Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MKROBIOLOGI

RESERVOIR LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA

Disusun Oleh:
Anggit
Prihatnolo
Cathrin
Geghi

W.

16/403142/PKU/15960
D. 16/403143/PKU/15961

Ledy A. Sinaga

16/403151/PKU/15969

ILMU KEDOKTERAN TROPIS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

2016
RESERVOIR LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari genus
Leptospira yang patogen. Penyakit ini merupakan zoonosis, tersebar luas di seluruh
dunia terutama di daerah tropis termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan infeksi
akut yang digolongkan sebagai penyakit zoonosis bakterial yang ditularkan secara
direct zoonosis karena tidak memerlukan vektor, dapat menular pada manusia
melalui hewan yang terinfeksi dan berperan sebagai hospes atau lebih spesifik
sebagai reservoir bagi bakteri leptospira sp. Berikut ini adalah beberapa jenis
hewan di Indonesia yang telah terkonfirmasi secara uji laboratoris sebagai reservoir
leptospira sp interrogans, diantaranya dapat digolongkan sebagai berikut:
A Hewan liar (wildlife)
Belum ditemukan literatur penelitian reservoir leptospira sp pada hewan liar di
indonesia.
B Hewan domestik
1 Hewan Ternak (livestock)
a Sapi
1) Penelitian Leptospirosis pada Sapi Potong Aliran di aliran sungai Progo
Penelitian di Kabupaten Sleman dan Kulonprogo (2012), konfirmasi
dengan menggunakan MAT menunjukkan prevalensi leptospirosis pada
tingkat ternak (umbaran) sebesar 13,3% dan pada tingkat peternakan
sebesar 19,17%. Ditemukan 8 serovar yang menginfeksi yaitu serovar
hardjo (38%), serovar rachmati (18%), serovar ichterohaemorrhagiae
(15%), serovar bataviae (9%), serovar javanica (7%), serovar canicola
(4,5%), serovar pyrogenes (4,5%), serovar tarrasovi (2,0) dan serovar
celledoni (2%). Adanya tikus (1-5 ekor) dengan OR 2,67 lebih beresiko
meningkatkan kejadian leptospiosis. Kusmiyati et. al. (2005), melaporkan
serovar tertinggi pada tahun 2002 serovar hardjo (92,6%); tahun 2003
juga serovar hardjo (57,1%), namun pada tahun 2004 yang tertinggi
adalah serovar terrasovi (49,1%).[1]
2) Pengujian di Laboratorium Balai Penelitian Veteriner Bogor
Laporan hasil pengujian di laboratorium Leptospira Balitvet (MAT) pada
sera sapi didapatkan hasil pada tahun 2002 sebanyak 122 (24,65%)
positif dari 495 Sera diperiksa, pada tahun 2003 sebanyak 77 (7,41%)
positif dari 1039 Sera diperiksa, sedangkan pada tahun 2004 sebanyak
53 (17,38%) positif dari 305 Sera diperiksa.[2]
3) Pada penelitian deteksi Leptospira patogenik secara molekuler pada
hewan ternak dan peliharaan di daerah endemis kota semarang Hasil
pengujian dengan menggunakan metode PCR menunjukkan dari 2
sampel sapi, 1 sampel positif Leptospira patogenik.
b Babi
Pada pengujian di Laboratorium Balai Penelitian Veteriner Bogor (MAT) untuk
sera babi didapatkan hasil pada tahun 2002 sebanyak 4 (4,21%) positif dari
95 Sera diperiksa.[2]
c Kambing

Penelitian Deteksi Leptospira patogenik secara molekuler pada hewan


ternak dan peliharaan di daerah endemis kota semarang menggunakan
metode PCR menunjukkan dari 16 sampel kambing, 2 sampel positif
Leptospira patogenik.
d Domba
Penelitian yang sama dengan penelitian diatas juga mendapati adanya
Leptospira patogenik pada 1 sampel Domba, 1 sampel positif Leptospira
patogenik.

2 Hewan peliharaan (pets)


a Kucing
1) Hasil pengujian di Laboratorium Balai Penelitian Veteriner Bogor (metode
MAT) pada tahun 2002 untuk kucing dari 18 sera sebanyak 14 (77,78%)
positif.[2]
2) Penelitian deteksi Leptospira patogenik secara molekuler pada hewan
ternak dan peliharaan di daerah endemis kota semarang dengan
menggunakan metode PCR juga menemukan 1 sampel positif Leptospira
patogenik dari 5 sampel kucing.[3]
b Anjing
1) Anjing Kintamani bali
Penelitian pada tahun 2015 di Kota Denpasar, Kabupaten Tabanan,
Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli dengan menggunakan metode
MAT menunjukkan Seroprevalensi leptospirosis rendah hanya 18,18% bila
dibandingkan di Karala, India (36,36%) dan USA (>20%). Dari 55 sampel
10 sampel serum positif bereaksi dengan satu atau lebih serovar dengan
didominasi oleh Leptospira interrogans serovar Celledoni. Ada
hubungannya dengan kunjungan wisatawan Australia ke Bali. [4]
2) Pengujian di Laboratorium Balai Penelitian Veteriner Bogor (metode MAT)
pada sera anjing pada tahun 2002 didapatkan 17 (40,48%) dari 42
sampel, sedangkan pada tahun 2004 dari 6 sera yang diperiksa 2
(33,33%) menunjukkan hasil positif.[2]
3 Non Peliharaan(commensal)
Tikus
a. Pengujian di Laboratorium Balai Penelitian Veteriner Bogor (metode MAT)
pada sera tikus pada tahun 2002 didapatkan 38 (29,46%) dari 129 sampel,
sedangkan pada tahun 2004 dari 25 sera yang diperiksa 12 (48%)
memberikan hasil positif.[2]
b. Studi Reservoir dan Distribusi Kasus leptospirosis di Kabupaten Gresik
Tahun 2010 dengan metode MAT, menunjukkan hasil positif leptospira sp.
patogen pada R. norvegicus 66,7% (6 dari 9 ekor), Suncus murinus 2 ekor
dan R tanezumi 1 ekor, Bakteri leptospira lebih banyak ditemukan pada
Rattus norvegicus dibandingkan spesies yang lain. Strain bakteri Leptospira
yang dtemukan antara lain L. hardjo, L. bataviae, L. icterohaemorhagie, L. australis,
dan L.gryphotyphosa, dengan dominansi tertinggi pada strain L. bataviae.[5]

c. Penelitian Survei Serovar


Leptospira
dan Inang
Reservoir Leptospirosis di
Banyumas
Hasil pemeriksaan MAT
menunjukkan dari sera 47
tikus yang diperiksa, 6
ekor
positif
(12,77%)
spesies
R.
tanezumi
dengan multiple infeksi,
dimana satu tikus bisa
membawa lebih dari satu
serovar. Serovar dominan
menginfeksi
adalah
serovar Djasiman.[6]

1. Mulyani, G.T., Kajian Leptspirosis pada Sapi Potong di


Daerah Aliran Sungai Progo Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Kedokteran Hewan, 2012. 10(1 Maret
2016).
2. Kusmiyati, Leptospirosis pada Hewan dan Manusia di
Indonesia. Wartazoa, 2005. 15: p. 213.
3. Dimas Bagus WP, R., Arif Mulyono. Deteksi Leptospira
Patogenik secara molekuler pada hewan ternak di daerah
endemis leptospirosis di semarang. in Seminar Nasional
Mikrobiologi. 2013. Salatiga: UKSW.
4. Mutawadiah, Seropravalensi Leptospirosis pada Anjing
Kintamani Bali, in Program Studi Kedokteran Hewan2015,
Universitas Udayana: Denpasar.
5. Bambang Yunianto, T.R., Bina Ikawati, Tri Wijayanti dan
Jarohman, STUDI RESERVOIR DAN DISTRIBUSI KASUS
LEPTOSPIROSIS DI KABUPATEN GRESIK TAHUN 2010.
Jurnal Ekologi Kesehatan, 2010. 11 no 1(Maret 2012 ): p.
40 - 51
6. Arif Mulyono, R., Dimas Bagus WP. Keanekaragaman dan

Anda mungkin juga menyukai