Anda di halaman 1dari 4

Pada praktikum pengamatan ekosistem air tawar lentik dan lotik ini dilakukan di Embung

UNNES yang berupa tampungan air berbentuk kolam dan sungai sekitar kampus. Praktikum ini
bertujuan untuk menentukan kecepatan aliran air di kawasan embung sebagai salah satu
ekosistem air lentik dan lotik, mengetahui kandungan COD dan BOD serta mengamati dan
mengitung organism yang hidup pada perairan embung.
Dari segi kimiawi, air merupakan suatu persenyawaan molekul yang sangat sederhana
yang terdiri dari dua atom hydrogen yang berikatan dengan satu atom (O), yang secara umum
biasa disebut sebagai H2 O. air dan bahan-bahan yg terkandung didalamnya sangatlah diperlukan
oleh organism termasuk biota air tawar. Pengelolaan air limbah sangat diperlukan untuk menjaga
keseimbangan ekosistem air tawar. Dalam pengelolaan air limbah dikenal dengan tiga parameter
utama, yaitu; oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), kebutuhan oksigen biologis
(KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD),dan kebutuhan oksigen kimia (KOK) atai
Chemical Oxygen Demand (COD).
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah sampel dari embung dan sungai
sekitar Universitas Negeri Semarang. BOD atau Biochemical Oxygen Demand merupakan suatu
karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
untuk mengurai atau mendekomposisikan bahan organic dalam kondisi aerobic. Dapat juga
diartikan sebagai jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam
perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organic yang dapat diurai. Terdapat 8 titik
pengambilan sampel air, antara lain di pintu masuk air embung untuk kelompok pertama yang
dapat digolongkan dalam kategori perairan sedang, lalu dibagian tengah embung untuk
kelompok kedua yang dikategorikan perairan tenang, di pintu keluar air embung untuk kelompok
ketiga yang dikategorikan dalam perairan deras, sedangkan kelompok 4 dibagian sungai depan
dekat embung, pengambilan sampel untuk kelompok kelima dan enam di bagian sungai samping
FIP yang dikategorikan sebagai perairan dengan arus sedang, dan untuk kelompok 7 dan delapan
di sungai bagian belakang FIP yang dikategorikan dalam perairan sedang pula. Adapun bahan
yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain adalah akuadest, air sampel, H2S04 pekat,
Larutan alkali iodide azida, larutan H2SO4N, Larutan KMnO4 0,05 N, Larutan H2C2O4 0,05 N,
Larutan MmSo4 40%, Larutan Na2S2O3 0,025N.
Dari 8 titik tempat pengambilan sampel air masih dapat terkena sinar cahaya matahari
sebagai sumber cahaya serta energy yang dibutuhkan oleh organism perairan untuk mempercepat

laju metabolism ikan kecil dan biota air tawar lainnya. Pada taham awal, air sampel dimasukkan
ke dalam botol sebanyak 100 ml lalu ditetesi MnSO4 sebagai pengikat Oksigen (O2) menjadi
Mn (OH) yang kemudian akan teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat. Kemudian menambahkan
larutan alkali iodide azida yang berfungsi sebagai larutan pengkatalis, karena zat organic sangat
sukar bereaksi , setelah dibiarkan beberapa saat dapat diamati ada atau tidaknya endapan coklat
yang terbentuk . kemudian ditambahkan larutan H2SO4 yang berfungsi untuk melarutkan
endapan. Setelah endapan larut, dilanjutkan dengan mentitrasi larutan dengan natrium tiosulfat
(Na2S2O3) hingga larutan sampel berwarna kuning. Langkah selanjutnya menambahkan amilum
yang berfungsi mengikat ion-ion yang yang ada pada larutan alkali-iodida-azida, karena warna
biru tua kompleks pati. Iod berperan dalam uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan tersebut lebih
besar dalam larutan yang sedikit asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar dengan
adanya ion iodide.
Data yang dihasilkan cukup beragam. Mulai dari hasil BOD yang didapatkan, pH air pada
setiap tempat pengambilan sampel, suhu, serta keanekaragaman biota air tawar yang ditemukan.
Hasil dari pengujian sampe air pada kelompok 1 pada air pintu masuk embung ini memiliki
kadar BOD sebanyak 10 ppm dengan ph air 8 dan suhu 28 C. keanekaragaman biota airnya
berupa serangga air, ikan kecil, kecebong, dan sumpil. Pada kelompok

kedua dengan

pengambilan sampel di bagian tengah embung memiliki kadar BOD sebesar 20 ppm dengan pH
air 7 dan suhu sebesar 26 C. keanekaragaman biora airnya antara lain cacing, keong, ikan kecil,
dan ganggang. Kemudian untuk kelompok ketiga yang mengambil sampel air dibagian pintu
keluar air embung mendapatkan hasil BOD sebesar 10 ppm dengan pH air sebesar 7 dan suhu air
27 C. biota penghuni yang berhasil di dapatkan antara lain cacing merah, ikan kecil, serta lintah.
Selanjutnya untuk kelompok 4 yang mengambil sampel air di depan embung mendapatkan hasil
BOD sebesar 10 ppm dengan ph air 7, suhu air sebesar 27 C dengan biota air tawar berupa
keong, yuyu, lumut,serangga air, ikan kecil dan kecebong. Untuk kelompok 5 dan 6 mengambil
sampel air di sungan bagian samping FIP yang menghasilkan kadar BOD sebanyak 10 ppm
dengan ph air 7 dan suhu sebesar 26 C. biota yang dapat ditemukan adalah lumut . dan yang
terakhir adalah kelompom 7 dan 8 yang mengambil sampel air sungai dibagian belakang FIP
dengan BOD sebesar 10 ppm , pH air sebesar 7 dan suhu air 25 C. Biota yang ditemukan berupa
lumut dan ganggang.

Dari data pengamatan yang kami peroleh, dapat dilihat bahwa semakin deras kecepatan
arus, maka kandungan Oksigen akan semakin tinggi. Dan sebaliknya, semakin rendah kecepatan
arus, semakin rendah Oksigenya. Maka kandungan CO2 terlarutnya tinggi dan O2 semakin
rendah. Sedangkan untuk keanekaragaman diversitas organisme air tawar yang paling tinggi
yaitu pada tempat bagian tengah embung dengan biota air yang lebih banyak. Hal ini dapat
dimungkinkan karena pada tempat pengambilan sampel air yang dibagian tengah embung
memiliki arus yang tenang dan tergenang . Adapun faktor fisika yang dapat mempengaruhi
keragaman bidiversitas biota penguin masing-masing tempat yang meliputi suhu, kecerahan,
kedalaman dan jenis substrat. Sedangkan faktor kimia dapat dilihat dari pengukuran pH air. Dari
praktikum yang dilakukan, maka didapatkan suhu sungai air tenang sebesar 25-26 C, pada pintu
masuk dan pintu keluar embung memiliki suhu sebesar 27-28 C.
Pernyataan diatas diketahui bahwa terdapat pengaruh nilai faktor fisika dan kimia air dengan
makrobenthos yaitu cukup banyak yang dibuktikan dengan adanya perubahan suhu, kecerahan,
ph dan substrat yang mempengaruhi kehiduapan makrobenthos. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Marewo (2009), makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien
di dasar perairan. Montagna et all. (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan,
makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan
siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi. Benthos merupakan organisme yang
hidup di dasar perairan. Sehingga dalam tempat pengambilan sampel yang terdapat sedikit
batuan di perairan yang cukup dangkal masih didapatkan makrobentos yang cukup
beranekaragam. Selain itu, dengan nilai pH air sebesar 7 juga memungkinkan untuk
ditemukannya benthos. Hal ini sesuai dengan Effendie (2003), bahwa sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sebesar 7 - 8,5.Pada perairan yang
tinggi atau banyak dihuni oleh mikroba maka perairan tersebut akan semakin tinggi nilai padatan
tersuspensi nilai kekeruhan juga semakin tinggi pula. Akan tetapi tingginya padatan tersebut
tidak diikuti dengan tingginya kekeruhan. Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari
beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti
arus. Gelombang dan pasang surut. Menurut Odum (1972) dalam Abdulmuthalib (2009),
menyatakan bahwa kadar oksigen dalam perairan akan bertambah dengan semakin rendahnya
suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa;
1. Suhu atau temperature, pH air, serta kecepatan aliran suatu perairan (di kawasan Embung
UNNES dan sungai sekitar kampus) dapat mempengaruhi keanekaragaman biota air.
2. Keanekaragaman organisme serta kandungan oksigen tertinggi terdapat pada sampel air
kelompok kedua yang merupakan air bagian tengah Embung, yang dapat diartikan
kandungan CO2 dan tingkat pencemaran yang paling rendah.

Anda mungkin juga menyukai