PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Phlegmon atau Ludwigs Angina adalah suatu penyakit kegawatdaruratan
yaitu infeksi odontogenik yang menyebar ke jaringan sekitarnya menimbulkan abses
submandibula, abses submental dan abses sublingual dapat berlanjut menyebabkan
gangguan jalan nafas. Phlegmon adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Streptokokus yang menginfeksi lapisan dalam dasar mulut yang ditandai dengan
pembengkakan yang dapat menutup saluran nafas. Phlegmon berawal dari infeksi
pada gigi (odontogenik), 90% kasus diakibatkan oleh odontogenik, dan 95% kasus
melibatkan submandibula bilateral dan gangguan jalan nafas merupakan komplikasi
yang berbahaya dan seringkali merenggut nyawa. Angka kematian sebelum
dikenalnya antibiotik mencapai angka 50% dari seluruh kasus yang dilaporkan,
sejalan dengan perkembangan antibiotika, perawatan bedah yang baik, serta tindakan
yang cepat dan tepat, maka saat ini angka kematian (mortalitas) hanya 8%.1,6
Ruang yang dibentuk oleh oleh berbagai fascia pada leher ini merupakan
areayang berpotensi untuk terjadinya infeksi. Invasi dari bakteri akan menghasilkan
selulitis atau abses, dan menyebar melali berbagai jalan termasuk melalui saluran
limfe. Ruang submandibula merupakan ruang di atas os hyoid (suprahyoid) dan m.
mylohyoid. Di bagian anterior, m. mylohioid memisahkan ruang ini menjadi dua yaitu
ruang sublingual di superior dan ruang submaksilar di inferior. Adapula yang
membaginya menjadi tiga di antara nya yaitu ruang sublingual, ruang submental dan
ruang submaksilar.1
Gambar 1. Ruang sublingual di bagian superior dari m. mylohioid. Ruang
Demam
Mudah capek
Kesulitan bernafas
pada bagian anterior leher, jika dilakukan palpasi tidak terdapat fluktuasi. Bila terjadi
penyakit ini maka perlu dilakukan tindakan bedah dengan segera dengan trakeostomi
sebagai jalan nafas buatan. Kemudian jika jalan nafas telah ditangani dapat diberikan
antibiotik dan dilakukan incisi pada pus untuk mengurangi tekanan. Dan juga perlu
dilakukan perawatan gigi penyebab infeksi (sumber infeksi) baik perawatan
endodontik maupun periodontik.4
Kejadian dari phlegmon ini akan menghebat seiring dengan keadaan umum
dari penderita, bila penderita mempunyai keadaan umum yang jelek (diabetes dan
sebagainya) maka phlegmon akan bergerak ke arah potential space atau rongga
jaringan ikat kendor yang berada di bawahnya, dan hal ini bisa mengakibatkan sepsis
atau bakeri meracuni pembuluh darah.4
B. ETIOLOGI
Phlegmon atau Angina Ludwig berawal dari infeksi odontogenik, khususnya
dari molar dua (M2) atau molar tiga (M3) bawah. Gigi-gigi ini mempunyai akar yang
terletak pada tingkat otot mylohyoid dan abses di sini akan menyebar ke ruang
submandibula. Ada juga penyebab lain yang sedikit dilaporkan antara lain adalah
sialadenitis, abses peritonsilar, fraktur mandibula terbuka, infeksi kista duktus
thyroglossus, epiglotitis, injeksi obat intravena melalui leher, trauma oleh karena
bronkoskopi, intubasi endotrakeal, laserasi oral, luka tembus di lidah, infeksi saluran
pernafasan atas, dan trauma pada dasar atau lantai mulut. Organisme yang paling
banyak ditemukan pada penderita phlegmon atau angina Ludwig melalui isolasi
adalah Streptococcus viridians dan Staphylococcus aureus.
Infeksi odontogen dari M2/M3 bawah yg menyebar ke rongga submandibula,
sublingual, dan submental kiri-kanan yang mana akar gigi terletak pada level m.
Mylohyoid. Etiologi terbanyak diakibatkan oleh kuman Streptococcus sp.
Mikroorganisme
lainnya
adalah
anaerob
gram
negatif
seperti
Prevotella,
mulut dan leher, sulit menelan, nyeri menelan, berliur, trismus, dan nyeri gigi.
Hoarseness, stridor, distres pernafasan, sianosis, dan postur tubuh yang mengendus
adalah tanda-tanda ancaman obstruksi jalan nafas. 1,2
Terdapat 4 tanda kardinal angina Ludwig, yakni infeksi bilateral atau infeksi
pada lebih dari 1 ruang jaringan; adanya gangren dengan infiltrat serosanguis;
melibatkan jaringan ikat longgar, fascia, dan otot namun tidak dengan struktur
kelenjar; dan meluas dengan perkontinuatum dan tidak dengan cara limfatik.
E. PATOGENESIS
Berawal dari etiologi di atas seperti infeksi gigi. Nekrosis pulpa karena karies
dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam yang merupakan jalan bakteri
untuk mencapai jaringan periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak, maka
infeksi yang terjadi akan menyebar ke tulang spongiosa sampai tulang kortikal. Jika
tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus dan masuk ke jaringan lunak.
Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan tubuh. Odontogen dapat
menyebar melalui jaringan ikat (percontinuitatum), pembuluh darah (hematogenous),
dan pembuluh limfe (lymphogenous). Yang paling sering terjadi adalah penjalaran
secara perkontinuitatum karena adanya celah/ruang di antara jaringan yang berpotensi
sebagai tempat berkumpulnya pus. Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat
membentuk abses palatal, abses submukosa, abses gingiva, cavernous sinus
thrombosis, abses labial, dan abses fasial. Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat
membentuk abses subingual, abses submental, abses submandibular, abses
submaseter, dan phlegmon (angina Ludwig). Ujung akar molar kedua (M2) dan
10
Lidah terangkat
Trismus
11
Penanganan phlegmon dasar mulut pertama adalah pada penilaian jalan nafas.
Menjaga patensi jalan nafas merupakan prioritas utama pada penanganan pasien
dengan phlegmon dasar mulut, karena kematian utamanya diakibatkan oleh asfiksia
karena obstruksi jalan nafas. Bila didapatkan gangguan jalan nafas yang mengancam,
maka segera dilakukan pembebasan jalan nafas dengan oro- atau nasotrakeal intubasi
dengan bantuan fiberoptik. Bila tidak berhasil maka dilakukan krikotiroidektomi atau
trakeostomi. 8
Selanjutnya setelah jalan nafas aman diberikan antibiotik. Karena kebanyakan
kasus yang terjadi adalah infeksi campuran (aerob dan anaerob), oleh karena itu
pemberian antibiotik spektrum luas direkomendasikan. Pilihan terapi utamanya
adalah golongan penisilin dosis tinggi secara intra vena. Terapi alternatif lainnya
dengan ampicillin dosis 2-4 g/hari dosis terbagi. Bila alergi dengan golongan
penisilin dapat digunakan golongan sefalosporin generasi ketiga ataupun golongan
aminoglikosida seperti gentamycin 1-4 mg/kgBB atau amikacin 500 mg/8 jam. Terapi
ditambahkan dengan metronidazole untuk mengeradikasi bakteri anaerob. Pemberian
antobiotik intravena diberikan hingga terjadi perbaikan klinis dan bebas demam lebih
dari 48 jam, selanjutnya diberikan antibiotik oral. Pemberian kortikosteroid dapat
dipertimbangkan untuk membantu mengurangi edema saluran nafas.1,8
Tindakan bedah diindikasikan bila terdapat infeksi supuratif, bukti radiologis
adanya penumpukan cairan atau gas, fluktuasi, krepitus, atau aspirasi purulen. Lokasi
dan ukuran insisi tergantung dari ruang anatomi yang terinfeksi. Direkomendasikan
untuk dilakukan pemasangan drain, kultur (cairan abses, darah, maupun jaringan),
12
dan pemberian pemberian antibiotik yang adekuat atau sesuai dengan hasil kultur
untuk mencegah penyebaran infeksi ke ruang anatomi yang lebih dalam lagi yang
dapat menyebabkan mediastenitis yang juga berisiko fatal.
Terapi antibiotik dosis tinggi. Antibiotik yang sering digunakan adalah penisilin
G, klindamisin, metronidazol.1, 6
Roburantia/vitamin
Bed rest
13
Infeksi ini
terjadi disebelah superfisial dan profunda dari muskulus milohioid, dan tampak tandatanda radang yang hebat.
c. Indikasi Operasi
Selulitis/phlegmon (atau abses) pada dasar mulut dengan ancaman obstruksi jalan
nafas, mediastinitis.
e. Diagnosis Banding
Abses dasar mulut, abses submandibular, abses sublingual, abses submental, tumor
leher, sellulitis, goiter, limfoadenopati
f. Teknik Operasi
Menjelang operasi
14
Tahapan Operasi
Insisi dekompresi dengan anestesi lokal atau kalau terpaksa (penderita tidak
kooperatif) dengan narkose.
Irisan 1 jari dibawah mandibula sepanjang 6 cm. Arteri dan vena fasialis
diligasi di dua tempat dan dipotong diantaranya. Glandula submandibula
diretraksi kearah kaudal sehingga nampak muskulus milihioid. Otot ini
kemudian dipotong. Dengan klem bengkok jaringan sublingual dibuka secara
tumpul sehingga nanah yang terkumpul disitu dapat mengalir keluar melalui
luka insisi.
g. Komplikasi operasi
Mediastinitis
Trismus
15
Fistel
Sepsis
h. Mortalitas
Mortalitas tinggi bila terjadi mediastinitis/sepsis
i. Perawatan Pascabedah
Latihan buka mulut supaya tidak trismus, atau supaya muskulus mylohioid
dan sekitarnya kontraksi sehingga pus terpompa keluar.
Rawat luka dengan kompres larutan garam faali (bukan betadine), sehingga
luka terjaga kebersihannya.
k. Komplikasi
Jika mengenai laring akan menyebabkan edema glotis sehingga bisa
menyebabkan sumbatan jalan nafas dan pasien bisa mati lemas. Jika mengenai
mediastinum akan menyebabkan mediastinitis. Jika menyebar ke spasia faringeal
lateral di bundle carotis akan meyebabkan tromboflebitis vena jugularis dan jika
16
BAB III
KESIMPULAN
Phlegmon dasar mulut (submandibular atau sublingual space) atau Ludwig`s
angina. Ludwig`s angina dikemukakan pertama kali oleh Von Ludwig pada 1836
sebagai selulitis dan infeksi jaringan lunak disekeliling kelenjar mandibula. Kata
angina pada Ludwig`s angina dihubungkan dengan sensasi tercekik akibat obstruksi
17
saluran nafas secara mendadak. Ludwig`s angina merupakan infeksi yang berasal dari
gigi akibat penjalaran pus dari abses periapikal tergantung jenis gigi (seperti pada
fascial spaces).
Phlegmon dasar mulut/angina Ludwig dapat berkomplikasi fatal dan dapat
menyebabkan kematian. Diagnosis dan tatalaksana segera dapat menyelamatkan
pasien. Penyebab terbanyak berasal dari infeksi gigi (odontogenik).
18