Adakah saudara
melihat kekeliruan dalam pendidikan di tanah air selama in, khususnya yang
terkait guru.
Jawaban :
Guru ideal adalah dambaan peserta didik. Guru ideal adalah sosok guru yang mampu untuk
menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah
habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga
bagi siapa saja yang meminumnya. Guru ideal adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik.
Mampu menjelaskan dengan baik apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena
cara mengajarnya yang enak didengar dan mudah dipahami. Ilmunya mengalir deras dan terus
bersemi di hati para anak didiknya. Guru ideal yang kami dambakan yaitu :
1. Pertama, guru yang memahami benar akan profesinya. Profesi guru adala profesi yang
mulia. Dia adalah sosok yang selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan
apapun, kecuali ridho dari Tuhan pemilik bumi. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas
lebih mulia daripada tangan dibawah. Hanya memberi tak harap kembali. Dia mendidik
dengan hatinya. Kehadirannya dirindukan oleh peserta didiknya. Wajahnya selalu ceria,
senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya (Salam, Sapa, Sopan, Senyum, dan
Sabar).
2. Kedua, Guru yang ideal adalah guru yang rajin membaca dan menulis. Pengalaman
mengatakan, siapa yang rajin membaca, maka ia akan kaya akan ilmu. Namun, bila kita
malas membaca, maka kemiskinan ilmu akan terasa. Bila ada peserta didiknya yang
bertanya, memori otaknya langsung bekerja mencari dan menjawab pertanyaan para anak
didiknya dengan cepat dan benar. Akan terlihat wawasan guru yang rajin membaca, dari cara
bicara dan menyampaikan pengajarannya. Guru yang ideal adalah guru yang juga rajin
menulis. Bila guru malas membaca, maka sudah bisa dipastikan dia akan malas pula untuk
menulis. Menulis dan membaca adalah kepingan mata uang logam yang tidak dapat
dipisahkan. Guru yang terbiasa membaca, maka ia akan terbiasa menulis. Dari membaca
itulah guru mampu membuat kesimpulan dari apa yang dibacanya, kemudian kesimpulan itu
ia tuliskan kembali dalam gaya bahasanya sendiri. Menulis itu ibarat pisau yang kalau tidak
sering diasah, maka akan tumpul dan berkarat. Guru yang rajin menulis, akan mempunyai
kekuatan tulisan yang sangat tajam, layaknya sebilah pisau. Tulisannya sangat menyentuh
hati, dan bermakna. Runut serta mudah dicerna bagi siapa saja yang membacanya.
3. Ketiga, Guru yang ideal adalah guru yang sensitif terhadap waktu Bagi guru waktu lebih
dari uang dan bahkan bagaikan sebilah pedang tajam yang dapat membunuh siapa saja
termasuk pemiliknya. Pedang yang tajam bisa berguna untuk membantu guru menghadapi
hidup ini, namun bisa juga sebagai pembunuh dirinya sendiri. Bagi guru yang kurang
memanfaatkan waktunya dengan baik, maka tidak akan banyak prestasi yang ia raih dalam
hidupnya. Dia akan terbunuh oleh waktu yang ia sia-siakan. Karena itu guru harus sensitif
terhadap waktu. Detik demi detik waktunya teratur dan terjaga dari sesuatu yang kurang baik
serta sangat berharga. Saat kita menganggap waktu tidak berharga, maka waktu akan
menjadikan kita manusia tidak berharga. Demikian pula saat kita memuliakan waktu, maka
waktu akan menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualitas seseorang terlihat dari cara ia
memperlakukan waktu dengan baik.
4. Keempat, Guru yang ideal adalah guru yang tidak terjebak dengan rutinitas kerjanya.
Kesibukan kerja setiap hari menjadi rutinitas yang tiada henti. Guru harus pandai mengatur
rutinitas kerjanya. Jangan sampai guru terjebak sendiri dengan rutinitasnya yang justru tidak
menghantarkan dia menjadi guru yang baik dan menjadi tauladan anak didiknya. Guru harus
pandai mensiasati pembagian waktu kerjanya. Buatlah jadwal yang terencana. Buang
kebiasan-kebiasaan yang membawa guru untuk tidak terjebak di dalam rutinitas kerja,
misalnya : pandai mengatur waktu dengan baik, membuat diari atau catatan harian yang
ditulis dalam agenda guru, dan lain-lain. Rutinitas kerja tanpa sadar membuat guru terpola
menjadi guru pasif bukan aktif. Hari-harinya diisi hanya untuk mengajar saja. Dia tidak
mendidik dengan hati. Waktunya di sekolah hanya sebatas sebagai tugas rutin mengajar yang
tidak punya nilai apa-apa. Guru hanya melakukan transfer of knowledge. Tidak mau tahu
dengan lingkungan dan kondisi sekolah apalagi kondisi siswa. Dia mengganggap pekerjaan
dia adalah karirnya, karena itu dia berusaha keras agar yang dilakukannya bagus di mata
pimpinannya atau kepala sekolah. Tak ada upaya untuk keluar dari rutinitas kerjanya yang
sudah membosankan. Bahkan sampai saatnya memasuki pensiun.
5. Kelima, Guru yang ideal adalah guru yang kreatif dan inovatif. Merasa sudah
berpengalaman membuat guru menjadi kurang kreatif. Guru malas mencoba sesuatu yang
baru dalam pembelajarannya. Dia merasa sudah cukup. Tidak ada upaya untuk menciptakan
sesuatu yang baru dari pembelajarannya. Dari tahun ke tahun gaya mengajarnya itu-itu saja.
Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang dibuatpun dari tahun ke tahun sama, hanya
sekedar copy and paste tanggal dan tahun saja. Rencana Program pembelajaran tinggal
menyalin dari kurikulum yang dibuat oleh pemerintah atau menyontek dari guru lainnya.
Guru menjadi tidak kreatif. Proses kreatif menjadi tidak jalan. Untuk melakukan suatu
proses kreatif dibutuhkan kemauan untuk melakukan inovasi yang terus menerus, tiada
henti.Guru yang kreatif adalah guru yang selalu bertanya pada dirnya sendiri. Apakah dia
sudah menjadi guru yang baik? Apakah dia sudah mendidik dengan benar? Apakah anak
didiknya mengerti tentang apa yang dia sampaikan? Dia selalu memperbaiki diri. Dia selalu
merasa kurang dalam proses pembelajarannya. Dia tidak pernah puas dengan apa yang dia
lakukan. Selalu ada inovasi baru yang dia ciptakan dalam proses pembelajarannya. Dia
selalu memperbaiki proses pembelajarannya melalui penelitian tindakan kelas. Dia selalu
belajar sesuatu yang baru, dan merasa tertarik untuk membenahi cara mengajarnya. Dia
belajar sepanjang hayat hidupnya.
6. Terakhir, Guru yang ideal adalah guru yang memiliki 5 kecerdasan. Kecerdasan yang
dimiliki terpancar jelas dari karakter dan prilakunya sehari-hari. Baik ketika mengajar,
ataupun dalam hidup ditengah-tengah masyarakat. Kelima kecerdasan itu adalah: kecerdasan
intelektual, kecerdasan moral, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, kecerdasan motorik.
Selain itu juga kunci yang harus dimiliki oleh setiap pengajar adalah kompetensi.
Kompetensi adalah seperangkat ilmu serta ketrampilan mengajar guru di dalam menjalankan
tugas profesionalnya sebagai seorang guru sehingga tujuan dari pendidikan bisa dicapai dengan
baik. Sementara itu, standard kompetensi yang tertuang ada dalam peraturan Menteri Pendidikan
Nasional mengenai standar kualifikasi akademik serta kompetensi guru dimana peraturan
tersebut menyebutkan bahwa guru profesional harus memiliki 4 kompetensi guru profesional
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, professional serta kompetensi sosial.
Dari empat kompetensi guru profesional tersebut harus dimiliki oleh seorang guru melalui
pendidikan profesi selama satu tahun. Berikut ini adalah penjelasannya 4 kompetensi guru
profesional:
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi
ini
menyangkut
kemampuan
seorang
guru
dalam
memahami
karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh murid melalui berbagai cara. Cara
yang utama yaitu dengan memahami murid melalui perkembangan kognitif murid,
merancang pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil
belajar sekaligus pengembangan murid.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian ini adalah salah satu kemampuan personal yang harus
dimiliki oleh guru profesional dengan cara mencerminkan kepribadian yang baik
pada diri sendiri, bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa
serta mempunyai akhlak mulia untuk menjadi sauri teladan yang baik.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah salah satu unsur yang harus dimiliki oleh guru yaitu
dengan cara menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam.
Yang dimaksud dengan pengusaan materi secara luas dan mendalam dalam hal ini
termasuk pengusaan kemampuan akademik lainnya yang berperan sebagai
pendukung
profesionalisme
guru.Kemampuan
akademik
tersebut
antara
pendidik
kepada
guru
yang
telah
dinyatakan
memenuhi
standar
profesional. Selain mendapatkan peningkatan ilmu dan metode pengajaran juga guru yang ikut
sertifikasi juga mendapatkan fasilitas dan penghasilan atau tunjangan yang lebih baik. Seperti
yang sudah dijelaskan tadi, jika dilihat pada kenyataannya yang terjadi, para guru hanya
memikirkan masalah tunjangan profesi saja tanpa meng-evaluasi diri bagaimana
kinerjanya selama ini. Banyak guru yang masih berkutat dengan kepentingan
pribadinya, tidak kreatif, tidak inovatif dan tentu tidak berkarya dengan berbagai
alasannya. Selain itu juga, kekeliruan yang dilakukan oleh guru yaitu seperti guru
mengambil jalan pintas dalam pembelajaran yaitu dimana guru sebelum mengajar
tidak melakukan persiapan seperti tidak
mempersiapkan materi
yang akan
diajarkan, tidak sesuai dengan jam mengajar dan sebagainya. Selain itu juga dalam
pemberian hukuman kepada peserta didiknya terkadang melewati batas wajar
seperti tindakan kekerasan maupun pencabulan guru terhadap siswa merupakan suatu
kekeliruan.