Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim.
Data hasil untuk grafik :
Suhu
100C
270C
370C
400C
600C

OD Blanko
0,334
0,398
0,371
0,069
0,357

OD Sampel
0,043
0,025
0,023
0,005
0,005

Aktivitas Enzim (Unit/10 ml)


8,71
9,37
9,38
9,27
9,85

Grafik :
Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim
10

60; 9.85

9.8
9.6
9.4

27; 9.35

37; 9.38

27

37

40; 9.27

9.2
Aktivitas Enzim (Unit/10ml)

9
10; 8.71
8.8
8.6
8.4
8.2
8
10

40

Suhu (0C)

Pembahasan :
Pada pengujian yang pertama yaitu pengujian pengaruh suhu terhadap
aktivitas enzim, diketahui terdapat 5 (lima) jenis perlakuan suhu yang diberikan, yaitu
suhu 100C, 270C, 370C, 400C dan 600C. Pemberian perlakuan suhu ini bertujuan agar
dapar mengetahui berapa suhu optimal untuk dapat menghasilkan aktivitas enzim dari
enzim -amilase dengan maksimal. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, serta
dilakukan perhitungan terhadap aktivitas dari enzim itu sendiri, didapatkan hasil
sebagai berikut yaitu pada perlakuan suhu sebesar 100C dapat menghasilkan aktivitas

60

enzim sebesar 8,71 unit/10ml, pada suhu 270C sebesar 9,35 unit/10ml, pada suhu 370C
sebesar 9,38 unit/10 ml, pada suhu 40 0C sebesar 9,27 unit/10 ml dan pada suhu 60 0C
sebesar 9,85 unit/10 ml. Tinggi atau rendahnya nilai aktivitas enzim sangat
dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimum untuk sebuah enzim dapat bekerja dengan
maksimum adalah pada suhu sebesar 300C -500C, apabila enzim bekerja pada suhu
diatas maupun dibawah dari suhu optimum maka kemampuan dari enzim itu akan
berkurang. Sedangkan menurut Reed (1991) dan Novozyme (2010), suhu optimum
untuk enzim -amilase adalah sebesar 700C 900C.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, didapatkan nilai aktivitas enzim
tertinggi adalah sebesar 9,85 (unit/10 ml) yang ditunjukkan dengan perlakuan suhu
yang diberikan adalah 600C. Dengan adanya hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa
suhu optimum dari enzim -amilase adalah 600C. Hal ini juga ditunjukkan oleh nilai
aktivitas enzim yang dihasilkan sebelumnya, bahwa terlihat pada aktivitas enzim yang
dihasilkan sebelum mencapai suhu 600C memiliki nilai yang kecil. Hal ini disebabkan
pada suhu tersebut energi aktivasi yang dibutuhkan oleh enzim untuk mengkatalisis
substrat yang ada tidak mencukupi, sehingga enzim tidak dapat bekerja dengan
maksimal. Kenaikan suhu yang terjadu dari 10 0C kemudian menjadi 270C lalu
menjadi 370C dan 400C hingga suhu terakhir yaitu 600C dapat menyebabkan aktivitas
enzim meningkat sampat dengan suhu optimum. Apabila perlakuan suhu yang
dilakukan mencapai suhu diatas 600C, dimungkinkan akan terjadi penurunan akan
data dan grafik dari aktivitas enzim -amilase yang terjadi. Adanya penurunan nilai
dari aktivtas enzim apabila dilakukan pengujian pada suhu diatas 60 0C, disebabkan
pada suhu tinggi struktur tersier dari enzim (yang terdiri dari ikatan bukan kovalen
atau elektrostatuk, ikatan hidrogem, ikatan disulfide dan ikatan hidrofobik) akan
terjadi pemutusan sehingga pembentukan striktur paada tahapan kuarterner tidak
dapat terjadi dengan baik oleh karena terjadi perubahan struktur susunan enzim
sehingga menyebabkan aktivitas akan enzim itu menjadi menurun atau lebih rendah
dibandingkan pada suhu optimum enzim mampu menghasilkan nilai aktivitas enzim
yang tinggi (Sebayang, 2005).
2. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim.
Data hasil untuk grafik :
pH
4
5

OD Blanko
0,395
0,374

OD Sampel
0,365
0,175

Aktivitas Enzim (U/10 ml)


0,75
5,32

6
7
8

0,258
0,381
0,024

0,012
0,015
0,021

9,53
9,60
1,25

Grafik :

Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim


12
6; 9.53

10

7; 9.6

Aktivitas Enzim (Unit/10ml)

5; 5.32

4
2
4; 0.75

8; 1.25

0
4

Suhu (0C)

Pembahasan :
Pada pengujian kedua, dilakukan pengujian dengan perlakuan variasi pH
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas enzim -amilase.
Pada pengujian ini digunakan pH 4 hingga 8. Dari hasil pengujian pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim diperoleh hasil pada pH 4 nilai aktivitas enzim yang
dihasilkan adalah 0,75 Unit/10ml, pada pH 5 sebesar 5,32 Unit/10ml, pada pH 6
sebesar 9,53 Unit/10ml, pada pH 7 sebesar 9,6 Unit/10ml sedangkan pada pH 8
sebesar 1,25 Unit/10ml. Berdasarkan dengan data hasil tersebut, dapat diketahui
bahwa pH optimum enzim -amilase adalah berkisar pada pH 6 dan 7. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya nilai aktivitas enzim yang dihasilkan saat pengujian
berlangsung bahwa pada pH 4,5,8 memiliki nilai yang rendah.
Dengan adanya hal ini maka dapat dikatakan bahwa enzim -amilase apabila
diletakkan atau direaksikan pada pH yang netral (pH 6 -7 ) akan bekerja secara
optimal, sedangkan apabila enzim -amilase diletakkan atau direaksikan pada suasana
yang terlalu asam atau terlalu basa (alkalis) maka enzim akan mengalami inaktivasi,

sehingga nilai dari aktivitas enzim yang dihasilkan juga akan menurun. Menurut
Benfeld (1955), penurunan nilai aktivitas enzim ini dikarenakan sisi aktif dari enzim
tersebut mengalami kerusakan oleh adanya pengaruh ion H+ (asam) dan OH- dari
senyawa asam atau basa yang direaksikan bersama dengan enzim tersebut. Perlu
diketahui bahwa pH berhubungan dengan struktur enzim yang terdiri atas asam-asam
amino, dimana asam amino ini sendiri tersusun dari gugus amino, gugus alkil, gugus
karboksil dan atom H. Dengan adanya perubahan pH dalam suatu larutan akan
menunjukkan perubahan akan jumlah ion H+ atau ion OH- yang terdapat didalam
larutan.
Jumlah ion yang ada akan mempengaruhi ikatan hidrogen yang terbentuk
pada struktur enzim. Sehingga dengan adanya pengaruh pH terhadap ikatan hydrogen
akan memberi dampak pada struktur dan akan mengakibatkan perubahan besar pada
nilai aktivitas enzim yang dihasilkan. Apabila enzim direaksikan atau dikondisikan
pada suasana normal dan netral (tidak terlalu asam maupun basa), maka jumlah dari
ion H+ dan OH- yang ada tidak akan mengalami perubahan dan tidak akan
mempengaruhi konformasi enzim yang sudah ada karena konformasi enzim dan
substrat yang dimiliki seimbang dan interaksi antar enzim dengan substrat dapat
meningkat dan dapat lebih maksimal dan menghasilkan nilai aktivitas yang tinggi.
3. Pengaruh Ion Logam Sebagai Kofaktor terhadap Aktivitas Enzim.
Data hasil untuk grafik :
Ion Logam

OD Blanko

OD Sampel

MnCl2
MgCl2
CaCl2
FeCl2
FeCl3
ZnCl2

0,281
0,319
0,392
0,382
0,356
0,324

0,190
0,203
0,005
0,003
0,012
0,193

Grafik :

Aktivitas Enzim
(Unit/10ml)
3,24
3,64
9,87
9,92
9,66
4,04

Pengaruh Ion Logam sebagai Kofaktor terhadap Aktivitas Enzim


12
9.87

10

9.92

9.66

8
Aktivitas Enzim (u/10ml)

6
4

3.24

4.04

3.64

2
0

MnCl2 MgCl2 CaCl2

MgCl2

CaCl2

FeCl2

FeCl3

FeCl
Jenis
ion
2 logamFeCl3

ZnCl2
ZnCl2

Pembahasan :
Pada pengujian ketiga, dilakukan pengujian dengan adanya perlakuan variasi
jenis logam untuk mengetahui pengaruh ion logam sebagai kofaktor terhadap aktivitas
enzim -amilase. Jenis-jenis ion logam yang digunakan antara lain MnCl 2, MgCl2,
CaCl2, FeCl2, FeCl3, dan ZnCl2. Berdasarkan dengan data hasil diatas, diketahui
bahwa penggunaan ion logam FeCl2, CaCl2 dan FeCl3 mampu menghasilkan nilai
aktivitas enzim yang tinggi, yaitu sebesar 9,92 Unit/10ml untuk penggunaan ion
logam FeCl2, 9,87 Unit/10ml untuk penggunaan ion logam CaCl 2, dan 9,66 Unit/10ml
untuk penggunaan ion logam FeCl3. Pada pemnggunaan ion FeCl2 dan FeCl3 diketahui
mampu menghasilkan nilai aktivitas enzim yang tinggi. Hal ini dikarenakan senyaawa
FeCl2 dan senyawa FeCl3 itu sendiri terdiri atas Fe2+ yang berikatan dengan Cl- dan
Fe3+ yang berikatan dengan Cl-. Perlu diketahui ion Fe2+ tersebut termasuk sebagai ion
logam yang bertindak sebagai kofaktor dan adanya ion Cl - dapat meningkatkan
kemampuan dari enzim Karena dapat mengaktifkan enzim amilase sehingga dapat
diketahui bahwa nilai aktivitas enzim yang dihasilkan tinggi. Pada penggunaan ion
logam CaCl2, dapat menghasilkan nilai aktivitas enzim yang tinggi dikarenakan ion
anorganik yaitu ion Ca2+ yang dimiliki oleh CaCl2 bertindak sebagai activator dari
enzim -amilase. Menurut Machius et al (1998), enzim -amilase thermostabo; dari

bakteri memerlukan ion kalsium yang terdapat pada CaCl 2 sebagai pelindung dari
adanya perlakuan suhu tinggi. Sehingga penambahan ion CaCl 2 dapat menambah
kestabilan struktur tersier dari enzim -amilase, dikarenakan enzim ini merupakan
metaloenzim (enzim yang mengikat ion logam) sehingga dengan adanya penambahan
ion CaCl2 tersebut akan membuat konformasai struktur tersier dari enzim ini menjadi
lebih stabil.
Sedangkan pada penggunaan MnCl2, MgCl2 dan ZnCl2 memberikan dampak
penurunan terhadap nilai aktivitas emzim yang dihasilkan. Dengan adanya penurunan
pada nilai aktivitas yang dihasilkan oleh enzim ini dapat menunjukkan bahwa ketiga
ion tersebut tergolong sebaga enzim yang akan menurunkan aktivitas dari enzim amilase dan dengan adanya dampak penurunan terhadap nilai aktivitas enzim amilase ini maka ion-ion tersebut tergolong sebagai inhibitor.
Untuk meningkatkan kemampuan dari enzim dalam melakukan proses
bioaktivitas, enzim dipastikan memerlukan senyawa (senyawa lain bukan protein)
khususnnya ion logam dimana dapat bersifat activator atau inhibitor dalam proses
katalisis enzim. Pada konsentrasi tertentu, ion logam dapat meningkatkan enzim
(bersifat activator) dan dapat pula bersifat menurunkan aktivitas enzim (bersifat
inhibitor). Menurut Palmer (1991), ion logam yang dapat berfungsi sebagai kofaktor
bagi enzim merupakan ion logam yang mampu berperan dalam proses pengikatan
substrat yang ada dengan enzim sehingga konformasi aktif enzim tetap stabil dan nilai
aktivitas enzim yang dihasikan juga tinggi.
4. Pengaruh Aktivator Dan Inhibitor terhadap Aktivitas Enzim.
Data hasil untuk grafik :
Jenis Aktivator /

Aktivitas Enzim

OD Blanko

OD Sampel

Iodoacetamide
N-ethylmaleimide
EDTA
Para-

0,184
0,371
0,356

0,092
0,018
0,015

5
9,51
9,57

chloromercuribenzoa

0,346

0,005

9,86

Inhibitor

t
Grafik :

(u/10ml)

PENGARUH AKTIVATOR DAN INHIBITOR TERHADAP AKTIVITAS ENZIM


12
10
8
6
4
Aktivitas Enzim (Unit /10ml) 2
0

9.86

9.57

9.51
5

Jenis Aktivator / Inhibitor


Pembahasan :
Pada pengujian keempat, dilakukan pengujian untuk mengetahui pegaruh jenis
activator dan inhibitor terhadap aktivitas enzim -amilase. Jenis activator atau
inhibitor yang diberikan antara lain iodocetamide, n-ethylmaleimide, EDTA, dan
para-chloromercuribenzoat. Berdasarakan data hasil yang ditunjukkan pada tabel dan
pada

kurva,

diketahui

bahwa

senyawa

n-ethylmaleimude,

EDTA,

para-

cloromercuribenzoat mampu meningkatkan nilai aktivitasd enzim -amilase. Dengan


adanya

hal

ini

maka

penggunaan

N-ethylmaleimide,

EDTA,

dan

Para-

chloromercuribenzoat ini dapat digolongkan sebagai activator dalam reaksi apabila


hanya melihat dari nilai aktivitas enzim yang dihasilkan. Perlu diketahui
Iodoacetamide, N-ethylmaleimide, EDTA dan Para-Chloromercuribenzoat merupakan
jenis inhibitor, dimana inhibitor tersebut tidak digunakan untuk menghambat aktivitas
enzim oleh enzim -amilase kecuali Iodoacetamide.
5. Pengaruh Berbagai Jenis Karbohidrat terhadap Aktivitas Enzim.
Data hasil untuk grafik :
Aktivitas Enzim

Jenis Karbohidrat

OD Blanko

OD Sampel

Glukosa

0,336

0,001

(u/10ml)
9,97

Galaktosa

0,351

0,022

9,373

Sukrosa

0,372

0,016

9,60

Fruktosa

0,380

0,017

9,55

Maltosa

0,379

0,023

9,39

Xilosa

0,298

0,157

4,73

Grafik :

Pengaruh Jenis Karbohidrat terhadap Aktivitas Enzim


12
10

9.97

9.37

9.6

9.55

9.39

8
6
Aktivitas Enzim (Unit /10ml)

4.73

4
2
0

Jenis Karbohidrat

Pembahasan :
Pada penguijian kelima, dilakukan pengujian terhadap jenis karbohidrat
untuk mengetahui pengaruh jenis karbohidrat yang diberikan terhadap aktivitas
enzim. Jenis perlakuan yang diberikan tergantung pada jenis karbohidrat yang
diberikan, jenis karbohidrat yang digunakan antara lain glukosa, galaktosa, sukrosa,
fruktosa, maltose dan xilosa. Berdasarkan data hasil yang diperoleh, aktivitas enzim
tertinggi ditunjukkan oleh penggunaan glukosa sebagai jenis karbohidrat, yaitu
dengan nilai aktivitas enzim yang dihasilkan adalah 9,97 unit/10 ml. Nilai aktivitas
enzim tertinggi kedua juga ditunjukkan oleh penggunaan sukrosa sebagai jenis
karbohidrat yaitu sebesar 9,60 unit/10 ml, fruktosa sebesar 9,55 unit/10ml, maltose
sebesar 9,39 unit/10 ml, galaktosa sebesar 9,37 unit/ 10 ml dan nilai aktivitas enzim
terendah ditunjukkan oleh xilosa sebagai jenis karbohidrat yang digunakan. Pada
pengujian pengaruh jenis karbohidrat terhadap aktivitas enzim, diketahui nilai
tertinggi yang dihasilkan untuk menunjukkan aktivitass enzim dimiliki oleh glukosa.
Hal ini dikarenakan glukosa apabila dibandingkan dengan jenis karbohidrat yang ada
merupakan monoasakarida yang memiliki struktur yang paling mudah untuk dipecah ,

sehingga dengan adanya keunikan bentuk molekul yang dimiliki jauh lebih sederhana,
maka memberikan nilai aktivitas dari enzim menjadi tinggi Karena dengan adanya
kemudahan atau dengan tingkat kekompleksan akan enzim tersebut untuk dapat
berikatan dengan substrat maka dapat menjadi keuntungan bagi jenis karbohidrat yang
memiliki tingkat kekompleksan atau kerumitan yang rendah yaitu glukosa.
Sehingga dengan asumsi bentuk molekul yang terdapat pada masing-masing
jenis karbohidrat inilah yang mendasari kinerja dari enzim -amilase. Pada substrat
dengan konsentrasi molekul yang susah dilepas atau susah diuraikan bahkan susah
dikatalis dan degradasi, akan menghasilkan nilai aktivitas enzim yang minimal atau
kecil, Karena semakin kompleks akan suatu substrat (jenis karbohidrat) maka
kemampuan enzim akan berkurang banyak dikarenakan kinerja enzim tersebut sudah
digunakan untuk menguraikan substrat dengan bentuk molekul yang kompleks
tersebut. Dengan aadnya hal tersebut, apabila direaksikan dengan senyawa yang
memiliki tingkat molekulnya kompleks (walaupun memiliki konsentrasi yang rendah)
bagian sisi aktif akan enzim hanya mampu menampung atau menerima sedikit saja
dan aktivitas enzim pun menjadi tidak menghasilkan nilai yang maksimal.
6. Pengaruh Penyimpanan Enzim Pada Berbagai Suhu dan pH terhadap Stabilitas
Enzim.
Pada pengujian ini dilakukan pengujian untuk menhgetahui pengaruih penyimpanan
enzim pada variasi suhu dan pH terhadap stabilitas enzim.

Sehingga, berdasarkan 6 (enam) sub-bab pengujian yang telah dilakukan


untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada aktivitas enzim yang dihasilkan, diketahui
pada pengujian pengaruh suhu menunjukkan bahwa pada suhu 600C merupakan suhu
optimum bagi enzim -amilase untuk dapat menghasilkan nilai aktivitas enzim yang
tinggi, dimana dengan tingginya nilai aktivitas enzim ini menandakan bahwa
kemampuan untuk enzim dapat terdegradasi atau dapat terikat dan dipecah oleh enzim
maksimum pada suhu 600C. Sedangkan menurut Campbell (2008), dikatakan bahwa
suhu optimum dari enzim -amilase dapat mengoptimalkan nilai aktivitas enzim yang
dihasilkan adalah pada suhu 350C hingga 400C. dengan adanya hal tersebut, diketahui
pula bahwa terdapat pengujian bahwa enzim -amilase yang digunakan dalam
percobaan membutuhkan waktu agar mampu mengkatalis substrat yang digunakan,

sehingga kemampuan maksimumnya baru dapat muncul ketika sudah mencapai suhu
tinggi. Agar dapat menjalankan atau dapat menghasilkan nilai dari aktivitas enzim amilase ini untuk mengkatalis substrat yang digunakan, perlu diketahui terdapat salah
satu factor penting yang menjadi penunjang keberhasilan, yaitu suhu.
Apabila enzim -amilase direaksikan pada suasana atau suhu tinggi maka
kerja dari enzim ini pun juga akan tidak maksimal, dan apabila hal ini dilanjutkan
maka akan berakibat pada rusaknya sisi katalitik atau sisi aktif dari enzim tersebut dan
akan mengakibatkan terjadinya proses denaturasi. Tak hanya dalam suhu tinggi,
apabila enzim tersbeut direaksikan pada suhu rendah maka kemampuan akan
menyentuh atau bereaksi dengan substrat pun juga akan menjadi sangat rendah
sehingga kemampuan dari enzim ini untuk dapat bekerja secara normal menjadi
sangat rendah dan tidak mampu mengkatalis substrat dengan seperti yang seharusnya.
Perlu diketahui bawhwa perubahan suhu, kecepatan reaksi yang dikatalis oleh enzim
semula meningkat, dikarenakan adanya peningkatan suhu. Energi kinetic yang
dimiliki juga menjadi tinggi sehingga pada kompleks enzim serta substrat yang
sekiranya kompleks (bermacam-macam) dan tidak stabil dalam bentuk struktur jika
dipertahankan atau dipaksakan bereaksi padad suhu yang tiggi maka peluang untuk
enzim tersebut mengalami denaturasi juga semakin besar.
Pada pengujian kedua yaitu dilakukan pengujian akan keasaman dengan
memberikan variasi pH. Pada pengujian ini didapatkan hasil bahwa aktivitas enzim amilase bekerja optimal pada pH 6 hingga 7. Dengan adanya hal tersebut, hasil yang
telah diperoleh tergolong dalam pengujian yang berhasil dan membuktikan bahwa
aktivitas enzim dapat mencapai nilai maksimal apabila berada dalam pH netral.
Apabila diletakkan atau direaksikan pada daerah atau suasana yang terlalu asam atau
basa (alkalis) maka enzim akan mengalami inaktivasi (tidak aktif). Reaksi yang terjadi
ketika adanya penambahan asam atau basa kedalamnya akan mengakibatkan aktivitas
enzim menurun atau rendah Karena siis aktif dari enzim itu sendiri rusak oleh adanya
pengaruh ion H+ atau OH- dari senyawa asam atau basa yang ditambahkan.
Kofaktor yang cocok untuk mendukung aktivtas enzim -amilase sesuai
dengan hasil percobaan ialah CaCl2 dan FeCl2 atau FeCl3. Hal ini dikarenakan pada
CaCl2, FeCl2 dan FeCl2 memiliki ikatan yang menggandeng Cl- agar dapat menjadi
senyawa. Dengan adanya penggunaan ion logam Ca yang merupakan ion anorganik
ini yang kemudian direaksika Cl- ini dapat memberi keuntungan yaitu menambah
kestabilan akan enzim didalamnya. Adanya penggunaan FeCl2 atau FeCl3 juga
merupakan ion logam yang bekerja sebagai kofaktor yang baik, dimana dengan

adanya reaksi antara Fe2+ atau Fe3+ sebagai ion, dimana Fe ini merupakan ion logam
sendiri maka sangat mampu untuk meningkatkan kinerja dari enzim itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai