Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Bismilahirahmanirahim.
Puji dan syukur kita panjatkan kekhadirat Allah Swt yang telah memberikan taufik dan
hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, para
sahabatnya, tabiuttabiin, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selau umatnya. Amin.
Seiring dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, sepantasnyalah kami mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah turut membantu kami dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun. kami berharap kiranya
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun pembaca dan mudah-mudahan makalah ini
dijadikan ibadah di sisi Allah Swt. Amin.

Tana Paser, Maret 2016

BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

DAFTAR ISI
BAB I

: PENDAHULUAN.

1.1

Latar

Belakang...........................................................................................................
3
1.2

Rumusan

Masalah.....................................................................................................

BAB II :
PEMBAHASAN

2.1 Batubara

4
Secara

Umum.

.............................
2.2

Sifat

Fisik

dan

Kimia

4
Serta

Analisis

Batubara....

.
2.3

Gasifikasi

Batubara.
..

2.4 Pembersihan Batu Bara..........


.

BAB III :
PENUTUP
..
12
3.1
Kesimpulan..........................................................................................................
.....

12
3.2

Saran...................................................................................................................
......

12

DAFTAR
PUSTAKA
.
13

BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar di dunia. Salah
satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia adalah Kalimantan Selatan. Pertumbuhan
tambang di Kalimantan Selatan sendiri semakin pesat karena semakin banyak lahan tambang
baru yang ditemukan.
Namun pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang baik oleh pihakpihak yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan tambang
dengan baik, menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun sekarang tidak
terlalu terasa, namun beberapa tahun lagi dampak pengelolaan tambang yang salah bisa
mengganggu stabilitas ekosistem.
Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi pengelolaan tambang yang
salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga diharap keseimbangan alam akan
terjaga.

BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

Selain untuk menjaga kesiembangan ekosistem, ada baiknya pula kita mengetahui bagaimana
cara terbentuknya batu bara tersebut. Karena dengan banyaknya tambang yang ada, maka
mungking saja nanti ekosistem yang ada akan beubah dan bahkan bias tercemari oleh
penggunaan batubara ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan batubara?
2. Apa dampak penambangan batubara terhadap lingkungan?
3. Apa saja usaha-usaha yang dapat mengurangi dampak pertambangan?

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Batubara Secara Umum
2.1.1 Umur Batubara
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada eraera tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu, adalah
masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara
(black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.Pada Zaman Permian, kirakira 270 juta tahun yang lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di
belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier
(70 - 13 juta tahun yang lalu) di berbagai belahan bumi lain.
2.1.2 Materi Pembentukan Batubara
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan
batu bara dari perioda ini.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan
batu bara dari perioda ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur
Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak
dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan
heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin)
tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu
bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae
sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
2.1.3 Penambangan Batubara
Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan
sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan
baja. Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris. Dilihat dari cara
menambang, penambangan batubara dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:

Penambangan Terbuka
Penambangan jenis ini dilakukan dengan cara menambang batubara tanpa melakukan penggalian

berat karena letak batubara yang dekat dengan permukaan bumi.


Penambangan Dalam
Jenis penambangan ini dilakukan dengan teknik khusus dimana nantinya perlu dibuat
terowongan tegak hingga mencapai lapisan batubara. Ketika telah mencapa lapisan tersebut,

selanjutnya diperlukan lagi terowongan mendatar untuk mendapatkan batubara tersebut.


Penambangan jauh
Penambangan ini dilakukan ketika area batubara berada di bawah bukit dimana dibuat

terowongan miring hingga mencapai lapisan batubara.


Penambangan di Atas Permukaan
Jenis kegiatan menambang batubara ini dilakukan jika batu bara ang hendak dicari berada di
dalam peut bukit atau gunung akan tetapi letaknya di atas permukaan tanah yang datar, sehingga
untuk menambangnya diperlukan terowongan datar.
2.1.4 Kelas dan Jenis Batubara
Batubara diklasifikasikan menjadi empat kategori umum, berdasarkan "ranking." Mulai
dari lignit, subbitumen, bitumen sampai antrasit, mencerminkan kandungan jenis batubara
tersebut terhadap jumlah panas dan tekanan yang dihasilakan.
Kandungan karbon batubara merupakan penentu utama dari panas yang dihasilkan, tetapi faktor
lain juga mempengaruhi jumlah energi yang terkandung per bobotnya. (Jumlah energi dalam
BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

batubara dinyatakan dalam British thermal unit per pon. BTU adalah jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu pon air sebesar satu derajat Fahrenheit.)
Antrasit

Antrasit adalah batubara dengan kadar karbon tertinggi, antara 86 sampai 98 persen, dan nilai
panas yang dihasilakan hampir 15.000 BTU per pon. Paling sering digunakan pada alat pemanas
rumah. Antrasit tidak menghasilkan asap apabila dibakar, karena berkarbonisasi dengan sangat
baik. Pembakaran berlangsung singkat dan tidak menghasilkan asap saat dibakar, karena sangat
sedikitnya unsur yang mudah menguap, dengan 3-7% dari tingkat penguapan, dan kandungan
karbon yang sangat tinggi, dengan kandungan 85-95%. Sangat keras, hitam, dan mempunyai
kilap seperti logam tanggung: sulit terbakar, dan jika terbakar dengan nyala kecil Nilai kalorinya
tertinggi 8000 kkal/kg. Meskipun tidak dibakar sampai titik pengapiannya 490 , antrasit
memiliki daya pemanasan yang sangat kuat, dan menghasilkan panas yang konstan selama
dibakar. Hal ini sebagian besar dihasilkan pada zaman Paleozoikum, sedangkan beberapa
batubara dari zaman Kenozoikum berubah menjadi antrasit karena metamorfosis yang dinamis
atau panas disebabkan oleh perubahan bentuk (deformasi) kerak bumi atau batuan vulkanik
secara terus menerus
Bitumen

Bitumen digunakan terutama untuk menghasilkan listrik dan membuat kokas di industri baja.
Pasar batubara yang tumbuh paling cepat untuk jenis ini, meskipun masih kecil, adalah yang
memasok energi untuk proses industri. Bitumen memiliki kandungan karbon mulai 45 sampai 86
persen dan nilai panas 10.500 sampai 15.500 BTU per pon.
Bitumen adalah jenis batubara yang bersinar/berkilau dengan warna hitam atau gelap. Juga
disebut Batubara hitam yang memiliki kilau atau resin yang bersinar. Batubara Bitumen
membuat pembakaran yang lama, dan menghasilkan asap yang berbau tidak mengenakkan
ketika dibakar. Kelas batu bara Bitumen yang paling banyak berada di tambang Australia.
Terdiri dari 80-90% karbon, 5-6% hidrogen. Kandungan hidrogen berkurang dan kandungan
karbon meningkat sebagai akibat naiknya tingkat karbonisasi. Nilai kalori tinggi di atas 8100
Kcal/kg. Digunakan sebagai kokas (batu arang) pada industri baja atau bahan bakar di
perkotaan. Saat ini telah menjadi salah satu sumber daya paling penting dalam industri kimia
batubara berkat banyaknya studi tentang penambahan dan gasifikasi hidrogen. Dinamakan
batubara bitumen karena menghasilkan zat yang mirip dengan aspal (bitumen).
Subbitumen

BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

Peringkat dibawah bitumen adalah subbitumen, batubara dengan kandungan karbon 35-45
persen dan nilai panas antara 8.300 hingga 13.000 BTU per pon. Meskipun nilai panasnya lebih
rendah, batubara ini umumnya memiliki kandungan belerang yang lebih rendah daripada jenis
lainnya, yang membuatnya disukai untuk dipakai karena hasil pembakarannya yang lebih bersih.
Lignit (Batu bara muda)

Lignit merupakan batubara geologis muda yang memiliki kandungan karbon terendah, 25-35
persen, dan nilai panas berkisar antara 4.000 dan 8.300 BTU per pon. Kadang-kadang disebut
brown coal, jenis ini umumnya digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.
2.1.5 Pembentukan Batubara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara disebut dengan istilah
pembatubaraan (coalification). Secara ringakas proses ini dibagi menjadi dua tahap proses yang
terjadi, antara lain:
Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit
terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat
oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan
kompaksi material organik serta membentuk gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan
akhirnya antrasit.
2.2 Sifat Fisik dan Kimia Serta Analisis Batubara
a.

Sifat fisik dan kimia batubara

Sifat fisik batubara termasuk nilai panas, kadar air, bahan mudah menguap dan abu. Sifat kimia
batubara tergantung dari kandungan berbagai bahan kimia seperti karbon, hidrogen, oksigen, dan
sulfur. Nilai kalor batubara beraneka ragam dari tambang batubara yang satu ke yang lainnya.
BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

Batubara yang umum digunakan, contohnya pada industri adalah batubara bituminous dan subbituminous. Pengelompokan batubara berdasarkan nilai kalornya adalah sebagai berikut:
b.

Analisis batubara

Terdapat dua metode untuk menganalisis batubara: analisis ultimate dan analisis proximate.
Analisis ultimate menganalisis seluruh elemen komponen batubara, padat atau gas dan analisis
proximate meganalisis hanya fixed carbon, bahan yang mudah menguap, kadar air dan persen
abu. Analisis ultimate harus dilakukan oleh laboratorium dengan peralatan yang lengkap oleh
ahli kimia yang trampil, sedangkan analisis proximate dapat dilakukan dengan peralatan yang
sederhana. (Catatan: proximate tidak ada hubungannya dengan kata approximate).
Penentuan kadar air
Penentuan kadar air dilakukan dengan menempatkan sampel bahan baku batubara yang
dihaluskan sampai ukuran 200-mikron dalam krus terbuka, kemudian dipanaskan dalam oven
pada suhu 108 +2 oC dan diberi penutup. Sampel kemudian didinginkan hingga suhu kamar dan
ditimbang lagi. Kehilangan berat merupakan kadar airnya.
Pengukuran bahan yang mudah menguap (volatile matter)
Sampel batubara halus yang masih baru ditimbang, ditempatkan pada krus tertutup, kemudian
dipanaskan dalam tungku pada suhu 900 + 15 oC. Sampel kemudian didinginkan dan dtimbang.
Sisanya berupa kokas (fixed carbon dan abu). Metodologi rinci untuk penentuan kadar karbon
dan abu, merujuk pada IS 1350 bagian I: 1984, bagian III, IV.
Pengukuran karbon dan abu
Tutup krus dari dari uji bahan mudah menguap dibuka, kemudian krus dipanaskan dengan
pembakar Bunsen hingga seluruh karbon terbakar. Abunya ditimbang, yang merupakan abu yang
tidak mudah terbakar. Perbedaan berat dari penimbangan sebelumnya merupakan fixed carbon.
Dalam praktek, Fixed Carbon atau FC

Analisis proximate

Analisis proximate menunjukan persen berat dari fixed carbon, bahan mudah menguap, abu, dan
kadar air dalam batubara. Jumlah fixed carbon dan bahan yang mudah menguap secara langsung
turut andil terhadap nilai panas batubara. Fixed carbon bertindak sebagai pembangkit utama
panas selama pembakaran. Kandungan bahan yang mudah menguap yang tinggi menunjukan
mudahnya penyalaan bahan bakar.

BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

Analisis Ultimate

Analsis ultimate menentukan berbagai macam kandungan kimia unsur- unsur seperti karbon,
hidrogen, oksigen, sulfur, dll. Analisis ini berguna dalam penentuan jumlah udara yang
diperlukan untuk pemakaran dan volum serta komposisi gas pembakaran. Informasi ini
diperlukan untuk perhitungan suhu nyala dan perancangan saluran gas buang dll.
c.

Penyimpanan, handling dan persiapan batubara

Ketidaktentuan dalam ketersediaan dan pengangkutan bahan bakar mengharuskan dilakukannya


penyimpanan dan penanganan untuk kebutuhan berikutnya. Kesulitan

yang ada pada

penyimpanan batubara adalah diperlukannya bangunan gudang penyimpanan, adanya hambatan


masalah tempat, penuruan kualitas dan potensi terjadinya kebakaran. Kerugiankerugian kecil
lainnya adalah oksidasi, angin dan kehilangan karpet.
Oksidasi 1% batubara memiliki efek yang sama dengan kandunag abu 1% dalam batubara.
Kehilangan karena angina mencapai 0,5 1,0 % dari kerugian total. Penyimpanan batubara yang
baik akan meminimalkan kehilangan karpet dan kerugian terjadinya pembakaran mendadak.
Pembentukan karpet lunak, dari batubara halus dan tanah, menyebabkan kehilangan karpet.
Jika suhu naik secara perlahan dalam tumpukan batubara, maka dapat terjadi oksidasi yang akan
menyebabkan pembakaran yang mendadak dari batubara yang disimpan. Kehilangan karpet
dapat dikurangi dengan cara:
1. Mengeraskan permukaan tanah untuk penyimpanan batubara
2. Membuat tempat penyimpanan standar yang terbuat dari beton dan bata
Bongkahan batubara yang besar dan tidak beraturan dapat menyebabkan permasalahan sebagai
berikut:

Kondisi pembakaran yang buruk dan suhu tungku yang tidak mencukupi

Udara berlebih yang terlalu banyak mengakibatkan kerugian cerobong yang tinggi

Meningkatnya bahan yang tidak terbakar dalam abu

Rendahnya efisiensi termal

2.3 Gasifikasi Batubara


Coal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi gas batu
bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas ini karbon
BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) dapat
digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting-gas
kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat
emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.
Tetapi, batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat di dalamnya adalah sulfur dan
nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila
mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh kabut) dan
tetesan yang jatuh ke tanah seburuk bentuk asam sulfurik dan nitrit, disebut sebagai "hujan
asam" acid rain. Disini juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang umum tercampur
dengan batu bara, partikel kecil ini tidak terbakar dan membuat debu yang tertinggal di coal
combustor, beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran combustion gases bersama
dengan uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa partikel kecil ini adalah sangat
kecil setara dengan rambut manusia.
2.4 Pembersihan Batu Bara
Batubara ini dibersihan untuk mengurai bahan2 yang mnempel pada batu bara yang membuat
batu bara tersebut menjadi kurang baik dipakai sebagai bahan bakar. Dengan pembersihan ini,
juga bertujuan agar dampak yang ditimbulkan dari pemakaian batubara sebagai bahan bakar
menjadi lebih terkendali. Bahan-bahan yang hendak dibersihkan dari batubara antara lain.

2.4.1 Sulfur
sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di batu bara, pada beberapa batu bara
yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan Eastern States lainnya, sulfur terdiri
dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di Wyoming,
Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih
kecil dari 1%) dari berat batu bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sbelum
mencapai cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu bara ke
bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di
batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi
bentuk iron pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold dapat dipisahkan dari batu bara.
Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar
yang terisi air , batu bara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas
pencucian ini dinamakan "coal preparation plants" yang membersihkan batu bara dari pengotorpengotornya.

BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

10

Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batu bara
adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut
"organic sulfur," dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk
mencampur batu bara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batu
bara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk
mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah
1978 telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang sulfur
dari gas hasil pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini
sebenarnya adalah "flue gas desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya
"scrubbers" karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan
oleh tungku pembakar batu bara.
2.4.2 NOx (Nitrogen Oxida)
Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang dihirup, pada
kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen mengambang
terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada
nyala api boiler (3000 F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk
ini sebagai nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat dibentuk
dari atom nitrogen yang terjebak di dalam batu bara.
Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang
kadang kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk acid rain
(hujan asam), dan dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut ground level ozone, tipe
lain dari pada polusi yang dapat membuat kotornya udara.
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya,
beberapa cara telah ditemukan untuk membakar batu bara di pemabakar dimana ada lebih
banyak bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi ini
kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen. Campuran
pembakaran kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana terdapat proses yang
mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut "staged
combustion" karena batu bara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga sebagai "low-NOx
burners" dan telah dikembangkan sehingga dapat mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di
uadara lebih dari separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti "scubbers" yang
membersihkan NOX dari flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa dari alat ini
menggunakan bahan kimia khusus yang disebut katalis yang mengurai bagian NOx menjadi gas
yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih mahal dari "low-NOx burners," namun dapat
menekan lebih dari 90% polusi Nox.

BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

11

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan sebagai bahan bakar. Materi
pembentuk Batubara adalah Alga, Silofita, Pteridofita, Gimnospermae, dan Angiospermae. Kelas
dan Jenis batubara yaitu :
1.
2.
3.
4.

Antrasit
Bitumen
Subbitumen
Lignit (Batu bara muda)

Pembentukan batubara dapat terjadi secara diagnetik atau biokimia dan tahap malihan atau
geokimia. Sumber daya batubara di Indonesia jumlahnya sangat melimpah seperti di Kalimantan
Selatan yang cukup untuk pasokan energi beberapa tahun kedepan.
Gasifikasi Batubara adalah sebuah proses untuk merubah batubara padat menjadi gas batubara
yang mudah terbakar. Pembersihan batubara dapat dilakukan dengan memcahnya menjadi
bongkahan-bongkahan kecil dan dicuci dengan air didalam sbuah tangki besar.

BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

12

Membuang Nox dari batubara dapat dilakukan dengan cara staged Combustion. Dampak
penambangan batubara adalah kerusakan terhadap lingkungan yaitu air, udara, tanah, hutan dan
laut. Usaha mengurangi dampak pertambangan bisa di upayakan oleh pemerintah maupun pihak
perusahaan.
3.2 SARAN
Agar pemerintah lebih mengoptimalkan dan mensosialisasikan tentang AMDAL, sehingga para
penambang lebih memperhatikan dampak lingkungan dari pada keuntungan semata. Diharap
juga pemerintah lebih tegas menindak para penambang yang terbukti melanggar peraturan
penambangan agar para penambang terutama perusahaan-perusahaan menggunakan teknologi
yang ramah lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak lingkungan dan resiko
kecelakaan. Diharap dengan penambang yang bertanggung jawab terhadap reklamasi lahan
bekas penambangan, sehingga pada akhirnya tidak mengganggu keseimbangan lingkungan.

BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

13

DAFTAR PUSTAKA
http://dokumen.tips/documents/makalah-batu-bara-55c0999a91f2c.html

https://www.google.com/search?
q=lignit+batu+bara+muda&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj
T3bKokavLAhWCSI4KHQ6QAS4Q_AUIBygB&biw=1366&bih=655
http://indarluhsepdyanuri.esy.es/2014/02/makalah-pembakaran-kimiateknik/#sthash.9KEbC5gc.dpuf
http://www.indoenergi.com/2012/03/jenis-jenis-batubara.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara

BATUBARA | BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN

14

Anda mungkin juga menyukai