Anda di halaman 1dari 20

1.

Definisi
Radikulopati lumbal sering juga disebut Skiatika. Radikulopati adalah suatu keadaan yang
berhubungan dengan gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologis yang dapat
mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal.1
Radikulopati lumbal merupakan bentuk radikulopati pada daerah lumbal yang disebabkan
oleh iritasi atau kompresi dari radiks saraf lumbal. Pada radikulopati lumbal, keluhan nyeri
punggung bawah (low back pain) sering didapatkan.2
2.Anatomi

Kolumna vertebralis dibentuk oleh serangkaian 33 vertebra :1

7 servikal
12 thorakal
5 lumbal
5 Sakral
4 coccygeus

Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan
tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus

vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh
penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus
spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika
tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum
tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah
yang disebut foramen intervertebrale.1

Anatomi Lumbal

Persyarafan 3
Fungsi

Otot

Saraf

Nervus Femoralis

Fleksi dan endorotasi pinggul,


Fleksi dan endorotasi tungkai bawah,
Ekstensi tungkai bawah pada tungkai lutut

M. iliopsoas
M. sartorius
M. quadriseps femoris

L1 L3
L2 L3
L2 L4

Nervus Obturatorius
Aduksi Paha

M. pektineus
L2 L3
M. aduktor longus
L2 L3
M. aduktor brevis
L2 L4
M. aduktor magnus
L3 L4
M. grasilis
L2 L4
Aduksi dan Eksorotasi Paha
M. obturator eksternus L3 L4
Nervus Glutealis Superior
Abduksi dan endorotasi paha
M. gluteus dan minimus L4 S1
Fleksi tungkai atas pada pinggul: abduksi M. tensor fasia lata
L4 L5
dan endorotasi
M. piriformis
L5 S1
Eksorotasi paha dan abduksi
Nervus Glutealis Superior
Ekstensi paha dan pinggul, eksorotasi paha
M. gluteus maksimus
L4 S2
M. obturator internus
L5 S1
Mm. Gemeli
M. quadratus
L4 S1
Nervus Skiatikus
Fleksi tungkai bawah
M. biseps femoris
L4 S2
M. semitendinosus
L4 S1
M. semimembranosus
L4 S1
Nervus Peronealis Profunda
Dorsofleksi dan supinasi kaki
M. tibialis anterior
L4 L5
Ekstensi kaki dan jari-jari kaki
M. ekstensor digitorum longus L4 S1
Ekstensi jari kaki II V
M. ekstensor digitorum brevis
Ekstensi ibu jari kaki
M. ekstensor halusis longus
Ekstensi ibu jari kaki
M. ekstensor halusis brevis

Pola Dermatom Bawah

3.Epidemiologi
Melalui survei epidemiologi menunjukkan insiden radikulopati setiap tahunnya mencapai
83 per 100.000 orang. Individu dengan radikulopati berusia antara 13 sampai 91 tahun,
dimana pria (18,2%) lebih sering terkena dibanding wanita (13,6%). Sekitar 80% penduduk
di negara industri pekerja yang mengangkat beban berat & duduk dalam jangka waktu lama.
Sekitar 20% terjadi pada orang tua.2
4.Etiologi
Terdapat faktor-faktor penyebab terjadinya radikulopati lumbal, yaitu disebabkan oleh
iritasi atau kompresif radiks saraf daerah lumbal. Proses Kompresif merupakan kelainankelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan radikulopati adalah :2
a. Herniated nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus
b. Fraktur kompresif
c. Skoliosis
d. Spondilosis
e. Spondilolistesis dan Spondilolisis
f. Stenosis Spinal
5.Patofisiologi
Proses Kompresif pada Lumbal Spinalis
4

Pergerakan antara vertebral L4-L5 dan L5-S1 lebih leluasa sehingga lebih sering
terjadi gangguan. Vertebra lumbalis memiliki beban yang besar untuk menahan
bagian atas tubuh sehingga tulang, sendi, nukleus, dan jaringan lunaknya lebih
besar dan kuat. Pada banyak kasus, proses degenerasi dimulai pada usia lebih awal
seperti pada masa remaja dengan degenerasi nukleus pulposus yang diikuti protusi
atau ekstrasi diskus. Secara klinis yang sangat penting adalah arah protusi ke
posterior, medial, atau ke lateral yang menyebabkan tarikan malah robekan nukleus

fibrosus.2
Protusi diskus posterolateral diketahui sebagai penyebab kompresi dari radiks.
Protusi diskus dapat mengenai semua jenis kelamin dan berhubungan dengan
riwayat trauma sebelumnya. Bila proses ini berlangsung secara progresif dapat
terbentuk osteofit. Permukaan sendi menjadi malformasi dan tumbuh berlebihan,

kemudian terjadi penebalan dari ligamentum flavum. 2


Pada pasien dengan kelainan kanal sempit, proses ini terjadi sepanjang vertebra
lumbalis, sehingga menyebabkan kanalis menjadi tidak bulat dan membentuk
trefoil axial shape. Pada tahap ini prosesnya berhubungan dengan proses
penuaan. Stenosis kanalis vertebra lumbalis sering mengenai laki-laki pekerja usia
tua.2Sendi faset (facet joint), nukleus, dan otot juga dapat mengalami perubahan
degeneratif dengan atau tanpa kelainan pada diskus.2

Permasalahan pada diskus

A. Herniated nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus


Herniated nucleus pulposus atau herniasi diskus, disebut juga ruptured, prolapsed
atau protruded disc, diketahui sebagai penyebab terbanyak back pain dan nyeri tungkai
berulang. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus
dari diskus intervertebralis pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan
tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf.
Herniasi nukleus merupakan tonjolan yang lunak, tetapi suatu waktu mengalami
perubahan menjadi fibrokartilago, akhirnya menjadi tonjolan kalsifikasi. HNP
kebanyakan terjadi diantara vertebra L5-S1, jarang terjadi pada L4-L5, L3-L4, L2-L3,
L1-L2, dan vertebra torakal. Kebanyakan kasus terjadi pada usia antara 20-64 tahun.
Laki-laki memiliki dua kali lipat kemungkinan untuk menderita HNP dibandingkan
wanita. Nukleus pulposus yang menonjol melalui annulus fibrosus yang robek biasanya
terjadi pada satu sisi dorsolateral atau sisi lainnya (terkadang pada bagian dorsomedial)
akan menyebabkan penekanan pada satu atau lebih radiks saraf.4

Herniasi ke arah superior atau inferior melalui lempeng kartilago masuk kedalam
korpus vertebrata dinamakan sebagai nodul schmorl. Kebanyakan herniasi terjadi pada
arah posterolateral sehubungan dengan faktor-faktor nukleus pulposus yang cenderung
terletak lebih posterior dan adanya ligamentum longitudinalis posterior yang cenderung
memperkuat annulus fibrosus di posterior tengah.
Mula-mula nukleus fibrosus mengalami herniasi melalui cincin konsntrik annulus
fibrosus yang robek, dan menyebabkan cincin lain dibagian luar yang masih intak
menonjol setempat atau disebut protrusio diskus. Bila proses tersebut berlanjut,
sebagian materi nukleus akan menyusup keluar diskus (diskus ekstruksi) ke anterior
ligament longitudinalis posterior (herniasi diskus subligamentus) atau terus masuk
kedalam kanalis spinalis (hernia diskus fragmen bebas). Prostrusio atau ekstruksi
diskus posterolateral akan menekan akar saraf ipsilateral pada tempat keluarnya saraf
dari kantong dura, jepitan saraf akan menampilkan gejala dan tanda radikuler sesuai
dengan distribusi persarafannya. Heriniasi diskus sentral yang signifikan dapat
melibatkan beberapa elemen kauda equina pada kedua sisi sehingga menimbulkan
radikulopati bilateral atau bahkan gangguan spincter seperti retensio urine.

Herniasis diskus
B. Fraktur Kompresif Lumbal
Pada fraktur yang bersifat kompresif, bila terjadi penekanan pada radiks atau
penyempitan pada foramen intervertebral yang dapat mengenai satu atau lebih radiks
saraf akan menimbulkan defisit neurologi.4
Penyebab terjadinya fraktur kompresi vertebra adalah sebagai berikut:
Trauma langsung ( direct )
Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan
tulang seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan benturan
benda keras oleh kekuatan langsung.
Trauma tidak langsung ( indirect )

Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih


disebabkan oleh adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau otot,
contohnya seperti pada olahragawan yang menggunakan hanya satu tangannya
untuk menumpu beban badannya.
Trauma tidak langsung ( indirect )
Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteoporosis,
penderita tumor dan infeksi.
Penyebab pokok dari fraktur kompresi lumbal adalah osteoporosis. Pada
wanita, faktor risiko utama untuk osteoporosis adalah menopause, atau defisiensi
estrogen. Faktor risiko lain yang dapat memperburuk tingkat keparahan
osteoporosis termasuk merokok, aktivitas fisik, penggunaan prednison dan obat
lain, dan gizi buruk. Pada laki-laki, semua faktor risiko non-hormon di atas juga
berpengaruh. Namun, kadar testosteron rendah juga dapat berhubungan dengan
fraktur kompresi.
Keganasan dapat bermanifestasi awalnya sebagai fraktur kompresi. Kanker
yang paling umum di tulang belakang adalah metastasis. 2 hal keganasan tulang
primer paling umum adalah multipel myeloma dan limfoma.
Infeksi yang menghasilkan osteomyelitis dapat juga mengakibatkan fraktur
kompresi. Biasanya, organisme yang paling umum dalam infeksi kronis adalah
stafilokokus atau streptokokus. Tuberkulosis bisa terjadi pada tulang belakang dan
disebut penyakit Pott.2,3

Fraktur Kompresif
C. Skoliosis
Skoliosis umumnya terjadi pada orang dewasa dengan keluhan utama nyeri
punggung. Keadaan ini sering berhubungan dengan lengkungan lumbal dan
torakolumbal. Nyeri tersebut disebabkan oleh adanya proses degeneratif pada sendi
faset lengkungan itu sendiri.4

Scoliosis
D. Spondilosis
Spondilosis merupakan penyakit degeneratif pada tulang belakang. Bila usia
bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang belakang, yang terdiri
dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta penonjolan ke semua arah dari annulus
fibrosus. Annulus mengalami kalsifikasi dan perubahan hipertrofik terjadi pada pinggir
tulang korpus vertebra, membentuk osteofit atau spur atau taji. Dengan penyempitan
rongga

intervertebra,

sendi

intervertebra

dapat

mengalami

subluksasi

dan

menyempitkan foramina intervertebra, yang dapat juga ditimbulkan oleh osteofit. 4


Nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilosis. Disestesia tanpa nyeri dapat
timbul pada daerah distribusi radiks yang terkena, dapat disertai kelumpuhan otot dan
gangguan refleks. Terjadi pembentukan osteofit pada bagian yang lebih sentral dari
korpus vertebra yang menekan medulla spinalis. Kauda ekuina dapat terkena kompresi
pada daerah lumbal bila terdapat stenosis kanal lumbal. Gejalanya berupa sindrom
kauda ekuina dengan paraparesis, defisit sensorik pada kedua tungkai, serta hilangnya
kontrol sfingter.Sindrom pseudoklaudikasi (klaudikasi neurologik) dapat terjadi dimana
pasien mengeluh nyeri pinggang dan tungkai saat berdiri atau berjalan, dan akan
menghilang bila berbaring.

Spondilosis
E. Spondilolitesis
Spondilolistesis adalah pergeseran ke arah depan dari satu korpus vertebra terhadap
korpus vertebra dibawahnya. Hal ini paling sering terjadi pada spondilolisis, yaitu suatu
kondisi dimana bagian posterior unit vertebra menjadi terpisah, menyebabkan
hilangnya kontinuitas antara prosesus artikularis superior dan inferior. Spondilolistesis
diduga disebabkan oleh fraktur arkus neural segera setelah lahir, walaupun ini jarang
simtomatis sampai dewasa; usia rata-rata pasien yang mencari pengobatan adalah 35
tahun. Lokasi yang paling sering dari keterlibatan adalah L5, yang mengalami
subluksasi terhadap sakrum. Yang lebih jarang ialah terjadi akibat penyakit degeneratif
tulang belakang, ini biasanya meliputi L5 atau L4.4
Gejala paling sering adalah nyeri punggung bawah, biasanya dimulai pada usia
yang lebih dini dan perlahan-lahan memburuk, yang diperkuat oleh gerakan ekstensi.
Tetapi, nyeri dapat timbul mendadak bila ada cedera. Nyeri tungkai akibat kompresi
radiks saraf kurang sering ditemukan. Bila deformitas berat maka kauda ekuina dapat
terkena kompresi.4

Grade spondilolitesis

10

F. Spondilitis Tuberculosis
Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang
mengenai tulang vertebra. Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai
paraplegi atau defisit neurologis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra
Th 8-L3 dan paling jarang pada vertebra C2. Spondilitis TB biasanya mengenai korpus
vertebra, sehingga jarang menyerang arkus vertebra.
Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal tiga bentuk
spondilitis :
1) Peridiskal / paradiskal
Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise di bawah
ligamentum longitudinal anterior / area subkondral). Banyak ditemukan pada
orang dewasa. Dapat menimbulkan kompresi, iskemia dan nekrosis diskus.
Terbanyak ditemukan di regio lumbal.
2) Sentral
Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga
disalahartikan sebagai tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan ini sering
menimbulkan kolaps vertebra lebih dini dibandingkan dengan tipe lain 5 sehingga
menghasilkan deformitas spinal yang lebih hebat. Dapat terjadi kompresi yang
bersifat spontan atau akibat trauma. Terbanyak di temukan di regio torakal.
3) Anterior
Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra di atas dan
dibawahnya. Gambaran radiologisnya mencakup adanya scalloped karena erosi di
bagian anterior dari sejumlah vertebra (berbentuk baji). Pola ini diduga
disebabkan karena adanya pulsasi aortik yang ditransmisikan melalui abses
prevertebral dibawah ligamentum longitudinal anterior atau karena adanya
perubahan lokal dari suplai darah vertebral.
4) Bentuk atipikal
Dikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat
diidentifikasikan. Termasuk didalamnya adalah tuberkulosa spinal dengan
keterlibatan lengkung syaraf saja dan granuloma yang terjadi di canalis spinalis
tanpa keterlibatan tulang (tuberkuloma), lesi di pedikel, lamina, prosesus
transversus dan spinosus, serta lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral
posterior. Insidensi tuberkulosa yang melibatkan elemen posterior tidak diketahui
tetapi diperkirakan berkisar antara 2%-10%.

11

Di regio lumbar abses akan tampak sebagai suatu pembengkakan lunak yang
terjadi di atas atau di bawah lipat paha. Pasien tampak berjalan dengan lutut dan hip
dalam posisi fleksi dan menyokong tulang belakangnya dengan meletakkan tangannya
diatas paha. Adanya kontraktur otot psoas akan menimbulkan deformitas fleksi sendi
panggul.
Penyebab timbulnya paraplegia pada spondilitis TB : (a) Tekanan eksternal pada
korda spinalis dan duramater Dapat disebabkan oleh karena adanya granuloma di
kanalis spinalis, adanya abses, material perkijuan, sekuestra tulang dan diskus atau
karena subluksasi atau dislokasi patologis vertebra. Secara klinis pasien akan
menampakkan kelemahan alat gerak bawah dengan spastisitas yang bervariasi, tetapi
tidak tampak adanya spasme otot involunter dan reflek withdrawal. (b) Invasi
duramater oleh tuberkulosa Tampak gambaran meningomielitis tuberkulosa atau
araknoiditis tuberkulosa. Secara klinis pasien tampak mempunyai spastisitas yang berat
dengan spasme otot involunter dan reflek withdrawal. Prognosis tipe ini buruk dan
bervariasi sesuai dengan luasnya kerusakan korda spinalis. Secara umum dapat terjadi
inkontinensia urin dan feses, gangguan sensoris dan paraplegia.
G. Stenosis Spinal
Stenosis spinal merupakan penyempitan kanal medulla spinalis yang mungkin
terjadi secara kongenital atau menyempit karena penonjolan annulus, hipertrofi sendi
faset, atau ligamen longitudinal posterior yang tebal atau mengeras, sehingga menekan
saraf yang mengandung beberapa radiks.4
Penyempitan kanalis lumbalis dapat disebabkan oleh pedikel yang pendek karena
kongenital, lamina dan sendi faset yang tebal, kurva skoliosis, dan lordotik.
Kebanyakan kasus merupakan idiopatik dan sering terjadi pada usia pertengahan dan
usia tua. 5

6.Manifestasi Klinis
12

Radikulopati sering ditandai oleh satu atau lebih dari gejala berikut:6
1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat vertebra
hingga ke arah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola dermatomal dan diperhebat
oleh gerakan, batuk, mengedan, atau bersin.
2. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
3. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit sepanjang distribusi
dermatom radiks yang bersangkutan.
4. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan. Refles tendon pada
daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun atau bahkan menghilang.
Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu pada
servikal, torakal, atau lumbal). Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif di radiks
posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan.
Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai dinamakan iskialgia, karena
nyerinya menjalar sepanjang perjalanan n.iskiadikus dan lanjutannya ke perifer. Radikulopati
setinggi segmen torakal jarang terjadi karena segmen ini lebih rigid daripada segmen servikal
maupun lumbal. Jika terjadi radikulopati setinggi segmen torakal, maka akan timbul nyeri
pada lengan, dada, abdomen, dan panggul.3
Pada Radikulopati Lumbal terdapat nyeri punggung bawah disertai nyeri pada kaki, tapi
nyeri pada kaki lebih menjadi pertanda daripada nyeri punggung bawah. Berikut gejala
umum yang biasa muncul:6
Nyeri punggung bawah.
Sakit terus-menerus pada satu sisi pantat atau kaki, tapi jarang kedua sisi kanan

dan kiri
Nyeri yang berasal dari pinggang atau pantat dan berlanjut di sepanjang

jalur saraf siatik di bagian belakang paha dan ke tungkai bawah dan kaki
Nyeri yang biasanya digambarkan sebagai tajam.
Beberapa pengalaman sensasi mati rasa atau kelemahan, atau tusukan-tusukan

bawah kaki
Sakit parah yang dapat membuat sulit untuk berdiri atau duduk, nyeri yang terasa
lebih baik ketika pasien berbaring.

13

7. Diagnosa
Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, adalah penting untuk melakukan anamnesa terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dengan trauma atau infeksi dan
rekurensi. Harus ditanyakan karakter nyeri, distribusi dan penjalarannya, adanya paresthesia
dan gangguan subjektif lainnya, adanya gangguan motorik (seperti kelemahan dan atrofi
otot). Juga perlu diketahui gejala lainnya seperti gangguan pencernaan dan berkemih,
anestesia rektal/genital.3

Pemeriksaan fisik yang lengkap adalah penting. Penting untuk memperhatikan


abnormalitas postur, deformitas, nyeri tekan, dan spasme otot. Pada pemeriksaan
neurologis harus diperhatikan :
o Gangguan sensorik (hipesthesia atau hiperesthesia). Perlu dibedakan gangguan
saraf perifer atau segmental.
14

o Gangguan motorik (pemeriksaan kekuatan otot, atrofi, fasikulasi, spasme


otot).
o Perubahan refleks.
1. Tes Lasegue (Straight Leg Raising Test)
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
a. Pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya.
b. Secara pasif, satu tungkai yang sakit diangkat lurus, lalu dibengkokkan (fleksi) pada
persendian panggulnya (sendi coxae), sementara lutut ditahan agar tetap ekstensi.
c. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan lurus (ekstensi).
d. Fleksi pada sendi panggul/coxae dengan lutut ekstensi akan menyebabkan stretching
nervus iskiadikus (saraf spinal L5-S1).
e. Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70 derajat atau lebih sebelum timbul
rasa sakit dan tahanan.
f. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan di sepanjang nervus iskiadikus sebelum
tungkai mencapai sudut 70 derajat, maka disebut tanda Lasegue positif (pada
radikulopati lumbal).
2. Modifikasi/Variasi Tes Lasegue (Bragards Sign, Sicards Sign, dan Spurlings Sign)
Merupakan modifikasi dari tes Lasegue yang mana dilakukan tes Lasegue disertai
dengan dorsofleksi kaki (Bragards Sign) atau dengan dorsofleksi ibu jari kaki (Sicards
Sign).Dengan modifikasi ini, stretching nervus iskiadikus di daerah tibial menjadi meningkat,
sehingga memperberat nyeri.Gabungan Bragards sign dan Sicards sign disebut Spurlings
sign.

Lasegues Sign (SLRs Test)

15

a) Bragards sign

b) Spurlings sign

3. Tes Lasegue Silang atau OConell Test


Tes ini sama dengan tes Lasegue, tetapi yang diangkat tungkai yang sehat. Tes positif bila
timbul nyeri radikuler pada tungkai yang sakit (biasanya perlu sudut yang lebih besar untuk
menimbulkan nyeri radikuler dari tungkai yang sakit).
4. Nerve Pressure Sign
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
a. Lakukan seperti pada tes Lasegue (sampai pasien merasakan adanya nyeri)
kemudian lutut difleksikan hingga membentuk sudut 20 derajat.
b. Lalu, fleksikan sendi panggul/coxae dan tekan nervus tibialis pada fossa poplitea
hingga pasien mengeluh adanya nyeri.
c. Tes ini positif bila terdapat nyeri tajam pada daerah lumbal, bokong sesisi, atau

sepanjang nervus iskiadikus.


Naffziger Tests
Tes ini dilakukan dengan menekan kedua vena jugularis selama 2 menit. Tekanan
harus dilakukan hingga pasien mengeluh adanya rasa penuh di kepalanya.
Kompresi vena jugularis juga dapat dilakukan dengan sphygmomanometer cuff,
dengan tekanan 40 mmHg selama 10 menit. Dengan penekanan tersebut, dapat
mengakibatkan

tekanan

intrakranial

meningkat.

Meningkatnya

tekanan

intrakranial atau intraspinal, dapat menimbulkan nyeri radikular pada pasien


dengan space occupying lesion yang menekan radiks saraf. Pada pasien ruptur
diskus intervertebra, akan didapatkan nyeri radikular pada radiks saraf yang
bersangkutan.Pasien dapat diperiksa dalam keadaan berbaring atau berdiri.

16

Naffziger test

8. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi atau Foto Polos Roentgen
Tujuan utama foto polos Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya kelainan
structural.5
2. MRI dan CT-Scan
MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk mendeteksi
kelainan diskus intervertebra. MRI selain dapat mengidentifikasi kompresi
medulla spinalis dan radiks saraf, juga dapat digunakan untuk mengetahui
beratnya perubahan degenerative pada diskus intervertebra. MRI memiliki
keunggulan dibandingkan dengan CT-Scan, yaitu adanya potongan sagital dan
dapat memberikan gambaran hubungan diskus intervertebra dan radiks saraf
yang jelas,sehingga MRI merupakan prosedur skrining yang ideal untuk
menyingkirkan diagnose banding gangguan structural pada medulla spinalis
dan radiks saraf.4,5
CT-Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra dengan
baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk herniasi diskus
intervertebra. Namun demikian, sensitivitas CT-Scan tanpa myelography
dalam mendeteksi herniasi masih kurang bila dibandingkan dengan MRI.4
3. Myelography
17

Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomis yang detail, terutama elemen


osseus vertebra. Myelography merupakan proses yang invasif, karena melibatkan
penetrasi pada ruang subarakhnoid. Secara umum myelogram dilakukan sebagai
tes preoperative dan seringkali dilakukan bersamaan dengan CT-Scan.4
4. Nerve Conduction Study (NCS) dan Electromyography (EMG)
NCS dan EMG sangat membantu untuk membedakan asal nyeri atau untuk
menentukan keterlibatan saraf, apakah dari radiks, pleksus saraf, atau saraf
tunggal.Selain itu, pemeriksaan ini juga membantu menentukan lokasi kompresi
radiks saraf. Namun bila diagnosis radikulopati sudah pasti secara pemeriksaan
klinis, maka pemeriksaan elektrofisiologis tidak dianjurkan.4
5. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor rematoid,
fosfatase alkali/asam, dan kalsium.
b. Urin analisis, berguna untuk penyakit nonspesifik seperti infeksi.
9. Penatalaksanaan
1. Informasi dan edukasi
2. Farmakoterapi 4,7
a. Akut : asetaminofen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat),
injeksi epidural.
b. Kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin), opioid (kalau sangat
diperlukan).
3. Terapi nonfarmakologik4,7
a. Akut : imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin),
masase, traksi (tergantung kasus), alat bantu (antara lain korset, tongkat).
b. Kronik : terapi psikologik, modulasi nyeri (akupunktur,
modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat

18

badan, posisi tubuh dan aktivitas. 4,7


4. Invasif nonbedah
Blok saraf dengan anestetik lokal.
Injeksi steroid (metilprednisolon) pada epidural untuk mengurangi
pembengkakan edematous sehingga menurunkan kompresi pada radiks saraf.
5. Bedah
Indikasi operasi pada HNP :
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari 4 minggu : nyeri berat /
intractable / menetap / progresif.
Defisit neurologik memburuk.
Sindroma kauda.
Stenosis kanal : setelah terapi konservatif tidak berhasil.
Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik
dan radiologik. 4,7

19

Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Hartanto.huriawati. Dkk. Kamus Kedokteran Dorland edisi ke 29 ECG.


Adams and Victors. Principle of Neurology 8th Edition
Richard S. Snell. Anatomi Klinik. 6th Edition
Kapita Selekra Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI. Edisi Ketiga
http://emedivine.medscape.com/article/95025-overview. Lumbosacral Radikulopathy.
http://www.psine-health.com/conditions/sciatica/what-you-need-know-about-sciatica.
Rowland LP. Merritts textbook of neurology. 7th ed. Philadelphia : Lea &Febiger,

20

Anda mungkin juga menyukai