PT. Kiskendha melakukan pembayaran dividen tahunan senilai Rp 275,00 per lembar
saham kepada sepuluh pemegang saham yang masing masing memiliki 100 lot saham.
Atas pembayaran dividen dikenai pemotongan PPh 23 dengan tarif 15%. Bagaimana
perusahaan dan masing masing pemegang saham melakukan pencatatan saat
pengumuman dan saat pembayaran?
Kena Pajak.
PPN dikenakan pada setiap level distributor
PPN akan ditambahkan dari harga jual, sehingga jumlah yang dibayar oleh konsumen
PT. Kharisma menjual furniture sebesar Rp 300.000.000 belum termasuk pajak. Buatlah
jurnalnya setelah kena pajak !
Pencatatan saat penjualan
Piutang dagang
330.000
Penjualan
PPN keluaran
300.000
30.000
Pada saat melakukan pembelian barang atau barang yang yang dipergunakan untuk
produksi perusahaan harus membayar PPN kepada suplier.
PPN yang dibayarkan pada saat pembelian disebut sebagai PPN masukan
3. tanggal 25 Oktober 2012 PT. LisDa menjual barang secara kredit sebesar Rp
10.000.000 (sudah termasuk PPN 10%). PT. LisDa telah dikukuhkan sebagai PKP
pada tanggal 15 MAret 2010. SIstem pencatatan persediaan yang digunakan
oleh PT. LisDa adalah perpetual, dimana harga pokok penjualan adalah Rp
6.500.000. Buat Jurnalnya :
Jurnal :
Tanggal
Keterangan
25
Oktober Piutang Usaha
2012
D
10.000.000
Penjualan
9.090.901*
PPN Keluaran
909.099
*(100/110 x 10.000.000
HPP
6.500.000
Persediaan
6.500.000
Keterangan
Piutang Usaha
D
10.000.000
Penjualan
9.090.901*
PPN Keluaran
909.099
*(100/110 x 10.000.000
Keterangan
Piutang Usaha
D
10.000.000
Penjualan
HPP
10.000.000
6.500.000
Persediaan
6.500.000
Pada tanggal 30 Oktober 2012, barang yang telah dijual senilai 3.000.000
dikembalikan kepada PT. LisDa. Harga pokok barang tersebut sebesar Rp
700.000. Retur penjualan ini (system perpetual) dicatat dengan jurnal
sbb :
Tanggal
30 Oktober 2012
Keterangan
Retur Penjualan
PPN Masukan
D
3.000.000
300.000*
Piutang Usaha
3.300.000
*(10% x 3.000.000)
Persediaan
700.000
HPP
700.000
Keterangan
Retur Penjualan
D
3.000.000
PPN Masukan
300.000*
Piutang Usaha
3.300.000
Tanggal
6 November 2012
4.
Keterangan
Beban Piutang Tak tertagih
D
1.000.00
Piutang Usaha
1.000.000
PT Baruna Jaya pada tahun 2005 mempunyai aktiva dengan nilai buku sebesar Rp
1.000.000.000,- yang menurut jasa appraisal dinilai sesuai harga pasar aktiva tersebut sebesar
Rp 100.000.000.000,-. PT Baruna Jaya pada tahun 2009 juga mempunyai rugi fiskal yang
belum dikompensasikan sebesar Rp 50.000.000.000,- maka besarya PPh Final adalah sebesar
10 % X ( Rp 100.000.000.000,- - Rp 1.000.000.000,- Rp 50.000.000.000,-) atau sebesar Rp
4.900.000.000,-.
Penghasilan hasil revaluasi PT Baruna Jaya sudah dikenakan PPh Final, sehingga tidak perlu
lagi diakui sebagai Penghasilan Kena Pajak dalam akhir tahun pajak. Buatlah Jurnalnya !
Jawab :
Jurnal penyesuaian pengakuan penghasilan atas revaluasi tersebut adalah sebagai berikut:
Aktiva setelah revaluasi Rp 100.000.000.000,Aktiva sebelum revaluasi Rp 1.000.000.000Laba revaluasi Rp 99.000.000.000'Jurnal pengakuan laba revaluasi
Rp 4.900.000.000,-
RP 4.900.000'000,Rp 4.900.000.000,-
Laba revaluasi yang diakui sebagai penghasilan pada Laporan Laba-Rugi komersial secara
akuntansi pajak akan dilakukan koreksi fiskal, sebesar laba yang diakui, dikarenakan atas laba
tersebut sudah dikenakan PPh Final.
5. PT Tigor membeli mobil pada bulan Oktober 2010 sebesar Rp 100.000.000,00. Mobil akan
digunakan sebagai angkut bahan baku dari gudang bahan baku ke gudang produksi. Berdasarkan
asumsi perusahaan, masa manfaat mobil tersebut 5 tahun. Namun berdasarkan peraturan
perpajakan, mobil masuk sebagai aset tetap kelompok ke 2 dengan masa manfaat 8 tahun.
Perhitungan beban penyusutan yang dilakukan perusahaan menggunakan metode garis lurus.
Pada bulan Oktober 2012 perusahaan menjual mobil tersebut dengan harga Rp 80.000.000,00.
hal ini dikarenakan perusahaan akan mengganti mobil tersebut dengan jenis yang lebih baik lagi.
Maka dari data di atas, akan mempelajari beberapa peristiwa akuntansi yang akan terjadi baik
dari sisi perpajakan maupun dari sisi akuntansi umum.
Pada saat pembelian mobil, akuntansi umum dan akuntansi perpajakan mengakui keadaan yang
sama, yaitu dengan jurnal sebagai berikut.
Mobil
Rp 100.000.000,00
Bank
(Jurnal untuk mencatat pembelian mobil)
Rp 100.000.000,00
Setelah itu, mari hitung beban penyusutan sampai dengan waktu penjualan mobil. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
Tahun
HPP
2010
2011
2012
Rp 100.000.000,00
Rp 100.000.000,00
Rp 100.000.000,00
Akuntansi Umum
B. Penyusutan
Akm. Penyusutan
Rp 5.000.000,00
Rp 20.000.000,00
Rp 16.666.667,00
Rp 5.000.000,00
Rp 25.000.000,00
Rp 41.666.667,00
Akuntansi Perpajakan
B. Penyusutan
Akm. Penyusutan
Rp 3.125.000,00
Rp 12.500.000,00
Rp 10.416.667,00
Rp 3.125.000,00
Rp 15.625.000,00
Rp 26.041.667,00
Koreksi Fiskal B.
Penyusutan
Rp 1.875.000,00
Rp 9.375.000,00
Rp 15.625.000,00
Maka sewaktu penjualan mobil tersebut, akan menggunakan laba penjualan aset tetap secara
fiskal dalam perhitungan pajak penghasilan badannya. Sehingga dari laba penjualan aset tetap
komersial akan dikoreksi fiskal sebesar:
Penjualan Mobil
HPP:
Harga Perolehan
Akm. Penyusutan
Total HPP
Laba Penjualan Aset Tetap
Akuntansi Umum
Rp 80.000.000,000
Akuntansi Perpajakan
Rp 80.000.000,00
(Rp 100.000.000,00)
(Rp 41.666.667,00)
(Rp 58.333.333,00)
Rp 21.666.667,00
(Rp 100.000.000,00)
(Rp 26.041.667,00)
(Rp 73.958.333,00)
Rp
6.041.667,00
Jadi dari penjelasan diatas, dalam perhitungan pajak penghasilan badan akan mengkoreksi fiskal
laba atas penjualan aset tetap sebesar Rp 15.625.000,00 (Rp 21.666.667,00 - Rp 6.041.667,00).
Koreksi fiskal yang digunakan ada koreksi fiskal negatif karena menurut fiskal lebih sedikit
dibandingkan dengan menurut akuntansi umumnya.
Kesimpulannya, ketika perusahaan masih memiliki aset tersebut akan berdampak pada kecilnya
biaya penyusutan dalam perhitungan pajak penghasilan. Sehingga objek pajak penghasilannya
menjadi lebih besar. Namun, ketika aset tersebut dijual akan berdampak juga pada laba penjualan
asetnya.