Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Khusnul Hidayah
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................
i
DAFTAR ISI...............................................................................................
ii
BAB 1. UBI KAYU.....................................................................................
Sejarah..........................................................................................
Spesifikasi.....................................................................................
Syarat Pertumbuhan...................................................................
Manfaat Tanaman........................................................................
12
14
15
19
Sejarah..........................................................................................
19
Botani Tanaman...........................................................................
19
Syarat Tumbuh.............................................................................
21
23
26
BAB 3. UWI................................................................................................
29
Deskripsi.......................................................................................
29
Syarat Tumbuh.............................................................................
30
Taksnomi Tanaman......................................................................
31
32
33
35
BAB 4. GANYONG....................................................................................
37
Mengenal Ganyong......................................................................
37
39
Pengolahan Ganyong...................................................................
43
BAB 5. TALAS...........................................................................................
44
Sejarah Talas................................................................................
44
Klasifikasi.....................................................................................
45
Ekologi..........................................................................................
45
Morfologi....................................................................................
46
Fisiologi.......................................................................................
48
49
Hama Penyakit...........................................................................
54
55
BAB 6. GARUT..........................................................................................
58
Sejarah..........................................................................................
58
Spesifikasi Tanaman....................................................................
59
61
62
64
Panen..........................................................................................
65
Pasca Panen..................................................................................
65
Manfaat Tanaman........................................................................
66
BAB 7. ILES-ILES.....................................................................................
70
Deskripsi Tanaman......................................................................
70
Klasifikasi Tanaman....................................................................
72
Syarat Tumbuh.............................................................................
74
74
76
77
BAB 8. BENGKUANG..............................................................................
80
Botani Tanaman...........................................................................
80
Syarat Tumbuh.............................................................................
82
Manfaat Tanaman........................................................................
85
BAB 9. GADUNG.......................................................................................
89
Spesifikasi Tanaman....................................................................
90
Budidaya Gadung........................................................................
91
Manfaat Tanaman........................................................................
93
97
Tanaman Kentang........................................................................
97
100
101
108
Karakteristik Gembili.................................................................
108
Daerah Asal..................................................................................
119
110
Klasifikasi...................................................................................
111
117
Kegunaan Gembili.....................................................................
117
DAFTAR PUSTAKA
..................................119
A. Sejarah
Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain
ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika,
tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain:
Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok.
Singkong atau cassava (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika
Selatan yang dikembangkan di Brasil dan Paraguay pada masa prasejarah. Potensi
singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok penduduk asli Amerika
Selatan bagian utara, selatan Meso amerika, dan Karibia sebelum Columbus
datang ke Benua Amerika. Ketika bangsa Spanyol menaklukan daerah-daerah itu,
budidaya tanaman singkong pun dilanjutkan oleh kolonial Portugis dan Spanyol.
Di Indonesia, singkong dari Brasil diperkenalkan oleh orang Portugis pada
abad ke-16. Selanjutnya singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia
sekitar tahun 1810. Kini, saat sejarah tersebut terabaikan, singkong menjadi bahan
makanan yang merakyat dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia.
Di Indonesia singkong, atau ubi kayu, bodin, sampai mempunyai arti
ekonomi penting dibandingkan dengan umbi-umbi lainnya. Jenis ini kaya akan
karbohidrat dan merupakan makanan pokok di daerah tandus di Indonesia. Selain
umbinya, daunnya mengandung banyak protein yang dipergunakan berbagai
macam sayur, dan daun yang telah dikayukan digunakan sebagai pakan ternak.
Batangnya digunakan sebagai kayu bakar dan seringkali dijadikan pagar hidup.
Produk olahan dari bahan singkong dapat ditemukan di beberapa tempat berikut
ini : Malang, Kebumen, DI Yogyakarta, Kebumen, Temanggung. Berbagai macam
produknya antara lain: mie, krupuk, tiwul instan, kue lapis, bidaran, stick,
pluntiran, tiwul, gatot.
B. Spesifikasi
Nama umum
Indonesia: Singkong, Ketela pohon, ubi kayu, [pohung, kasbi, sepe, boled,
budin (Jawa)], sampeu (Sunda), kaspe (Papua) Inggris: Cassava, tapioca plant
Pilipina: Kamoteng kahoy
Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Rosidae
: Euphorbiales
: Euphorbiaceae
: Manihot
: Manihot esculenta Crantz
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara
10700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 101.500 m dpl. Jenis ketela pohon
tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh
optimal.
D. Budidaya Ubi kayu
Pedoman Budidaya :
1. Pembibitan
A. Persyaratan Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta
seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
B. Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara
2530 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.
2. Pengolahan Media Tanam.
A. Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter
dan cairan pH tester. Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah
yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan
bahan organik.
b) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu
diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman
lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa
variasi tanaman yang sejenis.
c) Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani
ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena
berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila pada
saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman
terjadi panen raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.
B. Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala
macam
gulma
(tumbuhan
pengganggu)
dan
akar-akar
pertanaman
C. Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela
pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian
stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam
dangkal saja.
4. Pemeliharaan Tanaman
A. Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni
dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau
tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani
maupun pengusaha mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada.
Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan
tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari,
saat cuaca tidak terlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan
minggu kedua setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga
setelah penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara
tanaman pertama dan tanaman sulaman.
B. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman
liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim
penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.
D. Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar
tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembubunan dapat
bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila
tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman
sehingga perlu dilakukan pembubunan/ditutup dengan tanah agar akar tidak
kelihatan.
E. Perempalan/Pemangkasan
Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan
tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal
ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam
mendatang.
F. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K
dengan dosis Urea=133200 kg; TSP=60100 kg dan KCl=120200 kg. Pupuk
tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan
dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis
N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.
G. Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 45 bulan
hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang
kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat.
Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung
akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah
sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan.
Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk
seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
H. Waktu Penyemprotan Pestisida
Jenis
dan
dosis
pestisida
disesuaikan
dengan
jenis
penyakitnya.
Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun
hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan
penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang
digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis
pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga
yang menguntungkan dapat ikut mati.
5. Hama dan Penyakit
A. Hama
a. Uret (Xylenthropus)
Ciri : berada dalam akar dari tanaman.
Gejala : tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak.
Pengendalian : bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau
mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
b. Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
Ciri : menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun
tersebut.
Gejala : daun akan menjadi kering.
Pengendalian :menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.
B. Penyakit
a. Bercak daun bakteri
Penyebab : Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG .
Gejala : bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada
daun kering dan akhirnya mati.
Pengendalian : menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan
bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun
a. Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)
Ciri : hidup di daun, akar dan batang.
Gejala : daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang
dan umbi langsung membusuk.
Pengendalian : melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan
seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan
tanaman yang sakit berat.
b. Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab : jcendawan yang hidup di dalam daun.
Gejala : daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan
jaringan daun mati.
Pengendalian : melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan,
pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
c. Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)
Penyebab : cendawan yang hidup pada daun.
Gejala : adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda.
Pengendalian :memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan
memangkas bagian tanaman yang sakit .
C. Gulma
Sistem
penyiangan/pembersihan
secara
menyeluruh
dan
gulmanya
dibakar/dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya para petani Ketela pohon
dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma tetap tumbuh di
parit/got dan lubang penanaman. Khusus gulma dari golongan teki ( Cyperus sp.)
dapat di berantas dengan cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali
7. PASCA PANEN
1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah
dijangkau oleh angkutan.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan
pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon
dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.
Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari
kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya
umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
3. Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a) Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela
pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan
disimpan.
b) Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun
c)
Selain itu, vitamin K akan melindungi dan berperan penting dalam pengobatan
pasien Alzheimer dengan membatasi kerusakan saraf di otak.
4. Umbi yang lezat ini merupakan sumber dari vitamin B kompleks dan
kelompok vitamin seperti folates, thiamin, piridoksin (vitamin B-6), riboflavin,
dan asam pantotenat. Riboflavin berperan dalam pertumbuhan tubuh dan
memproduksi sel darah merah untuk mengurangi anemia.
5. Singkong merupakan sumber mineral yang penting bagi tubuh, antara lain
seng, magnesium, tembaga, besi, dan mangan. Selain itu, singkong memiliki
jumlah kalium yang cukup sebagai komponen penting pembentukan sel tubuh
dan mengatur tekanan darah.
6. Sebuah penelitian seperti dilansir Affleap menunjukkan manfaat singkong
sebagai penurun kadar kolesterol jahat dalam darah. Tidak hanya itu, singkong
juga dapat menurunkan kadar trigliserida dan menjadi sumber serat yang
bagus. Tak heran jika singkong dapat menurunkan risiko penyakit jantung,
stroke, kanker usus besar dan membantu mengendalikan diabetes. Dengan
catatan, singkong diolah dengan cara kukus atau rebus.
7. Rheumatik. Caranya, ambil 5 lembar daun singkong, campurkan sedikit dengan
kapur sirih, kemudian remas-remas sampai daun singkongnya hancur.
Selanjuttnya, oleskan pada bagian yang terasa linu atau yang terserang
rheumatik. Lakukan 3 kali sehari.
8. Luka karena garukan. Caranya, ambil singkong secukupnya, kupas dan parut,
kemudian tempelkan / bobokan pada luka beras garukan dan diperban.
9. Kutu air. Caranya, ambil singkong yang masih muda dan baru dipetik dari
batangnya. Kupas dan parut, kemudian tempelkan pada bagian yang kena kutu
air. Jika kering, ulangi sekali lagi. Lakukan 2 kali sehari.
Isi Kandungan Gizi Singkong - Komposisi Nutrisi Bahan Makanan
Singkongadalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Singkong mengandung energi sebesar 154 kilokalori, protein 1 gram,
karbohidrat 36,8 gram, lemak 0,3 gram, kalsium 77 miligram, fosfor 24 miligram,
dan zat besi 1,1 miligram. Selain itu di dalamSingkong juga terkandung vitamin A
sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,06 miligram dan vitamin C 31miligram. Hasil
tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Singkong, dengan
11
jumlah yang dapat dimakan sebanyak 85 %. Selain itu, juga ada informasi yang
secara rinci juga mengungkapkan mengenai Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi
pada Singkong yaitu sebagai berikut :
Nama Bahan Makanan
: Singkong
Nama Lain / Alternatif
: Ketela Pohon / Ubi Kayu
Banyaknya Singkong yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Singkong yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 75 %
Jumlah Kandungan Energi Singkong
= 146 kkal
Jumlah Kandungan Protein Singkong
= 1,2 gr
Jumlah Kandungan Lemak Singkong
= 0,3 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Singkong
= 34,7 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Singkong
= 33 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Singkong
= 40 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Singkong
= 1 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Singkong
= 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Singkong
= 0,06 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Singkong
= 30 mg
Sumber Informasi Gizi
=
Berbagai
publikasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.
F. Potensi dan Prospek ubi kayu
Wilayah Indonesia meliputi lebih dari 17.000 pulau yang terbesar sepanjang
5.000 km dari ujung barat Sumatra sampai batas timur Irian Jaya. Daerah tersebut
berpotensi besar untuk memperluas areal pertanian dan meningkatkan produksi
berbagai komoditas bahan pangan. Tanah Indonesia seluas 202 juta hektar, terdiri
atas 120 juta hektar tanah hutan, 64 juta hektar padang rumput serta alang-alang,
dan 18 juta hektar tanah pertanian yang didukung oleh keadaan iklim serta sumber
daya manusia, amat memungkinkan kegiatan pertanian dilakukan terus-menerus
sepanjang tahun. Salah satu jenis tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan
dibudidayakan oleh petani diseluruh wilayah Nusantara ada;ah ubi kayu. Potensi
nilai ekonomi dan sosial ubi kayu merupakan bahan pangan masa depan yang
sangkil (berdaya guna), bahan baku berbagai industri dan pakan ternak. Potensi
ubi kayu sebagai sebagai bahan pangan yang sangkil di dunia ditunjukkan dengan
fakta bahwa tiap tahun 300 juta ubi-ubian dunia langsung dikonsumsi oleh
produsen sebgai sumber kalori di beberapa negara. Ditelaah dari potensi ubi kayu
sebagai bahan pakan ternak dan ikan, ternyata rintisan Thailand berhasil
mengembangkan agroindustri pelet. Tiap tahun negara Thailand mengekspor pelet
12
sebanyak 5 juta ton ke MEE. Pelet ini bahan bakunya antara lain ubi kayu. Ubi
kayu saat ini digarap sebgai komoditas agroindustri, seperti produk tepung
tapioka, industri fermentasi, dan berbagai bahan industri makanan. Pasar potensial
tepung tapioka antara lain Jepang dan Amerika Serikat. Tiap tahun kedua negara
tersebut mengimpor kurang lebih 1 juta ton produk tepung, terdiri atas 750.000
ton tepung tapioka dan 250.000 ton tepung lainnya. Di samping tepung tapioka,
ternyata produk,chips, dan pelet juga berpeluang untuk diekspor. Tahun 19881990 impor gaplek dunia relatif stabil, yakni masing-masing sebanyAK 10,44 juta
ton, 11,95 juta ton, dan 10,20 juta ton. Negara pengimpor gaplek di antaranya
adalah MEE, Cina, Jepang, Korea, Amerika Serikat, dan Rusia. Indonesia sudah
memanfaatkan peluang ekspor gaplek ke pasar internasional, tetapi volume ekspor
nya masih rendah, yaitu sekitar 1.0-1,2 juta ton/tahun. Produk gaplek dapat diolah
menjadi chips dan pelet. Kedua jenis produk olahan ubi kayu tersebut potensial
dijadikan komoditas ekspor. Data asosiasi Produsen dan Eksportir Makanan
Ternak Indonesia (ASPEMTI) menunjukkan bahwa volume total ekspor pelet dan
chips Indonesia cenderung terus meningkat.
G. Teknologi Budidaya Ubikayu Untuk Mencapai Produksi Optimal
Hingga kini rata-rata hasil ubikayu nasional masih tergolong rendah, yaitu
sekitar 18,2 ton per hektar. Dari segi teknis produksi, penyebab penting atas
rendahnya tingkat hasil ubikayu di tingkat petani adalah terba tasnya penggunaan
varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan kurangnya penggunaan pupuk.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka upaya peningkatan produksi
ubikayu baik untuk pangan maupun industri harus mendapat perhatian besar dari
semua pihak, termasuk dalam penyediaan teknologi produksinya.
Teknologi produksi ubikayu untuk mencapai hasil optimal
Beberapa komponen teknologi produksi kunci dan merupakan entry point
peningkatan produktivitas ubikayu adalah penggunaan varietas unggul, bibit
berkualitas, pengaturan waktu tanam, populasi dan jarak tanam, pemupukan, dan
pemanenan.
a. Varietas Unggul
13
14
1. Waktu tanam.
Periode awal pertumbuhan 1-3 bulan sesudah tanam dan pengisian umbi
merupakan periode kritis bagi ubikayu untuk menghasilkan umbi secara optimal.
Pada umumnya ubikayu akan menghasilkan secara optimal apabila pendapat
pengairan bulanan sebesar 100-150 mm, 200-300 mm dan 150 mm masingmasing pada periode tanam hingga berumur tiga bulan, 4-10 bulan, dan saat
menjelang panen.
2. Pemupukan
Untuk memperoleh hasil ubikayu yang tinggi pemupukan sangat diperlukan,
mengingat tanaman ini banyak dibudidayakan pada lahan yang tanahnya
mempunyai kesuburan sedang sampai rendah seperti tanah Alfisol (Mediteran),
Oxisol (Latosol), dan Ultisol (Podsolik). Karena relatif banyak membutuhkan hara
N dan K, ubikayu tanggap terhadap pemupukan unsur hara tersebut.
Pada lahan kering bertanah Alfisol di Patuk (Gunung Kidul) dan Bantur
(Malang) yang mengandung K-dd (K-dapat ditukar) 0,2 me/100 g dan 0,5 me/100
g, pemberian pupuk ZA sebagai sumber hara N dan S pada takaran yang
meningkat dari 50 sampai 100 kg/ha selalu diikuti oleh peningkatan hasil umbi
secara signifikan. Ubikayu di tanah Alfisol juga tanggap terhadap pemupukan K
hingga takaran 100 kg KCl/ha. Pupuk KCl dianjurkan diaplikasi dua kali yaitu
pada saat tanam dan umur 60 hari setelah tanam.
Lahan kering masam di luar Jawa tanahnya didominasi Ultisol (Podsolik)
yang banyak mengandung Al-dd dan miskin unsur hara serta bahan organik. Dari
segi keracunan Al, tanaman ubikayu tergolong tahan, karena kadar kritis
kejenuhan Aldd bagi ubikayu adalah sekitar 80%, padahal tingkat kejenuhan Aldd tanah Ultisol di Indonesia umumnya jarang yang melampaui 75%. Walaupun
demikian, pemberian kapur dengan takaran rendah yang ditujukan untuk
memupuk Ca dan/atau Ca + Mg ternyata dapat meningkatkan hasil ubikayu, dan
takaran kapurnya cukup 300 kg/ha.
Pada tanah Alfisol Bantur (Malang) yang kandungan bahan organiknya
rendah (kadar C-organik 1,04%), pemberian pupuk kandang dengan takaran 3 dan
6 ton/ ha dapat meningkatkan hasil ubikayu. Dalam praktik, penggunaan pupuk
kandang sekarang banyak dilakukan oleh petani ubikayu di Lampung, hal ini
15
sebagian terkait dengan semakin sulit dan mahal untuk mendapatkan dan membeli
pupuk anorganik. Sehubungan dengan ini maka usahatani integrasi ternak
tanaman akan semakin strategis untuk membantu petani dalam menyediakan
pupuk organik.
d. Panen
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada umur optimal yakni 812 bulan,
tergantung varietasnya. Pemanenan yang melampaui umur optimal akan
mempengaruhi mutu karena meningkatnya kadar serat dan menurunnya kadar pati
umbi. Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan informasi umur panen
pada deskripsi varietas.
Cara panen ubikayu dapat dilakukan dengan cara mencabut dengan tangan
atau dengan bantuan cangkul. Pada tanah yang keras, untuk menghindari
tertinggalnya umbi di dalam tanah dan terjadinya luka pada umbi, dapat
digunakan alat pengungkit.
Menurut Purwadaria (1989), pemanenan dengan alat pengungkit ini relatif
lebih efisien (67 jam/ha/orang) bila dibandingkan dengan cara mencabut dengan
tangan (113 jam/ ha/orang). Demikian pula susut panennya (1,3%), relatif lebih
kecil dibandingkan dengan tangan (7%).
16
A. Sejarah
Ubi jalar diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian
memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan
Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet,
memastikan daerah pusat asal usul tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi
jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika
pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia,
terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia.1 Pada tahun 1960-an, seluruh provinsi
di Indonesia telah menanam ubi jalar. Pada tahun 1968 Indonesia merupakan
negara penghasil ubi jalar nomer empat di dunia.
B. Botani Tanaman
Dalam Rukmana (1997) sistematika tanaman ubi jalar diklasifikasikan ke
dalam golongan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Solanales
Family
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomoea
Spesies
: Ipomoea batatas (L.) Lam
Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar
lumbung atau umbi. Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat
untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akan terbentuk umbi.
Kedalaman akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15 persen dari seluruh
akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang
17
tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih tetapi aktif
(Sonhaji, 2007).
Ubi jalar adalah tanaman dikotiledon tahunan dengan batang panjang
menjalar dan daun berbentuk jantung hingga bundar yang bertopang tangkai daun
tegak. Bagian tengah batang tempat tumbuhnya cabang lateral biasanya bengkok
dan bergantung pada panjang ruas batang, dapat terlihat berupa semak. Tipe
Universitas Sumatera Utara kultivar yaitu semak, semak menjalar, atau menjalar,
lebih ditentukan oleh panjang ruas daripada oleh panjang batang, percabangan
batang berbeda beda bergantung pada kultivar (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998).
Daun ubi jalar bentuknya berbeda-beda tergantung varietasnya. Tangkai
daun melekat pada buku-buku batang (Suparman, 2007).
Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3 4 cm,
berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau
ungu, menyerupai warna bunga mekar pagi (morning glory). Bunga mekar pada
pagi hari, dan menutup serta layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan
oleh serangga. Biji berbentuk dalam kapsul, sebanyak 1 4 biji. Biji matang
berwarna hitam, bentuknya memipih, dan keras, dan biasanya memerlukan
pengausan (skarifikasi) untuk membantu perkecambahan (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998).
Waktu yang diperlukan mulai dari bibit ubijalar ditanam sampai dipanen
adalah sekitar 100-150 hari tergantung jenis ubi jalar dan keadaan lingkungan
tumbuhnya (Suparman, 2007).
C. Syarat Tumbuh
A. Iklim
Ubi jalar adalah tanaman tropis dan subtropis yang dapat beradaptasi
dengan daerah beriklim lebih memberikan suhu rata-rata tidak turun di bawah 20
C dan suhu minimum tinggal di atas 15 C. Untuk budidaya ubi jalar temperatur
antara 15 hingga 33 C diperlukan selama siklus vegetatif, dengan suhu optimal
yang antara 20 hingga 25 C. Temperatur rendah pada malam mendukung
pembentukan umbi-umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari Universitas
18
Sumatera Utara mendukung perkembangan vegetatif (perkembangan umbiumbian hanya terjadi dalam kisaran suhu 20 hingga 30 C, optimum 25 C dan
umumnya berhenti di bawah 10 C). Ubi jalar adalah tanaman hari pendek, yang
memerlukan cahaya untuk pembangunan maksimum. Temperatur dan fluktuasi
suhu bersama-sama dengan hari-hari pendek mendukung pertumbuhan umbiumbian dan membatasi pertumbuhan dedaunan. Kelembaban memiliki pengaruh
yang menentukan pertumbuhan ubi dan produksi. Kadar air daun adalah (86%),
batang (88,4%) dan umbi (70,6%). Kelembaban penting untuk mencapai
perkecambahan yang baik. Tanah juga harus tetap basah selama masa
pertumbuhan (60-120 hari), meskipun pada panen kelembaban harus rendah untuk
mencegah busuk umbi . Kondisi yang mendukung perkembangan bagian vegetatif
tanaman meliputi kelembaban relatif 80% dan tanah lembab (http://www.fao.org,
2008).
B.Tanah
Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek atau
berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun
menguning dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman
tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7.
Sewaktu muda tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sarwono,
2005).
B. Varietas
Indonesia merupakan pusat keanekaragaman ubi jalar kedua setelah
Amerika Latin. Ubi jalar berdaging umbi jingga adalah salah satu sumber Karoten atau provitamin A. Meskipun potensinya cukup besar, tetapi studi
genetika sebagai dasar pengembangan kultivar masih terbatas. Salah satu
penyebabnya karena ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan tanaman heksaploid
(2n = 6x = 90) serta Universitas Sumatera Utara mempunyai sistem
ketidakserasian sendiri (self-incompatibility) dan ketidakserasian silang (crossincompatibility) (Onggo, 2008).
19
Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia
diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang
diidentifikasi oleh para peneliti. Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan
salah satu komoditi bahan makanan pokok (Trisnawati dkk, 2004).
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah
dengan stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau
stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
b. Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
c. Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat, normal,
tidak terlalu subur.
d. Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya
rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
e. Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunastunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan
tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai
kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena
itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam
atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan (Tim Penulis MIG Corp, 2010).
Untuk memperoleh tanaman sehat dan hasil tinggi, sebaiknya menggunakan
bibit yang sehat dari hama dan penyakit serta dengan varietas/klon Universitas
Sumatera Utara yang mempunyai potensi produksi tinggi. Di dalam penyediaan
bibit perlu diperhatikan kemurnian dan keseragaman tumbuh di lapangan, bibit
bebas dari kotoran serta mempunyai daya kecepatan tumbuh yang tinggi (Setyono
dkk, 1995).
Pemilihan kultivar yang ditanam erat hubungannya dengan tujuan
pemanfaatnya. Untuk tujuan makanan pokok dan olahan, diperlukan ubi jalar
yang mempunyai kadar pati tinggi yang umumnya terdapat pada kultivar yang
mempunyai sifat daging umbi kering (dry-fleshed), jenis ubi ini bila dicampur
dengan bahan pangan lain, tidak mempengaruhi rasa bahan campuran utama,
sedang untuk tujuan penganan dipilih yang mempunyai rasa manis dan umumnya
terdapat pada ubi yang berdaging umbi lembek (moist-fleshed) (Onggo, 2008).
20
21
mengandung liat) buat lebar guludan bawah kurang lebih 60 cm, tinggi 3040 cm
dan jarak antar guludan 70100 cm, sementara pada tanah berpasir, lebar bawah
kurang lebih 40 cm, tinggi 25-30 cm dan jarak antar guludan 70 100 cm.
2. Proses Penanaman
1. Penanaman
Penanaman ubi jalar di lahan kering (tegalan) biasanya dilakukan pada awal
musim hujan (Oktober) atau akhir musim hujan (Maret). Di lahan sawah, waktu
tanam yang paling tepat adalah pada awal musim kemarau. Stek ditanam miring
dengan kedalaman tanam 1015 cm (46 ruas).
2. Pemberian Mulsa
Tujuannya adalah untuk menekan pertumbuhan gulma (rumput, liar),
menjaga kelembapan dan kesuburan tanah serta berpengaruh terhadap
peningkatan hasil.
3. Proses Pemeliharaan
a. Penyulaman
Apabila ada bibit yang mati atau tumbuh abnormal harus segera disulam dan
dilakukan sesegera mungkin.
b. Pengairan Pemberian air dapat dilakukan dengan di LEB selama 1530 menit
hingga tanah (guludan) cukup basah, kemudian airnya dialirkan ke saluran
pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara rutin hingga tanaman
berumur 12 bulan. pengairan dihentikan pada umur 23 minggu sebelum panen.
c. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan kored/cangkul
pada umur 2,5 dan 8 MST (Minggu Setelah Tanam). Setiap satu bulan sekali
dilakukan pembalikan tanaman untuk menghindari menjalarnya tanaman ke
segala arah. Pembumbunan dapat dilakukan pada umur 23 minggu setelah
tanam.
e. Pemupukan
Pemupukan ubi jalar di lakukan dua kali, pemupukan pertama saat tiga
tanam dengan 1/3 dosis pupuk nitrogen, 1/3 dosis kalium ditambah seluruh dosis
fosfor. Pemupukan kedua, pada saat tanaman berumur 45 hari setelah tanam,
dipupuk dengan 2/3 dosis nitrogen dan 2/3 dosis kalium.
22
f. Pengajiran
Pengajiran atau penjarangan adalah proses penataan lahan tamanan sesuai
dengan jarak tanam (pola tanam) dan kontur tanah dengan bantuan tali dan
bambu. Pengajiran ini dilakukan pada minggu ke-3 setelah tanam.
g. Pengendalian Hama dan Penyakit
Perlindungan tanaman dari organisme pengganggu tanaman dilakukan
secara terpadu, sebagai berikut:
1. Secara kultur teknis, diantaranya mengatur waktu tanam yang tepat, rotasi
tanaman, sanitasi kebun dan penggunaan varietas yang tahan hama dan
penyakit.
2. Secara fisik dan mekanis, yaitu dengan memotong atau memangkas atau
mencabut tanaman yang sakit atau terserang hama dan penyakit cukup berat,
kumpulkan dan dimusnahkan.
3. Secara kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida secara selektif dan
bijaksana.
4.Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila umbinya sudah tua (matang fisiologis).
Ubi jalar berumur pendek dapat dipanen pada umur 33,5 bulan, sedangkan
varietas umur panjang dapat dipanen pada usia 4,55 bulan. Setelah ubi dipanen
dapat dilakukan pensortiran. Pensortiran dilakukan untuk memilih umbi yang
berwarna bersih segar dan tidak cacat. Pensortiran juga dapat dilakukan pada
waktu pencabutan/panen. Penanganan pasca panen ubi jalar biasanya ditujukan
untuk mempertahankan daya simpan. Pertamatama bersihkan ubi dari tanah
(dicuci atau atau disikat) lalu angin-anginkan. Pastikan bahwa ubi yang bagus
tidak bercampur dengan ubi yang rusak atau terluka. Penyimpanan ubi sebaiknya
dilakukan di ruang bersuhu antara 2730 derajat celcius dengan kelembapan udara
antara 8590 persen.
E. Manfaat ubi jalar
Dewasa ini mungkin masih banyak orang memandang sebelah mata
terhadap komoditas ubi jalar. Opini masyarakat hingga saat ini terhadap ubi jalar
masih sering mengindetikkan dengan makanan orang kampung dan makanan
23
orang
miskin,
sehingga
terdapat
beberapa
orang
yang
sengaja
tidak
24
membantu organ jantung, saraf, kulit, gigi dan tulang agar tetap dalam keadaan
normal. Bagi perempuan vitamin D dapat membantu kelenjar tiroid untuk bekerja
secara normal sehingga memudahkan untuk melaksanakan reproduksi. Vitamin D
juga sangat penting untuk pembentukan tulang dan menjaga kepadatan tulang,
sehingga ubi jalar dapat mencegah osteoporosis dini.
5. Membantu pencernakan Kurang konsumsi serat juga dapat menyebabkan
gangguan pencerna- kan. Ubi jalar banyak mengandung serat antara 0,901,20
persen.
6. Meningkatkan kesehatan mata dan sistem kekebalan tubuh Beta karoten
(vitamin A) berfungsi untuk menjaga kesehatan mata, dan sistem kekebalan tubuh.
7. Mencegah penyakit mematikan seperti kanker dan HIV/AIDS Kandungan
antosiannin yang tinggi dalam ubi jalar, khususnya pada ubi unggu merupakan
antioksidan yang ampuh untuk mencegah radikal bebas dan tumbuhnya sel-sel
kanker dan tumor. Menurut penelitian terakhir dari mahasiswa Ilmu Teknologi
Pertanian (ITP) dari Institut Pertanian Bogor (IPB), betakaroten pada ubi jalar
merah Papua sebagai bahan baku pangan olahan dapat menurunkan infeksi dari
virus HIV/AIDS.
8. Mengurangi risiko radang sendi (arthritis) Kandungan beta-cryptoxanthin
dalam ubi jalar dapat mencegah dan mengobati radang sendi (arthritis).
BAB 3. UWI
25
tidak beraturan berwarna ungu kecoklatan karena warna diikuti warna coklat kayu
(Anonim, 2009).
Selain dari itu, bunganya berwarna kuning/kuning kehijauan, sementara
yang betina berwarna kuning saja. Perbungaannya majemuk, terletak di ketiak
daun, bulir jantan tersusun rapat dengan ukuran 1-3 cm, sementara betina tidak.
Panjangnya 12- 50 cm, mahkotanya hijau, panjangnya 2 mm. Batangnya
bersayap empat, memanjat ke kanan, tidak berduri tetapi kadangkala kasar atau
berbintik di bagian dasar, bersudut empat dan berwarna hijau sampai keunguan.
Daunnya berbentuk bulat telur, tunggal, berseling di bagian dasar, berhadapan
dibagian atas, agak seperti anak panah atau melonjong seperti tombak, hijau
terang atau seringkali agak keunguan. Berukuran 15-20 cm 10-15 cm. Bentuk
pertulangannya melengkung, dan licin. Bisa dibedakan dengan gembili, yang
mana, umbi gembili lebih kecil dengan daun yang berselang-seling. Juga bisa
dibedakan dengan Dioscorea floridana Bartl. dan D. quaternata (Walt.) Gmel.,
yang tumbuh di dataran banjir (flood plain) dengan daun yang berbentuk perisai
dengan panjang setidaknya 15 cm (Anonyma , 2012).
B. Syarat Tumbuh
Tanaman uwi dapat tumbuh di berbagai jenis tanah bahkan di daerah
pegunungan yang kering dan berkapur. Tanaman uwi akan tumbuh besar jika
ditambatkan pada pohon randu, lamtoro, ataupun pohon yang lainnya yang tidak
memiliki akar serabut. Semakin tinggi rambatan atau panjatannya, umbi yang
dihasilkan oleh uwi juga akan semakin besar. Hal ini karena akan semakin banyak
cahaya matahari yang dapat diterima oleh uwi untuk melakukan proses
fotosintesis. Tempat tumbuh alami jenis ini di daerah tropis lembab dan agak
lembab. Sebaran terbaiknya pada daerah dengan curah hujan 875 - 1750 mm per
tahun, dengan suhu minimum 22.70 C. Penyebarannya menurun pada daerah
bersuhu 35 C atau di atasnya.
Tanaman uwi pada umunya memiliki tingkat pertumbuhan yang baik di
dataran rendah dibandingkan di dataran menengah maupun didataran tinggi.
Namun di Himalaya pada ketinggian 900 m dpl dapat berhasil dengan baik.
Pembentukan umbi ditentukan oleh kondisi optimum pada kondisi hari siang
27
28
Tanaman Uwi sudah sejak lama dikenal dan dimanfaatkan dalam kehidupan
manusia. Pengguna tanaman ini juga luas mulai dari negara berkembang sampai
sedang berkembang; dan bentuk penggunaannya bervariasi. Dua bentuk
pemanfaatan uwi yang menonjol adalah sebagai bahan pangan dan obat.
Penelitian uwi untuk obat dan bahan pangan dilakukan oleh ilmuan dari Jepang,
Cina, Korea, India, Indonesia, Afrika, Perancis dan Inggris. Hal ini menunjukkan
betapa besar potensi tanaman uwi dalam kehidupan manusia.
Penulisan ini ditujukan untuk menggali kemungkinan keberadaan Dioscorea
untuk dijadikan sebagai makanan fungsional di Indonesia karena beberapa alasan
di bawah ini:
a). umbi uwi berukuran besar dengan kandungan karbohidrat tinggi sehingga
banyak digunakan sebagai makanan pokok seperti di Afrika,
b). mempunyai potensi untuk menurunkan gula darah sehingga dapat dikonsumsi
oleh penderita diabetes melitus,
c). jenisnya sangat bervariasi dengan sifat-sifat khas yang beraneka d. kandungan
mineral yang lebih besar dibandingkan umbi-umbian lain (Heyne, 1987)
D. Manfaat tanaman uwi
Di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina,
Vietnam dan juga Papua Nugini tumbuhan ini dianggap sangat penting sebagai
makanan. Di Kepulauan Banggai, uwi merupakan makanan pokok masyarakat,
selain itu juga uwi masih digunakan dalam bartber barang dengan masyarakat
luar. Umbi dan kuncup daunnya setelah dimasak dengan berbagai cara dikonsumsi
sebagai bahan makanan tambahan. Umbinya dapat diproses sebagai tepung atau
serpihan/potonganpotongan tipis merupakan sumber tepung. Kultivarnya dengan
umbi yang berwarna ungu digunakan dalam pembuatan es kream dan permen.
Di Papua Nugini, digunakan juga dalam upacara adat. Umbi memiliki rasa
yang hambar dengan tekstur umbi pulen. Dibudidayakan untuk bahan pangan. Di
Afrika Barat dan Filipina, umbi uwi dipergunakan untuk industri pembuatan pati
dan alkohol. Salah satu kultivarnya digunakan untuk membuat es krim. Dalam
pengobatan tradisional Sumba, akar uwi dengan kepleng Sumbarau kabungggulu
(Stephania japonica), bawang putih, umbi jeringau Sumba hikiluare (Acorus
29
calamus) direbus dalam air bersih hingga mendidih dan diminum 2-3 kali sehari,
sebanyak segelas (Anonimc , 2012).
Untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan secara lebih mendalam dan
efisien, perlu dilakukan tindakan eksplorasi tumbuhan berdasarkan jenis
klasifikasinya. Pengelompokkan tumbuhan secara garis besar terbagi pada dua
klsifikasi yaitu tumbuhan tingkat rendah (cryptogamae) dan tumbuhan tingkat
tinggi (Phanerogamae). Dengan dilakukannya klisifikasi secara garis besar, maka
akan mempermudah proses selanjutnya terkait untuk mengetahui jenis dan
manfaatannnya yaitu proses identifikasi dan klasifikasi takson (Tjitrosomo dan
Siti sutarmi, 1984).
E. Teknik Budidaya Tanaman Uwi
1. Bibit
Sebelum dilakukan penanaman maka langkah yang harus dilakukan terlebih
dahulu adalah menyiapkan bibit yang nantinya akan ditanam dan selanjutnya akan
dibudidayakan. diperlukan bibit yang mempunyai mutu dan kualitas yang bagus
supaya nantinya hasil yang akan dicapai maksimal dan hasil produksi mempunyai
nilai jual yang tinggi. Perbanyakan tanaman uwi dapat dilakukan secara vegetatif
yang didapat dari umbi yang sudah tua. Kebutuhan bibit Ubi Kelapa ialah 2 ton/ha
umbi segar.
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara penggemburan tanah
menggunakan cangkul, dikarenakan uwi atau ubi kelapa ini dapat ditanam melalui
tiga cara yaitu dengan lubang, larikan, dan guludan. Tanah yang gembur dapat
mempermudah dalam penyerapan unsur hara dan umbi dapat berkembang dengan
baik dan optimal.
3. Penanaman
Ubi uwi dapat ditanam dengan tiga cara, yaitu: menggunakan lubang,
larikan, dan gulungan. Lubang dapat dibuat dengan diameter 30-50 cm,
kedalaman 30-40 cm, dan untuk jarak antar lubang ialah 100-130 cm. Sedangkan
untuk gulungan dapat dibuat dengan jarak antar tanaman 170 cm dan jarak antar
gulungan sebesar 75-100 cm.
4. Perawatan dan pemeliharaan
30
Perawatan harus dilakukan secara optimal supaya hasil yang didapat tinggi,
perawatan dilakukan seperti penyiangan gulma, penyiraman. Dapat dilakukan
secara intensif pada awal penanaman dan sampai proses produksi
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk memenuhi hara yang diperlukan oleh tanaman.
Dengan unsur hara yang terpenuhi maka diharapkan tanaman uwi dapat tumbuh
dengan optimal dan nantinya akan menghasilkan produksi yang tinggi.
Pemupukan dapat menggunakan pupuk organik ataupun pupuk anorganik. Dengan
kebutuhan sebgai berikut :
Pupuk organik
Pupuk an-organik
: 12-15 ton/ha
: Urea (112-135 kg/ha) atau NPK (30 gr/tanaman).
31
Sebagai bahan pangan, umbi uwi dapat direbus, dibakar atau dikukus.
Seringkali umbinya diiris-iris tipis, dijemur lalu digoreng atau dibuat sayur untuk
lauk pauk. Setelah digali umbi bisa disimpan sampai beberapa bulan. Meskipun
bukan makanan pokok, dibeberapa daerah uwi memegang peranan penting
terutama saat paceklik. Di Afrika Barat umbinya dipakai sebagai bahan pembuat
pati dan alkohol. Untuk jenis uwi yang tidak mengandung racun seperti Dioscorea
alata dan Dioscorea esculenta, dapat disimpan dalam bentuk potongan-potongan
kering atau dalam bentuk tepung. Inulin adalah polimer dari unit-unit fruktosa
dengan gugus terminal glukosa. Unit-unit fruktosa dalam inulin dihubungkan oleh
ikatan (2-1) glikosidik, sehingga tidak dapat dicerna oleh enzimenzim dalam
sistem pencernaan mamalia dan mencapai usus besar tanpa mengalami perubahan
struktur, oleh karena itu inulin dapat berfungsi sebagai prebiotik (Robertfroid,
2005). Umbi Dioscorea spp. menghasilkan inulin yang cukup tinggi yaitu antara
2,88-14,77% dan kadar inulin tertinggi pada umbi Dioscorea esculenta (gembili).
Terdapatnya inulin dalam umbi uwi memberikan nilai tambah pada uwi
tersebut, selain dapat digunakan sebagai cadangan pangan alternatif, uwi juga
dapat dikembangkan sebagai bahan baku pangan fungsional.
32
BAB 4. GANYONG
A. Mengenal Ganyong
Ganyong berasal dari Amerika Selatan sejak 2 500 tahun sebelum Masehi
dan masyarakatnya telah memanfaatkan ganyong sebagai bahan makanan sebelum
mengenal padi dan singkong. Tanaman ini telah tersebar ke Asia, Australia,
Polinesia, dan Afrika. Di Indonesia, ganyong telah dikenal tumbuh dengan baik
sejak tahun 1905. Saat ini ganyong telah tersebar di seluruh Indonesia, dengan
sentra produksi di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.
Tanaman ini dapat tumbuh di segala jenis tanah dan suhu udara serta tahan
terhadap naungan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sebaiknya ganyong
ditanam pada tahun lempung berpasir yang kaya humus, dengan ketinggian
tempat antara 0-250 m dpl.. Karena tidak termasuk tanaman herba, ganyong
mempunyai batang yang rapuh sehingga tidak tahan tumbuh di tempat yang
terbuka dengan angin yang kuat.
Hasil atau produksi per hektar dari tanaman ini sangat tergantung pada
perawatan tanaman, jenis tanah, dan faktor produksi yang lainnya. Di Jawa
produktivitasnya sekitar 30 ton/ha, sedangkan potensinya bisa mencapai 44.549.40 ton/ha umbi ganyong yang berusia 8 bulan.
Tanaman ini dibudidayakan secara teratur di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Pembudidayaan tidak teratur meliputi daerah D.I. Yogyakarta, Jambi,
Lampung dan Jawa Barat. Sedangkan di Sumatera Barat, Riau, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku,
33
tanaman
ganyong
tersebut
melakukan
penyiangan,
34
tidak sempurna dan berentuk. Buah ini terdiri dari 3 ruangan yang berisi biji
berwarna hitam sebanyak 5 biji per ruang.
Tanaman ganyong berumbi besar dengan diameter antara 5 8,75 cm dan
panjangnya 10 15 cm, bahkan bisa mencapai 60 cm, bagian tengahnya tebal dan
dikelilingi berkas-berkas sisik yang berwarna ungu atau coklat dengan akar
serabut tebal. Bentuk umbi beraneka ragam, begitu juga komposisi kimia dan
kandungan gizinya. Perbedaan komposisi ini dipengaruhi oleh umur, varietas dan
tempat tumbuh tanaman.
Di Indonesia dikenal dua kultivar atau varietas ganyong, yaitu ganyong
merah dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun
dan pelepahnya yang berwarna merah atau ungu, sedang yang warna batang, daun
dan pelepahnya hijau dan sisik umbinya kecoklatan disebut dengan ganyong
putih. Ganyong merah biasanya dimakan segar atau direbus, sedangkan ganyong
putih pada umumnya diambil patinya.
B. Budidaya Tanaman Ganyong
Ganyong bukanlah tanaman yang manja, karena tanaman ini tahan
terhadap naungan, dapat tumbuh di segala jenis tanah dan iklim. Tanaman ini
tidak membutuhkan syarat yang berat untuk pertumbuhannya. Hanya saja bila
menginginkan hasil panen tinggi, harus diperhatikan sifat dan lingkungan
hidupnya.
1. Tempat Tumbuh
Seperti telah disebutkan di atas, tanaman ganyong tidak memerlukan
syaratsyarat iklim tertentu yang sulit untuk dipenuhi. Hanya saja tanaman ini tidak
tahan didaerah yang anginnya kuat, karena ganyong merupakan tanaman herba
atau terna hingga mempunyai batang yang rapuh dan tidak tahan terhadap
serangan angin. Pada daerah berangin kuat, tanaman ini sangat memerlukan
lajurlajur pelindung untuk mempertahankan hidupnya. Meskipun ganyong toleran
terhadap suhu udara tapi umumnya tanaman ini baru akan tumbuh dengan baik
pada ketinggian 0-250 meter dpl. di daerah dengan ketinggian di atas 2.550 meter
dpl,ganyong masih mampu tumbuh subur.
2. Syarat Tumbuh
A. Suhu
35
36
Alat alat yang digunakan cukup ganco atau garpu dan cangkul. Bila
dilahan yang akan ditanami masih terdapat semak-semak, maka sabit juga
diperlukan untuk membersihkan semak tersebut.
B. Teknik Pengolahan Tanah
Pada musim kemarau tanah sebaiknya diganco dulu. Pada saat ini tanah
terbalik dan rumputrumput terbenam di dalam tanah. Selanjutnya rumput ini akan
membusuk dan menjadi bunga tanah. Setelah hujan tiba, tanah segera dicangkul
dan diratakan. penggemburan tanah bisa membuat umbi ganyong leluasa
berkembang, sehingga akan diperoleh umbi yang berukuran lebih besar. Pada
tanah liat berat sebaiknya dibuat guludan agar drainasenya bisa sempurna. Sedang
pada jenis tanah yang lain, tanah cukup dibuat bedengan.
Umumnya bedengan ini lebarnya 120 cm dan panjangnya tidak
dibatasi.Tinggi bedengan 25-30 cm dan jarak antara satu bedengan dengan
bedengan lainnya 30-50 cm. Berhubung ganyong senang sekali tumbuh pada
tanah yang kaya humus, maka pada saat meratakan tanah dapat diberikan pupuk
dasar. Pupuk dasar ini berupa kandang atau kompos sebanyak 25 sampai 30 ton
tiap hektar
C. Waktu Penanaman
Penanaman ganyong biasanya dilakukan saat awal musim hujan, yaitu
antara bulan Oktober sampai Desember.
D. Lubang Tanam
Membuat lubang tanam merupakan langkah petama pada tahap ini.
Dalamnya lubang tanaman 12,5-15cm dibuat secara lajur atau berbaris.
5. Penanaman
A. Cara Tanam
Ganyol paling banyak dibiakkan dengan pemotongan umbi. Kadangkadang bijinya juga digunakan untuk perbanyakan, tetapi karena resiko
hibridisasi, pemotongan umbi lebih disukai untuk menjaga kemurnian genetik
klon. Umbi yang masih muda digunakan untuk perbanyakan vegetatif, bukan yang
bagian coklat tua. Sebagian kecil umbi mempunyai paling sedikit dua mata yang
37
sehat, ditanam terpisah pada jarak 50 cm, kedalaman 15 cm. Seluruh umbi dapat
ditanam. Bila ditanam terlalu dekat, tanaman terlalu berdesakan, mengakibatkan
penampilan jelek. Lebih baik menanam ganyong pada musim hujan, bila tidak,
harus diairi.
B. Jarak Tanam dan Penanaman
Pada tanah liat dianjurkan menggunakan jarak tanam 90 x 90 cm, dengan
jarak barisan 90 cm begitu juga jarak antara barisannya.
6. Pemeliharaan
Selama pemeliharaan, perlu dilakukan penyiangan gulma dan penyulaman.
Mulsa rumput kering pada bedengan membantu menjaga kelembaban tanah dan
menambah unsur hara tetapi dapat merupakan tempat persembunyian bagi
kumbang. Pemupukan bulanan dengan pupuk cair atau buatan memberikan hasil
lebih baik. Pemeliharaan tanaman ganyong yang sangat penting adalah
penyiangan, pembumbunan dan pemupukan. Pembumbunann adalah suatu usaha
untuk menggemburkan tanah. Tanah yang gembur akan membuat umbi yang
terbentuk dapat berkembang dengan leluasa. Pembumbunan dapat dimulai pada
saat ganyong berumur 2- 2,5 bulan. Karena ganyong menyenangi tanah yang
gembur, maka pupuk yang sangat diperlukan adalah pupuk kandang ataukompos.
Pupuk ini bila perlu dapat diberikan bersamaan dengan pembumbunan.
A. Penyakit dan Hama
Secara umum ganyol adalah tanaman keras dengan sedikit penyakit dan
hama. Fusarium, Puccinia, dan Rhizoctonia Sp adalah kemungkinan penyakit
jamurnya. Kumbang dan belalang dapat memakan daun, dan cacing menyerang
umbinya.
7.
atau digali. Ciri umbi matang adalah apabila potongan segitiga bagian terluar daun
umbi berubah menjadi ungu. Panen setelah 8 bulan dapat memberikan hasil yang
lebih tinggi, karena umbi ganyol telah mengembang secara maksimum.Hasil umbi
bervariasi dari 23 ton per hektar pada 4 bulan menjadi 45-50 ton per hektar pada 8
38
bulan, atau 85 ton per hektar setelah setahun. Tepung yang dihasilkan adalah 4-10
ton per hektar.
C. Pengolahan Ganyong
Ganyong dapat dimanfaatkan sebagai sumber pati berkualitas tinggi.
Tepungnya yang baik dan mudah dicerna sangat dianjurkan untuk konsumsi bayi
atau orang sakit, sedangkan umbi mudanya dimakan sebagai sayuran dan kadangkadang digunakan sebagai pencuci mulut.
Di daerah pegunungan Jawa Tengah umbi ganyong digunakan sebagai
bahan makanan campuran nasi jagung dan pati ganyongnya digunakan sebagai
produk olahan lebih lanjut misalnya sebagai campuran dalam pembuatan bihun
atau sebagai bahan utama pembuatan bubur, pengganti tepung hunkwe atau
produk olahan lainnya.
Kegunaan utama dari ganyong adalah untuk diambil patinya. Umbi yang
masih muda bisa dimakan dengan cara dibakar atau direbus, terkadang juga
disayur. Sedangkan kegunaan lainnya adalah merupakan kegunaan sampingan,
misalnya diambil daun atau batangnya untuk makanan ternak. Hasil sampingan
dari pembuatan tepung ganyong dapat diamanfaatkan sebagai bahan bakar atau
kompos.
BAB 5. TALAS
A. Sejarah Talas
Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) merupakan salah satu umbi-umbian
yang banyak ditanam di Indonesia. Talas termasuk divisi Spermatophyta,
subdivisi Monocotyledoneae, ordo Aracales, famili Araceae, genus Calocasia dan
39
spesies Colocasia esculenta (L.) Schott. Tanaman talas mempunyai variasi yang
besar baik karakter morfologi seperti umbi, daun dan pembungaan serta kimiawi
seperti rasa dan aroma tergantung varietas dan tempat talas di tanam (Hartati dan
Prana, 2003).
Talas banyak dibudidayakan di Indonesia karena talas dapat tumbuh di
daerah yang beriklim tropis dan tidak terlalu memerlukan pengairan. Tanaman ini
juga dapat dijadikan sebagai tanaman sela dan dapat tumbuh sepanjang tahun di
daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Di Indonesia dijumpai hampir di
seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai ke pegunungan dengan
ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Talas berbentuk silinder atau
lonjong sampai agak bulat. Kulit umbi talas berwarna kemerahan, bertekstur
kasar, dan terdapat berkas-berkas pertumbuhan akar (Onwueme, 1994).
Talas adalah tanaman herba dengan tinggi antara 0,5-1,5 m. Panjang helai
daun sekitar 30-80 cm dan lebar daun antara 20-50 cm. Panjang tangkai daun
bervariasi tergantung genotipenya, antara < 30 cm-1,5 m. Ukuran daun sangat
dipengaruhi oleh lingkungan.
B. Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Subdivisio
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Subfamili
Genus
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliophytina
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
: Arecidae
: Arales
: Araceae (suku talas-talasan)
: Aroideae
: Colocasia
: Colocasia esculenta (L.) Schott
C. Ekologi
Talas dapat tumbuh diberbagai negara seperti India Barat, Afrika Barat dan
Utara. Bahkan di Asia, tanaman talas ditanam secara luas di China dan diseluruh
40
Filipina, terutama di Visayas bagian timur dan tengah serta daerah Mindanao dan
Bikol.
Di Indonesia tanaman talas bisa dijumpai paling banyak di Bogor, Malang,
dan Bali. Talas sudah dikenal oleh masyarakat pedalaman karena umbinya lezat
dan mudah diolah baik digoreng atau dibuat keripik dan produk olahan lainnya.
Tanaman talas juga bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar
dari tepi pantai sampai ke pegunungan di atas 1000 m dari permukaan laut, baik
liar maupun di tanam. Pusat pengembangan talas di Indonesia terdapat di Kota
Bogor dan Malang yang menghasilkan beberapa kultivar. Mulai dari Talas Sutera,
Talas Bentul dan Talas Ketan. Talas Sutera memiliki daun yang berwarna hijau
muda dan berbulu halus seperti Sutera. Umbinya kecoklatan yang dapat beru
kuran sedang sampai besar.
Sedangkan Talas Bentul memiliki umbi yang relatif lebih besar dan
berwarna kuning muda. Sedangkan warna batangnya lebih ungu di banding Talas
Sutera. Talas Ketan warna pelepahnya hijau tua kemerahan. Di Bogor dikena l
pula jenis talas lainnya, yaitu: Talas Mentega (Talas Gambir/Talas Hideung),
karena batang d an daunnya berwarna ungu gelap, dan biasanya tidak di kosumsi
karena rasanya tidak enak atau gatal. Contoh lainnya adalah Talas Sente yang
berbatang dan berdaun b esar, banyak digunakan untuk pajangan dan daunnya
sering digunakan untuk makanan ikan. Sedang talas Bolang memunyai rasa yang
gatal, dengan batang dan daun yang bertotol-totol (Anonimus, 2000).
Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan bahan organik
atau humus. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah,
misal tanah lempung yang subur berwarna coklat pada lapisan tanah yang bebas
air tanah, tanah vulkanik, andosol, tanah latosol. Selama pertumbuhan tanaman
talas menyukai tempat terbuka dengan penyinaran penuh serta tanaman ini mudah
tumbuh pada lingkungan dengan suhu 25-30 0C dan kelembaban tinggi.
41
atasnya, dan bunga mandul terdapat diantara bunga jantan dan bunga betina .
Buah bertipe buah buni. Bijinya banyak, bentuk bulat telur, panjangnya 2 mm
(Anonimus, 2000).
43
44
45
46
talas bentul, dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif
lebih besar dan berwarna lebih muda dan kekuning-kunigan dan masih ada lagi
talas-talas lain, seperti: talas sutera yang dipanen pada umur 5-6 bulan, yang
umbinya berwarna kecoklat-coklatan yang dapat berukuran sedang sampai
besar dan masih banyak lagi talas yang ada di bogor (talas mentega atau talas
gambir, talas ketan, dan talas balitung).
2. Cara Panen Pemanenan dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon
talas dicabut dan pelepahnya di potong sepanjang 20 -30 cm dari pangkal umbi
serta akarnya dibuang dan umbinya di bersihkan dari tanah yang melekat.
3. Periode Panen Masa panen talas perlu mendapat perhatian yang cermat sebab
waktu panen yang tidak tepat akan menurunkan kualitas hasil. Panen yang
terlalu cepat akan menghasilkan talas yang tidak kenyal dan pulen, sebaliknya
jika panen t erlambat akan menghasilkan umbi talas yang terlalu keras dan liat.
Talas pada lahan sawah dirotasikan dengan tanaman padi dan jenis sayuran
lainnya. Tanaman padi ditanam satu atau dua kali pada saat musim hujan yaitu
sekitar bulan September sampai Januari. Pada musim kemarau (bulan Februari
sampai Mei) lahan sawah ditanami sayuran kemudian talas sampai bulan
Desember atau Januari.
F. Pasca panen
1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah
dijangkau oleh angkutan.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi talas sebenarnya dapat dilakukan pada saat
pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi talas dapat dilakukan
setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran
dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang
segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak
hitam/garis -garis pada daging umbi.
3. Pengemasan dan Pengangkutan
48
49
Gejala: daun yang terserang oleh kelompo k ulat yang masih kecil akan
kehilangan lapisan epidermisnya sehingga menjadi transparan, dan akhirnya
kering. Ulat yang lebih besar akan tersebar dan masing -masing makan daun.
g) Serangga tetranychus cinnabarinus (Acarina: Tetranichidae)
Gejala: helai daun yang terserang nampak bintik -bintik putih atau kuning,
karena serangga tersebut mengisap cairan daun. Apabila populasi sangat tinggi
daun kelihatan memutih, kemudian layu dan mati. Apabila diamati nampak
banyak sekali tunggau yang berwarna merah terleta k di permukaan bawah daun.
Tunggau disebarkan oleh manusia dan angin.
h) Hepialiscus sordida (kupu-kupu: Hepialidae)
Gejala: daun yang terserang menjadi berlubang dengan garis tengah 5 -10
cm, dan di isi oleh kotorannya. Pada serangan berat seluruh umbi te rserang
sehingga tinggal pangkal batangnya saja, sehingga tanaman mudah di cabut.
Tanaman yang terserang pertumbuhannya agak kurang tegar dibanding dengan
tanaman sehat. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini cukup besar pada lahan
kering. Serangan meningk at apabila petani menggunakan pupuk kandang.
2. Penyakit
Penyakit hawar daun (Phytophtora colocasiae)
Gejala: terdapat bercak kecil berwarna kehitaman, kemudian membesar
menjadi hawar. Bagian daun yang terserang mengering, pada serangan berat
seluruh daun mengering.
H. Manfaat Tumbuhan Talas
Di Indonesia, talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan
tambahan. Anonim dalam Mamik (2007), menyatakan bahwa talas dijual di pasar
dalam bentuk segar, tetapi terdapat pula dalam bentuk umbi beku atau umbi dalam
kaleng, dengan ukuran dan bentuk umbi tertentu yang memenuhi syarat.
Talas mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak dan vitamin.
Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya
banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Umbi
talas juga dapat diolah menjadi keripik talas yang gurih , burger, serta dapat diolah
menjadi bioethanol dan biogas.
50
gram bunga talas, 100 gram akar teratai, direbus dengan 800 cc air hingga tersisa
400 cc. Ramuan disaring dan diminum airnya selagi hangat. Radang ginjal 500
gram talas, diiris lalu dijemur hingga kering, sangrai sebentar dan digiling hingga
menjadi bubuk. Kemudian ambil 15 gram bubuk talas tersebut, seduh dengan air
panas dan tambahkan gula merah secukupnya, lalu diminum. Mengatasi benjolan
kelenjar limpa talas dijemur hingga kering lalu digiling hingga menjadi bubuk.
Ambil 60 gram bubuk tersebut, tambahkan 25 gram rumput laut che chai (dapat
dibeli di toko Cina) dan air secukupnya lalu diminum. Kutil talas dipotong lalu
diambil getahnya dan dioleskan pada bag ian yang sakit. Mengatasi sakit digigit
serangga daun talas secukupnya dihaluskan lalu ditempelkan pada bagian yang
sakit. Sakit pada tulang sendi, otot, dan pembengkakan, talas secukupnya
dikupas kulitnya lalu dihaluskan dan ditambahkan cuka beras putih dan minyak
wijen. Diaduk lalu dioleskan pada bagian tubuh yang sakit. 18 Mengatasi eksim
talas secukupnya dikupas kulitnya dan 3 siung bawang putih, dihaluskan lalu
dioleskan pada bagian yang sakit. Bisul - talas secukupnya dijemur lalu ditumbuk
hingga menjadi bubuk. Tambahkan jus lidah buaya, diaduk, lalu dioleskan pada
bisul. Jika luka terkena benda tajam, daun talas yang masih muda dihaluskan lalu
dioleskan pada bagian tubuh yang sakit.
BAB 6. GARUT
A. SEJARAH
52
53
Garut tumbuh baik di daerah dataran rendah hingga ketinggian 1000 meter
dpl. Dapat tumbuh di tanah yang kurang subur. Juga di lahan yang mempunyai
naungan hingga 50% sekalipun sehingga cocok sebagai tanaman tumpang sari.
B. Spesifikasi Tanaman
Nama umum Indonesia: Garut, erut, irut, tawang (Minahasa) Inggris:
Arrowroot plant Pilipina: Araro
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Marantaceae
Genus
: Maranta
Spesies
: Maranta arundinacea L.
Seperti halnya dengan tanaman-tanaman lain yang tergabung dengan ordo
ini maka bentuk tanaman ini adalah herba yang berumpun, tingginya 1-1,5 m,
dengan perakaran dangkal dari rhizoma menjurus ke arah dalam tanah. Mula-mula
rhizoma ini berupa cabang yang merayap dan lama kelamaan secara bertahap akan
membengkak dan menjadi suatu organ yang berdaging dengan bentuk silinder.
Rhizoma atau sering juga disebut dengan umbi ini berwarna putih atau
coklat muda. Panjang rhizoma 20 45 cm, sedang diameternya 2 5 cm. Daun
tanaman ini berbentuk oval dengan panjang 10 15 dan lebarnya 3 10 cm.
Pelepah daun berbaris dua, bersisi tidak sama dan memeluk batang. Ujung tangkai
daun melebar, jumlah tulang daunnya sangat banyak dan letaknya sejajar. Bunga
garut kecil-kecil terletak pada pangkal ujung dan panjangnya 2 cm dengan
kelopak bunga berwarna hijau dan mahkota bunga berwarna putih.
Pada bunga ini hanya terdapat satu benangsari yang fertil dengan kepalasari
beruang satu. Buahnya tenggelam dan beruang, tiap ruangnya hanya terdapat satu
bakal biji. Panjang buah ini hanya sekitar tujuh milimeter. Tanaman garut
mempunyai 2 kultivar yang penting, di Sint Vincent kultivar tersebut dinamakan
Creole dan Banana. Dua kultivar tersebut dapat di bedakan berdasarkan perbedaan
sifatnya.
54
55
penyakit. Pemupukan hanya dilakukan para petani di Jawa Timur dan DI.
Yogyakarta.
Garut terdiri dari 2 kultivar yaitu Banana dan Creole. Lingga dkk (1986)
dalam Erianti (2004) mengungkapkan bahwa komposisi zat gizi masing masing
kultivar berbeda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh umur tanam dan keadaan
tanah tempat tumbuhnya. Komposisi zat gizi umbi garut disajikan pada table
sebagai berikut :
Tabel 5.1. Komposisi Zat Gizi Umbi Garut per 100 gram
Komponen
Umbi garut
Kultivar Banana (g)
Kultivar Creole (g)
Karbohidrat
Pati
19,4
21,7
Serat
0,6
1,3
Protein
2,2
1,0
Lemak
0,1
0,1
Abu
1,3
1,4
Air
72
69,1
Sumber : Anonymous (2002) dalam Sulistyo (2006)
D.Budidaya Tanaman Garut
A. Pemilihan bibit
Tanaman garut diperbanyak secara vegetatif, bagian tanaman yang baik
untuk digunakan sebagai bibit adalah ujung-ujung rhizoma atau tunas umbi (bits)
yang panjangnya 4 7 cm dan mempunyai 2 4 mata tunas. Agar diperoleh
produksi yang tinggi maka bibit yang digunakan harus berkualitas baik dan jangan
menggunakan bibit yang kondisinya kurang sehat, kurus atau menderita akar
cerutu (Cigar root). Jumlah bibit yang diperlukan untuk setiap hektarnya adalah
3.000 3.500 kg bibit.
B. Pengolahan Tanah
Tanaman garut pada umumnya menghendaki tanah yang gembur, karena
pada struktur tanah yang gembur umbi dapat tumbuh dengan leluasa. Proses
pemanenan juga akan lebih mudah dan cepat apabila kondisi tanah gembur. Untuk
memperoleh struktur tanah yang gembur perlu dilakukan pengolahan sebaik
mungkin dengan cara membajak atau mencangkul dengan kedalaman 20 30 cm,
agar tanah menjadi semakin gembur maka sebaiknya diberikan kompos atau
pupuk kandang sebanyak 25 30 ton per hektar karena kompos atau pupuk
kandang tersebut selain menggemburkan tanah juga untuk memperkaya
56
kandungan unsur hara di dalam tanah. Tanah diolah dengan membajak atau
mencangkul, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran panjang sesuai dengan
kondisi lahan, lebar 120 cm dan tingginya antara 25 30 cm. Jarak antara
bedengan yang satu dengan yang lain adalah 30 50 cm.
C. Penanaman
Bertanam garut biasanya dilakukan pada awal musim hujan yaitu sekitar
bulan Oktober agar tanaman lebih banyak tertolong pertumbuhanya dengan
adanya curah hujan. Bibit ditanam pada bedengan-bedengan yang telah disiapkan
dengan menggunakan alat tanam seperti tugal atau cangkul dengan kedalaman
yang cukup yaitu antara 8 15 cm. Dalamnya penanaman bibit garut ini bertujuan
agar umbi yang terbentuk nantinya tidak menonjol ke permukaan tanah. Setelah
bibit ditanam selanjutnya lubang tanaman ditutup dengan tanah. Jarak tanam garut
yang umumnya digunakan adalah sekitar 37,5 x 75cm.
C. Pemupukan
Pemberian pupuk merupakan kegitan yang sangat penting untuk dilakukan
agar tanaman garut memperoleh bahan makanan yang cukup, sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan subur dan hasil umbi dapat mencapai optimal. Jenis pupuk
yang digunakan adalah pupuk alam (pupuk organik) seperti kompos atau pupuk
kandang sebanyak 25 30 ton/ha yang diberikan pada saat pengolahan tanah.
Selain pupuk alam (pupuk organik), pupuk buatan (pupuk anorganik) juga sangat
penting untuk diberikan yaitu : Urea sebanyak 350 400 kg/ha, SP-36 sebanyak
200 300 kg/ha dan KCL sebanyak 100 350 kg/ha. Pupuk anorganik dapat
diberikan sekaligus pada saat tanaman berumur 3,5 bulan dan dapat pula diberikan
secara bertahap.
Apabila pemupukan dilakukan secara bertahap sebaiknya diberikan
sebanyak 2 kali pemupukan pertama bersamaan dengan penanaman bibit
sedangkan pemupukan kedua dilakukan menjelang tanaman berbunga atau pada
saat tanaman berumur kurang lebih 3,4 bulan karena pada saat itu tanaman mulai
membentuk umbi sehingga sangat membutuhkan banyak zat makanan.
Pemberian pupuk dapat dilakukan pada garitan atau alur yang dibuat
disepanjang barisan tanaman; dan dapat juga lubang-lubang yang dibuat dengan
menggunakan tugal didekat pangkal tanaman garut. Setelah pupuk diberikan
57
selanjutnya lubang atau alur tersebut ditutup kembali dengan tanah untuk
menghindari terjadinya kehilangan pupuk akibat penguapan.
D. Pemeliharaan
Dalam hal pemeliharaan tanaman garut, yang perlu diperhatikan adalah
penyiangan dan pembumbunan karena kedua kegiatan tersebut merupakan
perawatan tanaman. Penyiangan dimaksud untuk membersihkan rumput atau
gulma yang tumbuh disekitar tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Penyiangan dapat dilakukan setiap bulan terutama selama 3 4 bulan
pertama, dan apabila tanaman garut mulai nampak berbunga maka kegiatan
penyiangan tidak boleh lagi dilakukan. Sambil melakukan penyiangan, kegiatan
pembumbunan juga dapat sekaligus dilakukan dengan menggunakan cangkul.
Cara melakukan pembumbunan yaitu tanah berada disekitar tanaman
dicangkul, lalu ditimbun ke arah pangkal-pangkal batang. Rerumputan atau
gulma-gulma yang ada dibenamkan ke dalam tanah karena rerumputan atau gulma
tersebut dapat berperan juga sebagai pupuk dan menjadi sangat penting guna
mencegah timbulnya serangan penyakit.
Pada tanaman garut dikenal istilah akar cerutu (cigar root) yang pada
dasarnya adalah suatu umbi yang berbentuk kurus panjang yang banyak
mengandung serat dan sedikit sekali kandungan patinya. Bentuk umbi seperti ini
bukan akibat dari adanya serangan hama atau penyakit tetapi akar cerutu terbentuk
untuk membentuk tunas-tunas baru. Kegiatan pembumbunan pada tanaman garut
ini merupakan kegiatan yang sangat perlu dilakukan untuk memelihara kondisi
tanah dalam keadaan gembur sehingga pertumbuhan dan perkembangan umbi
menjadi sempurna.
E. Hama dan Penyakit serta Pengendaliannya
Tanaman garut termasuk tanaman yang tidak terlalu banyak jenis hama dan
penyakit yang menyerangnya, dan sekalipun ada pada umumnya serangannya
kurang membahayakan pertumbuhan tanaman. Satu-satunya jenis hama yang
penting adalah ulat penggulung daun (Colopedes athlius Cran.).
Ciri-cirinya daun yang terserang melinting (menggulung), karena ulat ini
menggulung sejumlah daun sehingga dapat menghambat proses asimilasi yang
58
59
dari 18,5 %, kandungan abu dan seratnya rendah, pH 4,5 7 serta viskositas
maksimum antara 512- 640 Brabender Unit.
Cara pembuatan tepung garut adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan umbi
Pilih umbi yang segar, maksimal disimpan dua hari setelah panen.
b. Pembersihan
Bersihkan umbi garut dari kotoran (tanah) dan kulit atau sisiksisiknya.
c. Pencucian dan Perendaman
Cucilah umbi garut dalam air mengalir hingga bersih, kemudian segera
direndam selama beberapa waktu agar tidak terjadi pencoklatan (browning).
d. Penyawutan
Rajanglah umbi garut tipis-tipis dengana alat pengiris atau penyawut
ubikayu.
b. Pengeringan
Keringkan sawut garut dengan cara dijemur atau menggunakan alat
pengering butan hingga berkadar air 10 12 %.
e. Penepungan
Tumbuklah sawut kering hingga lembut, kemudian diayak dengan ayakan
tepung berulang-ulang. Tampung tepung garut dalam wadah.
h. Penyimpanan
Simpan wadah yang berisi tepung di tempat yang kering.
Cara pembuatan pati garut adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan dan Pembersihan Umbi
Pilih umbi garut yang segar, kemudian bersihkan dari kotoran (tanah) dan
sisik-sisiknya terus dicuci dengan air bersih yang mengalir.
b. Pemarutan dan Pemisahan Pati
Parutlah umbi garut hingga menjadi bubur kasar, kemudian tambahkan air
bersih sambil diaduk-aduk atau diremas-remas agar keluar patinya. Selanjutnya
saringlah bubur tersebut dengan kain untuk memisahkan pati dari seratnya.
Larutan hasil perasan segera diendapkan sehingga air terpisah dari endapan pati.
c. Pengeringan
60
Jemurlah endapan pati garut hingga kering, kemudian gilinglah menjadi pati
halus. d. Pengemasan dan Penyimpanan
Kemaslah pati garut dalam wadah (kemasan) kantong plastik atau kaleng
yang kedap usara (tertutup), kemudian simpan ditempat yang kering.
H. Manfaat Tanaman
Garut, Lerut, Ararut, atau Maranta arundinacea terutama dibudidayakan
untuk diambil patinya yang berasal dari rimpangnya (umbi). Rimpang garut juga
dapat dijadikan sumber karbohidrat alternatif untuk menggantikan tepung terigu.
Diyakini tepung Garut baik untuk dikonsumsi oleh orang yang lemah atau yang
baru sembuh dari sakit, sebab lebih mudah dicerna oleh penderita masalah perut
atau masalah usus.
Selain itu, rimpang Garut juga dapat dikonsumsi langsung setelah dimasak.
Dan beberapa kultivar Garut yang mempunyai daun bercorak indah digemari juga
sebagai tanaman hias.
Manfaat garut sebagai bahan obat-obatan Herbal Alami dapat digunakan
untuk :
- Menurunkan suhu badan.
- Obat disentri.
- Obat eksim.
- Memperbanyak ASI.
- Tapal luka dari serangan panah beracun.
- Obat penyembuh borok.
- Perasan umbi garut dapat dijadikan penawar sengatan lebah dan racun ular.
A. Kandungan gizi pada tepung garut
Umbi garut mempunyai kandungan pati 10 - 20 persen, air 30 - 50 persen,
protein 2 - 5 persen, lemak 0,1 - 0,3 persen dan mempunyai kandungan serat 1 - 3
persen. Kandungan karbohidrat dan zat besi tepung garut lebih tinggi, dan
kandungan lemaknya lebih rendah dibanding tepung terigu dan beras, sedangkan
jumlah kalorinya hampir sama.
B. Garut sebagai bahan makanan
Tanaman garut memberikan hasil utama berupa umbi yang bisa diolah
menjadi berbagai makanan, antara lain :
- Direbus atau dikukus dan langsung dimakan
- Tepung garut. Tepung garut mempunyai prospek untuk menggantikan tepung
terigu karena mempunyai sifat yang mendekati sifat tepung terigu, mempunyai
61
kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan tepung terigu maupun beras
giling.
- Bubur untuk bayi, orang tua dan anak autis.
Tepung garut mengandung tepung pati yang sangat halus dan mudah dicerna
sehingga tepung garut banyak dipakai dalam industri makanan bayi dan makanan
khusus orang-orang sakit
- Kue-kue basah dan kering
- Jenang garut
- Hunkwe
- Keripik garut
- Emping garut
Bagian tanaman yang digunakan: Rimpang
C. Garut sebagai bahan baku industri
Sebagai bahan baku industri, umbi garut dapat digunakan untuk :
- Bahan kosmetik
- Bahan pengikat tablet
- Lem
- Ektender pada perekat sintetis
- Minuman beralkohol
- Bahan kertas
D. Resep tradisional:
- Tepung garut baik untuk dikonsumsi oleh orang yang lemah atau yang baru
sembuh dari sakit, karena mudah dicerna oleh penderita masalah perut atau
masalah usus. Tepung ini juga digunakan sebagai pengenyal berbagai macam
makanan, bumbu, sup, gula-gula, masakan dan makanan pencuci mulut seperti
puding dan es krim.
- Selain non kolesterol, emping garut ini bahkan dipercaya bermanfaat bagi
penderita diabetes atau penyakit kencing manis. Pasalnya selain sebagai sumber
karbohidrat, di dalam umbi garut ini, juga terdapat kandungan indeks glisemik
yang rendah.
E. Garut sebagai bahan obat-obatan Manfaat garut sebagai bahan obat-obatan
dapat digunakan untuk :
- Menurunkan suhu badan
- Obat disentri - Obat eksim
- Memperbanyak ASI
- Tapal luka dari serangan panah beracun
- Obat penyembuh borok
- Perasan umbi garut dapat dijadikan penawar sengatan lebah dan racun ular
62
63
nama tergantung pada daerah asalnya, misalnya disebut acung atau acoan oray
(Sunda), kajrong (Nganjuk), porang, iles-iles dan lain-lain (Koswara, 2006;
Anonim, 2007 cit Endriyeni dan Harijati, 2008).
Iles-iles termasuk tipe tumbuhan liar. Tanaman ini merupakan tanaman terna
hidup panjang, daunnya mirip sekali dengan daun Tecca. Tanaman iles-iles
tumbuh dimana saja seperti di pinggir hutan jati, di bawah rumpun bambu, di tepitepi sungai, di semak belukar, dan di tempat-tempat di bawah naungan yang
bervariasi (Heyna, 1987; Sumarwoto, 2005). Secara umum tanaman iles-iles
mempunyai ciri umum seperti disajikan padaTabel 1.
Iles-iles mempunyai batang semu yang sebenarnya merupakan tangkai daun
yang tumbuh di tengah-tengah umbinya. Batang semu tersebut berwarna hijau
dengan garisgaris putih. Pada ujung batang terdapat tiga tangkai daun (Gambar
2A). Tangkai daun ini berukuran besar, silindris, padat, halus hingga kasar.
Masing-masing bagian tangkai daun akan tumbuh menjadi anak daun dengan
jumlah bervariasi tergantung jenisnya. Selain ciri khas bentuk tangkai daun, ilesiles juga memiliki bulbil yang tumbuh pada percabangan daun. Bulbil tersebut
berwarna coklat, berbentuk bulat yang berfungsi sebagai bibit (Gambar 2A). Daun
dan batang semu akan menjadi semakin besar setiap tahun hingga pembungaan
terbentuk. Akar tanaman iles-iles temasuk akar serabut (Gambar 2B) (Koswara,
2006; Kurniawan et.al., 2010).
Bunga iles-iles berkembang seiring dengan pertumbuhan daun maupun
setelah daun tumbuh maksimal. Jika masa berbunga tiba, bunga akan muncul dari
bekas keluarnya tangkai daun (Gambar 3A). Tongkol bunganya berbentuk
silindris, padat, halus, hingga kasar. Bunga uniseksual, dan tidak mempunyai
perhiasan bunga. Bunga betina mempunyai 1 - 4 bakal sel biji, tangkai putik tidak
ada atau sedikit, kepala putik berbentuk bulat atau setengah. Bunga jantan
memiliki 1 - 6 benang sari, kepala sari sedikit bertangkai dan mempunyai 2 sel.
Buah mempunyai 1 - 3 biji, berbentuk seperti bola atau panjang (Gambar 3B),
berwarna merah atau jingga (Kurniawan et.al., 2010; Jansen et.al., 1996 cit
Anonim, 2012).
Tabel 1. Ciri-ciri Iles-Iles Amorphophallus oncophyllusPrain dan A. variabilis.
Ciri-ciri
Deskripsi
Amorphophallus
64
Amorphophallus
Tempat tumbuh
oncophyllus
Tumbuh
liar
pada
ktinggian 800 m sampai
1000 m dpl
Hijau sampai dengan hijau
tua dengan noda-noda
putih/ garis-garis putih
Rata-rata
Pada permukaan daun
Abu-abu sampai coklat
variabilis
Tumbuh liar sampai
ketinggian 700 m dpl
Sangat bervariasi
Rata/ kasar
Pada tangkai daun
Putih, kena sinar jadi
hijau, abu-abu, ungu
putih
Putih
Teratur (seratnya halus)
65
: Anthophyta
: Angiospermae
: Monocotyledoneae
: Araceae
: Amorphophallus
: Amorphophallus oncopphyllus Prain
Amorphophallus Blumei (Schott) engl.
Iles-iles mempunyai batang semu yang sebenarnya merupakan tangkai daun
yang tumbuh di tengah-tengah umbinya. Pada ujung batang terdapat tiga tangkai
daun. Batang semu tersebut berwarna hijau dengan garis-garis putih.
Tubuh dan pembuangannya keluar secara bergantian dari umbi batangnya
yang berada di dalam tanah. Pada suatu musim, tubuhnya yang berupa daun
tunggal terpecah-pecah dan ditopang oleh satu tangkai daun yang bulat, keluar
beberapa hari dari umbinya. Jika masa berbunga tiba, bunga akan muncul dari
bekas keluarnya tangkai daun.
Panjang tangkai daun iles-iles kuning berkisar 0,5 1,5 meter. Pada
percabangan daunnya terdapat bulbil yang berwarna coklat. Bulbil merupakan
umbi kecil berbentuk bulat yang berfungsi sebagai bibit pada jenis ini. Adanya
tanda tersebut mempermudah identifikasi Amorphophallus oncophyllus Prain dari
berbagai jenis lainnya. Panjang atmpuk bunga sekitar 12 125 cm, berwarna abuabu dan berbintik-bintik kuning.
Iles-iles mempunyai siklus pertumbuhan yaitu periode vegetasi dan istirahat.
Periode vegetasi berlangsung pada musim hujan, sedangkan periode istirahat pada
musim kemarau. Periode vegetasi berlangsung sekitar 5 6 bulan, yaitu pada saat
ditanam sampai tumbuh daun.
Iles-iles sering terdapat pada pekarangan yang tidak ditanami, di tepi hutan,
di bawah rumpun bambu, sepanjang tepi sungai juga di daerah sekitar gunung
berapi. Jenis lain yang mirip sekali dengan iles-iles adalah suweg (A.
ampanulatus). Suweg mempunyai batang semu yang berwaran hijau dengan
belang-belang putih dan sedikit berbintil-bintil. Dikenal dua varietas yaitu A.
campanulatus hortensis yang telah banyak ditanam sebagai tanaman sampingan di
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yang lain adalah varietas sylvestris yang tumbuh
liar di hutan jati atau kebun yang tidak dipelihara dan umbinya sangat gatal.
66
67
tanaman
suweg
(Amorphophallus
campanulatus
Blumei)
maka
untuk
68
ditanam sampai periode keempat dapat menghasilkan umbi seberat 6.8 sampai 9.1
kg.
Jika umbi dipanen pada periode pertama akan menghasilkan 11 ton umbi per
hektar, jika dipanen pada periode kedua, ketiga dan keempat berturutturut
menghasilkan umbi sebanyak 18, 28, 45 ton per hektar.
Pemanenan umbi iles-iles dilakukan pada waktu periode istirahat.
Pemanenan pada periode istirahat pertama (6 12 bulan) menghasilkan umbi
seberat 200 300 gram dengan umbi berkadar gum dan getah relatif tinggi.
Pemanenan pada periode istirahat kedua setelah periode vegetatif kedua (umur
tanaman sekitar 18 bulan) akan menghasilkan umbi seberat 35.5 36 ton umbi
basah atau 4 4.5 ton produk kering. Pemanenan pada periode istirahat keempat
dapat menghasilkan umbi seberat 25 kilogram dengan diameter 20 32 sentimeter
dan hasil perhektar diperkirakan dapat mencapai ratusan ton umbi basah.
Untuk memperoleh umbi yang utuh dituntut teknik pemanenan yang tepat.
Pemanenan dapat dilakukan dengan tangan (cara tradisional) ataupun dengan alat
pencabut. Teknik pemanenan tradisional yang kiranya cukup tepat adalah
menggali tanah disekitar umbi, kemudian baru mengambil umbinya. Teknik
pemanenan dengan cara ini hanya menyebabkan kerusakan umbi hasil panen
sekitar 2.3 persen, sedangkan bila digunakan alat pencabut kerusakan umbi dapat
mencapai 6.5 8.9 persen.
E. Penanganan Pasca Panen
Peyimpanan Setelah dicabut, umbi iles-iles yang diperoleh dibersihkan dari
kotoran dan disimpan dalam ruangan yang berventilasi baik. Pada bulan pertama
jika umbi iles-iles disimpan pada suhu ruang (sekitar 27C) akan kehilangan berat
sekitar 25 persen, bila disimpan pada suhu 10C dapat tahan berbulan-bulan.
Sedangkan bila disimpan pada suhu -5C akan mengalami germinasi. Kadar air
umbi iles-iles relatif tinggi, yaitu antara 70 80 persen. Keadaan ini menyebabkan
selama penyimpanan mannan akan rusak oleh aktifitas enzim. Penyimpanan umbi
segar selama dua hari akan mengakibatkan penurunan viskositas larutan mannan
sampai seperlima bagian. Oleh karena itu penyimpanan umbi iles-iles sebaiknya
tidak dalam bentuk umbi segar, tetapi dalam bentuk produk kering (kripik ataupun
69
tepung). Demikian juga pengolahan umbi segar menjadi produk kering harus
dilakukan secepat mungkin setelah umbi tersebut dipanen.
F.Manfaat dan Nilai Iles-iles
Bagian tanaman iles-iles yang dimanfaatkan adalah bagian umbinya.
Menurut Koswara (2006), umbi iles-iles berpotensi ekonomi cukup tinggi. Sejauh
ini Indonesia lebih banyak mengekspor umbi ilesiles dalam bentuk gaplek (atau
chips kering) daripada tepung (Gambar 7A). Nilai ekspor paling utama adalah ke
Jepang. Negara ini membutuhkan tepung atau gaplek iles-iles lebih dari 1.000
ton/tahun. Informasi ini diperoleh dari PT. Inaco tahun 2003. Bahkan beberapa
negara tetangga seperti Malaysia,Singapura dan China juga sangat berminat
dengan gaplek iles-iles Indonesia.
Kebutuhan ini, menurut Hartanto (1994) cit Sumarwoto (2004) belum dapat
dipenuhi, karena budidaya iles-iles di Indonesia belum intensif. Budidayanya
masih tergantung pada potensi alam, dan luas penanaman yang masih terbatas,
serta ditambah belum adanya pedoman khusus budidaya iles-iles. Menurut data
buku ekspor BPS Luar Negeri Indonesia, Indonesia telah mampu mengekspor
iles-iles dalam bentuk gaplek atau tepung ke berbagai negara seperti Jepang,
Australia, Sri Lanka, Malaysia, Republik Korea, New Zealand, Pakistan United
Kingdom, dan Itali.
Salah satu komponen penyusun umbi ilesiles adalah karbohidrat yang terdiri
atas pati, glukomanan, serat kasar, dan gula bebas. Glukomanan adalah
polisakarida yang terdiri dari monomer -1,4 -mannose dan -glukose dalam
rasio 1.6:1. Komponen lainnya adalah kalsium oksalat. Glukomanan merupakan
serat larut alam (soluble fiber) paling kental, dengan kapasitas memegang air
tertinggi, dan memiliki berat molekul terbesar di antara serat makanan lainnya
(Thomas, 1997 cit Akesowan, 2002; Zamora, 2005 cit Endriyeni dan Harijati,
2008).
Amorphophallus oncophyllus sin A. muelleri Blume (iles-iles kuning)
memiliki kandungan glukomannan tertinggi yaitu sebesar 41,3 persen. Umbi
Amorphophallus campanulatus var. hortensis memiliki kandungan pati tertinggi
yaitu sebesar 57,8 persen (Ambarwati et al, 2000). Sedangkan menurut Koswara
70
71
industri pangan, iles-iles biasanya diolah terlebih dahulu menjadi tepung mannan.
Proses
pembuatan
tepung
yaitu
dengan
mengekstraksi
glukomannan
menggunakan air sebagai solven dan etanol sebagai pengendap (Haryani dan
Hargono, 2008).
Bahan makanan dari tepung mannan dibuat dengan mencampurkan larutan
mannan dan air kapur. Produk yang dihasilkan di Jepang dikenal dengan nama
konnyaku dan shirataki (Gambar 7B). Di Indonesia produk ini sudah
dipasarkan pada beberapa toko swalayan di Jakarta, Bogor dan Surabaya.
Berdasarkan penelitian, kandungan serat umbi iles-iles tergolong tinggi dan tanpa
kolesterol. Bahan makanan dari tepung mannan ini dapat berperan sebagai serat
diet yang mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Anonim, 2002;
Haryani, 2008; Misgiyarta, 2012).
Menurut Sufiani (1993) kegunaan iles-iles di industri non pangan dapat
dibedakan atas tiga kriteria: a) atas dasar daya rekatnya, ilesiles digunakan untuk
industri kosmetik yaitu untuk pengental krim; b) berdasarkan sifat kimianya,
dipakai untuk industri film dan celluloid; c) berdasarkan sifatnya yang tidak
tembus air, dimanfaatkan untuk pembuatan bahan tenda, jas hujan, payung dan
lain-lain.
Iles-iles juga banyak dimanfaatkan di dunia kesehatan. Umbinya digunakan
dalam pengobatan kanker perut, kanker hati dan penyakit hati lainnya.
Berdasarkan penelitian,ekstrak metanol dari umbi iles-iles juga bersifat analgesik
(bisa sebagai penahan sakit). A. oncophyllusjuga mampu menghambat proses
karsinogene sis. Mekanisme penghambatan karsinogenesis melalui penurunan
kadar kolesterol dan kemampuannya mengikat asam empedu untuk dikeluarkan
bersama feses (Shilpi, 2005; Dipayana dan Prasetyo, 2006; Ansil, et al., 2012;
2014).
BAB 8. BENGKUANG
72
A. Botani Tanaman
Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk
ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus :
Pachyrhizus, Spesies : Pachyrhizus, nama umum bengkuang adalah yam bean
(Inggris), jicama (Mexico), sengkuang (Malaysia), singkamas (Filipina), dan
sangkalu(India).
Bengkuang berasal dari daerah Amerika Tengah dan Selatan terutama di
daerah Mexico. Suku Aztec menggunakan biji tanaman bengkuang ini sebagai
obat-obatan. Kemudian pada abad ke-17, Spanyol menyebarkan tanaman ini ke
daerah Philipina sampai akhirnya menyebar ke seluruh Asia dan Pasifik. Tanaman
ini masuk ke Indonesia dari Manila melalui Ambon, dan sejak saat itulah
bengkuang dibudidayakan di Indonesia.
Menurut Van Steenis (2005), klasifikasi tanaman bengkuang adalah :
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Pachyrhizus
Spesies
: Pachyrhizus erosus L. Urban
Bengkuang merupakan tanaman yang memiliki sistem perakaran tunggang,
dimana panjang akar dapat mencapai 2 m. Akar bengkuang memiliki kemampuan
untuk bersimbiosis dengan Rhizobium yang dapat menambat nitrogen dari udara.
Akar bengkuang berkembang menjadi umbi yang berbentuk bulat atau membulat
seperti gasing dengan berat dapat mencapai 5 kg. Kulit umbinya tipis berwarna
kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih dengan rasa yang manis
(Heyne, 1987).
73
74
75
Menurut Zamski (1996) dalam Karuniawan dan Nusifera (2009), salah satu
teknik budidaya yang dapat meningkatkan hasil bengkuang adalah melalui
pemangkasan reproduktif (reproductive pruning). Pemangkasan reproduktif
adalah pemangkasan organ-organ (sink) reproduktif tanaman yaitu bunga dan
polong. Pemangkasan reproduktif tersebut bertujuan mengurangi tingkat
kompetisi antar sink dalam tanaman. Umbi dan sink reproduktif adalah sink yang
berkompetisi satu sama lain. Oleh karena itu, pemangkasan sink reproduktif
diasumsikan akan menghasilkan distribusi asimilat ke sink storage (umbi).
Dengan demikian diasumsikan hasil umbi akan meningkat.
Pemangkasan dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan. Dengan
pemangkasan diharapkan arsitektur daun menjadi kompak dan jarak sumber
(source) ke penyimpanan (sink) menjadi lebih pendek sehingga fotosintesis lebih
efektif dan translokasi lebih cepat dan lancar. Kecepatan translokasi sukrosa hasil
assimilat tergantung gradien tekanan hidrostatis di sumber dan penyimpanan,
jarak saluran yang menghubungkan sumber dengan penyimpanan atau daerah
pemanfaatan serta viskositas (Ali, 1996).
Dachlan dkk (2004) menyatakan bahwa pemangkasan dapat dilakukan pada
fase pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pemangkasan pada fase generatif dapat
mencegah persaingan kebutuhan fotosintat antara bagian pucuk tanaman dengan
organ-organ generatif.
Jarak Tanam
Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman maupun
antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya matahari
maupun ruang tumbuh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam. Dengan tingkat kerapatan
yang optimum maka akan diperoleh ILD yang optimum dengan pembentukan
bahan kering yang maksimum. Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya
saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran
cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat,
disamping juga laju evaporasi dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang
terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif
76
kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu
dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum
(Mayadewi, 2007).
Tujuan pengaturan jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan
kemungkinan tanaman untuk tumbuh baik tanpa mengalami persaingan dalam hal
pengambilan air, unsur hara dan cahaya matahari, serta memudahkan
pemeliharaan tanaman. Penggunaan jarak tanam yang kurang tepat dapat
merangsang pertumbuhan gulma sehingga dapat menurunkan hasil (produksi)
(Rahayu dan Berlian, 1999).
Keuntungan menggunakan jarak tanam rapat antara lain : (a) sebagai benih
yang tidak tumbuh atau tanaman muda yang mati dapat terkompensasi, sehingga
tanaman tidak terlalu jarang, (b) permukaan tanah dapat segera tertutup sehingga
pertumbuhan gulma dapat ditekan, dan (c) jumlah tanaman yang tinggi
diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula. Sebaliknya jarak tanam
yang terlalu rapat mempunyai beberapa kerugian yakni : (a) polong per tanaman
menjadi sangat berkurang, sehingga hasil per hektarnya menjadi rendah, (b) ruas
batang tumbuh lebih panjang sehingga tanaman kurang kokoh dan mudah roboh,
(c) benih yang dibutuhkan lebih banyak dan (d) penyiangan sukar dilakukan
(Rahayu, 2009).
Adanya interaksi diantara tanaman yang berdekatan merupakan fungsi dari
jarak tanam dan besarnya tanaman bersangkutan. Disamping populasi tanaman,
pengaturan jarak tanam menjadi penting dalam mengoptimumkan penggunaan
faktor lingkungan. Terdapat beberapa system pengaturan jarak tanam di lapangan
yang mungkin mmempengaruhi hasil produksi tanaman antara lain bentuk segi
empat atau bujur sangkar, bentuk barisan dengan jarak baris teratur atau tidak dan
arah barisan yakni Utara-Selatan atau Timur-Barat (Jumin, 2002).
Tanaman bengkuang biasanya ditanam dalam barisan dan sering ditanam
dalam gundukan. Jarak tanam yang biasanya digunakan sekitar 15-30 cm dalam
barisan, dan 100 cm antar barisan, kerapatan rendah biasa digunakan dalam
penanaman pada gundukan atau ketika ditanam di dalam tumpang sari (Rubatzky
dan Yamaguchi, 1998).
C.Manfaat Tanaman
77
78
sedangkan daging buahnya berwarna putih. Kandungan utama dari buah ini adalah
gula, pati, kalsium, dan fosfor.
Manfaat Bengkuang bagi Kesehatan
Bengkuang mengandung cukup banyak vitamin C. Seperti yang kita
ketahui, vitamin C sangat baik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita
dan dapat menjauhkan kita dari berbagai jenis penyakit. Selain itu, vitamin C juga
merupakan sumber antioksidan alami yang dapat membantu tubuh dalam
mencegah radikal bebas. Selain vitamin C, bengkuang juga mengandung cukup
banyak vitamin B1 yang memiliki manfaat untuk mencegah penyakit beri-beri.
Manfaat bengkuang yang lain adalah sebagai pencegah dehidrasi karena di
dalamnya mengandung cukup banyak air. Fakta lain dari bengkuang yang cukup
mengejutkan adalah kemampuannya dalam mencegah penyakit jantung dan
stroke. Mengonsumsi buah bengkuang secara rutin dapat membantu untuk
menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh.
Ternyata bengkuang juga mengandung zat fi toestrogen yang sangat berguna
bagi wanita menopause. Kandungan serat yang cukup tinggi pada buah
bengkuang dapat mencegah kita dari beberapa masalah kesehatan pencernaan
seperti sembelit atau susah buang air besar dan kanker kolon. Lalu, manfaat
bengkuang terakhir untuk kesehatan adalah dapat membantu tubuh dalam
menurunkan kadar glukosa.
Dengan demikian, mengonsumsi buah bengkuang dapat menjauhkan kita
dari risiko diabetes. Bagi pembaca yang sedang menjalani diet, mengonsumsi
bengkuang juga dapat membantu menurunkan berat badan. Secara kimia buah
bengkuang banyak mengandung vitamin C, potasium, kalsium, fosfor, dan juga
serat, dan semua zat tersebut sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sedangkan
untuk khasiat bengkuang yang akan kita dapatkan bila kita sering mengonsumsi
bengkuang adalah sebagai berikut:
Mengobati batu ginjal dan empedu
Potasium dan fosfor yang terkandung di dalam buah bengkuang adalah zat
yang sangat bagus bagi tubuh, terutama untuk ginjal dan empedu. Jadi, saat
mengalami masalah pada batu ginjal atau empedu, mengonsumsi bengkuang
adalah salah satu alternatif yang dapat kita ambil untuk mengobatinya. Namun
demikian, konsultasi ke dokter juga perlu kita lakukan.
Mampu memperlancar pencernaan dan mencegah terjadinya konstipasi
79
Buah bengkuang adalah buah yang terkenal akan serat. Inilah yang
menyebabkan buah bengkuang sangat bagus untuk pencernaan. Saat tubuh
kekurangan serat akan menyebabkan susah buang air besar yang dapat berakibat
konstipasi.
Menghentikan diare
Bila kita mengalami diare, bengkuang menjadi salah satu alternatif yang
dapat kita ambil untuk mengobatinya. Serat yang terdapat di dalam buah
bengkuang mampu mengatasi masalah tersebut. Caranya cukup dengan
mengonsumsi buah bengkuang secara langsung.
Mengobati luka bakar
Bengkuang juga mampu mengobati luka bakar. Zat air yang terkandung di
dalam bengkuang mempunyai sifat mendinginkan dan menyegarkan. Cara
menggunakannya, yaitu parut buah bengkuang, lalu tempelkan pada bagian tubuh
yang mengalami luka bakar.
Menghambat terjadi kanker
Bengkuang juga mampu mencegah terjadinya kanker berbahaya. Untuk
mengatasi masalah kanker sebaiknya kita mengonsumsi bengkuang setiap hari.
Melembapkan kulit dan menjaga kesehatan kulit
Khasiat bengkuang yang paling terkenal adalah untuk menyehatkan kulit.
Ini dikarenakan zat air, kalsium vitamin C, serta serat yang terkandung di dalam
bengkuang sangat bagus untuk kulit. Cara menggunakannya juga cukup mudah,
dapat dilakukan dengan penggunaan luar maupun dalam. Penggunaan dalam,
yaitu dengan mengonsumsi langsung, dan untuk penggunaan luar dapat dilakukan
dengan menggunakan bengkuang untuk mencuci wajah atau kulit kita. Caranya:
parut bengkuang, lalu sapukan ke wajah sambil diurut-urut dengan ringan dan
biarkan beberapa menit, kemudian cuci dengan air hangat sampai bersih.
Bahan-bahan alami yang kaya nutrisi telah lama diandalkan sebagai sumber
perawatan terbaik bagi tubuh kita. Sebenarnya, kita bisa mendapatkan manfaat
semua bahan alami itu dengan cara mengonsumsi atau mengolahnya sesuai
anjuran dari para ahli gizi. Namun, efek sehat yang akan dirasakan kulit kita dari
olahan tersebut ternyata tidak terlalu besar. Tanaman umbi ini biasa ditemukan
dalam masker, lulur, sabun wajah, pelembap, dan lotion.
80
BAB 9. GADUNG
81
83
84
86
bagian yang sakit. Untuk obat dalam, 15-30 g umbi segar atau 5 g umbi kering
direbus lalu airnya diminum, atau umbi dijadikan keripik lalu dikonsumsi. Untuk
mengatasi rematik, umbi gadung 30 g dan jahe merah 10 g direbus dengan air 600
cc hingga tersisa 300 cc lalu disaring dan airnya diminum.
Meskipun umbi gadung dikenal mempunyai senyawa toksik, namun umbi
gadung juga memiliki khasiat untuk pengobatan seperti pada pengobatan kusta
(lepra), sifilis, kapalan, keputihan, nyeri haid, anti inflamasi, diabetes mellitus.
Beberapa penyakit lain yang dapat dibantu penyembuhannya oleh umbi gadung
antara lain :
1. Lepra : 1/2 kepal tngan umbi gadung di cuci lalu diparut, diremas dengan getah
biduri 1 sendok makan dan batang buta-buta 1 sendok makan; digosokkan pada
kulit yang terserang kusta atau lepra, dilakukan 3x sehari sebanyak yang
diperlukan.
2. Katimumul : satu kepal tangan umbi gadung dicuci bersih kemudian di parut,
untuk menurap ujung jari yang terserang katimumul lalu dibalut, dilakukan 2x
sehari sebanyak yang diperlukan.
3. Patah tulang : satu kepal tangan umbi gadung yang telah dicuci bersih lalu
diparut dan diremas dengan air garam seperlunya, untuk menurap bagian yang
cidera dan dibalut dengan daun bakung atau randu, dilakukan 2x sehari
sebanyak yang diperlukan.
4. Tahi lalat : 1/2 kepal tangan umbi gadung yang telah dicuci kemudian diparut,
hasil parutan diremas dengan air garam 1 sendok the, untuk menurap tahi lalat
yang terasa gatal-gatal, dilakukan beberapa kali sehari sebanyak yang
diperlukan, bila kering harus diganti.
5. Haid terasa nyeri : satu kepal tangan umbi gadung yang telah dicuci lalu
diparut, hasil parutan diremas dengan air garam 1 sendok makan, kemudian
diturapkan lalu dibebat, dilakukan 2x sehari pagi dan petang sebanyak yang
diperlukan.[3]
6. Sebagai bahan racun binatang
Umbi gadung mentah mengandung alkaloid yang dapat digunakan sebagai
bahan racun hewan . Sisa pengolahan tepungnya dapat digunakan sebagai
insektisida. Pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung efektif mengendalikan
87
ulat dan hama pengisap. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan pemabuk
ikan.
7. Sebagai bahan baku bioetanol
Alkohol dapat dihasilkan dari bahan baku tanaman yang mengandung pati,
salah satunya adalah gadung dengan mengubahnya menjadi glukosa yang dikenal
dengan nama bioetanol. Alkohol tersebut dapat diperoleh dari pengolahan lebih
lanjut dari air rebusan umbi gadung. Pembuatan bioetanol dari limbah umbi
gadung tersebut dapat meningkatkan nilai tambah dan menjadi produk yang
bernilai ekonomi tinggi.
8. Sebagai pewangi
Selain umbinya, bunga dari tanaman gadung dapat pula dimanfaatkan.
Bunga dari tanaman gadung ini yang berwarna kuning dapat digunakan untuk
mewangikan pakaian dan dapat pula dipakai sebagai hiasan rambut
A. Tanaman Kentang
Di Indonesia, kentang pertama kali ditemukan pada tahun 1794 di daerah
Cisarua, Cimahi (Bandung). Jenis kentang yang di tanam di Cisarua di duga
berasal dari Amerika Serikat, yang dibawa oleh orangorang Eropa. Varietas
kentang yang pertama kali didatangkan ke Indonesia adalah Eigenhiemer. Pada
tahun 1811 kentang sudah ditanam secara luas di berbagai daerah, terutama di
pegunungan (dataran tinggi) Pacet, Lembang, Pengalengan (Jawa Barat),
88
sebagai
tempat
proses
asimilasi
untuk
89
zat hara dari tanah ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke
bagian tanaman yang lain.
3. Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar
tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar
serabut umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus tanah
dangkal. Akar tanaman berwarna keputih putihan dan halus berukuran sangat
kecil. Di antara akarakar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsinya
menjadi umbi (stolon) yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang. Akar
tanaman berfungsi menyerap zatzat yang diperlukan tanaman dan untuk
memperkokoh berdirinya tanaman (Samadi, 1997).
4. Bunga
Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang tersusun dalam
rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang dengan
tiap karangan bunga memiliki 715 kuntum bunga. Warna bunga bervariasi :
putih, merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daun kelopak (calyx), daun mahkota
(corolla), benang sari (stamen), yang masingmasing berjumlah 5 buah serta putih
1 buah. Bunga bersifat protogami, takni putik lebih cepat masak daripada tepung
sari. Sistem penyerbukannya dapat menyerbuk sendiri ataupun silang (Rukmana,
1997).
Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah
dan bijibiji (Samadi, 1997). Buah kentang berbentuk bulat, bergaris tengah
kurang lebih 2,5 cm, berwarna hijau tua sampai keunguunguan dan tiap buah
berisi 500 bakal biji. Bakal biji yang dapat menjadi biji hanya berkisar 10 butir
sampai dengan 300 butir. Biji kentang berukuran kecil, bergaris tengah kurang
lebih 0,5 mm, berwarna krem, dan memiliki masa istirahat (dormansi) sekitar 6
bulan (Rukmana, 1997).
5. Umbi
Umbi terbentuk dari cabang samping diantara akarakar. Proses
pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari
rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome membengkak.
90
Bagian umbi
Bentuk umbi
Warna kulit umbi
Warna daging umbi
Mata tunas
Ciri-ciri visual
Bulat, bulat lonjong, dan lonjong memanjang
Putih, kuning, dan merah
Putih,putih kekuningan dan kuning
Dangkal, menengah 9medium) dan dalam
Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung zat solanin yang
beracun dan berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin akan berkurang
atau hilang apabila umbi telah tua sehingga aman untuk dimakan. Tetapi racun
solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersebut keluar dari tanah dan terkena
sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna
hijau walaupun telah tua (Samadi, 1997).
B. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang
Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi atau
daerah pegunungan dengan ketinggian 10003000 m dpl. Pada dataran medium,
tanaman kentang dapat di tanam pada ketinggian 300-700 m dpl. (Samadi, 1997).
Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah
(dingin) dengan suhu ratarata harian antara 1520o C. Kelembaban udara 8090% cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan antara 200 300
mm per bulan atau ratarata 1000 mm selama pertumbuhan (Rukmana, 1997).
Suhu tanah optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara
1518o C. Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang
dari 10o C dan lebih dari 30o C (Samadi, 1997).
Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, bersolum dalam, aerasi dan drainasenya baik dengan
reaksi tanah (pH) 56,5. Jenis tanah yang paling baik adalah Andosol dengan ciri
ciri solum tanah agak tebal antara 12 m, berwarna hitam atau kelabu sampai
coklat tua, bertekstur debu atau lempung berdebu sampai lempung dan bertekstur
91
remah. Jenis tanah Andosol memiliki kandungan unsur hara sedang sampai tinggi,
produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai netral
(Rukmana, 1997).
Daerah yang berangin kencang harus dilakukan pengairan yang cukup dan
sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin kencang yang
berkelanjutan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
pertumbuhan tanaman dan penularan bibit penyakit ke tanaman dan ke areal
pertanaman yang lain
C. Tata Laksana Budidaya Kentang
1. Penyiapan Lahan
Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah
karena hama dan penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi
anaerob (Samadi, 1997). Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga siap
tanam dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah
perencanaan yang meliputi penentuan arah bedengan, terutama pada lahan
berbukit, pembuatan selokan, pemeliharaan tanaman dan pemupukan.
Tahap berikutnya adalah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau
pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian
diistirahatkan selama 12 minggu. Pengolahan tanah dapat diulangi sekali lagi
hingga tanah benarbenar gembur sambil meratakan tanah dengan garu atau
cangkul untuk memecah bongkahan tanah berukuran besar.
Setelah pembajakan tanah dan penggemburan dilakukan pembuatan
bedengan dan selokan untuk irigasi atau pengairan. Bedengan dibuat membujur
searah TimurBarat, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai
seluruh tanaman. Bedengan berukuran lebar 70100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar
bedeng yang merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan
dengan kondisi lahan. Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan (30 cm).
Selanjutnya di sekeliling petak petak bedengan dibuat selokan untuk
pembuangan air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm (Samadi, 1997).
Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan.
Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan
sebelum tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kirakira satu
minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan dengan dua
92
94
Perlakuan
Pupuk Kandang
Pupuk anorganik
Urea/za
TPS
KC
PPC (Supermes)
45
165/350kg
165/365kg
100 kg
100 kg
400 kg
7-10
hari
sekali
Sumber : Samadi (1997)
Keterangan : HST : Hari Setelah Tanam
PPC : Pupuk Pelengkap Cair
Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan menyebar pupuk itu di
sekeliling tanaman pada jarak 10 cm dari batang tanaman dengan dosis sekitar
95
1020 g per tanaman atau diberikan pada barisan diantara tanaman kurang lebih
2025 cm kemudian segera menimbunnya dengan tanah sambil membumbun.
g. Hama dan Penyakit
Menurut Rukmana (1997), hama dan penyakit yang menyerang tanaman
kentang antara lain :
1. Hama Kentang
Hama Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala : Ulat menyerang daun dengan memakan bagian ephidermis dan jaringan
hingga habis daunnya.
Pengendalian :
1) Mekanis dengan memangkas daun yang telah ditempeli telur
2) Kimia dengan Azordin, Diazinon 60 EC, Sumithion 50 EC.
Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala : Kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat
menularkan virus bagi tanaman kedelai.
Pengendalian :
1) Dengan cara memotong dan membakar daun yang terinfeksi.
2) Menyemprotkan Roxion 40 EC, Dicarzol 25 SP.
Orong orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala : Menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda.
Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri.
Pengendalian : Menggunakan tepung Sevin 85 S yang dicampur dengan pupuk
kandang. Hama penggerek umbi (Phtoremae poerculella Zael)
Gejala : Pada daun yang berwarna merah tua dan terlihat adanya jalinan seperti
benang yang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi
yang terserang bila di belah, akan terlihat adanya lubang lubang karena sebagian
umbi telah dimakan.
Pengandalian : Secara kimia menggunakan Selecron 500 EC, Ekalux 25 EC,
Orthene & 5 SP. Lammnate L.
Hama trip (Thrips tabaci)
Gejala : Pada daun terdapat bercak bercak berwarna putih, selanjutnya
berubah menjadi abuabu perak dan kemudian mengering. Serangan ini dimulai
dari ujung ujung daun yang masih muda.
Pengendalian :
96
97
98
A.
KARAKTERISTIK GEMBILI
Gembili masuk dalam spesies Dioscorea esculenta (Lour.) Burkill. Gembili
disebut juga Lesser yam, Chinese yam, Asiatic yam. Nama Lokal gembili adalah
ubi aung (Jawa Barat), ubi gembili (Jawa Tengah), kombili (Ambon). Bentuk
umbi gembili pada umumnya bulat sampai lonjong, tetapi ada juga bentuk
bercabang atau lobar. Permukaan umbi licin, warna kulit umbi krem sampai coklat
muda, warna korteks kuning kehijauan dan warna daging umbi putih bening
sampai putih keruh. Umbi gembili berdiameter sekitar 4 cm, panjang 4 cm sampai
10 cm dengan bentuk bulat atau lonjong. Tebal kulit umbi sekitar 0,04 cm. Kulit
umbi mudah dikupas karena cukup tipis. Berat umbi sekitar 100 200 gram.
Komponen
kimia
terbesar
pada
gembili
adalah
air
kemudian
karbohidrat.Karbohidrat
pada
gembili
tersusun atas
gula,
amilosa
dan
amilopektin. Komponen gula tersusun atas glukosa, fruktosa dan sukrosa sehingga
menyebabkan rasa manis. Protein pada gembili tersusun atas asam amino yang
jumlahnya rendah yaitu asam amino sulfur (metionin dan sistein), lisin, tirosin dan
triptofan, sedangkan asam amino yang lain jumlahnya besar.
Tumbuhan yang seringkali berduri. Akar-akar pada tumbuhan liarnya
berduri, pada tanaman budidaya seringkali tidak berduri. Setiap 1 tanaman
terdapat 4-20 umbi; umbi tua berbentuk silinder, kadangkala berlobi, kulit lapisan
luar coklat atau abu-abu-coklat, tipis, seringkali kasar; daging putih. Batang tegak,
memanjat melingkar ke kiri, berduri di bagian dasar dan di bagian atas tidak
berduri. Daun tunggal, berseling, menjantung, seringkali terdapat 2 duri di
pangkal. Perbungaan jantan di ketiak, perbungaan betina melengkung ke bawah,
bulir menyerupai tandan., soliter. Buah (sangat jarang ditemukan) kapsul, pipih.
Biji bersayap membundar.
B.
DAERAH ASAL
Tempat tumbuh alami jenis ini di daerah tropis lembab dan agak lembab.
Sebaran terbaiknya pada daerah dengan curah hujan 875 1750 mm per tahun,
dengan suhu minimum 22.70 C.. Penyebarannya menurun pada daerah bersuhu
35 C atau di atasnya. Penanaman sebaiknya di dataran rendah, namun di
Himalaya pada ketinggian 900 m dpl dapat berhasil dengan baik. Pembentukan
umbi ditentukan oleh kondisi optimum pada kondisi hari siang pendek, drainasi
99
berbentuk paling besar dibanding yang lain. Gembili teropong bentuknya bulat
memanjang seperti teropong. Sedangkan gembili legi mempunyai bentuk paling
kecil, tetapi rasanya paling enak, karena paling manis. Gembili srewot,
permukaannya mempunyai rambut-rambut akar yang sangat banyak. Terakhir
gembili wulung mempunyai umbi, batang dan daun berwarna ungu.
Varietas lain dari gembili yaitu Gembolo (Dioscorea bulbifera), suku gadunggadungan atau Dioscoreaceae) merupakan tanaman umbi-umbian yang ditanam di
pekarangan. Tanaman ini semakin jarang dikenal dan hanya bisa dijumpai di desadesa. Umbi gembolo serupa dengan umbi gembili namun berukuran lebih besar.
Tumbuhan gembili merambat dan rambatannya berputar ke arah kanan
(searah jarum jam jika dilihat dari atas). Tumbuhan ini juga dapat menghasilkan
umbi dari batang yang ada di permukaan. Umbi ini disebut umbi udara dan
dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan vegetatif. Gembolo sekarang tersebar
ke seluruh daerah tropika dan di beberapa tempat di Afrika menjadi sumber
karbohidrat penting
Spesies Dioscores aculeata terdapat mulai dari yang forma kecil (diameter
umbi 4 sd.7 cm) yang disebut gembili sampai forma besar (diameter umbi 15 cm)
yang disebut gembolo. Gembili pun masih terdiri dari berbagai forma. Mulai dari
forma umbi bulat telur sampai lonjong. Forma lonjong berukuran lebih besar
100
dibanding forma bulat. Diameter umbi forma bulat sekitar 3 cm, sementara forma
lonjong sampai 7 cm. Panjang batang gembili bisa mencapai 5 meter lebih.
Diameter batang antara 3 sd. 7 mm, berkulit keras (kaku) dan berduri. Forma
gembolo malahan juga menghasilkan akar yang juga berduri yang disebut
gemarung. Duri gemarung ini sangat kuat hingga sulit sekali lapuk. Meskipun
sudah bertahun-tahun dalam tanah, duri gemarung akan tetap utuh berwarna hitam
mengkilap. Daun gembili maupun gembolo berbentuk jantung berwarna hijau tua
dengan tulang daun tampak menonjol. Panjang daun mulai dari 7 cm (gembili)
sampai 15 cm (gembolo).
Sebagai tanaman pemanjat, gembili maupun gembolo memerlukan panjatan.
Gembolo memerlukan batang pohon sebagai panjatan, sebab batangnya lebih
panjang dengan jumlah cabang lebih banyak. Sampai saat ini, gembolo tidak
pernah dibudidayakan secara khusus. Umbi ini banyak tumbuh lias dihutan-hutan
jati atau dibudidayakan satu dua batang di kebun rakyat. Meskipun gembolo
berukuran jauh lebih besar dari gembili, namun umbi ini kurang disukai
masyarakat karena rasanya tidak selezat gembili. Kandungan pati gembolo lebih
rendah dari gembili, sementara kandungan airnya lebih tinggi. Hingga rasa
gembolo kurang begitu enak dibanding gembili. Selain itu, tangkai umbi gembili
cukup panjang, kadang-kadang sampai lebih dari 50 cm. Duri gemarungnya yang
banyak, kuat dan sangat tajam juga kurang disukai petani. Namun sebagai sumber
genetik plasma nutfah, sebenarnya gembolo layak untuk tetap dilestarikan.
Keberadaan gembolo di hutan jati merupakan alternatif pelestarian yang cukup
aman.
D. Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
: Liliidae
: Liliales
: Dioscoreaceae
: Dioscorea
101
Spesies
: Dioscorea esculenta (Lour.) Burkill
Nilai gizi gembili tidak jauh berbeda dibanding dengan ubi kayu segar.
Gembili mempunyai nilai kalori 95 ka V I00 g atau sekitar dua per lima bagian
dari nilai kalori ubi kayu dan sekitar seperlima bagian dari nilai kalori tepung
beras (Suhardi dkk, 2002). Gembili dan ubi kayu te1ah menjadi sumber bahan
pangan sekunder yang penting dibeberapa negara tropis. Di Afrika Se1atan
gembili sel
102
dayabergantung
pada
jenis
gembili
yang
ditanam.
Umumnya
gembili
103
tumbuh dihutan jati atau di kebun rakyat malahan bisa baru dipanen setelah
tanamannya mengering sama sekali dan tidak tampak bekas-bekasnya.
Selama ini perbanyakan Dioscorea esculenta dilakukan secara vegetatif
dengan menggunakan umbi berbagai ukuran dan berat. Hal ini menyebabkan
adanyapertumbuhan dan hasil tanaman yang beragam. Onwueme (1978)
menyatakan bahwa ukuran umbi menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman ubiubian. Hal inidisebabkan oleh perbedaan kandungan cadangan makanan dalam
umbi pada masing-masing berat umbi yang digunakan untuk pertumbuhan tunas
sebelum mampuberfotosintesis. Dengan demikian penggunaan umbi yang sesuai
untuk bibit perbanyakan tanaman penting diperhatikan agar dapat dihindari
penggunaan umbi bernilai ekonomi terlalu besar. Penggunaan umbi berukuran
besar memiliki keuntungan: umbi lebih cepat bertunas dan tumbuh, jumlah tunas
lebih banyak, vigor tanaman lebih baik (Onwueme, 1984). Namun cara ini
memerlukan jumlah umbi lebih banyak dibanding umbi berukuran lebih kecil.
Umbi yang masih mentah berkhasiat sebagai obat tetapi bila dimakan rasanya
agak gatal.
Di Afrika Barat gembili dipakai sebagai industri pati dan alkohol. Umbi
yang kecil disebut gembili, sedangkan umbi yang besar disebut gembolo. Daging
umbinya berwarna putih sampai kekuningan. Pada umumnya dibudidayakan
sebagai usaha sambilan saja. Pada musim kemarau mengalami masa istirahat
selama 1-6 bulan. Menjelang musim hujan umbi ini akan bertunas dan
dipergunakan sebagai bibit. Perbanyakan dapat dilakukan selain dengan umbinya,
juga dapat dilakukan dengan stek batang. Umbi gembili dapat mulai dipanen pada
umur8-9 bulan setelah masa tanam. Perubahan pasca panen pada umbi-umbian
terutama terjadi pada perubahan komposisi kimianya. Perubahan komposisi kimia
selama penyimpanan meliputi :
104
Kutu daun
Hama ini sering berkelompok dipermukaan daun bagian bawah atau atau
Kutu Lompat
Gejala serangan ulat ini tampak dengan adanya lubang lubang bekas gigitan,
lama kelamaan lubang ini akan semakin luas hingga akan tersisa tulang daun saja.
3. Uret
Hama ini merupakan larva dari kumbang yang telurnya diletakan didalam
tanah, dan telurnya yang disebut uret dan akan merusak umbi. Gejalanya tampak
pada umbi yang berlubang-lubang tidak beraturan, kemudian membusuk.
2. Penyakit yang menyerang gembili
A.
Busuk Daun
Penyebabnya adalah jamur atau cendawan Phitophora infestans. Cendawan
ini menyerang daun pada fase pertumbuhan. Serangannya dapat terjadi pada
batang tanaman, tangkai daun dan umbi. Penyebarannya dapat terjadi melalui
angin, air. Gejalanya bercak-bercak berwarna hijau agak basah.
1.
Busuk Umbi
Penyebabnya adalah jamur Colletotricum coccodes. Jamur ini berkembang
biak apabila kelembapan udara tinggi. Gejalanya tampak pada daun yang
menguning, menggulung dan layu. Pada bagian batang berwarna coklat tua dan
sampai hitam, pada akar umbi muda menyebabkan membusuk, dan pada umb
yang tua menyebabkan bercak berwarna kelabu.
2. Penyakit Fisiologis
Penyakit ini terjadi karena kekurangan zat makanan atau akibat factor
lingkungan yang tidak sesuai.
105
pada tanaman.
Kekurangan Nitrogen, Fosfor, Kalium, akibatnya pertumbuhan terhambat
bagian
106
Pada umumnya umbi yang baru dipanen kotor karena tertempeli tanah dan masih
terdapat sisa sisa akar, batang, daun.
2.
Sortasi
Umbi yang telah dibersihkan selnjutnya disortasi, dipisahkan umbi yang baik dan
sehat, yaitu umbi yang tidak cacat dan tidak terserang hama dan penyakit.
Daun gembili yang mengering dapat menjadi pupuk hijau. Kita bisa
mengumpulkannya
dan
menjadikannya
media
tanam
untuk
tanaman
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Elya., Mudita O., Setiono. 2013. Peluang Budidaya Iles-Ies
(Amorphohallus spp.) Sebagai Tanaman Sela Di Perkebunan Karet. Warta
Perkeretan Hal 35-46
Anonim. 2010: Prospek Pengembangan Ubi Jalar dalam Mendukung
Diversifikasi Pangan dan Ketahanan Pangan. PSE Penelitian dan
Pengembangan Departmen Pertanian,
108
Andry A.
M.
P. 2010.
Budidaya
Tanaman
Kentang.
file:///C:/Users/sentracom%20genteng/Downloads/135%20(1).pdf (16 Juni
2016)
109