Anda di halaman 1dari 9

Nama

NPM
Matkul
Kelas

: Ria Sri Rahayu


: 15-091
: Fisiologi Manusia
: Biomedik B (selasa)

I. PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA


ORANG
II. TUJUAN LATIHAN
A. Mempelajari

penggunaan

spygmomanometer

dalam

pengukuran

tekanan daraharteri brachialis dengan cara aukultasi dan palpasi, dan


menerangkan perbedaan hasil kedua pengukuran tersebut
B. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah pada berbagai sikap:
berbaring, duduk, dan berdiri, dan menguraikan berbagai faktor
penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah pada ketiga sikap
tersebut
C. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah
kerja otot, dan menjelaskan berbagai faktor penyebab perubahan
tekanan darahsebelum dan sesudah kerja otot
III. DASAR TEORI
Tekanan

darah

adalah

daya

yang

dihasilkan

oleh

darah

terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton,2006 :172). Tekanan


darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung terhadap
dinding arteri. Pada manusia, darah dipompa melalui dua sistem sirkulasi
terpisah dalam jantung yaitu sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik.
Ventrikel kanan jantung memompa darah yang kurang O2

ke paru-paru

melalui sirkulasi pulmonal di mana CO2 dilepaskan dan O2 masuk ke darah.


Darah yang mengandung O2 kembali ke sisi kiri jantung dan dipompa keluar
dari ventrikel kiri menuju aorta melalui sirkulasi sistemik di mana O2 akan
dipasok ke seluruh tubuh. Darah mengandung O2

akan melewati arteri

menuju jaringan tubuh, sementara darah kurang O2 akan melewati vena


dari jaringan tubuh menuju ke jantung. Tekanan darah diukur dalam
milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda yaitu
tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik (Amirudin, M.A, dkk,
2015,126).
Tekanan darah sistolik terjadi ketika ventrikel berkontraksi dan
mengeluarkan darah ke arteri sedangkan tekanan darah diastolik terjadi
ketika ventrikel berelaksasi dan terisi dengan darah dari atrium. Tekanan

darah rata-rata orang dewasa muda yang sehat (sekitar 20 tahun) adalah
120/80 mmHg. Nilai pertama (120) merupakan sistolik dan nilai kedua (80)
merupakan tekanan darah diastolik. Untuk mengukur tekanan darah, dapat
menggunakan spigmomanometer yang ditempatkan di atas arteri brakialis
pada lengan (Amirudin, M.A, dkk, 2015,126).
World Health Organization/International Asociety of Hypertension
menjelaskan bahwa Tekanan Darah harus diukur secara rutin pada posisi
duduk, berbaring atau berdiri dengan syarat lengan sejajar dengan jantung.
Hasilnya menunjukan bahwa pengukuran tekanan darah yang diukur dalam
posisi duduk atau berbaring menmberikan hasil yang sepadan. Namun
pengukuran pada lengan atas kanan dibanding lengan atas kiri belum ada
dilakukan penelitiannya (Khorsid et al, 2007).
Faktor Faktor Tekanan Darah
A. Faktor Jenis Kelamin
Terdapat beberapa penelitian yang mengungkapkan perbedaan jenis
kelamin berpengaruh terhadap kerja sistem kardioaskuler. Dibandingkan
dengan laki-laki dengan

usia

yang

sama,

wanita

premenopause

memiliki massa ventriKel kiri jantung yang lebih kecil terhadap body
mass ratio, yang mungkin mencerminkan afterload jantung yang lebih
rendah pada wanita. Hal ini mungkin akibat dari tekanan darah arteri yang
lebih rendah, kemampuan complince aorta yang lebih besar dan
kemampuan

peningkatan

penginduksian

mekanisme

vasodilatasi.

Perbedaan ini dianggap berhubungan dengan efek protektif estrogen


dan mungkin

dapat

menjelaskan

premenopause

memiliki resiko

kardiovaskular.

Tetapi,

lebih

mengapa
rendah

pada

wanita

menderita

penyakit

setelah menopause perbedaan jenis kelamin

tidak akan berpengaruh pada kemungkinan terderitanya


kardiovaskular. Hal

ini

mungkin

disebabkan

penyakit

karena berkurangnya

jumlah estrogen pada wanita yang sudah menopause.


B. Faktor Gravitasi
Tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cm di
bawah jantung karena pengaruh gravitasi. Di atas jantung, tekanan darah
akan menurun dengan jumlah yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri,
maka tekanan darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90

mmHg di otak. Dalam keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama
(Green, 2008 dalam Anggita, 2012).
Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan
duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg.
Karena tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi
perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang
mempengaruhi setiap atau dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup
ditentukan oleh kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke
jantung.
C. Berbaring
Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih
sedikit dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini
disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan
berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke
jantung melalui pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung
lebih banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap
denyutnya. Hal ini berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya
untuk memenuhi kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi
lebih sedikit. Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung
secara mudah tanpa harus

melawan

kekuatan

gravitasi.

Terlihat

bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara
linier dan mencapai nilai tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal.
VO2 max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh
manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Pada posisi
berbaring, dalam keadaan istirahat isi sekuncup mendekati nilai maksimal
sedangkan pada kerja terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai
pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat hampir sama dengan nilai
maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Jumlah
isi sekuncup pada orang dewasa laki-laki mempunyai variasi antara 70 -100 ml. Makin besar intensitas
kapasitas

kerja)

makin

sedikit

kerja

(melebihi

isi sekuncup;

batas
hal

ini

85%

dari

disebabkan

memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi denyut jantung


yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka siklus jantung hanya
berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole merupakan
bagian dari 0,3 detik tersebut) (Guyton, 2002 dalam Anggita, 2012).

D. Berdiri
Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena
darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang
mungkin menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak
ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi
berdiri. Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada
pembuluh capacitance

vena anggota tubuh bagian bawah dan isi

sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka


waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan
menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai
bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot
menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena
cukup (Ganong, 2002 dalam Anggita, 2012 ).
Pada posisi berdiri, pengumpulan

darah

di

vena

lebih

banyak. Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang
ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke
jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan
kemungkinan tekanan darah akan turun. Jantung memompa darah ke
seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke seluruh bagian tubuh dan
kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan untuk
kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu
perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena
ke bawah dari kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari
kaki ke jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat
mengalir kembali ke jantung. Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja
kurang kuat, maka darah yang

kembali

ke

jantung

berkurang,

memompanya berkurang, sehingga pembagian darah ke sel tubuh pun


ikut berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu
menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun.
Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke
bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung
sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan
tekanan

menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2002 dalam Anggita,

2012).

E. Duduk
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung
stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor
simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara
serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot

rangka

tubuh,

terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus


dasar

otot-otot

tersebut

yang

menekan

seluruh

vena cadangan

abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler


abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi
jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini
disebut

refleks kompresi abdomen (Guyton dan Hall, 2002 dalam

Anggita, 2012).
Pada beberapa individu terutama orang tua, perubahan posisi
yang cepat misalnya dari berbaring ke berdiri bisa menyebabkan tubuh
menjadi pusing atau bahkan

pingsan.

Karena

gerakan

cepat

ini

membuat jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke otak.


Saat terjatuh atau pingsan sebaiknya berada dalam posisi berbaring,
yang mana merupakan posisi menguntungkan bagi jantung karena
efek gravitasi berkurang dan lebih banyak darah yang mengalir ke otak.
IV. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA.
A. Alat dan Bahan
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
B. Cara Kerja
1. Pengukuran Tekanan Darah Arteri brachialis pada sikap berbaring,
duduk, dan berdiri.
Berbaring
a. Orang percobaan (OP) berbaring terlentang dengan tenang
selama 10 menit
b. Selama menunggu pasanglah manset sphygmomanometer pada
lengan kanan atas OP.
c. Carilah dengan palpasi denyut arteria brachialis pada fosa cubiti
dan denyut arteria radialis pada pergelangan tangan OP
d. Setelah OP berbaring 10 menit pompakan udara ke daam manst
hingga kira-kira 20-40 mmHg di atas nilai normal, kemudian
secara perlahan-lahan udara dikeluarkan hingga terdengar fasefase korotkoff (LUB-DUP). Tetapkanlah nilai-nilai tekanan sistole
(secara auskultasi maupun palpasi). Dan tekanan diastolenya.

Ulangi pengukuran ini sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai


rata-rata dan catatlah hasilnya.
Duduk
e. Tanpa melepaskan manset OP disuruh duduk. Setelah ditunggu 3
menit ukurlah lagi tekanan darah arteria brachialisnya dengan
cara yang sama. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kaliuntuk
mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.
Berdiri
f.

Tanpa melepaskan manset OP disuruh berdiri. Setelah ditunggu 3


menit ukurlah lagi tekanan darah arteria brachialis dengan cara
yang

sama.

Ulangi

pengukuran

sebanyak

kali

untuk

mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.


2. Pengukuran Tekanan Darah Sesudah Kerja Otot
a. Ukurlah tekanan darah arteria brachialis OP pada sikap duduk
(OP tidak perlu sama dengan yang pertama).
b. Tanpa melepaskan manset seluruhnya OP berlari di tempat
dengan frekuensi kurang lebih 20 loncatan/menit selama 2 menit.
Segera setelah selesai OP disuruh duduk dan ukur tekanan
darahnya. Ulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai
tekanan

darahnya

kembali

seperti

semula.

Catat

hasil

pengukuran tersebut.
V. HASIL PERCOBAAN
(Hasil Terlampir)
VI. PEMBAHASAN
Posisi tubuh mempengaruhi tekanan darah karena berhubungan
dengan efek gravitasi. Pada kondisi berbaring, gaya gravitasi mempengaruhi
seluruh tubuh secara uniform. Pada posisi tegak, selain akibat kontraksi
jantung, pembuluh

darah

di

bawah

jantung

mendapat

beban

tambahan akibat perbedaan tinggi tingkat jantung dan pembuluh. Karena


peningkatan tekanan ini, darah mengumpul dalam pembuluh pengumpul
venosa di ekstremitas bawah sehingga isi sekuncup berkurang. Selain itu
cairan berkumpul dalam ruang interstisium akibat peningkatan tekanan
hidrostatik dalam kapiler menyebabkan edema. Perbedaan hasil penelitian
ini kemungkinan diakibatkan oleh faktor usia karena kelompok subyek yang
diteliti oleh mereka adalah kelompok mahasiswa muda yang usianya

berkisar antara 20-22 tahun yang masih berpotensi bebas dari risiko
hipertensi primer.
Terdapat dua mekanisme kompensasi yang menanggulangi efek
gravitasi ini:
A. Refleks

baroreseptor (keseimbangan

aktivitas

sistem

simpatis-

parasimpatis).
Baroreseptor/proreseptor berada pada dinding sinus karotis dan
arkus aorta. Baroreseptor dirangsang oleh peningkatan tekanan dalam
pembuluh. Sinyal dari sinus karotis melewati saraf Hering ke saraf
glosofaringeal kemudian melewati traktus solitarius di medula batang
otak. Sinyal dari arkus aorta melewati nervus vagus ke area yang sama
di batang otak. Sinyal sekunder dari traktus solitarius medula kemudian
menghambat pusat vasokonstriktor di medula dan merangsang pusat
vagus, menyebabkan:
1. vasodilatasi di seluruh sistem sirkulasi perifer
2. berkurangnya frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi
jantung.
Penurunan tekanan darah menyebabkan efek sebaliknya. Tekanan yang
menurun

menyebabkan

baroreseptor

menjadi

inaktif.

Terjadi

vasokonstriksi dan peningkatan curah jantung. Selain itu terjadi


peningkatan kadar renin dan aldosteron dalam darah yang membantu
mempertahankan tekanan darah ke tingat semula dengan meningkatkan
volume darah melalui retensi urin.
B. Kompensasi sirkulasi serebrum
Saat tekanan arteri menurun 20-40 mmHg, tekanan vena
jugularis hanya menurun 5-8 mmHg sehingga mengurangi penurunan
tekanan perfusi (tekanan arteri-vena). Resistensi vaskular serebrum
berkurang karena tekanan intrakranium menurun seiring penurunan
tekanan

vena,

sehingga

tekanan

pada

pembuluh

serebrum

menurun. Penurunan aliran darah serebrum menyebabkan perubahan


metabolik lokal yang meningkatkan vasodilatasi pembuluh serebrum.
Dengan mekanisme autoregulasi ini, aliran darah serebrum hanya turun
20% pada posisi berdiri dan jumlah penyerapan O2 per satuan darah
meningkat, sehingga konsumsi O2 pada keadaan berbaring dan berdiri
adalah sama.
C. Pompa otot rangka

Aktivitas otot rangka menekan pembuluh darah, membagi-bagi


kolom darah sehingga beban tambahan dari berat kolom darah
berkurang dan mendorong darah kembali ke atrium, meningkatkan
venous return, kekuatan kontraksi jantung dan tekanan arteri. Jadi
sebenarnya masih dalam batas normal ketika Anda merasa pusing saat
perubahan posisi dari tidur ke tegak bila dilakukan secara langsung,
tetapi pusing yang diasakan seharusnya hanya berlangsung beberapa
detik saja. Bila perubahan pusing ini berlangsung bermenit-menit
mungkin Anda harus membaca mengenai artikel hipotensi ortostatik atau
vertigo.
VII.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan

diatas

dapat

disimpulkan

bahwatekanan darah dapat dipengaruhi dari faktor posisi tubuh, seperti


berdiri, duduk dan berbaring, dari ketiga posisi tersebut diperoleh hasil
yang berbeda baik sistole maupun diastole. Tekanan darha tertinggi
diperoleh dari posisi berdiri,hal ini disebabkan karena adanya gravitasi
yang menyebabkan aliran darah dapat mengalir dengan tekanan yang
lebuh tinggi.
B. Saran
Dari pembahasan tersebut disarankan agar ketika melakukan
tekanan darah hendaklah ada pada posisi yang tepat dengan kondisi
yang
VIII.

lebih

relax,

beristirahatlah

dahulu

sebelum

ldilakuknnya

pemeriksaan tekanan darah.


DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, MA.2015.Analisa Hasil Pengukuran Tekanan Darah Antara Posisi
Duduk Dan Posisi Berdiri Pada Mahasiswa Semester Vii (Tujuh) Ta.
2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal eBiomedik (eBm), Volume 3, Nomor 1, 126.
Guyton CA, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. 11 th ed. Jakarta: EGC
Khorshid L, Eer I, Gne UY, Demir Y. 2007. The Effect of Different Body
Positions on Blood Pressure.J ClinNurs.Volume 1.
Anggita, 2012 Faktor faktor tekanan darah dalam. http://
www.scribd.com/doc/56191664/Faktor-Jenis-Kelamin-Dan Gravitas

Anda mungkin juga menyukai