Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKALA PENGUKURAN
Disusun oleh :
Ezha Fericko Y
Sheila Permata Ayuni
C1B014011
C1B014012
C1B014013
Dea Palensa
C1B014014
Indah Widyastuti
C1B014016
Ginadya Nureni
C1B014017
Riyanto
C1B014019
Entika
C1B014021
Denny Prabowo
C1B014022
A. KOMPONEN PENGUKURAN
Tujuan pengukuran adalah menerjemahkan karakteristik data empiris ke dalam
bentuk yang dapat dianalisis oleh penliti. Dengan demikian, pengukuran selalu melibatkan
penggunaan prosedur yang secara simbolik dapat merefleksikan dimensi realitas dalam dunia
analitik si peneliti. Singkatnya, titik fokus pengukuran adalah pemberian angka terhadap
data empiris berdasarkan sejumlah aturan/prosedur tertentu. Prosedur ini dinamakan proses
pengukuran, yaitu investigasi engenai cirri-ciri yang mendasari kejadian empiris dan member
angka atas cirri-ciri tersebut. Kendati komponen pengukuran amat beragam, setidaknya ada
tiga komponen yang dibutuhkan dalam setip pengukuran, yaitu: (1) kejadian empiris
(empirical events) yang dapat diamati, (2) penggunaan angka (the use of numbers) untuk
menggambarkan kejadian tersebut, (3) sejumlah aturan pemetaan (set of mapping rules)
Kejadian empiris mrupakan sejumlah cirri-ciri dari objek, individu atau kelompok
yng diamati. Dapat diamati mengandung arti bahwa setiap orang dapat menngkap, tau
setidaknya menyimpulkan, bahwa suatu objek, individu, atau kelompok mempunyai cirri-ciri
tertentu. Sebagai contoh, bila kita ingin mempelajari hubungan antara jenis kelamin
administrator dan kepuasan kerja bawahan-bawahannya, maka langkah pertama yag harus
dilakukan adalah engidentifikasi unit analisis, yaitu : objek, individu, atau kelompok yang
kita amati. Dalam kasus ini, unit analisis adaah individu administrator dan bawahannya.
Setelah objek empiris utama berhsil di pusat perhatian, yang dalam hal ini adalah jenis
kelamin administrator dan tingkat kepuasan kerja bawahannya. Inilah konsep-konsep yang
perlukita ukur.
Komponen pengukuran kedua adalah penggunaan angka untuk menggambarkan
kejadian empiris, angka adalah numeric atau symbol-simbol lain yang digunakan untuk
mengidentifikasi. Penggunaan angka adalah untuk memberi arti bagi cirri-ciri yang menjadi
pusat perhatian peneliti. Spesifikasi tingkat pengukuran, kemudian, diberikan dengan
member arti bagi angka tersebut.
Komponen terakhir yang penting dari setiap pengukuran adalah sejumlah aturan
pemetaan, yaitu pernyataan yang menjelaskan arti angka terhadap kejadian empiris.
Misalnya, dalam kasus diatas, aturan pemetaan mengenai jenis kelamin administrator
memberikan angka 1 bila pria angka 2 bila wanita. Sementara untuk kepuasan kerja bawahan
aturan pemetaan adalah -2 bila sangan tidak puas, -1 bila tidak puas, 0 bila netral (puas/tidak
puas), 1 bila puas, dan 2 bila sangat puas. Aturan-aturan ini menggambarkan dengan
gamblang ciri-ciri apayang kita ukur. Aturan-aturan pemetaan disusun oleh peneliti untuk
tujuan studi.
Agar lebih jelas memahami tiga komponen yang diperlukan dalam pengukuran
maka disajikan tabel berikut. Dalam contoh, diasumsikan hanya ada dua administrator (Sumi
dan Soma), yang masing-sing mengawasi dua orang bawahan (Johan dan Rena, Andi dan
Sekar). Kemudian kita menaksir kejadian empiris (jenis kelamin administrator dan kepuasan
kerja bawahan) untuk masing-masing individu dan member angka menurutaturan pemetaan
yang telah digariskan oleh peneliti.
Mengukur Jenis Kelamin
Administrator
Kejadian
Aturan
Angka
Empiris
Pemetaan
Aturan Pemetaan
Kejadian Empiris
-2, -1, 0,
1, 2
-2 bila sangat
tidak puas
-1 bila tidak
puas
0 bila netral
1 bila puas
2 bila sangat
Puas
Kepuasan kerja
bawahan
1 atau 2
-2
-1
0
1
2
JOHAN
SOMA
2
-2
-1
0
1
2
-2
-1
0
1
RENA
ANDI
2
SUMI
2
-2
-1
0
1
2
SEKAR
B. PROSES PENGUKURAN
Proses pengkuran dapat digambarkan sebagai sederetan tahap yang saling
berkaitan yang dimulai dari: (1) mengisolasi kejadian emipris, (2) mengembangkan konsep
kepentingan (concept of interest), (3) mendefinisikan konsep secara konstitutif dan
operasional, (4) mengemangkan skala pengukuran, (5) mengevaluasi skala berdasarkan
realiabilitas dan validitasnya hingga (6) penggunaan skala.
Proses pengukuran dimulai dari mengisolasi kjadian empiris untuk kepentingan
pengukuran. Aktivitas ini merupakan konsekuensi langsung dari masalah identifikasi dan
masalah formulasi. Intinya, kejadian empiris dirangkum dalam bentuk konsep atau konstruksi
yang berkaitan dengan masalah penelitian. Konsep adalah abstraksi ide yang digeneralisasi
dari faktor tertentu.
Tahap selanjutnya adalah mendefinisikan konsep yang telah diidentifikasi. Dalam
taraf ini dibedakan difinisi konstitutif (constitutive definitions) dalam definisi operasional
(operational definitions). Definisi konstitutif mendefinisikan konsep dengan konsep lain
sehingga melandasi konsep kepentingan. Jika suatu konsep telah didefinisikan secara
konstitutif dan benar, berarti konsep tersebut telah siap untuk dibedakan dengan konsep lain.
Begitu definisi konstitutif telah ditetapkan , maka definisi operasiona harus dinyatakan
karena definisi operasional akan merefleksikan dengan tepat esensi definisi konstitutif.
Definisi operasional memperinci aturan pemetaan dan alat dimana variable akan diukur
dalam kenyataan. Definisi ini menyatakan prosedur yang harus diikuti oleh peneliti dalam
memberikan angka terhadap konsep yang diukur.
Sampai taraf ini proses pengukuran nampaknya amat jelas. Namun dalam praktek
bisanya peneliti akan berhadapan dengan berbagai teori yang mendasari definisi konstitutif
dan operasional. Misalnya, tentang konsep kinerja pekerjaan (job performance). Konsep ini
dapat diartikan sebagai hasil sukses atau sidak sukses dari suatu tugas; namun peneliti lain
barangkali mengartikan kinerja pekerjaan sebagai reaksi karyawan terhadap konsekuensi
menyelesaikan pekerjaan tertentu. Disini, peneliti dan manajer harus menyetujuai asensi
konsep (definisi konstitutif) untuk meyakinkan bahwa kedua belah pihak mempunyai
persepsi yang sama mengenai kinerja pekerjaan. Setalah tercapai kesepakatan mengenai
defiisi konseptual dari suatu konsep, peneliti harus memilih beberapa alternatif definisi
operasi. Sebagai contoh, bila definisi konstitutif dari kinerja pekerjaan adalah tingkat dimana
seorang karyawan mampu enyelesaikan tugas-tugasnya pada jabatan tertentu, maka konsep
ini dapat dioperasionalkan menjadi beberapaalternatif, seperti proporsi hari kerj dimana si
karyawan tidak absen, kuantitas produksi, kualitas produk yang diukur dengan tingkat
kesalahan, atu bahkan tingkat keterlambatan atau kecerobohan.
Setelah definisi dinyatakan dengan tepat, pemberian angka dapat dilakukan.
Tujuan utamanya adalah agar sifat-sifat angka tersebut seiring dengan sifat-sifat kejadian
yang ingin diukur. Tugas ini dicapai oleh peneliti dengan (1) memahami betul hakikat
kejadian empiris yang diukur (2) menerjemahkan pengetahuan ini dalam pemilihn dan
penyusunan skala pengukuran yang mencerminkan sifat-sifat yang sama. Skala pengukuran
(measurement scale)dapat didefinisikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk
memberikan angka terhadap objek atau kejadian empiris.
Setelah definisi dinyatakan dengan tepat, pemberian angka dapat dilakukan.
Tujuan utamnya adalah agar sifat-sifat angka tersebut seiring dengan sifat-sifat kejadian
yang ingin diukur. Tugas ini dicapai oleh peneliti dengan : (1) memahami betul hakikat
kejadian empiris yang diukur; (2)menerjemahkan pengetahuan ini dalam pengetahuan ini
dalam pemilihan dan penyusunan skala pengukuran yang mencerminkan sifat-sifat sama.
Sekala pengukuran (measurement scale) dapat didefinisikan sebagai suatu alat untuk
memberikan angka terhadap objek/kejadian empiris.
C. SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran amat bervariasi. Skala sederhana (simple scale) adalah suatu
skala yang digunakan untuk mengukur beberapa karakterisitik. Misalnya apakah anda laki-
laki atau perempuan? skala yang kompleks adalah skala yang beragam. Yang digunakan
untuk mengukur beberapa karaketristik. Misalnya, bagaimana tanggapan anda tentang
pemberantasan penyakit AIDS di kompleks lokasi pelacuran: sangat tidak setuju, tidak
setuju, tidak peduli, setuju, sangat setuju.
Kendati kompleksitas dan variasi alat pengukuran amat beragam, setiap skala
mempunyai ciri-ciri setidaknya satu dari empat tingkatan sekala dalam pengukuran
dalam riset bisnis yaitu: nominal, ordinal, interval, rasio.
Sekal nominal
Adalah sekala yang hanya digunakan untuk memeberikan kategori saja. Sifat
kategori bersifat mutually exclusive. Artinya jika satu indicator sudah masuk pada satu
kategori maka tidak mungkin masuk kedalam kategori lainnya. Sekala nominal merupakan
sekala yang memiliki tingkat yang paling rendah dalam sebuah riset.
Contoh :
Wanita 1
Laki-laki 2
Dari nilai diatas berarti tidak berarti bahwa laki laki lebih tinggi dari perempuan Karena bernilai
2, atau sebaliknya. Angka diatas hanya diguankan untuk membedakan jenis kelamin saja,
sekala Ordinal
adalah sekala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar
tingkatan. Akan tetapi jarak antau interval antar tingkatan belum jelas. Sekala ordinal memeiliki
tingkatan yang lebih tinggi dinadingak dengan sekala nominal Karena tidak hanya menyatakan
kategori saja. Tetapi sudah dapat menyatakan peringkat.
Contoh :
1.Bagaimana penilaian anda terhadap tempat parkir super market di Dieng Plateau ?
Sangat baik
score 5
Baik
score 4
Cukup
score 3
Tidak baik
score 2
score 1
2.Bagaimana penilaian anda terhadap tempat parkir super market di Dieng Jaya ?
Sangat baik
score 5
Baik
score 4
Cukup
score 3
Tidak baik
score 2
score 1
3. Menurut anda diantara supermarket dieng plateau denga dieng jaya, supermarket mana yang
memiliki tempat parkir paling baik ?
Jawaban :
Supermarket Dieng plateau
Dari jawaban tersebut responden memberikan tanggapan yang sama untuk dua
supermarket yaitu memeberikan tanggapan baik dengan score 4. Tetapi ketika dilanjutkan ke
pertanyaan yang ketiga responden menjawab kondisi tempat parkir supermarket dieng plateau
yang lebih baik. Hal ini bisa terjadi Karena tingkatan antar jawaban belum memiliki jarak
interval yang pasti.dalam hal ini, jawaban baik dengan score 4 bukan berarti memiliki kondisi 2
kali lebih baik jika responden menjawab tidak baik dengan score 2.
Skala interval
Sekala interval adalah sekala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan
peringkat antar tingkatan. Pada sekala ini jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas. Tetapi
belum memiliki nilai 0(nol) yang mutlak. Skala interval memiliki tingkatan yang lebih tinggi
dibandingkan sekla ordinal Karena selain menyatakan peringkat, jarak antar tingkat sudah jelas.
Contoh :
Skala dalam thermometer
Suhu dala ruangan adalah 15 derajat celcius ,sedangkan ruangan yang lain memiliki suhu
30 derajat celcius. Bisa diakakan bahwa selisih suhu antara satu ruangan dengan ruangan yang
lain adlaha 15derajat celcius.akan tetapi, ketika suatu ruangan bersuhu 0 derajat celcius maka
tidak berarti bahwa ruangan tersebut benar-benar tidak bersuhu Karena pada sekala nilai ini
bukan merupakan nilai yang mutlak.
Skala rasio
Adalah sekala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat
antar tingkatan. Pada sekala ini jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas dan memiliki nilai
0 mutlak . sekala rasio memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekala interval
Karena disamping dapat menyatakan peringkat, jarak antar tingkatan sudah jelas dan sudah
memiliki niai nol mutlak. Nilai nil mutlak memiliki arti bahwa nol benar- benar menyatakan
tidak ada.
Contoh:
berat badan FAKHRUN 30 KG sedangkan berat badan Jevi 60 kg denga demikian dapat
diakatakan bahwa selisih berat badan jevi dengan berat badan fakhrun 30 kg .juga dapat
dikatakan bahwa berat badan jevi dua kali lebih berat dibandingkan berat badan fkhrun. Apabila
berat suatu barang adalah 0 maka barng tersebut memang benar benar tidak memiliki berat.
Tipe sekala pengukuran juga sangat berkaitan dengan alat analisis data yagn diguknakan
jika sekala pengukuran yang digunakan adalah sekala nominal dan ordinal maka alat analisi
stastistik yang digunakan adalah statisitk non-parametik akan tetapi, jika sekala pengukuran yang
digunakan adalah interval dan rasio maka alat analisis ststistik yang diguanakan adalah non
parametirik.
D. VALIDASI
Sutau skala pengukuran disebut valid bila melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan
mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka tidak
bermanfaaat bagi peneliti Karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya
dilakukan.
E. REHABILITAS
Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala
pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas karena yang pertama memusatkan
perhatian pada masalah kosistensi, sedang yang kedua lebih memperhatikan masalah
ketepatan. Dengan demikian, realibilitas mencakup dua hal utama yaitu; stabilitas ukuran dan
konsistensi internal ukuran (Sekaran, 2000:207-7)
F. STABILITAS UKURAN
Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil atau
tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun. Kestabilan ukuran dapat membuktikan
kebaikan (goodness) sebuah ukuran dalam mengukur sebuah konsep. Terdapat dua jenis uji
stabilitas, yaitu test-retest realibility dan realibilitas bentuk paralel (paralel-form realibility).
Test-Retest Realibility, yaitu koefisien realibilitas yang diperoleh dari
pengulangan pengukuran konsep yang sama dalam dua kali kesempatan. Yaitu ketika
kuisioner yang berisi item-item untuk mengukur konsep yang sama diberikan kepada
responden pada saat ini dan diberikan kembali pada responden yang sama dalam waktu yang
berbeda (misalnya, 2 minggu 6 bulan). Kemudian korelasi antar skor yang diperoleh dari
responden yang sama dengan dua waktu yang erbeda inilah yang disebut dengan koefisien
test-retest. Semakin tinggi koefisien, semakin baik test-retest realibility, sehingga semakin
stabil sebuah ukuran untuk waktu yang berbeda.
Realibilitas Bentuk Paralel ( Parallel-Form Realibility), terjadi ketika respons
dari dua pengukuran yang sebanding dalam menyusun konstruks yang sama memiliki
korelasi yang tinggi. Kedua bentuk pengukuran memiliki item yang serupa dan format
respons yang sama dengan sedikit perubahan dalam penyusunan kalimat
dan urutan
pertanyaan. Yang ingin diketahui di sini adalah kesalahan variabilitas (error variability) yang
disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan kalimat dan urutan pertanyaan. Jika
dua bentuk pengukuran yang sebanding memiliki korelasi yang tinggi (katakanlah 0,8 atau
lebih) maka dapat dipastikan ukuran tersebut dapat dipercaya (reliable) dengan kesalahan
varian minimal karena faktor penyusunan kalimat dan ukuran pertanyaan.
G. KONSISTENSI INTERNAL UKURAN
Konsistensi internal ukuran merupakan indikasi homogenitas item-item yang ada
dalam ukuran yang menyusun konstruk. Dengan kata lain item-item yang a da harus sama
dan harus mampu mengukur konsep yang sama secara independen, sedemikian rupa
sehingga responden seragam dalam mengartikan setiap item. Hal ini dapat dilihat dengan
mengamati apakah item dan subsetitem dalam instrumen pengukur memiliki korelasi yang
tinggi. Konsistensi ukuran dapat diamati melalui reliabilias konsitsnesi antar item (inter item
consistency reliability) dan split-half reliability.
Jenis-Jenis Validitas
Validitas
Deskripsi
Content Validity
Face Validity
Criterion-Related
Validity
membantu
dalam
memprediksi
variable
kriteria?
Concurrent Validity
dalam
memprediksi
variable
Construct Validity
Convergent
Validity
Discriminant
Validity
Sangat positif
Positif
Negatif
Sangat negatif
1. selalu
2. sering
3. kadang-kadang
4. tidak pernah
1. sangat baik
2. baik
3. tidak baik
4. sangat tidak baik
5
4
3
2
1
No. Pertanyaan
1.
SS ST
informasi
pelayanan
administrasi
RG
TS
STS
dalam
dan
akademik.
.............................................
2.
SS
40 orang menjawab
ST
orang menjawab
RG
20 orang menjawab
TS
10 orang menjawab
STS
125
160
15
40
10
Jumlah Total
350
RG
ST
100 200
300
400
350
SS
500
Berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden maka ratarata 350 terletak pada daerah mendekati setuju.
Contoh :
1.
2.
Pernah
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga
dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu
dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak
setuju diberi skor 0. Analisa dilakukan seperti pada skala Likert.
Pernyataan yang berkenaan dengan fakta benda bukan termasuk dalam
skala pengukuran interval dikotomi.
Contoh :
1. Apakah sekolah anda dekat jalan Protokol ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Anda punya ijazah sarjana ?
a. Tidak
b. Punya
c. Semantic Defferensial
Skala
pengukuran
yang
berbentuk
semantic
defferensial
dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap,
hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam
satu garis kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak di bagian
kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis,
atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala
ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh
seseorang.
Contoh :
Mohon diberi nilai gaya
kepemimpinan Kepala Sekolah
Bersahabat
Tepat janji
Bersaudara
Memberi pujian
5
5
5
5
4
4
4
4
3
3
3
3
2
2
2
2
1
1
1
1
Tidak Bersahabat
Lupa Janji
Memusuhi
Mencela
Mempercayai
Mendominasi
diperoleh
semuanya
adalah
data
kualitatif
yang
kemudian
2.
3.
komunikasi lancar.
Pencahayaan alam tiap ruangan.
Pencahayaan buatan / listrik tiap
4
4
3
3
2
2
1
1
4.
4
4
3
3
2
2
1
1
7.
8.
9.
4
4
4
3
3
3
2
2
2
1
1
1
10.
murid.
Kebersihan ruangan.
TABEL 6.1
JAWABAN 30 RESPONDEN TENTANG
TATA RUANG KELAS
No Rersponden Jawaban Responden Untuk Item Nomor :
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jml
4
3
3
1
4
1
2
3
4
1
3
2
3
4
3
4
2
3
3
1
2
3
2
3
4
3
4
4
4
3
3
4
3
2
3
1
2
3
4
1
3
2
2
4
3
4
2
3
3
1
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
1
2
3
4
1
3
2
2
4
3
4
2
2
3
1
3
3
4
3
4
2
4
3
3
2
4
1
3
2
3
1
2
3
4
1
3
2
3
3
3
4
2
3
2
2
3
3
4
3
4
2
4
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
3
4
1
3
2
3
3
3
4
2
3
2
2
3
3
4
3
4
2
4
2
2
2
2
4
2
3
3
2
2
3
4
1
2
1
3
3
2
4
2
3
2
3
3
3
4
3
3
2
4
2
2
3
1
4
2
3
1
1
1
4
3
2
2
1
3
3
2
4
2
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
2
2
4
2
3
2
3
2
2
1
4
3
2
1
1
3
3
2
4
2
3
3
3
2
3
4
3
3
4
4
2
1
4
Jumlah
9
10
3
2
3
2
2
2
2
4
3
2
1
1
3
3
2
3
2
2
3
3
2
2
4
3
3
4
4
4
4
4
4
1
4
3
4
1
1
3
3
2
3
1
3
3
2
3
2
2
3
2
2
2
4
3
3
4
4
2
2
2
29
29
28
25
29
15
18
33
36
14
24
15
28
33
26
38
20
27
27
21
26
28
37
30
35
29
38
26
25
29
818
Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) = 4 x 10 x 30 = 1200.
Untuk ini skor tertinggi tiap butir= 4, jumlah butir = 10 dan jumlah responden= 30.
Jumlah skor hasil pengumpulan data= 818. Dengan demikian kualitas tata ruang kelas
lembaga lembaga pendidikan A menurut presepsi 30 responden itu 818 : 1200 = 68% dari
kriteria yang ditetapkan. Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut.
300
600
Kurang baik
818
900
1200
Cukup baik
Sangat baik
Nilai 818 termasuk dalam kategori interval kurang baik dan cukup baik. Tetapi lebih
mendekati cukup baik.
Contoh 2:
Seberapa tinggi pengetahuan anda terhadap mata pelajaran berikut sebelum dan sesudah
mengikuti pendidikan dan latihan. Arti setiap angka adalah sebagai berikut.
0 = bila sama sekali belum tahu
1 = telah mengetahui sampai dengan 25%
2 = telah mengetahui sampai dengan 50%
3 = telah mengetahui sampai dengan 75%
4 = telah mengetahui 100% (semuanya)
Mohon dijawab dengan cara melingkari nomor sebelum dan sesudah latihan
Pengetahuan
Pengetahuan
sebelum
Mata pelajaran
mengikuti
diklat
0
1
3
0
4
1
Komunikasi
Tata
ruang
sesudah
mengikuti
diklat
0
1
3
0
4
1
3
0
0
3
0
3
0
kantor
Pengambilan
3
0
keputusan
Sistem
pembuatan
laporan
Pemasaran
Akuntansi
Statistik
0
3
0
3
0
3
0
Dengan dapat diketahuinya pegetahuan sebelum dan sesudah mengikuti diklat, maka
pengaruh pendidikan dan latihan dalam menambah pengetahuan para pegawai yang mengikuti
diklat dapat dikenali.
Data dari pengukuran sikap dengan skala sikap dan pengukuran tata ruang adalah
berbentuk data interal. Tetapi data hasil dari pengukuran penambahan pengetahuan seperti di atas
menghasilkan rasio.
Selain instrument seperti yang di atas, ada instrument penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan data nominal dan ordinal.
1. Instrumen untuk menjaring data nominal
Contoh:
a.
b.
c.
d.
komputer.
e. Dari mana Anda mengetahui lokasi sekolah ini? .
2. Instrumen untuk menjaring data ordinal
Contoh:
TABEL 6.2
RANGKING TERHADAP SEPULUH MURID DI SEKOLAH A
Nama Murid
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Rangking nomor
.
.
.
.
1
.
.
.
.
.
Misalnya murid bernama E adalah yang paling baik prestasinya, maka murid tersebut diberi
rangking 1.
Pada tabel 6.3 diberikan contoh instrument untuk mendapatkan data ordinal. Dengan
instrumen tersebut responden diminta untuk mengurutkan rangking 23 faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Misalnya sistem pembinaan karir merupakan
Rank
No.
kerja
13. hubungan
pemimpin
14. kejelasan
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
faktor
yang
berperan
paling
dalam
mempengaruhi
produktivitas,
faktor
no
maka
10
diberi
rangking 1.
TABEL 6.3
RANGKING FAKTORFAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS KERJA
dengan
apa
yang
dikerjakan
kreativitas
kebersihan ruangan
cahaya ruangan
sirkulasi udara
waktu istirahat
alat-alat kerja
kesehatan kerja
harapan yang dipenuhi
disiplin kerja
GURU
karyawan
Prestasi kerja
kerja karyawan
Prestasi
I. INSTRUMEN PENELITIAN
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial
maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat dinamakan dengan membuat
laporan daripada melakukan penelitian.
Begitu masalah penelitian telah dirumuskan dan desain penelitian telah dipilih untuk
memecahkan masalah, tugas peneliti selanjutnya adalah memilih teknik pengukuran
(measurement) dan mendesain instruen penelitian. Teknik pengukuran pada dasarnya
membicarakan mengenai aturan dan prosedur yang digunakan untuk menjembatani antara
apa yang terjadi pada dunia nyata. Misalnya jika peneliti ingin mengukur kepuasan kerja
karyawan Perumka, teknik pengukuran akan berusaha meyakinkan bahwa tingkat kepuasan
kerja benar-benar dapat diukur dengan skala pengukuran tertentu.
Proses pengukuran amat berkaitan dengan desain instruen. Desain instrument dapat
didefinisikan sebagai p enyusunan instrument pengumpulan data (biasanya berupa suatu
kuisioner) untuk mendapatkan data yang dibutuhkan guna memecahkan masalah penelitian.