KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR : 811.4/
/ RSUD-KS / V / 2015
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
Menimbang
: a.
b.
c.
d.
Mengingat
: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Menetapkan
KEPUTUSAN
DIREKTUR
TENTANG
KEBIJAKAN
PELAYANAN KEFARMASIAN RSUD KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR
KESATU
KEDUA
KETIGA
Ditetapkan di
Pada Tanggal
: Langgur
: 20 Mei 2015
DIREKTUR
RSUD KAREL SADSUITUBUN LANGGUR,
KEBIJAKAN
PELAYANAN KEFARMASIAN
3. Formulir usulan perubahan item obat formularium RSUD Karel Sadsuitubun Langgur
yang sudah diisi disampaikan kepada Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
4. Permintaan obat di luar formularium dievaluasi oleh TFT untuk ditinjau ulang dan
diagendakan pada rapat TFT.
5. Obat yang diusulkan tersebut dikaji pada rapat TFT untuk diputuskan diterima atau
ditolak ditambahkan ke dalam formularium.
6. Apabila rapat TFT memutuskan menerima usulan obat tersebut, maka usulan tersebut
direkomendasikan ke Komite Medik untuk dimintakan persetujuan.
7. Apabila rapat TFT memutuskan untuk menolak usulan obat, maka TFT akan
menginformasikan kepada dokter yang meminta obat tersebut. Dokter harus
melengkapi dengan alasan yang tepat apabila akan mengusulkan kembali obat
tersebut
B. PENGURANGAN OBAT FORMULARIUM
1. Alasan penghapusan obat dari daftar formularium dapat berupa :
Obat tersebut sudah ditarik dari peredaran
Pabrik obat sudah tidak memproduksi obat tersebut
Obat tersebut tidak terpakai selama 6 bulan
Perubahan bahan-bahan pembuat obat yang menyebabkan duplikasi dari obat
yang sudah ada di formularium
Harga obat yang tinggi dan waktu kadaluwarsa yang singkat
Hasil penelitian menunjukkan obat tersebut berbahaya
Obat-obat baru yang tercantum di formularium yang mempunyai duplikasi
terapi/indikasi dengan efek samping yang lebih berat
2. Jika ada obat yang memenuhi salah satu kriteria diatas, maka prosedur pengurangan
obat dari formularium dapat segera dilakukan
3. TFT akan mendiskusikan penghapusan obat tersebut dalam suatu pertemuan/rapat
4. Rekomendasi dari hasil rapat TFT akan dibawa ke Komite Medik/ Kapala Bagian
Pelayanan Medik untuk didiskusikan. Sesuai Standar Prosedur Operasional Tata
Cara Perubahan Item Obat dalam Formularium Rumah Sakit
B. PERENCANAAN DAN PENGADAAN
1.
Apotek
24
jam
melakukan
penyimpanan
barang
yang
16. Petugas Farmasi akan melaporkan obat yang akan kadaluarsa kepada dokter penulis
resep dan menyerahkannya ke Apotek 24 jam dimana obat tersebut dapat dijalankan
(Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Obat Menjelang Kadaluarsa)
17. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang sudah kadaluarsa,
rusak atau terkontaminasi harus disimpan terpisah sambil menunggu pemusnahan.
Pemusnahan sediaan farmasi mengikuti Standar Prosedur Operasional Pemusnahan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.
E. PERESEPAN
1. Yang berhak menulis resep dokter dan dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik di
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.
2. Yang berhak menulis resep narkotika dan psikotropik adalah dokter yang memiliki nomor
SIP (Surat Izin Praktik)
3. Penulis resep
harus
melakukan
penyelarasan
obat (medication reconciliation)
sebelum menulis resep. Penyelarasan obat adalah membandingkan antara daftar obat
yang sedang digunakan pasien dan obat yang akan diresepkan agar tidak terjadi duplikasi
atau terhentinya terapi suatu obat (omission)
4. Penulis resep harus memperhatikan kemungkinan adanya kontraindikasi, interaksi obat,
dan reaksi alergi.
5. Terapi obat dituliskan dalam rekam medik hanya ketika obat pertama kali diresepkan,
rejimen berubah, atau obat dihentikan. Untuk terapi obat lanjutan pada rekam medik
dituliskan terapi lanjutkan dan pada kardeks (catatan pemberian obat) tetap dicantumkan
nama obat dan rejimennya.
6. Resep ditulis secara manual pada blanko lembar dengan kop RSUD Karel Sadsuitubun
Langgur
7. Penulisan Resep harus sesuai dengan daftar obat yang ada dalam Formularium Rumah
Sakit RSUD Karel Sadsuitubun Langgur (SPO Penulisan Resep sesuai Formularium
Rumah Sakit)
8. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan istilah dan singkatan yang lazim
sehingga tidak disalahartikan.
9. Dokter harus mengenali obat-obat yang masuk dalam daftar Look Alike Sound Alike
(LASA) yang diterbitkan oleh Instalasi Farmasi, untuk menghindari kesalahan pembacaan
oleh tenaga kesehatan lain.
10. Obat yang diresepkan harus sesuai dengan Formularium RSUD Karel Sadsuitubun
Langgur.
11. Jenis-jenis resep yang dapat dilayani: resep pertama pasien baru masuk, resep reguler,
resep cito, resep pengganti emergensi, resep dengan perlakuan automatic stop order.
12. Penulisan resep harus dilengkapi/memenuhi hal-hal sebagai berikut:
- Nama pasien
- Tanggal lahir atau umur pasien
- Berat badan pasien
- Nomor rekam medik
- Nama dokter
- Tanggal penulisan resep
- Nama ruang pelayanan
- Tanda R/ pada setiap sediaan
- Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generik.
Untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam Formularium, dilengkapi dengan
bentuk
sediaan obat (contoh: injeksi, tablet, kapsul, salep), serta kekuatannya
(contoh: 500 mg, 1 gram)
- Jumlah sediaan
- Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis/ bahan obat dan jumlah bahan
obat (untuk bahan padat: mikrogram, miligram, gram).
- Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan pakai jika perlu atau prn
atau pro re nata, harus dituliskan dosis maksimal dalam sehari. Sesuai Standar
Prosedur Operasional Penulisan Resep Lengkap dan Aman.
13. Pasien diberi penjelasan tentang efek tidak diharapkan yang mungkin terjadi akibat
penggunaan obat.
14. Perubahan terhadap resep pengobatan yang telah diterima oleh apoteker/ asisten
apoteker harus diganti dengan resep pengobatan baru.
15. Resep pengobatan yang tidak memenuhi kelengkapan yang ditetapkan, tidak akan
dilayani oleh farmasi.
16. Jika resep/instruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak jelas, maka bagian farmasi
yang menerima resep/instruksi pengobatan tersebut harus menghubungi dokter penulis
resep sesuai dengan Instruksi Kerja Penanganan Resep Yang Tidak Jelas.
17. Instruksi lisan (Verbal Order) harus diminimalkan. Instruksi lisan untuk obat high alert tidak
dibolehkan kecuali dalam situasi emergensi. Instruksi lisan tidak dibolehkan saat dokter
berada di ruang rawat. Pelaksanaan instruksi lisan mengikuti Instruksi Kerja Instruksi
Lisan.
18. Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam rekam medik.
19. Kelanjutan terapi obat yang sempat dihentikan karena operasi atau sebab lain harus
dituliskan kembali dalam bentuk resep/instruksi pengobatan baru.
F. PENYIAPAN DAN PENYALURAN
1. Penyiapan obat adalah proses mulai dari penerimaan resep oleh apoteker atau tenaga
teknis kefarmasian, skrining resep dan telaah resep
2. Penyaluran adalah Proses yang dimulai dari mengambil sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan resep, memberikan label, etiket sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai, melakukan telaah obat (verifikasi) hingga obat
diterima oleh pasien. (Standar Prosedur Operasional Penyiapan dan Penyaluran
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai)
3. Sebelum obat disiapkan, petugas farmasi harus melakukan kajian (review) terhadap resep
pengobatan yang meliputi:
a. Ketepatan obat, dosis, frekuensi, rute pemberian
b. Duplikasi terapeutik
c. Alergi
d. Interaksi obat
e. Kontraindikasi
f. Kesesuaian
dengan
pedoman pelayanan / peraturan yang berlaku, dan
menghubungi dokter penulis resep jika ditemukan ketidakjelasan atau
ketidaksesuaian. Kajian tidak perlu dilakukan pada keadaan emergensi, di ruang
operasi dan tindakan intervensi diagnostik.
4. Petugas farmasi diberi akses ke data pasien yang diperlukan untuk melakukan kajian
resep.
5. Dalam proses penyiapan obat oleh petugas farmasi diberlakukan substitusi generik,
artinya farmasi diperbolehkan memberikan salah satu dari sediaan yang zat aktifnya sama
dan tersedia di rumah sakit dengan terlebih dahulu memberitahu dokter.
6. Substitusi terapeutik adalah penggantian obat yang sama kelas terapinya tetapi berbeda
zat kimianya, dalam dosis yang ekuivalen, dapat dilakukan oleh petugas farmasi dengan
terlebih dahulu minta persetujuan dokter penulis resep/ konsulen. Persetujuan dokter atas
substitusi terapeutik dapat dilakukan secara lisan/ melalui telepon. Petugas farmasi
menuliskan obat pengganti, tanggal, jam komunikasi, dan nama dokter yang
memberikan persetujuan, dicatat pada lembar resep atau dalam sistem informasi farmasi.
7. Jika obat yang diresepkan tidak tersedia di apotek maka petugas apotek 24 jam membuat
copi/ salinan resep, sesuai sesuai Standar Prosedur Operasional Penanganan
Kekosongan Obat.
8. Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman sesuai aturan dan
standar praktik kefarmasian.
9. Area penyiapan obat tidak boleh dimasuki oleh petugas lain selain petugas farmasi.
10. Petugas yang menyiapkan obat steril harus mendapatkan pelatihan Teknik Aseptik.
11. Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat inap diberlakukan system one
dialy dose dispensing Standar Prosedur Operasional Penyiapan Obat Sistem resep
One Dialy Dose Dispensing
12. Setiap obat yang telah disiapkan harus diberi label sesuai Standar Prosedur
Operasional Pelabelan Etiket.
G. PEMBERIAN
1. Penyerahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sesuai dengan 5 benar,
benar pasieMedn, benar obat, benar dosis, benar rute dan benar waktu dan frekuensi
pemberian sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Penyerahan Sediaan
Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai di Apotek 24 jam
1. Yang berhak memberikan obat kepada pasien adalah dokter atau perawat yang sudah
memiliki kompetensi dan mempunyai surat izin praktik di RSUD Karel Sadsuitubun
Langgur.
2. Pemberian obat ke pasien harus sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
Pemberian Obat.
3. Pada pemberian obat secara infus, label nama obat ditempelkan pada botol infus
4. Dokter peserta didik dapat memberikan obat di bawah supervisi, kecuali obat-obat
khusus dan high alert.
5. Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi oleh perawat/ dokter mengenai
kesesuaiannya dengan resep pengobatan meliputi: nama obat, waktu dan frekuensi
pemberian, dosis, rute pemberian dan identitas pasien.
6. Mutu obat yang akan diberikan kepada pasien harus dipastikan mutunya baik dengan
diperiksa secara visual.
7. Pasien dipastikan tidak memiliki riwayat alergi dan kontraindikasi dengan obat
yang akan diberikan.
8. Obat yang tergolong obat High Alert harus diperiksa kembali oleh perawat kedua sebelum
diberikan kepada pasien.
9. Pemberian obat harus dicatat di Lembar Pemberian Obat sesuai Standar Prosedur
Operasional Pemberian Obat.
10. Penggunaan obat secara mandiri oleh pasien harus mendapatkan edukasi terlebih dahulu
dan dipantau oleh perawat.
11. Jika terjadi kesalahan dalam penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai, termasuk kehilangan, maka konsekuensi finansial menjadi tanggung
jawab pihak yang bersalah.
XII.
PEMANTAUAN
Pemantauan efek terapi dan efek yang tidak diharapkan dari obat harus dilakukan pada
setiap pasien.
2. Setiap kesalahan obat yang terjadi, wajib dilaporkan oleh petugas yang menemukan/ terlibat
langsung dengan kejadian tersebut atau atasan langsungnya.
3. Pelaporan dilakukan secara tertulis menggunakan Formulir Laporan Insiden ke Tim
Keselamatan Pasien RSUD Karel Sadsuitubun langgur
4. Kesalahan obat harus dilaporkan maksimal 2x24 jam setelah ditemukannya insiden.
5. Tipe kesalahan yang dilaporkan :
a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC): terjadinya insiden yang belum terpapar ke pasien.
b. Kejadian Tidak Cedera (KTC): suatu kejadian insiden yang sudah terpapar ke pasien
tetapi tidak menimbulkan cedera
c. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD); suatu kejadian insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien
6. Kesalahan obat dilaporkan dan ditindaklanjuti mengikuti Standar Prosedur Operasional
Pelaporan Insiden dan Standar Prosedur Operasional Pelaporan Kesalahan Obat
IVX. KAJIAN PENGGUNAAN OBAT (DRUG UTILIZATION REVIEW)
1. Kajian penggunaan obat merupakan pengkajian sistematik terhadap seluruh aspek
penggunaan obat yang bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan costeffective serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Program ini mengevaluasi,
menganalisis dan menginterpretasikan pola penggunaan obat baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Hasil pengkajian selanjutnya menjadi dasar dalam mengidentifikasi
kekurangan dan menyusun strategi untuk perbaikan.
2. Obat-obat yang diprioritaskan untuk ditinjau meliputi: obat yang diduga banyak digunakan
secara tidak rasional, obat mahal dan obat yang sedang dievaluasi apakah akan
dimasukkan, dikeluarkan atau dipertahankan sebagai obat formularium.