Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Keputusan Kolektif, Keputusan Kekuasaan, Dan Konsekuensi Inovasi

Oleh :
Kelas : E
Kelompok : 10

AGIS GINANJAR

200110140082

ALISA YANUARI

200110140084

TOMI LILO PAMBUDI

200110140180

ANDHIKA M RIZKI

200110140282

TEIZA NADVIRA

200110140294

NADYA ROBIATUL A

200110140295

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
SUMEDANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Keputusan Kolektif, Keputusan Kekuasaan, Dan Konsekuensi Inovasi
. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada matakuliah komunikasi
pembangunan di program studi Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan pada
Universitas Padjadjaran. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada bapak Syahirul Alim, S.Pt, M.Si selaku dosen
pembimbing matakuliah komunikasi pembangunan dan kepada segenap pihak
yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa masih sangat banyak terdapat kekurangankekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sumedang, 24 November 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI....ii
DAFTAR GAMBAR..iii
I PENDAHULUAN.1
1.1

Latar Belakang...1

1.2

Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3

Tujuan....................................................................................................2

II PEMBAHASAN

2.1

Keputusan Kolektif................................................................................3

2.2

Keputusan Kekuasaan ..........................................................................7

2.3

Konsekuensi Inovasi............................................................................12

III PENUTUP 19
3.1

Kesimpulan..........................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA iv

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Keputusan Kekuasaan..............................................................11

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berkembangnya ilmu pengetahuan membuat terciptanya penemuanpenemuan baru. Penemuan tersebut bisa berupa teknologi, budaya dan
sebagainya. Penemuan baru tersebut lebih dikenal dengan inovasi. Inovasi
tersebut akan dimulai dari timbulnya ide-ide baru sampai ide-ide tersebut dapat
diterima dimasyarakat. Proses pengenalan inovasi sampai diterimanya inovasi
tersebut di masyarakat sangatlah panjang dan kompleks.
Inovasi yang diperkenalkan akan menimbulkan keputusan dari masyarakat
apakah inovasi tersebut ditolak atau diterima. Ditolak atau diterimanya sebuah
inovasi sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, tingkat pendidikan dari anggota
masyarakatnya. Semakin anggota masyarakatnya memiliki orientasi kedepan
maka semakin mudah inovasi diterima.
Dalam peternakan inovasi yang masuk sangat banyak, tetapi inovasi
tersebut tidak semua peternak menerima, beberapa peternak memilih tidak
menerima inovasi karena inovasi dianggap akan mengganggu kebiasaan turun
temurun. Selain itu inovasi akan diterima atau ditolak bergantung juga pada
kebijakan dari pemerintah. Kebijakan

pemerintah sangat berpengaruh maka

inovasi yang diperkenalkan akan melewati beberapa tahap penyeleksian. Setelah


inovasi tersebut masuk dalam peternak akan ada konsekuensi dari inovasi yang
diterapkan tersebut apakah berdampak baik atau buruk. Oleh karena itu
banyaknya inovasi yang masuk dalam dunia peternakan kita harus memahami,
mengaplikasikan mengenai materi keputusan kolektif, keputusan kekuasaan, dan
konsekuensi inovasi agar kita tidak terjebak atau salah menerapkan inovasi yang
akan digunakan.

Rumusan Masalah
1. Apa itu keputusan kolektif dan bagaimana prosesnya?
2. Apa itu keputusan kekuasaan dan bagaimana prosesnya?
3. Apa itu keputusan konsekuensi inovasi dan bagaimana prosesnya?

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keputusan kolektif dan prossesnya

Untuk mengetahui pengertian keputusan kekuasaan dan prossesnya

Untuk mengetahui pengertian konsekuensi inovasi dan prossesnya

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keputusan Kolektif
Keputusan inovasi kolektif adalah keputusan untuk menerima atau
menolak inovasi yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem sosial
melalui konsensus. Proses ini melibatkan lebih banyak individu. Pengambilan
keputusan inovasi kolektif ini prosesnya lebih panjang atau banyak memakan
waktu.
Misalnya, atas kesepakatan warga masyarakat di setiap RT untuk tidak
membuang sampah di sungai, yang kemudian disahkan pada rapat antar ketua RT
dalam suatu wilayah RW. Maka konsekuensinya semua warga RW tersebut harus
mentaati keputusan yang telah dibuat tersebut, walaupun mungkin secara pribadi
masih ada beberapa individu yang masih merasa keberatan. Dalam tahap ini
seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah yang diambilnya, dan
menarik keputusannya sendiri jika diperoleh informasi yang bertentangan dengan
informasi semula. Orang yang merasa didalam dirinya terdapat sesuatu yang tidak
sesuai atau tidak selaras disebut disonansi,dalam hubungannya dengan difusi
inovasi, usaha mengurangi disonansi dapat terjadi:

Apabila seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha


mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.

Apabila seseorang mengetahui tentang inovasi dan bersikap menyenangi


inovasi tersebut, tetapi belum memutuskan keputusan untuk menerima
inovasi tersebut.

Setelah seseorang menetapkan menerima atau menolak inovasi tersebut.

2.1.1 Tahap-tahap dalam proses keputusan inovasi kolektif

Stimulasi, merupakan minat ke arah kebutuhan akan ide-ide baru.

Inisiasi, yaitu ide-ide baru ke dalam sistem sosial.

Legitimasi, yaitu ide-ide baru yang ditimbulkan oleh pemegang kekuasaan

2.1.2 Partisipasi Dalam Keputusan Kolektif


Partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam
proses pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi tersebut berhubungan positif
dengan kepuasan mereka terhadap keputusan inovasi kolektif. ini berarti semakin
tinggi partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan, semakin besar
pula tingkat kepuasan mereka terhadap keputusan.
Anggota sistem sosial lebih puas dengan keputusan kolektif jika mereka merasa
terlibat dalam pembuatan keputusan itu karena ;
1. Dengan ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, anggota itu
mengetahui bahwa sebagian besar anggota dalam sistem juga ingin
melaksanakan keputusan itu. Jika seseorang anggota tahu bagaimana
dukungan kelompok terhadap keputusan, dia mungkin menjadi lebih puas.
2. Keputusan untuk menerima atau menolak lebih sesuai dengan kebutuhan
anggota sistem jika mereka ikut ambil bagian dalam pembuatan keputusan
tersebut.
3. Partisipasi yang luas memungkinkan para pemuka pendapat di dalam
sistem dapat menduga apa yang diinginkan oleh sebagian besar anggota
terhadap keputusan yang akan di ambil. dengan demikian posisi para
pemuka pendapat lebih mantap dan para anggota terdorong untuk mentaati
keputusan dengan rasa puas.

2.1.3 Penerimaan Anggota Terhadap Keputusan Inovasi Kolektif


Penerimaan anggota terhadap keputusan inovasi kolektif berhubungan
positif dengan tingkat partisipasi mereka, semakin banyak mereka berpartisipasi
dalam proses pembuatan keputusan kolektif semakin besar penerimaan mereka
terhadap keputusan. Penerimaan anggota terhadap keputusan inovasi kolektif juga
berhubungan positif dengan kohesi anggota dengan sistem sosial. Kohesi adalah
tingkat keterikatan anggota dengan sistem sosial menurut persepsinya sendiri.
Orang yang merasa sangat terikat atau punya ikatan kuat dengan kelompok akan
merasa lebih terdorong untuk merubah kepercayaan atau tingkah lakunya jika
kelompok menginginkan.

2.1.4 Paradigma Pengambilan Keputusan Inovasi Kolektif


1. Stimulasi minat kearah kebutuhan akan ide-ide baru (oleh stimulator)
2. Inisiasi ide-ide baru ke dalam system social (oleh inisiator)
3. Legitimasi ide baru (oleh pemegang kekuasaan atau legitimator)
4. Keputusan untuk melaksanakan penggunaan ide baru (oleh anggota sistem
sosial)
5. Tindakan atau pelaksanaan penerapan ide baru di masyarakat (oleh
anggota sistem sosial)

a. Stimulasi

Ada orang yang sadar bahwa sistem sosial membutuhkan inovasi tertentu

Anggota sistem sosial belum anggap penting inovasi

Stimulator biasanya orang dari luar sistem atau anggota sistem yang
berorientasi ke luar

Stimulator lebih kosmopolit

Keahlian stimulator terletak pada kompetensinya mengenai inovasi dan


berorientasi pada pesan

b. Inisiator

Ide baru mulai diperhatikan oleh anggota sistem sosial dan disesuaikan
dengan kebutuhan sistem

Inisiator membuat rancangan penggunaan inovasi dalam sistem sosial


dengan menyesuaikan dengan kondisi yang ada

Inisiator lebih mengenal liku-liku sistem dan berorientasi pada sistem


(penerima pesan inovasi)

Antara inisiator dan stimulator harus ada jalinan komunikasi yang baik
(dalam beberapa kasus stimulator bertindak pula sebagai inisiator)

c. Legitimasi

Inovasi disetujui oleh orang-orang yang secara informal mewakili sistem


sosial dalam norma-norma dan nilai-nilainya dan dalam kekuasaan sosial
yang mereka miliki

Peranan legitimator sebagai penyaring ide yang akan dikukuhkan

Kecepatan adopsi inovasi kolektif berhubungan positif dengan tingkat


keterlibatan legitimator sistem sosial itu dalam proses pengambilan
keputusan

Status sosial legitimator lebih tinggi daripada anggota sosial lainnya

d. Partisipasi

Tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam proses pengambilan


keputusan

Warga masyarakat mengambil keputusan untuk bertindak (menerima atau


menolak inovasi) bisa melalui referendum, pengajuan petisi, rapat umum
atau dengar pendapat, dsb

2.2 Keputusan Kekuasaan


Keputusan kekuasaan adalah keputusan yang dihasilkan oleh organisasi
formal misalnya birokrasi pemerintahan, pabrik, sekolah dan sebagainya. Proses
ini menyangkut penyebaran suatu inovasi ke dalam suatu organisasi formal yang
menyebabkan terjadinya perubahan pada organisasi tersebut. Keputusan
kekuasaan adalah tekanan terhdap seseorang oleh orang lain yang berada dalam
posisi atasan. Seseorang (unit adopsi) diperintah oleh seseorang yang lebih tinggi
kekuasaannya untuk menerima atau menolak inovasi. Di sini seseorang tidak lagi
bebas menentukan pilihannya dalam proses keputusan inovasi. Jadi struktur
kekuasaan sistem sosial berpengaruh terhadap seseorang agar ia mengikuti
keputusan yang telah diambil oleh atasan.

Penerimaan anggota terhadap keputusan inovasi kolektif berhubungan


positif dengan partisipasi dan dengan kohesi anggota dengan sistem sosial

Kohesi adalah tingkat keterikatan anggota dengan sistem sosial menurut


persepsinya sendiri

Ada dua macam unit yang terlibat dalam proses keputusan kekuasaan, yaitu :
1) Unit adopsi, yakni seseorang, kelompok atau unit yang mengadopsi inovasi.
2) Unit pengambil keputusan, yakni seseorang, kelompok atau unit yang posisi
kekuasaannya lebih tinngi dari unit adopsi dan yang membuat keputusan akhir
apakah unit adopsi harus menerima atau menolak inovasi.

2.2.1 Paradigma Pengambilan Keputusan Inovasi Kekuasaan


Terdiri dari dua tahap/fase dalam pengambilan keputusan inovasi kekuasaan,
yaitu:
1. Fase pembuat keputusan:

Pengenalan kebutuhan untuk berubah dan inovasi

Persuasi dan penilaian terhadap inovasi oleh unit pengambilan


keputusan

Keputusan berupa penerimaan atau penolakan oleh unit pengambilan


keputusa

2. Fase implementasi keputusan:

Komunikasi keputusan kepada unit-unit adopsi dalam organisasi

Tindakan atau implementasi keputusan pengadopsian atau penolakan


inovasi oleh unit adopsi.

2.2.2 Ciri-ciri yang membedakan keputusan kekuasaan dengan bentuk


keputusan lainnya:

Seseorang tidak bebas menentukan pilihannya dalam menerima atau


menolak inovasi.

Pembuatan keputusan dan pengadopsiannya dilakukan oleh orang atau unit


yang berbeda.

Unit pengambil keputusan menduduki posisi kekuasaan lebih tinggi dalam


sisitem sosial daripada unit adopsi.

Karena hubungan hirarkhis, unit pengambil keputusan dapat memaksa unit


adopsi untuk neyesuaikan diri dengan keputusan.

Keputusan inovasi kekuasaan lebih sering terjadi dalam organisasi formal.

2.2.3 Proses Keputusan Kekuasaan


a. Tahap Pengenalan
Ini merupakan tahap paling penting dalam proses keputusan kekuasaan.
Pada tahap ini pengambil keputusan mengetahui adanya inovasi. Pengenalan
terhadap suatu inovasi itu mungkin karena dikomunikasikan oleh bawahan
kepada atasan. Bawahan kemudian menunggu persetujuan resmi dari unit

pengambil keputusan. Unit pengambil keputusan juga dapat memperoleh


pengetahuan mengenai inovasi dari sumber di luar orgnisasi seperti konsultan
yang memainkan peranan yang menentukan dalam membangkitkan kebutuhan
untuk berubah dalam sistem formal.

Unit pengambilan keputusan mengetahui adanya inovasi (bisa karena


informasi dari bawahan atau arus inovasi ke atas)

Penyaringan informasi ke atas sering terjadi pada organisasi yang otokratis

Sumber-sumber luar dapat menjadi katalis bagi perubahan organisasi


formal

b. Persuasi
Tahap persuasi ditandai dengan pencarian informasi lebih banyak lagi
termasuk penilaian terhadap biaya, kelayakan, kemungkinan pelaksanaan, dan
sebagainya yang hakikatnya pada tahap ini organisasi sedang mengadakan suatu
percobaan hipotetis.
Jika dapat menaksir lebih tepat konsekuensi-konsekuensi inovasi, maka
akan dapat lebih baik dalam memutuskan manakah inovasi yang akan diambil dan
mana yang akan dibuang.

Ditandai dengan pencarian informasi lebih banyak termasuk penilaian


terhadap biaya, kelayakan dan kemungkinan pelaksanannya

Lambatnya organisasi menerima inovasi karena keuntungan ekonomis atau


psikologis tidak segera tampak dan data hasil adopsi sulit dicari

c. Keputusan
Setelah unit mengambil keputusan mencari tahu lebih jauh mengenai
inovasi itu dan telah menilainya berdasarkan kemamfaatan yang tampak,
kelayakannya dan konsekuensi- konsekuensi yang diharapkan, pada tahap ini unit
menetapkan untuk menerima atau menolak inovasi itu.

d. Komunikasi
Tahap komunikasi merupakan suatu tahap yang menentukan, karena
pengadopsian atau penolakan suatu inovasi tidak dapat dilaksanakan sebelum ada
perintah kepada unit adopsi untuk melaksanakannya.

Keputusan unit untuk menerima atau menolak inovasi

Unsur yang terpenting adalah tingkat partisipasi unit adopsi dalam


pembuatan keputusan

Penerimaan seseorang terhadap keputusan kekuasaan berhubungan positif


dengan partisipasinya dalam pembuatan keputusan

Penyampaian keputusan unit yang telah memilih alternatif inovasi yang


diterima kepada bawahan

Informasi harus dioperasikan melalui arus turun dari atasan ke bawahan


mengikuti pola kekuasaan dalam posisi hirarkhi unit adopsi

Dalam organisasi yang otritatif pesan-pesan ke bawah diterima dengan


penuh kecurigaan, kesalahpahaman, dan penolakan

Dalam organisasi yang partisipatif komunikasi ke bawah lebih mudah


diterima

e. Tindakan
Yang dimaksud tindakan dalam hal ini yaitu tahap dimana penggunaan
inovasi mulai dilaksanakan oleh unit adopsi juga merupakan tahap akhir dalam
keputusan inovasi kekuasaan. Pada tahap ini akan tampak jelas konsekuensi yang
berupa tingkah laku baik itu menyenangkan maupun mengecewakan.
Seiring dengan berjalannya waktu, ada kecenderungan seseorang untuk
merubah sikap mereka (suka atau tidak suka) yang tidak cocok dengan tindakan
yang dituntut oleh organisasi atau melanjutkan pengadopsian atau penolakan

10

inovasi tetapi menyelewengkan atau merubah inovasi itu sedemikian rupa


sehingga cocok dengan sikap mereka. Kecenderungan yang terakhir ini seseorang
tetap mempertahankan sikapnya semula.

Tahap di mana pengguanaan inovasi oleh unit pengadopsi mulai


dilaksanakan. Akan tampak tingkah laku disonan dan konsonan

Disonansi inovasi: ketidakcocokan sikap anggota terhadap inovasi


(menerima atau menolak inovasi) yang dituntu oleh unit pengambilan
keputusan

Konsonan: sikap anggota yang selaras dengan tuntutan atasan

Dalam keputusan inpovasi kekuasaan ada situasi kompliansi seseorang


menerima pengaruh orang lain, mau mengikuti orang lain, karena
mengharapkan memperoleh imbalan dari orang tersebut.

1. PENGENALAN tentang
untuk berubah dan inovasi.

kebutuhan

2. PERSUASI dan penilaian terhadap


inovasi
oleh
unit
pengambilan
keputusan.

Fase pembuatan
keputusan

3. KEPUTUSAN berupa penerimaan atau


penolakan inovasi oleh unit pengambil
keputusan
4. KOMUNIKASI keputusan kepada unitunit adopsi dalam organisasi
5. TINDAKAN
atau
impelementasi
keputusan: pengadopsian atau penolakan
inovasi oleh unit adopsi

Gambar.1 Proses Keputusan Kekuasaan

11

Fase implementasi
keputusan

2.2.4 Pendekatan dalam Perubahan Organisasional

Konsekuensi dari keputusan inovasi kekuasaan adalah terjadinya


perubahan pada organisasi formal yang bersangkutan

Ada dua pendekatan yang berbeda:


a) Otoritatif (instruksi): keputusan dibuat oleh penguasa secara sepihak.
Biasa dibuat oleh pucuk pimpinan
b) Partisipatif: di mana terdapat interaksi dua arah antara pihak eksekutif
yang memprakarsai perubahan dengan orang-orang yang terkena
perubahan. Kekuasaan untuk membuat keputusan dialokasi kepada
pihak yang terlibat dalam perubahan organisasional sesuai dengan
level dalam struktur organisasi, yang berarti disini ada pendelegasian
wewenang, tidak terpusat pada pimpinan tertinggi.

2.3 Konsekuensi Inovasi


Konsekuensi inovasi adalah suatu dampak yang mengikuti proses adopsi
suatu inovasi (Purwanto, 105:2000). Dalam mempekirakan konsekuensi atau
akibat dari inovasi adalah pekerjaan sulit. Ide-ide baru di masyarakat seringkali
diterima berdasar kepercayaan atau keyakinan bukannya berdasarkan alasanalasan rasional atas dasar pertimbangan tentang konsekuensinya. Akibatnya telah
dapat diduga, bahwa walaupun banyak inovasi dalam berbagai bidang telah
diupayakan, tetapi hanya sedikit terjadi perubahan. Banyak ide-ide baru yang
dipromosikan dan diadopsi, tetapi pembaharuan atau perbaikan di berbagai bidang
tetap belum nampak hasilnya. Banyak inovasi di masyarakat memilki tingkat
keuntungan relatif yang rendah. Meskipun inovasi demikian diadopsi oleh
banyak orang, namun kemudian ditinggalkan.

12

Penyebarluasan inovasi biasanya didasarkan asumsi bahwa konsekuensi


atau akibat inovasi itu akan positif. Para agen pembaharuan berasumsi bahwa
inovasi itu merupakan kebutuhan klien atau masyarakat, oleh karena itu
penyebarluasan atau diseminasinya dianggap sebagai hal yang wajar, dan ia
menaruh harapan bahwa difusinya akan berhasil.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada individu atau sistem sosial sebagai hasil
dari adopsi atau penolakan inovasi.
1. Konsekuensi fungsional (yang diinginkan) x konsekuensi fungsional (tidak
diinginkan)
2. Konsekuensi langsung x konsekuensi tidak langsung
3. Konsekuensi yang tampak (manifest x konsekuensi yang tidak tampak
(latent)
Agen pembaharu dan pengambilan keputusan inovasi perlu tahu tentang unsurunsur pokok inovasi:
1. Bentuk inovasi: sesuatu yang dapat diamati langsung dalam penampilan
fisik
2. Fungsi inovasi: kegunaan suatu inovasi
3. Makna inovasi: persepsi anggota-anggota sistem sosial terhadap inovasi

Tanggung jawab atas konsekuensi inovasi:


1. Pengambilan keputusan harus jeli terhadap inovasi yang akan disampaikan
2. Agen pembaharu perlu memberikan masukan yang sebanyak mungkin
kepada pengambil keputusan
3. Anggota masyarakat harus peka terhadap inovasi yang diberikan

13

2.3.1 Klasifikasi Konsekuensi Inovasi


Konsekuensi adalah perubahan yang terjadi pada individu atau sistem
sosial sebagai akibat dari mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Terdapat tiga
klasifikasi dari konsekuensi, masing-masing klasifikasi tersebut merupakan suatu
kontinum yang memiliki dua kutub berlawanan. Klasifikasi berbagai konsekuensi
inovasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
1. Konsekuensi diharapkan dan tidak diharapkan
Konsekuensi yang diharapkan adalah suatu inovasi mempunyai pengaruh
fungsional sesuai dengan keinginan individu atau sistem sosial. Sedangkan
konsekuensi yang tidak diharapkan adalah suatu dampak yang timbul padahal hal
tersebut tidak dikehendaki.
Konsekuensi fungsional adalah akibat-akibat dari penyebaran suatu
inovasi dalam suatu sistem sosial yang sesuai dengan keinginan dari pengadopsi.
Akibat-akibat itu memiliki konotasi yang positif. Sebaliknya konsekuensi
disfungsional adalah akibat-akibat dari pengadopsian inovasi yang tidak
diinginkan oleh pengadopsi.
2.

Konsekuensi langsung dan tidak langsung


Konsekuensi langsung adalah suatu inovasi mempunyai pengaruh yang

segera terhadap individu atau suatu sistem sosial, sedangkan konsekuensi tidak
langsung

adalah

inovasi

yang

memberikan

pengaruh

yang

tidak

segera.Konsekuensi langsung suatu inovasi menghasilkan perubahan-perubahan


sistem sosial yang terjadi sebagai respon segera penyebaran suatu inovasi.
Konsekuensi tidak langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem
sosial yang terjadi sebagai hasil konsekuensi langsung suatu inovasi yang masih
memerlukan upaya tambahan dan prosesnya masih memerlukan waktu yang lebih
lama.

14

Konsekuensi langsung sebuah inovasi merupakan perubahan pada


individu atau sistem sosial yang terjadi secara langsung dari sebuah inovasi.
Sedangan konsekuensi atau akibat tidak langsung merupakan perubahan pada
individu atau sistem sosial yang terjadi sebagai hasil dari konsekuensi langsung
suatu inovasi.
3.

Konsekuensi diantisipasi dan tidak diantisipasi


Konsekuensi

yang

diantisipasi

adalah

konsekuensi

yang

telah

diperkirakan sebelumnya, sedangkan konsekuensi yang tidak diantisipasi adalah


dampak ikutan yang muncul kemudian setelah adopsi atau menolak inovasi.
Konsekuensi yang tidak diantisipasi bisa bersifat positif, bisa pula bersifat negatif.
Konsekuensi ini juga disebut sebagai konsekuensi yang nampak dan yang latent.
Konsekuensi yang nampak adalah perubahan-perubahan yang terlihat dan
dikehendaki oleh anggota sistem sosial yang mengadopsi suatu inovasi. Contoh
yang tanpak dari suatu pengadopsian suatu inovasi misalnya : adanya
pengembangan

keterampilan

kerja

baru

bagi

orang

yang

menerapkan penggunaan gergaji mesin untuk memotong kayu. Sedangkan


konsekuensi yang latent adalah perubahan-perubahan yang tidak tampak dan tidak
dikehendaki oleh anggota suatu sistem sosial. Semakin maju dan modern suatu
inovasi, akan semakin banyak pula menghasilkan konsekuensi baik konsekuensi
yang nampak maupun yang tidak tampak.
Konsekuensi yang terantisipasi merupakan perubahan yang berkenaan
dengan inovasi yang diketahui dan diingingkan atau dimaksud oleh para anggota
sistem sosial. Konsekuensi yang tidak terantisipasi merupakan perubahan dari
sebuah inovasi yang tidak diketahui dan diinginkan atau dimaksud oleh para
anggota sistem sosial.

15

2.3.2 Mengantisipasi berbagai Konsekuensi Inovasi


Suatu peubahan sosial terjadi melalui proses mulai dari penemuan,
penyebaran, dan akibat atau konsekuensi. Meskipun masalah inovasi penting,
tetapi ternyata penelitian tentang akibat-akibat inovasi ini masih sedikit sekali,
meneliti apalagi memperkirakan konsekuensi atau akibat inovasi termasuk
pekerjaan yang sulit. Meskipun sulit bukan berarti hal itu tidak mungkin
dilakukan, hanya saja untuk melakukannya diperlukan keterampilan, ketekunan,
dan kerja keras.
Ide-ide baru di masyarakat seringkali diterima berdasar kepercayaan atau
keyakinan dan bukannya berdasarkan atas alasan-alasan rasional atas dasar
pertimbangan tentang konsekuensinya. Akibatnya telah dapat diduga, bahwa
walaupun banyak inovasi dalam berbagai bidang telah diupayakan, tetapi hanya
sedikit terjadi perubahan kearah yang positif. Banyak ide-ide baru yang
dipromosikan dan diadopsi, tetapi pembaharuan atau perbaikan di berbagai bidang
tetap belum nampak hasilnya, atau justru merugikan. Kebanyakan inovasi itu
hanya aneh-aneh dan mengada-ada, dan setelah pengadopsiannya meluas, timbul
kesulitan dalam mengukur pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas kehidupan
di masyarakat. Banyak inovasi di masyarakat memiliki tingkat keuntungan yang
relatif rendah. Meskipun inovasi demikian diadopsi oleh orang banyak, namun
kemudian biasanya segera ditinggalkan setelah masyarakat menyadari pengaruh
negatifnya.
Pada umumnya penyebarluasan suatu inovasi didasarkan pada asumsi
bahwa konsekuensi atau akibat inovasi itu akan positif. Para agen pembaharuan
berasumsi bahwa inovasi itu merupakan kebutuhan klien, karena itu
penyebarluasan atau diseminasinya adalah dianggap sebagai hal yang wajar atau
bahkan keharusan. Agen pembaharuan mengharapkan pemasyarakatan ide baru
yang dilakukannya akan berhasil. Mereka umumnya berharap bahwa konsekuensi

16

inovai itu terjadi dalam jangka waktu yang sesegera mungkin, dan dengan hasil
nyata.
1.

Mengantisipasi Konsekuensi yang Tidak Diharapkan/disfungsional


Apabila inovasi membawa konsekuensi fungsional maka akibat-akibat dari

penyebaran suatu inovasi dalam suatu sistem sosial yang sesuai dengan keinginan
dari pengadopsi. Akibat-akibat yang dirasakan dari adopsi inovasi tersebut
memiliki konotasi yang positif, menguntungkan atau berguna. Sebaliknya
konsekuensi disfungsional adalah akibat-akibat dari pengadopsian inovasi yang
tidak diinginkan oleh pengadopsi.
Konsekuensi disfungsional, perlu diantisipasi sebelum terjadi. Apabila
setelah beberapa waktu kemudian sesuatu inovasi dapat dirasakan akibatnya yang
negatif maka pihak inovator perlu segera memperoleh masukan untuk menentukan
langkah-langkah selanjutnya. Biasanya diperlukan suatu penelitian yang cermat
utnuk memperoleh bahan masukan untuk membuat keputusan terus atau tidaknya
kegiatan difusi.
2.

Mengantisipasi Konsekuensi yang Tidak Langsung


Konsekuensi langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem sosial

yang terjadi sebagai respon segera setelah penyebaran suatu inovasi. Konsekuensi
tak langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem sosial yang terjadi
sebagai hasil konsekuensi tak langsung atau tidak segera terjadi setelah suatu
inovasi diadopsi.
Suatu hal yang terpenting disadari oleh inovator dan agen pembaharuan
adalah bahwa sebelum semua dampak jangka panjang dari suatu inovasi terjadi,
semuanya telah dikaji, diteliti, dan disiapkan solusi atau jalan keluarnya.
3.

Mengantisipasi Konsekuensi yang Tidak Dapat Diantisipasi


Konsekuensi ada yang nampak nyata dan ada pula yang tidak segera

nampak. Konsekuensi yang nampak atau manifest adalah perubahan-perubahan

17

yang telihat dan dikehendaki oleh anggota sistem sosial yang mengadopsi suatu
inovasi.
Semakin penting, semakin maju, dan semakin modern suatu inovasi, akan
semakin banyak menghasilkan konsekuensi, sebagian adalah konsekuensi yang
tampak (nyata) dan sebagian lagi yang tidak nampak. Di dalam suatu sistem sosial
terjadinya suatu perubahan pada suatu bidang akan mempengaruhi keseluruhan
komponen sistem sosial tersebut. Suatu inovasi yang canggih dalam suatu bidang
tak lagi akan membawa dampak atau konsekuensi yang akan mempengaruhi
bidang-bidang yang lain dalam sistem sosial tersebut.

18

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Keputusan inovasi kolektif adalah keputusan untuk menerima atau

menolak inovasi yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam


sistem sosial melalui konsensus.
2. Keputusan kekuasaan adalah keputusan yang dihasilkan oleh organisasi
formal

misalnya

birokrasi

pemerintahan,

pabrik,

sekolah

dan

sebagainya. Proses ini menyangkut penyebaran suatu inovasi ke dalam


suatu organisasi formal yang menyebabkan terjadinya perubahan pada
organisasi tersebut.
3. Konsekuensi inovasi adalah suatu dampak yang mengikuti proses

adopsi suatu inovasi. Dalam mempekirakan konsekuensi atau akibat


dari inovasi adalah pekerjaan sulit. Ide-ide baru di masyarakat
seringkali diterima berdasar kepercayaan atau keyakinan bukannya
berdasarkan alasan-alasan rasional atas dasar pertimbangan tentang
konsekuensinya.

19

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. 1988 . Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti

Purwanto, 2000. Difusi Inovasi. Jakarta : STIA-LAN

Rogers, Everet M. 2003 Diffusion of Innovation. New York: Free Press

Wibowo, Sigit . 2011. Silabus Difusi dan Inovasi Pembelajaran. Jakarta: UIA

iv

Anda mungkin juga menyukai