Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR


Jln. Merdeka Raya No. 03 Ohoijang - Langgur (0916) 21612-21613 Fax. (0916)21614
email: rsudkarelsadsuitubun@gmail.comKodePos 97611

KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR : 811.4/
/ RSUD-KS / V / 2015
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN LANGGUR

Menimbang

: a.

b.

c.

d.

Mengingat

: 1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.

9.

10.

bahwa Kementerian Kesehatan RI telah menerbitkan Peraturan


Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;
bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur telah dilakukan pendekatan
komprehensif terhadap pemenuhan standar mutu rumah sakit,
yang membutuhkan dukungan suatu kebijakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian;
bahwa Kebijakan yang diterbitkan diharapkan dapat mewujudkan
kelancaran, ketertiban, efektivitas dan efisiensi pelayanan
kefarmasian sehingga dapat memberikan kepuasan bagi
masyarakat;
bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a, b dan c di
atas, dipandang perlu diberlakukan Kebijakan Pelayanan
Kefarmasian di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur dengan
Keputusan Direktur.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika;
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
dan Standar Pelayanan Medis, junto Keputusan Menteri;
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian;
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan RI Nomor
99/Menkes/SK/I/1995 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit
Umum Daerah Karel Sadsuitubun Langgur sebagai Rumah Sakit
Umum Daerah Kelas C;
Surat Keputusan Bupati Maluku Tenggara Nomor 396
tahun 2011 tentang Izin Operasional Rumah Sakit Umum Daerah
Karel Sadsuitubun Langgur;

Keputusan Bupati Maluku Tenggara Nomor 336.a Tahun 2015


Tentang Penetapan RSUD Karel Sadsuitubun Langgur
sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah Yang Menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD).
MEMUTUSKAN

Menetapkan

KEPUTUSAN
DIREKTUR
TENTANG
KEBIJAKAN
PELAYANAN KEFARMASIAN RSUD KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR

KESATU

Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan


Pelayanan Kefarmasian di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur
berdasarkan Standar Akreditasi.

KEDUA

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan


bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan pelayanan
farmasi klinik dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien, sebagaimana terlampir
dalam keputusan ini.

KETIGA

Penetapan Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di RSUD Karel

Ditetapkan di
Pada Tanggal

: Langgur
: 20 Mei 2015

DIREKTUR
RSUD KAREL SADSUITUBUN LANGGUR,

dr. K. NOTANUBUN. M.Kes


NIP : 19631016 199803 2 002

Tembusan di Sampaikan Kepada Yth :


1. Kepala Bagian Tata Usaha RSUD Karel Sadsuitubun Langgur di Langgur
2. Kepala Bagian Keperawatan RSUD Karel Sadsuitubun Langgur di Langgur
3. Kepala Bagian Pelayanan Medik RSUD Karel Sadsuitubun Langgur di Langgur
4. Pertinggal

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR


NOMOR
: 811.4/
/RSUD-KS/V/2015
TANGGAL : 20 Mei 2015

KEBIJAKAN
PELAYANAN KEFARMASIAN

Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi :


A. PEMILIHAN
1. Tim Farmasi dan Terapi membuat surat edaran mengenai pengusulan obat sebelum masa
berlaku Formularium RSUD Karel Sadsuitubun Langgur yang lama berakhir
2. Staf Medik Fungsional (SMF) membuat permintaan pengusulan obat disertai kajian
benefit risk ratio dan cost effectiveness yang disampaikan ke Tim Farmasi dan Terapi
3. Usulan dari SMF kemudian diseleksi sesuai dengan kriteria:
a. Memilih rasio khasiat keamanan yang menguntungkan pasien
b. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
c. Bila terdapat lebih dari pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan
dijatuhkan pada:
i.
Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah
ii.
Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan
iii.
Obat yang stabilitas lebih baik
iv.
Mudah diperoleh
d. Obat jadi kombinasi tetap harus memenuhi kriteria
i.
Obat yang hanya bermanfaat bagi pasien dalam bentuk kombinasi tetap
ii.
Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi
daripada masing-masing komponen
iii.
Perbandingan dosis komponen tetap merupakan perbandingan yang tepat untuk
sebagian besar penderita yang merupakan kombinasi tersebut
iv.
Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-biaya
4. Untuk antibiotika kombinasi tetap harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya
resistensi dan efek kerugian laiinya.
5. Usulan yang telah diseleksi, dibicarakan dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi untuk
dibahas bersama dan disepakati
6. Usulan formularium disampaikan kepada Kepala Pelayanan Medik untuk selanjutnya
ditetapkan oleh Direktur RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.
7. Pemberlakukan formularium terhitung sejak penetapan oleh Direktur RSUD Karel
Sadsuitubun Langgur sampai dengan tanggal yang ditetapkan, sesuai Standar Prosedur
Operasional Penyusunan Formularium.
PEMILIHAN OBAT
1. Tim Farmasi dan Terapi melakukan seleksi terhadap obat-obat yang akan digunakan di
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.
2. Seleksi dibuat berdasarkan standar yang dikeluarkan pemerintah (DOEN dan FORNAS)
3. Untuk pasien umum dan BPJS berpedoman pada formularium rumah sakit yaitu Daftar
Obat Essensial Nasional ditambah Daftar Obat Tambahan (suplemen) yang dibuat oleh
Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
4. Kriteria pemilihan Daftar Obat Tambahan (suplemen) mengikuti kriteria seperti
pengembangan jenis pelayanan yang memerlukan obat, munculnya penyakit baru, dsb,
sesuai Standar Prosedur Operasional Pemilihan / Seleksi Obat
A. PENAMBAHAN OBAT FORMULARIUM
1. Obat-obat yang diusulkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
- Obat merupakan senyawa kimia baru dengan mekanisme kerja berbeda dengan
yang sudah ada di formularium.
- Obat tersebut memiliki keuntungan yang lebih dari obat yang sudah tersedia
seperti: efek samping lebih kecil, biaya lebih murah, meningkatkan kepatuhan, lebih
efektif dan alasan lain yang rasional.
- Obat tersebut merupakan obat satu-satunya untuk mengobati penyakit tertentu.
2. Dokter yang akan menambahkan obat ke dalam formularium harus mengisi formulir
usulan perubahan item obat formularium RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.

3. Formulir usulan perubahan item obat formularium RSUD Karel Sadsuitubun Langgur
yang sudah diisi disampaikan kepada Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
4. Permintaan obat di luar formularium dievaluasi oleh TFT untuk ditinjau ulang dan
diagendakan pada rapat TFT.
5. Obat yang diusulkan tersebut dikaji pada rapat TFT untuk diputuskan diterima atau
ditolak ditambahkan ke dalam formularium.
6. Apabila rapat TFT memutuskan menerima usulan obat tersebut, maka usulan tersebut
direkomendasikan ke Komite Medik untuk dimintakan persetujuan.
7. Apabila rapat TFT memutuskan untuk menolak usulan obat, maka TFT akan
menginformasikan kepada dokter yang meminta obat tersebut. Dokter harus
melengkapi dengan alasan yang tepat apabila akan mengusulkan kembali obat
tersebut
B. PENGURANGAN OBAT FORMULARIUM
1. Alasan penghapusan obat dari daftar formularium dapat berupa :
Obat tersebut sudah ditarik dari peredaran
Pabrik obat sudah tidak memproduksi obat tersebut
Obat tersebut tidak terpakai selama 6 bulan
Perubahan bahan-bahan pembuat obat yang menyebabkan duplikasi dari obat
yang sudah ada di formularium
Harga obat yang tinggi dan waktu kadaluwarsa yang singkat
Hasil penelitian menunjukkan obat tersebut berbahaya
Obat-obat baru yang tercantum di formularium yang mempunyai duplikasi
terapi/indikasi dengan efek samping yang lebih berat
2. Jika ada obat yang memenuhi salah satu kriteria diatas, maka prosedur pengurangan
obat dari formularium dapat segera dilakukan
3. TFT akan mendiskusikan penghapusan obat tersebut dalam suatu pertemuan/rapat
4. Rekomendasi dari hasil rapat TFT akan dibawa ke Komite Medik/ Kapala Bagian
Pelayanan Medik untuk didiskusikan. Sesuai Standar Prosedur Operasional Tata
Cara Perubahan Item Obat dalam Formularium Rumah Sakit
B. PERENCANAAN DAN PENGADAAN
1.

Petugas farmasi bagian perencanaan gudang menyusun dan mengusulkan daftar


kebutuhan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan medis habis pakai dalam sebulan,
per 3 bulan dan setahun
2.
Koordinator gudang farmasi mengkoreksi usulan perencanaan yang dibuat oleh petugas
perencanaan dan melaporkan hasil rekap ke Kepala Instalasi Farmasi
3.
Kepala Instalasi Farmasi mengkoreksi dan melengkapi, khususnya tentang spesifikasi
barang dan perkiraan harga barang, dan diteruskan ke Kepala Pelayanan Medik. Kepala
Pelayanan Medik mengkoreksi perencanaan dan diteruskan ke Direktur, apabila
perencanaan disetujui maka perencanaan diteruskan ke Bidang Perencanaan, dilanjutkan
ke Bidang Penyusunan Anggaran dan diteruskan ke Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
dan Pejabat Pelaksana Teknis Pekerjaan (PPTK), terakhir disampaikan ke Unit Layanan
Pengadaan, dan apabila perencanaan tidak disetujui maka perencanaan dikembalikan ke
Kepala Instalasi Farmasi untuk direvisi (Standar Prosedur Operasional Perencanaan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai)
PENGADAAN OBAT-OBAT YANG TIDAK DI STOK
1. Dokter atau SMF atau unit kerja yang memerlukan obat dimaksud mengajukan permintaan
kepada Kepala Instalasi Farmasi
2. Jika obat yang diminta tertera di formularium, Instalasi Farmasi akan segera
mengupayakan sesuai prosedur yang berlaku
3. Jika obat yang dimaksud tidak tercantum di formularium, pihak pemohon mengajukan
permintaan secara tertulis dengan cara mengisi formulir khusus permintaan obat di luar
formularium

4. Kepala Instalasi Farmasi melapor kepada direktur untuk mengupayakan melalui


mekanisme lain, misalnya sesuai prosedur yang berlaku. Sesuai Standar Prosedur
Operasional Pengadaan Obat-Obat Yang Tidak di Stok
C. PENERIMAAN, PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Panitia penerima hasil pekerjaan (PPHP) pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai mencocokkan kesesuaian dengan dokumen/faktur (Nama,
jumlah, spesifikasi, tanggal kadaluarsa, no batch/lot)
2. PPHP memastikan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dengan tanggal kadaluarsa, tanggal kadaluarsanya masih jauh (minimal 2 tahun dari
tanggal kadaluarsa, kecuali vaksin atau obat lain yang jarak tanggal pembuatan dengan
tanggal kadaluarsa kurang dari 2 tahun)
3. PPHP memastikan untuk barang-barang yang harus disimpan dalam suhu dingin, bahwa
sistem pengangkutannya memenuhi syarat
4. PPHP barang medis menerima sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dan membubuhkan tanda tangan pada faktur dan tanggal barang diterima bila
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sudah sesuai dengan faktur
dan SP/ SPK
5. PPHP barang medis menyerahkan barang yang diterima kepada petugas gudang farmasi.
6. Petugas gudang farmasi menerima dan menyimpan barang medis ditempat yang sesuai
dengan ketentuan
7. Petugas gudang mencatat data penerimaan dibuku register penerimaan dan
menginputnya.
8. Petugas gudang membuat laporan bulanan/ stok opname setiap bulan, sesuai Standar
Prosedur Operasional Penerimaan, Pencatatan dan Pelaporan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.
PENERIMAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHEHATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS
PAKAI SUMBANGAN
1. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHK) mencocokkan kesesuaian sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai sumbangan dengan surat pengantar/tanda bukti
pengirim dan persyaratan administrasi lain. Barang medis yang diterima berdasarkan
kebutuhan dan oleh karenanya obat yang tidak diinginkan perlu di tolak dan harus ada
komunikasi yang efektif antara donor dan penerima sumbangan sebaiknya tidak dikirimkan
tanpa adanya pemberitahuan
2. PPHK mengecek tanggal kadaluarsa sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai sumbangan. Pastikan tanggal kadaluarsanya (minimal 2 tahun, kecuali
dipersyaratkan lain), untuk barang-barang yang harus disimpan dalam temperatur dingin
pastikan bahwa sistem pengangkutannya memenuhi syarat
3. Bila sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sumbangan sudah
sesuai. PPHK menyerahkan barang kepada petugas gudang farmasi
4. Surat pengantar tanda bukti pengiriman diterima oleh petugas gudang farmasi pada saat
barang diterima
5. Petugas gudang farmasi menyimpan barang medis pada tempat yang sesuai
6. Petugas gudang farmasi mencatat data penerimaan di buku register penerimaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sumbangan (Standar Prosedur
Operasional Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai Sumbangan).
D. PENYIMPANAN
1. Petugas gudang atau
diterima,berdasarkan :
a. Bentuk sediaan
b. Alfabetis

Apotek

24

jam

melakukan

penyimpanan

barang

yang

c. Suhu penyimpanan kestabilannya (suppositoria), sesuai dengan Standar Prosedur


Operasional Pemantauan Suhu Kulkas dan Standar Operasional Pemantauan
Suhu Ruangan Penyimpanan Obat.
d. Mudah tidaknya meledak/terbakar
e. Tahan atau tidaknya terhadap cahaya
2. Petugas gudang atau Apotek 24 jam menata barang sedimikian rupa sehingga barang
yang terlebih dahulu kadaluarsa diletakkan di bagian depan (mudah diambil)
3. Petugas gudang atau Apotek 24 jam melakukan penataan barang-barang tertentu sesuai
dengan ketentuan penyimpanan yang tertera pada leaflet atau kemasan barang medis.
4. Penataan obat yang masuk dalam daftar LASA (Look Alike Sound Alike) tidak boleh
diletakkan berdekatan.
5. Obat dengan multiple strength diberi label berwarna berbentuk bulat bertuliskan
MULTIPLE STRENGTH pada wadah tempat penyimpanan obat dan diletakkan berjauhan
satu dengan lainnya. Jika obat mempunyai tiga kekuatan dosis berbeda, maka dosis
tertinggi diberi label dengan latar belakang warna merah, dosis menengah warna kuning
dan dosis terendah warna hijau. Jika obat hanya mempunyai dua kekuatan dosis, maka
dosis tertinggi diberi label merah dan dosis yang lebih kecil menggunakan latar belakang
hijau.
6. Obat-obatan narkotika dan psikotropika disimpan khusus dalam lemari narkotika dan
psikotropika yang selalu dalam keadaan terkunci. (Standar Prosedur Operasional
Pengelolaan Obat Narkotika Dan Psikotropika)
7. Obat-obat yang tergolong High Alert disimpan terpisah dan diberi label high alert pada
kemasan primer. (Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Obat dengan
Kewaspadaan Tinggi/ High Alert Medication), penyimpanan injeksi elektrolit pekat tidak
boleh ada di ruang perawatan kecuali jika secara klinis diperlukan seperti di ruangan
instalasi gawat darurat, kamar operasi dan ruang bersalin (Standar Prosedur
Operasional Penyimpanan Injeksi Elektrolit Pekat)
8. Gas medis disimpan di ruangan terpisah dan khusus, disimpan dengan posisi berdiri,
terikat, dan diberi penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis.
Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya.
9. Sediaan fabahan medrmasi yang terkategori B3 disimpan tersendiri. Bahan yang mudah
terbakar, disimpan jauh dari sumber api dan di sekitarnya dilengkapi dengan alat pemadam
kebakaran. Sediaan farmasi kategori B3 (bahan berbahaya dan beracun) harus disimpan
pada tempat yang sejuk dengan ventilasi baik. Tempat penyimpanan harus terpisah sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.
10. Tempat Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus
dalam keadaan terkunci jika petugas tidak ditempat (Standar Prosedur Operasional
Mencegah Kehilangan Obat)
11. Sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dan
tempat
penyimpanannya harus diperiksa secara berkala sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional Inspeksi Penyimpanan Obat.
12. Produk nutrisi disimpan secara terpisah dalam kelompok nutrisi dan memastikan nutrisi
parenteral yang multi komponen tidak tercampur. (Standar Prosedur Operasional
Penyimpanan Produk Nutrisi)
13. Penggunaan obat yang dibawa pasien dari rumah (luar rumah sakit) harus dicatat dalam
catatan pengobatan di Rekam Medis pasien dan diberi penandaan pada kemasan luar
obat tersebut. (Standar Prosedur Operasional Penanganan Obat Yang Dibawa Pasien
Dari Rumah Luar Rumah Sakit)
14. Obat-obat yang dilarutkan atau digunakan berulang digunakan sesuai Standar Prosedur
Operasional Pengelolaan Obat Yang Dilarutkan, Diencerkan Atau Digunakan
Berulang.
15. Obat yang ditarik dari peredaran oleh pemerintah atau pabrik pembuatnya harus
segera dikembalikan ke Instalasi Farmasi. (Standar Prosedur Operasional Penarikan
Obat)

16. Petugas Farmasi akan melaporkan obat yang akan kadaluarsa kepada dokter penulis
resep dan menyerahkannya ke Apotek 24 jam dimana obat tersebut dapat dijalankan
(Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Obat Menjelang Kadaluarsa)
17. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang sudah kadaluarsa,
rusak atau terkontaminasi harus disimpan terpisah sambil menunggu pemusnahan.
Pemusnahan sediaan farmasi mengikuti Standar Prosedur Operasional Pemusnahan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.
E. PERESEPAN
1. Yang berhak menulis resep dokter dan dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik di
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.
2. Yang berhak menulis resep narkotika dan psikotropik adalah dokter yang memiliki nomor
SIP (Surat Izin Praktik)
3. Penulis resep
harus
melakukan
penyelarasan
obat (medication reconciliation)
sebelum menulis resep. Penyelarasan obat adalah membandingkan antara daftar obat
yang sedang digunakan pasien dan obat yang akan diresepkan agar tidak terjadi duplikasi
atau terhentinya terapi suatu obat (omission)
4. Penulis resep harus memperhatikan kemungkinan adanya kontraindikasi, interaksi obat,
dan reaksi alergi.
5. Terapi obat dituliskan dalam rekam medik hanya ketika obat pertama kali diresepkan,
rejimen berubah, atau obat dihentikan. Untuk terapi obat lanjutan pada rekam medik
dituliskan terapi lanjutkan dan pada kardeks (catatan pemberian obat) tetap dicantumkan
nama obat dan rejimennya.
6. Resep ditulis secara manual pada blanko lembar dengan kop RSUD Karel Sadsuitubun
Langgur
7. Penulisan Resep harus sesuai dengan daftar obat yang ada dalam Formularium Rumah
Sakit RSUD Karel Sadsuitubun Langgur (SPO Penulisan Resep sesuai Formularium
Rumah Sakit)
8. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan istilah dan singkatan yang lazim
sehingga tidak disalahartikan.
9. Dokter harus mengenali obat-obat yang masuk dalam daftar Look Alike Sound Alike
(LASA) yang diterbitkan oleh Instalasi Farmasi, untuk menghindari kesalahan pembacaan
oleh tenaga kesehatan lain.
10. Obat yang diresepkan harus sesuai dengan Formularium RSUD Karel Sadsuitubun
Langgur.
11. Jenis-jenis resep yang dapat dilayani: resep pertama pasien baru masuk, resep reguler,
resep cito, resep pengganti emergensi, resep dengan perlakuan automatic stop order.
12. Penulisan resep harus dilengkapi/memenuhi hal-hal sebagai berikut:
- Nama pasien
- Tanggal lahir atau umur pasien
- Berat badan pasien
- Nomor rekam medik
- Nama dokter
- Tanggal penulisan resep
- Nama ruang pelayanan
- Tanda R/ pada setiap sediaan
- Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generik.
Untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam Formularium, dilengkapi dengan
bentuk
sediaan obat (contoh: injeksi, tablet, kapsul, salep), serta kekuatannya
(contoh: 500 mg, 1 gram)
- Jumlah sediaan
- Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis/ bahan obat dan jumlah bahan
obat (untuk bahan padat: mikrogram, miligram, gram).

- Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan pakai jika perlu atau prn
atau pro re nata, harus dituliskan dosis maksimal dalam sehari. Sesuai Standar
Prosedur Operasional Penulisan Resep Lengkap dan Aman.
13. Pasien diberi penjelasan tentang efek tidak diharapkan yang mungkin terjadi akibat
penggunaan obat.
14. Perubahan terhadap resep pengobatan yang telah diterima oleh apoteker/ asisten
apoteker harus diganti dengan resep pengobatan baru.
15. Resep pengobatan yang tidak memenuhi kelengkapan yang ditetapkan, tidak akan
dilayani oleh farmasi.
16. Jika resep/instruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak jelas, maka bagian farmasi
yang menerima resep/instruksi pengobatan tersebut harus menghubungi dokter penulis
resep sesuai dengan Instruksi Kerja Penanganan Resep Yang Tidak Jelas.
17. Instruksi lisan (Verbal Order) harus diminimalkan. Instruksi lisan untuk obat high alert tidak
dibolehkan kecuali dalam situasi emergensi. Instruksi lisan tidak dibolehkan saat dokter
berada di ruang rawat. Pelaksanaan instruksi lisan mengikuti Instruksi Kerja Instruksi
Lisan.
18. Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam rekam medik.
19. Kelanjutan terapi obat yang sempat dihentikan karena operasi atau sebab lain harus
dituliskan kembali dalam bentuk resep/instruksi pengobatan baru.
F. PENYIAPAN DAN PENYALURAN
1. Penyiapan obat adalah proses mulai dari penerimaan resep oleh apoteker atau tenaga
teknis kefarmasian, skrining resep dan telaah resep
2. Penyaluran adalah Proses yang dimulai dari mengambil sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan resep, memberikan label, etiket sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai, melakukan telaah obat (verifikasi) hingga obat
diterima oleh pasien. (Standar Prosedur Operasional Penyiapan dan Penyaluran
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai)
3. Sebelum obat disiapkan, petugas farmasi harus melakukan kajian (review) terhadap resep
pengobatan yang meliputi:
a. Ketepatan obat, dosis, frekuensi, rute pemberian
b. Duplikasi terapeutik
c. Alergi
d. Interaksi obat
e. Kontraindikasi
f. Kesesuaian
dengan
pedoman pelayanan / peraturan yang berlaku, dan
menghubungi dokter penulis resep jika ditemukan ketidakjelasan atau
ketidaksesuaian. Kajian tidak perlu dilakukan pada keadaan emergensi, di ruang
operasi dan tindakan intervensi diagnostik.
4. Petugas farmasi diberi akses ke data pasien yang diperlukan untuk melakukan kajian
resep.
5. Dalam proses penyiapan obat oleh petugas farmasi diberlakukan substitusi generik,
artinya farmasi diperbolehkan memberikan salah satu dari sediaan yang zat aktifnya sama
dan tersedia di rumah sakit dengan terlebih dahulu memberitahu dokter.
6. Substitusi terapeutik adalah penggantian obat yang sama kelas terapinya tetapi berbeda
zat kimianya, dalam dosis yang ekuivalen, dapat dilakukan oleh petugas farmasi dengan
terlebih dahulu minta persetujuan dokter penulis resep/ konsulen. Persetujuan dokter atas
substitusi terapeutik dapat dilakukan secara lisan/ melalui telepon. Petugas farmasi
menuliskan obat pengganti, tanggal, jam komunikasi, dan nama dokter yang
memberikan persetujuan, dicatat pada lembar resep atau dalam sistem informasi farmasi.
7. Jika obat yang diresepkan tidak tersedia di apotek maka petugas apotek 24 jam membuat
copi/ salinan resep, sesuai sesuai Standar Prosedur Operasional Penanganan
Kekosongan Obat.

8. Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman sesuai aturan dan
standar praktik kefarmasian.
9. Area penyiapan obat tidak boleh dimasuki oleh petugas lain selain petugas farmasi.
10. Petugas yang menyiapkan obat steril harus mendapatkan pelatihan Teknik Aseptik.
11. Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat inap diberlakukan system one
dialy dose dispensing Standar Prosedur Operasional Penyiapan Obat Sistem resep
One Dialy Dose Dispensing
12. Setiap obat yang telah disiapkan harus diberi label sesuai Standar Prosedur
Operasional Pelabelan Etiket.
G. PEMBERIAN
1. Penyerahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sesuai dengan 5 benar,
benar pasieMedn, benar obat, benar dosis, benar rute dan benar waktu dan frekuensi
pemberian sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Penyerahan Sediaan
Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai di Apotek 24 jam

1. Yang berhak memberikan obat kepada pasien adalah dokter atau perawat yang sudah
memiliki kompetensi dan mempunyai surat izin praktik di RSUD Karel Sadsuitubun
Langgur.
2. Pemberian obat ke pasien harus sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
Pemberian Obat.
3. Pada pemberian obat secara infus, label nama obat ditempelkan pada botol infus
4. Dokter peserta didik dapat memberikan obat di bawah supervisi, kecuali obat-obat
khusus dan high alert.
5. Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi oleh perawat/ dokter mengenai
kesesuaiannya dengan resep pengobatan meliputi: nama obat, waktu dan frekuensi
pemberian, dosis, rute pemberian dan identitas pasien.
6. Mutu obat yang akan diberikan kepada pasien harus dipastikan mutunya baik dengan
diperiksa secara visual.
7. Pasien dipastikan tidak memiliki riwayat alergi dan kontraindikasi dengan obat
yang akan diberikan.
8. Obat yang tergolong obat High Alert harus diperiksa kembali oleh perawat kedua sebelum
diberikan kepada pasien.
9. Pemberian obat harus dicatat di Lembar Pemberian Obat sesuai Standar Prosedur
Operasional Pemberian Obat.
10. Penggunaan obat secara mandiri oleh pasien harus mendapatkan edukasi terlebih dahulu
dan dipantau oleh perawat.
11. Jika terjadi kesalahan dalam penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai, termasuk kehilangan, maka konsekuensi finansial menjadi tanggung
jawab pihak yang bersalah.

XII.

PEMANTAUAN
Pemantauan efek terapi dan efek yang tidak diharapkan dari obat harus dilakukan pada
setiap pasien.

XIII. KESALAHAN OBAT


1. Kesalahan obat adalah kesalahan yang terjadi pada tahap penulisan resep, penyiapan/
peracikan atau pemberian obat baik yang menimbulkan efek merugikan ataupun tidak.

2. Setiap kesalahan obat yang terjadi, wajib dilaporkan oleh petugas yang menemukan/ terlibat
langsung dengan kejadian tersebut atau atasan langsungnya.
3. Pelaporan dilakukan secara tertulis menggunakan Formulir Laporan Insiden ke Tim
Keselamatan Pasien RSUD Karel Sadsuitubun langgur
4. Kesalahan obat harus dilaporkan maksimal 2x24 jam setelah ditemukannya insiden.
5. Tipe kesalahan yang dilaporkan :
a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC): terjadinya insiden yang belum terpapar ke pasien.
b. Kejadian Tidak Cedera (KTC): suatu kejadian insiden yang sudah terpapar ke pasien
tetapi tidak menimbulkan cedera
c. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD); suatu kejadian insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien
6. Kesalahan obat dilaporkan dan ditindaklanjuti mengikuti Standar Prosedur Operasional
Pelaporan Insiden dan Standar Prosedur Operasional Pelaporan Kesalahan Obat
IVX. KAJIAN PENGGUNAAN OBAT (DRUG UTILIZATION REVIEW)
1. Kajian penggunaan obat merupakan pengkajian sistematik terhadap seluruh aspek
penggunaan obat yang bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan costeffective serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Program ini mengevaluasi,
menganalisis dan menginterpretasikan pola penggunaan obat baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Hasil pengkajian selanjutnya menjadi dasar dalam mengidentifikasi
kekurangan dan menyusun strategi untuk perbaikan.
2. Obat-obat yang diprioritaskan untuk ditinjau meliputi: obat yang diduga banyak digunakan
secara tidak rasional, obat mahal dan obat yang sedang dievaluasi apakah akan
dimasukkan, dikeluarkan atau dipertahankan sebagai obat formularium.

Anda mungkin juga menyukai