll yang sesuai dengan habitat hidupnya. Pada pembahasan kali ini penulis
200
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah keanekaragaman pada tumbuhan lumut?
2. Apa sajakah jenis-jenis lumut?
3. Bagaimanakah daur hidup tumbuhan lumut?
4. Apakah manfaat lmut bagi kehidupan?
C. Tujuan
1. Mengetahui keanekaragaman tumbuhan lumut
2. Mengetahui jenis-jenis lumut
3. Mengetahui daur hidup tumbuhan lumut
4. Mengetahui peran dan manfaat lumut bagi kehidupan
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
a) Mengetahui keaekaragaman yang ada pada tumbuhan lumut
b) Mengetahui jenis lumut dan dapat mendeskripsikan daur hidup
lumut
c) Mengetahui peran dan manfaat lumut bagi kehidupan manusia
d) Sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya
2. Bagi masyarakat
a) Mengetahui keanekaragaman pada tumbuhan lumut
b) Mengetahui manfaat lumut bagi kehidupan dan dapa
memaksimalkan fungsinya.
BAB II
201
KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik Lumut
Para ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan menjadi dua
golongan
yaitu
Cryptogamae
dan
Phanerogamae.
Phanerogamae
susunan
arkegonium)
gametangiumnya
terutama
susunan
(anteredium
arkegoniumnya,
maupun
mempunyai
susunan yang khas yang sering kita jumpai pada tumbuhan paku
(pteridophyta).
3. Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki
susunan yang berbeda beda, jika batangnya dilihat secara
melintang tampak bagian bagian sebagai berikut: Selapis sel
kulit, beberapa sel diantaranya memanjang membentuk rizoid
rizoid epidermis, Lapisan kulit dalam yang tersusun atas beberapa
lapisan sel dinamakan korteks, Silinder pusat terdiri dari sel sel
parenkimatik yang memanjang dan berguna untuk mengangkut air
202
tegak maupun yang melepa. Juga mereka itu, tumbuh dalam air dan
diantara tumbuhan lain-lain di lapangan, padang rumput dan rawa.
Beberapa spesies tumbuh subur diberbagai habitat, yang lain-lain terbatas
pada lingkungan yang khusus. Umpamanya, lumut sejati tertentu
meminta macam tanah khusus sehingga terbatas pada tanah asam saja
atau basa saja (Satiyem, 2012).
Pada umumnya, lumut sejati lebih toleran pada tempat
terlindung daripada tumbuhan tingkat yang lebih tinggi, dan hal ini
menerangkan
kemampuanya
menyerbu
lapangan
rumput
dan
B. Jenis-Jenis Lumut
1. Lumut Daun
Klasifikasi
Regnum
: Plantae
Division
: Bryophyta
Kelas
: Bryopsida
Ordo
: Bryopceales
Family
: Bryopceae
Genus
: Bryopsida
Spesies
: Bryopsida sp
204
205
2. Lumut Hati
Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti
lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Di
dalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut alatera.
Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu
memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi
dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang
merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh
lumut hati adalah Marchantia polymorpha dan Porella.
Tumbuhan ini merupakan suatu kelas kecil yang biasanya
terdiri atas tumbuhan berukuran relatif kecil yang dapat melakukan
fotosintesis, meskipun selalu bersifat multiseluler dan tampak dengan
mata bugil. Lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan,
tanah, atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa
lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki
struktur yang menyerupai akar, batang dan daun. Hal ini menyebabkan
banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok
peralihan dari tumbuhan Thalophyta menuju Cormophyta. Seperti
halnya lumut daun, lumut hati mempunyai rizoid yang yang berfungsi
untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan (Satiyem, 2012).
Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti
lobus pada hati. Berkembangbiak secara generatif dengan oogami, dan
secara vegetatif dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup eram. Lumut
hati melekat pada substrat dengan rizoid uniseluler (Hasan dan
Ariyanti, 2004).
Lumut hati hidup pada tempat-tempat yang basah, untuk
struktur tubuh yang himogrof. Pada tempat-tempat yang kering, untuk
struktur tubuh yang xeromorf (alat penyimpan air). Lumut hati yang
hidup sebagai epifit umumnya menempel pada daun-daun pepohonan
dalam rimba di daerah tropika.
206
3. Lumut Tanduk
Klasifikasi
Divisi
: Anthocerotophyta
Kelas
: Anthocerotopsida
Bangsa
: Anthocerotales
Suku
: Anthocerotaceae
Marga
: Anthoceros
Jenis
: Anthoceros laevis
Nama lumut tanduk mengacu pada bentuk sporofit yang
dengan tepi
207
Sporofit
Sporofit yang
sudah pecah
Gametofit
208
siklus
hidupnya,
fase
gametofit
lebih
dominan
2. Manfaat
Tumbuhan lumut tidak berperan langsung dalam kehidupan
manusia , tetapi ada spesies tertentu yang dimanfaatkan oleh penduduk
untuk mengobati hepatitis, yaitu Marchantia polymorpha. Selain itu
jenis jenis lumut gambut dari genus Sphagnum dapat digunakan
sebagai pembalut atau pengganti kapas dan sebagai bahan bakar. Lumut
daun dipercaya bisa digunakan sebagai bahan obat, meski masih
diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis. Secara tradisional
lumut dari marga Usnea dipakai untuk obat diare atau sakit perut
dengan cara direbus.. Sementara dari marga lumut spagnum dikenal
sebagai obat penyakit kulit dan mata.
211
BAB III
METODOLOGI
Metode yang digunakan merupkan metode telaah pustaka dan
presentasi. Metode telaah pustaka merupakan metode penulisan dengan
menggunakan objek kajian penelitian yang berfokus pada pustaka-pustaka.
Pustaka tersebut dapat berupa media cetak maupun elektronik yang valid
berupa artikel, jurnal, buku dan lain-lain yang berhubungan satu sama lain,
relevan dengan
analisis pembahasan. Telaah pustaka ini digunakan untuk menemukan teoriteori yang sesuai dengan kajian permasalahan, yaitu keanekaragaman
tumbuhan lumut. Kajian kepustakaan ini selanjutnya digunakan untuk
mendukung pembuatan makalah. Setelah melakukan telaah pustaka penulis
menggunakan metode presentasi didepan kelas, metode presentasi ini juga
didukung dengan tanya jawab antara presentator dan audience / peserta,
dilanjutkan dengan diskusi antara presentator dan audience tentang pertanyaan
yang telah diajukan serta pembahasan dengan dosen mengenai pertanyaan yang
diajukan dan kasus-kasus yang ada.
Pengkajian
Perumusan
Telaah pustaka
Makalah
Presentasi
Tanya jawab
Diskusi
Pembahasan dengan
dosen
212
BAB IV
KESIMPULAN
213
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A dan Jane Recee. 2008. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Firmansyah, Rikky dkk. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta
Satiyem. 2012. Keanekaragaman Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Pada Berbagai
Ketinggian Hubungannya Dengan Kondisi Lingkungan Di Wilayah Lereng
Selatan Merapi Pasca Erupsi. Yogyakarta : FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta.
Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang : Universitas Negeri
Malang.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta,
Thallophyta, Bryophyta, Pterydhophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
214
LAMPIRAN
Lumut Hati
Gametofit
Lumut Daun
Polytricum commune
Spaghnum
Lumut Tanduk
215
Paku (Pterydophyta)
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan)
Disusun oleh:
1. Oni Nur Rasjiatmi
14304241026
14304241027
216
A. PENGERTIAN
Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar
atau Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang
diterjemahkan secara bebas berarti tumbuhan yang berdaun seperti bulu burung.
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan
tumbuhan berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara
lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi (Raven et al., 1992).
Menurut Rismunandar dan Ekowati (1991), Pteridophyta disebut juga dengan
nama Tracheopyta yang berarti tumbuhan yang berjaringan pembuluh. Jaringan
pembuluh ini terdiri atas pembuluh kayu (xylem) dan pembuluh tapis (floem).
B. CIRI-CIRI UMUM
1. Sudah dapat dibedakan akar, batang, dan daunnya.
2. Daun muda menggulung
3. Sudah memiliki berkas pembuluh (xylem dan floem).
4. Alat reproduksi aseksual berupa spora
5. Mengalami metagenesis (fase sporofit lebih dominan daripada fase
gametofit)
C. STRUKTUR TUBUH
1. Akar
Akar berupa akar serabut (pada generasi sporofit), pada generasi gametofit
berupa Rhizoid, ujungnya dilindungi kaliptra yang terdiri atas sel sel yang
dapat dibedakan dengan sel sel akarnya sendiri.
2. Batang
Batang tumbuhan paku sebagian besar berupa rimpang (rizom). Jika
muncul di atas permukaan tanah, batangnya sangat pendek sekitar 0,5 m.
217
Akan tetapi ada batang beberapa jenis tumbuhan paku seperti paku
pohon/paku tiang yang panjangnya mencapai 5 m dan kadang kadang
bercabang misalnya: paku tiang
3. Daun
Daun selalu melingkar dan menggulung pada usia muda. Daun paku
tumbuh dari tangkai daun (frond) sedangkan keseluruhan daun dalam satu
tangkai daun disebut pinna. Spora disimpan dalam sporangium (jamak:
sporangia) yang biasanya tumbuh mengelompok di permukaan bawah daun
berwarna coklat atau hitam. Tiap kelompok sporangia disebut sorus
(jamak:sori).
Pada
waktu
muda,
sori
dilindungi
oleh
indusium.
(Tjitrosomo.1983:115).
b. Makrofil
Merupakan daun yang bentuknya besar, bertangkai dan bertulang
daun, serta bercabang cabang. Sel sel penyusunnya telah
memperlihatkan diferensiasi, yaitu dapat dibedakan antara jaringan tiang,
jaringan bunga karang, tulang daun, serta stomata (mulut daun). Misal :
Asplenium, Lycopodium
Mikrofil
Makrofil
E. HABITAT
Pada umumnya tumbuhan paku merupakan tumbuhan darat. Banyak
diantara mereka hidup sebagai epifit. Umumnya tumbuhan paku mudah
ditemukan di tempat-tempat lembab dan agak terlindung, walaupun tumbuhan ini
dapat ditemukan di daerah yang lebih luas misalnya di lingkungan air tawar,
pasang surut, atau lingkungan xerofitik (Ali Moertolo,dkk. 1999: 64).
F. PERKEMBANGBIAKAN
219
220
Spora (n)
Anteridium (n)
Arkegonium (n)
Ovum(n)
Spermatozoid (n)
Zygot (2n)
Sporangium
221
Fase sporofit:
1. Berupa tumbuhan paku
2. Sebagai penghasil spora (Perkembangbiakan vegetatif )
heterospora
merupakan
jenis
tumbuhan
paku
yang
menghasilkan dua jenis spora yang berbeda ukuran, berumah dua. Spora
yang besar disebut makrospora (gamet betina) sedangkan spora yang kecil
disebut mikrospora (gamet jantan). Contohnya adalah paku rane
(Selaginella) dan Semanggi (Marsilea).
3. Paku Peralihan
Paku
peralihan
merupakan
jenis
tumbuhan
paku
yang
menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama, serta diketahui
gamet jantan dan betinanya, berumah satu. Contoh tumbuhan paku
peralihan
adalah
paku ekor
kuda
(Equisetum)
(Anonim.
2015.
http://eprints.uny.ac.id/9199/3/bab%202%20-%2008308144024.pdf)
222
Lycopodium
Selaginella
Equisetum
Sporofit tidak memiliki akar dan daun sejati serta tidak memiliki
pembuluh pengangkut.
Bersifat homospora
Contoh: paku purba tidak berdaun (Rhynia) dan paku purba berdaun kecil
(Psilotum) (Anonim. 2015. http://eprints.uny.ac.id/9199/3/bab%202%20%2008308144024.pdf)
Tumbuh di daerah tropik atau subtropik dan beriklim sedang di hutanhutan yang sejuk dan lembab
223
o Akar tumbuh dari samping, berasal dari bawah bagian pucuknya yang
menjalar di tanah
o Hidup sebagai epifit
o Sporofit menggerombol membentuk strobilus
o Spora berbentuk tetrahedron,biasanya bergaris dan memencar pada
satu sisinya
b. Selaginella (paku rane atau paku lumut)
o Terdiri atas 500 spesies
o Bersifat heterospora (Tjitrosomo.1983: 125-126)
3. Paku ekor kuda (Sphenopsida)
Umumnya tumbuh pada daerah yang basah tetapi ada yang tumbuh ada
daerah padang rumput yang kering
Bersifat homospora
Batang pada umunya berupa rizom yang tumbuh dibawah atau di atas
permukaan tanah
Contoh:
Platycerium
bifurcatum,
Asplenium
nidus,
suplir
(Ali
224
Psilotum
Asplenium nidus
crenata).
2. Paku Higrofit : Tumbuhan paku yang hidup di tanah seperti pada lereng
pegunungan ( tempat lembab). Contoh: paku ekor kuda.
3. Paku Epifit : Tumbuhan paku yang menempel pada tumbuhan lain Contoh:
paku
tanduk
rusa
(Platycerium
bifurcatum)
(Nurmiyati.
2015.
http://nurmiyati.staff.fkip.uns.ac.id/files/2013/04/Morfologi-tumbuhanpaku.pdf)
Nuraeni.
2015.http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197606052001122-
ENI_NURAENI/BAHAN_AJAR/PTERIDOPHYTA.pdf.)
225
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2015.
http://eprints.uny.ac.id/9199/3/bab%202%20-
Eni
Nuraeni.
2015.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197606052
001122-ENI_NURAENI/BAHAN_AJAR/PTERIDOPHYTA.pdf. Diakses
pada hari Selasa, 10 Februari 2015 pukul 18.59 WIB
x
Nurmiyati.
2015.
http://nurmiyati.staff.fkip.uns.ac.id/files/2013/04/Morfologi-
Raven, P.H., R.F. Evert dan S.E. Eichhorn. 1992. Biology of Plants. Worth
Publishers. New York.
226
Gymnospermae
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan)
Disusun oleh:
1. Asri Nur Rahmawati
14304241028
14304241029
227
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gymnospermae
adalah
tumbuhan
yang
memiliki
biji
sudah
punah
dan
kini
menjadi
batu
bara,
seperti
satu
komponen
yang
terlibat
dalam
fase
ini
adalah
228
B. Tujuan
1. Mengetahui morfologi tumbuhan gymnospermae.
2. Mengetahui jenis-jenis alat perkembangbiakan pada tumbuhan
gymnospermae.
3. Mengetahui fase hidup gymnospermae.
229
BAB II
PEMBAHASAN
Gymnospermae merupakan tumbuhan yang juga memiliki jaringan pembuluh,
yaitu
xylem
dan
floem.
Gymnospermae
dibagi
menjadi
yakni
A. Susunan Tubuh
Pada dasarnya perakaran gimnosperma ialah berakar tunggang.
Kadang-kadang pada akar didapatkan mikoriza (Pinus) atau bintil-bintil
(Cycas).
230
tumbuahan
berbiji
terbuka
mempunyai
mikrofil
B. Alat Reproduksi
Gimnosperma
merupakan
tumbuhan
heterspori.
Mereka
tersebut dapat berukuran sama atau bahkan mikrospora dapat lebih besar
dari megaspora. Spora dibentuk pada strobilus atau rujung. Strobilus
merupakan kelompok sporofil, yang sering disebut sisik strobilus yang
tersusun
spiral
pada
suatu
sumbu.
Strobilus
yang
mendukung
akan
memisahkan
inti-inti
tersebut
dan
terbentuklah
E. Progymnospermae
Tumbuhan fosil yang hidup pada zaman Devon, puncak
perkembanganya
pada
zaman
Karbon
dan
punah
pada
zaman
Daun
daun
menyerupai
biasa
tetapi
tumbuhan
belum
paku,
terkumpul
sporofilnya
menjadi
Selanjutnya
Bennettitinae
Merupakan kelompok tumbuhan yang sudah punah, hidup pada
zaman Mesozoikum. Habitus; tumbuhan berkayu, batang pendek
seperti umbi atau panjang bercabang seperti anak payung menggarpu.
Daun menyirip, jarang tidak. Strobilus dalam ketiak daun, kadang233
Cordaitinaee
Bakal biji dengan satu integument dan suatu ruang serbuk sari
sari.
Tanaman pada kelas ini umumnya memiliki cirri sebagai berikut:
Berupa pohon
pohon-pohon yang tinggi dan bercabang-cabang
cabang serta
memperlihatkan pertumbuhan sekunder. Daun tunggal bangun lanset
atau pita dan bertulang sejajar. Duduknya tersebar dan pada ujungujung dahan amat berdekatan. Bakal biji terpisah-pisah, tiap bakal biji
terdapat suatu tangkai yang menyerupai daun. Bijinya pipih terd
terdapat
pada tangkai yang panjang.
G. Gymnospermae
ymnospermae Masih Ada
1. Ginkgoales
Anggota ordo ini hanya satu species yaitu Ginkgo biloba
biloba.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan asli daratan cina. Tinggi pohon ini
dapat mencapai 30 m, daun berbentuk kipas, mudah gugur, dan
berumah dua (serbuk sari dan bakal biji di hasilkan oleh individu yang
berlainan). Berdasarkan bukti fosil, Ginkgo di perkirakan telah hidup
sejak zaman Juta
Jut ( 181 juta tahun yang lalu ).
Ginkgo biloba
Ginkgo biloba
234
2. Cycadales
Ordo ini beranggotakan sembilan genus yang masih hidup sampai
sekarang dan meliputi sekitar 100 species. Meskipun tumbuhan ini
tidak ditemukan
temukan dalam fosil, di duga sudah muncul pada zaman trias
sampai kapurawal. Tanda-tandak has golongan ini adalah batang tidak
bercabang, daun-daun
daun
majemuk tersusun sebagai tajuk di puncak
pohon. Cycadales di temukan baik di daerah trofik maupun sub tropik.
Misalnya Cycasrumphii ( pakis haji ).
Daun berubah warna dan menggugurkan daunnya pada musim
rontok, tumbuhan
umbuhan berumah dua. Daun muda menggulung, melebar
bentuk kipas
kipas. Daun terbagi dua simetris karena lekukan yang dalam
dalam.
Memilikii strobilus jantan dan betina (strobilus jantan berbentuk
kerucut). Ovulum mempunyai pembungkus berdaging yang dapat
berubah warna. Lembaga mempunyai dua kotiledon. Suku-suku
suku dalam
ordo Cycadales ada 3 yaitu Cycadaceae dengan genus Cycas,
Stangeriaceae dengan 2 genus Stangeria dan Bowenia,, Zamiaceae
dengan genus Ceratozamia, Dioon, Encephalartos, Lepidozamia
Lepidozamia,
Macrozamia,, Mikrozamia, dan Zamia.
Cycas revoluta
Cycas revoluta
3. Coniferales
Ordo ini meliputi semak-semak, perdu, atau pohon-pohon
pohon dengan
tajuk yang kebanyakan berbentuk kerucut (conus merupakan kerucut,
ferein merupakan mendukung). Daun tumbuhan ordo ini banyak yang
berbentuk jarum. Oleh karena itu sering di sebut pohonjarum. Pinaceae
235
Cephalotaxusharringtonia
Podocarpusmacrophyllus
Araucaria angustifolia
Cedrusdeodara
4. Gnetales
Tumbuhan ini berkayu yang batangnya bercabang-cabang
cabang atau
tidak. Atau hanya terdiri dari hipokotil yang menebal. Dalam kayu
sekunder terdapat vasa
va (trakea). Tidak ada saluran resin. Daunnya
tunggal, berhadapan. Bunga berkelamin tunggal, majemuk, terdapat
dalam ketiak daun pelindung yang besar, mempunyai tenda bunga.
Bunga betina mempunyai bakal biji yang tegak (atrop). Pembuahan
236
dengan perantaraan buluh serbuk dengan dua inti generatif yang tidak
sama besar di dalamnya. Terdapat dua lembaga. Yang termasuk dalam
ordo ini Ephedrales, Gnetales, Welwitschiales.
Welwitschia
Gnetum gnemon
237
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Gymnospermae merupakan tumbuhan berbiji terbuka, dengan alat
perkembangbiakan berupa strobilus ataupun rujung. Terdiri dari tiga ordo
yakni Cycadales, Ginkgoales, ConiferalesdanGnetales. Gymnospermae
mengalami pergiliran fase hidup antara fase seksual (generatif) dan fase
aseksual (vegetatif).
238
DAFTAR PUSTAKA
239
Angiospermae Dikotil
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan)
Disusun oleh:
1. Andini Setya Putri
14304241031
14304241032
240
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Tanaman
penting
berasal dari divisi Angiospermae. Selain itu bahan makanan yang berasal dari
tumbuhan juga termasuk ke dalam divisi Angiospermae. Hal tersebut meliputi
akar, batang,daun, bunga hingga buah.
Angiospermae berasal dari Bahasa Yunani Kuno aggeion byang berarti
penyangga atau pelindung dan sperma yang berarti biji yang
diperkenalkan oleh Paul Herman pada tahun 1690. Angiospermae merupakan
tanaman berbiji yang bijinya tertutup daun buah atau karpela. Angiospermae
terbagi menjadi 2 berdasarkan sifat dan keadaan bijinya, yaitu monokotil dan
dikotil. R Dari kedua kelas tersebut memiliki jumlah spesies yang sangat banyak.
Pada kedua kelas tersebut terdiri sekitar 300 famili atau lebih dari 250.000
spesies, (Tjitrosomo,S.S,1984). Dari pernyataan bahwa banyaknya spesies dari
divisi ini, Angiospermae diklasifikasikan kebeberapa bangsa dan suku berdasrkan
ciri morfologinya.
241
BAB II
Pembahasan
A. Asal Angiospermae
Angiospermae telah ada dari zaman Kreta. Fosil yang ditemukan di Melbourne
Australia berupa serbuk sari yang memiliki porus dan bentuknya mirip spora paku
dan serbuk sari Gymnospermae.
B. Bagian bunga
angiospermae yang masih primitif memiliki variasi bagian dan susunan yang
beragam. Sedangkan yang modern memiliki susunan yang lebih konstan dan
sedikit variasi. Berikut bagian bagiannya:
a. Periantum
Bunga primitif yang memiliki periantum tidak terbagi secara jelas kalik
dan korolanya. Sedangkan yang modern pada umumnya ada transisi
gradual antara kaik dan korola. Pada beberapa angiospermae petalanya
modifikasi dari sepala yang berguna untuk menarik perhatia polinator.
Selama evolusi terjadi fusi pada petala sehingga menghasilkan tabung
korola yang merupakan ciri khas beberapa suku.
b. Androecium (andresium)
Pada angiospermae primitif
242
c. Karpela
Pada angiospermae primitif struktur karpelanya bebas satu saman lain.
Sedangkan angiospermae modern pada umumnya karpela berfusi dan
terdefernsasi menjadi stigma, stilus dan ovarium, (Sudarsono, dkk, 2005).
Fungsi
1.
Kelopak (kalik)
2.
Mahkota (korola)
3.
yaitu
4.
bakal
buah terdapat
C. Siklus hidup
244
serbuk sari yang yang berbentuk benang dan tidak memiliki eksin. Bunga
betina memiliki cekungan yang berfungsi untuk tempat jatuhnya bunga
jantan, (Sudarsono, dkk, 2005).
246
Monokotil
pembuuh
kayu
atau kelipatannya
1) Suku Magnoliceae
a. Tumbuhan ini berupa semak atau pohon.
b. Daun tunggal dan rontok pada musim gugur.
c. Memiliki bunga yang besar dan mencolok, bersimetri banyak,
hipogen dan memiliki bunga sempurna
d. Buahya baerupa buah folikel
e. Stamen banyak dengan filamen yang jelas
f. Endosperm mengandug minyak
Contohnya pada cempaka atau Michelia champaca, (Sudarsono,
dkk, 2005).
2) Suku Annonaceae
a. Tumbuhan berupa semak, pohon dan liana.
b. Daunnya berseling.
c. Bagian-bagian bunganya berkelipatan 3.
d. Biasanya buahnya terdiri dari sekelompok karpela kering atau
berdagingyang melekat pada dasar bunga.
e. Bijinya dengan embrio kecil dan endosperm yang besar.
Contohnya pada sirsak atau Anona squamosa, (Sudarsono, dkk,
2005).
2.
248
2) Suku Moringaceae
a. Memiliki daun yang berseling.
b. Berkayu lunak
c. Ginesium berkarpela 3
d. Bunganya biseksual dan bersimetri bilateral.
e. Buahnya silikua memanjang yang menyerupai kapsul
f. Bijinya banyak dan bersayap tanpa endosperm.
Contohnya pada Moringa pterygosperma, (Sudarsono, dkk, 2005).
3. Bangsa Rosales
Bangsa Rosales menjadi dua suku yaitu suku
Leguminosae
1) Suku Rosaceae
a. Merupakan tumbuhan semak.
b. Daunnya merupakan daun tunggal, daun majemuk, berseling dan ada
stipula.
c. Memiliki bunga biseksual, bersimetri banyak dan periginus.
d. Buahnya berupa buah drupa, pome dan aksene.
e. Ovarium berkarpela satu
f. Bijinya hanya memiliki sedikit endosperm atau tidak ada.
Contohnya pada Rosa sp, (Sudarsono, dkk, 2005).
2) Suku Leguminosae
a. Merupakan tumbuhan herba, semak atau pohon.
b. Daunnya berseling, berdaun tiga dan bentuknya majemuk menyirip.
c. Memiliki bunga yang besar atau kecil, bersimetri banyak dan tidak,
biseksual.
d. Jumlah benang sarinya kurang lebih sepuluh.
e. Buahnya berupa legum, dehisen atau indehisen.
249
4. Bangsa Passiflorales
Bangsa Passiflorales terbagi menjadi dua suku yaitu suku Caricaceae dan
suku Cucurbitaceae
1) Suku Caricaceae
a. Tanaman pohon kecil dan berkayu lunak.
b. Daunnya tunggal bercangap atau majemuk yang tersusun spiral.
c. Bunganya uniseksual, dioecious, terkadang hermaprodit atau
uniseksual dan monoecious.
d. Buahnya berupa beri dan bijinya memiliki endosperm.
Contohnya padapepaya atau Carica papaya, (Sudarsono, dkk, 2005).
2) Suku Cucurbitaceae
a. Berupa herba memanjat
b. Bunga berkelipatan 5
c. Ovarium inferior
d. Buahnya terkadang berupa kapsul
e. Biji tanpa endosperm
Contohnya pada mentimun atau Cucumis sativus, (Sudarsono, dkk,
2005).
5. Bangsa Guttiferales
Bangsa Guttiferales terbagi menjadi dua suku yaitu suku Guttiferae atau
Clusiaceae dan suku Theaceae
1) Suku Guttiferae
a. Berupa pohon atau semak yang bergetah
b. Daun tunggal berhadapan
c. Jumlah sepala dan petala 4
d. Berupa buah bakata atau drupa
e. Bunga bersimetri banyak
250
Carryophyllales
terbagi
menjadi
dua
suku
yaitu
suku
e. Ovarium berkapela
f. Berupa buah aksen
g. Biji memiliki endosperm
Contonya pada bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) (Sudarsono,
dkk, 2005).
7. Bangsa Piperales
Bangsa piperales hanya terdiri dari satu suku yaitu suku Piperaceae
Suku Piperaceae
a. Daunnnya berseling
b. Bunganya kecil
c. Ovarium superior
d. Bijinya mengandung endosperm atau perisperm
Contohnya lada ( Piper nigrum), (Sudarsono, dkk, 2005).
9. Bangsa Malvales
Ciri khas, pada bunga terdapat Columna
perlekatan
253
254
Sandoricum
kokosan),
koetjape
(kecapi,
sentul),
Cedrella
odorata
(kayu
sadar)
dan
Dysoxylum
macrocarpum (mentaos).
3) Suku Euphorbiaceae
Euphorbiaceae (suku getah-getahan). Merupakan tumbuhan herba,
berkayu, dan bergetah. Batangnya menjalar atau membelit. Contoh :
Ricinus comunis L. Dan Hevea brasiliensis (karet). Ciri-cirinya
sebagai berikut :
a. Pohon/semak bergetah
b. Daun tunggal
c. Daun berseling
d. Bunga uniseksual
255
12.
Bangsa Sapindales
1) Suku Sapindaceae
Sapindaceae sering disebut sebagai suku soapberry, merupaan
salah satu jenis tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yang masuk
dalam ordo atau bangsa Sapindales. Suku ini terdiri dari 1400-2000
spesies yang masuk dalam 140-150 genus. Spesies-spesies anggota
Sapindaceae tersebar di daerah beriklim tropis.
Kebanyakan spesies anggota Sapindaceae berupa semak, perdu, atau
pohon, kadang-kadang berupa liana dengan alat-alat pembelit. Daun
tunggal atau majemuk menyirip tunggal atau berganda, duduk daun
tersebar, jarang berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga
banci, berkelamin tunggal, atau poligam, seringkali berumah dua,
tersusun atas dalam rangkaian yang bermacam-macam, biasanya
berbentuk malai, zigomorf dengan bidang simetri miring. Contonya
adalah Pometia pinnata (Matoa), Litchi chinensis (Leci), Dimocarpus
longan (Kelengkeng) dan lain-lain (Sudarsono, dkk, 2005: 136).
2) Suku Anarcadiaceae
Anacardiaceae adalah saah satu famili dalam tumbuhan yang
mempunyai kerajaan plantae, ordo sapindeles. Family Anacardiaceae
merupakan tumbuhan yang memiliki ciri-ciri habitus perdu, pohon.
Daun tunggalatau mejemuk, tersebar. Bunga mejemuk; biseksual atau
uniseksual; pentamer; stamen 5-10, seringterdapat staminodium;
terdapat diskus bentuk cincin dekat stamen; ovarium superum atau
semiinferumdengan 1-5 karpel, ruang sejumlah karpel, 1-2 ovul tiap
ruang. Buah tunggal; drupa. Contoh : Mangiferaindica. Habitus perdu
atau pohon, buah tunggal berupa drupa, bunga majemuk bisa
biseksual ataupununiseksual. Contohnya Mangifera indica (mangga)
(Sudarsono, dkk, 2005: 136).
256
257
bermacam-macam,
jarang
hanya
beruang
satu,biji
Suku Composite
Suku ini merupakan suku dengan marga paling banyak, ditaksir
sampai sekitar 14.000 jenis dengan kurang lebih 1.000 marga tersebar
di seuruh dunia. Banyak di antara anggota-anggotanya yang
mempunyai buluh-buluh getah yang beruas atau kelanjar-kelenjar
minyak. Banyak jenis-jenis yang bermanfaat, sebagai penghasil
tanaman obat, sebagai tanaman hias, penghasil bunga potong. Suku ini
memilki ciri-ciri, yaitu:
a. Habitus Kebanyakan berupa terna, semak, atau perdu, jarang sekali
berupa pohon.
b. Daun tunggal, kadang-kadang berbagi sangat dalam hingga
menyerupai daun majemuk, duduknya berhadapan, jarang tersebar,
kebanyakan tanpa daun penumpu.
c. Bunga meupakan bunga cawan atau bongkol atau seperti bulir
pendek dengan daun-daun pembalut bersama untuk seluruh
rangkaian bunga.
d. Pembalut masing-masing bunga biasanya tereduksi berupa sisiksisik.
258
Suku Camelliaceae
Semak perdu, atau pohon dengan daun tunggal yang tersebar tanpa
daun penumpu. Bunga biasanya terpisah-pisah, jarang tersusun
sebagai malai atau rangkain yang bersifat rasemos, aktinomorf, banci,
jarang berkelamin tunggal. Daun kelopak berjumlah 4 banyak,
kadang-kadang berlekatan pada pangkalnya. Benang sari banyak,
kadang-kadang
tersusun
bergerombol-geromol.
Bakal
buah
endosprem,
lembaga
lirus
atau
bengkok.
Suku ini meliputi 400 jenis terbagi dalam lebih dari 20 marga,
kebanyakan di daerah tropika dan subtropika. Beberapa contoh :
Camelia (Thea): C. sinensi (teh cina), C. assamica (teh asam), C.
japonica. (Sudarsono, dkk, 2005: 138).
259
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa k arena banyaknya
spesies
yang
terkandung
dalam
tanaman
Angiospermae
maka
Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah Klasifikasi
Tumbuhan Angiospermae Dikotil masih memiliki banyak kekurangan.
Untuk penyusunan makalah selanjutnya kami dapat menyarankan untuk
memperkaya sumber tinjauan pustaka yang digunakan karena dalam tiap
buku memiliki sistem pengelompokan yang berbeda pula.
260
Daftar pustaka
261
Lampiran
Penyerbukan dibantu
kumbang
Penyerbukan dibantu
kelelawar
Contoh Suku
Magnoliceae
262
Contoh suku
Cucurbitaceae
Contoh suku
Euphorbiaceae
Contoh suku
Umbelliferae (Apiaceae)
264
Angiospermae Monokotil
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Tumbuhan)
Disusun oleh:
1. Andi Prasetyo
14304241033
14304241034
265
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar tumbuhan yang kita jumpai dewasa ini termasuk
dalam Angiospermae yang merupakan kelompok tumbuhan yang
mendominasi daratan lebih dari 100 juta tahun yang lalu meliputi 235.000
spesies tumbuhan berbunga. Sebagian besar makanan yang kita konsumsi
berasal dari tumbuhan berbunga dapat berupa akar misalnya wortel,
kangkung, buah-buahan misalnya apel, mangga, pisang, pepaya; buah dan
biji Leguminosae, buah kariopsis dari Graminae misalnya padi dan jagung.
Angiospermae dibedakan ke dalam dua kelas berdasarkan jumlah
kotiledonnya, yakni monokotil dan dikotil.
Monokotil meliputi sekitar 65.000 spesies, termasuk di dalamnya
tumbuhan Graminae, anggrek, palem, bambu dan lain-lain. Daun, batang,
bunga dan akar monokotil bersifat spesifik. Sebagian besar monokotil
memiliki pertulangan daun sejajar, batang dengan berkas pembuluh
tersebar; daun mahkota bunga 3 atau kelipatannya, dan memiliki akar
serabut.
B. Tujuan
1.
2.
266
BAB II
PEMBAHASAN
Tumbuhan
biji
merupakan golongan
tumbuhan
dengan tingkat
Amfimiksis
Apomiksis
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan perkembangan
talus
talus
Peralihan
kormus
Kormus
Jmlh sel
uniselular Uniselular, multiselular multiselular multiselular
pnysun tubuh
multiselular
Diferensiasi Belum jelas
sel
adanya inti
& plastida
Perkembangbi
akan
aseksual
Inti jelas,
Inti &
Inti & plastid
Inti &
plastid
plastid jelas
jelas
plastid jelas
beraneka
ragam/tidak
ada
Aseksual & Aseksual & Aseksual & Aseksual &
seksual
seksual
seksual
seksual
Alat
Sel anakan Sel anakan,
Bagian Bagian tubuh, Bagian
prkmbangbiak
spora
tubuh, spora
spora
tubuh, biji
an
metagenesis
Blm ada
Sbgian
blm/sdh
ada
ada
ada
Perbandingan
G&S
G=S, G>S,
G<S
G>S
G<S
G<S
267
Hubungan
G&S
Terpisah, G
S
S mula-mula G tumbuh &
menumpang menumpang
pada G,
brkembang
pada S atau
G
kmdian G
pada G
sebaliknya
mati
Dicotil
2 daun lembaga
Monokotil
1 daun
lembaga(mengalami
metamorphosis jd alat
penghisap makanan dr
endosperm)
268
Lembaga/kecam
bah
batang
Batang dr ujung-pucuk
sprit kerucut
pnjng,bercabang,buku&ru
as tidak jelas
Batang dr ujung-pucuk
sama besar, tidak
bercabang, buku&ruas
batang tampak jelas
daun
Daun
tunggal/majemuk,disertai
daun penumpu,jarang ada
upih
bunga
anatomi
Berkas pemb.pengkt
koateral
terbuka/bikolateral, pd
akar berkas
pengangkutnya semula
radial, setelah terjadi
pertumb. Sekunder jd
kolateral terbuka
Berkas pemb.pengkt
kolateral tertutup, berkas
pemb.pengkt pada akar
dr semula ttp radial
Benang sari 6, bakal buah menumpang berjumlah 3-6 masingmasing berisi 2-banyak bakal biji
b. Famili Potamogetonaceae
270
c. Famili Najadaceae
d. Famili Scheuchzeriaceae
Terna air parenial dengan rimpang pada dasar, batang tegak dan
daun-daun bangun lanset dengan upih yang membalut batang dan
lidah-lidah pada batas upih & daun
Benang sari 6-8 bebas, putik terdiri dari 3-6 bakal buah
menumpang masing-masing berisi 2 bakal biji
e. Famili Alismataceae
f. Famili Butomaceae
g. Famili Hydrocharitaceae
2. Ordo Triuridales
Terdiri dari 1 suku Triuridaceae dengan ciri-ciri:
272
Tenda bunga mirip mahkota 3-8 segmen, benang sari 2-6 tertanam
pada pangkal tenga bunga, 1 putik dengan 1bakal biji
Memiliki endosperma
3. Ordo Bromeliales
a.
b.
c.
d.
fam. Restionaceae
a) Terna perennial dengan rimpang dibalut oleh upih yang serupa
sisik dengan batang pendukung bunga yang tegak
b) Bunga dalam ketiak daun pelindung terangkai sebagai bulir
atau malai
c) Berkelamin tunggal dan berumah 2
d) Buahnya berupa buah kendaga
e) Terdiri dari 20 genus dan 300 jenis
f) Contoh: Anathria prolifera
fam. Mayacaceae
a) Terna rawa-rawa, dengan daun bentuk pita pendek
273
fam. Xyridaceae
a) Daun merupakan rozet akar, panjang mirip daun rumput
dimana batang pendukung bunga panjang dengan bunga yang
tersusun sebagai bulir rapat pada ketiak daun pelindung
b) Bunga banci yang zigomorf
c) Terdiri dari 2 genus yang meliputi 200 jenis
d) Contoh: Xyris indica
fam. Eriocaulaceae
a) Daun seperti daun rumput,sempit memanjang tersusun sebagai
rozet akar
b) Bunga kecil berkelamin tunggal tersusun dalam bonggol yang
terdapat pada ujung tangkai yang panjang
c) Famili ini terdiri dari 12 genus yang meliputi 1000 jenis
d) Contoh: Eriocaulon cinereum
fam. Bromeliaceae
a) Sebagian besar berupa epifit,berupa tumbuhan besar dengan
batang yang agak panjang, daun tebal memanjang dengan
rambut-rambut berbentuk sisik, tepi dengan rigi berbentuk
duri dengan upih lebar membentuk rozet akar
b) Bunga banci tersusun dalam bulir pada sumbu pendukung
bunga yang terdapat daun peralihan yang berwarna
c) Buahnya berdaging tidak membuka
d) Terdiri dari 50 genus yang meliputi 1000 species
e) Contoh: Ananas comosus (nanas)
274
fam. Commelinaceae
a) Batang jelas berbuku-buku dengan upih yang tipis seperti
selaput
b) Bunga banci aktinomorf yang memiliki 3 daun kelopak
berwarna dan 3 daun mahkota dengan kepala sari berbentuk
bongkol atau berbagi 3
c) Terdiri dari 40 genus yang meliputi 6000 jenis
d) Contoh: Rhoeo discolor
fam. Pontederiaceae
a) Tanaman air, berakar pada dasar atau mengapung
b) Daun dengan helaian lebar bertulang melengkung pada
pangkal ada upih dan membentuk rozet
c) Bunga banci yang tersusun dalam malai yang terdapat pada
ketiak suatu daun pelindung
d) Terdiri dari 6-7 genus yang meliputi 25 species
e) Contoh: Eichhornia crassipes (eceng gondok)
4. Ordo Liliales
a. Daun tersebar pada batang atau yang merupakan rozet akar
b. Buunga banci aktinomorf, zigomorf. Tenda bunga berbilang 3, benang
sari 6 dengan bakal buah menumpang dan tenggelam
c. Buah buni/kendaga, biji dengan endosperm berdaging
d. Di bagi dalam:
Famili Amarylidaceae
a) Tanaman dengan umbi lapis jarang dengan rimpang
b) Daun pipih panjang tersusun sebagai rozet akar atau batang
c) Bunga banci yang amat menarik tersusun sebagai tandan
dengan hiasan bunga berupa tenda bunga yang menyerupai
mahkota yang tersusun dalam 2 lingkaran, bakal buahnya
tenggelam
d) Meliputi 100 genus yang terdiri dari 1400 jenis
e) Contoh: Crinum asiantum (bakung)
275
Famili Velloziaceae
a) Tumbuhan berkayu dengan batang tebal, batang tertutup oleh
sisa daun yang gugur
b) Daun sempit memanjang berujung meruncing tersusun sebagai
rozet batang
c) Bunga terpisah-pisah pada tangkai yang panjang yang
berwarna menarik
d) Terdiri dari 2 genus yang meliputi 170 jenis
e) Contoh: Barbacenia umbrosa
Famili Iridaceae
a) Akar-akar yang tumbuh dari rimpang
b) Daun pipih memanjang tersusun sebagai rozet akar
c) Bunga banci yang tampak indah dan menarik
d) Terdiri dari 60 genus yang meliputi 1500 jenis
e) Contoh: Freesia refracta
Famili Taccaceae
a) Rimpang merayap berbentuk ubi
b) Daun besar tunggal atau bergigi tersusun sebagai rozet akar
c) Bunga banci aktinomorf tersusun dalam bunga majemuk
berbentuk payung pada ujung tangkai bunga yang tidak
berdaun
d) Terdiri dari 2 marga dengan 30 jenis
e) Contoh: Tacca cristata
Famili Dioscoreaceae
a) Tanaman memanjat dengan rimpang atau umbi dalam tanah
b) Daun tunggal bangun jantung atau anak panah
c) Bunga berkelamin tunggal tersusun dalam rangkaian berupa
malai
d) Terdiri dari 10 genus yang meliputi 650 jenis
e) Contoh: Dioscorea hispida
276
Famili Juncaceae
a) Tanaman mirip rumput atau mending, jarang berupa semak
kebanyakan mempunyai rimpang. Jarang mempunyai batang di
atas tanah
b) Daun sempit panjang bangun silinder seperti pada daun rumput
yang mempunyai upih pada ujungnya kebanyakan sebagai
rozet akar
c) Bunga banci aktinomorf terangkai dalam berbagai susunn
d) Terdiri dari 8 genus dan meliputi 300 jenis
e) Contoh: Marsippospermum gracile
Famili Burmanniaceae
a) Tanaman saprofit, dengan atau tanpa daun kadang-kadang
punya rimpang
b) Batang dengan daun kecil seperti sisik yang tersebar dan jenis
yang bukan saprofit memiliki rozet akar
c) Terdiri dari 17 genus yang meliputi 100 jenis
d) Contoh: Burmannia bicolor
Famili liliaceae
a) Tanaman dengan umbi lapis, kadang semak atau perdu berupa
tumbuhan memanjat
b) Daun tunggal tersebar pada batang atau terkumpul pada rozet
akar
c) Bunga kecil sampai dengan besar dan amat menarik,
kebanyakan banci aktinomorf
d) Terdiri dari 240 genus yang meliputi 4000 jenis
e) Contoh: Allium ascalonicum
5. Ordo Cyperales
Hanya terdiri dari 1 suku Cyperaceae dengan ciri-cirinya:
6. Ordo Poales
Terdiri dari 1 suku Poaceae atau Graminae
Batang ada yang tumbuh tegak lurus, serong ke atas, berbaring atau
merayap dengan rimpang dalam tanah
Bentuk batang silinder panjang dengan ruas dan buku jelas terlihat
7. Ordo Zingiberales
a. Tanaman memiliki rimpang/ batang dalam tanah
b. Daun terdiri dari helaian,tangkai,upih
278
Famili Marantaceae
a) Membentuk rimpang merayap, di atas tanah terdapat batang
nyata atau tidak
b) Daun dalam 2 baris berupa upih terbuka ,lamina dan tangkai
tampak sebagai rozet akar. Tangkai daun silinder menebal
pada batas dengan helaian, seringkali bersayap
c) Bunga banci, ada kalanya bunga muncul dari rimpang. Hiasan
bunga dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota dengan
masing-masing 3 daun kelopak yang bebas dan 3 daun
mahkota yang tidak sama besar & berlekatan
d) Membawahi 30 genus dan 350 jenis
e) Contoh: Maranta arundinaceae
8. Ordo Orchidales
a. Sebagai epifit, saprofit atau terestial
b. Daun agak tebal berdaging
c. Buah kendaga yang jika masak pecah dengan mengeluarkan biji-biji
kecil seperti serbuk
d. Biji tanpa endosperm, lembaga belum sempurna
e. Terdiri dari 2 family:
Familia Apostasiaceae
a) Tanaman terestial dengan rimpang pendek dan batang tidak
bercabang
280
Famili Arecaceae
a) Semak,pohon atau liana dengan batang amat pendek hamper
tidak ada atau tinggi besar
281
Famili Araceae
a) Tanaman dengan getah yang cair, di dalam tanah mempunyai
rimpang yang memanjang seperti umbi, kadang-kadang
memanjat jarang dengan batang berkayu
b) Daun tidak banyak, kadang-kadang baru terbentuk setelah
keluar bunga kebanyakan tersusun sebagai rozet akar
c) Helaian daun bangun jantung atau perisai dengan tangkai
pada pangkal berubah jadi upih
d) Bunga yang banci semua sama, bunga jantan terletak di
bagian atas tongkol dan bunga betina di bagian bawahnya
e) Terdiri dari 100 genus yang meliputi 1500 jenis
f) Contoh: Colocasia esculenta (talas)
Famili Chyclantaceae
a) Habitus mirip palma, batang pendek atau tidak ada, kadang
memanjat dan jadi setengah epifit dan mempunyai getah cair
seperti susu
b) Daun berbentuk kipas bertepi rata, berlekuk
c) Bunga berumah 1 tersusun sebagai tongkol
d) Buahnya buah buni yang berisi banyak biji
e) Terdiri dari 6 genus yang meliputi 40 jenis
f)
Famili Lemnaceae
a) Tanaman air perennial, kecil mengapung atau tenggelam.
Tanpa batas yang nyata antaar batang dan daunnya, dengan
akar-akar seperti benang atau tanpa akar yang kesemuanya
282
284
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kelas monokotil dibagi menjadi 10 ordo yaitu
a. Ordo Alismatales
1.
Famili Aponogetonaceae
2.
Famili Potamogetonaceae
3.
Famili Najadaceae
4.
Famili Scheuchzeriaceae
5.
Famili Alismataceae
6.
Famili Butomaceae
7.
Famili Hydrocharitaceae
b. Ordo Triuridales
1.
suku Triuridaceae
c. Ordo Bromeliales
1.
fam. Flagellariaceae
2.
fam. Restionaceae
3.
fam. Mayacaceae
4.
fam. Xyridaceae
5.
fam. Eriocaulaceae
6.
fam. Bromeliaceae
7.
fam. Commelinaceae
8.
fam. Pontederiaceae
d. Ordo Liliales
1.
Famili Amarylidaceae
2.
Famili Velloziaceae
3.
Famili Iridaceae
4.
Famili Taccaceae
5.
Famili Dioscoreaceae
6.
Famili Juncaceae
285
7.
Famili Burmanniaceae
8.
Famili liliaceae
e. Ordo Cyperales
Suku Cyperaceae
f. Ordo Poales
Suku Graminae
g. Ordo Zingiberales
1.
Famili Zingiberaceae
2.
Famili Musaceae
3.
Famili Canaceae
4.
Famili Marantaceae
h. Ordo Orchidales
1.
Familia Apostasiaceae
2.
Familia Orchidaceae
i. Ordo Arecales
1.
Famili Arecaceae
2.
Famili Araceae
3.
Famili Chyclantaceae
4.
Famili Lemnaceae
j. Ordo pandanales
1.
Famili Pandanaceae
2.
Famili Sparganiaceae
3.
Famili Thypaceae
b.
286
DAFTAR PUSTAKA
287
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam kumpulan makalah Keanekaragaman Tumbuhan, Materi yang
dibahas meliputi:
- Ruang Lingkup Keanekaragaman Tumbuhan
- Keanekaragaman Organisme Kehidupan dan Taksonomi
- Keanekaragaman Tumbuhan berdasarkan Letak Lintang dan Ketinggian
- Sumber Variasi
- Seleksi, Adaptasi, Modifikasi, Isolasi, Spesiasi dan Evolusi
- Pusat-pusat Keanekaragaman di Dunia
- Klasifikasi Tumbuhan
- Identifikasi dan Tatanama Tumbuhan
- Alga Gandar, Alga Karang dan Alga Hijau-Biru
- Alga (Diatome, Phaeophyceae, Rodhophyceae)
- Lumut (Bryophyta)
- Paku (Pterydophyta)
- Gymnospermae
- Angiospermae Dikotil
- Angiospermae Monokotil
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah, kami sadar akan adanya kekurangan.
Oleh karena itu, agar mahasiswa dapat memperoleh hasil pengamatan
yang lebih baik, ada beberapa saran yang kami anjurkan, antara lain:
Mahasiswa lebih teliti, lebih jeli, lebih rajin dalam mencari kajian pustaka
mengenai materi-materi Keanekaragaman Tumbuhan.
288