Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
kuman Salmonella typhi, dengan gejala utama demam, gangguan saluran
pencernaan, serta gangguan susunan saraf pusat / kesadaran. Demam tifoid pada
anak umumnya bersifat ringan dan mempunyai potensial sembuh spontan, namun
demam tifoid yang berat / dengan komplikasi harus di tangani secara adekuat.1
Angka kejadian demam tifoid di seluruh dunia tidak diketahui dan sukar
untuk diperkirakan dengan tepat oleh karena gambaran klinis seringkali di
kaburkan oleh gejala demampenyakit lain. Di Indonesia demam tifoid merupakan
penyakit endemik yang berkaitan dengan lingkungan dan sanitasi yang buruk
dengan angka kejadian yang masih sangat tinggi.1,2
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam
tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap
tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi
pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam
tifoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir
semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19
tahun.2
Diagnosis dini adalah suatu hal yang penting disamping tindakan
pencegahannya. Diagnosis demam tifoid dibuat berdasarkan gejala dan tanda
klinis, pemeriksaan darah lengkap dan uji serologis widal. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan biakan untuk menemukan kuman penyebab.3
Penatalaksanaan dari demam tifoid yaitu dapat berupa medika mentosa
dan non-medika mentosa. Pemberian antibiotik perlu dilakukan untuk membunuh
kuman dan mencegah pasien menjadi karier. Tirah baring juga direkomendasikan
selama 3-5 hari setelah bebas demam.1
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain peritonitis, perdarahan,
perforasi, gangguan kesadaran, dan lain sebagainya.3

BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama Penderita
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Alamat
Tanggal masuk

:
:
:
:
:
:

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Panas

An. S
Laki-laki
2 tahun 9 bulan
Islam
Jl. Sis Al Jufrie
9 Oktober 2016

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien anak laki-laki usia 2 tahun masuk RS dengan keluhan
panas. Panas dirasakan hilang timbul yang di alami selama 8 hari yang
lalu.Turun dengan obat penurun panas dan kemudian meningkat lagi.
Panas yang dirasakan paling sering meningkat pada sore sampai malam.
Panas tidak disertai menggigil dan kejang (-).
Keluhan disertai dengan sakit perut dan bab hanya 1x selama sakit.
Sejak sakit, pasien menjadi kurang nafsu makan dan tampak lemas. Buang
air kecil lancar. Batuk (-), pilek (-), sakit menelan(-), mual (+), muntah (+),
lendir (-), darah (-). Mimisan (-)dan pendarahan gusi (-).

Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Tidak pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama di dalam keluarga. Riwayat
asma (-), Diabetes Mellitus (-), hipertensi (-).

Riwayat Sosial-Ekonomi :
Pasien tinggal serumah dengan orang tua. dan berobat menggunakan
BPJS.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:


Pasien merupakan anak yang aktif, Pasien suka jajan di pinggir jalan. Serta
jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Di rumah pasien
tinggal sejumlah 4 orang dengan ventilasi yang cukup.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan:


Ibu pasien sering memeriksakan diri ke dokter selama masa kehamilan,
Pasien lahir normal, cukup bulan, langsung menangis dengan berat badan
lahir 2800 gram.

Riwayat Kemampuan dan Kepandaian :


Tengkurap dan telentang : 5 bulan
Berbicara
: 1 tahun
Berjalan
: 1 tahun

Anamnesis Makanan:
Pasien mengkomsumsi ASI eksklusif saat berusia 0-8 bulan. Pasien diberi
MP-ASI sejak usia 8 bulan hingga sekarang. Pasien mengkomsumsi susu
formula dari umur 1tahun 2 bulan sampai sekarang.

III.

Riwayat Imunisasi:
Imunisasi dasar lengkap

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
Berat Badan
Tinggi Badan
Status Gizi

Tanda Vital
- Denyut nadi
- Suhu
- Respirasi
- Tekanan darah

: Sakit Sedang
: Compos Mentis
: 13 kg
: 91 cm
: Gizi Baik
(Z-Score: (0)(-1) Gizi Baik)

: 110 Kali/menit
: 38,6o C
: 24 kali/menit
: 90/60 mmHg

Kulit
Warna kulit kuning langsat, turgor kulit kembali cepat (<2 detik), rumple
leed test negatif.


Bentuk
Rambut
Mata
Sclera
Pupil
Telinga
Hidung
Mulut
Lidah
Tenggorokan
Pharynx
Kelenjar

Kepala
: Normocephal
: Tidak mudah tercabut, berwarna hitam
: Edema palpebral (-/-), Conjungtiva: anemis (-/-)
: Ikterik (-/-)
: Isokor (+/+)
: Otorrhea (-/-)
: Rhinorrhea (-), nafas cuping hidung (-)
: Bibir: sianosis (-)
: Lidah kotor (+) (putih pada bagian tengah lidah dan
pinggiran eritema)
: Tonsil T1/T1
: Hiperemis (-)
: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-)

Paru-paru
- Inspeksi :

Pergerakan dinding dada simetris

bilateral, retraksi intercostal (-)


- Palpasi :
Vokal fremitus (+) normal kiri dan
kanan, massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi :
Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi
:
Bronchovesiculer
(+/+),
Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung
- Inspeksi :
- Palpasi :

Ictus Cordis tidak tampak


Ictus Cordis teraba pada SIC V linea

midclavicula sinistra
- Perkusi :
Batas atas jantung SIC II, batas
kanan jantung SIC V lineaparasternal dextra, batas
kiri jantung SIC V linea axilla anterior
- Auskultasi
:
Bunyi jantung I/II murni

regular, murmur (-), gallop (-)


Abdomen
- Inspeksi :
- Auskultasi

Permukaan kesan datar


:
Peristaltik
(+)

meningkat
- Perkusi :

Tympani (+).

kesan

- Palpasi

Nyeri tekan regio abdomen (-),

Hepatomegali (+) Splenomegali (-),

IV.

Genitalia
Anggota gerak
Punggung
Otot-otot
Refleks

: Tidak ada kelainan (-)


: Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
: Tidak ada deformitas
: Eutrofi, tonus otot baik
: Fisiologis (+/+), Patologis (-/-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin

V.

Jenis

Hasil

Pemeriksaan
WBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT

Pemeriksaan
15,4 x 103 /uL
13 g/dl
34%
80 fl
28,6 pg
35,2 g/dl
230 x 103 /uL

Nilai Normal

Interpretasi

4,8 10,0
12,0 18,0
30,0 47,0
80,0 100
25 34
30 35
150 450

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

RESUME
Pasien anak laki-laki usia 2 tahun masuk RS dengan keluhan
panas. Panas dirasakan hilang timbul yang di alami selama 8 hari yang lalu.
Turun dengan obat penurun panas dan kemudian meningkat lagi. Panas
yang dirasakan paing sering meningkat pada sore sampai malam. Panas
tidak disertai menggigil dan kejang. Keluhan disertai dengan sakit perut
dan bab hanya 1x selama sakit. Sejak sakit, pasien menjadi kurang nafsu
makan dan tampak lemasPada pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah:
90/60 mmHg, suhu: 38,6C, denyut nadi: 110x/menit, dan respirasi: 30
x/menit. Pemeriksaan pada kepala menunjukkan adanya lidah kotor dengan

pinggiran

eritema

hepatomegali.

dan

Hasil

pada

pemeriksaan

pemeriksaan

abdomen

penunjang

untuk

di

dapatkan

darah

rutin

menunjukkan adanya leukositosis sebesar 15,4 x 103/uL.


VI.

DIAGNOSIS KERJA
Susp. Demam Tifoid.

VII.
-

DIAGNOSIS BANDING
DBD
Malaria

VIII. TERAPI
a. Medikamentosa
- IVFD RL 18 tetes/menit
- Injeksi Ceftriaxon 200 mg/12 jam/IV
- PCT Syr 120 mg/5 ml 4 x 1 cth
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral
- Hindari Makanan yang berserat
IX. ANJURAN
- Tes Serologi Widal

X. FOLLOW UP

Hari I (10 Oktober 2016)


S

: Demam(+) harike - 8, mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-),

sakitperut (+), sakitkepala (-), belum BAB selama sakitdan BAK


biasa.
O

: - tanda-tanda vital :

TD : 90/60 mmHg, R: 26 x/menit, N108 x/menit, T : 37,8OC


Serologi Widal
Jenis Pemeriksaan
Salmonela Typhi O
Salmonela Typhi H
Salmonela Paratyphi AH
Salmonela Paratyphi BH
A

: Demam Tyfoid

Hasil Pemeriksaan
1/320
1/160
1/80
1/80

a. Medikamentosa
- IVFD RL 18 tetes/menit
- Chloramfenicol syr 125 mg/5 ml 4 x 2 cth
- PCT Syr 120 mg/5 ml 4 x 1 cth
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral
- Hindari Makanan yang berserat

Hari II (11 Oktober 2016)


S

: Demam(-) harike 9 , mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-),

sakitperut (-), sakitkepala (-), BAB dan BAK biasa.


O

: - tanda-tanda vital :

TD : 95/65 mmHg, R: 30 x/menit, N105 x/menit, T : 36,1OC


A

: Demam Tyfoid

:
a.

Medikamentosa
- IVFD RL 18 tetes/menit
- Chloramfenicol syr 125 mg/5 ml 4 x 2 cth
- PCT Syr 120 mg/5 ml 4 x 1 cth
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral
- Hindari Makanan yang berserat

Hari III (12 Oktober 2016)


S

: Demam(-) harike 10 , mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-),

sakitperut (-), sakitkepala (-), BAB dan BAK biasa.


O

: - tanda-tanda vital :

TD : 90/60 mmHg, R: 28 x/menit, N 124 x/menit, T : 36,3OC


A

: Demam Tyfoid

:
c.

Medikamentosa
- IVFD RL 18 tetes/menit
- Chloramfenicol syr 125 mg/5 ml 4 x 2 cth
- PCT Syr 120 mg/5 ml 4 x 1 cth
d. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral
- Hindari Makanan yang berserat
DISKUSI

Diagnosis demam tifoid pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Keluhan utama adalah badan
panas sudah sejak 8 hari yang lalu. Panas makin hari makin tinggi dan hilang
timbul, panas meningkat terutama pada sore atau malam hari. Anak mengeluh
sakit perut dan bab hanya 1x selama sakit. Pada kasus ini, pada pemeriksaan fisik

di dapatkan lidah kotor dengan pinggiran eritema, disertai dengan sakit perut yang
merupakan gejala dari demam tifoid. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin
didapatkan leukositosis sebesar 13,4 x 103/uL yang menandakan adanya infeksi
bakterial dan pada pemeriksaan tes widal (+) yang menandakan pasien ini
terinfeksi salmonella typhi.3
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan

oleh

Salmonella

typhi.

Penyakit

ini

ditandai

oleh

panas

berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur


endothelial atau endocardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel
fagosit mononuclear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyers patch.
Beberapa terminology lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan
demam enteric. Demam paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama
dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan, penyakit ini disebabkan oleh
Salmonella enteriditis, sedangkan demam enteric disebabkan oleh spesies
Salmonella enteriditis.6
Etiologi dari demam typhoid yaitu bakteri Salmonella typhii, family
Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak
membentuk spora, tidak berkapsul, fakultatif anaerob dan termasuk bakteri gram
negatif. Salmonella memiliki: Antigen O (somatic), yaitu komponen dinding sel
dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, antigen H (flagellum), yaitu protein
yang labil terhadap panas dan antigen Vi yaitu polisakarida kapsul. Mempunyai
makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari
dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh
plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.1,6
Cara penularan Salmonella typhi pada umumnya melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Untuk menimbulkan infeksi diperlukan inokulum
sebanyak 105 - 109 kuman Salmonella typhi. Setelah masuk secara fekal-oral lalu
masuk ke sistem pencernaan. Kuman lalu melewati lambung dan melekat pada
jonjot ileum lalu menembus epitel usus dan melewati plak peyer. Kuman diangkut

ke kelenjar getah bening usus dan di situ memperbanyak diri di dalam sel
mononukleus, kemudian sel monosit yang mengandung kuman melalui saluran
kelenjar limfe mesenterik, dan selanjutnya duktus limfatik kuman mencapai aliran
darah dan terjadilah bakteremia pertama yang berlangsung singkat. Kuman
mengikuti peredaran darah dan mencapai jaringan retikuloendotelial di berbagai
organ, yaitu hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang, ginjal, paru, susunan
saraf, dan lain-lain. Di dinding kandung empedu kuman berkembang dalam
jumlah yang sangat banyak, kemudian bersama empedu disalurkan ke usus.1,2,3,4
Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti
organisme, yaitu: (1) penempelan dan invasi sel-sel M Peyers patch, (2) bakteri
bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag Peyers patch, nodus limfatikus
mesenterikus, dan organ-organ ekstra intestinal sistem retikuloendotelial, (3)
bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah, dan (4) produksi enterotoksin yang
meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan menyebabkan keluarnya
elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.6
Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan ratarata antara 10-14 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala
klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat
sehingga harus dirawat. Variasi gejala ini disebabkan faktor galur Salmonella,
status nutrisi dan imunologik pejamu serta lama sakit dirumahnya.Manifestasi
klinis untuk demam typhoid yaitu demam pada awal penyakit, anoreksia, myalgia,
sakit kepala, sakit perut, mula-mula terjadi diare dengan tinja seperti sup kacang,
kemudian konstipasi mulai menonjol. Mual dan muntah dapat timbul di minggu
ke 2 atau ke 3. Diorientasi, letargi, delirium dan stupor. Lidah kotor serta
hepatosplenomegaly dan distensi abdomen dan disertai nyeri yang difus.2,6
Salah satu pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan pada demam
tifoid adalah uji widal, yaitu pemeriksaan serologi terhadap antigen O, H, dan Vi
dari Salmonella. Salmonela mempunyai antigen O (somatik), adalah komponen
dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan antigen H (flageum)

10

adalah protein yang labil terhadap panas. Selain itu terdapat antigen Vi yaitu
polisakarida kapsul. Nilai normal dari uji widal adalah 1/40.3,4,5
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan yakni:1
1. Pemeriksaan Darah Rutin
a. Gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan aneosinofilia pada
permulaan sakit.
b. Mungkin terdapat pula anemia dan trombositopenia ringan.
Pada kasus ini, pemeriksaan darah rutin didapatkan leukositosis sebesar
15,4 x 103/uL yang menandakan adanya infeksi bakterial. Hal ini dikarenakan
bakteri Salmonella typhi kemungkinan sudah mencapai aliran sistemik, maka
terjadi respon imunologis peningkatan sel darah putih sebagai respons
terhadap infeksi bakteri. Sementara kadar hemoglobin 14,3 g/dl, hasil ini
normal, tidak terjadi anemia. Adapun kadar trombosit 412 x 103 /uL hasil ini
normal, tidak terjadi trombositopenia.
2. Uji Serologi Widal
a. Yaitu suatu metode serologik ysng memeriksa antibodi aglutinasi terhadap
antigen somatik (O), flagela (H) yang banyak dipakai untuk membuat
diagnosis demam tifoid.
b. Angka titer O aglutinin >1/40 dengan memakai uji widal slide aglutination
menunjukan nilai ramal postif 96%.
c. Artinya apabila hasil test postif, 96% kasus benar sakit demam tifoid, akan
tetapi bila negatif tidak menyingkirkan.
Pada kasus ini, pemeriksaan serologi widal didapatkan kenaikan titer
yaitu 1/320 pada titer O Salmonella typhi, 1/160 pada titer H Salmonella typhi,
Hal ini menandakan bahwa pasien terinfeksi bakteri Salmonella typhi atau
terkena penyakit demam tifoid.
3. Polymerase Chain Reaction (PCR)
a. Pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi Salmonella typhi dalam serum,
antigen terhadap Salmonella typhi dalam darah, serum, urin, feses dan
DNA.
b. Hasilnya dapat diperoleh hanya dalam beberapa jam.

11

c. Metode ini spesifik dan lebih sensitif dibandingkan biakan darah.


Pada kasus ini, pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) ini tidak
dilakukan.
Penanganan pada kasus demam tifoid berupa pemberian chloramfenicol
yang merupakan baku emas (gold standar) pada penanganan demam tifoid. Dosis
yang diberikan adalah 50mg/kgBB/hari per os, 75 mg/kgBB/hari secara intravena,
dalam 3 kali pemberian. Chloramphenicol cepat mensterilkan darah dan pada
umumnya dalam 7 hari suhu menjadi normal, dan pemberian diteruskan selama 14
hari atau sampai 5-7 hari bebas panas.1,3
Pada kasus ini diberikan sediaan chloramphenicol syrup 125 mg/5 ml,
dimana untuk anak pada kasus ini dengan BB 13 kg, diberikan 4 x 2 cth per hari.
Selain itu diberikan pengobatan simtomatik yaitu paracetamol dengan dosis 10
15 mg/kgBB/hari diberikan sebanyak 3-4 kali sehari. Untuk anak pada kasus ini
Diberikan sediaan paracetamol syrup 120 mg/5 ml, dimana untuk anak ini
diberikan 4 x 1 cth per hari bila demam.1,3,4,6
Adapun terapi medikamentosa yang dapat diberikan pada kasus demam
tifoid yaitu :3
1. Penderita yang dirawat harus tirah baring.
2. Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral
3. Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya yang
rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet
untuk penderita tifoid, diklasifikasikan atas ; diet cair, bubur lunak, tim dan
nasi biasa.
Pada kasus ini, diberikan pemberian perawatan inap dengan tirah baring
dan menjaga nutrisi cairan oral maupun parentereal. Dengan pemberian diet
makanan biasa untuk menjaga nutrisi yang optimal pada anak ini.
Pencegahan yang dapat diberikan untuk mencegah terjadinya demam
tifoid yaitu:3
1. Penyuluhan tentang kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan.

12

2. Vaksin demam tifoid yaitu berisi kuman yang dimatikan, kuman hidup dan
komponen Vi dari Salmonella typhi.
3. Vaksin ini diberikan per oral tiga kali dengan interval pemberian selang sehari,
memberi daya perlindungan satu tahun.
4. Vaksin ini diberikan pada anak yang berusia diatas 2 tahun.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada minggu ketiga demam tifoid,
yaitu:3
a. Komplikasi di dalam usus
1) Perdarahan usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika di lakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat
disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
2) Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau selain itu dan terjadi pada
bagian distal ileum.Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat
disertai ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak
hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan diafragma pada foto
Rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

3) Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang (defense muscular) dan nyeri pada tekanan. 3
b. Komplikasi di luar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu
meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Terjadi karena infeksi sekunder,
yaitu bronkopneumonia. Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan
makanan yang kurang dan perpirasi akibat suhu tubuh yang tinggi.3
Adapun pada kasus ini, anak tidak disertai komplikasi, baik komplikasi di
dalam usus maupun di luar usus.

13

Prognosis pada pasien ini adalah bonam karena tidak di dapatkan


komplikasi yang berat. Dengan pengobatan yang tepat dan teratur, pasien dapat
kembali beraktivitas seperti semula.3,4,5

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
2. Rampengan, 2008.Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 2. EGC, Jakarta.
3. Widagdo, 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.
Sagung Seto, Jakarta.
4. Widagdo, 2011. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak.
Sagung Seto, Jakarta.
5. Mansjoer A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid 2. Media
Aesculapius FK UI, Jakarta.
14

6.

Sumarmo, 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai