Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Edisi 2014
Contents
BAGIAN I: PENDAHULUAN...............................................................3
A.
Latar Belakang.......................................................................3
B.
C. Pengertian............................................................................. 5
D. Prinsip Pembentukan.............................................................7
E.
F.
Landasan Hukum...................................................................9
Tahap Inisiasi......................................................................11
Langkah 1 : Identifikasi tokoh kunci........................................12
Langkah 2 : Meningkatkan peran aktif dan membangun
hubungan antara tokoh kunci dalam mendukung pembentukan
foum PRB................................................................................ 13
Langkah 3 : Menyusun Baseline PRB di Daerah....................13
BAGIAN I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia menjadi saksi semakin cepatnya peningkatan dampak
bencana yang disebabkan oleh perpaduan bahaya dan
kerentanan, yang selalu mengancam hidup dan penghidupan
masyarakat.
Akibat
bencana
tersebut
berdampak
memundurkan kembali kemajuan sosial-ekonomi dan
membuat jutaan penduduk menjadi miskin atau membuat
penduduk miskin semakin miskin.
Kebutuhan secara sistematis untuk mengurangi dampak
bencana dan akibat perubahan iklim perlu semakin
ditingkatkan guna mendapatkan pengakuan dan komitmen
dari para kepala pemerintahan yang tentunya didukung oleh
lembaga usaha dan masyarakat dalam pengambilan
kebijakan baik secara politik, hukum, ekonomi, lingkungan,
sosial dan budaya. Kebijakan tersebut kemudian diturunkan
melalui
upaya
membangun
kesadaran
masyarakat,
pengetahuan ilmiah, perencanaan pembangunan yang
cermat, penegakan kebijakan dan hukum yang bertanggung
jawab, peringatan dini berbasis masyarakat, dan mekanisme
kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang efektif. Namun
demikian, pengurangan risiko bencana merupakan satu isu
pembangunan yang lintas sektor dan cukup rumit.
Untuk menangani kerumitan upaya-upaya pengurangan
risiko bencana (PRB), para negara anggota Dewan Sosial
Ekonomi PBB melalui Resolusi 1999/63, menghimbau semua
pemerintah untuk membangun dan menguatkan platformplatform multi sektor yang ada ditingkat nasional untuk
pengurangan risiko bencana demi mencapai sasaran dan
tujuan pembangunan yang berkelanjutan, dengan secara
penuh dan memanfaatkan cara-cara ilmiah maupun teknis.
Untuk menghadapi tantangan kedepan terkait PRB, upaya
mensinergikan berbagai pelaku atau penggiat kebencanaan
3
sistem dan
demokratis.
mekanisme
yang
ada
yang
berazas
Kemandirian : Forum PRB mampu melakukan upayaupaya memobilisasi dan pengelolaan sumber daya guna
menjaga keberlangsungan forum. Forum PRB harus
mendorong pelaksanaan, penyesuaian dan kepemilikan
HFA ditingkat local.
E. Manfaat dan Fungsi
pengelolaan
bencana
di
Panduan
ini
menjadikan
rujukan/kerangka
mendorong fungsi-fungsi strategis forum PRB
mengelola isu PRB di daerah, meliputi :
daerah
dalam
dalam
10
F. Landasan Hukum
Beberapa perangkat peraturan perundangan yang menjadi
acuan dalam mendorong pembentukan forum PRB adalah:
1. Undang-Undang
No.
24
Tahun
2007
tentang
Penanggulangan Bencana
2. Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
3. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana No.4 tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana.
G. Ruang Lingkup Panduan
Lingkup Panduan Inisiasi dan Pembentukan Forum
Pengurangan
Risiko
Bencana
ini
difokuskan
pada
membangun sinergi, kerjasama, pemetaan aktor-aktor dalam
pengurangan risiko bencana baik ditingkat provinsi,
kabupaten/kota serta pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana di daerah.
H. Sistematika Panduan
Panduan ini disusun dengan sistematika berikut ;
Bagian I . Pendahuluan
Berisikan uraian mengenai
latar belakang, tujuan dan
sasaran, pengertian, prinsip pembentukan, manfaat dan
fungsi, , ruang lingkup serta sistematika panduan.
Bagian II. Panduan Inisiasi dan Pembentukan Forum PRB
Tahapan Inisiasi
Pada tahapan ini akan mengulas langka-langkah meliputi;
Identifikasi Tokoh Kunci, menigkatkan peran aktif dan
11
menyusun
12
14
Hasil Tahapan :
1. Terjalinnya komunikasi, koordinasi dan kerjasama dari
para tokoh kunci yang merupakan pelaku PRB di daerah.
2. Tersusunnya baseline berupa pemetaan sumberdaya,
yang berisi tentang isu PRB di daerah, data kapasitas
pelaku PRB (apa berbuat apa) dan permasalahan dan
potensi wilayah.
Langkah 1 : Identifikasi tokoh kunci
a. Melakukan Indentifikasi Tokoh Kunci
Kegiatan identifikasi tokoh kunci pembentukan Forum PRB
bisa dilakukan oleh inisiator dengan melibatkan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), sebagai salah
satu focal poin inisiator.
b. Mempertemukan Tokoh
Pertemuan tokoh bisa dilakukan dengan beragam cara
seperti: mengundang para pihak yang memilki
ketertarikan dalam PRB yang dikumpulkan ke dalam
suatu pertemuan formal (seperti lokakarya) ataupun
kegiatan non formal lainya. Proses ini akan memakan
waktu kurang lebih selama 6 bulan, hal ini tergantung
dari upaya-upaya pertemuan yang dilakukan.
c. Melibatkan
banyak
elemen/unsur
Tokoh
dari
berbagai
Identifikasi
dilakukan
terhadap
tokoh
kunci
pembentukan forum PRB yang berada di wilayah
(propinsi/kabupaten/kota)
yang
sama,
namun
merupakan representasi dari berbagai kalangan seperti
pemerintahan (baik eksekutif maupun legislatif), tokoh
masyarakat/adat/agama/pemuda,
kelompok
masyarakat, perguruan tinggi (dosen dan mahasiswa),
15
2.
3.
4.
5.
Kelompok
Pemerintah
Legislatif
Lembaga Usaha
Perguruan tinggi
Ornop dan Ormas
Media
Komunitas
Kelompok Professional
Palang Merah Indonesia
Forum-forum tematik
Dll.
Bila diperlukan untuk memfasilitasi keterlibatan lembagalembaga yang dianggap penting dalam mendorong
tercapainya tujuan forum PRB namun tidak bisa menjadi
anggota (misalnya lembaga berkedudukan di luar wilayah
kerja forum), bisa dibentuk : mitra forum PRB.
Langkah 3 : Menyusun Road Map/Program Kerja
Tahunan Forum PRB
Proses penyusunan program kerja Forum PRB, dilakukan
dalam melakukan analisis kebutuhan pengarusutamaan PRB
di daerah dengan substansi meliputi :
Kerangka Aksi Hyogo dan UU Penangguangan Bencana
No.24/2007memberikan
referensi
untuk
menilai
dan
memantau pencapaian PRB, sehingga memudahkan
pekerjaan Forum PRB ketika melakukan kegiatan seperti:
20
22
23
24
25
3. Tradisi
4.
5.
6.
7.
dokumen
deklarasi
pendirian
dan
pengesah/penandatanganan komitmen anggota forum
PRB. Sementara legalisasi penanggungjawab kegiatan,
administrasi dan keuangan dapat dilakukan dengan
memandatkan kepada salah satu anggota berdasarkan
keputusan musyawarah anggota.
2. Penerbitan Surat Keputusan Kepala Daerah, forum
mendapat legitimasi formal dari Kepala Daerah.
3. Penerbitan Surat Keputusan Kepala BPBD, forum
mendapat legitimasi formal dari kepada BPBD.
4. Badan Hukum Perkumpulan/Forum
Peraturan yang mendasari dalam pembuatan dokumen
badan hukum suatu perkumpulan atau forum, hingga
saat ini masih sangat sedikit. Perangkat hukum yang
mengatur legailisasi suatu forum/perkumpulan diatur
dalam Staatsblad 1870 No. 64 (Stb. 1870-64) dan
KUHPerdata (KUHPer) Buku III Bab IX.
Langkah 3 : Transfer Best Practice
Kegiatan ini dilakukan untuk mempromosikan praktik-praktik
baik kegiatan PRB yang dianggap relevan dengan kebutuhan
kegiatan PRB anggota forum. Praktik baik yang dipromosikan
26
28
11.
12.
13.
14.
29
15.
16.
17.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
31
11.
Jaringan Kemitraan Penanggulangan Bencana
atau Disaster Resource Partnership National Network
for Indonesia
12.
PASAG Merapi
13.
14.
Forum Relawan Penanggulangan Bencana
(FOREPNA) Institut Pertanian Bogor.
15.
Mahasiswa Siaga Bencana (MAHAGANA) Institut
Teknologi Sepuluh November
16.
17.
Forum Mahasiswa Penanggulangan Bencana
UNAND
32