I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
: 9 hari
Jenis kelamin
: perempuan
Suku Bangsa
: jawa
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS
: 25 oktober 2016
Nama
Suku Bangsa
: Sunda
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
Penghasilan
: Anak Kandung
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dan autoanamnesis:
Lokasi
: IGD RS Bayukarta
Tanggal / Waktu
: 3 november 2016
Tanggal Masuk
: 25 oktober 2016
Keluhan Utama
KELAHIRAN
Tempat kelahiran
puskesmas
Penolong persalinan
Bidan
Cara persalinan
Partus Normal
Masa gestasi
Keadaan bayi
Keadaan Umum
: Tampak sedang
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital
Suhu
: 35,8 oC
Nadi
Pernapasan
: 58x/menit
Status Generalis
Kepala
Bentuk
Mata
: Cekung (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), reflek cahaya (+ /
Hidung
Telinga
Mulut
: sianosis (-)
Leher
Thorax
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
midclavicula ICS V
Auskultasi
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Abdomen
Perkusi
Ekstremitas :
Hemoglobin
: 17,3 gr/dl
Leukosit
Trombosit
: 594 ribu/mm3
Hematokrit
: 51 %
V. Diagnosis Kerja
BBLSR
VIII. PENATALAKSANAAN
Inkubator
O2 lpm
Injeksi Cefotaxim 2 x 70 mg
Sonde ASI/PASI 1,5 cc/3 jam
X. PROGNOSA
Ad vitam
: bonam
Ad functionam
: bonam
Ad sanationam
: bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2499 gram). Berkaitan dengan penanganan dan harapan
hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:
Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500 2.500 gram.
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1.500 gram.
Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), berat lahir < 1.000 gram.
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur).
Grenwald menyatakan bahwa bila digunakan definisi yang lama, 30 40% dari bayi
perempuan sebenarnya telah mempunyai masa gestasi 37 38 minggu. Selain itu di negeri yang
masih berkembang batas 2.500 gram sebagai bayi prematur mungkin terlalu tinggi, karena berat
badan lahir rata-rata yang lebih rendah.
Untuk mendapat keseragaman, pada kongres European Perinatal Medicine ke 2 di
London (1970) telah diusulkan definisi sebagai berikut:
Bayi kurang bulan (pre-term) ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
(kurang dari 259 hari).
Bayi cukup bulan (term) ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42
minggu (259 293 hari).
Bayi lebih bulan (posterm) ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294
hari atau lebih).
Dengan pengertian seperti yang telah diuraikan diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu:
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu.
Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya (KMK).
Angka kejadian
Angka kejadian BBLR di RSCM pada tahun 1986 adalah 24%. Angka kematian perinatal
di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70% dan 73% dari seluruh kematian yang disebabkan
oleh BBLR.
Prematuritas murni
Masa gestasi bayi prematur adalah kurang dari 37 minggu atau 259 hari. Di negara maju
angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6 7%. Di negara sedang berkembang,
angka kematian lebih kurang 3 kali lipat. Di Indonesia angka kejadian bayi prematur beleum
dapat dikemukakan di sini, tetapi angka di RSCM Jakarta berkisar antara 22 24% dari semua
bayi yang dilahirkan dalam 1 tahun. Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang
dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Berdasarkan atas timbulnya bermacammacam problematika pada derajat prematuritas, maka Usher (1975) menggolongkan bayi
tersebut dalam tiga kelompok:
1. Bayi yang sangat prematur (extremely premature): Masa gestasi 24 30 minggu. Bayi
dengan masa gestasi 24 27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di negara yang
belum atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28 30 minggu masih mungkin
hidup dengan perawatan yang sangat intensif agar dicapai hasil yang optimum.
2. Bayi prematur derajat sedang (moderately premature): Masa gestasi 31 36 minggu.
Kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik jauh lebih baik dari golongan pertama dan gejala
sisa yang akan dihadapi dikemudian hari juga lebih ringan jika diberi pengelolaan yang
intensif.
3. Borderline premature: Masa gestasi 37 38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-sifat prematur
dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi
sering timbul problematika seperti yang dialami bayi prematur, seperti sindrom gangguan
pernapasan, hiperbilirubinemia, daya isap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini
harus diawasi dengan seksama.
Penyebab
1. Faktor ibu
Usia. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Jarak dua kehamilan
terlalu dekat.
2. Faktor janin, seperti cacat bawaan, hidramnion, ketuban pecah dini dan kehamilan ganda
pada umumnya akan mengakibatkan lahir bayi BBLR.
3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
4. Kebiasaan, seperti pekerjaan yang melelahkan, merokok.
5. Tidak diketahui.
Gambaran klinis
Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur kehamilan.
Karakteristik untuk bayi prematur adalah berat lahir kurang dari atau sama dengan 2.500 gr,
panjang badan kurang dari atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak,
lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus. Osifikasi tengkorak sedikit, ubunubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan
labia minora belum tertutup oleh labia major. Pembuluh darah kulit banyak terlihat. Rambut
biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu-persatu. Tulang rawan dan
daun telinganya belum cukup, sehingga elastisitas daun telinganya masih kurang. Jaringan
mammae belum sempurna, demikian pula puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi
kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya masih kurang
dan lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun.
Tangisnya lemah dan jarang, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan
apnea. Bila hal ini sering terjadi dan tiap serangan lebih dari 20 detik maka kemungkinan
timbulnya kerusakan otak yang permanen lebih besar. Otot-otot masih hipotonik, sehingga
sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam
fleksi atau lurus dan kepala mengarah ke satu sisi.
Refleks tonik-leher biasanya lemah dan refleks moro dapat positif. Refleks mengisap
dan menelan belum sempurna, demikian pula refleks batuk. Bayi yang lapar akan menangis,
gelisah dan mengerak-gerakkan tangannya. Bila dalam waktu 3 hari tanda-tanda lapar ini
tidak terlihat, maka harus dicurigai adanya perdarahan intraventrikuler atau infeksi.
Edema biasanya sudah terlihat segera setelah lahir dan makin bertambah jelas dalam
24 48 jam berikutnya. Kulit tampak mengkilat, licin, serta terdapat pitting edema. Edema
ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi. Edema yang hebat merupakan tanda
bahaya bagi bayi tersebut. Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum,
diabetes mellitus dan toksemia gravidarum.
Frekuensi nadi berkisar antara 100 140 kali/menit. Frekuensi pernapasan bervariasi,
terutama pada hari-hari pertama. Pada hari pertama frekuensi pernapasan 40 50 kali/menit.
Pada hari berikutnya 35 45 kali/menit. Bila frekuensi pernapasan terus meningkat atau
selalu di atas 60 kali/menit, harus waspada akan kemungkinan terjadinya sindrom gangguan
pernapasan, seperti membran hialin, pneumonia, gangguan metabolik atau gangguan susunan
saraf pusat. Dalam hal ini penting sekali melakukan pemeriksaan foto toraks, USG dan lainlain.
Permasalahan
1. Suhu tubuh tidak stabil. Karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan
oleh penguapan yang bertambah akibatnya kurangnya jaringan lemak bawah kulit,
permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang
tidak aktif, produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat yang sedikit, serta
pusat pengaturan suhu yang belum sempurna fungsinya.
2. Gangguan
pernapasan.
Disebabkan
oleh
kurangnya
jumlah
surfaktan
(rasio
lesitin/sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum
sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung.
Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita bayi prematur adalah penyakit
membrane hialin dan pneumonia aspirasi. Disamping itu sering timbul pernapasan
periodik dan apnea yang disebabkan oleh pusat pernapasan di medulla oblongata belum
matur.
3. Gangguan pencernaan dan nutrisi. Terjadi distensi abdomen akibat dari motilitas usus
kurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah,
daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut lemak dan
beberapa mineral tertentu berkurang. Kerja dari sfingter kardio-esofagus yang belum
sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi
aspirasi.
4. Hati imatur. Memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K.
Hiperbilirubinemia disebabkan faktor kematangan hepar kurang, sehingga konjugasi
bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.
5. Ginjal imatur. Baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urin yang sedikit, urea
clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari
badan dengan akibat mudah terkadi edema dan asidosis metabolik.
6. Perdarahan. Mudah terjadi perdarahan karena pembuluh darah yang rapuh, kekurangan
faktor pembekuan seperti protrombin, faktor VII dan faktor Chrismast.
7. Gangguan imunologik. Daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, karena rendahnya
kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum mampu membentuk antibodi dan
daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik
8. Perdarahan intraventrikuler. Lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan
intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea,
asfiksia berat dan sindroma gangguan pernapasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia,
hipertensi, dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah.
Penambahan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena tidak adanya autoregulasi
serebral pada bayi premature, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah
kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di dasar ventrikel
lateralis antara nukleus kaudatus dan ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler dapat
didiagnosis dengan USG atau CT-Scan.
9. Fibroplasia retrolental. Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur dan disebabkan oleh
penggunaan oksigen dengan konsentrasi tinggi (PaO2 lebih dari 115 mmHg = 15 kPa),
maka akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi
kapiler-kapiler baru ke daerah yang iskemia sehingga terjadi perdarahan fibrosis, distorsi
dan parut retina sehingga bayi menjadi buta. Stadium akut penyakit ini dapat terlihat pada
umur 3 6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena retina. Kemudian dikuti oleh
pertumbuhan kapiler baru secara tidak teratur pada ujung vena. Kumpulan pembuluh
darah baru ini tampak sebagai perdarahan. Akhirnya sebagian kapiler baru ini tumbuh kea
rah korpus vitreum dan lensa. Selanjutnya akan terjadi edema pada retina dan retina dapat
terlepas dari dasarnya dan keadaan ini merupakan keadaan yang irreversible. Pada
stadium akhir akan terdapat massa retrolental yang terdiri dari jaringan ikat. Keadaan ini
dapat terjadi bilateral dengan mikroftalmus, kamar depan menyempit, pupil mengecil dan
tidak teratur, serta visus menghilang. Selain itu dapat pula disertai retardasi mental dan
cerebral palsy.
Pengobatan pada stadium dini dapat dicoba dengan memberikan ACTH atau
kortikosteroid. Hal yang paling penting ialah pencegahannya, yaitu : (1) Pada BBLR
penggunaan oksigen tidak melebihi 40% dan hal ini dapat dicapai dengan memberikan
oksigen 2 liter/menit, (2) , (3) Pemberian oksigen pada bayi yang berat badannya kurang
dari 2 kg, harus hati-hati dan sebaiknya PaO2 selalu dimonitor.
Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya kerja organ-organ tubuh yang diperlukan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan di luar uterus, maka
perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan pencegahan
infeksi.
1. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi
dan dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap
normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhu untuk bayi berat badan kurang dari
2 kg adalah 35 C, dan untuk bayi dengan berat badan 2 2,5 kg adalah 34 C.
Kelembaban inkubator berkisar antara 50 60%. Kelembaban yang lebih tinggi
diperlukan pada bayi dengan sindrom gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat
diturunkan 1 C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg, dan secara berangsurangsur ia dapat diletakkan di tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 29 C. Bila
tidak ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol air hangat atau lampu petromak didekat tempat tidur bayi.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan sehingga
kelainan yang timbul dapat dikenal sedini-dininya dan tindakan serta pengobatan dapat
dilaksanakan secepat-cepatnya.
2. Makanan
Pada bayi premature refleks mengisap, menelan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang, di samping itu
kebutuhan protein 3 5 gr/hari dan kalori tinggi (110 kal/kg/hari), agar berat badan
bertambah. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam, agar bayi tidak
mengalami hipoglikemia dan hiperbilirubunemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung untuk
mengetahui ada atau tidaknya atresia esofagus dan mencegah muntah. Pengisapan cairan
lambung dilakukan setiap sebelum pemberian minum. Pada umumnya bayi dengan berat
lahir 2.000 gr atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari
1.500 gr kurang mampu mengisap ASI atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama.
Dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung.
Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya. Bila daya isap cukup baik maka
pemberian ASI diteruskan. Pemberian melalui susu botol adalah dengan frekuensi
pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit. Frekuensi pemberian
minum makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi. Jumlah cairan yang diberikan
pertama kali adalah 1 5 ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit
setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 mL/kgBB/hari dan setiap hari
dinaikkan sampai 200 mL/kgBB/hari pada akhir minggu kedua. Bila tidak ada ASI dapat
diberikan susu buatan yang mengandung lemak yang mudah dicerna bayi (middle chain
triglyserides) dan mengandung 20 kal/30 mL air atau sekurang-kurangnya 110
kal/kgBB/hari.
Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter. Sebaliknya dipakai
kateter dari polietilen yang dapat tinggal dilambung selama 4 5 hari tanpa iritasi. Bila
daya isap dan menelan mulai baik, kateter secara berangsur-angsur dapat diganti dengan
pipet, sendok atau botol dengan dot. Bayi yang sangat kecil tanpa gangguan pernapasan
dapat diberi makanan melalui tetesan lambung.
3. Pencegahan infeksi.
Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi, hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh
terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya tahan
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Perlu dilakukan tindakan
pencegahan yang dimulai pada masa perinatal, seperti memperbaiki keadaan sosial
ekonomi, program pendidikan kesehatan, mencegah buta huruf, keluarga berencana,
perawatan antenatal, natal dan post-natal yang baik, skrining (TORCH, hepatitis, AIDS),
vaksinasi, menjaga kebersihan lingkungan.
Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya kurang dibandingkan dengan
berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi itu (kecil masa kehamilan = KMK). Batasan
yang diajukan oleh Lubchenco (1963) adalah setiap bayi yang berat lahirnya sama dengan atau
lebih rendah dari 10th percentile untuk masa kehamilan pada Denver intrauterine growth curves
atau di bawah 2SD menurut kurva pertumbuhan intrauterine Usher dan Mc Lean. Ada 2 bentuk
menurut renfield (1975), yaitu:
1.
gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya wasted, karena retardasi pada
janin terjadi sebelum pembentukan jaringan adiposa
2.
Disproportionate IUGR. Terjadi akibat distress subakut. Gangguan terjadi beberapa hari
sampai minggu sebelum lahir. Panjang dan lingkaran kepala normal, tetapi berat tidak sesuai
dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda bayi kurus dan lebih panjang,
jaringan lemak di bawah kulit sedikit, kulit kering keriput dan mudah diangkat.
Pada bayi IUGR terjadi juga perubahan organ-organ tubuh, dimana perkembangan dari
Penyebab
1. Faktor ibu, seperti hipertensi dan penyakit ginjal kronik, diabetes melitus berat, toksemia,
hipoksia ibu (tinggal di daerah pegunungan, hemoglobinopati, penyakit paru kronik), gizi
buruk, drug abuse, alkoholisme.
2. Faktor uterus dan plasenta, seperti kelainan pembuluh darah (hemangioma), insersi tali
pusat yang tidak normal, uterus bikornis, infark plasenta, transfusi dari kembar yang satu
ke kembar yang lain,sebagian plasenta lepas.
3. Faktor janin, seperti ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan
(TORCH, sifilis).
4. Penyebab lain, seperti keadaan sosial ekonomi yang rendah, idiopatik.
Gambaran klinis
Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gr, karakteristik fisis sama dengan bayi
prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan wasting. Pada bayi
cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol ialah wasting demikian pula pada
post-term dengan dismaturitas.
Gruenwald (1967) menyatakan bahwa tidak semua kekurangan makanan pada janin
diakibatkan oleh insufisiensi plasenta. Timbulnya gejala insufisiensi plasenta tergantung pada
berat dan lamanya bayi menderita defisit. Menurutnya defisit yang menyebabkan retardasi
pertumbuhan biasanya berlangsung kronis sehingga terjadi fetal distress. Fetal distress dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Acute fetal distress. Defisit atau fetal deprivation hanya mengakibatkan perinatal
distress tetapi tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan dan wasting.
2. Subacute fetal distress. Fetal deprivation menujukkan wasting tetapi tidak ada
retardasi pertumbuhan.
3. Chronic fetal distress. Bayi menunjukkan retasdasi pertumbahan.
Bayi dismatur dengan tanda wasting atau insufisiensi plasenta dapat dibagi dalam 3
stadium menurut berat ringannya wasting tersebut (Clifford), yaitu :
1. Stadium pertama. Bayi tampak kurus dan lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti
perkamen tetapi belum terdapat noda mekonium.
2. Stadium kedua. Tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada kulit,
plasenta dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dengan
amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta akibat anoksia
intrauterin.
3. Stadium ketiga. Tanda stadium kedua ditambah dengan kulit, kuku, dan tali pusat yang
berwarna kuning serta anoksia intrauterin yang lama.
Permasalahan
Maturitas fisiologis bayi ini sesuai dengan masa gestasinya dan sedikit dipengaruhi
oleh gangguan pertumbuhan di dalam uterus. Bayi KMK yang tidak prematur lebih mudah
hidup di luar kandungan, tetapi harus waspada akan terjadinya beberapa komplikasi, seperti:
1. Sindrom aspirasi mekonium. Keadaan hipoksia intrauterin mengakibatkan janin
mengadakan gasping dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likuor
amnion seperti yang sering terjadi pada subacute fetal distress, akibatnya cairan itu
masuk ke dalam janin paru karena inhalasi. Sering diikuti oleh pneumotoraks, disebabkan
distress yang sering dialami bayi pada ini persalinan.Insidens idiopathic respiratory
distress syndrome berkurang oleh karena IUGR mempercepat maturnya jaringan paru.
2. Hipoglikemia. Terutama bila pemberian minum terlambat dan terutama terdapat pada
bayi laki-laki. Disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya
metabolisme. Gejala klinis tidak khas, umumnya mula-mula bayi tidak menunjukkan
gejala, kemudian bayi tampak kaget, twitching, serangan apnea, sianosis, pucat, tidak
mau minum, lemas, apatis dan kejang. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan kadar gula
darah.
3. Hiperbilirubinemia. Mungkin disebabkan oleh gangguan pertumbuhan hati. Menurut
Gruenwald hati pada bayi dismatur beratnya kurang dibandingkan dengan bayi biasa.
4. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai hemoglobin yang tinggi,
mungkin disebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus.
5. Asfiksia neonatorum.
6. Penyakit membran hialin. Terutama mengenai bayi dismatur yang pre-term, karena
surfaktan paru belum cukup, sehingga alveoli selalu kolaps. Akibat hal ini akan tampak
dispnea yang berat, retraksi epigastrium, sianosis dan pada paru terjadi atelektasis dan
akhirnya terjadi eksudasi fibrin dan lain-lain serta terbentuk membrane hialin. Penyakit
ini dapat mengenai bayi yang pre-term, terutama bila masa gestasinya kurang daripada 35
minggu.
7. Keadaan lain yang mungkin terjadi, seperti perdarahan paru massif, hipotermia, cacat
bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom Down, Turner dan lain-lain), cacat bawaan
oleh karena infeksi intrauterin dan sebagainya.
Penatalaksanaan
Umumnya sama dengan perawatan neonatus lainnya, seperti pengaturan suhu
lingkungan, makanan, pencegahan infeksi dan lain-lain, tetapi perbedaan problematika harus
diperhatikan:
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin serta menemukan
gangguan pertumbuhan. Waspada terhadap kelainan kongenital.
2. Frekuensi pernapasan terutama dalam 24 jam pertama harus selalu diawasi untuk
mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernapasan
idiopatik.
3. Memeriksa kadar gula darah (true glucose) dengan dextrostix atau di laboratorium. Kadar
gula darah harus diperiksa setiap 812 jam.
4. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
5. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.
6. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.
7. Pencegahan infeksi, karena bayi sangat rentan terhadap infeksi, yaitu karena pemindahan
IgG dari ibu ke janin terganggu.
8. Temperatur harus dikelola karena bayi dismatur lebih mudah menjadi hipotermik,
disebabkan luas permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dan jaringan lemak subkutan
kurang.
2.
Berat badan lahir (BBL), merupakan indeks terburuk untuk menentukan masa gestasi,
disebabkan pengaruh berbagai faktor. BBLR dapat merupakan bayi prematur murni atau
dismatur. Lama masa gestasi untuk BBLR sangat bervariasi.
Crown heel length, lingkaran kepala, diameter oksipito-frontal, diameter baparietal dan
panjang badan. Menurut Finnstrom (1971) hanya ukuran lingkar kepala yang mempunyai
korelasi baik dengan lamanya masa gestasi, dengan confidence limit kira-kira 26,1 hari.
Rumus:
Y = 11,03 + 7,75 x
Y = masa gestasi
X = lingkaran kepala
3.
4.
5.
6.
kriteria pada tabel 1. hasil penilaian kriteria eksternal ini bervariasi. Untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik, beberapa sarjana mengadakan skor terhadap kriteria eksternal ini korelasi
antara skor dengan masa gestasinya. Sistem skor Farr (1966), Finnstrom (1972) dan
Dubowitz (1970).
7.
8.
9.
otak,
sindrom
gangguan
pernapasan,
perdarahan
intraventrikular,
displasia
Pengamatan lanjut
Perlu pengamatan lebih lanjut oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami
gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motorik susunan saraf pusat dan penyakitpenyakit lain seperti hidrosefalus, cerebral palsy dan lain sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight
baby (bayi dengan berat badan lahir rendah = BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi
dengan berat kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Bayi Berat Lahir rendah
(BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai
dengan 2499 gram). Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu prematuritas murni, dan
dismaturitas. Prognosis tergantung dari berat ringannya masalah perinatal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Volume 3. Cetakan ke 7. Penerbit: Percetakan Infomedika
K: Jakarta, 1997.
2. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ke 3. Cetakan Ke 6. Penerbit: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta, 2002.
3. Saifuddin AB, dkk Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Edisi Ke 1. Cetakan Ke 3. Penerbit: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta, 2002.
4. Markum, A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I Cetak Ulang 2002. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta , 2002.
5. http://www.tempointerkatif.com/medika/arsip/022001/hor-1.com. Horison. Hipotermia
Pada Neonatus. Bangun Lubis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam
Malik, Medan.
6. Titut S Puponegoro http://www.idai.or.id/saripediatri/isi jurnal/vol.asp ID=28
www.pediatrik.com Indonesia-Jawa Timur, Surabaya
7. Linda L Bellig. Track Coordinator, Instructor, Neonatal Practitioner Program, Medical
University Of South Carolina, College Of Nursing.
8. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Jakarta. Februari.
2005
9. Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Cetakan 1. Jakarta. Medika
Aesculapius. 2000