Anda di halaman 1dari 14

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2016

MAKALA
H
PROSES
INDUSTR
I KIMIA

Pembuatan Batubara Cair dengan


Menggunakan Metode Hidrogenasi

OLEH :
KELOMPOK 7
1. Andira Jamaluddin

(092 2014 0055)

2. Rahmawaty Ilham

(092 2014 0056)

3. Niswah Fadhillah Warda

(092 2014 0058)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pemilik
segala ilmu, Pemberi rahmat dan kasih sayang yang telah melimpahkan hidayah-Nya, sehingga
tugas kelompok dalam bentuk makalah ini dapat diselesaikan yang berjudul PROSES
PEMBUATAN BATUBARA CAIR MELALUI HIDROGENASI
Ucapan terimakasih yang tidak terhingga disampaikan kepada Ibu Rismawati, ST. MT
sebagai dosen mata kuliah Proses Industri Kimia, teman-teman kelompok yang telah
memperjuangkan waktu, tenaga, serta bantuan baik moril maupun materil, juga terkhusus untuk
teman-teman kelas C2 yang telah memberi masukkan dan bantuan.
Kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar tercapainya
kesempurnaan dalam makalah ini.Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi yang
membacanya.

Makassar, 15 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

i
ii

2.1 Pengertian Hidrogenasi


2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hidrogenasi

2
2
5
6
7

1
1

2.3 Katalisator Pada Proses Hidrogenasi


2.4 Pengertian Batubara

2.5 Kelebihan Batu Bara Cair


BAB III PEMBAHASAN
3.1 Sintesa
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidrogenasi adalah istilah yang merujuk pada reaksi kimia yang menghasilkan adisi
hidrogen (H2). Proses ini umumnya terdiri dari adisi sepasang atomhidrogen ke sebuah
molekul. Penggunaan katalis diperlukan agar reaksi yang berjalan efisien dan dapat
digunakan; hidrogenasi non-katalitik hanya berjalan dengan kondisi temperatur yang sangat
tinggi.Hidrogen beradisi ke ikatan rankap dua dan tiga hidrokarbon.
Oleh karena pentingnya hidrogen, banyak reaksi-reaksi terkait yang telah dikembangkan
untuk kegunaannya. Kebanyakan hidrogenasi menggunakan gas hidrogen (H2), namun ada
pula beberapa yang menggunakan sumber hidrogen alternatif; proses ini disebut hidrogenasi
transfer.

Reaksi

balik

atau

pelepasan

hidrogen

dari

sebuah

molekul

disebut

dehidrogenasi.Reaksi di mana ikatan diputuskan ketika hidrogen diadisi dikenal sebagai


hidrogenolisis. Hidrogenasi berbeda dengan protonasi atau adisi hidrida; pada hidrogenasi,
produk yang dihasilkan mempunyai muatan yang sama dengan reaktan.
Dunia memiliki cadangan minyak yang dikenal cukup untuk hanya 41 tahun, tapi
memiliki cadangan batubara hingga 155 tahun.Sementara itu, suatu kenyataan bahwa,
cadangan sumber daya energi di Indonesia saat ini sudah semakin terbatas. gas alam yang
juga merupakan salah satu sumber energi utama di Indonesia hanya memiliki cadangan yang
ekuivalen dengan masa produksi selama 35,54 tahun. Demikian pula batubara, Indonesia saat
ini hanya memiliki cadangan yang relatif terbatas, yaitu sebesar 4.968 juta ton atau 0,55%
dari total cadangan batubara dunia. Dengan tingkat produksi mencapai 120 juta ton per
tahun, diperkirakan batubara di Indonesia dapat diproduksi selama 41,43 tahun.
Menyadari hal tersebut, Pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan di bidang
pengembangan sumber energi alternatif pada awal tahun 2006 dalam kebijakan tersebut,
Pemerintah ingin mendorong peran dunia usaha dalam pengembangan bahan bakar alternatif
sebagai substitusi terhadap bahan bakar minyak. Salah satu yang diinginkan oleh Pemerintah
adalah pengembangan batu bara cair.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses reaksi hidrogenasi yang terjadi pada proses pembuatan batubara cair ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hidrogenasi


Hidrogenasi adalah istilah yang merujuk pada reaksi kimia yang menghasilkan
adisi hidrogen (H2). Proses ini umumnya terdiri dari adisi sepasang atomhidrogen ke sebuah
molekul. Penggunaan katalis diperlukan agar reaksi yang berjalan efisien dan dapat
digunakan; hidrogenasi non-katalitik hanya berjalan dengan kondisi temperatur yang sangat
tinggi.Pada hidrogenasi terjadi proses pengubahan jumlah ikatan rangkap dalam suatu asam
lemak oleh gas hidrogen (H2). Dengan hidrogenasi, terjadi penambahan atom hidrogen ke
dalam ikatan rangkap asam lemak sehingga jumlah ikatan rangkap tersebut berkurang atau
ikatan rangkapnya terlepas. Perubahan jumlah ikatan rangkap akan mengarah pada
perubahan sifat fisik dan kimia minyak. Reaksi balik atau pelepasan hidrogen dari sebuah
molekul disebut dehidrogenasi.

Gambar 2.1 Reaksi Hidrogenasi

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hidrogenasi


Hidrogenasi merupakan reaksi yang melibatkan 3 fase yang berbeda

yakni

minyak (cair), hidrogen (gas) dan katalis (padat). Reaksi terjadi pada permukaan katalis
dimana minyak dan molekul gas hidrogen diserap kemudian terjadi kontak antara keduanya.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses hidrogenasi antara lain :
a. Suhu
Hidrogenasi berjalan lebih cepat seiring dengan kenaikan suhu operasi. Kenaikan suhu
akan menurunkan kelarutan gas hidrogen dalam minyak namun meningkatkan kecepatan
reaksinya. Oleh karena itu, kenaikan suhu akan meningkatkan selektivitas, pembentukan
trans isomer dan kecepatan reaksi yang menghasilkan kurva SFC yang curam. Karena
reaksi hidrogenasi merupakan reaksi eksotermis, maka penurunan 1 (satu) iodine value
akan menaikkan suhu reaksi sebesar 1,6 oC hingga 1,7 oC. Kenaikan suhu ini akan
mempercepat reaksi hingga dicapai titik optimum. Suhu optimum beragam untuk tiap

produk, namun sebagian besar minyak mencapai titik optimumnya pada suhu maksimum
230 oC hingga 260o C.
b. Tekanan
Hidrogenasi edible fats dan oil dilakukan pada tekanan antara 0,8 hingga 4 atm. Pada
tekanan rendah, gas hidrogen yang terlarut dalam minyak tidak dapat menyelimuti
permukaan katalis sedangkan pada tekanan tinggi, gas hidrogen telah siap untuk
menjenuhkan ikatan rangkap minyak.
c. Agitasi atau pengadukan
Fungsi utama dari agitasi adalah untuk menyuplai hidrogen terlarut pada permukaan
katalis, tapi massa reaksi tersebut harus pula diaduk agar terjadi distribusi panas ataupun
pendinginan sebagai kontrol suhu dan distribusi suspensi katalis dalam minyak sebagai
penyeragaman reaksi.
d. Konsentrasi katalis
Kecepatan reaksi hidrogenasi meningkat seiring dengan peningkatan jumlah katalis
hingga suatu titik.Peningkatan kecepatan reaksi tersebut disebabkan oleh peningkatan
permukaan aktif dari katalis. Titik maksimum tercapai karena pada kadar sangat tinggi,
hidrogen tidak mampu terlarut cukup cepat untuk menyuplai jumlah katalis yang tinggi.
e. Jenis katalis
Katalis adalah suatu bahan kimia yang dapat meningkatkan laju suatu reaksi tanpa
bahan tersebut menjadi ikut terpakai; dan setelah reaksi berakhir, bahan tersebut akan
kembali ke bentuk awal tanpa terjadi perubahan kimia. Penggunaan katalis dapat
menurunkan tingkat aktivasi energi yang dibutuhkan, membuat reaksi terjadi lebih cepat
atau pada suhu yang lebih rendah.Pemilihan katalis memiliki pengaruh yang cukup kuat
terhadap kecepatan reaksi, selektivitas dan isomerisasi geometris.Jenis high-selectivity
catalyst memungkinkan penggunanya untuk mengurangi asam linolenat tanpa
menghasilkan asam stearat berlebih, sehingga diperoleh produk dengan oxidative stability
yang baik dan bertitik leleh rendah.Contohnya, katalis copper-chromite telah digunakan
dalam hidrogenasi selektif dari asam linolenat menjadi asam linoleat dalam minyak
kedelai agar diperoleh produk flavor-stable salad oil.
f. Catalyst poison
Refined oil dan gas hidrogen dapat mengandung pengotor yang dapat meracuni atau
memodifikasi katalis. Racun (poison) tersebut mengurangi konsentrasi katalis sehingga
dapat mengubah selektivitas, isomerisasi dan kecepatan reaksi. Gas hidrogen bisa
mengandung gas CO, H2S atau amoniak sedangkan refined oil bisa mengandung sabun,

senyawa sulfur, fosfatida, asam lemak bebas (FFA) ataupun senyawa lain yang dapat
mengubah katalis. Pengotor sulfur misalnya, terutama mempengaruhi aktivitas yang
mempercepat isomerisasi dengan menghambat kapasitas dari katalis nikel untuk
menyerap dan memecah hidrogen. Fosfor dalam bentuk fosfatida dan sabun
mempengaruhi selektivitas dengan menutup tempat masuk pada pori katalis yang
mencegah keluarnya trigliserida dengan tingkat kejenuhan yang lebih tinggi. Moisture
dan asam lemak bebas merupakan deactivator yang dapat mengurangi kecepatan reaksi
hidrogenasi karena bereaksi secara kimia dengan katalis membentuk nickel soaps.
g. Katalis logam mulia.
Logam mulia seperti platinum, palladium, ruthenium, rhodium, Au, Ag, baik tunggal
atau

kombinasi

merupakan

jenis

katalis

yang

banyak dipergunakan sebagai

katalis.Keuntungan penggunaan katalis logam mulia karena memiliki tingkat aktivitas


yang tinggi, selektifitas yang baik, dan daya tahan yang baik sehingga jangka waktu
penggantiannya lama.
Platinum: merupakan katalis logam mulia yang paling banyak dipergunakan. Katalis ini
memiliki aktivitas yang tinggi dalam proses hidrogenasi, dehidrogenasi, oksidasi, dll.
Ruthenium: katalis ruthenium memiliki aktivitas yang tinggi dalam hidrogenasi senyawa
karbonil alifatik dan cincin aromatik pada kondisi medium tanpa reaksi sampingan.
Rhodium: merupakan katalis yang memiliki aktivitas tinggi dalam hidrogenasi senyawa
aromatik. Katalis ini menghidrogenasi banyak senyawa aromatik pada suhu ruang dan
tekanan normal.
Iridium: meskipun katalis iridium memiliki aktivitas yang rendah dan aplikasi yang
terbatas mengingat kelangkaannya, katalis ini mulai mendapat perhatian karena sifat
reaksinya yang unik. Logam-logam lain seperti Sn, Pb, Ni, Co, Ge digunakan sebagai
promotor.Logam-logam ini dilapisi berbagai carrier/pembawa seperti alumina, silica,
zeolit dan karbon.
h. Bentuk Katalis.
Selain tergantung pada bahan katalitik, bahan promotor dan bahan pembawa
(carrier), efektifitas fungsi katalitik juga ditentukan oleh bentuk dan ukuran katalis.
Katalis dapat berbentuk pellet, granular, sarang lebah, atau serat agar memiliki kinerja
yang optimum disesuaikan dengan tahapan proses produksi yang dijalani.

i. Sumber minyak
Selektivitas hidrogenasi bergantung pada jenis asam lemak tak jenuh yang tersedia
dan jumlah asam lemak tak jenuh per trigliserida.
Dari variabel proses di atas, dapat dilihat bahwa kecepatan reaksi meningkat sejalan
dengan peningkatan suhu, tekanan, agitasi dan konsentrasi katalis. Selektivitas meningkat
seiring dengan peningkatan suhu dan berakibat sebaliknya seiring dengan kenaikan
tekanan, agitasi dan katalis.Isomerisasi ikatan rangkap meningkat seiring kenaikan suhu
tapi menurun dengan peningkatan tekanan, agitasi dan katalis.Trans isomer juga dapat
terjadi akibat penggunaan kembali (deaktivasi) katalis atau sulfur-poisoned catalyst.

2.3 Katalisator Pada Proses Hidrogenasi


Umumnya, tidak ada reaksi antara H2dengan senyawa organik yangterjadi di bawah
480C terjadi antara H2 tanpa adanya katalis logam. Katalisator untuk proses hidrogenasi
adalah platina, palladium, dan nikel. Tetapi berdasarkan pertimbangan ekonomis, hanya
nikel yang umum dipergunakan sebagai katalisator hidrogenasi.Nikel mungkin juga
mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promotor dalam hidrogenasi
minyak.Reaksi Hidrogenasi bersifat eksoterm, tetapi reaksi ini tidak berjalan secara spontan
karena energi pengaktifan sangat tinggi. Pemanasan tak dapat mensuplai energi yang cukup
untuk membawa molekul itu ke keadaan transisi; namun, reaksi akan berjalan lancar bila
ditambahkan suatu katalis.
Katalis teracuni (poisoned catalyst; yakni katalis yang teraktivasi sebagian) digunakan
untuk hidrogenasi suatu alkuna menjadi alkena, tidak terus menjadi alkana.Paladium yang
telah diolah dengan kuinolina adalah katalis teracuni yang khas.
Bagaimana cara suatu katalis hidrogeasi memudahkan jalannya suatu reaksi hidrogenasi?
Bukti eksperimen mendukung teori bahwa mula-mula hidrogen diadsorpsi pada permukaan
logam, kemudian ikatan sigma H2 terputuskan dan terbentuk ikatan logam- H. Alkena juga
teradsorpsi pada permukaan logam, dengan daya ikatan pi-nya berantaraksi dengan orbital
kosong (dari) logam itu. Molekul alkena bergerak-gerak pada permukaan logam sampai
menabrak atom hidrogen yang terikat pada logam, menjalani reaksi, dan kemudian pergi
sebagai produk hidrogenasi.Katalis hidrogenasi digolongkan menjadi dua, yaitu katalis
homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen larut dalam pelarut yang berisi substrat tak
jenuh. Katalis heterogen adalah berbentuk padat yang tersuspensi di pelarut dengan substrat

atau dengan gas substrat. Nikel mungkin juga mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang
berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak.

2.4 Pengertian Batubara


Batubara adalah kekayaan alam yang dikategorikan sebagai energy fossil terbentuk dari
proses metamorfosa yang sangat lama. Struktur kimia batubara samasekali bukan rangkaian
kovalen karbon sederhana melainkan merupakan polikondensat rumit dari gugus aromatik
dengan fungsi heterosiklik. Jumlah polikondensat yang banyak ini saling berikatan sering
disebut dengan bridge- structure. Secara optis batubara sering merupakan bongkahan
berporus tinggi dengan kadar air yang sangat bervariasi.
Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa batubara merupakan sumber bahan bakar
selain minyak bumi dan gas alam yang tak dapat terbarukan (non renewable resources).
Namun, berbeda dengan minyak bumi dan gas alam, batubara tersebar merata di seluruh
dunia dalam cadangan yang cukup besar. Sehingga batubara dimanfaatkan sebagai sumber
bahan bakar fosil utama oleh beberapa negara yang miskin sumber daya minyak/gas tetapi
memiliki cadangan

batubara yang melimpah seperti China, Amerika Serikat dan

Jepang.Permasalahan utama dalam penggunaan batubara adalah bahwa batubara merupakan


bahan bakar padat, dan membutuhkan penyalaan awal agar bisa dimanfaatkan sebagai
sumber energi langsung. Selain itu, batubara juga memiliki masalah lain seperti
membutuhkan tempat penyimpanan (stockpile) khusus setelah ditambang karena batubara
memiliki sifat reaktif jika dibiarkan di tempat terbuka dalam waktu yang lama, dan akan
segera terbakar dengan sendirinya (dikarenakan adanya volatile matters), belum lagi
permasalahan transportasi yang membutuhkan penanganan khusus.
2.5 Kelebihan Batu Bara Cair
Dalam perkembangannya, para peneliti telah melakukan berbagai terobosan teknologi
untuk menghasilkan batubara cair yang berkualitas. Dengan demikian, pengembangan batu
bara cair ini akan menjadi suatu industri yang prospektif bagi pelaku usaha untuk
berinvestasi karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain :

1. Harga produksi lebih murah, yaitu setiap barel batu bara cair

membutuhkan biaya

produksi yang tidak lebih dari US$15 per barel. Bandingkan dengan biaya produksi ratarata minyak bumi yang berlaku di dunia saat ini yang mencapai US$23 per barel.
2. Jenis batu bara yang dapat dipergunakan adalah batu bara yang berkalori rendah (low rank
coal) , yakni kurang dari 5.100 kalori, yang selama ini kurang diminati pasaran.
3. Setiap satu ton batu bara padat yang diolah dalam reaktor Bergius dapat menghasilkan 6,2
barel bahan bakar minyak sintesis berkualitas tinggi. Bahan ini dapat dipergunakan
sebagai bahan pengganti bahan bakar pesawat jet (jet fuel) , mesin diesel (diesel fuel),
serta gasoline dan bahan bakar minyak biasa.
4. Teknologi pengolahannya juga lebih ramah lingkungan. Dari pasca produksinya tidak ada
proses pembakaran, dan tidak dihasilkan gas CO2. Kalaupun menghasilkan limbah (debu
dan unsur sisa produksi lainnya), masih dapat dimanfaatkan untuk bahan baku campuran
pembuatan aspal. Bahkan sisa gas hidrogen masih laku dijual untuk dimanfaatkan
menjadi bahan bakar.
5. Bila teknologi dan biaya produksi batu bara cair tersebut dianggap tidak kompetitif lagi,
perusahaan dapat berkonsentrasi penuh memperoduksi gas hidrogen dan tenaga listrik
yang masih memiliki prospek sangat cerah. Karena dengan memanfaatkan Panel Surya
berteknologi tinggi (Photovoltaic), energi matahari yang mampu ditangkap adalah 100
kali lipat dibandingkan dengan panel biasa. Setiap panel dapat menghasilkan daya
sebesar satu megawatt, dengan biayanya hanya US$ 5 atau 100 kali lebih murah
dibandingkan dengan menggunakan instalasi panel surya yang biasa

BAB III
PROSES INDUSTRI KIMIA
3.1 Sintesa
Likuifaksi Batubara adalah suatu teknologi proses yang mengubah batubara dan
menghasilkan bahan bakar cair sintetis. Batubara yang berupa padatan diubah menjadi
bentuk cair dengan cara mereaksikannya dengan hidrogen pada temperatur dan tekanan

tinggi. Proses likuifaksi batubara secara umum diklasifikasikan menjadi Indirect


Liquefaction Process dan Direct Liquefaction Process. Akan tetapi yang akan kita bahas
dalam makalah ini yaitu metode direct liquefaction process.
Proses ini dikenal juga dengan nama Bergius proses, karena reaksinya terjadi di
dalam reactor Bergius. Proses ini dilakukan dengan cara menghaluskan ukuran butir
batubara, kemudian Slurry dibuat dengan cara mencampur batubara ini dengan pelarut.
Slurry dimasukkan ke dalam reaktor bertekanan tinggi bersama-sama dengan hidrogen
dengan menggunakan pompa.Slurry kemudian diberi tekanan 100-300 atm di dalam
sebuah reaktor kemudian dipanaskan hingga suhu mencapai 400-480C. Secara kimiawi
proses akan mengubah bentuk hidrokarbon batubara dari kompleks menjadi rantai
panjang seperti pada minyak. Atau dengan kata lain, batubara terkonversi menjadi liquid
melalui pemutusan ikatan C-C dan C-heteroatom secara termolitik atau hidrolitik,
sehingga melepaskan molekul-molekul CO2, H2S, NH3, dan H2O. Untuk itu rantai atau
cincin aromatik hidrokarbonnya harus dipotong dengan cara dekomposisi panas pada
temperatur tinggi (thermal decomposition). Setelah dipotong, masing-masing potongan
pada rantai hidrokarbon tadi akan menjadi bebas dan sangat aktif (free-radical). Supaya
radikal bebas itu tidak bergabung dengan radikal bebas lainnya (terjadi reaksi
repolimerisasi) membentuk material dengan berat molekul tinggi dan insoluble, perlu
adanya pengikat atau stabilisator, biasanya berupa gas hidrogen.Hidrogen bisa didapat
melalui tiga cara yaitu: transfer hidrogen dari pelarut, reaksi dengan fresh hidrogen,
rearrangement terhadap hidrogen yang ada di dalam batubara, dan menggunakan katalis
yang dapat menjembatani reaksi antara gas hidrogen dan slurry (batubara dan pelarut).
Adapun Metode yang lain yang dapat digunakan untuk melakukan proses
pencairan batubara dengan menggunakan reaksi hidrogenasi adalah :
Brown Coal Liquefaction
Proses pada Brown Coal Liquefaction, secara umum terdiri atas 3 proses, yaitu:
Coal Pretreatment Process, Slurry Preheating Process, Primary hydrogenation processdan
Secondary hydrogenation process
a.Pretreatment Process
Merupakan proses peremukan raw brown coal, pengeringan, dan pembuatan Slurry.
Slurry dibuat dengan mencampurkan 1 bagian batubara brown coal dengan 2.5 bagian

pelarut, lalu ditambahkankatalis yang mengandung besi (iron catalyst). Lalu Slurry
diproses ke preheating process.
b. Primary hydrogenation process
Dilakukan dengan mengalirkan gas hidrogen pada Temperatur 430-450C dan
tekanan 150-200 kg/cm2G agar dapat terjadi proses likuifaksi.
c. Produk yang dihasilkan dikirim ke kolom distilasi dan didistilasi menjadi naphta, light
oil dan medium oil.
d. Kolom distilasi bawah yang mengandung padatan dialirkan menuju kolom pemisah
padatan-cairan pada proses pengeringan pelarut. Distilat cair kemudian dibawa ke proses
Secondary hydrogenation dan padatan dibuang.
e. Reaktor jenis fixed bed yang diisi katalis Ni-Mo agar proses hidrogenasi dapat terjadi
pada temperatur 300-400C dan tekanan 150-200 kg/cm2G.
f. Kemudian dilakukan distilasi kembali agar dapat dipisahkan menjadi nephta, light
distillatedan medium distillate.
g. Setelah proses selesai, dihasilkan 3 barrel batubara cair dari 1 ton batubara brown coal
kering.

DAFTAR PUSTAKA
Jauhary, Muhammad. 2007. POTENSI INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA
CAIR. Universitas Gunadarma, Depok- Jawa Barat.
Wahyuddin. PEMBUATAN BATUBARA CAIR MELALUI PROSES HIDROGENASI
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

Anda mungkin juga menyukai