Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Aqidah

Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup
ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya
sebagai mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi dari seluruh
bangunan aktifitas manusia
Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka dibutuhkan
adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan bentuk
pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap
allah.
Apabila aqidah telah dimiliki dan ibadah telah dijalankan oleh manusia, maka kedua hal
tersebut harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu diperlukan adanya suatu
peraturan yang mengatur itu semua. Aturan itu disebut Muamalah. Muamalah adalah
segala aturan islam yang mengatur hubungan antar sesama manusia. Muamalah dikatakan
berjalan baik apabila telah memiliki dampak sosial yang baik.
Untuk dapat mewujudkan aqidah yang kuat yaitu dengan cara ibadah yang benar dan juga
muamalah yang baik, maka diperlukan suatu adanya ilmu yang menjelaskan baik dan
buruk, menjelaskan yang seharusnya dilakukan manusia kepada yang lainya, yang
disebut dengan akhlak. Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat aqidah
dan bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Ibadah yang dijalankan dinilai baik
apabila telah sesuai dengan muamalah. Muamalah bisa dijalankan dengan baik apabila
seseorang telah memiliki akhlak yang baik.
Rasulullah bersabda:

:
)
(
Janganlah ada di antara kamu menjadi orang yang tidak mempunyai pendirian, ia
berkata: Saya ikut bersama orang-orang. Kalau orang berbuat baik, saya juga berbuat
baik; dan kalau orang berbuat jahat, saya juga berbuat jahat. Akan tetapi teguhlah

pendirianmu. Apabila orang berbuat baik, hendaklah kamu juga berbuat baik dan kalau
mereka berbuat jahat, hendaklah kamu jauhi perbuatan jahat itu. (HR. Turmuzi)
Al-Maududi mengemukakan beberapa pengaruh kalimat tauhid ini dalam
kehidupan manusia.
Manusia yang percaya dengan kalimat ini tidak mungkin orang yang berpandangan
sempit dan berakal pendek.
Keimanan mengangkat manusia ke derajat yang paling tinggi dalam harkatnya sebagai
manusia.
Bersamaan dengan rasa harga diri yang tinggi, keimanan juga mengalirkan ke dalam diri
manusia rasa kesederhanaan dan kesahajaan.
Keimanan membuat manusia menjadi suci dan benar.
Orang yang beriman tidak bakal putus asa atau patah hait pada keadaan yang
bagaimanapun.
Orang yang beriman mempunyai kemauan keras, kesabaran yang tinggi dan percaya
teguh kepada Allah SWT.
Keimanan membuat keberanian dalam diri manusia.
Keimanan terhadap kalimat La Ilaha illa al-Allah dapat mengembangkan sikap cinta
damai dan keadilan menghalau rasa cemburu, iri hati dan dengki.
Pengaruh yang terpenting adalah membuat manusia menjadi taat dan patuh kepada
hukum-hukum Allah.
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa aqidah itu merupakan satu hal yang
sangat fondamental dalam Islam dan dengan sendirinya dalam kehidupan. Untuk
memantapkan uraian ini, aqidah laksana mesin bagi sebuah mobil yang menggerakkan
segala kekuatannya untuk berjalan. Tanpa mesin, maka mobil itu tak ubahnya seperti
benda-benda mati yang lain yang tidak bisa bergerak dan berjalan.
Kemantapan aqidah dapat diperoleh dengan menanamkan kalimat tauhid La Illaha illa
al-Allah (Tiada tuhan selain Allah). Tiada yang dapat menolong, memberi nikmat kecuali
Allah; dan tiada yang dapat mendatangkan bencana, musibah kecuali Allah. Pendket kata,
kebahagiaan dan kesengsaraan hanyalah dari Allah.

Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para
Rasul-Nya.
Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza
wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang
ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan
rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih,
tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah
(lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah
qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan
dengan amalan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:




Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah
Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. [Adz-Dzaariyaat:
56-58]
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah
agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah
Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang

membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang


menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya
tetapi dengan selain apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mubtadi (pelaku
bidah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang
disyariatkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).
Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyariatkan
kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyariatkan berarti
bidah mardudah (bidah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam :



Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut
tertolak.
Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan
benar kecuali dengan adanya dua syarat:
Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
Ittiba, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Jadi ibadah merupakan hasil dari Aqidah yang kokoh. aqidah tersebut menciptakan
kegiatan atau amal yang dinakan Ibadah. sebagaimana yang kita ketahui, jika manusia
memiliki dua tugas didalam perjalanan penghambaan, yakni ibadah dan memimpin.
Pengertian akhlak
Akhlak (berasal dari kata al-akhlak, jamak dari al-khulq = kebiasaan, perangai, tabiat,
dan agama). Tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-buat, dan
telah menjadi kebiasaan. Kata akhlak dalam pengertian ini disebut dalam Al-Quran
dengan bentuk tunggalnya, khulq, pada firman Allah SWT yang merupakan konsiderans
pengangkatan Muhammad sebagai Rasul Allah. Dijelaskan dalam Al-Quran sebagai
berikut
Artinya :
Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pengerti yang agung
(QS Al-Qalam, 68 :4)

Beberapa istilah yang bekaitan dengan akhlak. Menurut jamil salibah (ahli bahasa arab
kontemporer asal suriah), adalah akhlak yang baik dan ada yang buruk. Akhlak yang baik
disebut adab (adab). Kata adab juga digunakan dalam arti etika yaitu tata cara sopan
santun dalam masyarakat guna memelihara hubungan baik antar mereka.
Selanjutnya, dikalangan Ulamah terdapat perbedaan pendapat tentang apakah akhlak
yang lahir dari manusia merupakan hal pendidikan dan latihan ataukah pembawah sejak
lahir. Sebagian mengatakan bahwa akhlak merupakan pembawah sejak lahir orang yang
bertingkah laku baik atau buruk karena pembawanya sejak lahir. Karenanya, akhlak tidak
bisa diubah melalui pendidikan atau latihan. Pandangan ini dipegang oleh kaum jabariah,
salah satu aliran dalam teologi islam. Sebagian lain berpendapat bahwa akhlak
merupakan hasil pendidikan. Karenanya, akhlak bisa diubah melalui pendidikan, dan
itulah sebabnya mengapa Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak (HR.
Malik). Pendapat ini dipegang oleh kebanyakan ulamah. Ibnu maskawaih, ketika
mengeritik pandangan pertama, mengatakan bahwa pandangan negatif tersebut antara
lain akan memebuat segalah bentuk normal dan bimbingan jadi tertolak, orang jadi
tunduk pada kekejaman dan kelaliman, serta nak-anak jadi liar karena tubuh dan
perkembangan tanpa nasihat dan pendidikan.
Menurut Quraish Shihab, meskipun kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia, ada
issyarat dalam Al-Quran bahwa manusia pada dasarnya cendrung pada kebajikan.
Didalam Al-Qurandiuraikan bahwa iblis menggoda Adam, lalu adam durhaka kepada
Tuhan. Sebelum digoda iblis, Adam tidak durhaka artinya ia tidak melakukan sesuatu
yang buruk akibat godaan itu, adam menjadi sesat, tetapi kemudian bertobat kepada tuhan
sehingga kembali kepada kesuciannya.
Adapun sasaran Ahlak. Dalam Islam, secara garis besar akhlak manusia mencangkup tiga
sasaran, yaitu terhadap Allah SWT, terhadap bersama manusia, dan terhadap
lingkungannya.
Akhlak terhadap Allah SWT. Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlak manusia
terhadap Allah SWT bertitik tolak dari pengakuan dan kesadaran bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah SWT yang memiliki segalah sifat terpuji dan sempurna.
Mensucikan Allah SWT dan memuji-nya.
Bertaqwa (berserah diri) kepada Allah SWT setelah berbuat atau berusaha lebih dahulu.

Berbaik sangka kepada Allah SWT


Akhlak Terhadap Sesama Manusia, sebagai contoh Akhlak terhadap Orang Tua
diantaranya sebagai berikut :
Memelihara keridaan orang tua
Berbakti kepada orang tua
Memelihara etika pergaulan kepada orang tua
Akhlah terhadap Lingkungan. Dimaksudkan dengan lingkungan disini ialah segalah
sesuatu yang berada disekitar manusia, seperti binatang, tumbuhan-tumbuhan dan bendabenda yang tak bernyawa.
Akhlak yang dianjurkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber daru fungsi manusia
sebagai khalifah. Khalifah menuntut adanya interaksi antara manusia dan alam. Khalifah
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, dan bimbingan agar setiap mahluk
mencapai tujuannya. Mahluk-mahluk itu adalah umat seperti manusia juga. Al-Quran
menggambarkan : dan tiada binatangbinatang yang ada dibumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melaikan umat-umat (juga) seperti kamu (Q.S.
6:38).
Jadi dari penjelasan diatas dapat kita simpulan, jika akhlak merupakan hasil aqidah yang
kokoh dan ibadah yang benar.melalui ibadah, ibadah yang merupakan pelaksanaan dari
perintah Allah Swt. dalam firman-Nya, Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar (QS al-Ankabut [29]: 45).
Tujuan akhlak sendiri adalah menghasilkan nilai yang mampu menghadirkan
kemanfaatan bagi manusia, bukan nilai materi. karena Akhlak adalah salah satu dasar
bagi pembentukan kepribadian individu. Tentu saja secara pasti, akhlak sebagai salah satu
dasar pembentuk masyarakat tidak akan diabaikan begitu saja. Suatu masyarakat tidak
akan baik kecuali ketika akhlaknya baik. Namun, masyarakat tidak akan menjadi baik
hanya dengan akhlak, tetapi dengan dibentuknya pemikiran-pemikiran, perasaanperasaan Islami, serta diterapkannya aturan di tengah-tengah masyarakat itu.
Hubungan Aqidah, Ibadah dan Akhlak
Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak / Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim
adalah aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar , Karena akhlak tersarikan dari aqidah,

aqidah pun terpancarkan melalui ibadah. karena sesungguhnya aqidah yang kokoh
senantiasa menghasilkan amal ataua ibadah dan ibadah pun akan menciptakan akhlakul
karimah. Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun
akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun
akan salah. Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya
terhadap alam juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta
dengan benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah
allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang
telah ditetapkanya.
Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku
yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam kehidupan
mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan ridha allah dan
atau membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari Allah.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada
kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau:
Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus
akhlaknya. (HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui
tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan
dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai
iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai Iman
yang lemah. Muhammad al-Gazali mengatakan, iman yang kuat mewujudkan akhlak
yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk.
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan melahirkan
perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya iman. Orang yang
berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau
bersabda:

)
(

Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka hilang
pula yang lain. (HR. Hakim)
Muamalah
Muamalah dalam ruang lingkup Islam adalah hubungan antara manusia dengan
manusia yang lainnya. Muamalah bisa bermakna hubungan sosial antara sesama manusia.
Dalam ruang lingkup Islam maka muamalah lebih terfokus kepada bagaimana etika,
adab, akhlak dan soan santun anatara seorang muslim dengan muslim lainnya atau
dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Muamalah sendiri adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia ini :

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. QS Al-Baqarah ayat 282.
Ayat ini sebenarnya berbicara tentang jual beli, terkadang jual beli memang
disamakan dengan muamalah karena dalam jual beli memang terjadi sebuah hubungan
antara satu manusia (penjual) dengan manusia lainnya (pembeli) dan ini adalah salah satu
bentuk muamalah.
Sesungguhnya bentuk-bentuk muamalah manusia begitu banyak ragamnya sehingga
akan sulit untuk mendefinisikan dan memberikan contoh satu persatu.
Dalam pembahasan kali ini kita lebih melihat bagaimana mumalah itu dilandasi oleh
Iman Islam sehingga ia mempunyai kekuatan dan keberkahan.
Di antara hal yang berbeda dalam Islam dengan agama lainnya adalah bahwa dalam
Islam permasalahan muamalah antar manusia diatur begitu lengkap dan sempurna, dari
mulai bagaimana bersikap kepada orang tua, tetangga, masyarakat hingga hubungan
dengan binatang dan alam raya ini.
Mari kita berikan satu contoh tentang hal itu :
:
, ,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa
Sallam telah bersabda : Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka
hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari

akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. HR Bukhary dan
Muslim.
Hadits

ini

membicarakan

bagaimana

muamlah

dengan

tetangga,

bahwa

kesempurnaan iman seseorang dapat diukur dari bentuk mumalahnya dengan


tetangganya, apakah muamalahnya baik atau tidak?
Selanjutnya bermuamalah dengan binatang :

Seorang wanita akan disiksa karena kucingnya yang dikurung hingga mati kelaparan,
maka ia akan masuk neraka. HR Bukhary dan Muslim.
Muamalah dengan binatang adalah masalah yang sepele, namun ia mendapatkan
perhatian oleh Islam, apakah ada agama lain yang mengatur seperti ini? jelas tidak ada.
Yang ada adalah mereka menganggap bahwa binatang itu mempunyai kekuatan tersendiri
sehingga mereka menyembah binatang tersebut, ini adalah kesyirikan yang nyata.
Adapun bermuamalah dengan lingkungan adalah berkaitan dengan menjaga
lingkungan ini dari kerusakan, lihatlah hal "kecil" yang dilarang oleh Nabi :



Beliau melarang buang air kecil pada air yang tidak mengalir. HR Muslim.
Apa sebab larangan ini? tentu dari segi kesehatan kini sudah dapat ditemukan
jawabannya, seseorang yang kencing pada air yang tidak mengalir tentu akan
mengakibatkan air tersebut berbau dan merusak lingkungan, apalagi jika hal itu dilakukan
di dekat rumah penduduk tentu sesuatu yang jorok dan tida sedap dipandang.
Sampai di sini Islam mengatur bagaimana setiap muslim bermuamalah. Muamalah
yang dilakukan antara manusia merupakan interaksi yang memerlukan adanya hukumhukum yang harus ditaati bersama.
Akhir-akhir ini kata-kata muamalah lebih sering ditujukan pada permasalahan bisnis
dan muamalah al-maliyah (muamalah yang berkaitan dengan harta) misalya jual beli,
sewa menyewa, gadai, hutang dan yang lainnya. Hal ini tidaklah salah karena semua itu
adalah bagian dari muamalah dalam Islam, yang terpenting adalah bagaimana setiap
interaksi kita dengan orang lain atau dengan lingkungan dapat terwarnai dengan nilai-

nilai Islam sehingga kehidupan kita benar-benar kaffah, dari mulai aqidah, ibadah dan
muamalah, semuanya mencerminkan keindahan dan kemuliaan Islam.

Diantaranya ayat-ayat yang mengandung perintah untuk menjalankan perintah


qishash adalah ayat-ayat berikut ini :



Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash

berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. (QS. Al-Baqarah : 178)

Anda mungkin juga menyukai