Anda di halaman 1dari 219

MODUL

(SISTEM AGRIBISNIS)

Disusun oleh:
Dr. Tomy Perdana
197312131997021001

Program Studi Agribisnis


Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
November, 2012
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya,
Modul Sistem Agribisnis ini dapat diselesaikan.modul ini merupakan salah satu
bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat
seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu
peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.
Modul ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip
sistem agribisnis dan mampu menganalisis faktor-faktor yang terkait dalam sistem
agribisnis agar dapat memecahkan berbagai masalah sistem agribisnis dan
menerapkannya dilingkungan masyarakat
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rani Ismiarti E sebagai asisten
dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian modul ini. Saya
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam modul ini, oleh karena itu
Saya menunggu masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak dalam rangka
penyempurnaan modul ini.
Bandung, November 2012

Dr. Tomy Perdana, SP., MM

DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR................................... i
DAFTAR ISI............................................. ii
DESKRIPSI MATA KULIAH................vii
TINJAUAN MATA KULIAH
Pertemuan 1
MODUL 1

: RUANG LINGKUP SISTEM AGRIBISNIS

Materi

: Pengertian Agribisnis ............................ 1


Perkembangan Pertanian dan Agribisnis ....... 4
Karakteristik dan Ruang Lingkup Agribisnis ...... 11
Pendekatan Sistem dalam Agribisnis ..... 18
Perkembangan Teknologi Agribisnis .... 24
Latihan...................................................................................... 31
Tes Formatif.............................................................................. 32

MODUL 2

: AGROINPUT AGRIBISNIS

Materi

: Tipe Agroinput Agribisnis ... 33


Alat dan Mesin Pertanian ..... 36
Latihan...................................................................................... 42
Tes Formatif.............................................................................. 42

Pertemuan 2
MODUL 3

: AGRIBISNIS DAN PETANI

Materi

: Definisi dan Tipe Petani Agribisnis ..... 44


Lahan ........ 45
Kesejahteraan Petani .... 48
Kemitraan Kontrak Kerja ............. 51
Latihan...................................................................................... 58
3

Tes Formatif.............................................................................. 59
MODUL 4

: AGROINDUSTRI

Materi

: Definisi dan Ruang Lingkup Agroindustri ... 60


Peranan Agroindustri dalam Pembangunan Agribisnis ....... 62
Kerangka Analisis Agroindustri ....... 66
Latihan...................................................................................... 70
Tes Formatif.............................................................................. 71

Pertemuan 3
MODUL 5

: PEMASARAN AGRIBISNIS

Materi

: Peranan Pemasaran dalam Sistem Agribisnis ...... 72


Saluran Pemasaran Agribisnis ....... 76
Fungsi dan Bauran Pemasaran ...... 81
Latihan...................................................................................... 88
Tes Formatif.............................................................................. 88

MODUL 6

: PERDAGANGAN BESAR AGRIBISNIS

Materi

: Tipe Perdagangan Besar Agribisnis .......... 90


Integrasi dan Koordinasi Vertikal pada Perdagangan
Besar ........................ 91
Latihan...................................................................................... 94
Tes Formatif............................................................................. 94

Pertemuan 4
MODUL 7

: PERDAGANGAN ECERAN ( RITEL) AGRIBISNIS

Materi

: Tipe Perdagangan Eceran Modern dan Tradisional ....... . 95


Dampak Pembangunan Pasar Eceran Modern dan
Tradisonal Terhadap Produk Agribisnis ..... ..... 97
Latihan..................................................................................... 98
Tes Formatif............................................................................ 98

MODUL 8

: KONSUMEN AGRIBISNIS

Materi

: Tipe dan Profil Konsumen Agribisnis . 100


Permintaaan Konsumen Agribisnis. . 100
4

Latihan.................................................................................. 105
Tes Formatif........................................................................

105

Pertemuan 5
MODUL 9

: PERSAINGAN PASAR AGRIBISNIS

Materi

: Klasifikasi Situasi Pasar Agribisnis

106

Aspek-aspek Persaingan Agribisnis

112

Latihan.................................................................................

114

Tes Formatif.........................................................................

115

MODUL 10 :ORGANISASI AGRIBISNIS


Materi

: Agribisnis Perorangan ....

116

Perusahaan/ Badan Usaha Persekutuan/ Partnership

119

Korporasi .............. .

122

Koperasi ...... 123


Waralaba ......... 125
Latihan...............................................................................

128

Tes Formatif....................................................................... 129


Pertemuan 6
MODUL 11 : PEMBIAYAAN AGRIBISNIS
Materi

: Tipe Pembiayaan Agribisnis

130

Lembaga Pembiayaan Agribisnis

137

Latihan............................................................................

138

Tes Formatif....................................................................

139

MODUL 12 : PERANAN PEMERINTAH DALAM AGRIBISNIS


Materi

: Kewenangan Pemerintah Lokal dan Nasional


dalam Pembangunan Agribisnis 140
Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan
Agribisnis Indonesia .

142

Latihan..............................................................................

154

Tes Formatif.....................................................................

154

Pertemuan 7
5

MODUL 13 : PENGEMBANGAN KASUS AGRIBISNIS


Materi

: Industri Gula dan Tembakau Di Jawa Timur

156

Pembangunan Wilayah Jawa Barat yang Integratif


melalui Pengembangan Agribisnis ...

160

Pembinaan Sumberdaya Manusia Untuk Mendukung


Pengembangan Agribisnis dan Ekonomi Pedesaan ..

163

Kebijakan Pengembangan Sistem Rantai Pasokan Industri


perberasan dengan pendekatan System Dynamics......

167

Model Manajemen Logistik dalam Meningkatkan Daya


Saing Produsen Sayuran Skala Kecil Untuk Memenuhi
Permintaan Pasar Terstruktur . ..

177

Pemodelan System Dynamics Manajemen Rantai


Pasokan Sayuran untuk Pasar Ekspor yang Melibatkan
Petani Kecil Di Indonesia .

186

Triple Helix Model Dalam Implementasi Sistem


Manajemen Logistik Pada Rantai Pasokan Sayuran .

197

Latihan..............................................................................
REFERENSI...................................... 210

DESKRIPSI MATA KULIAH


SISTEM AGRIBISNIS

A. LATAR BELAKANG
Secara sempit pertanian diartikan sebagai suatu kegiatan produktif yang
menghasilkan komoditi pertanian. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan konsumsi dan industri. Dalam memahami pertanian secara
utuh, kita harus memahami pertanian sebagai suatu sistem. Sistem merupakan
suatu kesatuan berbagai komponen yang mempunyai tujuan serta fungsi yang
berbeda.

Komponen-komponen

terikat/ketergantungan

tersebut

satu

sama

lain

saling

dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi yang sama

dibawah satu koordinator.


Berdasarkan pemahaman sistem pertanian tersebut terungkap bahwa
komoditi pertanian sangat bergantung pada alam, sehingga memiliki sifat :
1. Musim mengandung ketidakpastian
2. Beragam dalam kualitas dan kuantitas
3. Perishable (mudah rusak/busuk) dan Fragile (mudah rusak karena
benturan)
4. Banyak makan tempat/ruang : Voluminous
Pertanian dalam artian budididaya (pertanian dalam arti sempit) merupakan
salah satu subsistem (on farm) dalam sistem agribisnis. Dalam mengantisipasi hal
tersebut diperlukan suatu konsep sistem agribisnis yang utuh. Agribisnis adalah
suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata
rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan
pertanian dalam arti luas (Arsyad dan kawan-kawan, 1985). Konsep agribisnis
yang utuh dapat dipahami apabila memandang agribinis sebagai suatu sistem.

Pendekatan Sistem diperlukan untuk memahami kompleksitas agribisnis


sebagai : suatu sistem, praktek bisnis, paradigma pembangunan pertanian,
keilmuan sehingga tujuan agribisnis dapat tercapai .
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip sistem agribisnis dan mampu
menganalisis faktor-faktor yang terkait dalam sistem agribisnis agar dapat memecahkan
berbagai masalah sistem agribisnis dan menerapkannya dilingkungan masyarakat.

Kompetensi yang akan dicapai :
Hard skills :
Kemampuan melakukan penelusuran esensi dari sistem agribisnis
Kemampuan memetakan unsur-unsur sistem agribisnis yang terjadi di
masyarakat kedalam sebuah skema sistem agribisnis
Kemampuan menyusun pemikiran dan pendapat secara akademik dan
kemampuan menyajikan dalam bentuk visual maupun oral

Soft skills : mahasiswa mempunyai kemampuan bekerjasama dalam kelompok, kreatif
dan

inovatif,

disiplin,

mandiri

serta mempunyai

kemampuan

berkomunikasi baik secara tertulis maupun oral



Kompetensi mata kuliah Sistem Agribisnis yang berkaitan dengan kompetensi Program
Studi Agribisnis :
Mampu bekerjasama dalam tim yang multidisiplin.
Mampu merancang pengoperasian dan pengembangan unit usaha agribisnis
baru yang inovatif, menciptakan nilai tambah dan berwawasan lingkungan
Memiliki kepekaan pada persoalan/masalah sosial budaya masyarakat terkait
dengan pengembangan agribisnis
Mampu berpikir analitis dan sintetis untuk mengevaluasi dan memberikan solusi
pengembangan pada sistem operasi agribisnis.

KEGIATAN BELAJAR 1
Modul

RUANG LINGKUP SISTEM

AGRIBISNIS

Pendahuluan
Sebagian besar ketika orang berpikir mengenai pertanian, mereka
menggambarkan para petani yang memproduksi hewan dan tanaman. Secara
sempit

pertanian

didefinisikan

sebagai

suatu

kegiatan

produktif

yang

menghasilkan komoditi pertanian. Selain itu, pertanian juga sering digambarkan


sebagai cows, sows, dan plows atau weeds, seeds, dan feeds, dimana kegiatan
tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi. Saat ini,
pengertian pertanian berkembang menjadi kegiatan industri yang berorientasi
teknologi yang melibatkan kegiatan produksi (tumbuhan dan hewan), sumberdaya
alam terbaharui (agriscience), dan agribisnis. Dengan demikian, ruang lingkup
pertanian saat ini pun semakin luas, dimana orang yang bekerja di bidang
pertanian tidak harus selalu bekerja di lahan (budidaya) dan peternakan,
melainkan mereka dapat bekerja di bidang penyediaan pakan, benih/ bibit, mesin
pertanian, pupuk, obat kimia, dan bisnis makanan jadi. Sedangkan yang dimaksud
agribisnis meliputi orang yang bekerja di bidang keuangan, distribusi, dan
perusahaan pemasaran yang menyediakan jasa untuk produksi para pembudidaya.

PENGERTIAN AGRIBISNIS

Banyak sekali definisi mengenai agribisnis. Secara sederhana, beberapa


orang mengartikan agribisnis sebagai suatu bisnis yang besar. Namun, John Davis
dan Ray Goldberg mendefinisikan agribisnis sebagai seluruh rangkaian aktivitas
9

produktif beberapa subsistem yang melibatkan manufaktur dan distribusi pasokan


pertanian, pelaksanaan produksi di lahan, pengolahan, dan distribusi komoditas
pertanian serta semua produk berbahan baku hasil pertanian. Definisi yang sama
mengenai agribisnis menggambarkan agribisnis sebagai aktivitas memperoleh
keuntungan oleh perusahaan yang melibatkan penyediaan pasokan pertanian dan/
atau pengolahan, pemasaran, pengangkutan, dan pendistribusian bahan-bahan
material pertanian dan produk konsumen. Selain itu, Ewell Roy memandang
agribisnis sebagai proses koordinasi berbagai subsistem (input produksi pertanian
dan produksi itu sendiri, pengolahan, dan distribusi). Hal tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut: perusahaan agribisnis menyediakan pasokan input
kepada petani, kemudian petani memproduksi bahan makanan dan serat (kapas,
wol, dll). Setelah itu output pertanian digunakan oleh perusahaan agribisnis lain
untuk diproses menjadi suatu produk, dipasarkan, dan didistribusikan ke
konsumen.
Pengertian agribisnis juga dikemukakan oleh Downey dan Erickson, dimana
agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi
pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata
rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri),
pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan.
Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang
kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakann sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa agribisnis adalah suatu sistem yang bila akan dikembangkan
harus terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada di dalamnya.

10

SS I
(Pengadaan dan
Penyaluran
Sasaran Produksi)

SS II

SS III

SS IV

(Produksi
Primer)

(Pengolahan)

(Pemasaran)

Lembaga Penunjang Agribisnis

Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo, 1997)


Sistem agribisnis akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu
subsistem (Gambar 1). Setiap sistem dalam sistem agribisnis mempunyai
keterkaitan ke belakang dan ke depan. Tanda panah ke belakang (ke kiri) pada
subsistem pengolahan (SS-III) menunjukkan bahwa S-III akan berfungsi dengan
baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh SS-II.
tanda panah ke depan (ke kanan) pada SS-III menunjukkan bahwa subsistem
pengolahan (SS-III) akan berhasil dengan baik jika menemukan pasar untuk
produknya
Dalam kegiatan pertanian, selain petani dibutuhkan juga beberapa penyedia
jasa (pendukung) seperti untuk transportasi, penyimpanan, pendinginan, lembaga
kredit, keuangan, dan asuransi serta pemerintah. Sebagai contoh, agribisnis
manufaktur yang menyediakan produk pertanian, beberapa pasokan dan peralatan
dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan produksi dan pemeliharaan tanaman.
Pemerintah kemudian bertugas memeriksa dan mengawasi produk pertanian
untuk memastikan kualitas dan keamanan produk. Ratusan organisasi
perdagangan agribisnis, organisai komoditas, komite, dan konferensi ilmu
pengetahuan mempromosikan, mengiklankan, bekerja sama, dan melakukan
pendekatan untuk produk pertanian mereka. Peneliti, insinyur, dan para ahli lain
membantu mengembangkan agribisnis. Ratusan orang diseluruh dunia bekerja
pada bidang agribisnis, dan jutaan orang pun bergantung pada kegiatan agribisnis
untuk mencukupi kebutuhan makanan, pakaian, dan perlindungan.
11

PERKEMBANGAN PERTANIAN DAN AGRIBISNIS


Banyak orang yang membayangkan bahwa pertanian adalah suatu kegiatan
yang mudah dilakukan, yaitu menanam bibit/ benih, menunggu beberapa saat dan
kemudian panen. Namun, hal tersebut tidak mudah dilakukan terutama pada
jaman prasejarah dimana manusia pada saat itu belum mengetahui tentang
budidaya dan tidak ada orang yang dapat mengajarkan mereka bagaimana
menanam benih agar dapat tumbuh menjadi tanaman.
Dalam usahanya memenuhi kebutuhan makanan, tahapan pertama yang
dilakukan manusia adalah melakukan kegiatan berburu dan meramu, seperti
kacang-kacangan dan juga makanan dari alam lainnya. Manusia berpindah-pindah
menyusuri daerah yang luas demi menemukan tanaman dan berburu binatang
untuk disajikan makanan. Namun, pada kenyataannya mereka tidak terlalu
berhasil mendapatkan bahan makanannya walaupun telah menyusuri daerah yang
luas. Mereka lebih sering mendapatkan sayuran dan serangga. Oleh karena itu
nutrisi dan kesehatan manusia saat itu sangat buruk dan umur rata-rata manusia
dapat

hidup sampai dengan umur 25 tahun. Namun, dua hal penting yang

berkembang sebelum dilaksanakannya pertanian adalah manusia sudah belajar


untuk menangkap ikan dan menggunakan api untuk memasak.
Seiring perkembangan pertanian, cara hidup manusia pun berubah. manusia
tidak lagi harus berjalan jauh untuk mencari makanan, melainkan mereka mulai
menetap di satu tempat dan mulai membangun rumah. Hal tersebut juga
memberikan banyak waktu kepada manusia untuk mengembangkan sistem
pertanian yang lebih baik, seperti perubahan penggunaan bajak untuk
menggantikan cangkul dan penggunaan arit/ sabit untuk memudahkan panen
gandum dan rumput.

12

Zaman Perunggu
Selama zaman perunggu (3000 SM), peralatan yang terbuat dari logam lebih
banyak digunakan karena tahan lama dibandingkan kayu yang ditajamkan.
Peralatan logam ini juga lebih mempermudah dan mempercepat kegiatan
bercocok tanam untuk cakupan lahanyang luas. Pada zaman ini, pertanian
menyebar keseluruh penjuru dunia dan menjadi cara hidup orang banyak.
Beberapa perkembangan pertanian yang terjadi pada saat zaman perunggu
diantaranya adalah sebagai berikut:

Dibuatnya

peralatan

pertanian

dari

perunggu

dan

bajak

untuk

mempermudah dan mempercepat bercocok tanam

Sungai nil digunakan penduduk mesir untuk irigasi tanaman

Ditemukannya

roda

sehingga

dapat

dijadikan

alat

transportasi

pengangkutan tanaman

Jumlah penduduk dunia naik dari 3 juta jiwa dari sebelum dilakukannya
kegiatan pertanian

Zaman Besi
Zaman besi berlangsung pada tahun 1000 SM. Penggunaan besi
memberikan manusia kemampuan untuk memproduksi lebih dari sekedar
tanaman. Ketika manusia tidak dapat menggunakan semua tanaman untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, maka mereka mulai menjualanya kepada orang lain.
Sejak saat itu mulailah perkembangan perdagangan produk pertanian. Secara
umum perkembangan pertanian pada zaman besi adalah sebagai berikut :

Jumlah peralatan tangan pertanian dan bajak yang terbuat dari besi banyak
dan bahkan sampai sekarang digunakan

Berkembangnya penggunaan uang untuk menjual kelebihan tanaman/


panen

Memberikan lahan sehingga memberikan kesempatan pada tanah untuk


memperbaiki sifat tanah dan bahan organik tanah.
13

Abad Pertengahan
Abad pertengahan berlangsung antara tahun 400 1500

M. Jatuhnya

kerajaan Romawi pada abad ini ternyata memperlambat perkembangan pertanian.


Perkembangan pertanian yang terjadi hanya sedikit seperti kegiatan rotasi
tanaman, pemanfaatan teknologi bajak terbaru, dan pengembangbiakan ternak
secara selektif.
a.

Petani di jaman pertengahan ini mulai mengerti arti pentingnya konservasi


tanah. Mereka melaksanakan pertanian dengan teknik pemberaan lahan
untuk beberapa tahun.

b.

Pada abad ini kuda dijadikan hewan untuk membantu pekerjaan usaha tani
agar lebih cepat selain sapi

c.

Perkembangbiakan selektif pada hewan di abad ini dilakukan peternak


dengan memilih induk berdasarkan karakteristik yang diinginkan. Teknik
pengembangbiakan ini masih dilakukan sampai sekarang..

Revolusi Pertanian dan Industri


Revolusi industri berlangsung antara tahun 1840 1850 terjadi perubahan
besar pada produksi pertanian dan sangat mendorong perkembangan agribisnis.
Pada waktu ini penemuan teknologi berlangsung

sangat cepat, diantaranya

penemuan mesin uap, kereta api, mesin jahit, alat tenun, dan mesin lainnya.
Perubahan terbesar kedua akibat revolusi ini adalah perpindahan penduduk
dari desa ke kota untuk bekerja di pabrik karena banyaknya pabrik yang
membutuhkan tenaga kerja untuk mengoperasikan mesin. Perubahan ini
meningkatkan pasar untuk produk pertanian karena pekerja pabrik tidak dapat
menghasilkan makanannya sendiri seperti dahulu.
Sebagai hasil dari banyaknya penduduk yang pindah ke kota, maka petani
melaksanakan usahanya dengan sedikit pekerja. Oleh karena itu, untuk
mengefisienkan kegiatan usaha tani petani mulai menggunakan mesin dalam hal

14

menggantikan tenaga hewan

dan bahkan manusia, sehingga hal tersebut

mengubah pertanian tradisional menjadi pertanian komersil.


Revolusi pertanian dan industri membawa perubahan sebagai berikut :

Henry ford mengembangkan automobile

Pengenalan rotasi tanaman oleh Charles Townsend

Perolehan manfaat pengembangbiakan ternak oleh Robert Bakewell

Pengetahuan pemisahan peternakan jauh dari lahan pertanian oleh Barbed

Pembuatan traktor berbahan bakar bensin pada tahun 1892, dan lain
sebagainya.

Penerapan alat penabur benih yang diketemukan oleh Jethro Tull

Pengembangan mesin perontok gabah

Pengembangan bajak besi oleh John Deere

Pengembangan rekayasa genetik benih tanaman oleh Gregor Mendell

Pertengahan abad 20
Pada tahun 1900 mesin-mesin mulai mendominasi pekerjaan pertanian
dan dikembangkan pula alat transportasi. Dengan demikian membuka peluang
lebar bagi petani untuk memasarkan produk pertanian ke orang yang lebih banyak
lagi. Pada periode ini harga produk pertanian meningkat dan para petani pun
memiliki kehidupan yang baik dan bahkan mereka menggunakan kelebihan
pendapatan untuk melakukan penelitian dan pengembahan untuk kegiatan
pertaniannya. Beberapa perkembangan yang terjadi pada pertengahan abad 20 ini
adalah sebagai berikut :

Didirikannya sekolah tinggi pertanian The Smith-Hughes Act di Amerika


Serikat

Pemberian kredit kepada petani oleh Federal Land Banks

Terusan Panama dibuka untuk kegiatan pengangkutan, dan lain


sebagainya.

Dikembangkanya vaksin untuk ternak babi


15

Di

Indonesia,

strategi

perkembangan

agribisnis

dilakukan

dengan

mempertimbangkan kombinasi sumberdaya manusia, sumberdaya alan, dan


sumberdaya sosial melalui pengembangan pengusaha agribisnis, yang juga
dirancang untuk mempercepat pembangunan (Pambudy, 2010). Pengembangan
pengusaha agribisnis dalam

sistem dan usaha agribisnis yang terarah dan

terkendali dapat menghasilkan sandang-pangan-papan, menciptakan lapangan


kerja, mengurangi kerusakan lingkungan dan tidak menimbulkan utang baru yang
kurang produktif.
Pengembangan pengusaha dalam sistem dan usaha agribisnis dapat
diarahkan paling tidak pada lima kelompok besar (subsistem) pengembangan
yaitu (Pambudy, 2010) :
1. Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan
besar dalam lingkup subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) yakni
industri yang menghasilkan barang modal bagi pertanian (arti luas) yakni
industri perbenihan/ pembibitan (genome-DNA) tumbuhan dan hewan, industri
agrokimia (pupuk, pestisida, obat/ vaksin ternak, ikan, manusia), dan industri
agro-otomatif (mesin dan peralatan pertanian) serta industri pendukung
lainnya.
2. Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan
besar dalam sub-sistem usahatani (on-farm agribusiness) yakni kegiatan yang
menggunakan barang modal dan sumberdaya alam untuk mengasilkan
komoditas pertanian primer

tanaman pangan, pakan, serat, hortikultura,

rempah, herbal, obat-obatan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan


kehutanan.

16

Sub-Sistem

Sub-Sistem

Sub-Sistem

Sub-Sistem

Agribusnis Hulu

Usahatani

Pengolahan

Pemasaran

Tanaman obat,
pangan-rempah
dan hortikultur
Tanaman serat,
perkebunan kehutanan
Peternakanperikanan
Fungi (jamur)
Jasad renik

Industri benih,
bibit gen ternak
tanaman, ikan
Industri kimia,
agrochemical
Industri agro
otomotif,alat
dan machinery
Bio fertilizer,
herbi- pestisida

Industri makanan

Industri minuman
Industri rokok
Industri serat alam:
tekstil-biokomposit
Industri biofarma
Industri wisata,
estetika-kosmetika
Industri vaksin,
serum

Distribusi
Promosi
Informasi pasar
Intelijen pasar
Perdagangan
Struktur pasar
Areal pasar
Lelang
Pasar berjangka
Pasar modal

Sub Sistem Jasa dan Penunjang

Keuangan: perkreditan, pembiayaan, permodalan dan asuransi


Informasi, komputerisasi dan otomatisasi
Penelitian, pengembangan, pendaftaran paten dan merk
Pendidikan, pelatihan, extension and community development.
Pelabuhan, jalan,transportasi, pengiriman dan pergudangan
Konsultasi hukum: keuangan: bisnis, akuisisi, merger, take over,
perdagangan, akutansi dan investasi

Gambar 2. Pengembangan Pengusaha dalam Sistem Agribisnis (Pambudy, 2010)


3. Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan
besar

yang

bergerak

dalam

sub-sistem

pengolahan

(down-stream

agribusiness) yakni industri yang mengolah komoditas pertanian primer


(agroindustri) menjadi produk olahan antara (intermediate product) dan akhir
(finish product). Termasuk di dalamnya industri makanan, minuman, pakan,
industri dasar bahan serat (karet, pulp, kertas, kayu, rayon, komposit, benang
kapas/ sutera, barang kulit), industri biofarma, agrowisata, estetika, dan
kosmetika.
4. Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan
besar dalam subsistem jasa bagi subsistem agribisnis hulu, subsistem
usahatani dan subsistem agribisnis hilir. Dalam subsistem ini adalah jasa
keuangan, hukum, perkreditan, asuransi, transportasi (darat, laut, udara),
pergudangan, pendidikan, penelitian, pelatihan, periklanan, dan sistem
informasi-komputerasi.
17

5. Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan


besar dalam sistem yang terintegrasi mulai dari hulu-hilir sampai pemasaran
hasil komoditas pertanian, perikanan dan kehutanan (segar maupun olahan).
Termasuk didalamnya adalah kegiatan distribusi, perdagangan, promosi,
informasi pasar, serta intelijen pasar (market intelligence) agar bisa bertahan
di pasar domestik dan bersaing di pasar global.
Lebih lanjut, pengembangan sistem dan usaha agribisnis melalui pengembangan
pengusaha agtibisnis dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Peningkatan output agribisnis yang diperoleh dengan memperluas areal
usahatani dan mendiversifikasi usaha tani sesuai dengan potensi wilayah.
Hasil akhir didominasi oleh komoditas pertanian primer (bahan mentah),
sehingga kemampuan penetrasi pasar mahal-rendah, segmen pasar yang
dimasuki terbatas dan nilai tambah (pendapatan) yang dinikmati sebagian
rakyat masih juga relatif rendah. Pada tahap ini maka nilai tambah secara
ekonomis diambil oleh pihak lain (pedagang perantara/ eksportir, industrialist
dan negara lain yang bisa memanfaatkan barang mentah atau setengah jadi
menjadi barang jadi, end product). Jika terjadi pengembangan pengusaha
agribisnis maka terjadi percepatan penguasaan untuk membuat produk
bernilai tambah sehingga pembentukan modal dapat makin tinggi.
2. Penggunaan barang-barang modal dan SDM lebih (semi) terampil (capital
and semi-skill labor based) atau capital-driven pada setiap subsistem
agribisnis. Pada tahap ini antara lain ditandai oleh peningkatan produktivitas
dan nilai tambah sebagai sumber pertumbuhan total output agribisnis.
Pertumbuhan total output terjadi akibat peningkatan penggunaan barang
modal (mesin, peralatan dan bahan pendukung) dan peningkatan mutu
sumber daya manusia. Sedangkan dari segi hasil akhir agribisnis, tahap ini
dicirikan oleh dominasi produk agribisnis olahan (diversivikasi produk) yang
sesuai dengan permintaan pasar. Pada tahap ini penetrasi pasar meningkat,
segmen pasar yang dimasuki meluas (pangsa pasar meningkat) dan nilai
tambah (pendapatan) yang dinikmati masyarakat meningkat. Pada tahap ini,

18

jika jumlahnya cukup banyak pengusaha sudah mampu memberikan


sumbangan besar dalam pengembangan ekonomi nasional.
3.

Melalui ilmu pengetahuan dan teknologi dan SDM terampil (knowledge and
skill labor based) atau innovationdriven. Pada tahap ini ditandai dengan
peningkatan produktivitas dan nilai tambah yang makin besar akibat inovasiteknologi dan SDM terampil pada seluruh subsiste agribisnis. Sedangkan
pada produk akhir agribisnis ditandai oleh peningkatan pangsa produk yang
bernilai tambah tinggi (high value), diversifikasi produk sesuai dengan
segmen-segmen pasar yang berkembang, sehingga pendapatan yang diterima
juga akan semakin meningkat. Innovation driven dilakukan melalui ekayasa
keuangan, sosial, ekonomi, hukum, teknologi dan sistem informasi. Melalui
rekayasa keuangan dan sistem informasi canggih para pengusaha negara
maju mampu memobilisasi uang dari manapun dan menciptakan pasar global
dalam jumlah besar serta waktu yang bersamaan. Melalui rekayasa hukum
para pengusaha negara maju sering dengan mudah menguasai kepemilikan
asset yang tangible (lahan, bangunan, uang, barang) dan yang intangible
(paten, lisensi, hak penguasaan, penjaminan, penjualan, penyewaan,
pemakaian dan hak hak lain yang bisa menimbulkan keuntungan luar biasa).
Melalui pengembangan teknologi, bioteknologi yang paling canggih para
pengusaha

tersebut bisa memanfaatkan teknologi pemetaan gen dan

teknologi nano dari sumberdaya di luar batas negaranya.

KARAKTERISTIK DAN RUANG LINGKUP AGRIBISNIS

Karakteristik Agribisnis
Karakteristik agribisnis tidak terlepas dari proses agribisnis itu sendiri. Oleh
karena itu, sebelum memahami karakteristiknya, terlebih dulu harus memahami
proses agribisnis. Karena agribisnis merupakan kegiatan produksi atau operasi
maka proses agribisnis juga sama dengan proses produksi. Proses produksi
merupakan kegiatan yang mentransformasikan input menjadi output. Tujuan
19

kegiatan produksi ini adalah menciptakan dan menambah utilitas suatu barang
atau jasa.
Berdasarkan sifat alam dan jenis proses karakteristik agribisnis terdiri atas :
1. keragaman struktur, perilaku, dan kinerja agribisnis
2. keragaman produksi yang dihasilkan
3. adanya intervensi pemerintah karena produk agribisnis bersifat
strategis
4. pengembangan teknologi biasanya didanai pemerintah
5. struktur pasar produk agribisnis mendekati pasar bersaing sempurna.
Agribisnis merupakan kegiatan ekonomi tertua dalam bentuk intervensi manusia
terhadap alam, maka karakteristik agribisnis selain dipengaruhi oleh sifat-sifat
alam dan jenis proses produksi, tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan
peradaban manusia. Saragih (1998) mengemukakan lima karakteristik penting
agribisnis yang membedakannya dari bisnis lain :
1.

Keunikan dalam aspek sosial, budaya, dan politik.


Keberagaman sosial-budaya manusia turut membentuk keberagaman
struktur, perilaku, dan kinerja agribisnis. Keberagaman ini dapat diamati
baik dari segi produsen maupun konsumen. Sebagai contoh yaitu, jenis
usahatani rakyat di Jawa dan Bali didominasi oleh usahatani lahan sawah,
sementara di luar Jawa dan Bali jenis usahatani yang menonjol adalah
perkebunan rakyat. Petani asal etnis Bali yang terkenal ulet dan tekun relatif
lebih berhasil dalam mengembangkan agribisnis di wilayah transmigrasi
dari pada etnis lain untuk komoditas yang sama. Fragmentasi lahan
pertanian terjadi di Indonesia, tetapi tidak di Jepang karena di negara ini
hanya anak pertama yang berhak mewarisi lahan pertanian sedangkan di
Indonesia semua anak berhak mewarisi. Dari segi konsumen, keberagaman
sosial budaya konsumen mempengaruhi konsumsi pangan yang selanjutnya
mempengaruhi agribisnis yang berkembang.

2.

Keunikan karena adanya ketidakpastian (uncertainty) dalam produksi


pertanian yang berbasis biologis.
20

Ilmu genetika menunjukkan bahwa variasi produksi tanaman dipengaruhi


oleh variasi genetik, lingkungan (macroclimate dan microclimate), dan
interaksi genetik dengan lingkungan. Berdasarkan ketiga faktor ini dikenal
berbagai macam komoditas agribisnis tropis dan subtropis; komoditas
agribisnis yang memiliki toleransi lingkungan yang luas (misalnya ubi
jalar), komoditas spesifik lokasi (kelapa sawit, sapi perah, dll). Bahkan
untuk komoditas yang sama, misalnya jeruk, dikenal rasa yang beraneka
macam dari pahit sampai yang paling manis. Dengan dasar biologis juga
dikenal bahwa produk pertanian bersifat voluminous (banyak makan ruang/
tempat), bulky (volume besar tetapi bernilai rendah), dan perishable (mudah
rusak/ busuk) yang membedakannya dengan produk-produk non-agribisnis.
3.

Keunikan dalam derajat atau intensitas campur tangan politik dari


pemerintah.
Produk-produk agribisnis khususnya bahan pangan merupakan kebutuhan
dasar (basic needs) dan sering dipandang sebagai komoditas politik
sehingga sering diintervensi oleh politik pemerintah.

4.

Keunikan dalam kelembagaan pengembangan teknologi.


Peranan sektor agribisnis yang sangat penting dalam setiap negara
menyebabkan pengembangan teknologi pada sektor ini menjadi salah satu
bentuk layanan umum yang disediakan oleh pemerintah. Di Indonesia
misalnya, kelembagaan pengembangan teknologi di bidang agribisnis,
seperti Balai Penelitian Padi di Sukamandi, dibiayai oleh anggaran
pemerintah. Hal ini berbeda dengan industri non-agribisnis yang pada
umumnya dibiayai oleh perusahaan swasta itu sendiri.

5.

Perbedaan struktur persaingan.


Agribisnis merupakan satu satunya sektor ekonomi yang paling banyak
melibatkan pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi pada sektor agribisnis,
produsen, dan konsumen pada umumnya berukuran relatif kecil
21

dibandingkan dengan besarnya pasar. Selain itu, hampir semua komoditas


agribisnis memiliki produk substitusi. Komoditi bahan pangan sumber
karbihidrat misalnya memiliki ratusan jenis. Demikian juga terdapat
puluhan jenis komoditas sumber protein, vitamin, dan mineral. Karakteristik
seperti ini menunjukkan bahwa struktur pasar agribisnis lebih mendekati
struktur pasar persaingan sempurna. Hal ini berbeda dengan struktur pasar
pada industri lain yang pada umumnya berkisar antara struktur pasar
monopolistik atau monopsonistik hingga oligopolistik atau oligopsonistik.

RUANG LINGKUP AGRIBISNIS


Ruang lingkup sistem agribisnis dikemukakan oleh Davis dan Golberg,
Sonka dan Hudson, Farrell dan Funk yaitu: Agribusiness included all operations
involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production
operation on the farm; the storage, processing and distribution of farm
commodities made from them, trading (wholesaler, retailers), consumer to it, all
non farm firms and institution serving them. Pendapat ini menunjukkan bahwa
agribisnis adalah suatu sistem. Berdasarkan pendapat ini, Saragih mengemukakan
bahwa sistem agribisnis terdiri atas empat subsistem, yaitu:
a)

subsistem agribisnis hulu atau downstream agribusiness


Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input factor
subsystem). Dalam pengertian umum subsistem ini dikenal dengan
subsistem pengadaan sarana produksi pertanian. Kegiatan subsistem ini
berhubungan

dengan

pengadaan

sarana

produksi

pertanian,

yaitu

memproduksi dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan


usahatani atau budidaya pertanian (on-farm agribusiness).
b)

subsistem agribisnis usahatani atau on-farm agribusiness,


Subsistem usahatani atau budidaya pertanian disebut juga subsistem
produksi pertanian (production subsystem). Kegiatan subsistem ini adalah
melakukan usahatani atau budidaya pertanian dalam arti luas. Istilah
22

pertanian selama ini lebih banyak mengacu pada subsistem produksi.


Kegiatan subsistem ini menghasilkan berbagai macam komoditas primer
atau bahan mentah.
c)

subsistem agribisnis hilir atau upstream agribusiness,


Subsistem agribisnis hilir terdiri atas dua macam kegiatan, yaitu pengolahan
komoditas primer dan pemasaran komoditas primer atau produk olahan.
Kegiatan pengolahan komoditas primer adalah memproduksi produk olahan
baik produk setengah jadi maupun barang jadi yang siap dikonsumsi
konsumen dengan menggunakan bahan baku komoditas primer. Kegiatan ini
sering juga disebut agroindustri. Contoh kegiatan pengolahan komoditas
primer yang menghasilkan produk antara adalah pabrik tepung terigu,
maezena, tapioka, dan sebagainya. Contoh kegiatan komoditas primer yang
menghasilkan barang jadi adalah pabrik makanan dan minuman sari buah
atau sirup. Kegiatan pemasaran berlangsung mulai dari pengumpulan
komoditas primer sampai pengeceran kepada konsumen.

d)

subsistem jasa layanan pendukung agribisnis atau supporting institution.


Subsistem jasa layanan pendukung atau kelembagaan penunjang agribisnis
adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi mendukung dan melayani serta
mengembangkan kegiatan ketiga subsistem agribisnis yang lain. Lembagalembaga yang terlibat dalam kegiatan ini adalah penyuluhan, konsultan,
keuangan, dan penelitian. Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan
layanan informasi dan pembinaan teknik produksi, budidaya, dan
manajemen. Lembaga keuangan seperti perbankan, modal ventura, dan
asuransi memberikan layanan keuangan berupa pinjaman dan penanggungan
risiko usaha (khusus asuransi). Lembaga penelitian baik yang dilakukan
oleh balai-balai penelitian atau perguruan tinggi memberikan layanan
informasi teknologi produksi, budidaya, atau teknik manajemen mutakhir
hasil penelitian dan pengembangan.

23

Berdasarkan pandangan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem dapat


terlihat dengan jelas bahwa subsistem-subsistem tersebut tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi saling terkait satu dengan yang lain. Subsistem agribisnis hulu
membutuhkan umpan balik dari subsistem usahatani agar dapat memproduksi
sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan budidaya pertanian. Sebaliknya,
keberhasilan pelaksanaan operasi subsistem usahatani bergantung pada sarana
produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hilir. Selanjutnya, proses
produksi agribisnis hilir bergantung pada pasokan komoditas primer yang
dihasilkan oleh subsistem usahatani. Subsistem jasa layanan pendukung, seperti
telah dikemukakan, keberadaannya tergantung pada keberhasilan ketiga subsistem
lainnya. Jika subsistem usahatani atau agribisnis hilir mengalami kegagalan,
sementara sebagian modalnya merupakan pinjaman maka lembaga keuangan dan
asuransi juga akan mengalami kerugian. Gambaran besar mengenai ruang lingkup
agribisnis dapat disajikan pada Gambar 3 berikut.

24

Industri Agribisnis

Output Perusahaan
Agribisnis

Pasokan Input
Agribisnis

Produk sampingan
pertanian, minyak,
daging, dedak, biji

Pakan
Impor
Bibit/ benih
Mesin dan peralatan

Pemasaran
Transportasi
Makanan olahan

Petani
Uang

Pengolahan

Makanan non olahan

Ekspor

Minuman

Susu
Transportasi
Pupuk
Kesehatan Hewan
Pestisida
Pedagang besar
Energi
Bahan kimia
Kontainer
Asuransi

Ternak
Tekstil
Unggas
Hewan lainnya

Hewan ternak
berukuran kecil

Kayu dan Kertas


Pedagang besar dan
eceran

Tanaman
Hutan

Pedagang perantara

Benih/ bibit

Grosir

Buah dan Sayur


Tanaman lainnya

Jenis lain

Makanan siap saji dan


restoran lain

Penelitian
Ilmu pengetahuan
Teknik
Pendidikan
Dan lain-lain

Gambar 3. Gambaran Besar Agribisnis (Ricketts and Rawlins, 2001)

25

PENDEKATAN SISTEM DALAM AGRIBISNIS


Pendekatan sistem diperlukan untuk memahami kompleksitas agribisnis
sebagai : suatu sistem, praktek bisnis, paradigma pembangunan pertanian,
keilmuan sehingga tujuan agribisnis dapat tercapai. Penggambaran sistem
agribisnis yang bertitik pangkal pada on farm (usaha tani) sangat membantu untuk
mendiagnosis, mendisain dan mengembangkan agribisnis. Pendekatan sistem
akan memberikan penjelasan atau gambaran bagian terkecil (elemen) pembentuk
subsistem karena pendekatan sistem akan berusaha untuk mencari pengertian
agribisnis secara keseluruhan melalui pengetahuan pada bagian-bagiannya,
dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang holistik, general dan terpadu.
Definisi Sistem
Sistem secara sederhana didefinisikan seperangkat hubungan dan interaksi
yang bertanggungjawab memunculkan karakteristik (Bellinger, 2000). Law and
Kelton (2000) mengartikan sistem sebagai sekumpulan entitas yang bertindak dan
berinteraksi bersama-sama untuk memenuhi tujuan akhir yang logis. Kehadiran
sebuah sistem dapat diketahui dari fenomena yang muncul dan perilaku dalam
kurun waktu tertentu membentuk suatu struktur. Pendekatan sistem ini juga dapat
disebut pendekatan cybernetic, dimana segala sesuatu tidak digambarkan per
baikan, tetapi harus dalam satu jaringan dan satu hubungan.
Sistem terdiri atas subsistemdan semua sistem memiliki karakteristik umum
tertentu, tunduk pada prinsip sistem, dan harus dipahami dan dipelajari secara
keseluruhan, bukan hanya salah satu bagian/ satu subsistem saja. Bellinger (2000)
menunjukkan bahwa dalam konteks sistem, model adalah penyederhanaan sistem
nyata agar lebih mudah dipahami mekanisme kerjanya (Wainwright and Mulligan,
2004).
Sistem nyata tidak bersifat statis, tetapi segala sesuatunya selalu berubah
sejalan berubahnya waktu, bersifat kompleks dengan adanya hubungan sebabakibat unsur-unsur yang menyusunnya, dan bersifat non linear dimana akibat

26

dapat mempengaruhi sebab, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, diperlukan
model untuk membantu dan memahami dan menyelesaikan masalah.
Dalam analisis sistem, kita perlu memahami hubungan antara entitas yang
mungkin atau tidak mungkin mempengaruhi hubungan dengan entitas lain dan
mengetahui juga sifat sebenarnya dari masing-masing entitas. Hubungan dalam
sistem ini terbagi menjadi dua yaitu saling memperkuan dan balancing. Contoh
dari sistem ini adalah sistem sosial seperti yang digambarkan sebagai berikut.

Input

Proses

Proses

Gambar 4. Model Sistem sederhana


Gambar ini menjelaskan

bahwa masukan (input) digunakan untuk mencapai

sesuatu atau untuk mengubah sesuatu melalai suatu proses, dengan demikian
menghasilkan suatu output (produk), tujuan, proposal, hal/ situasi, bahkan kinerja
yang

diinginkan.

Menurut

pendekatan

ini,

lima

elemen

yang

harus

dipertimbangkan dalam menentukan sistem adalah input (apa yang datang dari
luar ke dalam sistem), output (apa yang meninggalkan sistem dan berjalan diluar
sistem), dan proses (transformasi yang terjadi di dalam sistem), batas-batas (yang
menentukan perbedaan antara sistem dan pengaturan sistem), dan lingkungan
(skenario, pengaturan, lingkungan, konteks) yang merupakan bagian dari yang
dapat diabaikan dalam analisis sistem (kecuali dimana hal ini berinteraksi dengan
sistem). Sebagai contoh dari elemen-elemen ini adalah orang, teknologi, modal,
bahan, data, peraturan, dan sebagainya. Lebih lanjut, unsur penting lainnya dari
teori sistem adalah sistem hierarki, sistem negara,

informasi dan orientasi

terhadap tujuan global. Jika sifat proses (apa yang terjadi di dalam sistem),
hubungan timbal balik, atau komponen tidak diketahui, maka diterapkan konsep
black box. Contoh kasusnya adalah ketika konsumsi bahan bakar dan produksi
CO2 dalam rantai pertanian diketahui, maka pola konsumsi, aliran internal, dan
konsumen (komponen dan hubungan) sering tidak diketahui/ diabaikan. Contoh
lain adalah berhubungan dengan pendekatan sistem untuk kualitas makanan dan
27

keamanan, adalah ketika pembuat kebijakan meminta industri untuk mengirimkan


produk berkualitas (output) tanpa memperhatikan input (bahan baku, jasa, dll) dan
proses di dalam bisnis itu. Hubungan antara komponen dalam sistem mungkin
subsistem dari sistem yang sama dan mungkin juga berhubungan dan berinteraksi
dengan cara yang berbeda. Salah satu cara sederhana untuk mengggambarkan
perbedaan white box atau transparent box dengan subsistem dalam batas
sistem dynamic (sistem yang lebih besar), yang bertentangan dengan konsep
black box dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 5. Model Dinamik transparent box


Dari Gambar diatas dapat simpulkan bahwa anak panah elips yang
menghubungkan subsistem menunjukkan interaksi dan hubungan antara mereka
yang bersifat dinamis, dan karena itu tidak direpresentasikan sebagai garis lurus.
Garis penuh mewakili batas tertentu suatu keadaan, garis putus-putus mewakili
batas keadaan lainnya, sebagai akibat dari prinsip-prinsip yang mengatur sistem.
Dari semua konsep diatas menunjukkan bahwa sistem memiliki struktur hirarki
dengan tingkat yang berbeda. Struktur sistem adalah seperangkat hubungan
kompleks antar komponen dan subsistem yang dalam jangka waktu lama
menentukan tujuan dan hasil umum dari seluruh sistem.
Keuntungan dari penerapan analisis sistem yang berasal dari teori sistem
adalah bahwa prinsip-prinsip berlaku untuk semua jenis sistem, yaitu untuk semua
jenis organisasi. Organisasi dalam suatu sistem berfungsi mengatur prinsip untuk
aspek-aspek seperti pengambilan keputusan, penentuan masalah, pemaksimalan
28

pengawasan, dan operasi sistem. Pendekatan sistem yang merupakan cara berpikir
atau sikap mental yang difokuskan pada pemahaman bagaimana sesuatu itu
bekerja, berperilaku dan saling berhubungan dapat dijadikan alat yang sangat
penting untuk membuat strategi dalam rangka meningkatkan daya saing. Dalam
dunia nyata, peternakan, agroindustri, bisnis ritel perlu memahami pendekatan
sistem untuk bertahan di setiap perubahan bisnis.
Pendekatan sistem ini pada dasarnya memilih input dan mengetahui efek,
parameter, dan pengaruh perilaku dalam sistem yang dapat mengubah hasil output
yang diinginkan. Dari sudut pandang para ahli, pendekatan ini akan
mengidentifikasi variabel independen dan mentransformasikannya menjadi
variabel dependen, satu set parameter, dan batasan-batasan.
Dalam lingkup persoalan agribisnis, pendekatan sistem pelaku usaha
memperoleh gambaran yang dapat menjelaskan apa batasan sistem agribisnis;
adanya batasan berarti ada lingkungan luar, seperti apa gambaran lingkungan luas
sistem agribisnis, apa elemen-elemen pembentuknya, bagaimana bentuk
hubungan antara elemen, bagaimana hubungan antara elemen dengan sistem, apa
saja inputnya, apa yang menjadi outputnya, bagaimana prosesnya, termasuk
menjelaskan tujuan dan sasaran sistem agribisnis.
Salah satu penerapan kerangka berpikir tentang pendekatan sistem
agribisnis dapat dilihat pada pendekatan dinamika sistem (system dynamics) yang
ditunjukkan melalui diagram sebab akibat dari persoalan keterkaitan sistem rantai
pasok industri perberasan dengan ketahanan pangan dalam dimensi spasial Jawa
Barat berikut ini. Hal utama yang dilakukan adalah pembuatan diagram sebab
akibat yang menggambarkan struktur pembentuk sistem dan memahami
kompleksitas interpedensi berbagai variabel yang terdapat dalam struktur sistem
rantai pasok industri perberasan dan ketahanan pangan Jawa Barat. Diagram sebab
akibat tersebut disajikan pada Gambar 6 berikut ini.

29

Harga Beras di
Sentra Produksi
+

Konsumsi Beras
Petani di Sentra

+
Produksi Gabah di
Sentra

Harga Beras di
Pasar Cipinang
-

+
Produksi Beras di
Sentra Produksi

Populasi Penduduk
Jawa Barat
+
Ketersediaan Beras
di Jawa Barat

Tingkat Kelahiran di
Jawa Barat

Persediaan Beras di
Pasar Cipinang
+

Persediaan Beras di
Jawa Barat
+

+
Distribusi Beras+ke
Pasar Cipinang

+
Konsumsi Beras
Penduduk Jawa Barat
+

Persediaan Beras di
Sentra Produksi
-

+
Distribusi Beras antar
Daerah Jawa Barat

Gambar 6. Sebab akibat Sistem Rantai Pasokan Industri Perberasan Dalam Mewujudkan
Ketahanan Pangan Jawa Barat (Perdana, dkk., 2009)

Berdasarkan Gambar 3 diatas, setiap sentra budidaya padi di Jawa Barat


melakukan produksi untuk menghasilkan gabah. Pertambahan produksi gabah di
sentra produksi akan menambah produksi beras di sentra produksi. Jumlah
produksi beras yang dihasilkan penggilingan beras akan menentukan jumlah
persediaan beras di sentra produksi. Semakin banyak produksi beras yang
dihasilkan penggilingan beras di sentra produksi maka akan semakin bertambah
pula persediaan beras di sentra produksi.
Penggilingan beras berharap persediaan beras yang dimiliki secepatnya bisa
terjual karena persediaan menimbulkan biaya dan risiko. Dalam hal ini,
penggilingan beras pada setiap wilayah sentra produksi menetapkan prioritas
utama tujuan pemasaran berasnya ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) karena
harga pembelian paling tinggi dan waktu pembayaran relatif singkat. Berdasarkan
hal tersebut, semakin banyak persediaan beras di sentra produksi maka distribusi
beras ke PIBC akan meningkat. Terkait dengan hal tersebut, jumlah beras yang
30

didistribusikan ke PIBC akan mengurangi jumlah persediaan beras di sentra


produksi. Keterkaitan persediaan beras di sentra produksi dengan distribusi beras
ke PIBC ini membentuk umpan balik negatif yang menghasilkan perilaku ke arah
kesetimbangan.
Penggilingan beras di sentra produksi tidak dapat mengirimkan semua hasil
produksinya ke PIBC, karena apabila keputusan tersebut dilakukan makan akan
terjadi kelebihan pasokan dan persediaan beras di PIBC yang mengakibatkan
harga beras PIBC turun. Penurunan harga beras di PIBC berdampak pada harga
beras di sentra produksi.
Dalam upaya menghindari kondisi tersebut, penggilingan beras memasarkan
berasnya ke daerah lain di Jawa Barat. Semakin banyak persediaan beras di sentra
produksi maka distribusi beras antar daerah Jawa Barat akan semakin banyak.
Interaksi antara persediaan beras di sentra produksi dan distribusi beras antar
daerah Jawa Barat akan membentuk perilaku kesetimbangan. Hal tersebut karena
distribusi daerah Jawa Barat akan mengurangi persediaan beras di sentra produksi.
Jumlah beras dari sentra produksi yang didistribusikan ke daerah lain Jawa
Barat akan menentukan jumlah persediaan beras di Jawa Barat. Distribusi beras
antara daerah Jawa Barat yang bertambah akan menyebabkan persediaan beras di
Jawa Barat berjambah juga.
Salah satu komponen pembentuk ketahanan pangan adalah ketersediaan
pangan. Dalam diagram sebab akibat sistem rantai pasok industri perberasan
dalam mewujudkan ketahanan pangan Jawa Barat terlihat bahwa semakin banyak
persediaan beras di Jawa Barat akan meningkatkan ketersediaan beras di Jawa
Barat. Ketersediaan beras tersebut akan menentukan besaran distribusi beras antar
daerah Jawa Barat. Dengan demikian, akan terbentuk umpan balik negatif dari
interaksi distribusi beras antar daerah Jawa Barat dengan persediaan dan
ketersediaan beras di Jawa Barat.
Jumlah ketersediaan beras di Jawa Barat ditentukan oleh besaran konsumsi
beras penduduk Jawa Barat. Semakin bertambah konsumsi beras penduduk Jawa
Barat maka akan mengurangi ketersediaan beras di Jawa Barat. Faktor pembentuk
31

konsumsi beras penduduk di Jawa Barat adalah jumlah populasi penduduk Jawa
Barat dan konsumsi beras yang dilakukan petani di sentra produksi. Semakin
besar konsumsi beras petani maka akan menambah konsumsi beras penduduk
Jawa Barat. Demikian juga dengan haknya dengan jumlah populasi penduduk
Jawa Barat akan menambah jumlah konsumsi beras penduduk Jawa Barat.
Dalam sistem rantai pasok industri perberasan terdapat keterkaitan antar
pasar dengan sentra produksi. Persediaan beras di PIBC menentukan harga beras
di PIBC, semakin banyak persediaan beras di PIBC maka harga beras di PIBC
akan turun. Selanjutnya, penurunan harga beras di PIBC tersebut berdampak pada
penurunan harga beras di sentra produksi.
Harga beras di sentra produksi akan menentukan produksi gabah dan beras
di sentra produksi. Dalam kurun waktu tertentu, semakin tinggi harga beras di
sentra produksi maka produksi gabah dan beras di sentra produksi akan
bertambah. Terkait dengan aspek ketahanan pangan, meningkatnya harga beras di
sentra produksi akan menentukan jumlah konsumsi beras yang dilakukan keluarga
petani di sentra produksi.
Interaksi sistem rantai pasok industri perberasan dengan ketahanan pangan
Jawa Barat membentuk umpan balik negatif. Kondisi tersebut akan menghasilkan
perilaku yang mengarah pada kesetimbangan. Kesetimbangan tersebut terjad
karena adanya tujuan dari sistem. Demikian juga halnya dengan keterkaitan
spasial anatara sentra produksi dan pasar, interaksinya menghasilkan umpan balik
negatif.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI AGRIBISNIS


Pengembangan teknologi berbasis pertanian yang dapat dicirikan melalui


inovasi dan introduksi alat atau mesin pertanian untuk proses produksi mulai dari
prapanen hingga pascapanen merupakan masalah yang penting. Hal tersebut
disebabkan karena modernisasi pertanian yang dilandasi sistem agribisnis atau
32

agroindustri sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional demi


mewujudkan kesejahteraan rakyat dan swasembada pangan, haruslah dikelola
secara efektif dan efisien dalam setiap penggunaan sarana produksi ( bibit, pupuk,
obat, dan peralatan ) untuk mencapai produktifitas, kualitas, dan keuntungan yang
maksimal. Kondisi ini dapat terwujud apabila pengembangan teknologi pertanian
beserta perangkat pendukungnya benar-benar diperhatikan secara serius.
Teknologi tidak bisa dilepaskan dari gerakan revolusi hijau. Teknologi yang
terus dikembangkan, terutama kegiatan riset, akan membawa pertanian menuju
efisiensi dan peningkatan produktifitas. Esensi riset dan pengembangan amat
identik dengan kemajuan suatu bangsa karena teknologi dapat menekan biaya
produksi meingkatkan produktifitas dan mendorong tingkat efisiensi (Arifin,
2004). Sementara itu, produktivitas dimaksudkan sebagai suatu ukuran efisiensi
yang berupa rasio produk dengan faktor produksi tertentu. Inovasi baru atau
perubahan teknologi umumnya mampu menaikkan tingkat produksi sekaligus
produktifitasnya. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pengembangan
teknologi ditujukan untuk memacu peningkatan produktivitas pertanian.
Secara umum dapat dikatakan bahwa teknologi pertanian digunakan untuk
mengembangkan produksi pertanian dan mengembangkan metode pengolahan,
pengangkutan, dan pendistribusian produk-produk pertanian. Perkembangan
teknologi merupakan suatu elemen penting dalam upaya peningkatan daya saing
melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi. Dan untuk mencapai hal itu,
teknologi industri pertanian harus melakukan inovasi teknologi yang akan mampu
bersaing di pasar internasional.
Perkembangan

dan

pemanfaatan

teknologi

dalam

pengembangan

agribisnis saat ini berlangsung sangat cepat, namun memiliki efek bola salju.
Zaman dahulu petani Amerika melakukan kegiatan pertaniannya menggunakan
kuda/ kedelai, namun saat ini kegiatan dilakukan menggunakan traktor.
Penggunaan traktor ini membuat para petani melakukan pekerjaan lebih berat
dalam

beberapa

jam

dibandingkan

teknologi

sebelumnya

yang

biasa

menyelesaikannya dalam seminggu. Beberapa contoh perkembangan teknologi


agribisnis dapat dijelaskan sebagai berikut :
33

The Global Positioning System (GPS)


GPS merupakan teknologi yang menggunakan satelit agar dapat melihat
lahan dan tanaman pertanian secara spesifik. GPS pada awalnya dibuat
untuk sistem pertahanan Amerika, dimana sistem ini terdiri atas 24 satelit
yang mengelilingi bumi dalam 24 jam dan mengorbit 10.900 mil diatas
bumi. GPS pada aktivitas pertanian bermanfaat untuk memberikan
gambaran komputerisasi yang akan membantu manajemen usaha tani dan
meningkatkan produktivitas lahan.
GPS juga dapat membantu pelaku pertanian untuk memetakan lahan.
Infrared yang ada pada GPS tersebut dapat membedakan tanaman yang
sehat, menemukan titik masalah, dan mengenali gulma, dan area yang hasil
berproduksi rendah. Dengan pemetaan lahan menggunakan GPS, petani
mendapatkan informasi yang dapat membantu mereka membuat keputusan
yang akan meningkatkan produktivitas oleh penggunaan manajemen yang
baik di seluruh area lahan. Penggunaan teknologi ini tidak hanya
menurunkan biaya produksi tetapi meningkatkan tingkat ketelitian yang
dapat

meningkatkan

produktivitas,

kualitas

produk,

dan

efisiensi

penggunaan bahan kimia. Ketelitian ini juga memberikan informasi spesifik


mengenai tempat yang bermanfaat membantu mengurangi dampak
lingkungan yang tidak diinginkan akibat aktivitas pertanian, membantu
konservasi energi, serta perlindungan terhadap tanah dan air tanah.

Rekayasa Genetik
Rekayasa genetik dilakukan dengan memasukan gen yang diinginkan pada
kromosom mahkluk hidup. Rekayasa genetik ini memberikan beberapa
keuntungan di bidang pertanian sebagai berikut :
1.

Mentransformasi gen tunggal


Metode ini dilakukan oleh para peneliti dengan menyilangkan
beberapa gen tanaman untuk menghilangkan sifat atau karakteristik
yang tidak diinginkan. Dengan rekayasa genetik ini peneliti dapat
mentransfer gen tunggal yang diinginkan ke gen tanaman lain tanpa
34

mengubah gen asal tanaman tersebut. Dengan demikian pembudidaya


memperoleh varietas yang lebih variatif.
2.

Mentransfer gen ke tanaman yang tidak sejenis


Dengan rekayasa genetik, transfer tidak hanya dilakukan kepada
tanaman dengan jenis yang sama, melainkan bisa juga mentransfer
gen tanaman yang diinginkan ke tanaman lain meskipun penerima gen
tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan tanaman donor. Contoh
rekayasa genetik ini adalah transfer gen bakteri ke tanaman, gen
tanaman ke bakteri, dan gen hewan ke tanaman.

3.

Menciptakan hibrida dari tanaman yang tidak dapat melakukan


penyerbukan silang
Contoh : tomat yang disilangkan dengan kentang

4.

Menciptakan tanaman tahan penyakit

5.

Menciptakan tanaman yang beracun bagi serangga tetapi tidak bagi


manusia

6.

Menciptakan tanaman yang tolerasi terhadap herbisida

7.

Gene Splicing, dalam penerapannya, teknologi Gene Splicing


menggunakan enzim tertentu untuk memindahkan suatu gen dari
posisinya dalam kromosom dan menggantikannya dengan yang lain.
Gene Splicing membiarkan peneliti untuk mengontrol langsung
perubahan genetik dengan cara yang lebih baik dan cepat.

Pengendalian Hama Terpadu


Pengendalian Hama Terpadu adalah teknologi pengendalian hama yang
didasarkan prinsip ekologis dengan menggunakan berbagai teknik
pengendalian yang sesuai antara satu sama lain sehingga populasi hama
dapat dipertahankan di bawah jumlah yang secara ekonomis tidak
merugikan

serta

mempertahankan

kesehatan

lingkungan

dan

menguntungkan bagi pihak petani. Secara umum pengendalian hama


terpadu tersebut digolongkan kepada lima cara yaitu: fisik dan mekanik,
penggunaan varietas tahan, bercocok tanam, biologi, dan kimia.
35

1)

Pengendalian hama dan penyakit dengan penggunaan varietas tahan


Penggunaan varietas tahan merupakan usaha pengendalian hama atau
penyakit yang mudah dan murah bagi petani. Penggunaan varietas
tahan telah terbukti dapat mengurangi kehilangan hasil, namun
penggunaan varietas tahan yang memiliki gen ketahanan yang tunggal
akan memacu timbulnya biotipe dan strain atau ras-ras baru yang akan
lebih berbahaya. Untuk itu dianjurkan melakukan pergiliran varietas
atau melakukan penanaman varietas tanaman yang memiliki berbagai
tingkat ketahanan.

2)

Pengendalian hama dan penyakit dengan dilakukan secara fisik dan


mekanik.Pengendalian hama atau penyakit dengan cara ini biasanya
dilakukan pada usaha pertanian dalam skala kecil atau dalam rumah
kawat atau rumah kaca. Pengendalian hama atau penyakit dengan fisik
adalah penggunaan panas dan pengaliran udara. Sedangkan mekanik
adalah usaha pengendalian dengan cara mencari jasad perusak
tanaman, kemudian memusnahkannya. Cara ini dapat dilakukan
dengan tangan atau menggunakan alat berupa perangkap.

3)

Pengendalian hama dan penyakit dengan dilakukan dengan cara


bercocok tanam Berbagai usaha dalam bercocok tanam dapat menekan
perkembangan jasad pengganggu tanaman, mulai dari pengolahan
tanah, jarak tanam, waktu tanam, pengaturan pengairan, pengaturan
pola tanam, dan pemupukkan.

4)

Pengendalian

hama

dan

penyakit

dengan

secara

biologi

Penggunaan musuh alami serangga hama berupa predator dan


parasitoid (parasit serangga hama) telah lama dilakukan, tetapi
keberhasilanya belum optimal, dan pada umumnya digunakan untuk
pengendalian hama, sedangkan untuk pengendalian penyakit masih
belum banyak dilakukan. Pengendalian secara biologi yang bisa
dilakukan oleh petani adalah :
- Menciptakan iklim mikro yang lebih mendukung pertumbuhan dan
perkembangan dari musuh alami hama di lahan pertaniannya.

36

- Menanam tanaman dengan varietas yang tahan terhadap hama dan


penyakit
- Melakukan pola bercocok tanam yang menguntungkan bagi musuh
alami misalnya dengan tumpang sari, atau melakukan bera terhadap
tanah garapan dan cara- cara yang lain.
- Melakukan pengendalian hama secara fisik terlebih dahulu sebelum
memutuskan menggunakan pestisida.
- Pilih Pestisida alami/ Pestisida Nabati terlebih dahulu sebelum
memutuskan untuk menggunakan pestisida kimia, karena pestisida
alami/ Pestisida nabati biasanya lebih ramah terhadap musuh alami
hama, dan mematikan terhadap hamanya.
- Melakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida yang
selektif hanya membunuh serangga hamanya saja, dan dampak
pestisida tersebut berdampak negatif sedikit pada musuh alami
serangga hama.
- Mengembangbiakkan musuh alami hama.
5)

Pengendalian Hama dan Penyakit dengan cara Kimiawi


Penggunaan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan penyakit
sangat jelas tingkat keberhasilannya. Penggunaan pestisida kimia
merupakan usaha pengendalian yang kurang bijaksana, jika tidak
dikuti dengan tepat penggunaan, tepat dosis, tepat waktu, tepat
sasaran, tepat jenis dan tepat konsentrasi. Keadaan ini yang sering
dinyatakan sebagai penyebabkan peledakan populasi suatu hama.
Karena itu penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama dan
patogen perlu dipertimbangkan, dengan memperhatikan tingkat
serangan, ambang ekonomi, pengaruhnya terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia dan hewan.

Selain teknologi diatas, beberapa contoh perkembangan teknologi agribisnis


lainnya adalah kloning, kultur jaringan, pertanian organik, pemanfaatan hormon,
hidroponik dan aeroponik, teknologi manajemen elektronik dan komputer,
teknologi mesin pada industri pertanian, dan lain sebagainya.
37

Teknologi sebagai salah satu sumberdaya produksi harus dapat digunakan secara
tepat, yang meliputi jenis teknologi dan skala aplikasinya. Oleh karena itu, perlu
pengelolaan teknologi yang efektif, mulai dari perencanaan teknologi,
pengorganisasian teknologi, pelaksanaan aplikasi teknologi, pengawasan dan
evaluasi aplikasi ternologi, dan upaya pengemdalian yang dibutuhkan. Dengan
demikian aplikasi teknologi ini memerlukan penerapan fungsi-fungsi manajemen
umum.
1. Perencanaan teknologi
Perencanaan pengembangan dan aplikasi teknologi agribisnis terkait dengan
pemilihan jenis teknologi yang akan dikembangkan dan diaplikasikan. Halhal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan teknologi antara lain 1) jenis
bidang usaha dan skala usaha yang dijalankan, 2) kemampuan pembiayaan
pengembangan dan aplikasi teknologi, 3) kemampuan sumberdaya manusia,
4) skala usaha dan tingkat persaingan, 5) budaya, adat, dan kebiasaan
masyarakat, dan 6) kriteria produksi.
2. Pengorganisasian Teknologi
Pengorganisasian teknologi terkait pengorganisasian sumberdaya yang
diperlukan dan mengalokasikannya secara tepat dan efisien. Teknologi yang
akan diaplikasikan ini harus diorganisasikan dengan baik sehingga tidak
terjadi kesalahan-kesalahan (alokasi, penempatan) yang dapat menyebabkan
ketidakefisienan.
3. Pelaksanaan Penerapan Teknologi
Pelaksanaan ini dimulai dari pengembangan sampai penggunaan teknologi
dalam produksi/ operasi perusahaan.
4. Pengawasan, Evaluasi, dan Pengendalian
Pengawasan dan evaluasi teknologi berfungsi untuk menilai perlu/ tidaknya
diadakan penyesuaian-penyesuaian untuk melihat penyimpangan dan
kesalahan operasi supaya dapat segera dilakukan pengendalian. Pengawasan
38

bersifat dilakukan secara terus menerus dalam berbagai aspek, sedangkan


evaluasi dilakukan secara berkala.

LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Ruang Lingkup Sistem
Agribisnis, coba Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan secara singkat perkembangan pertanian dan agribisnis yang ada
di Indonesia
2. Gambarkan dan jelaskan mengenai ruang lingkup agribisnis
3. Sebutkan produk pertanian apa saja yang terkandung dalam sebuah pizza,
identifikasi dan jelaskan industri apa saja yang terlibat dalam pembuatan
sepotong pizza tersebut.
4. Sebutkan kemungkinan contoh pendekatan-pendekatan sistem lain yang
dapat dipraktikan kedalam membuat strategi pengembangan agribisnis
(minimal 2 pendekatan). Jelaskan alasan anda!
5. Sebutkan dan jelaskan contoh pengembangan teknologi terbaru yang
berkaitan dengan input dan output agribisnis.
6. Mengapa efisiensi produksi pertanian sangat penting. Jelaskan pendapat
anda.
7. Jelaskan pengaruh GDP (Gross Domestic Product) terhadap industri
pertanian.

39

TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Pertanian sering juga digambarkan dengan ....., ...., ....., atau ......, ....., .....
2. Sebutkan dua macam aktivitas yang dilakukan manusia sebelum
menemukan sistem pertanian!
3. Sebutkan tiga macam perkembangan pertanian yang terjadi selama
revolusi pertanian dan industri!
4. Sebutkan lima contoh perkembangan pertanian yang terjadi pada saat ini!
5. Apakah yang dimaksud dengan agribisnis?
6. Berilah contoh masing-masing tiga pelaku usaha/ industri yang terkait
pada input dan output agribisnis!
7. Sebutkan 12 contoh output dalam agribisnis!
8. Apakah yang dimaksud dengan sistem dalam agribisnis?
9. Apakah peranan pendekatan sistem dalam agribisnis?
10. Sebutkan fungsi-fungsi manajemen umum apa saja yang biasa diterapkan
dalam manajemen teknologi agribisnis!

40

Modul

AGROINPUT AGRIBISNIS

TIPE AGROINPUT AGRIBISNIS


Input agribisnis mencakup produk-produk yang dipasok untuk produksi
pertanian (Ricketts and Rawlins, 2001). Input agribisnis terbagi menjadi dua
yaitu, input utama dan input penunjang. Input agribisnis dibagi menjadi tiga tipe
yaitu:
1. Input utama agribisnis, terdiri atas pupuk, obat-obatan kimia (pestisida),
serta alat dan mesin pertanian.
2. Input penunjang, seperti solar, bensin, oli motor, transmisi dan oli hidrolik
dibutuhkan untuk menjaga traktor, truk, dan mesin pertanian tetap
berfungsi; bibit dan kapur dibutuhkan oleh produsen tanaman; dokter
hewan dibutuhkan untuk menjaga kesehatan hewan ternak; keranjang, tas,
karung, krat dibutuhkan dalam pengemasan dan pengangkutan; kayu dan
bangunan dibutuhkan sebagai tempat berlindung manusia, ternak, dan
tanaman.
3. Input yang sering terabaikan fungsinya, seperti besi dan baja yang
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk pemeliharaan bangunan pertanian;
benih, tanaman, dan pohon dibutuhkan untuk tanaman dan produksi hutan;
keperluan lain seperti listrik, air, gas, telepon; kredit, asuransi, dan
pelayanan jasa pemerintah dan swasta.

41

Pupuk
Pupuk merupakan bahan organik atau anorganik, alami atau sintetis, yang
menyuplai tanaman dengan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk dikenal
dengan istilah pupuk makro dan mikro. Pupuk komersil biasanya dibuat dengan
menggabungkan

bahan

makanan

tanaman

tertentu

untuk

memperoleh

perbandingan spesifik dan jumlah nutrien tanaman. Tiga nutrien utama yang
dibutuhkan tanaman adalah Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Untuk menjadi pupuk,
ketiga elemen utama ini biasanya digabungkan dengan zat lain. Berdasarkan
unsur hara yang dikandungnya, kelompok pupuk terbagi menjadi tiga sebagai
berikut :
1.

Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur hara,
misal urea (45%), TSP (45% P2O5), SP-36 (36% P2O5), ZK (50% K2O) dan
sebagainya;

2.

Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara,
misal pupuk NPK, NP, PK, NK, dan sebagainya;

3.

Pupuk majemuk lengkap adalah pupuk yang mengandung unsur hara secara
lengkap baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro.

Pestisida
Keberadaan pestisida ini muncul di pertengahan abad 19 pada saat manusia
mulai terganggu akibat persaingan dengan serangga dan hewan lain terhadap buah
dan tanaman mereka. Selain itu gangguan juga muncul persaingan antara tanaman
dengan tanaman lain yang tidak diinginkan. Oleh karena keberhasilan penemuan
di bidang biologi dan kimia, kini alang-alang, serangga, dan penyakit dapat
ditangani dengan obat-obatan kimia sintetis.
Pestisida terbagi menjadi tiga tipe utama yaitu herbisida, insektisida, dan
fungisida. Pestisida kemudian dibagi lagi menjadi tiga yaitu fumigants, defoliants,

42

dan desiccants. Penggunaan pestisida ini mengambil peran 4% dari biaya


produksi pertanian.
Pestisida terbukti sangat membantu meningkatkan produksi hasil tanaman,
namun di sisi lain karena pestisida adalah bahan kimia beracun, pemakaian
pestisida berlebihan dapat menjadi pencemar bagi tanaman, air, dan lingkungan
hidup. Residu sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan melalui berbagai siklus,
langsung atau tidak langsung, dapat sampai ke manusia, terhirup melalui
pernafasan, dan masuk ke saluran pencernaan bersama makanan. Oleh karena itu
pestisida perlu ditangani dengan baik dan hati-hati.
Seiring berkembangnya penggunaan pestisida, industri pemasok pestisida
juga semakin dibutuhkan. Dengan demikian membuka lapangan kerja bagi
masyarakat, baik sebagai pekerja, distributor, pedagang, peneliti dan lain-lain.
Semua input agribisnis tersebut saat ini dapat diperoleh di toko pertanian
yang banyak tersebar di seluruh daerah. Toko pertanian ini biasanya menyediakan
berbagai produk dan jasa pertanian. Jasa pertanian yang dimaksud antara lain
penyewaan alat penyemprot pestisida, traktor, truk, dan jasa perbaikan alat
pertanian lainnya.
Toko pemasok input pertanian dapat dibagi menjadi tiga kategori , yaitu
koperasi petani, perusahaan gabungan, dan perusahaan kecil milik perseorangan.
1.

Koperasi petani
Koperasi petani adalah lembaga yang paling banyak menjual input
pertanian. Produk yang biasanya tersedia di koperasi petani adalah pupuk,
kapur tani, benih/ bibit, bensin, obat-obatan, dan pakan. Rata-rata petani
membeli 45% pupuk dan kapur tani, 23% pakan ternak, 13% bibit/ benih,
dan 32% obat-obatan dari koperasi ini.

2.

Toko rantai pasok petani


Toko dengan tipe ini biasanya mampu melayani konsumen full time karena
produk yang ditawarkan beragam, dimulai dari peralatan pertanian (traktor,
43

pupuk, pakan, benih, truk, peralatan kebun, perangkat keras), pakaian, dan
berbagai produk lain. Contoh dari toko jenis ini adalah WalMarti dan KMart
3.

Toko milik perseorangan (Agen atau Pengecer)


Toko dengan tipe ini biasanya dikelola oleh keluarga sendiri dan/ atau
merekrut pekerja pada saat musin-musim tertentu saja. Toko ini biasanya
menyediakan pakan, benih, pupuk dan berbagai input pertanian lain.

ALAT DAN MESIN PERTANIAN


Alat mesin pertanian adalah susunan dari alat-alat yang kompleks yang
saling terkait dan mempunyai sistem transmisi (perubah gerak), serta mempunyai
tujuan tertentu di bidang pertanian dan untuk mengoperasikannya diperlukan
masukan tenaga (Soekirno, 1999). Alat mesin pertanian bertujuan untuk
mengerjakan pekerjaan yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti alat
mesin pengolahan tanah, alat mesin pengairan, alat mesin pemberantas hama, dan
sebagainya. Dengan penggunaan alat mesin pertanian, ketepata waktu dalam
aktivitas pertanian dapat lebih ditingkatkan, dapat mengurangi kejenuhan dalam
pekerjaan petani, dan tenaga kerja dapat dialokasikan untuk melakukan usaha tani
lain atau kegiatan di sektor lain yang bersifat kontinu.
Alat dan mesin pertanian paling besar pemanfaatannya pada saat
pengolahan tanah. Pengolahan tanah tidak hanya merupakan kegiatan lapang
untuk memproduksi hasil tanaman, tetapi juga berkaitan dengan kegiatan lainnya
seperti penyebaran benih/ penanaman bibit, pemupukan, perlindungan tanaman
dan panen. Oleh karena itu perkembangan dalam tujuan

serta

metode

pengolahan tanah diikuti pula dengan perkembangan dalam desain peralatan


baik dari segi bahan maupun bentuk alat. Banyak bukti menunjukkan bahwa
bajak ringan terbuat dari kayu telah digunakan secara besar-besaran di daerah
Mesir dan Sungai Nil sekitar tahun 3000 SM. bahkan digunakan sebagai
44

tenaga

penggerak/penarik peralatan pertanian, menyiapkan tanah untuk

penanaman Barley,

gandum, dan lain-lain tanaman yang populer pada jaman

itu. Bajak yang digunakan pada waktu itu tidak beroda atau bajak singkal
yang digunakan untuk membalik

tanah dan membuat

parit. Paling tidak

peralatan tersebut dapat berfungsi memecahkan tanah dan untuk menutup benih.
Lebih dari 2000 tahun yang lalu ditemukan bajak terbuat dari besi yang
diproduksi di Honan Utara China. Pada awalnya alat ini berupa alat kecil yang
ditarik dengan tangan dengan plat besi berbentuk V yang dihubungkan atau
digandengkan dengan pisau kayu dan pegangan. Selama abad pertama m SM.,
kerbau digunakan untuk menarik peralatan pengolahan tanah. Selanjutnya secara
berturut-turut dikembangkan alat yang disebut triple-shared plow, plow-and-sow
dan garu.
Bajak telah digunakan juga di India selama beribu-ribu tahun. Peralatan
kuno tidak beroda dan moldboard terbuat dari kayu keras (wedge-shaped
hardwood blocks) yang ditarik oleh sapi (bullock). Dengan alat ini tanah hanya
dipecahkan kedalam bentuk gumpalan tetapi tidak dibalik; dan pengolahan
pertama ini kemudian diikuti dengan penghancuran gumpalan dan perataan tanah
dengan alat barupa batang kayu berbentuk empat persegi panjang yang ditarik
oleh sapi.
Pisau bajak besi muncul di Roma pada kira-kira 2000 tahun yang lalu
sebagaimana pisau coulter. Pada waktu itu masih belum juga ditemukan bajak
singkal yang berfungsi membalik tanah. Pada tanah yang berat dan keras, pisau
bajak besi ini ditarik oleh sekelompok sapi jantan (oxen). Ada laporan yang
menyatakan bahwa bajak yang dilengkapi dengan roda ditemukan di Italia utara
pada sekitar tahun 100 M.
Perkembangan terbesar untuk alat dan mesin pertanian terjadi pada saat
revolusi pertanian dimana terjadi perubahan penggunaan tenaga hewan menjadi
tenaga mesin pertanian. Perubahan tersebut dimulai sekitar abad 18 di Inggris
dengan ditemukannya mesin uap. Melalui mekanisasi hewan seperti kuda, kedelai,
lembu digantikan oleh tenaga mesin. Sebagai hasilnya penggunaan mesin tersebut
45

telah mengurangi jam kerja manusia yang dahulu 56 jam untuk memproduksi 1
hektar gandum menjadi 2 jam per hektar gandum menggunakan mesin pertanian.
Perkembangan peralatan pertanian modern dimulai sebelum traktor
menciptakan dampak yang baik di bidang pertanian. Mesin pertanian pertama
yang memberikan dampak penting dalam pertanian adalah mesin tenun, yang
ditemukan oleh Eli Whitney. Tiga tahun kemudian bajak besi dipatenkan oleh
Jethro Wood. Bajak ini bekerja sangat baik di tanah wilayah Timur, tetapi tidak di
tanah wilayah Barat. Pada tahun 1837, John Deere yaitu pendiri perusahaan
traktor John Deere membuat bajak baja pertama dari bilah gergaji dan pada tahun
1846 John memproduksi 1000 bajak baja per tahun. Baja tidak menyusut secepat
besi dan tanah tidak menempel pada bajak terlalu banyak, dengan demikian petani
lebih menyukai bajak terbuat dari baja.

Era Traktor Bermesin Uap


Penemuan mesin uap memiliki pengaruh penting terhadap perkembangan
pertanian antara tahun 1850 1900. Pada tahun tersebut sekitar 70.000 mesin uap
diciptakan untuk keperluan pertanian. Fase pertama dengan diperkenalkannya
mesin uap adalah penggunaan mesin untuk pertanian semakin banyak. Fase kedua
adalah berupa traktor bermesin uap portable yang dapat dibawa ke lahan pertanian
untuk mengerjakan pekerjaan tertentu, contohnya mesin perontok gandum. Fase
ketiga disebut juga mesin tarik dimana mesin ini paling disukai petani sebagai
sumber tenaga. Namun mesin ini juga memiliki beberapa masalah karena
mesinnya terlalu berat, memakan tempat, mahal dan kegunaannya spesfik pada
pekerjaan tertentu saja.

Mesin bertenaga Pembakaran Internal


Perkembangan mesin pembakaran internal ini memiliki fase pengembangan
yang sama dengan mesin bertenaga uap. Fase pertama adalah mesin yang
46

diciptakan berukuran kecil dan bersilinder satu tidak dapat dipindahkan sehingga
mesin ini digunakan untuk pekerjaan sederhana. Fase kedua, mesin berukuran
besar, bersilinder dua yang dipasangkan pada roda. Fase ketiga adalah mesin
bersilinder dua yang dipasangkan pada roda dan transmisi sehingga dapat menarik
mesin itu sendiri.

Traktor
Asal usul kapan pertama kali traktor dibuat dan oleh siapa dibuat tidak
pernah diketahui jelas. Namun, sejarahwan R. B Gray menuliskan bahwa
perusahaan mesin gas Charter telah membuat traktor berbahan bakar bensin pada
tahun 1889 dan pada tahun 1890 George Taylor mengaplikasikan suatu bajak
motor. Perkembangan jenis traktor yang digunakan petani dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.

Traktor Pertama traktor beroda tiga dan berbahan bakar bensir


Produksi traktor ini meluas cepat di awal tahun 1990-an. Pada masa ini juga
perusahaan traktor berkembang sangat pesat. Namun, traktor jenis ini
memiliki permasalahan yang hampir sama dengan mesin uap, yaitu mahal,
sulit untuk dikendarai, besar, memakan banyak tempat, dan kegunaan masih
terbatas. Pada tahun 1925, Henry Ford memperkenalkan traktor yang
berukuran lebih kecil dan lebih murah. Traktor tersebut merupakan traktor
yang di produksi massal untuk keperluan pasar.

2.

Traktor Modern traktor beroda empat


Traktor jenis ini diperkenalkan antara tahun 1960 1970 dan berbahan baku
solar. Sampai saat ini hampir sekitar 80% traktor menggunakan solar
sebagai bahan bakarnya.

Keunggulan dari traktor jenis ini adalah

penggunaan tenaga lebih efisien, traksi dan flotasi baik, dan pemadatan
tanah sedikit. Saat ini, traktor empat roda ini merupakan standar traktor
yang biasa digunakan petani, baik dengan jenis traktor kecil, sedang, dan
besar.
47

Secara umum, macam alat dan mesin pertanian secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.

Alat mesin pembukaan lahan

2.

Alat mesin untuk produksi pertanian


- Alat mesin pengolahan tanah
- Alat mesin penanam
- Alat mesin pemeliharaan tanaman
- Alat mesin pemanen

3.

Alat mesin processing hasil pertanian (pascapanen)


- Alat mesin pengering
- Alat mesin pembersih atau pemisah
- Alat mesin pengupas atau penyosoh atau reduksi

Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) ini memiliki manfaat antara
lain :
1)

meningkatkan efisiensi tenaga kerja dan produktivitas;

2)

mengurangi kejerihan kerja petani dan meningkatkan kenyamanan


kerja di pedesaan;

3)

meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani;

4)

menjamin kuantitas, kualitas dan peningkatan kapasitas hasil;

5)

mempercepat peralihan pertanian keluarga (subsistence farming);

6)

mempercepat transformasi ekonomi agraris ke ekonomi industri;

7)

mengurangi kehilangan hasil pasca panen.

Sedangkan dari segi tumbuhnya industri kecil di pedesaan, bengkel-bengkel kecil


untuk reparasi dan pembuatan prototype alsintan dapat ditumbuh kembangkan.
Bagi kelompok tani yang mampu (petani individu yang kaya) dapat menjadi
pengusaha untuk menjual jasa alsintan.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia
dari zaman ke zaman, cara pengolahan hasil (panen) pertanian pun tahap demi
tahap berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Alat dan mesin panen terdiri
dari banyak macam dan jenisnya yang digunakan menurut jenis tanaman dan
48

tenaga penggerak, juga menurut cara tradisional maupun semi mekanis sampai
yang modern. Sebagai contoh adalah menurut jenis tanaman, alat dan mesin panen
digolongkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian, tebu, rumput-rumput,
kapas dan umbi-umbian. Sedangkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian
dibagi jenisnya untuk padi, jagung dan kacang-kacangan.

Industri Mesin Pertanian


Perusahaan mesin pertanian biasanya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
full-line, long-line, dan short-line. Perusahaan full-line adalah jenis perusahaan
yang mendominasi industri mesin pertanian dan memiliki jumlah yang besar.
Perusahaan ini juga memiliki lingkup pasar yang luas yaitu pasar internasional
dengan memiliki perusahaan tanaman dan pusat distribusi yang tersebar diseluruh
dunia. Sedangkan perusahaan long-line memiliki lingkup pasar nasional dan
short-line memiliki lingkup pasar secara regional dan lokal.
Perusahaan alat pertanian sangat beragam dan tidak membatasi produk
mereka pada alat pertanian saja. Sejak tahun 1980 telah terjadi merger manufaktur
alat pertanian, pengurangan jumlah dealer, dan perubahan tipe traktor yang
diproduksi. Setiap tahunnya banyak pengguna alat dari bidang non pertanian yang
membeli produk dari industri alat dan mesin pertanian seperti perusahaan
lanscape, kontraktor bangunan, pelatihan golf, dan rumah tangga.
Setelah alat dan mesin pertanian tidak banyak lagi dijual melalui
manufaktur, maka hal tersebut digantikan oleh perusahaan dagang besar, dimana
mereka memiliki jaringan langsung ke dealer-dealer. Secara umum, perusahaan
alat dan mesin pertanian ini telah banyak membantu petani dalam meningkatkan
produktivitas dan keuntungan.

49

LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Agroinput Agribisnis, coba Anda
uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan bagaimanakah cara memaksimalkan penggunaan input pertanian
(pupuk dan pestisida) dengan mengurangi dampak negatif bagi
lingkungan.
2. Jelaskan sejarah awal berkembangnya alat dan mesin pertanian.
3. Jelaskan perbandingan kelebihan dan kekurangan penggunaan tenaga
mesin dan alat pertanian dengan tenaga manusia/ hewan bagi kegiatan
pertanian.
4. Berikan contoh penggunaan inovasi teknologi terbaru pada input dan
output agribisnis yang ada pada saat ini.
5. Menurut

pendapat

Anda

sejauh

mana

agribisnis

mempengaruhi

perekonomian Indonesia. Jelaskan!

TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah yang dimaksud dengan agroinput agribisnis?
2. Sebutkan 5 contoh input agribisnis (utama dan penunjang)
3. Mengapa listrik, gas, telepon, air sering dikatakan input agribisnis yang
sering diabaikan oleh petani
4. Kandungan apa saja yang dibutuhkan tanaman yang terdapat dalam
pupuk?
5. Apakah hubungan timbal balik antara pupuk, pestisida, dan obat-obatan
kimia lainnya dalam pertanian
50

6. Sebutkan Undang-undang yang mengatur tentang tata cara penggunaan


pupuk pertanian!
7. Apakah yang dimaksud dengan mesin dan peralatan pertanian?
8. Sebutkan perkembangan jenis traktor dari pertama kali ditemukan sampai
dengan sekarang!
9. Sebutkan tiga kategori mesin dan alat pertanian.
10. Berikan 5 alasan mesin uap tidak ideal dijadikan sumber tenaga bagi
petani.

51

KEGIATAN BELAJAR 2
Modul

AGRIBISNIS DAN PETANI

DEFINISI DAN TIPE PETANI AGRIBISNIS


Mosher (1987) mengartikan petani sebagai manusia yang bekerja
memelihara tanaman dan atau hewan untuk diambil manfaatnya guna
menghasilkan pendapatan. Sedangkan menurut Departemen Pertanian Republik
Indonesia (2002), petani adalah pelaku utama agribisnis, baik agribisnis
monokultur maupun polikultur dari komoditas tanaman pangan, hortikultura,
peternakan, perikanan dan atau komoditas perkebunan. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat diambil kesimpulan secara

umum pengertian petani adalah

seseorang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari kegiatan usaha
pertanian, baik berupa usaha pertanian di bidang tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, dan perikanan.
Dari aspek tempat tinggal, secara umum petani tinggal di daerah pedesaan
dan daerah pinggiran kota. Pekerjaan pokok yang dilakukan untuk kelangsungan
hidup mereka adalah di bidang pertanian. Petani sebagai besar orang desa yang
bercocok tanam dan bertenak di daerah pedesaan, tidak di dalam ruangan tertutup
di tengah-tengah kota. Hal tersebut menjadi alasan pentingnya arti lahan bagi
masyarakat perdesaan karena merupakan salah satu faktor produksi sehingga
lahan dapat menggambarkan keadaan sosial ekonomi penduduk pedesaan.
Lahan/ tanah merupakan faktor alam yang memiliki peranan sangat penting
dalam pertanian, tanah memiliki fungsi dan kedudukan yang paling utama dalam
usaha pertanian, tanah dapat dikatakan juga sebagai modal utama pertanian karena
apabila tidak ada tanah maka para petani tidak bisa menanam tanaman
52

pertaniannya. Tanah juga dapat dinyatakan berperan sebagai factor alam dan
sebagai modal utama.
Berdasarkan luas lahan dimiliki petani, maka petani Indonesia dapat
digolongkan sebagai peasant atau subsistence farmers dan tribal horticultural
seperti halnya petani di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Tribal hoticultural
adalah masyarakat yang independen, bercocok tanam nomaden, dan tidak berada
di dalam hubungan asimetris dengan kesatuan politik lebih besar, sedangkan
peasant adalah masyarakat yang hidup dalam hubungan asimetris dengan
kesatuan politik yang lebih besar, bercocok tanam dengan lahan yang sempit,
membuat keputusan sendiri tentang proses cocok tanam, dan sebagian besar
menggunakan hasil produksi pertaniannya untuk kepentingan mereka sendiri
(Wolf, 1966).
Salah satu ciri dari pertanian di Indonesia adalah pemilikan lahan yang
sempit, sehingga pengusahaan pertanian di Indonesia dicirikan oleh banyaknya
rumah tangga tani yang berusaha dalam sekala kecil. Jumlah rumah tangga
pertanian di Indonesia didominasi oleh petani yang mempunyai lahan yang
luasnya kurang dari 0,5 hektar sedangkan BPLPP mengemukakan bahwa
karakteristik petani kecil di Indonesia ialah sebagai berikut :
1.

Petani yang pendapatannya rendah, kurang dari 240 kg beras perkapita


pertahun

2.

Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha

3.

Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan terbatas

4.

Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.

LAHAN
Sumberdaya lahan pertanian memiliki banyak manfaat bagi manusia.
Menurut Sumaryanto dan Tahlim (2005) menyebutkan bahwa manfaat lahan
pertanian dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama, use values atau nilai
penggunaan dapat pula disebut sebagai personal use values. Manfaat ini
53

dihasilkan dari hasil eksploitasi atau kegiatan usahatani yang dilakukan pada
sumber daya lahan pertanian. Kedua, non use values dapat pula disebut sebagai
intrinsic values atau manfaat bawaan. Berbagai manfaat yang tercipta dengan
sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari kegiatan eksploitasi dari
pemilik lahan pertanian termasuk dalam kategori ini.
Salah satu lahan pertanian yang banyak terdapat di Indonesia khususnya
Pulau Jawa adalah lahan sawah. Lahan sawah adalah suatu tipe penggunaan lahan
yang untuk pengelolaannya memerlukan genangan air. Oleh karena itu, lahan
sawah selalu memiliki permukaan datar atau yang didatarkan dan dibatasi oleh
pematang untuk menahan air genangan (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat 2003).
Menurut Yoshida (1994) dan Kenkyu (1996) dalam Sumaryanto et al (2005)
bahwa dari aspek lingkungan, keberadaan lahan pertanian memberikan lima
manfaat, yaitu: pencegahan banjir, pengendali keseimbangan tata air, pencegahan
erosi, pengurangan pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah rumah
tangga, dan mencegah pencemaran udara yang berasal dari gas buangan.

Petani dan Lahan


Perubahan Lahan Pertanian
Lahan yang subur dan sesuai untuk pengembangan berbagai komoditas
pertanian semakin berkurang dari tahun ke tahun karena terjadi persaingan
penggunaan lahan antara berbagai sektor, baik sektor pertanian maupun non
pertanian. Dalam sektor pertanian sendiri, persaingan itu telah dan masih akan
terjadi di seluruh wilayah Indonesia, terutama antara tanaman pangan dan
perkebunan. Lahan pertanian yang subur tersebut banyak dikonversi menjadi
perumahan, industri, dan prasaranan yang luasnya jauh lebih besar dibandingkan
dengan luas pertanian. Faktor yang menyebabkan konversi lahan pertanian ke non
pertanian disebabkan beberapa faktor sebagai berikut:

54

1. Faktor kependudukan: peningkatan jumlah penduduk telah meningkatkan


permintaan tambah untuk perumahan, jasa industri, dan fasilitas umum
lainnya.
2. Faktor ekonomi : tingginya tingkat keuntungan (land rent) yang diperoleh
sektor non-pertanian dan rendahnya land rent dari sektor pertanian itu
sendiri.
3. Faktor sosial budaya, antara lain keberadaan hukum waris yang dapat
menyebabkan terfragmentasinya tanah pertanian sehingga tidak memenuhi
skala ekonomi usaha yang menguntungkan.
4. Periaku myopic, yaitu mencari keuntungan jangka pendek namun kurang
memperhatikan kepentingan jangka panjang dan kepentingan nasional
secara keseluruhan.
5. Lemahnya sistem perundang-undangan dan penegakan hukum (law
enforcement) dari peraturan-peraturan yang ada.
Konversi lahan pertanian ini berdampak sangat besar pada bidang sosial
dan ekonomi terutama petani.

Sihaloho (2004) menjelaskan bahwa konversi

lahan berimplikasi atau berdampak pada perubahan struktur agraria. Perubahanperubahan yang terjadi, yaitu:
1) Perubahan pola penguasaan lahan. Pola penguasaan tanah dapat diketahui
dari pemilikan tanah dan bagaimana tanah tersebut diakses oleh orang lain.
Perubahan yang terjadi akibat adanya konversi yaitu terjadinya perubahan
jumlah penguasaan tanah. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa petani
pemilik berubah menjadi penggarap dan petani penggarap berubah menjadi
buruh tani. Implikasi dari perubahan ini yaitu buruh tani sulit mendapatkan
lahan dan terjadinya prose marginalisasi.
2) Perubahan pola penggunaan tanah. Pola penggunaan tanah dapat dari
bagaimana masyarakat dan pihak-pihak lain memanfaatkan sumber daya
agraria tersebut. Konversi lahan menyebabkan pergeseran tenaga kerja dalam
pemanfaatan sumber agraria, khususnya tenaga kerja wanita. Konversi lahan
mempengaruhi berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian. Selain itu,
konversi lahan menyebabkan perubahan pada pemanfaatan tanah dengan
55

intensitas pertanian yang makin tinggi. Implikasi dari berlangsungnya


perubahan ini adalah dimanfaatkannya lahan tanpa mengenal sistem bera,
khususnya untuk tanah sawah.
3) Perubahan pola hubungan agraria. Tanah yang makin terbatas menyebabkan
memudarnya sistem bagi hasil tanah maro menjadi mertelu. Demikian
juga dengan munculnya sistem tanah baru yaitu sistem sewa dan sistem jual
gadai. Perubahan terjadi karena meningkatnya nilai tanah dan makin
terbatasnya tanah.
4) Perubahan pola nafkah agraria. Pola nafkah dikaji berdasarkan sistem mata
pencaharian masyarakat dari hasil-hasil produksi pertanian dibandingkan
dengan hasil non pertanian. Keterbatasan lahan dan keterdesakan ekonomi
rumah tangga menyebabkan pergeseran sumber mata pencaharian dari sektor
pertanian ke sektor non pertanian.
5) Perubahan sosial dan komunitas. Konversi lahan menyebabkan kemunduran
kemampuan ekonomi (pendapatan yang makin menurun).

KESEJAHTERAAN PETANI
Tingkat kesejahteraan petani adalah salah satu faktor penting dalam
pembangunan sektor pertanian. Tingkat kesejahteraan petani menjadi perhatian
utama karena tingkat kesejahteraan petani diperkirakan makin menurun. Faktor
yang diduga menjadi penyebab menurunnya tingkat kesejahteraan petani adalah
makin menyempitnya lahan yang dimiliki petani, rendahnya harga gabah pada
saat panen raya, dan naiknya beberapa faktor input produksi usaha tani.
Indikator tingkat kesejahteraan petani dapat dilihat dari nilai tukar petani
(NTP), tingkat pendapatan, dan pengeluaran. Nilai tukar petani adalah rasio
indeks yang diterima petani dengan indeks yang dibayar petani. Secara umum
pengertian NTP adalah sebagai berikut :
1.

NTP > 100, menyatakan bahwa petani mengalami surplus. Harga produksi
naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani tidak
56

lebih besar dari pengeluarannya. Dengan demikian tingkat kesejahteraan


petani lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya
2.

NTP = 100, menyatakan petani mengalami impas/ break even. Kenaikan/


penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan / penurunan
harga barang konsumsinya. Dengan demikian tingkat kesejahteraan petani
tidak mengalami perubahan

3.

NTP < 100, menyatakan petani mengalami defisit. Kenaikan harga barang
produksinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang
konsumsinya. Dengan demikian tingkat kesejahteraan petani pada suatu
periode mengalami penurunan dibanding tingkat kesejahteraan petani pada
periode sebelumnya.

Kegunaan dari NTP sebagai berikut :


1.

Dari indeks harga yang diterima petani (It) dapat dilihat harga barangbarang yang dihasilkan petani. Indeks ini juga digunakan sebagai data
penunjang dalam perhitungan pendapatan sektor pertanian

2.

Dari kelompok konsumsi rumah tangga dalam indeks harga yang dibaway
petani (Ib), dapat digunakan untuk melihat fluktuasi harga barang-barang
yang dikonsumsi oleh petani

3.

NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang


dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam memproduksi.
Hal ini terlihat bila dibandingkan dengan kemampuan nilai tukarnya pada
tahun dasar.
Besar kecilnya kekuatan nilai tukar petani dipengaruhi oleh besar kecilnya

proporsi pendapatan rumah tangga petani. Besar kecilnya NTP juga berkaitan erat
dengan peran pertanian dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani.
Perbedaan peran proporsi pertanian selain dipengaruhi dan terkait menurut
kelompok masyarakat, antara petani berlahan luas dan berlahan sempit dan buruh
tani, juga dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas usaha pertanian, kekuatan/
kemampuan pasar dan kebijaksanaan pemerintah.
57

Selain NTP dan pendapatan, tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu
dilihat juga dari perkembangan jumlah pengeluaran petani, baik untuk kebutuhan
konsumsi maupun untuk produksi. Dalam hal ini petani sebagai produsen dan juga
konsumen dihadapkan kepada pilihan dalam mengalokasikan pendapatannya,
yaitu :
1.

Memenuhi kebutuhan pokok (konsumsi) demi kelangsungan hidup petani


serta keluarganya.

2.

Pengeluaran

untuk

budidaya

pertanian

yang

merupakan

ladang

penghidupannya yang mencakup biaya operasional produksi dan investasi.


Unsur kedua ini hanya mungkin dilakukan apabila kebutuhan pokok petani
telah terpenuhi, dengan demikian investasi dan pembentukan barang modal
merupakan faktor penentu bagi tingkat kesejahteraan petani. Peningkatan
pendapatan petani merupakan kunci utama menuju peningkatan kesejahteraan
petani. Peningkatan pendapatan antara lain dapat ditempuh melalui peningkatan
produktivitas usahatani dan intensitas tanam disertai peningkatan akses petani ke
pasar input dan output yang efisien.
Kesejahteraan petani tidak akan terwujud tanpa adanya pembangunan
pertanian. Pembangunan tersebut merupakan suatu proses multidimensional yang
melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan
kelembagaan nasional, termasuk pula percepatan pertumbuhan ekonomi,
pemerataan

pendapatan,

pengurangan

pengangguran,

dan

pemberantasan

kemiskinan absolut dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.


Persoalan mendasar yang dihadapi sektor pertanian pada saat ini
adalah pendapatan petani masih rendah baik secara nominal maupun secara relatif
dibandingkan dengan sektor lain. Usaha pertanian yang ada didominasi oleh ciriciri (skala kecil, modal terbatas, teknologi sederhana, sangat dipengaruhi musim,
wilayah pasarnya lokal, umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga
sehingga

menyebabkan

terjadinya

involusi

pertanian

(pengangguran

tersembunyi), akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, pasar
komoditi pertanian sifatnya monopoli atau oligopsoni sehingga terjadi eksploitasi
harga pada petani.
58

Agar petani terlepas dari permasalahan diatas maka harus ada industri
pengolahan dan jaminan pemasaran, sehingga petani mampu menghasilkan
produk produk yang bernilai dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu
peningkatan daya saing produk pertanian menjadi suatu keharusan bagi petani
agar mampu bersaing dengan produk pertanian yang lain, apalagi pada saat
sekarang dalam era perdagangan bebas persaingan produk pertanian tidak hanya
terjadi tingkat local saja akan tetapi pada tinggat internasional semenjak di
berlakukan ACFTA (Asean-China free Trade Area).
Untuk itu petani memerlukan bantuan dan perlindungan dari berbagai pihak,
baik pemerintah maupun swasta dalam menyelesaikan masalah tersebut. Untuk
memberdayakan petani dalam posisi tawar dapat dilakukan antara lain dengan
membentuk kelembagaan yang merupakan organisasi kerja sama dan kemitraan.
Salah satu langkah strategis untuk membantu petani dalam meningkatkan daya
saing produknya dapat dilakukan melalui proses produksi dan jaminan pemasaran
melalui kemitraan atau contact farming.

KEMITRAAN KONTRAK KERJA


Colin Kirk dalam White (1990) merumuskan Contract farming adalah suatu
cara mengatur produksi pertanian dimana para petani kecil di beri kesempatan
menyediakan produk pertanian untuk perusahaan inti sesuai dengan syarat yang
telah ditentukan dalam perjanjian (contract). Perusahaan ini yang membeli hasil
tersebut dapat menyediakan bimbingan teknis, kredit, input produksi, serta
menangani pengolahan dan pemasaran.
Di Indonesia konsep contract farming dikenal dengan istilah kemitraan.
Kementerian pertanian mendefinisikan kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama
usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha
menengah/besar
pengembangan

(Perusahaan
oleh

Mitra)

pengusaha

disertai

besar,

dengan

sehingga

pembinaan

saling

dan

memerlukan,

menguntungkan dan memperkuat. Selain itu, kemitraan dapat didefinisikan


59

sebagai upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga


pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu
tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing.
Dengan demikian untuk membangun kemitraan harus memenuhi beberapa
persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling percaya dan saling menghormati,
saling menyadari pentingnya kemitraan, ada kesepakatan misi, visi, tujuan dan
nilai yang sama, berpijak pada landasan yang sama serta kesediaan untuk
berkorban.
Adapun unsur-unsur kemitraan yaitu:
a.

Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih.

b.

Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut (equality).

c.

Adanya keterbukaan atau trust relationship antara pihak-pihak tersebut


(transparancy).

d.

Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau


memberi manfaat (mutual benefit).

Tipe kemitraan yang banyak dilakukan di Indonesia terdiri dari dua tipe
yaitu tipe disparsial dan tipe sinergis. Tipe disparsial merupakan pola hubungan
antara pelaku usaha yang satu sama sekali tidak memiliki ikatan formal yang baik.
Tipe ini dicirikan tidak ada hubungan antara organisasi fungsional diantara setiap
tingkatan usaha hulu dan hilir, jaringan agribisnis hanya hanya terikat pada
mekanisme pasar sedangkan antar pelakunya bersifat tidak langsung. Dalam tipe
disparsial adanya ekspolitasi yang dilakukan pengusaha terhadap petani sehingga
menyebabkan posisi tawar petani untuk produk yang dihasilkan menjadi rendah.
Pihak pengusaha lebih kuat dari pihak produsen. Kesenjangan ini terjadi sebagi
akibat dari informasi tentang mutu, harga dan tekhnologi dan akses permodalan
tidak dikuasi oleh petani.
Tipe sinergis merupakan kemitraan yang berbasis pada kesadaran saling
membutuhkan dan saling mendukung pada masing-masing pihak yang bermitra.
Sinergi yang dimaksudkan saling menguntungkan dalam bentuk petani
60

menyediakan

lahan,

tenaga

kerja,

sarana

sedangkan

pihak

pengusaha

menyediakan modal, bimbingan teknis dalam hal ini tekhnologi dan sebagai
penjamin pasar. Dalam tipe ini adanya kontrak (contract) kerja yang disepakati
diantara pihak yang bermitra, adanya keterkaitan ini menimbulkan adanya hak
dan kewajiban dari masing-masing pihak yang harus di penuhi.

Pada

kenyataannya kemitraan pertanian memang bermanfaat dalam meningkatkan


akses petani kecil ke pasar, modal dan tekhnologi serta mencegah terjadinya
diseconomics of scala.
Berdasarkan surat keputusan menteri pertanian tentang pedoman kemitraan
usaha pertanian, pola kemitraan usaha petanian yang banyak diterapkan di
Indonesiaadalah sebagai berikut :
1.

Pola Kemitraan Inti plasma

Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani atau kelompok mitra
sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti
menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung
dan mengolah serta memasarkan hasil produksi. Kelompok mitra bertugas
memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah
disepakati. Keunggulan dari pola kemitraan inti plasma adalah terciptanya saling
ketergantungan dan saling menguntungkan, tercipta peningkatan usaha, dapat
mendorong perkembangan ekonomi.
Kelemahan :
1) Pihak Plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga
kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancar.
2) Komitmen inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan kewajibannya
sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan oleh plasma.
3) Belum ada kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban
komoditas plasma sehingga terkadang perusahaan inti mempermainkan
harga.

61

2.

Pola Kemitraan Subkontrak

Pola subkontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan
kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan
mitra sebagai bagian dari produksinya. Pola subkontak ditandai adanya
kesepakatan tentang kontak bersama yang mencakup; volume, harga, mutu, dan
waktu. Pola subkontrak sangat bermanfaat juga kondusif bagi terciptanya alih
teknologi, modal, keterampilan dan produktivitas serta terjaminnya pemasaran
produk pada kelompok mitra.
Kelemahan :
1) Hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama cendrung mengisolasi
produsen kecil dan mengarah ke monopoli atau monopsoni, terutama dalm
penyedian bahan baku serta dalam hal pemasaran.
2) Berkurangnya nilai-nilai kemitraan antara kedua belah pihak , perasaan
saling menguntungkan, saling memperkuat, saling menghidupi berubah
menjadi penekanan terhadap harga input yang tinggi atau pembelian
produk dengan harga rendah.
3) Kontrol kualitas produk ketat, tetapi tetapi tidak di imbangi dengan sistem
pembayaran yang tepat.
3.

Pola Kemitraan dagang umum

Pola kemitraan dagang umum merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil
produksi, Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran dengan
kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran
tersebut. Dalam kegiatan Agribisnis khususnya hortikultura yang tergabung dalam
bentuk koperasi atau badan usaha lainya bermitra dengan toko swalayan atau
mitra usaha lainnya.
Kelemahan:
1) Dalam praktiknya harga dan volume produksnya sering ditentukan secara
sepihak oleh pengusaha mitra sehingga merugikan kelompok mitra.
2) Sistem perdagangan seringkali ditemukan berubah menjadi bentuk
konsinyasi.
62

3) Dalam sistem ini pembayaran barang barang pada kelompok mitra


tertunda sehingga beban modal pemasaran produk harus ditanggung oleh
kelompok mitra.
Keunggulan :
1) Kelompk mitra atau koperasi tani berperan sebagai pemasok kebutuhan
yang diperlukan perusahaan mitra. Sedangkan perusahaan mitra
memasarkan produk kelompok mitra ke konsumen.
2) Keuntungan diperoleh dari margin harga dan jaminan harga produk yang
diperjualbelikan , serta kualitas produk sesuia dengan kesepakatan pihak
yang bermitra.
4.

Pola Kemitraan Keagenan

Bentuk kemitraan terdiri atas pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau
pengusaha kecil mitra. Pihak perusahaan mitra (perusahaan besar) memberi hak
khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang dan jasa perusahaan
yang dipasok oleh pengusaha besar mitra. Perusahaan besar bertanggungjawab
atas mutu dan volume produk, sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban
memasarkan produk dan jasa. Diantara pihak-pihak yang bermitra terdapat
kesepakatan tentang target yang harus dicapai dan besarnya fee atau komisi yang
diterima oleh pihak yang memasarkan produk.
Keunggulan : pola ini memungkinkan dilaksanakan oleh para pengusaha kecil
yang kurang kuat modalnya karena biasanya menggunakan sistem mirip
konsinyasi, Berbeda dengan pola dagang umum yang justru perusahaan besarlah
yang kadang-kadang lebih banyak menangguk keuntungan dan kelompok mitra
harus bermodal kuat.
Kelemahan : Usaha kecil mitra menetapkan harga produk secara sepihak sehingga
harganya menjadi tinggi di tingkat konsumen, usaha kecil sering memasarkan
produk dari beberapa mitra usaha saja sehingga kurang mampu membaca segmen
pasar dan tidak memenuhi target.
63

5.

Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis

Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh
kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan,
sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya, modal,
manajemen dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau
membudidaya suatu komoditas pertanian. Perusahaan mitra juga sering berperan
sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui
pengolahan dan pengemasan. Pola KOA terdapat kesepakatan tentang pembagian
hasil dan resiko dalam usaha komoditas pertanian yang dimitrakan.
Keunggulan pola KOA ini sama dengan keunggulan sistem inti-plasma, pola
KOA banyak ditemukan di desa dengan usaha rumah tangga dalam bentuk sistem
bagi hasil. Kelemahan dari KAO adalah pengambilan untung oleh perusahaan
mitra yang menangani pemasaran dan pengolahan produk terlalu besar sehingga
dirasakan kurang adil oleh kelompok usaha kecil. Perusahaan mitra cenderung
monopsoni sehingga memperkecil keuntungan kelompok usaha mitra.
6.

Dagang Umum

Pola dagang umum merupakan hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha
besar memasarkan produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan
yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya (Roy, 1967).
7.

Waralaba

Pola waralaba merupakan hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha menengah


atau usaha besar pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi merek dan
saluran distribusi perusahaan kepada usaha kecil penerima waralaba dengan
disertai bantuan dan bimbingan manajemen. Pengaturan yang terinci mengenai
kemitraan bisnis pola waralaba ini telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No 26 Tahun 1997 tentang waralaba.
Di dalam peraturan pemerintah kemitraan sendiri terdapat pengaturan khusus
tentang waralaba ini, antara lain dalam pasal 7 yang menentukan sebagai berikut :
64

a.

Usaha besar dan atau usaha menengah yang bermaksud memperluas


usahanya dengan memberi waralaba, memberikan kesempatan dan
mendahulukan usaha kecil yang memiliki kemampuan untuk bertindak
sebagai penerima waralaba untuk usaha yang bersangkutan.

b.

Perluasan usaha oleh usaha besar dan atau usaha menengah dengan cara
waralaba di kabupaten atau kotamadya Daerah Tingkat II di luar ibukota
propinsi hanya dapat dilakukan melalui kemitraan dengan usaha kecil.

8.

Modal Ventura

Modal Ventura dapat didefinisikan dalam berbagai versi. Pada dasarnya berbagai
macam definisi tersebut mengacu pada satu pengertian mengenai modal ventura
yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan pasangan usahanya yang prinsip
pembiayaannya adalah penyertaan modal (Roy, 1967).
Meskipun prinsip dari modal ventura adalah penyertaan namun hal tersebut tidak
berarti bahwa bentuk formal dari pembiayaannya selalu penyertaan. Bentuk
pembiayaannya bisa saja obligasi atau bahkan pinjaman, namun obligasi atau
pinjaman itu tidak sama dengan obligasi atau pinjaman biasa karena mempunyai
sifat khusus yang pada intinya mempunyai syarat pengembalian dan balas jasa
yang lebih lunak.

Tujuan Kemitraan
1)

2)

Tujuan dari aspek ekonomi


-

Meningkatkan pendapataan usaha kecil dan masyarakat;

Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan;

Tujuan dari aspek sosial dan sudaya


Kemitraan usaha pada dasarnya dirancang sebagai bagian dari upaya
pemberdayaan usaha kecil melalui peran serta pengusaha besar. Oleh
karena itu, sebagai wujud tanggung jawab sosial pengusaha besar dapat
memberikan pembinaan dan bimbingan kepada pengusaha kecil, dengan
65

pembinaan dan bimbingan yang terus menerus diharapkan pengusaha kecil


dapt tumbuh dan berkembang sebagai komponen ekonomi yng tangguh dan
mandiri.
3)

Tujuan dari aspek teknologi


Dengan kemitraan diharapkan pengusaha besar dapat memberikan
bimbingan teknologi yang berhubungan dengan teknik berproduksi dengan
tujuan peningkatan produktivitasa dan efisiensi usaha kecil

4)

Tujuan dari aspek manajemen


Pengusaha kecil umumnya memiliki tingkat manajemen usaha rendah.
Melalui kemitraan usaha diharapkan ada pembenahan manajemen,
peningkatan kualitas sumber daya manusia serta pemantapan organisasi.

LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Agribisnis dan Petani, coba Anda
uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan hubungan antara NTP terhadap kesejahteraan petani.
2. Jelaskan hubungan antara petani dan sumberdaya lahan.
3. Sejauh manakah pengaruh kemitraan terhadap kegiatan pelaku agribisnis
di Indonesia.
4. Strategi saja yang sudah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi
meningkatnya konversi lahan pertanian ke non pertanian.
5. Buatlah satu contoh jenis agribisnis kemudian jelaskan pendapat anda
mengenai pola kemitraan yang paling efektif dilaksanakan di sistem
agribisnis tersebut.

66

TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah yang dimaksud dengan petani?
2. Adakah perbedaan antara petani dengan petani agribisnis. Jika ada,
jelaskan!
3. Mengapa lahan menjadi salah satu faktor penting dalam kegiatan usaha
tani?
4. Apakah pengertian dari NTP?
5. Mengapa kesejahteraan petani menjadi salah satu tolak ukur pembangunan
nasional?
6. Apakah yang dimaksud kemitraan kontrak kerja?
7. Sebutkan pola kemitraan yang ada di Indonesia!
8. Sebutkan keuntungan yang akan diperoleh masing-masing pelaku mitra
apabila mereka menjalin kemitraan!
9. Sebutkan alasan petani melakukan konversi lahan pertanian ke non
pertanian!
10. Apakah dampak-dampak yang akan terjadi apabila lahan pertanian
dikonversi seluruhnya menjadi pemukiman dan industri?

67

Modul

AGROINDUSTRI

DEFINISI DAN RUANG LINGKUP AGROINDUSTRI


Definisi Agroindustri
Agroindustri adalah suatu perusahaan yang mengolah bahan baku pertanian,
termasuk tanah dan tanaman serta ternak menjadi produk olahan, baik produk
antara (intermediate product) maupun produk akhir (finish product (Arifin, 2004).
Kegiatan pengolahan sangat bervariasi, mulai dari membersihkan dan grading
(penanganan pasca panen), industri pengolahan makanan dan minuman, industri
biofarmaka, industri bioenergi, industri pengolahan hasil ikutan (by-product) serta
agrowisata. Austin (1981), menyatakan agroindustri adalah suatu industri yang
dalam kegiatanya memproses bahan yang berasal dari tumbuhan atau hewan
melalui pengolahan, pengawetan, perubahan fisik, perubahan kimia, pengepakan,
dan distribusi pemasaran. proses dapat dilakukan mulai dari level yang paling
rendah seperti pencucian, sortasi, dan proses yang menyebabkan perubahan kimia,
struktur, fisik, dan lain-lain.
Agroindustri dapat dikategorikan berdasarkan tingkatan bahan baku yang
diubah. Tujuan dari perubahan bentuk ini adalah untuk membuat menjadi bentuk
yang lebih berguna, meningkatkan daya simpan, mebuat bentuk yang lebih mudah
diangkut, dan meningkatkan nilai gizi. Dalam proses pengubahan bahan baku
tersebut tentu memerlukan syarat utama anatara lain modal investasi, teknologi,
dan manajerial.
Soeharjo (1990) menyatakan bahwa agroindustri umumnya memiliki kaitan
erat dengan sisi hulu (input) dan hilir (pengolahan hasil), sehingga pengertiannya
mencakup dua jenis pengolahan, yaitu :
68

1. Industri pengolahan input pertanian yang pada umumnya tidak berlokasi di


pedesaan, padat modal, dan berskala besar. Contoh : industri pupuk dan
pestisida.
2. Industri pengolahan hasil pertanian. Contoh : pengolahan pucuk teh
menjadi teh hijau atau teh hitam, pengalengan buah, pengalengan minyak
kelapa, dsb.
Menurut Soeharjo (1990), kegiatan agroindustri dapat berlangsung di tiga tempat,
yaitu :
1. Dalam rumah tangga yang dilakukan oleh anggota rumah tangga petani
penghasil bahan baku.
2. Dalam bangunan yang terpisah dari tempat tinggal tetapi masih dalam satu
pekarangan, dengan menggunakan bahan baku yang dibeli di pasar, dan
menggunakan tenaga kerja terutama dari keluarga.
3. Dalam perusahaan kecil, sedang atau besar yang menggunakan buruh
upahan dan modal yang lebih intensif dibandingkan dengan industri rumah
tangga
Skala usaha ketiga macam industri pengolahan ini dapat diukur dari volume
bahan baku yang diperoleh setiap hari. Teknologi yang digunakan merentang dari
yang tradisional sampai dengan yang modern, sedangkan pasarnya merentang
mulai dari pasar domestik sampai dengan pasar ekspor. Akan tetapi ketiga
agroindustri tersebut mempunyai karakteristik yang sama yaitu menggunakan
tenaga kerja dan bahan baku yang berasal dari pedesaan dan berlaku di pedesaan.
Karakteristik bahan baku pada agroindustri terbagi tiga, antara lain musiman,
tidak tahan lama, dan banyak jenisnya (variatif) (Austin, 1981):
1.

Musiman

Bahan baku untuk agroindustri banyak terdapat pada akhir siklus produksi
tanaman/ ternak. Meskipun pasokan bahan baku biasanya tersedia hanya selama
satu atau dua periode singkat selama tahun, namun permintaan untuk
produk relatif konstan sepanjang tahun. Hal tersebut berbeda dengan produsen non
69

agroindustri

seperti

pabrik

makanan

yang

harus

bersaing

dengan

ketidakseimbangan pasokan dan permintaan dan masalah manajemen persediaan,


penjadwalan produksi, dan koordinasi antara pengolahan, produksi, dan pemasaran
segmen dari rantai pertanian ke konsumen.
2.

Tidak tahan lama/ mudah rusak

Berbeda dengan bahan baku yang digunakan dalam nonagroindustri, bahan baku
pertanian agroindustri bersifat tidak tahan lama dan mudah rusak. Oleh karena itu,
produk agroindustri membutuhkan kecepatan yang lebih besar dan perhatian dalam
menangani dan menyimpan, yang mana kegiatan ini dapat mempengaruhi kualitas
gizi makanan produk dengan mengurangi kerusakan atau kerusakan bahan baku.
Namun, untuk pengolahan secara sederhana dapat membuat produk pertanian lebih
bertahan lama seperti asinan buah-buahan, dendeng ikan dan daging, ikan asin,
telur asin, saos tomat, dan lain-lain.
3.

Beragam

Karakteristik terakhir dari agroindustri adalah beragamnya kuantitas dan kualitas/


nilai bahan baku. Ketidakpastian kuantitas dikarenakan perubahan cuaca atau
kerusakan tanaman atau ternak dari penyakit. Kuantitas yang beragam ini
menyebabkan terjadinya variasei nilai atau harga pokok sepanjang tahun.
Sedangkan beragamnya kualitas dikarenakan standar baku bahan baku yang sulit
dipahami, meskipun telah ada kemajuan dalan rekayasa genetik hewan dan
tumbuhan. Beragamnya bahan baku ini memberikan tekanan tambahan bagi
agroindustri dalam penjadwalan produksi dan pelaksanaan pengawasan kualitas.

PERANAN AGROINDUSTRI DALAM PEMBANGUNAN


AGRIBISNIS
Dalam kerangka pembangunan pertanian, agroindustri merupakan
penggerak utama perkembangan sektor pertanian, terlebih dalam masa yang akan
datang posisi pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional
70

sehingga peranan agroindustri akan semakin besar. Agroindustri memberikan


kontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi suatu negara dikarenakan
oleh 4 faktor. Pertama, agroindustri adalah metode utama transformasi bahan
mentah pertanian menjadi produk akhir yang dapat dikonsumsi. Kedua,
agroindustri merupakan sektor yang banyak dilaksanakan di negara berkembang.
Ketiga, produk agroindustri menjadi produk ekspor utama bagi negara
berkembang. Keempat, produk agroindustri memegang peranan penting bagi
pemberian nutrisi bagi masyarakat.
Pengembangan agroindustri diarahkan agar dapat tercipta keterlibatan
yang erat antara sektor pertanian dan sektor industri yang dapat menumbuhkan
kegiatan ekonomi, khususnya di pedesaan. Pengembangan suatu usaha di
pedesaan ditujukan untuk membantu petani dalam meningkatkan pendapatan
melalui

kegiatan

pengolahan,

sekaligus

memperluas

kesempatan

kerja.

Bertambahnya lapangan kerja akan menyerap angkatan kerja yang ada sehingga
dapat mengurangi pengangguran. Agrondustri sebagai sektor bisnis tidak terlepas
dari tujuan utama pelaku-pelaku usaha yaitu meningkatkan keuntungan dan nilai
tambah.
Peranan agroindustri dalam pembangunan agroindustri lebih jelasnya dapat
diuraikan sebagai berikut :
1.

Pintu masuk pertanian


Sebagian besar produk pertanian, termasuk produk subsisten, yang

diproses sampai batas tertentu. Melihat hal tersebut, sebuah negara tidak dapat
memanfaatkan sumber daya pertanian tanpa agroindustri. Sebuah survei dari
praktek penggilingan beras di Thailand menunjukkan bahwa sekitar 95% beras
diproses di penggilingan pagi daripada digiling dalam rumah. Selain itu survei di
empat wilayah di Guatemala menunjukkan satu dari 1.687 rumah tangga yaitu 98%
dari keluarga mengambil jagung mereka ke pabrik untuk grinding dan kemudian
membuat jagung adonan menjadi tortilla dalam rumah. Pengolahan oleh mesin
tersebut menghemat waktu dan tenaga dan menjadi produk yang penting bagi

71

konsumen. Dengan demikian, permintaan akan kebutuhan jasa pengolahan bahan


baku pertanian semakin meningkat.
Agroindustri

tidak

permintaan baru/ lain

hanya

reaksioner,

mereka

juga

menghasilkan

ke sektor pertanian untuk output pertanian yang lebih

banyak. Sebuah pabrik pengolahan dapat membuka peluang tanaman baru


kepada petani, dengan demikian menciptakan pendapatan tambahan. Dalam
beberapa kasus lain bahkan banyak petani subsisten

yang memasuki pasar

komersial.
Dalam program pembangunan daerah, agroindustri telah menjadi alat
pertimbangan ekonomi untuk pengembangan infrastruktur pedesaan seperti jalan
penghubung yang menyediakan akses ke bahan baku, instalasi listrik untuk pabrik
operasi, atau fasilitas irigasi. Agroindustri juga dapat berfungsi sebagai poin utama
penggerakan ekonomi melalui koperasi untuk petani kecil dan masyarakat yang
terkai kegiatan pembangunan.
Hal terpenting yang perlu menjadi catatan adalah bahwa terjadinya
indusrialisasi pedesaan

sangat mempengaruhi rangsangan pengembangan

agroindustri di masyarakat pedesaan. Pengembangan ini juga harus didukung oleh


pasrtisipasi masyarakat. PBB melalui Organisasi Pengembangan Industri
(UNIDO)
dan

Expert

program

Group

menyatakan

industrialisasi

bahwa

pedesaan

harus

perumusan

"kebijakan

melibatkan

banyak

partisipasi masyarakat agar efektif ".


Ketika

agroindustri

berkembang,

masyarakat

pada

umumnya

akan

meningkatkan usaha taninya. Dengan demikian kegiatan agroindustri dan pertanian


ini menyerap banyak tenaga kerja dibandingkan industri manufaktur yang
memperkerjakan kurang dari angkatan kerja. Hal ini dapat diamati di Amerika, di
mana pertanian menyerap 38% dari angkatan kerja tetapi menyumbang hanya 15%
dari produk nasional bruto (GNP), sedangkan manufaktur menyerap 15% dari
tenaga

kerja

kekuatan

dan

menyumbang

35%

dari

GNP.

Kekuatan

agroindustridalam menggunakan sumber daya dalam negeri juga diilustrasikan


pada hasil penelitian di Kosta Rika, yang menemukan bahwa untuk setiap 100
72

colones yang terjual, agroindustri menggunakan 45,6 colones bahan baku


sedangkan nonagroindustries hanya menggunakan 12 colones.
2.

Landasan sektor Manufaktur


Pentingnya agroindustri di sektor manufaktur negara-negara berkembang

sering tidak disadari sepenuhnya. Di sebagian besar Negara produk makanan dan
pengolahan serat merupakan dasar dari perkembangan industri kain. Sebagai
contoh, di Amerika Tengah agroindustri menyumbang 78% dari sektor output
industri manufaktur Nikaragua di tahun 1971. Di Asia, agroindustri di Filipina
menghasilkan lebih dari 60% dari nilai tambah industri manufaktur di tahun 1960
dan 1973.
Agroindustri sangat penting bagi negara dengan pendapatan rendah
dibandingkan negara industri maju. Tahap awal industrialisasi dapat terlihat dari
pemberdayaan sumber daya alam suatu negara. Meskipun sektor manufaktur
sedikit sekali berperan terhadap pengembangan industri, namun tidak pada
agroindustri. Semakin banyak jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan
pertumbuhan industri makanan dan minuman olahan. Oleh karena itu, seiring
dengan perkembangan permintaan konsumen, perusahaan manufaktur untuk
agroindustri seperti mesin pertanian, mesin pengolahan akan ikut meningkat. Dan
lebih

jauh,

perkembangan

agroindustri

dalam

sektor

manufaktur

dapat

meningkatkan kapasitas lapangan pekerjaan


3.

Penggerak Ekspor
Pada negara berkembang sumber daya alam merupakan hal yang paling

penting dalam mempengaruhi kegiatan pertanian. Hasil pertanian tersebut terbukti


memiliki permintaan internasional yang tinggi karena kapasitas produksi sering
melebihi kebutuhan konsumsi lokal. Berdasarkan hal ini, hasil pertanian tersebut
memiliki peluang untuk diekspor. Oleh karena itu sebuah negara harus mampu
mengolah bahan baku menjadi bentuk yang sesuai untuk ekspor. Nilai tambah
ekspor produk agroindustri cenderung lebih tinggi dibandingkan produk
manufaktur lain karena ekspor produk lain tersebut masih bergantung pada
komponen impor. Ekspor produk agroindustri dari waktu ke waktu cenderung
73

meningkatkan persentase nilai tambah domestik melalui peningkatan pengolahan


bahan baku. Misalnya; Pengolahan kapas diperluas untuk tekstil tenun dan pakaian
manufaktur, bangkai sapi yang diolah menjadi produk daging segar potong atau
produk kalengan, biji kopi diubah menjadi produk kopi bubuk instan.
Dengan demikian kegiatan industri tidak hanya untuk peningkatah nilai
tambah saja, tetapi menciptakan produk yang spesifik, memiliki elastisitas
pendapatan yang lebih tinggi, dan terhindar dari fluktuasi harga komoditas bahan
mentah. Fungsi dominan ekspor produsen agroindustri terbukti dari beberapa data
statistik ekspor negara-negara berkembang, dimana sebagian besar produk
ekspornya berasal dari produk agroindustri.
4.

Perbaikan nutrisi
Telah diperkirakan bahwa lebih dari satu milyar orang pada negara

berkembang mengalami kekurangan gizi. Dengan menyediakan pendapatan dan


lapangan kerja bagi petani berpenghasilan rendah dan agroindustri dapat
memperbaiki pola makan masyarakat dan merangsang peningkatan produksi
pangan bagi perekonomian dalam negeri. Selain itu, industri pengolahan makanan
sangat penting bagi kepastian gizi masyarakat akibat ketergantungan mereka pada
saluran makanan komersil. Proyek agroindustri dapat memiliki konsekuensi nilai
gizi yang buruk apabila tidak hati-hati dirancang, dan tidak diperiksa/ diawasi oleh
para ahli dibidangnya untuk mencegah efek yang tidak diinginkan.

KERANGKA ANALISIS AGROINDUSTRI


Pada modul ini disajikan kerangka kerja untuk analisis proyek yang
berdasarkan karakteristik unik agroindustri dan yang mampu menggabungkan
analisis dari laporan keuangan dan dimensi sosial ekonomi dalan agroindustri.
Kerangka ini menunjukkan agroindustri sebagai komponen dalam sistem yang
besar, keterkaitan benih sampai dengan konsumen, dimana keterkaitan sistem ini
menciptakan saling ketergantungan yang antara tindakan dan aktor dalam sistem.
74

Analisis harus melihat agroindustri sebagai bagian sistem yang besar dan bahwa
melihat kelayakan proyek tersebut dari keberhasilan seluruh multidimensi sistem.

Analisis Proyek
Karena agroindustri merupakan pusat dari rantai petanian, maka penting
untuk mnganalisis dimulai dari sumber bahan baku sampai dengan pasar untuk
produk olahan. Oleh karena itu kerangka analisis agroindustri pada umumnya
dilakukan dengan melihat desain proyek yang berkaitan dengan pengadaan bahan
baku, pengolahan, dan pemasaran untuk menilai kelayakan finansial, biaya sosial,
dan manfaar proyek. Dengan demikian, kerangka analisis untuk proyek
agroindustri berisi tiga komponen penting, yang terdiri atas sistem, keuangan, dan
analisis ekonomi. Namun pada modul ini akan fokus membahas komponen sistem
lebih rinci memeriksa kegiatan pengadaan, pengolahan, dan pemasarannya karena
pada akhirnya kegiatan ini memiliki implikasi keuangan dan ekonomi.
Analisis proyek agroindustri terdiri atas empat tahapan, yaitu identifikasi,
analisis dan desain, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Identifikasi
Identifikasi potensi agribisnis dilakukan dengan mengembangkan kriteria
berdasarkan pada kelemahan dan peluang yang ada. Hal ini dapat diidentifikasi dari
hasil penelitian dan pengamatan langsung subsektor industri. Informasi
dikumpulkan pada tahap ini dapat berupa informasi tentang volume dan struktur
aliran produk, keuangan, kinerja sistem ekonomi komoditas/ produk, profik, sistem
pemasaran, persaingan pasar, permintaan dan penawaran produk serta data umum
lainnya.
2.

Analisis Proyek dan Desain


Setelah teridentifikasi data-data yang dibutuhkan, maka proyek yang ada

harus dilakukan pemeriksaan awal dan lebih dekat untuk kebutuhan operasional
mereka, kelayakan keuangan, ekonomi, sosial, dan keinginan. Analisis proyek ini
harus mencoba untuk mendesain ulang proyek untuk mengatasi kelemahan proyek.
75

3.

Implementasi
Implementasi/ pelaksanaan merupakan tindakan lanjut dari usulan di atas

kertas sebelumnya untuk kemudian dilaksanakan di lapangan. Pada tahap ini


diperlukan analis untuk memperjelas faktor-faktor manajerial pemasaran,
pengadaan, dan kegiatan pengolahan dari agroindustri.
4.

Evaluasi
Setelah proyek dimulai, seorang analis proyek bertanggung jawab untuk

memantau kemajuan dan menemukan dan memperbaiki penyimpangan dari kinerja


proyek. Evaluasi tersebut harus mengikuti indikator kinerja keuangan dan ekonomi.
Kinerja yang buruk disebabkan oleh masalah dalam desain proyek asli, perubahan
dalam lingkungan eksternal, atau kelemahan dalam manajemen operasi.
Pada perkembangannya kerangka analisis agroindustri ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Salah satunya adalah dengan

menggunakan system thinking

(berpikir sistem) dan system dynamics (dinamika sistem).

Systems Thinking dan System Dinamics


Perspektif sistem merupakan salah satu hal penting dalam proses berpikir
analitis. Hal tersebut dikarenakan pada saat memahami bagaimana sebuah sistem
bekerja, maka kita akan dapat memfungsikan secara lebih efektif sistem tersebut.
Semakin kita memahami perilaku (behaviour) sistem, kita akan dapat
mengantisipasi perilaku tersebut dan menggunakan sistem untuk dimanfaatkan
dalam kehidupan kita.
Systems thinking merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan sebab akibat, bagaimana sebuah sistem dapat berjalan dan
bagaimana sistem tersebut bereaksi terhadap perubahan (Sterman, 2000). Sistem
tersebut kemudian membentuk suatu struktur umpan balik yang menyatakan
76

hubungan sebab akibat variabel-variabel yang melingkar, bukan menyatakan


hubungan karena adanya korelasi-korelasi statistik.
Metodologi systems thinking secara umum berkembang berdasarkan
metodologi system dynamics yang diperkenalkan oleh Jay Forrester di
Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1950an.

Secara umum,

pemodelan dengan systems thinking ini dapat diaplikasikan dengan tujuan-tujuan


sebagai berikut :
a. Membuat sistem baru
b. Merancang ulang atau mengembangkan sistem yang sudah ada
c. Memprediksi perilaku sistem yang kompleks dibawah situasi yang
beragam
d. Pengembangan strategi dan uji coba
e. Skenario pemodelan dan uji coba
Menurut Maani and Cavana, 2007 metode system thinking dan proses
pemodelan dapat dilakukan melalui lima tahap, yaitu
1. Membuat struktur permasalahan, yang terdiri atas :
-

Mengidentifikasi masalah atau isu penting manajemen dan


stakeholder

Mengumpulkan informasi dan data pendahuluan

Mengadakan diskusi untuk membuat struktur masalah

2. Pemodelan diagram sebab akibat (Causal Loop Modelling), yang terdiri


atas :
-

Mengidentifikasi variabel utama

Membuat grafik perilaku dari waktu ke waktu (Behaviour Over


Time)

Mengembangkan diagram sebab akibat

Analisis diagram BOT dan indentifikasi tipe diagram BOT

Identifikasi system archetypes

Identifikasi key leverage points

Membangun strategi intervensi

77

3. Pemodelan Dinamika (Dynamic Modelling), terdiri atas:


-

Mengembangkan gambaran sistem

Mendefinisikan tipe variabel dan membangun diagram stock-flow

Mengumpulkan informasi dan data detil

Mengembangkan model simulasi

Simulasi kondisi stabilitas

Membuat perilaku model dasar (base case)

Validasi model

Uji analisis sensitivitas

Desain dan analisis kebijakan

Mengembangkan model strategi

4. Perencanaan dan pemodelan skenario, terdiri atas tahapan sebagai berikut :


-

Merencanakan skenario umum

Identifikasi variabel peubah dan variabel tidak pasti

Membangun skenario

Simulasi skenario dengan model

Evalusi kekuatan kebijakan dan strategi

5. Pelaksanaan dan pembelajaran organisasi, erdiri atas tahapan sebagai


berikut :
-

Mempersiapkan laporan dan presentasi kepada tim manajemen

Mengkomunikasikan hasil dan mengusulkan masukan kepada


stakeholder

Mengembangkkan pembelajaran berdasarkan model simulasi

Memeriksa model mental dan memfasilitasi pembelajaran organisasi

LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Agroindustri , coba Anda uraikan
pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan bagaimana peranan agroindustri terhadap pembangunan nasional
2. Jelaskan karakteristik agroindustri di Indonesia
3. Jelaskan pengaruh agroindustri bagi masing-masing pelaku subsistem
agribisnis
78

4. Buatlah suatu strategi pengembangan suatu agroindustri yang berwawasan


lingkungan (jenis agroindustri ditentukan sendiri, misal tempe, tahu, dsb)
5. Jelaskan karakteristik bahan baku agroindustri.
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah definisi dari agroindustri?
2. Sebutkan ruang lingkup agroindustri?
3. Sebutkan syarat-syarat yang diperlukan dalam proses kegiatan agroindustri?
4. Mengapa kegiatan agroindustri perlu dikembangkan?
5. Adakah efek negatif perkembangan agroindustri terhadap kegiatan usaha
tani? Jika ada, sebutkan.
6. Bagamanakah kedudukan produk-produk agroindustri Indonesia di dunia
saat ini.
7. Apakah yang dimaksud dengan analisis proyek?
8. Apakah yang dimaksud dengan kerangka analisis agroindustri?
9. Bagaimana proses pembuatan suatu kerangka analisis agroindustri?
10. Bagaimanakah peranan pemerintah terhadap agroindustri yang ada di
Indoensia

79

KEGIATAN BELAJAR 3
Modul

PEMASARAN AGRIBISNIS

Peranan Pemasaran Dalam Sistem Agribisnis


Sebelum mengetahui lebih dalam mengenai pemasaran dalam sistem
agribisnis, akan lebih baik jika kita memahami pengertian pasar, pemasar, dan
pemasaran pertanian. Pasar pertanian adalah tempat dimana terdapat interaksi
anatara kekuatan penawaran dan permintaan produk pertanian dan terjadi
kesepakatan yang berhubungan dengan pemindahan kepemilikan (Kotler, 1997).
Kesepakatan tersebut da[at berupa kesepakatan harga, cara pembayaran, cara
pengiriman, tempat pengambilan atau penerimaan produk, dll. Jika didasarkan
pada konsep agribisnis, maka pasar pertanian terdiri atas pasar input dan alat-alat
pertanian, pasar produk pertanian, dan pasar produk industri pengolahan hasil
pertanian atau pasar produk agroindustri.
Pemasar pertanian dapat diartikan sebagai seseorang yang mencari barang
input dan output serta jasa pada bidang pertanian dengan menwarkan sesuatu yang
bernilai sebagai imbalannya. Sedangkan yang dimaksud pemasaran pertanian
adalah sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari
barang atau jasa yang ditujukan untuk memeberi kepuasan dari barang atau jasa
yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik
input maupun produk pertanian (Kotler, 1997).

Pengertian Pasar, Pemasar, dan Pemasaran Agribisnis


Pasar agribisnis adalah tempat dimana terdapat interaksi antara penawaran
dan permintaan produk (barang dan/ atau jasa) di bidang agribisnis, terjadi
80

kesepakatan harga, jumlah, spesifikasi produk, cara pengiriman, penerimaan,


pembayaran, dan tempat terjadi perpindahan kepemilikan barang atau jasa di
bidang agribisnis, dll (Kotler, 1997).
Pemasar agribisnis didefinisikan sebagai seseorang yang mencari barang
atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang
agribisnis. Sedangkan pemasaran agribisnis merupakan kegiatan yang terdiri atas
pemasaran input dan alat-alat pertanian, pemasaran produk pertanian, dan
pemasaran produk agroindustri serta pemasaran jasa-jasa pendukung agribisnis
(Kotler, 1997).

Pemasaran Agribisnis Sebagai Ilmu dan Seni


Untuk menelaah atau menganalisa agar aliran barang atau jasa dari produsen
ke tangan konsumen akhir dapat berjalan dengan baik, efisien, dan efektif, maka
lahirlah ilmu pemasaran yang mencakup konsep-konsep dan teori-teori dasar
pemasaran dan manajemen pemasaran. pemasaran agribisnis sebagai suatu ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan dan pengalaman praktis di bidang pemasaran
agribisnis yang disusun secara sistematis dan dapat diterima sebagai kebenaran
yang sifatnya universal. Sedangkan pemasaran sebagai seni mendorong aplikasi
praktis dari teori-teori dan konsep-konsep pemasaran agribisnis, serta timbulnya
dorongan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan hasil intuisi,
rasa, keyakinan, dan kreativitas dalam seluruh rangkaian kegiatan dalam
pemasaran agribisnis.
Kegiatan dalam pemasaran agribisnis ini merupakan suatu kegiatan yang
produktif karena kegiatan ini menciptakan kegunaan barang dan jasa, meliputi
kegunaan bentuk, tempat, waktu, dan pemilikan.
Dalam pelaksanaanya, sistem pemasaran mencakup banyak lembaga, baik yang
berorientasi laba maupun nirlaba, baik yang terlibat dan terkait langsung maupun
tidak dengan operasi sistem pemasaran pertanian.

Sistem pemasaran yang

kompleks tersebut diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam upaya


memaksimumkan kepuasan konsumen, pilihan konsumen, dan mutu hidup
masyarakat.
81

1. Memaksimumkan tingkat konsumsi


Sistem pemasaran memiliki sasaran dan berusaha untuk memaksimumkan
tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai jenis produk yang dipasarkan.
Upaya ini menjadi salah satu sasaran karena dengan tingkat konsumsi masyarakat
yang tinggi akan berimplikasi kepada peningkatan volume penjualan dan pada
gilirannya akan merangsang peningkatan volume produksi. Memaksimumkan
tingkat konsumsi akan memaksimumkan pula tingkat produksi, kesempatan kerja,
kesempatan berusaha, kesejahteraan, dan mutu hidup masyarakat. Tingkat
produksi yang tinggi akan berpengaruh positif kepada pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi secara makro dan selanjutnya akan memperbaiki kualitas
hidup masyarakat, meningkatkan daya beli potensial, dan merangsang
peningkatan investasi pada sektor-sektor produktif, baik di bidang pertanian
maupun di bidang lainnya yang terkait.
2. Memaksimumkan kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen menjadi sasaran dari semua kegiatan dalam sistem
pemasaran suatu produk. Kepuasan tersebut didapatkan jika seseorang
mengkonsumsi atau menggunakan barang dengan tingkat kepuasan marjinal lebih
tinggi atau sama dengan biaya marjinal yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang tersebut. Pengukuran kedua variabel tersebut mencakup ukuran rasio
kuantitatif dan/ atau rasio kualitatif. Namun, pada kenyataannya pengukuran
tingkat kepuasan secara absolut sangat sulit dilakukan dikarenakan hal hal
sebagai berikut :
- Belum ditemukan metode yang handal untuk mengukur tingkat kepuasan
total secara absolut yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi suatu
jenis produk
- Tingkat kepuasan konsumen tidak hanya tergantung pada keunggulan sifatsifat dan karakteristik produk yang memberikan dampak positif kepada
konsumennya, tetapi juga hal-hal yang memberikan dampak negatif, baik
kepada diri konsumen maupun lingkungannya
- Karakteristik dan ukuran kepuasan konsumen dapat berbeda-beda, baik
antarwaktu, antarlokasi, tingkat sosial, dan kebiasaan
82

3. Memaksimumkan pilihan
Pilihan konsumen dapat menjadi maksimum jika tersedia banyak jenis barang
dengan karakteristik yang berbeda-beda. Produsen biasanya memerlukan biaya
produk dengan skala produksi yang relatif kecil-kecil. Selain itu dengan
memproduksi banyak jenis akan meningkatkan biaya pengelolaan persediaan. Hal
tersebut juga memberikan efek kepada lembaga pemasaran untuk mengeluarkan
biaya yang relatif besar untuk menyediakan atau memasarkan lebih banyak
produk dibandingkan dengan jenis produk yang lebih sedikit.
Biaya yang dikeluarkan oleh produsen dan lembaga pemasaran ini akan
mempengaruhi tingginya harga pokok dan harga penjualan. Hal tersebut
kemudian berpengaruh pada pengurangan tingkat konsumsi dan pendapatan nyata
konsumen. Dari segi konsumen, keberadaan lebih banyak jenis barang tidak akan
meningkatkan pilihan nyata konsumen dan tidak semua konsumen memberikan
tanggapan positif dan justru membuat konsumen semakin bingung dalam
memilih.
Sistem pemasaran pertanian merupakan suatu sistem yang kompleks. Proses
sistem tersebut harus dapat mempertemukan antara kepentingan dan kebutuhan
produsen dan konsumen, dimana seringkali kepentingan tersebut saling
bertentangan. Kompleksitas sistem pemasaran pertanian dan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kegiatan pemasaran pertanian menuntun para analis yang
akan atau sedang menelaah dimensi-dimensi yang ada dalam sistem pemasaran
tersebut, baik secara parsial maupun seluruh dimensi yang dapat teridentifikasi.
Kerangka analisis tersebut dimulai dengan menentukan suatu pendekatan yang
akan menjadi acuan dalam merancang model analisis. Beberapa pendekatan dalam
studi dan analisis pemasaran antara lain adalah pendekatan fungsional, pedekatan
kelembagaan, pendekatan produk/ komoditas, pendekatan manajerial, dan
pendekatan sistem.
1. Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional digunakan untuk menelaah dan menganalisis
kegiata-kegiatan fungsional yang akan dilakukan oleh setiap pelaku dalam
proses pemasaran suatu komoditas. Analisis fungsi-fungsi tersebut sangat

83

berguna dalam perencanaan biaya pemasaran dan nilai produk yang akan
dibayar oleh konsumen akhir.
2. Pendekatan Kelembagaan
Pendekatan kelembagaan berguna untuk menjawab mengenai siapa yang
akan melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam proses pemasaran suatu
produk secara efektif dan efisien.
3. Pendekatan Produk
Pendekatan produk memfokuskan kepada bagaimana produk tersebut
dapat menjadi mudah dan murah untuk diterima dan digunakan oleh
konsumen dan/ atau diperoleh.
4. Pendekatan Manajerial
Pendekatan manajerial memfokuskan pada kerangka analisis berdasarkan
fungsi-fungsi

manajemen

yaitu

perencanaan,

pelaksanaan,

pengorganisasian, pengawasan, dan evaluasi. Tujuannya adalah membuat


seluruh kegiatan pemasaran, baik secara parsial maupun keseluruhan
menjadi produktif, efektif, dan efisien.
5. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem memfokuskan untuk melihat secara mendalam dan
memproyeksi tingkat keberhasilan masing-masing begian, mengevaluasi
kerangka tindakan dan kebijakan umum serta menyusun rencama operasi
secara detil.

SALURAN PEMASARAN AGRIBISNIS


Saluran pemasaran merupakan saluran yang digunakan oleh produsen untuk
menyalurkan produk dari produsen sampai ke konsumen akhir. Menurut panjang
pendeknya, saluran pemasaran dapat dibagi menjadi tiga kempok sebagai
berikut :
1.

Penyaluran Langsung
Penyaluran Langsung merupakan saluran pemasaran yang paling pendek
dimana

produk

diantar

dari

produsen
84

langsung

ke

konsumen.

Contohnya adalah sayuran atau buah-buahan yang baru dipetik dijual di


pinggir jalan.
2.

Penyaluran Semi-Langsung
Penyaluran Semi-Langsung yaitu saluran pemasaran yang melewati satu
perantara baru ke konsumen. Contohnyaadalah asil panen sayur yang dijual
oleh petani kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul
menjual langsung ke konsumen.

3.

Penyaluran Tidak Langsung


Penyaluran Tidak Langsung yaitu saluran pemasaran yang menggunakan
dua

atau

lebih

perantara

baru

kemudian

sampai

ke

konsumen.

Contohnya adalah buahan yang dijual ke pedagang pengumpul kemudian


diolah menjadi minuman oleh pabrik baru kemudian dipasarkan oleh
pengecer dan dibeli oleh konsumen.Contoh saluran pemasaran agribisnis
dapat digambarkan sebagai berikut :

Saluran 1
tingkat
(PRK)

Retail

Saluran 2
tingkat
(PGRK)

Saluran 3
tingkat
(PGRAK)

Produsen

Grosir

Grosir

Retail

Agen

Retail

Gambar 7. Saluran Pemasaran Agribisnis (Kotler, 1997)

85

Konsumen

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran pemasaran


adalah:
1.

Sifat Barang
Misalnya barang cepat rusak seperti: sayuran, susu, dan daging maka
saluran yang dipilih adalah langsung. Begitu juga surat kabar, harus cepat
sampai di tangan konsumen.

2.

Sifat Penyebaran Barang


Untuk barang harus tersedia di tempat di manapun dan mudah dicari seperti:
rokok, korek api, obat-obatan produsen cenderung menggunakan saluran
distribusi yang panjang.

3.

Alternatif Biaya
Adanya

pertimbangan

biaya

dalam

menetapkan

saluran

distribusi

menyebabkan saluran distribusi yang panjang akan menimbulkan biaya


besar sehingga harga jual menjadi lebih tinggi dan kelancaran penjualan
barang terganggu.
4.

Modal
Setiap usaha selalu memerlukan modal atau dana untuk beroperasi, begitu
pula halnya untuk saluran pemasaran. Bila modal kita cukup besar, maka
saluran distribusi juga akan semakin kompleks karena produsen akan
membawa barangnya ke pelosok wilayah.

5.

Tingkat Keuntungan
Tergantung dari mata rantai penyaluran barang, semakin panjang mata
rantainya akan menyebabkan harga di konsumen tinggi. Hal itu berarti
kelancaran penjualan akan tersendat/ terganggu sehingga semakin
keuntungan menjadi berkurang.
Seluran pemasaran yang terbentuk dalam proses pemasaran sangat beragam,
salah satunya dapat dipengaruhi oleh lembaga-lembaga pemasaran yang
86

terlibat dalam proses penyampaian produk dari konsumen ke konsumen


yang membentuk jaringan pemasaran.
Lembaga pemasaran merupakan badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke
konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu
lainnya. Lembaga pemasaran muncul karena adanya keinginan konsumen untuk
memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu (time utility), tempat (place
utility), dan bentuk (form utility).
Lembaga pemasaran bertugas untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran
serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Imbalan yang
diterima lembaga pemasaran dari pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran adalah
margin pemasaran (yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan).
Macam-macam lembaga pemasaran:
1.

Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjual belikan, lembaga


pemasaran dapat dibedakan menjadi tigayaitu:

Lembaga yang tidak memiliki komoditi, tetapi menguasai komoditi,


seperti agen dan perantara, makelar (broker, selling broker, dan buying
broker)

Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi yang


dipasarkan, seperti: pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan
importir.

Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi yang


dipasarkan, seperti perusahaan-perusahaan yang menyediakan fasilitas
transportasi, auransi pemasaran, dan perusahaan yang menentukan
kualitas produk pertanian (surveyor).

87

2.

Berdasarkan keterlibatan dalam proses pemasaran, yaitu:

Tengkulak,

yaitu

lembaga

pemasaran

yang

secara

langsung

berhubungan dengan petani. Tengkulak melakukan transaksi dengan


petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian.

Pedagang pengumpul, yaitu lembaga pemasaran yang menjual komoditi


yang dibeli dari beberapa tengkulak dari petani. Peranan pedagang
pengumpul adalah mengumpulkan komoditi yang dibeli tengkulak dari
petani-petani, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran
seperti pengangkutan.

Pedagang besar, untuk lebih meningkatkan pelaksanaan fungsi-fungsi


pemasaran maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul
perlu dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasaran yang disebut
pedagang besar. Pedagang besar juga melaksanakan fungsi distribusi
komoditi kepada agen dan pedagang pengecer

Agen penjual, bertugas dalam proses distribusi komoditi yang


dipasarkan, dengan membeli komoditi dari pedagang besar dalam
jumlah besar dengan harga yang realtif lebih murah.

Pengecer (retailers), merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan


langsung dengan konsumen. Pengecer merupakan ujung tombak dari
suatu proses produksi yang bersifat komersil. Artinya kelanjutan proses
produksi yang dilakukan oleh produsen dan lemabaga-lembaga
pemasaran sangat tergantung dengan aktivitas pengecer dalam menjual
produk ke konsumen. Oleh sebab itu tidak jarang suatu perusahaan
menguasai proses produksi sampai ke pengecer.

3.

Berdasarkan lembaga-lembaga pemasarann tersebut, saluran pemasaran


agribisnis yang dapat terbentuk adalah :

Produsen berhubungan langsung dengan konsumen akhir


88

Produsen

tengkulak pedagang pengumpul pedagang besar pengecer

konsumen akhir

Produsen tengkulak pedagang besar pengecer konsumen akhir

Produsen

pedagang pengumpul pedagang besar pengecer

konsumen akhir

Dll

Hubungan antar lembaga-lembaga tersebut akan membentuk pola-pola pemasaran


yang khusus yang sering disebut sistem pemasaran.

FUNGSI DAN BAURAN PEMASARAN


Fungsi Pemasaran
Proses penyaluran bantan dan/ atau jasa dari produsen ke konsumen akhir
memerlukan berbagai kegiatan fungsional pemasaran yang ditujukan untuk
memperlancar proses penyaluran barang dan/ atau jasa secara efektif dan efisien
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegiatan fungsional
tersebut disebut fungsi-fungsi pemasaran dan fungsi tersebut dilakukan oleh
lembaga-lembaga

pemasaran

suatu

komoditas,

yang

membentuk

rantai

pemasaran/ sistem pemasaran.


Fungsi pemasaran dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan fungsional
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik aktivitas proes fisik
maupun jasa yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen
sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya melalui penciptaan atau penambahan
kegunaan bentuk, waktu, tempat, dan kepemilikan terhadap suatu produk.
Klasifikasi fungsi-fungsi pemasaran agribisnis adalah sebagai berikut (Said,
2001) :
1. Fungsi pertukaran (owner equity), meliputi

semua kegiatan yang

berhubungan dengan pemindahan hak milik suatu barang dan/ atau jasa
melalui suatu proses pertukaran. Fungsi pertukaran terdiri atas dua fungsi
yaitu, usaha pembelian dan usaha penjualan.
89

Fungsi pembelian (diperlukan untuk memiliki barang untuk konsumsi dan


produksi sehingga kita mencari sumber-sumber penawaran agar barang
tetap sedia). Usaha pembelian dilakukan oleh pedagang perantara yakni
pedagang besar, pengumpul atau pengecer untuk dijual kembali dan oleh
produsen dijadikan bahan baku atau masukan dalam proses produksi.
Contohnya adalah input-input dan alat-alat pertanian yang dibeli oleh
petani, pembelian hasil pertanian oleh industri pengolahan, dan pembelian
produk setengah jadi oleh industri untuk siolah lebih lanjut menjadi
produk jadi.

Fungsi penjualan (diperlukan untuk mencari tempat dan waktu yang tepat
untuk memasarkan barang). Sama dengan fungsi pembelian, fungsi
penjualan ini dilakukan oleh pedagang perantara yakni pedagang besar,
pengumpul atau pengece. Selain menemukan kebutuhan konsumen dan
memberikan pelayanan sebaik-baiknya, fungsi penjualan berperan untuk
menemukan permintaan potensial bagi produknya dan berusaha mengubah
permintaan potensial tersebut menjadi permintaan nyata melalui kegiatan
promosi dan periklanan.

2. Fungsi fisik, merupakan semua tindakan yang dilakukan terhadap barang


sehingga memperoleh kegunaan karena tempat, waktu, dan bentuk. Fungsifungsi tersebut meliputi :
a. Fungsi penyimpanan yaitu, bagaimana menjaga barang dari mulai
panen hingga penjualan.
Fungsi penyimpanan berupaya mengatur dan mengontrol persediaan
untuk kebutuhan selama periode tertentu. Fungsi ini menangani produk
berupa masukan (bahan baku) untuk suatu kegiatan produksi dan
menangani keluaran berupa produk hasil kegiatan produksi.
b. Fungsi pengangkutan
Fungsi pengangkutan mempunyai peran dalam proses pemasaran suatu
komoditas, terutama dalam memperlancar perpindahan produk dari
90

lokasi peroduksi sampai ke lokasi konsumen akhir. Fungsi ini semakin


penting dengan semakin jauhnya jarak antara lokasi produksi dengan
lokasi konsumen akhir atau pengguna.
c. Fungsi pengolahan
Fungsi ini adalah usaha menambah kegunaan bentuk kepada input-input
pertanian menjadi produk pertanian yang mengalir dalam sistem
pemasaran pertanian.
2.

Fungsi fasilitas pemasaran yaitu kegiatan yang menolong sistem pemasaran


untuk mengoperasi lebih lancar. Fungsi fasilitas dalam sistem pemasara
meliputi standarisasi dan penggolongan mutu, pembiayaan, penanggungan
risiko, dan penyediaan informasi pasar. Bahkan ada pula yang menambahkan
beberapa fungsi fasilitas yang lain seperti penelitian pasar, penelitian dan
pengembangan produk, pengembangan dan perluasan permintaan, serta
pengepakan dan pengemasan.
a. Fungsi Standarisasi dan Penggolongan Mutu
Standarisasi dan penggolongan mutu memegang peranan penting
dalam sistem pemasaran dimana dengan adanya hal ini, para pembeli,
penjual dan lembaga pemasaran lainnya memiliki kesamaan bahasa
mengenai ukuran suatu tingkat mutu produk sehingga dapat
mempermudah proses pertukaran dimanapun pelaku berada.
b. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan memegang peranan dalam perencanaan pembiayaan,
pelaksanaan pembiayaan, pengawasan pembiayaan, pengevaluasian
pembiayaan, dan pengendalian pembiayaan.
c. Fungsi Penanggung Risiko
d. Fungsi Penyediaan Informasi Pemasaran
91

Fungsi ini memegang peranan dalam melancarkan proses operasi


pemasaran, memperbaiki tingkat efisiensi proses pemasaran, dan
membantu dalam pengambilan keputusan.
e. Fungsi Penelitian Pemasaran
Fungsi ini berperan menghubungkan konsumen pelanggan, dan
masyarakat kepada pemasar melalui informasi, dimana informasi
tersebut digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah dan
kesempatan-kesempatan
meningkatkan

dapat

pemasaran
meningkatkan

sehingga
kegiatan

pemasar

dapat

pemasarannya,

menyaring, memonitorm dan mengevaluasi kegiatan pemasarannya


serta membangun pengertian dan menanamkan pemahaman tentang
pemasaran sebagai suatu proses.

Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran (marketing mix) menurut Marketing Management (1997)
merupakan kumpulan dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan
yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk mencapai tujuan pemasaran dalam
pasar sasaran. Menurut Kotler (1997), bauran pemasaran adalah sejumlah alat-alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk menyakinkan obyek pemasaran atau
target pasar yang dituju. Selanjutnya bauran pemasaran juga didefinisikan sebagai
kombinasi 4 variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran
yaitu produk, harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi (Stanton, 1978).
Terdapat banyak alat pemasaran, namun McCarthy membagi unsur bauran
pemasaran menjadi 4 faktor yang disebut 4P, yaitu Product, Price, Place, dan
Promotion. Secara singkat bauran pemsaran tersebut dapat dijelaskan sebagai
berkut :
1. Product (produk) adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada
masyarakat untuk dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi. Produk dapat
terdiri dari barang fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan.
92

2. Price (harga), yaitu sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli
produk atau mengganti hak milik produk.
3. Place (tempat), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk
yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran.
4. Promotion

(promosi),

yaitu

berbagai

kegiatan

perusahaan

untuk

mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran.


Variabel promosi meliputi antara lain promosi penjualan, periklanan,
target penjualan, hubungan masyarakat, and pemasaran langsung.
Variabel promosi atau yang lazim disebut bauran komunikasi pemasaran
(Koter, 1997):
a) Periklanan, yaitu semua bentuk presentasi nonpersonal dan promosi
ide, barang, atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat
bayaran.
b) Promosi penjualan, yaitu insentif jangka pendek untuk mendorong
keinginan mencoba atau pembelian produk dan jasa.
c) Hubungan Masyarakat and publisitas, yaitu berbagai program yang
dirancang

untuk

mempromosikan

dan/atau

melindungi

citra

perusahaan atau produk individual yang dihasilkan.


d) Personal selling, yaitu interaksi langsung antara satu atau lebih calon
pembeli dengan tujuan melakukan penjualan.
e) Pemasaran langsung, yaitu melakukan komunikasi pemasaran secara
langsung untuk mendapatkan respon dari pelanggan dan calon
tertentu, yang dapat dilakukan dengan menggunakan surat, telepon,
dan alat penghubung nonpersonal lain.

93

PRODUCT
- Mutu
- Rancangan
- Nama merek
- Kemasan
- pelayanan

PRICE
- Harga tercantum
- Potongan harga
- Kelonggaran
- Periode
- Pembayaran
- Batas kredit
Pelanggan sasaran
posisi yang
diharapkan

PROMOTION
- Periklanan
- Penjualan personal
- Promosi penjualan
- Hubungan
masyarakat

PLACE
- Saluran
- Cakupan
- Pilihan lokasi
- Persediaan
- Pengangkutan

Gambar 8. Bauran Pemasaran (Kotler and Amstrong (2008)


Berkaitan dengan konsep bauran pemasaran 4P sebelumnya, Robert
Luaterborn mengatakan bahwa faktor 4P berhubungan dengan 4C (customer need
and want, cost to customer, convenience, communication) pelanggan dan tidak
bisa dipisahkan untuk mencapai tujuan yang masksimal.

1. Productcustomer need and want


Produk yang dihasilkan harus melihat kebutuhan dan keinginan para
penggunanya.
2. Price Cost to Customer
Harga selalu berhubungan dengan biaya pelanggan yang akan ditentukan.
Oleh

karena

itu,

lembaga

yang

memproduksi

informasi

harus

mempertimbangkan keseimbangan antara informasi yang diberikan dengan


biaya pelanggan.
3. Place Convience
Tempat berhubungan dengan kemudahan keberadaan tempat pemasaran,
seperti:
a. Lokasi gedung yang strategis dengan penempatan perabot yang tidak
mengganggu kelancaran (lay out) tugas petugas (karyawan dan
pustakawan) serta aktivitas pengguna yang datang.

94

b.

Penempatan bahan pustaka di rak-rak filling dapat dijangkau serta


penyajian dan sumber-sumber informasi melalui jaringan kerja
perpustakaan untuk menjangkau masyarakat yang tidak dapat datang
ke perpustakaan.

Evolusi Faktor Bauran Pemasaran ( Marketing Mix)


Bauran pemasaran yang terdiri dari product, price, place, dan promotion
(4P) seiring perkembangan jaman dan tuntutan pasar yang senantiasa mengalami
perkembangan telah mengalami evolusi dan terus berkembang searah dengan
perkembangan perilaku konsumen dan kecerdasan para ahli pemasaran. Lovelock
dan Wright (2002) mengembangkan bauran pemasaran (marketing mix) menjadi
integrated service management dengan menggunakan pendekatan 8Ps, yaitu:
product elements, place, cyberspace and time, promotion and education, price
and other user outlays, process, productivity and quality, people, and physical
evidence.
a)

Product elements adalah semua komponen dari kinerja layanan yang


menciptakan nilai bagi pelanggan.

b)

Place, cyberspace, and time adalah keputusan manajemen mengenai kapan,


dimana, dan bagaimana menyajikan layanan yang baik kepada pelanggan.

c)

Promotion and education adalah semua aktivitas komunikasi dan


perancangan

insentif

untuk

membangun

persepsi

pelanggan

yang

dikehendaki perusahaan atas layanan spesifik yang perusahaan berikan.


d)

Price and other user outlays adalah pengeluaran uang, waktu, dan usaha
yang pelanggan korbankan dalam membeli dan mengkonsumi produk dan
layanan yang perusahaan tawarkan atau sajikan.

e)

Process adalah suatu metode pengoperasian atau serangkaian tindakan yang


diperlukan untuk menyajikan produk dan layanan yang baik kepada
pelanggan

f)

Productivity and quality, produktivitas adalah sejauhmana efisiensi


masukan-masukan layanan ditransformasikan ke dalam hasil-hasil layanan
yang dapat menambah nilai bagi pelanggan, sedangkan kualitas adalah
95

derajat suatu layanan yang dapat memuaskan pelanggan karena dapat


memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan.
g)

People adalah pelanggan dan karyawan yang terlibat dalam kegiatan


memproduksi produk dan layanan (service production).

h)

Physical evidence adalah perangkat-perangkat yang diperlukan dalam


menyajikan secara nyata kualitas produk dan layanan.

LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Pemasaran Agribisnis, coba Anda
uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan posisi pemasaran dalam suatu sistem agribisnis
2. Jelaskan bagaimana permintaan dan penawaran dapat mempengaruhi harga
suatu produk
3. Sebutkan strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keuntungan komoditas pertanian
4. Jelaskan fungsi-fungsi pemasaran agribisnis
5. Jelaskan evolusi faktor bauran pemasaran agribisnis
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah yang dimaksud dengan pasar, pemasar, dan pemasaran agribisnis?
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya efisiensi
pemasaran agribisnis?
3. Apakah perbedaan antara penjualan dan pemasaran?
4. Sebutkan peranan fungsi penyimpanan, trasnportasi, dan informasi dalam
pemsaran agribisnis
5. Sebutkan sifat-sifat produk pertanian.
6. Sebutkan sifat-sifat produksi pertanian
96

7. Apa yang dimaksud dengan penyataan pemasaran merupakan kegiatan


produktif
8. Sebutkan beberapa pendekatan studi dan analisis pemasaran pertanian
9. Apakah yang dimaksud pendekatan sistem pemasaran
10. Bagaimanakah hubungan antara bauran pemasaran 4P dengan 4C

97

Modul

PERDAGANGAN BESAR

AGRIBISNIS

Tipe Perdagangan Besar Agribisnis


Perdagangan besar adalah suatu proses untuk memfasilitasi proses
pengangkutan barang ke pasar eceran (ritel) (Roy, 1967).

Pedagang besar

merupakan operator agribisnis dalam hal pembelian, perakitan, perpindahan,


penyimpanan, dan pendistribusian bahan pangan dan produk makanan untuk
dijual ke pengecer, industri, dan konsumen yang bertujuan memperoleh laba.
Pedagang besar sangat berperan dalam agrimarketing food channel disebabkan
mereka mampu memberikan pedagang eceran yang meliputi kredit, simpanan, dan
variasi.
-

Kredit; pedagang besar mampu memberikan pedagang ritel bermacammacam produk dan terkadang memberikan kredit jangka pendek

Simpanan; dengan membeli barang yang cukup besar untuk satu produk,
pedagang besar mendapatkan potongan harga (yangdisebut price saving)

Variasi; pedagang besar mampu mempertahankankeanekaragaman produk


dan meninventarisir suatu tingkatanyang tidak dapat dilakukan oleh
pedagang ritel

Tipe perdagangan besar dikelompokan sebagai berikut :


1.

Merchant Wholesaler, merupakan pedagang yang membawa barang yang


dikuasai dan dimilikinya, membeli kemudian menjualnya.

2.

Manufactures sales brances, merupakn sebuah operasi perdaganga n yang


terintegrasi dengan industri atau sebuah proses. Mereka memiliki dan
mengoperasikan industri makanan dan mereka memberikan berbagai
pelayanan yang luas.
98

3.

Agen dan broker, merupakan pedagang yang membawa barang yang tidak
dimiliki dan dikuasainya, namun mereka hanya berperan sebagai perantara.
Apabila diklasifikasikan berdasarkan penggabungan antara pedagang besar

dengan pedagang ritel, maka perdagangan besar dapat dikelompokan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1.

Co-op wholesaling, adalah perdagangan dimana toko ritel dimiliki oleh


padagang besar

2.

Voluntary Wholesaling, adalah perdagangan dimana toko ritel bekerja sama


dengan pedagang besar tidak dalam satu kepemilikan

3.

Unaffiliated Wholesaling, adalah perdagangan dimana antara pedagang


besar dan pedagang ritel bekerja masing-masing (tidak ada penggabungan).

INTEGRASI DAN KOORDINASI VERTIKAL PADA


PERDAGANGAN BESAR
Konsep integrasi atau terpadu

digunakan sebagai pendekatan dalam

membuat sistem atau program baru yang diharapkan akan memajukan sektor
pertanian dengan meningkatkan efisiensi. Konsep integrasi adalah mencakup
seluruh elemen sistem agribisnis, yaitu

integrasi antara subsistem usaha

pengadaan input pertanian, subsistem usaha produksi pertanian atau usahatani


(on-farm), subsistem usaha pengolahan hasil pertanian (agroindustri), dan
subsistem usaha pemasaran (Said, 2001).
Dalam membangun agribisnis terbadu terdapat tiga sistem yang dapat
digunakan yaitu integrasi vertikal, horisontal, dan gabungan keduanya.
Integrasi vertikal adalah pengelolaan bisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan
berada pada satu komando keputusan manajemen untuk menghindari resiko
ekonomi. Melalui integrasi vertikal dapat dicapai efisiensi tertinggi, karena dapat
mencapai skala ekonomi (economic of scale) dan terhindar dari masalah marjin
ganda. Contoh dari integrasi vertikal adalah pada agribisnis kedelai, dimulai dari
pengadaan benih, pupuk, dan pestisida. Pengadaan benih unggul yang sesuai ini
mungkin dilakukan bila industri benih terintegrasi dengan kegiatan produksi
99

penangkar benih. Integrasi vertikal ditujukan untuk memberikan jaminan pasar,


pasokan, harga, efisiensi, dan kelangsungan sistem komoditas. Menurut GumbiraSaid (2002) integrasi vertikal hanya bisa terselenggara bila terdapat hubungan
yang saling rnenguntungkan dan saling mendukung antar para pelaku bisnis dalam
suatu sistem komoditas. Misalnya, hubungan antara plasma sebagai petani dan inti
sebagai pembeli, pengolah, dan pemasar. Menurut Porter (1980) intergrasi vertikal
memberikan manfaat sebagai berikut :
1.

Tercapainya penghematan volume hasil tertentu dalam bentuk penghematan


biaya aktivitas produksi, penjualan, pengendalian, dan aspek lainnya secara
terpadu.

2.

Pemahaman teknologi yang lebih baik dari aktivitas hulu sampai hilir

3.

Kepastian atas pasokan dan permintaan

4.

Penghapusan kekuatan tawar menawar dan distorsi harga input

5.

Peningkatan kemampuan untuk melakukan diferensiasi produk

6.

Peningkatan daya hambat masuk dan mobilitas

7.

Posisi bisnis yang berlaba tinggi

8.

Berjaga-jaga terhadap penutupann akses kepada pemasok maupun


konsumen.
Integrasi horisontal adalah pengelolaan usaha agribisnis dengan membangun

keterpaduan atas beberapa komoditas (Said, 2001). Integrasi horisontal


terselenggara apabila terdapat keterkaitan yang erat antarlini komoditas pada
tingkat usaha yang sama. Tujuan utama pembentukan integrasi horisontal adalah
meningkatkan efisiensi, mengatur jadwal tanam dan jenis komoditi sesuai dengan
permintaan, serta memenuhi volume dan mutu produk, memperkuat posisi tawar
produsen. Selain itu dapat membantu mengurangi risiko produksi dengan
pengiliran tanaman, mengurangi risiko harga dengan pengaturan jadwal tanam
dan jenis komoditi, serta mengatur jumlah pasokan. Integrasi campuran
merupakan kombinasi antara vertikal dan horisontal. Contoh pelaksanaan
integrasi campuran adalah pada usaha minyak atsiri. Integrasi horisontal terjadi
pada usaha penanaman berbagai komoditas tanaman yang mengandung minyak
atsiri. Usaha-usaha tersebut juga terintegrasi secara vertikal dengan produsen
100

minyak atsiri, serta usaha pemasaran yang terlibat dalam sistem komoditas
tersebut.

Jenis-jenis Integrasi Vertikal


Integrasi vertikal terbagi manjadi dua jenis yaitu integrasi ke hulu (up
stream) dan integrasi ke hlir (down stream) (Said, 2001).. Integrasi ke hulu
adalah jenin integrasi vertikal dimana perusahaan yang terintegrasi memproduksi
sendiri input yang dibutuhkan. Sedangkan integrasi ke hilir adalah perusahaan
yang memutuskan untuk menyalurkan output yang dihasilkan kepada konsumen
melalui perusahaan yang terintegrasi dengannya. Integrasi vertikal dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Full Integration
Perusahaan yang melalukan full integration bila perusahaan tersebut
memproduksi semua bahan baku yang dibutuhkan atau menyalurkan semua
output yang dihasilkan melalui anak perusahaan yang terintegrasi dengan
perusahaan tersebut.
2. Tapered Integration
Tapered integration merupakan perpaduan antara integrasi vertikal dengan
pertukaran pasar (market exchange). Perusahaan tidak membeli input yang
dibutuhkan dari perusahaan lain selain perusahaan yang terintegrasi
dengannya atau menyalurkan hasil produksinya sendiri dan melalui
perusahaan lain yang tidak terintegrasi.
3. Aliansi Strategis dan Joint Venture
Aliansi strategis merupakan penggabungan perusahaan yang bekerja sama
untuk berbagi informasi secara horisontal maupun vertikal. Aliansi horisontal
meliputi kerja sama perusahaan dalam industri yang sama sedangkan aliansi
vertikal meliputi kerja sama perusahaan pemasok input dengan perusahaan
pembelinya.
Joint Venture adalah bagian dari aliansi strategis dimana dua atau lebih
perusahaan bekerja sama dan membuat sebuah perusahaan gabungan baru
yang biasanya diperasikan oleh pekerja dari perusahaan induk.

101

LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Perdagangan Besar Agribisnis,
coba Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan metode operasi yang diterapkan oleh perdagangan besar.
2. Gambarkan dan jelaskan secara singkat mengenai model integrasi vertikal
sistem agribisnis
3. Apakah yang Anda ketahui mengenai integrasi horisontal?
4. Jelaskan secara singkat perbedaan integrasi vertikal dan horisontal!
5. Mengapa perdagangan besar berperan dalam agrimarketing food channel.
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah yang dimaksud dengan pedagang besar?
2. Apakah yang dimaksud dengan perdagangan besar?
3. Sebutkan macam-macam pedagang besar!
4. Sebutkan peranan dari perdagangan besar.
5. Sebutkan tipe-tipe perdagangan besar
6. Sebutkan perbedaan perdagangan besar co-op, voluntary, dan unafiliated
7. Apakah keunggulan perdagangan besar dibandingkan perdagangan
eceran?
8. Berikan contoh konsumen yang memakai jasa perdagangan besar.
9. Berikan contoh produk agroindustri yang ditawarkan oleh perdagangan
besar?
10. Sebutkan tiga jenis integrasi vertikal pada perdagangan besar.

102

KEGIATAN BELAJAR 4
Modul

PERDAGANGAN ECERAN

(RITEL) AGRIBISNIS

TIPE PERDAGANGAN ECERAN : MODERN DAN


TRADISIONAL
Kotler (2007) mendefinisikan perdagangan eceran (retailing) adalah semua
kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada
konsumen akhir untuk penggunaan pribadi bukan untuk bisnis. Ritel merupakan
mata rantai yang penting dari saluran distribusi yang menghubingkan keseluruhan
dari bisnis dan orang-orang yang mencakup perpindahan secara fisik dan tranfer
kepemilikan barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa fungsi pedagang eceran ini memberikan pelayanan dan
kemudahan kepada konsumen. Fungsi pedagang eceran adalah sebagai berikut :
1. Perantara antara distributor dengan konsumen akhir
2. Penghimpun berbagai kategori jenis barang yang menjadi kebutuhan
konsumen
3. Tempat rujukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan konsumen
4. Penentu eksistensi barang dari manufaktir di pasar konsumen

Tipe Perdagangan Eceran


Organisasi-organisasi pengecer memiliki berbagai macam bentuk, mulai
dari yang paling tradisional sampai kepada pengecer bedar dan modern yang
memanfaatkan teknologi informasi. Ritel (eceran) tradisional merupakan ritel
sederhana dengan tempat yang tidak terlalu luas, barang yang dijual terbatas
jenisnya. Pada sistem manajemen ritel sederhana ini memungkinkan terjadinya
103

proses tawar menawar. Contoh : pasar tradisional, pedagang kaki lima, pedagang
asongan, dan warung.
Ritel modern menawarkan tempat lebih luas, banyak jenis barang yang
dijual, manajemen lebih terkelola, harga sudah menjadi harga tetap. Ritel modern
ini menggunakan konsep melayani sendiri atau biasa disebut swalayan. Contoh
dari ritel modern ini adalah sebagai berikut :
1.

Minimarket, yaitu toko yang relatif kecil yang menjual barang kebutuhan
sehari-hari

2.

Convenience store, yaitu toko yang mirip minimarket dalam hal produk
yang dijual, tetapi berbeda dalam harga, jam buka, dan luas ruang serta
lokasi. Contoh : alfa mart, indomaret

3.

Specialty store, yaitu toko yang menyediakan pilihan produk yang lengkap
hingga konsumen tidak harus mencari di toko lain, keragaman produk
disertai harga yang bervariasi dari yang terjangkau hingga premiun
membuat lebih unggul

4.

Factory outlet, yaitu toko yang menjual produk-produk ekspor yang masih
layak untuk dijual

5.

Distro atau distribution outlet, yaitu toko yang menjual produk-produk yang
memiliki merek sendiri

6.

Supermarket, yaitu toko yang menjual produk-produk kebutuhan sehari-hari


dengan ukuran lebih besar dari minimarket

7.

Departemen store, yaitu toko yang berukuran sangat besar dan menjual
produk-produk sehari-hari, rumah tangga bahkan non pangan.
Saat ini ritel tradisional mengalami penurunan konsumen karena munculnya

ritel modern. Dilihat dari harga, kenyamanan, kepraktisan, dan ritel modern
memiliki keunggulan dibandingkan ritel tradisional. Namun, ritel tradisional
masih tetap berjaya di daerah perdesaan karena ritel modern belum ada di daerahdaerah perdesaan.
Selain tipe ritel eceran tradisional dan modern, bentuk pengecer bisa juga
diklasifikasikan berdasarkan lini produknya (Saladin, 2006) :
1.

Toko khusus (specialy store), toko yang khusus menjual lini produk terbatas
dengan macam barang yang cukup banyak dalam lini tersebut
104

2.

Toko serba ada (departement store), toko yang menjual beberapa lini
produk

3.

Toko swalayan, toko yang cukup besar dan menyediakan seluruh kebutuhan
rumah tangga, barang-barang bahkan obat-obatan

4.

Toko kebutuhan sehari-hari (convinience store), toko yang relatif kecil yang
terletak di daerah pemukiman, menyediakan barang kebutuhan sehari-hari

5.

Super store, toko yang rata-rata memiliki ruang jual yang sangat luas dan
bertujuan untuk memenuhi semua kebutuhan konsumen akan produk
makanan dan bukan makanan yang dibeli secara rutin

6.

Toko pemberi potongan harga (discount store), toko yang memberikan


potongan harga dalam menjual barang-barang strandar dengan harga lebih
murah dibandingkan pedagang biasa, dengan cara memperoleh marjim laba
sedikit tetapi volume penjualan besar

7.

Toko gudang adalah suatu operasi penjualan yang penjualannya dikurangi,


diberi potongan harga.

DAMPAK PEMBANGUNAN PASAR ECERAN MODERN DAN


TRADISIONAL TERHADAP PRODUK AGRIBISNIS

Dalam sistem agribisnis yang melibatkan perdagangan besar dan


perdagangan eceran diperlukan efisisensi dalam pemasaran dan distribusi produkproduk agribisnis. Dalam sistem ini, para pedagang besar produk primer membeli
produk dari pedagang pengumpul atau langsung dari petani kemudian menjualnya
kembali kepada para pedagang eceran atau kepada perusahaan agribisnis. Hasil
produk olahan dari perusahaan agribisnis ini kemudian dipasarkan dengan banyak
melibatkan para pedagang besar dan ribuan atau jutaan pedagang eceran dan
kegiatan ini menyediakan lapangan kerja, khususnya bagi pekerja informal seperti
pedagang kaki lima, asongan, dan warung.
Pembangunan perdagangan eceran saat ini cenderung mengarah pada toko
yang makin besar. Hal tersebut menawarkan lebih banyak ruang peragaan yang
menampung lebih banyak produk. Hal ini dibuktikan poduk pangan segar dan
105

olahan saat ini banyak dijual di toko serba ada dan berbagai toko swalayan.
Perusahaan pertokoan modern yang bergerak di sektor eceran ini misalnya toserba
Yogya, toserba Matahari, Toserba superindo, dan Toserba Hero. Namun, di sisi
lain dari perkembangan ini adalah mematikan pedagang-pedagang kecil dan
pedagang di pasar tradisional. Pertokoan modern ini membentuk mata rantai
pertokoan (chain store) yang diartikan sebagai pasar swalayan dengan di bawah
naungan satu manajemen pusat. Toko dengan jenis ini menawarkan harga yang
lebih rendah dan tanggap terhadap kebutuhan konsumen. Penggunaan alat-lat
teknologi berupa komputer atau pengamat elektronik di pintu keluar masuk, cctv
digunakan untuk memperlancar operasi. Penjaminan kenyamanan dan keamanan
saat berbelanja juga sangan diperhatikan oleh toko jenis ini, seperti disediakannya
gerobak/ keranjang belanja, satpam, ruangan AC, dan tempat yang cukup luas dan
nyaman bagi konsumen. Dampak negatif perkembangan toko modern ini
ditanggapi oleh pemerintah dengan menetapkan para pedagang ini hanya
diperbolehkan beroperasi di kota-kota besar, setingkat kotamadya/ kabupaten dan
propinsi.
Secara umum, pembangunan perdagangan eceran baik tradisional maupun
modern ini adalah mempermudah dan memperlancar pengembangan agribisnis
dengan mempermudah subsistem pemasaran dan distribusi produk agribisnis.
Dengan semakin berkembangnya sistem perdagangan eceran terutama eceran
modern, produk agribisnis lebih bisa tersalurkan dan membuat konsumen lebih
mudah menikmati produk agribisnis.
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Perdagangan Eceran (Ritel) , coba
Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan perbedaan perdagangan eceran tradisional dan modern
2. Sebutkan beberapa tren yang terdapat pada perdagangan eceran
3. Jelaskan dampak negatif akibat munculnya pedagang eceran modern
terhadap pedagang eceran tradisional.

106

4. Menurut pendapat anda, strategi seperti apakah yang efektif digunakan


untuk meningkatkan daya saing pedagang eceran tradisional terhadap
perkembangan pedagang eceran modern.
5. Jelaskan manfaat dari perdagangan eceran.
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah definisi dari perdagangan eceran (ritel)?
2. Sebutkan fungsi-fungsi perdagangan eceran (ritel)!
3. Sebutka tipe-tipe perdagangan eceran (ritel)!
4. Berikan contoh pedagang eceran tradisional yang ada di Indonesia!
5. Apakah yang Anda ketahui tentang specialty store?
6. Sebutkan perbedaan antara supermarket dengan departement store!
7. Berikan contoh pedagang eceran modern yang ada di Indonesia!
8. Sebutkan keunggulan perdagangan eceran modern?
9. Sebutkan keunggulan perdagangan eceran tradisional?
10. Adakah perbedaan produk yang dijual oleh perdagangan eceran
modern dengan tradisional? Sebutkan.

107

Modul

KONSUMEN AGRIBISNIS

TIPE DAN PROFIL KONSUMEN AGRIBISNIS


Konsumen agribisnis adalah setiap orang yang ingin memenuhi keinginan


dan kebutuhannya terhadap barang hasil-hasil pertanian. Konsumen agribisnis
terdiri dari konsumen industri dan konsumen individu/ perorangan.
1.

Konsumen industri yaitu perusahaan-perusahaan agribisnis yang membeli


produk hasil usaha tani dari para petani untuk diolahnya menjadi barang
setengah jadi maupun barang jadi.

2.

Konsumen

individu/

perorangan

adalah

konsumen

akhir

yang

mengkonsumsi produk agribisnis dalam bentuk yang mereka inginkan/


butuhkan untuk digunakan sendiri. Misalnya membeli pakaian, sepatu, dll
Kebutuhan dari kedua kelompok konsumen tersebut sangat berbeda.
Konsumen pertama atau yang disebut dengan agroindustri, membutuhkan produkproduk hasil pertanian yang bermutu (berkualitas) untuk diolahnya menjadi
barang setengah jadi dan barang jadi yang berkualitas. Sedangkan konsumen yang
kedua membutuhkan produk-produk hasil pertanian (agribisnis) yang sesuai
dengan seleranya atau keinginannya. Memuaskan kebutuhan kedua kelompok
konsumen tersebut akan produk hasil usaha tani (agribisnis) sangat penting sebab,
konsumen tersebutlah yang nantinya akan mengkonsumsi produk-produk
agribisnis.

PERMINTAAN KONSUMEN AGRIBISNIS


Teori konsumen biasanya digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan
produk-produk yang akan dipilih oleh konsumen pada tingkat pendapatan dan
108

harga tertentu. Terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk penentuan


permintaan dan pilihan konsumen terhadap suatu barang/jasa, yaitu :
1. Pendekatan utilitas (Utility Approach);
2. Pendekatan kurva Indiveren (Indifference Curve Approach) dan
3. Pendekatan atribut (Atribute Approach).
1.

Teori utilitas pada perilaku konsumen ini pertama kali dikemukakan oleh
Berthan (1748 1833) dalam Hiesheleifer dan Glazer (1992) yang
menyatakan bahwa tujuan manusia adalah mencari kesenangan dan
menghindari penderitaan sehingga memandang segala sesuatu yang
ditawarkan kepadanya dari segi kegunaan (ulititas). Pendekatan teori utilitas
menyatakan bahwa setiap barang mempunyai dayaguna atau utilitas sebab
barang tersebut pasti mempunyai kemampuan untuk memberikan kepuasan
kepada konsumen yang menggunakan barang tersebut. Oleh karena itu
apabila orang meminta sesuatu jenis barang, pada dasarnya yang diminta
adalah dayaguna barang tersebut.
Contoh: ada pernyataan bahwa suatu barang A memiliki kegunaan lebih
tinggi daripada barang B dan pernyataan barang A lebih disukai daripada
barang B adalah sama. Keduanya mengarah pada barang A lebih diminati
dibandingkan barang B.
Asumsi yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan utilitas ini antara
lain:
1) Total utility merupakan fungsi dari barang yang dikonsumsi baik
jumlah maupun macamnya {TU = (x, y, ..z)}.
2) Konsumen akan memaksimalkan utilitasnya, dengan tunduk kepada
kendala anggaran.
3) Utilitas dapat diukur secara Kardinal.
4) Tambahan kepuasan yang diperoleh karena tambahan barang yang
dikonsumsi (marginal utility ) menurun (The Law of Diminishing
Marginal Utility) yang dikenal dengan hukum Gossen I.

109

Gaspers kemudian mengatakan bahwa kepuasan konsumen sangat


bergantung kepada persepsi dan harapan konsumen. Adapun faktorfaktoryang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen antara lain :
1) Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang
dirasakan konsumen ketika sedang mencoba melakukan transaksi
dengan produsen produk.
2) Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan
maupun pesaing-pesaingnya.
3) Pengalaman dari orang lain.
2.

Pendekatan Kurva Indiferens


Pendekatan kurva indiferens menggunakan pengukuran geometris untuk
mengukur utilitas secara ordinal (ordinal utility) dalam menganalisis pilihan
konsumen dan menurunkan fungsi permintaan. Koutsoyiannis (1982),
menjelaskan tentang asumsi pada teori ini adalah :
1) Rasionalitas konsumen.
2) Konsumen diasumsikan dapat meranking preferensi atau dengan kata
lain dapat menentukan komoditas mana yang lebih disukainya.
3) Marginal Rate of Subtitution (MRS) akan menurun setelah melampaui
suatu tingkat tertentu. MRS adalah jumlah barang Y yang bisa diganti
oleh satu unit barang X pada tingkat kepuasan yang sama.
4) Utilitas total konsumen merupakan fungsi dari jumlah komoditi yang
dikonsumsi U = (q1, q2, .qx, qy, ..qn).
5) Konsistensi dan transitivitas pilihan : konsumen diasumsikan konsisten
atas pilihan yang dibuatnya, bila A lebih disukai daripada B, maka B
kurang disukai dibandingkan A. Jika A>B maka B<A. Karakter
transitivitas dinyatakan sebagai berikut : jika A>B dan B>C, maka
A>C.
Seorang konsumen akan memilih sekelompok barang yang dapat

memaksimumkan kepuasan dengan pendapatannya. Sekelompok barang yang

110

memberikan kepuasan tertinggi yang bisa dicapai konsumen tersebut dengan


kendala anggaran tertentu, harus dapat memenuhi dua syarat :
1)

Keadaan tersebut terjadi pada kurva indiferens tertinggi yang


bersinggungan dengan garis anggaran tersebut.

2)

Keadaan tersebut akan terjadi pada titik singgung antara kurva


indiferens tertinggi dengan garis anggaran. Kedua keadaan tersebut
diatas, ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Y
1/Py

A
Kl
BL
X
Gambar 9. Optimum Konsumen
Kepuasan konsumen tersebut akan terjadi pada titik A, yaitu titik singgung antara
kurva indiferens dengan garis anggaran dan disebut penyelesaian dalam (Interior
Solution). Maka slope kedua kurva tersebut harus sama pada titik A, slope kurva
indiferens sama dengan slope anggaran (BL).
3. Pendekatan Atribut

Lancaster (1966) dalam Colman dan Young (1992), memperkenalkan bahwa


dengan analisis atribut dapat digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen. Ini
adalah teori permintaan baru yang menyatakan bahwa konsumen mendrive
utilitasnya bukan dari produk yang dikonsumsi tetapi dari karakteristik atau
atribut yang yang ada pada produk tersebut. Lancaster juga mengasumsikan
bahwa konsumen memperoleh manfaat dari mengkonsumsi barang dan
kesenangan. Selain itu setidaknya salah satu barang yang dibeli memiliki sifat111

sifat yang dapat diamati. Karena itu kepuasan konsumen secara total tergantung
pada jumlah total sifat-sifat yang berbeda dari produk yang dikonsumsi dan
mengkonsumsi produk lain.
Atribut (attributes) adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki
atau tidak dimiliki oleh objek. Objek dapat berupa produk; orang; perusahaan dan
segala sesuatu dimana seseorang memiliki kepercayaan dan sikap. Hasil
identifikasi menunjukkan bahwa atribut terbagi menjadi dua kelas atribut, yakni :
1) Atribut intrinsik, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat aktual
produk.
2) Atribut ekstrinsik, yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal
produk, seperti : nama merek, kemasan, dan label.
Menurut Gaspersz (2001), Model atribut dari perilaku konsumen
dikembangkan sekitar tahun 1960-an menggunakan dasar hipotesis bahwa
karakteristik produk, performance feature, atau atribut-atribut yang menciptakan
utilitas, sehingga apa yang mendorong seorang konsumen lebih suka pada suatu
merek tertentu dibandingkan merek lain ada kaitannya dengan atribut yang
berbeda dari produk pesaing itu. Lebih jauh Gaspersz memberi contoh, misal :
seorang konsumen mobil lebih suka membeli mobil Toyota Avanza dari pada
Daihatsu Xenia, karena pada Toyota Kijang ditemukan lebih banyak atribut.
Atribut yang bisa dijumpai dalam produk mobil antara lain seperti :
-

kemudahan perawatan;

kenyamanan dalam mengemudi;

pelayanan purna jual;

ergonomis;

mesin yang lebih baik;

harga jual kembali yang tinggi dll.

Dengan demikian hasil dari model atribut adalah bahwa preferensi


konsumen untuk produk merek A dibandingkan produk merek B bersumber pada
kenyataan bahwa konsumen memperoleh lebih banyak utilitas (kepuasan) dari
beberapa atribut yang dipertimbangkan. Dengan demikian hasil dari model atribut
112

adalah bahwa preferensi konsumen untuk produk merek A dibandingkan produk


merek B bersumber pada kenyataan bahwa konsumen memperoleh lebih banyak
kepuasan dari beberapa atribut Toyota.

LATIHAN
1. Jelaskan tiga pendekatan yang digunakan untuk penentuan permintaan dan
pilihan konsumen terhadap suatu barang/jasa.
2. Jelaskan jenis kebutuhan produk antara konsumen industri dan individu.
3. Berikan contoh mengenai aktifitas perilaku konsumen dalam memutuskan
pembelian suatu produk
4. Jelaskan mengenai pendekatan teori utulitas konsumen.
5. Jelaskan mengenai kurva indeferens.
TES FORMATIF
1. Apakah yang dimaksud dengan konsumen agribisnis?
2. Sebutkan jenis-jenis konsumen agribisnis.
3. Apakah yang dimaksud dengan kepuasan konsumen?
4. Apakah yang dimaksud kepuasan total konsumen?
5. Sebutkan faktor-faktor yangmempengaruhi kepuasan konsumen.
6. Apa yang Anda ketahui tentang The Law of Diminishing Marginal Utility
7. Gambarkan kurva indeferens.
8. Apakah yang dimaksud dengan atribut?
9. Apakah yang dimaksud atribut intrinsik?
10. Apakah yang dimaksud atribut ekstrinsik?

113

KEGIATAN BELAJAR 5
Modul

PERSAINGAN PASAR

AGRIBISNIS

KLASIFIKASI SITUASI PASAR AGRIBISNIS


Persaingan adalah usaha dua atau lebih perusahaan, secara individual untuk
mengalahkan perusahaan lain dengan menawarkan produk yang lebih baik (Roy,
1967). Persaingan ini sangat tergantung pada alasan harga produk yang
ditawarkan. Pesaingan dapat ditujukan kepada :
1. Perusahaan yang telah ada
2. Perusahaan berprospek yang akan memasuki peluang usaha yang
memiliki keuntungan yang cukup menjanjikan
3. Produk yang dapat disubstitusi, termasuk produk yang belum
dikembangkan dan ditemukan

Klasifikasi Situasi Pasar


Perusahaan agribisnis ketika menjual produk selalu menggunakan salah satu
fungsi tipe situasi pasar yaitu :
1) persaingan sempurna;
2) persaingan monopolistik;
3) oligopsoni;
4) monopsoni.
Gambaran dari situasi persaingan pasar tersebut disajikan pada tabel berikut.

114

Tabel 1. Situasi Pasar Berdasarkan Jumlah Pembeli dan Penjual


Sisi Pembeli

Banyak Penjual
Banyak Pembeli Persaingan
sempurna
Sedikit Pembeli Oligopsoni
Satu Pembeli

Monopsoni

Sisi Penjual
Sedikit Penjual
Oligopoli
Oligopoli bilateral
Oligopoli
monopolistik

Satu Penjual
Monopoli
Oligopsoni
monopolistik
Monopoli bilateral

Sumber : Nicholils (1941)


1.

Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai struktur pasar atau industri
dimana terdapat banyak penjual dan pembeli. Dan setiap penjual ataupun pembeli
tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
Ciri-ciri pasar persaingan sempurna

Setiap perusahaan adalah pengambil harga


Artinya suatu perusahaan yang ada di dalam pasar tidak dapat menentukan
atau merubah harga pasar. Adapun perusahaan di dalam pasar tidak akan
menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Harga barang
di pasar ditentukan oleh interaksi diantara keseluruhan produsen dan
keseluruhan pembeli.

Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk


Artinya

sekiranya

perusahaan

mengalami

kerugian,

dan

ingin

meninggalkan industri tersebut, langkah ini dengan mudah dilakukan.


Sebaliknya apabila ada produsen yang ingin melakukan kegiatan di
industri tersebut. Produsen tersebut dapat dengan mudah melakukan
kegiatan tersebut.

Setiap perusahaan menghasilkan barang yang sama


Artinya bahwa barang yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah
untuk dibeda-bedakan. Pembeli tidak dapat membedakan yang mana
dihasilkan oleh produsen A atau B.
115

Banyak perusahaan dalam pasar


Artinya karena jumlah perusahan sangat banyak dan relatif kecil jika
dibandingkan

dengan

Menyebabkan

kenaikan

jumlah

produksi

atau

penurunan

dalam

industri

harga,

tersebut.

sedikitpun

tidak

mempengaruhi harga yang berlaku dalam pasar tersebut.

Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang keadaan di pasar


Artinya bahwa pembeli mengetahui tingkat harga yang berlaku dan
perubahan-perubahan ke atas harga tersebut. Sehingga produsen tidak
dapat menjual barangnya dengan harga yang lain lebih tinggi dan pada
yang berlaku di pasar.

Beberapa kelemahan / keburukan persaingan sempurna yaitu :

Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi

Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya sosial

Membatasi pilihan konsumen

Biaya produksi dalam persaingan sempurna mungkin lebih tinggi

Distribusi pendapatan tidak selalu merata

Bentuk pasar persaingan sempurna terutama dalam bidang produksi dan


perdagangan hasil-hasil pertanian seperti beras, karet, buah-buahan, dan sayuran.
2.

Persaingan Monopolistik

Pasar Monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat banyak
produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam
beberapa aspek. Pasar ini merupakan gabungan antara pasar monopoli dan
persaingan sempurna. Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas, namun
setiap produk yang dihasilkan pasti memiliki karakter tersendiri yang
membedakannya dengan produk lainnya. Contohnya adalah shampo, meskipun
fungsi semua shampoo sama yakni untuk membersihkan rambut, tetapi setiap
produk yang dihasilkan produsen yang berbeda memiliki ciri khusus, misalnya
perbedaan aroma, perbedaan warna, kemasan, dan lain-lain.

116

Ciri-ciri pasar monopolistik :

Terdapat banyak produsen dan penjual

produsen memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga walaupun


pengaruhnya tidak sebesar produsen dari monopoli atau oligopoli

adanya diferensiasi produk

produsen dapat keluar masuk pasar

promosi penjualan harus aktif

Pasar Monopolistik memiliki kebaikan sebagai berikut :


1. Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen
untuk dapat memilih produk yang terbaik baginya.
2. Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk selalu
melakukan inovasi dalam menghasilkan produknya.
3. Diferensiasi

produk

mendorong

konsumen

untuk

selektif

dalam

menentukan produk yang akan dibelinya, dan dapat membuat konsumen


loyal terhadap produk yang dipilihnya.
4. Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian besar
kebutuhan sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistik.
Selain memiliki kebaikan, Pasar Monopolistik juga memiliki kelemahan sebagai
berikut :
1) Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi
harga, kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak memiliki
modal dan pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari pasar.
2) Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar
monopolistik, karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis
yang cukup tinggi.
3) Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan
meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga produk yang
harus dibayar oleh konsumen

117

3.

Oligopoli Oligopsoni

Pasar Oligopoli adalah suatu bentuk pasar yang terdapat beberapa penjual dimana
salah satu atau beberapa penjual bertindak sebagai pemilik pasar terbesar (price
leader). Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh.
Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian
yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan
tergantung dari aktivitas pesaing mereka. Sehingga semua usaha promosi, iklan,
pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan
tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka. Praktek oligopoli
umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaanperusahaan potensial untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaanperusahaan melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba
normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas,
sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan
praktek oligopoli menjadi tidak ada. Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk
pada industri-industri yang memiliki capital intensive yang tinggi, seperti, industri
semen, industri mobil, dan industri kertas.
Pasar oligopsoni adalah pasar yang berkebalikan dari pasar oligopoli. Pasar
oligopsoni hanya adalah pasar yang memiliki beberapa pembeli.
Kebaikan pasar oligopoli :
-

Memberi kebebasan memilih bagi pembeli

Mampu melakukan penelitian dan pengembangan produk

Lebih memperhatikan kepuasan konsumen karena adanya persaingan


penjual

adanya penerapan teknologi baru

Keburukan pasar oligopoli :


-

Menciptakan ketimpangan distribusi pendapatan

Harga yang stabil dan terlalu tinggi bisa mendorong timbulnya inflasi

Bisa timbul pemborosan biaya produksi apabila ada kerjasama antar


oligopolis karena semangat bersaing kurang

Bisa timbul eksploitasi terhadap pembeli dan pemilik faktor produksi


118

Sulit ditembus/dimasuki perusahaan baru

dapat berkembang ke arah monopoli

Kebaikan pasar oligopsoni :


-

Penjual lebih beruntung karena bisa pindah ke pembeli lain

Pembeli tidak bisa seenaknya menekan penjual

Keburukan pasar oligopsoni :


-

Bisa berkembang menjadi pasar monopsoni bila antar pembeli bekerja


sama

4.

Kualitas barang kurang terpelihara


Monopoli Monopsoni
Pasar monopoli adalah suatu keadaan dimana didalam pasar hanya ada

satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. Contohnya adalah
PDAM dan PT, Krakatau Steel, PLN sebagai satu-satunya penyalur air bersih dan
listrik kepada masyarakat. Pasar monopsoni adalah ini pasar monopoli yang hanya
memiliki seorang pembeli dalam pasar tersebut. Contonya adalah para peternak
sapi yang menghasilkan susu perah hanya bisa menjual produk sususnya ke satu
pembeli, misalnya koperasi susu
Ciri-ciri dari pasar monopoli adalah:
1. hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran;
2. tidak ada barang substitusi/pengganti yang mirip (close substitute);
3. produsen memiliki kekuatan menentukan harga; dan
4. tidak ada pengusaha lain yang bisa memasuki pasar tersebut karena ada
hambatan berupa keunggulan perusahaan.
Kebaikan Pasar Monopoli :

Efisiensi Produksi

Mendorong terjadinya Inovasi

Mengurangi persaingan yang tidak bermanfaat

Keburukan Pasar Monopoli :

Penyalahgunaan kekuatan pasar


119

Tingkat produksi yang lebih rendah

Mengurangi kesejahteraan konsumen

Ketidak adilan

Kebaikan Pasar Monopsoni :

Kualitas barang terjamin

Harga produk tidak terlalu tinggi

Keburukan Pasar Monopsoni :

Produsen berada pada pihak yang lemah

Produk yang dianggap rendah mutunya tidak akan dibeli

Produksi berjalan tidak efisien karena biasanya pembeli dalam

pasar

monopsoni bukan merupakan konsumen

ASPEK-ASPEK PERSAINGAN AGRIBISNIS


1.

Pasar Lokal dengan Pasar Nasional

Pasar lokal, yaitu pasar di mana pembeli dan penjual datang dari daerah setempat
dan jangkauan pemasaran produk hanya meliputi sekeliling pasar secara lokal.
sedangkan pasar nasional, yaitu pasar di mana pembeli dan penjual berasal dari
beberapa daerah dalam suatu negara dan jangkauan pemasaran produknya
meliputi daerah-daerah dalam suatu negara. Pada kenyataannyam pasar nasional
memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan pasar lokal.
2.

Diferensiasi

Diferensiasi adalah tindakan merancang serangkaian perbedaan yang berarti untuk


membedakan tawaran perusahaan dengan pesaing. Diferennsiasi merupakan
faktor penting dalam persaingan, dimana perbedaaan ini dapat dimunculkan
melalui lokasi, merek, iklan, gaya, desain, dan pengemasan. Dalam banyak kasus,
diferensiasi membuat penjual memperoleh harga yang lebih tinggi.

120

3.

Segmentasi pasar

Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli


yang berbeda yang memerlukan produk atau marketing mix yang berbeda pula.
Dengan demikian penjualan dan harga dalam segmen pasar satu tidak terganggu
oleh penjualan dan harga segmen pasar yang lain.
Segmentasi pasar dapat bedasrkan faktor-faktor sebagai berikut :
a) Segmentasi berdasarkan geografis, terdiri dari: bangsa, provinsi,
kabupaten, kecamatan, dan iklim.
b) Segmentasi berdasarkan demografis, terdiri atas umur, jenis kelamin,
ukuran keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, dan agama.
c) Segmentasi berdasarkan psikografis, terdiri atas kelas sosial, gaya hidup,
dan karakteristik kepribadian.
d) Segmentasi berdasarkan perilaku, terdiri atas pengetahuan, sikap, dan
kegunaan.
4.

Penentu harga

Pada pasar oligopoli dimana para pelaku usaha saling ketergantungan, penentu
harga sangat penting. Pada industri pasokan input agribisnis, penentu harga
merupakan perusahaan terbesar (pemimpin pasar) dalam grup dimana perusahaan
lain akan mengikuti perubahan harga dari pemimpin pasar baik itu naik ataupun
turun. Apabila perusahan tersebut tidak mengikuti harga maka perusahaan penetu
harga akan memberikan hukuman terhadap pesaingnya tersebut
5.

Market Entry

Strategi market entry adalah strategi perusahaan untuk memasuki segmen pasar
yang dijadikan pasar sasaran penjualan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
membeli perusahaan lain, internal development, dan kerjasama dengan
perusahaan lain. Batasan bagi perusahaan baru sangat banyak, sebagian sengaja

121

didirikan oleh perusahaan yang telah ada di pasar, dan yang lain berasal dari
teknologi, pemerintah, dll.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perusahaan masuk pasar lebih mudah
adalah :
a. Mencegah pengeluaran hak paten untuk perusahaan yang telah
menemukan teknologi
b. Memperbanyak sumberdaya capital untuk bisnis yang baru
c. Mencegah monopoli input bahan baku
d. Mengurangi periklanan dan difrensiasi input
e. Mengurangi akivitas politik terkait dengan pemberian lisensi, izin, dan
franchise pemerintah
6. Biaya promosi
Biaya produksi merupakan biaya penjualan yang dikeluarkan untuk
merangsang penjualan dalam dua cara, yaitu menginformasikan kepada pembeli
mengenai ketersediaan produk, karakteristik, dan harga. Kedua adalah untuk
mengajak konsumen potensial agar membeli produk yang ditawarkan.Dana yang
dikhususkan untuk tujuan memberikan informasi/ iklan sangat penting untuk
mengefektifkan kerja dalam sistem pasar.
7. Evaluasi pasar
Evaluasi pasar merupakan proses penilaian yang dilakukan untuk melihat
bagaimana perusahaan terorganisasi, bagaimana perusahaan memimpin dan
melihat kinerja perusahaan dalam kaitanya mencapai tujuan perusahaan.

LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Persaingan Pasar Agribisnis, coba
Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan yang dimaksud dengan pasar persaingan sempurna.
2. Jelaskan jenis-jenis pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak
sempurna
122

3. Jelaskan yang dimaksud dengan price leadership.


4. Bagaimanakah kinerja pasar agribisnis saat ini. Jelaskan!
5. Jelaskan bagaimana persaingan pasar dapat terjadi?

TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah definisi dari persaingan?
2. Apakah fungsi periklanan dalam persaingan oligopoli?
3. Apakah dampak negatif dari pasar monopoli?
4. Berikan contoh barang yang diperdagangkan monopoli!
5. Sebutkan karakteristik dari pasar monopolistik.
6. Apakah perbedaan dari pasar oligopoli dan oligopsoni
7. Apakah yang dimaksud dengan segmentasi pasar?
8. Apakah yang dimaksud diferensisasi?
9. Apakah yang dimaksud dengan biaya promosi?
10. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi pasar?

123

Modul

10

ORGANISASI AGRIBISNIS

Kegiatan agribisnis merupakan aktivitas yang dimiliki oleh perusahaan yang


memperkerjakan ratusan bahkan ribuan orang (Ricketts and Rawlins, 2001).
Pengembangan agribisnis harus berdasarkan asas keberlanjutan yakni,
mencakup aspek ekologis, sosial dan ekonomi. Dalam hal ini diperlukan suatu
wadah yang sesuai untuk merealisasikan pembangunan yang berasaskan
keberlanjutan yaitu suatu organisasi dalam setiap skala usaha agribisnis. Setiap
agribisnis ini dimiliki oleh perseorangan dimana status kepemilikan tersebut
merupakan suatu hal yang menentukan bentuk hukum yang pasti bagi organisasi
agribisnis yang bersangkutan.
Organisasi/ kelembagaan merupakan kesatuan yang memungkinkan orangorang (pelaku agribisnis) mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai individu
secara perorangan. Lebih lanjut, dari sudut pandang ekonomi, kelembagaan dalam
arti organisasi menggambarkan aktivitas ekonomi yang dikoordinasikan oleh
mekanisme pasar tetapi melalui mekanisme administrasi atau komando. Oleh
karena itu, keputusan tentang produksi dan alokasi penggunaan sumberdaya
ditentukan oleh organisasi.

124

Kelembagaan :
- Batas wilayah
produksi
- Hak kepemilikan
- Pengambilan
keputusan

Teknologi :
- Spesifikasi
teknis
produk
- Metode operasi
- Alat produksi
- desain

Tujuan :
- Peningkatan
produksi dan
pendapatan
- Keberlanjutan
usaha

Keragaan:
- Peningkatan
produksi dan
pendapatan
- Keberlanjutan
usaha
- sejahtera

Partisipan :
Karakteristik
SDM

Faktor Lingkungan (alam, sosial, ekonomi, dan


budaya)

Gambar 10. Esensi Organisasi Ekonomi Petani


Adapun macam-macam organisasi utama dalam agribisnis sesuai dengan
bentuk dasar usahanya sebagai berikut: perusahaan perseorangan, persekutuan,
perseroan, koperasi.

AGRIBISNIS PERORANGAN
Agribisnis perorangan atau pribadi adalah bentuk organisasi yang paling
awal dan paling sederhana, yaitu organisasi usaha yang dimiliki dan dikendalikan
satu orang (Ricketts and Rawlins, 2001). Agribisnis perorangan cenderung
merupakan usaha kecil.

125

Ciri dan sifat perusahaan perseorangan :


a)

Relatif mudah didirikan dan juga dibubarkan.

b)

Tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta pribadi.

c)

Tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi.

d)

Seluruh keuntungan dinikmati sendiri.

e)

Sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri.

f)

Keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan penghasilan


yang lebih besar.

g)

Jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup.

h)

Sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan

Adapun keunggulan Perusahaan Perorangan, diantaranya :


a)

Perusahaan perorangan memungkinkan pemilik perorangan memegang


kendali penuh atas bisnisnya dan hanya tunduk pada peraturan pemerintah
yang berlaku untuk semua tipe khusus bisnis ini.

b)

Sekiranya modal diperlukan, pemiliknya akan menyediakannya dari dana


pribadi atau dipinjam entah dari bisnis lainnya atau harta pribadi.

c)

Perusahaan perorangan tidak membayar pajak penghasilan sebagai bisnis


tersendiri.

d)

Perusahaan perorangan unggul dalam hal kebebasan dan keluwesan


pelaksanaan usaha karena bentuk usaha ini lebih banyak berpegang pada hak
milik pribadi yang dilindungi oleh undang-undang negara yang bersangkutan.

Sedangkan kelemahan dari Perusahaan Perorangan :


a)

Terbatasnya jumlah modal yang biasanya dapat disumbangkan seseorang.

b)

Pemberi pinjaman enggan meminjamkan dana kepada pemilik perorangan


kecuali jika kejujuran pribadi seseorang dapat menjaminnya.

c)

Kewajiban pribadi sebagai pemilik untuk semua hutang dan kewajiban bisnis
meluas bahkan kepada warisan pribadi pemilik.
126

d)

Pembebasan dari pajak bisnis dikarenakan keuntungan bisnis pada


perusahaan perorangan dianggap keuntungan pemilik, maka keuntungan
bisnis yang tinggi bisa mengakibatkan pemilik dikenakan tarif pajak tinggi
daripada bentuk perseroan.

e)

Pemusatan kendali dan laba pada satu individu

PERUSAHAAN / BADAN USAHA PERSEKUTUAN /


PARTNERSHIP
Perusahaan persekutuan (partnership) adalah badan usaha yang dimiliki oleh
dua orang atau lebih yang secara bersama-sama bekerja sama untuk mencapai
tujuan bisnis (Ricketts and Rawlins, 2001). Jadi perusahaan persekutuan
merupakan asosiasi atau perhimpunan dari dua orang atau lebih sebagai pemilik
bisnis. Terlepas dari kenyataan bahwa persekutuan melibatkan lebih dari satu orang
, persekutuan sama seperti perusahaan perorangan. Persekutuan dapat didasarkan
pada perjanjian tertulis atau lisan, atau kontrak antara kelompok yang terlibat.
Persekutuan merupakan bentuk organisasi bisnis yang paling sederhana di mana
sejumlah orang mengumpulkan sumber daya dan bakatnya demi keuntungan
bersama. Dalam perusahaan persekutuan tidak ada batasan untuk orang dari luar
untuk masuk menjadi anggota.
Keunggulan dari perusahaan persekutuan antara lain yaitu:
a)

Sangat sedikit pengeluaran yang dibutuhkan walaupun perlu diminta bantuan


pengacara yang baik untuk menggambarkan perjanjian persekutuan.

b)

Persekutuan biasanya dapat mengumpulkan lebih banyak sumber daya


daripada perusahaan perorangan sebab lebih banyak orang yang terlibat

c)

Sekutu-sekutu lebih termotivasi daripada karyawan perusahaan perorangan


atau perseroan karena merupakan suatu tim dan setiap anggota tim berbagi
tanggung jawab dan kentungan

d)

Sekutu-sekutu secara perorangan hanya membayar pajak atas penghasilan


yang diperoleh sebagai bagian dari laba. Bisnis itu sendiri tidak dipajaki yang
127

mana dapat merupakan keuntungan besar tergantung dari penghasilan para


sekutu
e)

Kendali atau manajemen atas keputusan dan kebijakan bisnis dipusatkan


pada para sekutu

Selain itu kelemahan dari perusahaan persekutuan yaitu:


a)

Terletak pada kewajiban yang tidak terbatas dari sekutu umum


Bila seseorang bertindak sebagaimana sekutu umum bertindak, maka
hukum akan menafsirkan bahwa dia pada kenyataannya, merupakan sekutu
umum dengan segala kewajiban yang berlaku pada kedudukan tersebut

b)

Persekutuan biasanya hanya mempunyai anggota yang terbatas.


Persekutuan terbatas menderita kekurangan baik dana siap pakai maupun
orang-orang berbakat dibanding dengan perseroan

c)

Kurangnya kesinambungan dan kestabilan


Kalau sekutu meninggalkan persekutuan karena pengunduran diri,
kematian, atau ketidakmampuan, persekutuan baru harus dibentuk.

d)

Ketidaksanggupan seorang sekutu untuk bekerja karena kecelakaan,


penyakit, usia lanjut, penyakit jiwa, atau karena sesuatu alasan tidak mampu
melaksanakan tugas sepenuhnya.

Pada dasarnya ada dua jenis persekutuan. Kedua jenis dari persekutuan tersebut
yaitu :
A.

Persekutuan Umum (General Partnership)


Pada persekutuan umum masing-masing sekutu, tanpa memperhitungkan

persentase modal yang ditanamkan, mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Sekutu umum mempunyai wewenang untuk bertindak sebagai agen untuk
persekutuan, dan biasanya ikut serta dalam manajemen dan operasi bisnis. Masingmasing sekutu umum menanggung semua hutang persekutuan, dan dapat berbagi
128

laba dalam perbandingan yang disepakati bersama ataupun dalam pembagian yang
merata.

B.

Persekutuan Terbatas
Tipe persekutuan ini individu-individu menyetor uang atau kepemilikan

modal tanpa mengharuskan kewajiban hukum penuh seperti sekutu umum.


Kewajiban sekutu terbatas, biasanya hanya terbatas sebesar jumlah yang
diinvestasikan secara pribadi dalam bisnis. Yang termasuk dalam badan usaha
persekutuan adalah firma dan persekutuan komanditer atau CV. Untuk mendirikan
badan usaha persekutuan membutuhkan izin khusus pada instansi pemerintah yang
terkait. Beberapa contoh dari perusahaan atau badan usaha persekutuan
(Partnership) antara lain yaitu :
1)

Firma adalah suatu bentuk persekutuan bisnis yang terdiri dari dua orang atau
lebih dengan nama bersama yang tanggung jawabnya terbagi rata tidak
terbatas pada setiap pemiliknya. Ciri dan sifat firma :
a) Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib
melunasi dengan harta pribadi.
b)

Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin

c) Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin


anggota yang lainnya.
d) Keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup
e) Seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma
f)

Pendiriannya tidak memelukan akte pendirian

g) Mudah memperoleh kredit usaha


2)

Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap atau CV)


Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap atau CV) adalah
suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang
atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang
berbeda-beda di antara anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha
129

secara aktif yang melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya
menyertakan modal saja tanpa harus melibatkan harta pribadi ketika krisis
finansial. Yang aktif mengurus perusahaan CV disebut sekutu aktif, dan yang
hanya menyetor modal disebut sekutu pasif. Ciri dan sifat CV adalah sulit
untuk menarik modal yang telah disetor, modal besar karena didirikan
banyak pihak, mudah mendapatkan kredit pinjaman, Ada anggota aktif yang
memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan ada yang pasif tinggal menunggu
keuntungan, relatif mudah untuk didirikan, kelangsungan hidup perusahaan
CV tidak menentu.

KORPORASI
Ricketts and Rawlins (2001) mendefinisikan korporasi sebagai organisasi
yang dimiliki sejumlah orang yang diperlakukan sebagai badan hukum.
Korporasi merupakan badan hukum, terpisah dari pemilik atau orang yang bekerja
didalamnya. Korporasi secara sederhana diartikan sebagai perusahaan atau badan
usaha yang sangat besar atau beberapa perusahaan yang dikelola dan dijalankan
sebagai satu perusahaan besar (KBBI, 2011).
Korporasi berperan untuk memperoleh, tanpa henti dan tanpa kecuali
keuntungan pribadi (self interest), tanpa mempedulikan apakah upayanya tersebut
berdampak merugikan kepada pihak-pihak lain atau tidak (Bakan, 2004). Inilah
memberikan pandangan bahwa korporasi sangat jauh dari keberpihakan kepada
rakyat.
Tipe-tipe korporasi terdiri dari tiga, yaitu :
1. Subchapter C (regular corporations), yang menjual stok kepada investor
untuk memperoleh keuntungan
2. Subchapter S (small business or family corporation),

tipe ini seperti

perusahaan perorangan dan persekutuan, korporasi ini memiliki manfaat dan


kewajiban terbatas
130

3. Subchapter T (Cooperatives)
Keuntungan korporasi :
1. Mudah untuk meningkatkan modal untuk perluasan bisnis
2. Stockholder bertanggung jawab atas kehilangan investasi korporasi
3. Karena korporasi merupakan badan hukum yang terpisah dari pemilik
bisnis, maka korporasi tidak dapat dibubarkan meskipun pemilik menjual
perusahaannya
4. Bersifat turun menurun
Kerugian korporasi :
1. Merupakan organisasi yang rumit dan sangat mahal
2. Prosedur pembuatan korporasi sulit
3. Biaya penutupan korporasi mahal
4. Pajak korporasi bersifat ganda

KOPERASI
Koperasi adalah badan usaha yang berlandaskan asas-asas kekeluargaan.
Organisasi Buruh Sedunia (Intemational Labor Organization/ ILO, 1966)
membuat batasan mengenai ciri-ciri utama koperasi yaitu:
1)

Merupakan perkumpulan orang-orang;

2)

Secara sukarela bergabung bersama;

3)

Mencapai tujuan ekonomi yang sama;

4)

Pembentukan organisasi bisnis yang diawasi secara demokratis

5)

Memberikan kontribusi modal yang sama dan menerima bagian resiko dan
manfaat yang adil dari perusahaan di mana anggota aktif berpartisipasi
Jenis-jenis koperasi dapat digolongkan kedalam beberapa bentuk. Terdapat

beberapa penggolongan dari koperasi. Penggolongan dari koperasi dapat dilakukan


antara lain yaitu menurut sifat usahanya. Menurut sifat usahanya, koperasi
dibedakan menjadi empat macam sebagai berikut.
131

a)

Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan sehari-

hari, misalnya barang-barang pangan (seperti beras, gula, garam, dan minyak
goreng), barang-barang sandang (seperti kain batik, tekstil), barang-barang
pembantu keperluan sehari-hari (seperti sabun, minyak tanah, dan lain-lain).
Tujuan koperasi konsumsi adalah agar anggota-angggotanya dapat membeli
barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan harga yang layak.
b) Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan
ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yang dilakukan oleh
koperasi organisasi maupun orang-orang yang mampu menghasilkan suatu barang
dan jasa-jasa. Dengan demikian, dapat meningkatakan taraf kesejahteraan anggota.
Orang-orang tersebut adalah kaum buruh dan kaum pengusaha. Misalnya Peternak
Sapi Perah, Koperasi Kerajinan Banbu dan Rotan, serta Koperasi Pertanian.
c)

Koperasi Kredit atau Simpan Pinjam


Koperasi kredit didirikan guna menolong anggota denagn meminjamkan

uang secara kredit dengan bunga ringan. Uang itu dimaksud untuk tujuan produksi.
Oleh karena itu, disebut koperasi kredit.Untuk memberikan pinjaman, koperasi
memerlukan modal. Modal utama koperasi kredit berasal dari simpanan anggota
sendiri. Uang simpanan yang dikumpulkan bersama-sama itu dipinjamkan kepada
anggota yang memerlukan. Oleh karena itu, koperasi kredit lebih tepat disebut
koperasi simpan pinjam.Tujuan koperasi kredit adalah saling membantu,
memperbaiki keadaan ekonomi, atau kesejahteraan anggota. Adapun cara koperasi
kredit dalam membantu keadaan ekonomi anggota sebagai berikut.(a)membantu
keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan denagn syarat-syarat
yang ringan.(b)Mendidik kepada para anggota, supaya giat menympan secara
teratur, sehingga membentuk modal sendiri.(c)Mendidik anggota hidup berhemat,
dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka.(d)Menambah pengetahuan
tentang perkoperasian.

132

d) Koperasi Jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa tertentu
bagi para anggota maupun masyarakat umum.

WARALABA/ FRANCHISE
Menurut Asosiasi Franchise Indonesia, waralaba adalah suatu sistem
pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek
memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis
dengan merek, nama, sistem prosedur, dan cara-cara yang ditetapkan sebelumnya
dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
Menurut Fuady (1997), franchise mempunyai karakteristik dasar sebagai
berikut :
1. Unsur Dasar
Ada 3 (tiga) unsur dasar yang harus selalu dipunyai, yaitu :
a. pihak yang mempunyai bisnis franchise disebut sebagai franchisor.
b. pihak yang mejalankan bisnis franchise yang disebut sebagai franchisee.
c. adanya bisnis franchise itu sendiri.
2. Produk Bisnisnya Unik
3. Konsep Bisnis Total : Penekanan pada bidang pemasaran dengan konsep P4
yakni Product, Price, Place serta Promotion
4. Franchise Memakai / Menjual Produk
5. Franchisor Menerima Fee dan Royalty
6.

Adanya pelatihan manajemen dan skill khusus

7.

Pendaftaran Merek Dagang, Paten atau Hak Cipta

8. Bantuan Pendanaan dari Pihak Franchisor


9. Pembelian Produk Langsung dari Franchisor
10. Bantuan Promosi dan Periklanan dari Franchisor
11. Pelayanan pemilihan Lokasi oleh Franchisor
12. Daerah Pemasaran yang Ekslusif
13. Pengendalian / Penyeragaman Mutu
14. Mengandung unsur merek dan sistem dagang
133

Selanjutnya menurut Widjaja (2001) waralaba memiliki dua jenis kegiatan, yaitu :
1. Waralaba produk dan merek dagangan (product/ trade mark franchising)
Waralaba ini adalah bentuk waralaba yang paling sederhana. Pemberi waralaba
memberikan hak kepada penerima waralaba untuk menjual produk yang
dikembangkan merek dagang pemberi waralaba. Pemberian ijin untuk
menggunakan merek dagang tersebut diberikan dalam rangka penjualan
produk yang diwaralabakan tersebut. Atas penggunaan pemberian ijin
penggunaan

merek

dagang

tersebut

pemberi

waralaba

mendapatkan

pembayaran franchise fee dan selanjutnya pemberi waralaba memperoleh


keuntungan melalui penjualan produk yang diwaralabakan kepada penerima
waralaba.
2. Waralaba format bisnis (business format franchising)
Waralaba jenis ini franchisor (pemberi waralaba) memberikan sebuah lisensi
kepada pihak lain (penerima waralaba). Lisensi tersebut memberikan hak
penerima waralaba untuk berusaha dengan menggunakan merek dagang/ nama
dagang pemberi waralaba dan menggunakan seluruh paket yang terdiri atas
seluruh elemen yang diperlukan untuk membuat seseorang yang sebelumnya
belum terlatih dalam bisnis dan untuk menjalankannya dengan bantuan yang
terus menerus atas dasar-dasar yang telah ditentukan sebelumnya.
Keuntungan dan Kerugian Waralaba
Bagi pemberi waralaba/ franchisor:
1. Keuntungan bagi pemberi waralaba
a) Menghasilkan keuntungan yang besar tanpa perlu terlibat dengan resiko
modal yang tinggi maupun dengan masalah-masalah detil sehari-hari
yang timbul dari pengelolaan manajemen outlet yang kecil
b) Tidak ada kebutuhan untuk menyuntik sejumlah besar modal untuk
meningkatkan percepatan pertumbuhan yang besar. Masing-masing
134

outlet yang terbuka memanfaatkan sendiri sumberdaya financial yang


disediakan oleh setiap penerima waralaba
c) Organisasi pemberi waralaba mempunyai kesempatan untuk memperluas
jaringan secara lebih cepat pada tingkat nasional dan internasional
dengan menggunakan modal dan resiko msekecil mungkin
d) Pemberi waralaba akan lebih mudah untuk melakukan ekploitasi wilayah
yang belum masuk dalam lingkungan organisasinya
e) Konsentrasi lebih optimun
f) Pemberi waralaba yang melibatkan bisnisnya dalam kegiatan manufaktur
biasanya mendapatkan distribusi yang lebih luas.
2. Kerugian bagi pemberi waralaba
a) Kekurangpercayaan diantara pemberi waralaba dan penerima waralaba
b) Adanya kemungkinan perusahaan yang dikerjakan sendiri memberikan
keuntungan lebih besar dibandingkan dari keuntungan pemberi waralaba
c) Penerima waralaba dapat bertindak secara tidak terbuka dalam
menunjukkan penghasilan kotornya
d) Terdapat kesulitan dalam pengkrekturan orang-orang yang pantas
sebagai penerima waralaba
3. Keuntungan bagi penerima waralaba
a) Dapat mengatasi kurangnya pengetahuan dasar dan pengetahuan khusus
yang dimiliki melalui program terstruktur dari pemberi waralaba
b) Mendapat keuntungan dan aktifitas iklan dan promosi dari pemberi
waralaba
c) Mendapatkan keuntungan dan daya beli yang besar

135

d) Mendapatkan pengetahuan khusus dan berkemampuan tinggi serta


berpengalaman, organisasi dan manajemen kantor pusat pemberi
waralaba
4. Kerugian penerima waralaba
a) Harus membayar kepada pemberi waralaba atas jasa yang didapatkannya
dan untuk penggunaan sistem waralaba
b) Kemungkinan membuat kesalahan dan kebijakan-kebijakannya
c) Reputasi, citra merek, dan bisnis yang diwaralabakan mungkin menjadi
turun karena alasan-alasan tertentu.

LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Organisasi Agribisnis, coba Anda
uraikan pendapat Anda mengenai studi kasus berikut ini.
1. Tentukan jenis contoh kegiatan agribisnis di lingkungan Anda.
Indentifikasi bagaimana kegiatan operasi dan oganisasi yang dilakukan
perusahaan tersebut. Kemukakan jawaban Anda dalam bentuk essay
minimal 5 halaman.
2. Pikirkan satu jenis usaha agribisnis yang ingin anda buat, kemudian
buatlah rencana kemitraan yang ingin anda bangun dengan para pelaku
penunjang aktivitas perusahaan Anda. Kemukakan pendapat Anda dalam
bentuk essay minimal 5 halaman.

136

TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Sebutkan tipe-tipe organisasi agribisnis.
2. Sebutkan 5 kelebihan perusahaan perseorangan.
3. Apakah yang dimaksud dengan persekutuan terbatas?
4. Sebutkan karakteristik dari persekutuan umum
5. Apakah yang dimaksud dengan korporasi?
6. Sebutkan jenis-jenis korporasi.
7. Sebutkan ciri-ciri yang dimiliki oleh koperasi.
8. Sebutkan jenis koperasi menurut sifat usahanya.
9. Apakah yang dimaksud dengan waralaba?
10. Sebutkan pelaku-pelaku yang terlibat dalam waralaba.

137

KEGIATAN BELAJAR 6
Modul

11

PEMBIAYAAN AGRIBISNIS

TIPE PEMBIAYAAN AGRIBISNIS


Pembiayaan agribisnis mencakup semua keperluan dan pengaturan serta
pengawasan keuangan untuk membiayai suatu perusahaan di sektor pertanian.
Perolehan dana operasi agribisnis berasal dari tiga sumber, yaitu investasi atau
penanaman modal oleh pemilik, pinjaman, dan laba atau penyusutan. Keputusan
penting berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi dalam pembiayaan agribisnis
meliputi keputusan mengenai investasi, jumlah dan jenis faktor produksi dalam
setiap kegiatan, jumlah modal yang diperlukan, sumber modal terbaik dan jumlah
modal untuk setiap sumber modal. Ada empat jenis modal yang berasal dari
pinjaman :

pinjaman jangka pendek,

jangka menengah,

jangka panjang dan

modal ekuitas.
Berbagai pinjaman ini berbeda dalam jangka waktu pengembalian,

persyaratan dan tujuan penggunaannya. Pinjaman akan membebani bisnis dengan


biaya-biaya khusus yang harus dibayar kepada pemberi pinjaman yang disebut
biaya modal.

Dalam menentukan kebijakan pembiayaan agribisnis dapat

digunakan tiga macam pendekatan yaitu :

hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksi,

hubungan antar faktor produksi

hubungan antar hasil produksi.


138

Salah satu aspek pendukung bergeraknya usaha agribisnis tersebut adalah


adanya dukungan permodalan, antara lain melalui skim-skim kredit perbankan
dan non perbankan. Adanya UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan
LoI antara Pemerintah Indonesia dengan IMF, maka: (1) pemerintah tidak lagi
menyediakan KLBI, (2) pola penyaluran kredit tidak lagi channeling tetapi
executing, dan (3) resiko kredit 100% ditanggung oleh perbankan. Pada masa
transisi masih diperlukan skim kredit yang fleksibel, luwes dan sederhana tetapi
ada rambu rambu yang dapat mencegah terjadinya penyimpangan dan atau
penyelewengan, sehingga kredit tersebut dapat mencapai sasaran baik dari segi
jumlah, waktu maupun penerima kredit.
Skim kredit untuk sektor pertanian selama ini terfokus pada usaha budidaya
(on-farm) dengan komoditas terbatas, misalnya seperti KUT dan KKP. Padahal
usaha agribisnis hulu dan hilir juga memerlukan dukungan pembiayaan dan
memiliki nilai ekonomis yang cukup baik. Untuk itu, Departemen Pertanian
memandang perlu adanya skim kredit yang dapat digunakan untuk membiayai
usaha pada aspek hulu, on-farm dan hilir serta pendukungnya dan untuk berbagai
komoditas, yaitu Skim Kredit Agribisnis (SKA).

Skim Kredit Agribisnis (SKA)


Skim Kredit Agribisnis (SKA) mencakup tidak saja usaha on-farm, tetapi
juga untuk usaha agribisnis hulu dan hilirnya. Komoditas yang akan dibiayai
meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan
yang merupakan komoditas unggulan (high value commodities). SKA disusun
untuk mendukung pengembangan agribisnis sektor hulu, on-farm dan hilir.
Prinsip SKA adalah (a) dapat merubah image petani untuk tidak mengandalkan
sumber pembiayaan dengan bunga murah, (b) pengelolaan penggunaan kredit
yang transparan, (c) sistem pengembalian kredit dengan pola reward dan
punishment, (d) fleksibel baik dalam besarnya kredit, pola kredit, jangka
pengembalian dan pelayanan, serta (e) prosedur dan mekanisme pengajuan,
penyaluran dan pengembalian kredit yang sederhana.
Saat ini SKA berlaku bunga komersial sebesar 18%. Departemen Pertanian
mengusulkan agar suku bunga SKA diharapkan dapat disubsidi oleh pemerintah
139

sebesar 5%. Secara rinci disampaikan dukungan SKA untuk masing-masing sub
sektor dari hulu, on-farm dan hilir.
Subsektor peternakan

Subsistem hulu : peralatan inseminasi buatan (IB), alat pencacah pakan


ternak, alat press jerami, alat mesin tetas telur

Subsistem budidaya : sapi potong, kambing/domba, ayam ras pedaging,


ayam petelur dan itik

Subsistem hilir : mesin pellet, mesin penggilling jagung, tangki susu,


cooling unit, milk can, pencabut bulu ayam dan alat pengangkut ayam

Subsektor perkebunan

Subsistem hulu : pembangunan sumber benih, alat penyemprot hama


bertekanan, tiang
rambat lada, alat angkut perkebunan

Subsistem budidaya : karet, kelapa sawit, kakao, kapas, tebu, tembakau,


lada, jambu mete, rami, nilam, abaca, kelapa dan panili.

Subsistem hilir : alat sangrai, penggiling kopi dan kakao

Subsektor tanaman pangan

Subsistem hulu : benih tanaman, pengadaan benih, peralatan (traktor roda


dua, pompa air), kios saprodi

Subsistem budidaya : kacang tanah, kacang hijau, padi, jagung

Subsistem hilir : penggilingan padi, alat perontok, pengering serba guna,


pengadaan pangan

Subsektor hortikultura

Subsistem hulu : peralatan pompa air irigasi, irigasi tetes, kios saprodi

Subsistem budidaya : cabai merah, bawang merah, bawang putih, kentang,


tomat, kubis, nenas, mangga, jeruk, salak

Subsistem hilir : alat pengolah (bawang merah, kripik kentang, kripik


pisang, selai nenas)

Guna mendorong realisasi bussiness plan perbankan ke sektor produktif


(termasuk agribisnis), maka Bank Indonesia bersama Komite Penanggulangan
Kemiskinan (KPK) akan memberdayakan adanya konsultan keuangan mitra bank
(KKMB). Peran KKMB dalam merealisasikan business plan perbankan tersebut
140

digunakan untuk pendampingan penyusunan proposal, pemantauan, identifikasi


UMKM dan pendampingan UMKM dalam menjalankan usahanya. Di masyarakat
cukup banyak jenis dan aneka ragam konsultan/pendamping, baik yang dibina
oleh Instansi/ Departemen Teknis (PPS/PPL untuk Deptan, PSL-Depsos, BDSKantor Meneg Koperasi dll), Swasta Konsultan (Inkindo, Iwapi, Kadin dan
konsultan lainnya), LPSM (Bina Swadaya, LP3ES, dll) maupun lembaga
penelitian (perguruan tinggi dan swasta). KKMB ini direncanakan berasal dari
konsultan/pendamping tersebut di atas dengan persyaratan tertentu yang
selanjutnya akan diberdayakan kompetensinya dalam aspek keuangan/perbankan
untuk dapat berfungsi sebagai intermediasi antara UMKM dan perbankan.

Sumber Pembiayaan Lain Untuk Usaha Agribisnis di Indonesia


Sumber-sumber pembiayaan lainnya untuk mendukung pengembangan agribisnis
antara lain sebagai berikut:
1. Kredit ketahanan pangan (KKP)
KKP adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank
Pelaksana kepada petani, peternak, kelompok (tani dan peternak) dalam
rangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar,
budi daya tebu, peternakan sapi potong, sapi perah, ayam buras, itik, usaha
penangkapan ikan dan pengadaan pangan gabah, jagung dan kedelai.
Dengan demikian untuk komoditas perkebunan yang lain tidak dapat
dibiayai dari skim KKP. Pola penyaluran KKP melalui pola executing,
dengan sumber dana 100% berasal dari dana perbankan dan resiko
sepenuhnya ditanggung oleh perbankan. Namun demikian, pemerintah
masih menyediakan subsidi suku bunga.
2. Kredit Taskin Agribisnis
Kredit Taskin Agribisnis merupakan kredit berbunga murah yang ditujukan
untuk meningkatkan investasi agribisnis skala kecil/rumah tangga sekaligus
untuk mengentaskan kemiskinan di daerah. Kredit ini bersumber dari
Yayasan Dakap dan Yayasan Mandiri. Beberapa ketentuan Kredit Taskin
Agribisnis adalah sebagai berikut:
141

Penerima Kredit : Kelompok tani Taskin (keluarga pra sejahtera


dan sejahtera I).

Plafon Kredit : Untuk kelompok maksimun Rp. 50 juta dan untuk


anggota kelompok sebesar Rp. 2 juta.

Suku Bunga : 12% per tahun

Jangka waktu : 1 sampai dengan 3 tahun.

Jaminan : Kelayakan usaha

Bank Pelaksana : Bank BPD

3. Modal Ventura
Modal ventura merupakan salah satu sumber pembiayaan non perbankan
yang dipergunakan untuk semua sektor usaha produktif melalui kerjasama antara
Perusahaan Modal Ventura dengan Pengusaha Kecil/Menengah. Beberapa
ketentuan tentang Modal Ventura adalah sebagai berikut :
Penerima kredit : Pengusaha kecil dan menengah.
Plafon kredit :
- Perusahaan Modal Ventura daerah Rp. 100 juta.
- PT.Bahana Artha Ventura maksimun Rp. 500 juta.
Pola pembiayaan : Pola penyertaan langsung dan bagi hasil.
Jangka Waktu : 3 sampai 6 tahun
Pelaksana : PT. Bahana Artha Ventura dan Perusahaan Modal
ventura Daerah
4. Dana Laba BUMN
Dana Laba BUMN merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi
pengusaha kecil dan menengah dengan suku bunga yang sangat rendah. Beberapa
ketentuan tentang Dana Laba BUM adalah sebagai berikut :
Penerima kredit : Pengusaha kecil dan koperasi
Plafon kredit : maksimal Rp. 25 juta
Suku bunga : 6% per tahun
Jangka waktu : 2 tahun
142

Sumber dana : BUMN setempat


5. Pegadaian
Perum Pegadaian telah melaksanakan uji coba gadai gabah di Kabupaten
Indramayu bekerjasama dengan Ditjen Bina Sarana Pertanian dengan hasil cukup
baik. Perum Pegadaian merencanakan pengembangan sistem tunda jual di
beberapa propinsi sentra produksi padi, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Selatan dan sebagainya. Prinsipnya petani dapat memperoleh
kredit dari pegadaian dengan jaminan gabah, terutama pada saat panen raya pada
saat harga gabah turun. Dengan demikian Perum Pegadaian juga merupakan salah
satu alternatif sumber pembiayaan untuk pengembangan alsintan. Namun suku
bunga gadai cukup tinggi, yaitu 1,75% per 15 hari maksimum 4 bulan, karena
sumber dana yang digunakan berasal dari kredit komersial.
6. Skim Kredit komersial
Skim Kredit Komersial merupakan sumber permodalan dengan suku bunga
komersial dandapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor pertanian. Secara
garis besar skim kredit komersial antara lain adalah: KUPEDES dari BRI,
SWAMITRA dari Bank Bukopin, KUK dari BNI, KUK dan Bank Danamon,
Kredit BCA, KUK dari Bank Mandiri, Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro
(KPKM) dari Bank Niaga, Kredit Modal Kerja dari Bank Agro Niaga), dan
pemanfaatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di pedesaan.

Perkembangan Skim Kredit di Indonesia


Pada perkembangannya untuk mengatasi keterbatasan permodalan dan
lemahnya kelembagaan petani yang masih belum teratasi, Kementerian Pertanian
mengembangkan lagi fasilitas pembiayaan bentuk program skim kredit dalam
bentuk skim kredit program dengan subsidi bunga dan penjaminan serta
pelaksanaan pemberdayaan petani.

Skim kredit program yang telah

dikembangkan seperti Kredit Ketahanan Pangan (KKP) kemudian diubah menjadi


Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Pengembangan Energi
143

Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP), Kredit Usaha Pembibitan Sapi


(KUPS), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). KKP-E, KPEN-RP, KUPS adalah skim
kredit program dengan subsidi bunga, sementara KUR adalah skim kredit
program dengan penjaminan. Dana kredit sepenuhnya berasal dari Bank
Pelaksana.
Berdasarkan laporan yang ada, tingkat realisasi penyerapan skim kredit
program KKP-E tersebut rata-rata masih rendah, berkisar 20% per tahun dari total
komitmen bank pelaksana sebesar Rp. 8,779 triliun. Komitmen bank dan realisasi
serapan KPEN-RP secara kumulatif (2007 - 2011) per Oktober 2011 sebesar Rp.
1,818 triliun. Sedangkan komitmen bank dan realisasi serapan KUPS secara
kumulatif (2009-2011) per Oktober 2011 sebesar Rp.391,543 miliar.
Tabel 2. Komitmen Bank, Realisasi Serapan, Cakupan Komoditas Kredit Program
Tahun 2011 (per Oktober 2011)
No.

Skim Kredit

KKP-E

2
3

KPEN-RP
KUPS

KUR

Komitmen
Bank
(Rp.triliun)

Cakupan Komoditas
Tan. Pangan, holtikultura,
perkebuna, peternakan,
pengadaan pangan
Sawit, kakao, karet
Pembibitan sapi
Semua usaha produktif
semua sektor

Realisasi
(Rp.triliun)

% Terhadap
Komitmen
Bank

8,779

1,589

18,1

38,603*)
3,882*)

1,818
0,392

4,7
10,1

20,000

3,993**)

16,4

Keterangan : *) Komitmen bangk untuk KPEN th. 2007 2014 dan KUPS th. 2009 - 2014
**) Revitalisasi KUR untuk sektor pertanian. Realisasi KUR untuk semua sektor usaha Rp 24,404
triliun

Berdasarkan hasil evaluasi sampai dengan tahun 2011 masih ditemukan


rendahnya tingkat serapan kredit program tersebut yang disebabkan beberapa
faktor antara lain :1) usaha pertanian dianggap perbankan mempunyai risiko yang
tinggi, 2) terbatasnya penyediaan agunan yang dimiliki petani seperti sertifikat
lahan yang dipersyaratkan perbankan, 3) perbankan menerapkan prinsip kehatihatian mengingat risiko sepenuhnya ditanggung perbankan (kecuali KUR) dan 4)
khusus calon debitur KPEN-RP masalah status lahan belum bersertifikat dan
sebagain provinsi/kabupaten/kota belum memiliki RTRWP/RTRWK, 5) untuk
KUR sektor pertanian sudah disediakan penjaminan sebesar 80 % namun suku
bunga yang dibebankan petani cukup tinggi untuk KUR mikro (<Rp. 20 juta)
maksimum 22% dan KUR ritel (>Rp.20 juta) maksimum 14 % per tahun.
144

Sebagai penanggulangan terhadap masalah tersebut dan dengan menyadari


bahwa mayoritas petani memiliki skala usaha yang kecil, akses terbatas dan posisi
tawar yang lemah di pasar, Kementerian Pertanian melakukan kegiatan
pemberdayaan kelembagaan petani antara lain melalui Lembaga Mandiri yang
Mengakar di Masyarakat (LM3) dan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan). Sejak pelaksanaan kegiatan LM3 tahun 2007, Kementerian Pertanian
setiap tahunnya telah melakukan kegiatan pemberdayaan petani rata-rata untuk
1.300 LM3. Pada tahun 2011 kegiatan pemberdayaan dilaksanakan pada 1.033
LM3. Pengembangan Usaha Agribisnis pedesaan (PUAP) merupakan program
terobosan

Kementerian

Pertanian

untuk

mengentaskan

masyarakat

dari

kemiskinan dan pengangguran di perdesaan serta meningkatkan kemampuan dan


keterampilan anggota Gapoktan sebagai pelaku usaha agribisnis. Pada tahun 2011,
dari target 10.000 desa, kegiatan PUAP berhasil dilaksanakan di 9.096
Desa/Gapoktan.

LEMBAGA PEMBIAYAAN AGRIBISNIS


Lembaga pembiayaan agribisnis memegang peranan sangat penting dalam
mengembangkan usaha agribisnis, terutama dalam penyediaan modal investasi
dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir. Pembiayaan bukan hanya
dilakukan untuk produsen primer (usaha tani, perkebunan, peternakan, perikanan,
dan perhutanan), melainkan juga usaha yang ada di hulu dan hilir.
Usaha di hulu dan hilir tersebut perlu dibiayai untuk memperlancar arus
distribusi dan penyediaan input-input pertanian, seperti usaha pembibitan dan
penyediaan pupuk, industri peralatan pertanian, dan lembaga jasa distribusi inputinput dan peralatan pertanian. Pembiayaan di hilir, lembaga-lembaga pemasaran
(pedagang perantara) harus dibiayai untuk memperlancar arus distribusi dari
produsen menuju konsumen.
Lembaga pembiayaan diperlukan untuk memperlancar perkembangan
usaha-usaha jasa distribusi, terutama bisnis informal yang memiliki permasalahan
pada terbatasnya modal operasi sementara skema kredit usaha kecil (KUK) yang
145

diintroduksi pemerintah masih sulit disentuh oleh para informal bisnis tersebut.
Syarat-syarat yang diajukan masih dirasa berat sehingga hanya pelaku bisnis yang
memiliki aset yang mampu menggapai lembaga pembiayaan tersebut sehingga
semakin memperlebar kesenjangan antara pelaku agribisnis yang sudah memiliki
aset dan yang tidak. Dengan demikian, penataan lembaga-lembaga pembiayaan
agribisnis perlu segera dilakukan, terutama dalam membuka akses yang seluasluasnya bagi pelaku bisnis kecil dan menengah yang tidak memiliki aset yang
cukup guna diagunkan guna memperoleh pembiayaan usaha. Berikut ini adalah
beberapa contoh lembaga pembiayaan agribisnis :
1. Bank Komersial
Merupakan sumber utama dari dana pinjaman hampir semua agribisnis.
Bank-bank ini menyediakan 80% dari dana pinjaman, kecuali kredit
perdagangan.
2.

Perusahaan Asuransi
Hampir semua perusahaan asuransi tertarik pada pinjaman jangka menengah
dan jangka panjang untuk pembelian aktiva tetap, seperti barang tidak
bergerak.

3. Lembaga Keuangan Komersial


Merupakan badan keuangan yang mengkhususkan aktivitasnya pada bidang
pinjaman bisnis dan komersial. Lembaga ini lebih berani mengambil resiko
ketimbang bank.
4. Peminjaman oleh Koperasi
Koperasi agribisnis dapat meminjam dari bank koperasi yang merupakan
bagian dari sistem kredit usaha tani.
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Pembiayaan Agribisnis, coba
Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Mengapa pembiayaan sangat penting bagi kelangsungan produksi
agribisnis. Jelaskan.
146

2. Jelaskan peranan lembaga permodalan pemerintah terhadap pelaku industri


kecil di Indonesia.
3. Kemukakan alasan mengapa tingkat serapan kredit program skim kredit di
Indonesia masih rendah.
4. Jelaskan pendekatan dalam menentukan kebijakan pembiayaan agribisnis.
5. Berilah 5 contoh program bantuan pembiayaan bagi petani kecil di
Indonesia.

TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah definisi dari pembiayaan agribisnis?
2. Sebutkan sumber-sumber pembiayaan agribisnis.
3. Sebutkan 5 contoh lembaga pembiayaan agribisnis.
4. Sebutkan jenis modal agribisnis yang berasal dari pinjaman.
5. Apakah yang dimaksud dengan SKA?
6. Apakah yang dimaksud dengan modal ventura?
7. Apakah yang dimaksud kredit taskin agribisnis?
8. Apakah peran pegadaian bagi pembiayaan agribisnis?

Modul

PERANAN PEMERINTAH
147

DALAM AGRIBISNIS

12

KEWENANGAN PEMERINTAH LOKAL DAN NASIONAL


DALAM PEMBANGUNAN AGRIBISNIS

Kewenangan pemerintah lokal dan nasional dalam pembangunan agribisnis


secara bersama-sama adalah sebagai berikut (Roy, 1967):
1) Antitrust laws
Antitrust/ antipakat/ persaingan pada dasarnya sepadan dengan istilah anti
monopoli, dominasi, dan kekuatan pasar. Keempat istilah tersebut digunakan
untuk menunjukan keadaan dimana seseorang menguasai pasar. Antitrust
laws merupakan undang-undang yang mengatur tentang praktik bisnis yang
tidak kompetitif dan tidak adil. Istilah antitrust diambil dari kata trust yang
berarti penggabungan kelompok perusahaan untuk membagi-bagi pasar dan
membatasi persaingan. Istilah trust juga dikenal sebagai kartel. Tujuan utama
undang-undang antitrust sebagai berikut :
a. Melindungi dan menjaga kelangsungan persaingan
b. Melindungi konsumen dengan melarang praktik bisnis yang curang
dan tidak adil
c. Melindungi praktik bisnis kecil dari tekanan ekonomi oleh
perusahaan-perusahaan besar
d. Menjaga kelangsungan nilai-nilai dan kebiasaan kehidupan kota
kecil.
Tujuan-tujuan ini akan tercapai ketika terdapat kebebasan masyarakat dalam
memilih produk-produk yang ingin dikonsumsinya.

2) Perlindungan Konsumen
148

Pemerintah lokal dan pusat memiliki kewajiban sebagai penengah diantara


kepentingan pelaku usaha dan kepentingan konsumen agar masing-masing
pihak dapat berjalan tanpa sanling merugikan satu sama lain. Dalam hal ini
pemerintah harus bertanggungjawab terhadap pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan perlindungan konsumen, termasuk didalamnya adalah
mengawasi skala kelayakan produk, mengawasi kesehatan pekerja,
penggunaan aturan sanitasi pada proses produksi, inspeksi terhadap daging,
susu, dan makanan di pedagang besar, inspeksi aturan polusi di industri dan
lain-lain
3) Undang-undang Ketenagakerjaan
Pemerintah

pusat

dmengacu

juga

kepada

undang-undang

federal

memberlakukan pajak terhadap perusahaan untuk dana kompensasi pensiun,


dana kesejahteraan pekerja, dan situasi kerja.
4) Undang-undang Asuransi Tenaga Kerja
Kewenangan pemerintah dalam hal ini membuat undang-undang yang
menjamin perawatan kesehata, keselamatan dan keamanan karyawan dalam
bekerja.
5) Lisensi, Perijinan, dan Registrasi
Perizinan biasanya dikeluarkan oleh pemerintah lokal bagi seseorang yang
memiliki tipe bisnis menjual produk dari rumah ke rumah.

Sedangkan

pemerintah pusat mengatur mengenai pendaftaran dan pemberian lisensi


terhadap pelaku usaha skala besar.
6) Informasi dan Pendampingan Pasar
Kewenangan pemerintah dalam hal ini adalah memberikan informasi pasar,
pendampingan modal, promosi produk pertanian, dan melakukan sosialisasi
peraturan standarisari peng-grading-an produk untuk sayuran, buah, ternak,
telur, dll.
7) Peraturan Input Pertanian
149

Kewenangan pemerintah dalam hal ini adalah meliputi mengevaluasi


pendaftaran dan pelabelan benih, pakan, pupuk, dan beberapa input pertanian
lainnya untuk melindungi produsen pertanian. Selain itu peerintah juga
berwenang melakukan uji tanah, analisa pupuk, mengawasi program
kesehatan ternak dan mengawasi penyakit tanaman, penanggulangan hama,
dan melakukan inspeksi terhadap produk pertanian dan peternakan.
8) Peraturan Komisi
Contoh dari peraturan komisi pusat terdiri atas pengaturan penggunaan
sumberdaya di perusahaan, seperti air, listrik, gas alam, telepon, dll.
9) Pajak
Pajak yang harus dibayar pelaku agribisnis diantaranya: pajak penghasilan,
pajak bangunan, pajak penjualan, pajak bisnis frenchise, pajak penghasilan,
dll.
10) Undang-undang Zonasi
Kewenangan pemerintah lokal dalam hal ini adalah membuat undang-undang
secara khusus,misalnya aturan penebangan pohon, pemotongan hewan,
penggunaan pupuk bagi tanaman, dll

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN


AGRIBISNIS INDONESIA
Dalam rangka melaksanakan misi pembangunan sistem dan usaha
agribisnis, beberapa kebijakan dasar dan utama pemerintah berikut ini perlu
dilakukan.

Kebijakan Mikro
Kebijakan makro yang dimaksud disini adalah upaya menciptakan iklim ekonomi
yang kondusif bagi pembangunan melalui instrumen makro ekonomi, baik
moneter maupun fiskal. Instrumen moneter seperti suku bungam uang beredar,
150

dan nilai tukar dapat dijadikan alat kebijakan dalam merangsang berkembangnya
sistem dan usaha agribisnis. Dengan menetapkan suku bunga yang relatif rendah
serta perlakuan kredit khusus bagi investasi dan atau modal kerja unit usaha yang
bergerak dalam bidang agribisnis, maka pertumbuhan unit usaha sektor agribisnis
diharapkan makin cepat.
Hal lain yang perlu memperoleh perhatian dalam kebijakan suku bungan
dan pengkreditan adalah tercapainya keseimbangan alokasi kredit pada subsistem
agribisnis hulu, subsistem on farm dan subsistem agribisnis hilir sedemikian rupa,
sehingga ketiga subsitem tersebut berkembang secara seimbang. Dua instrumen
penting kebijakan fiskal yang dapat dilakukan pemerintah adalah alokasi
pengeluaran pemerintah untuk pembangunan dan perlakuan pajak. Kebijakan
penerapan pajak dalam rangka perolehan dana pembangunan harus dilakukan
secara bijak agar mampu merangsang dunia usaha yang bergerak dalam sektor
agribisnis. Demikian pula pembelanjaan anggaran pembangunan (investasi
pemerintah) harus memberikan bobot yang lebih besar terhadap pembangunan
sektor riil yang terkait langsung dengan pembangunan sistem dan usaha
agribisnis.
Selain investasi pemerintah, terdapat investasi lain yang dapat berpengaruh
terhadap sistem dan usaha agribisnis. Investasi tersebut mencakup investasi
swasta domestik (PMDN) dan inestasi swasta asing (PMA). Investasi PMA dan
PMDN tidak dapat sepenuhnya siatur oleh pemerintah karena tergantung
pengusaha itu sendiri. Namun, pemerintah dapat mempengaruhi keputusan
koperasi swasta melalui pengalokasian investasi pemerintah pada agribisnis dan
bentuk-bentuk promosi yang lain.

Kebijakan Pengembangan Industri


Kebijakan pembangunan sektor industri sepatutnya lebih ditujukan untuk
menjadikan sektor industri sebagai tulang-punggung kegiatan sistem agribisnis
dan usaha-usaha agribisnis, khususnya untuk memperkuat bagian hulu dan hilir
dari sistem agribisnis. Berdasarkan hal tersebut, pembangunan sektor industri
harus lebih diarahkan pada pengembagan agroindustri yang menunjang
151

pengembangan komoditas pertanian andalan utama sebagian besar petani dan


mampu memenuhi standar mutu permintaan pasar. Kebijakan ini membutuhkan
kearifan dari para penentu kebijakan demi sinkronisasi pembangunan secara
nasional.
Untuk mentransformasikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan
bersaing, pembangunan sistem agribisnis ke depan perlu didorong untuk
mempercepat pendalaman (deeping) struktur industri balik ke hilir (down-stream)
maupun ke hulu (up-stream). Dengan melihat karakteristik bahan pertanian maka
diperlukan

pengembangan

industri

hilir

maupun

hulunya.

Jika

hanya

mengandalkan komoditas pertanian primer, Indonesia akan cenderung berperan


sebagai penerima harga (price taker) dalam pasar internasional.
Pendalaman struktur industri agribisnis ke hilir dilakukan dengan
mengembangkan industri-industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi
produk olahan baik produk antara (intermediate product), produk semi-akhir
(semi-finished product) dan terutama produk akhir (final product). Pendalaman
struktur industri ke hulu dilakukan dengan mempercepat pengembangan industri
pembibitan/ pembenihan seluruh komoditas agribisnis potensial Indonesia,
pengembangan industri agrootomotif yang menghasilkan mesin dan peralatan
yang diperlukan baik pada subsistem on-farm agribisnis, maupun pada subsistem
agribisnis hilir (industri pengolahan) serta pengembangan industri agrokimia
seperti industri pupuk, industri pestisida, dan industri obat-obatan/ vaksin hewan.

Kebijakan Perdagangan dan Kerjasama Internasional


Perdagangan/ pemasaran komoditas agribisnis biasanya sudah merupakan
kegiatan yang terintegrasi dengan industri pengolahan (agroindustri). Tetapi ada
kecendrungan pandangan yang demikian menjadikan kegiatan perdagangan/
pemasaran hanya merupakan bagian lanjutan kegiatan setelah produk dihasilkan,
padahal kegiatan perdagangan/ pemasaran memiliki banyak fungsi selain fungsi
menjual barang. Fungsi informasi mengenai spesifikasi dan jumlah produk yang
diminta konsumen, harga dan kecendrungan perubahan jenis serta selera
konsumen merupakan beberapa contoh fungsi pemasaran yang informasinya
dibutuhkan dalam pengembangan system dan usaha agribisnis. Mengingat hingga
152

saat ini masih banyak dijumpai adanya berbagai kelemahan dan distorsi dalam
perdagangan/ pemasaran di dalam negeri, maka diperlukan berbagai kebijakan
yang dapat mengefektifkan fungsi-fungsi perdagangan/ pemasaran untuk
memperlancar arus barang dan jasa. Mekanisme transparansi pembentukan harga
(price discovery) merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
meningkattkan efesiensi pemasaran. Bentuk-bentuk pasar seperti bursa komoditas
dan pasar lelang merupakan bentuk pasar yang perlu dikembangkan. Sudah tentu
peningkatan kemampuan nilai tukar petani harus menjadi prioritas perhatian
dalam kebijakan perdaganagan ini.
Posisi Indonesia dalam perdagangan global haruslah tetap ditempatkan
dalam

kerangka

pembangunan

ekonomi

Indonesia.

Instrumen-instrumen

perdagangan seperti bea cukai dan pajak ekspor harus dirancang dalam rangka
memperkuat struktur industri termasuk Agroindustri dan merangsang tumbuhnya
usaha- usaha agribisnis nasional. Harus ada kebijakan arif untuk memberikan
perlindungan yang wajar bagi produk-produk agribisnis lokal. Dalam konteks
kerjasama seperti AFTA, APEC kepentingan ekonomi nasional harus menjadi
focus yang perlu diposisikan.
Untuk mendukung pengembangan agribisnis, kantor-kantor perwakilan
Indonesia di Negara-negara lain (Kantor duta besar dan konsulat) perlu
didayagunakan untuk mendukung pembangunan agribisnis di Indonesia selain
kepentingan politik luar negeri. Kantor-kantor perwakilan tersebut harus menjadi
pusat promosi produk-produk agribisnis Indonesia di Negara tersebut. Dengan
demikian. Kantor-kantor perwakilan Indonesia di luar negeri dapat berfungsi
sebagai entry point usaha-usaha agribisnis Indonesia untuk memeiliki pasar
Negara lain. Selain itu, kantor perwakilan kita perlu secara proaktif market
intelegance diantaranya melakukan kegiatan pemantauan peluang-peluang pasar
produk agribisnis yang berprospek dan perusahaan-perusahaan yang dapat diajak
menjadi partner pengusaha agribisnis Indonesia.
Selain kebijakan domestik, kebijakan Negara lain yang mengekspor produk
agribisnisnya ke Indonesia perlu diperhatikan dalam manajemen perdagangan
internasional. Produk-produk agribisnis yang menerapkan dumping, sehingga
153

seakan-akan kompetitif di Indonesia perlu memperoleh perhatian. Oleh karena itu,


undang-undang atau peraturan anti-dumping di Indonesia perlu dibuat sesegera
mungkin.

Kebijakan Pengembangan Infrastruktur


Keberadaan Infrastruktur tidak hanya dibutuhkan untuk mendukung usaha
agribisnis yang sudah ada, tapi juga merangsang tumbuhnya usaha-usaha baru
yang

dibutuhkan

dalam

pembangunan

system

dan

usaha

agribisnis.

Pengembangan infrastruktur sebagai bagian dan pelayanan public akan lebih


efektif apabila: (a) sesuai dengan kebutuhan/ kepentingan publik, (b) mampu
menunjang pengembangan usaha yang dilakukan masyarakat banyak, dan (c)
mampu merangsang tumbuhnya usaha-usaha atau investasi baru yang dapat
memacu perkembangan ekonomi wilayah. Dalam kaitannya dengan pembangunan
dan usaha agribisnis, maka kebijakan pembangunan infrastruktur perlu diarahkan
pada insfrastruktur yang dibutuhkan oleh banayak pelaku agribisnis dan mampu
merangsang para investor untuk melakukan usaha agribisnis. Infrastruktur seperti
sarana pengairan dan drainase, jalan, listrik, farm road, pelabuhan (khususnya
pelabuhan-pelabuhan

ekspor baru di wilayah Indonesia timur Indonesia),

transportasi dan telekomunikasi merupakan prasarana yang sangat dibutuhkan


dalam pembangunan sitem dan usaha agribisnis.

Kebijakan Pengembangan Kelembagaan


Dalam pembangunan system dan usaha agribisnis, hala yang perlu
dikembangkan bukan sekedar unit unit usaha yang mampu berkembang karena
memang dibutuhkan sebagai bagian dari keberlangsungan system dan usaha
agribisnis. Dengan kata lan, berbagai fungsi atau usah yang bersifat melembaga
perlu dupayakan melalui berbagai kebijakan. Kebijakn-kebijakan yang dimaksud
antara lain : Pengembangn Lembaga Keungan, Pengembangan Fungsi Penelitian
dan Pengembangan, Pengembangan SDM, dan Pengembangan Organisasi
Ekonomi Petani

154

Kebijakan Pemanfaatan dan Penggunaan Sumberdaya Alam dan


Lingkungan
Pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang mendayagunakan
keragaman sumberdaya alam (hayati) tidak akan sustainable bila keanekaragaman
hayati tidak dilestarikan. Oleh karena itu upaya pelestarian sumberdaya
keragaman hayati perlu ditempatkan sebagai bagian dari pembangunan sitem dan
usaha agribisnis. Dalam pelestarian

sumberdaya keragaman hayati, perlu

dikembangkan bentuk- bentuk pelestarian keragaman hayati, baik dalam bentuk


kebun koleksi plasma nuftah maupun pelestarian habitat asli ekosistem tanaman
disetiap daerah. Kebun plasma nuftah dan habitat asli tanaman tersebut
merupakan bank genetik yang berfungsi sebagai penyedia materi genetik untuk
memperbaharui dan mendiversifikasi komoditas/ produk agribisnis. Kebun plasma
nuftah ini perlu dikelola sebagai bagian dari industri pembibitan/ pembenihan atau
pusat-puasat

penelitian

bioteknologi.

Selain

bentuk-bentuk

pelestarian

sumberdaya alam dalam bentuk kebun plasma nuftah, pelestarian hutan, tanah, air,
dan perairan umum juga perlu di perhatikan. Untuk itu, menumbuh kembangkan
kelembagaan local dan melegalisasikan hak ulayat masyarakat local perlu
diupayakan.
Dalam upaya pelestarian sumberdaya alam, masalah propery right menjadi
sangat penting, karena menyangkut masalah tanggung jawab pelestarian. Selama
ini banyak sumberdaya alam seperti hutan tidak jelas pemiliknya, yang ada
hanyalah milik Negara. Sistem penguasaan milik Negara tidak kondusif bagi
pelestarian SDA, karena terjebak pada apa yang disebut sebagai tragedy of
commons (semua pihak merasa berhak memanfaatkan, namun tak seorang pun
yang bersedia untuk melestarikannya). Oleh karena itu, bagi SDA yang masih
demikian perlu diperjelas pemiliknya sehingga ada yang bertanggung jawab
dalam pelestariannya.
Selain itu perlindungan pada lahan pertanian perlu dilakukan. Hal ini
mengingat sudah sekitar 1 juta hektar lahan sawah produktif di Indonesia beralih
fungsi dalam kurun waktu 1983 1993. Dalam upaya pelestarian sumberdaya
155

alam, masalah property right menjadi sangat penting, karena menyangkut masalah
tanggung jawab pelestarian. Selama ini banyak sumberdaya alam seperti hutan
tidak jelas pemiliknya, yang ada hanyalah milik Negara. Sistem penguasaan milik
Negara atau milik umum tidak kondusif bagi pelestarian SDA karena terjebak
pada apa yang disebut sebagai tragedy of commons (semua pihak merasa berhak
memanfaatkan namun tak seorang pun yang bersedia untuk melestarikannya).
Oleh karena itu, bagi SDA yang masih demikian perlu diperjelas pemiliknya
sehingga ada yang bertanggung jawab dalam pelestariannya. Perlindungan lahan
pertanian ini juga berkaitan dengan kebijakan makro ekonomi yang menekan
agribisnis seperti rezinm perdagangan yang pro-impor, kebijakan suku bunga
yang tinggi, akan membuat lahan pertanian menjadi under valued. Sehingga
mudah mengalami alih fungsi. Oleh karena itu, kebijakan ini harus dihindari.
Penerapan pajak tinggi pada lahan tidur dapat dilakukan secara optimalisasi
SDA. Disamping itu pemberian penghargaan pada para pelestari SDA dan sanksi
bagi perusak lingkungan juga perlu dijadikan kebijakan yang dituangkan dalam
suatu produk hukum yang mengikat perlindungan lahan pertanian subur seperti
lahan sawah perlu mencakup ekosistemnya yaitu termasuk wilayah tangkapan air
(catchmen area). Sebab tidak ada gunanya melindungi lahan sawah bila wilayah
tangkapan air untuk irigasi dengan mudah beralih fungsi. Oleh karena itu prinsipprinsip pengelolaan sumberdaya alam secara integratif perlu dikembangkan.

Kebijakan Pengembangan Pusat-pusat Pertumbuhan Agribisnis


Daerah
Untuk mengoperasionalisasikan pembangunan sistem dan usaha agribisnis,
perlu dikembangkan atau diorganisasikan dalam bentuk pusat-pusat pertumbuhan
agribisnis

didaerah

sesusai

dengan

keunggulan

masing-masing

daerah.

Pengembangan pusat-pusat agribisnis tersebut harus dikaitkan dengan ekonomi


regional sedemikian rupa sehingga secara bertahap agribisnis didaerah yang
besangkutan makin terintegrasi dengan perekonomian regional dan dunia. Tentu
saja disamping pertumbuhan pusat-pusat agribisnis secara fisik, pengembangan
sistem informasi agribisnis juga perlu dilakukan.
156

Pada pusat-pusat pertumbuhan agribisnis perlu diperlengkapi infrastruktur


yang diperlukan seperti jalan baik yang menghubungkan industri pengelolaan
dengan subsistem on-farm maupun antarpusat pertumbuhan agribisnis dengan
pelabuhan ekspor. Selain itu juga dikembangkan fasilitas pergudangan, terminal
agribisnis, dan bursa komoditas/ produk agribisnis, beserta fasiltas lain yang
diperlukan untuk berkembangnnya sistem dan usaha agribisnis.
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis daerah haruslah inklusif
dengan pembangunan daerah yang bersangkutan. Pengembanagn Kawasan
Pertumbuhan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang ekslusif seperti dimasa lalu
hendaknya tidak perlu diulang lagi. KAPET yang perlu dikembangkan ke depan
adalah KAPET agribisnis yang sangat terintegrasi dengan ekonomi rakyat daerah.
Sehingga kehadiran KAPET agribisnis tersebut benar-benar memfasilitasi
pengembangan ekonomi daerah. Kapet-kapet agribisnis juga dimaksudkan dapat
terbentuk Kawasa Agroindustri Terpadu (KAT), serta pengembangan Sentra
Produksi Agribisnis Kmoditas Unggulan (SPAKAU), dan kawasan Andalan
(KADAL)). Pola insentif yang mampu merangsang investasi agribisnis oleh para
pengusaha local di Kapet-kapet agribisnis tersebut perlu diciptakan, khususnya
oleh pemerintah daerah.

Kebijakan Pembangunan Ketahanan Pangan


Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang No.7 Tahun1996 tentang
pangan, bahwa pengembangan pangan dan kesehjahtraan petani adalah kewajiban
bersama antar pemerintah dan mesyrakat. Peran pemerintah adalah melaksanakan
pengaturan dan pengendalian agar berkembang suatu sistem pengusahaan pangan
yang adil dan bertanggung jawab.
Ketahanan pangan adalah terpenuhnya pangan, baik dalam jumlah, mutu,
keaman, maupun kesesuaian dengan sosio kultur; dapat dijangkau secara fisik
maupun ekonomi; dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan individu setiap
waktu untuk sehat, tumbuh, dan produktif. Unsur utama dari ketahan pangan
adalah ketersedian pangan yang cukup, distribusi yang menjamin setiap individu
dapat mengakses, serta mengonsumsi yang menjamin setiap individu memperoleh
157

asupan zat gizi dengan jumlah dan keseimbangan yang cukup. Dengan pengertian
tersebut, maka agribisnis komoditas pangan yang berbasis sumberdaya pangan
local, yang menghasilakn, mengolah, dan memasarkan berbagai ragam produk
pangan serta memberikan pendapatan bagi masyarakat, memberikan konstribusi
yang sangat besar terhadap terwujudnya ketahanan pangan.
Dalam GBHN tahun 1999 2004 diamanatkan sebagai berikut :
mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis

pada keragaman

sumberdaya bahan pangan, kelembagaan, dan budaya local dalam menjamin


sumberdaya pangan yang terjangkau, dengan memperhatikan peningkatan
pendapatan petani/ nelayan serta produksi yang diatur dengan undang-undang.
Komponen dari sistem ketahananan pangan yaitu ketersedian, distribusi dan
konsumsi, tidak lain adalah kegiatan usaha berbasis agribisnis. Berdasarkan hal
tersebut, maka peningkatan dan pemantapan ketahan pangan dilaksanakan dengan
pendekatan sistem agribisnis, yang merupakan rangkaian yang terintegrasi antara
subsistem hulu, usahatani, hilir dan subsistem jasa. Dengan pendekatan tersebut,
kebijakan ketahanan pangan diarahkan pada: (a) keragaman sumberdaya,
kelembagaan dan budaya local; (b) efisensi ekonomi dan keunggulan kompetitif
wilayah; (c) pengaturan distribusi pangan mengacu pada mekanisme pasar yang
kompetitif; (d) sebagai bagian dari upaya peningkatan pendapatan petani.
Mengingat actor dari sistem ketahanan pangan adalah para pelaku usaha yaitu
produsen, pengolah dan distribusi yang sebagian besar pengusaha kecil, maka
upaya peningkatan dari pemantapan ketahanan pangan dilaksanakan dalam
kerangka memberdayakan kelompok masyarakat agar mampu, mandiri dalam
mengembangkan usahanya secara berkelanjutan, di dalam suatu perekonomian
yang mengikuti asas mekanisme pasar yang berkeadilan.
Kebijakan ketahanan pangan adalah kebijakan yang bersifat menyelaraskan
kegiatan-kegiatan yang menujang ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan,
agar setiap individu dapat mengakses pangan dan mengelola konsumsinya untuk
memenuhinya kecukupan gizi. Dalam hal subsistem ketersedian pangan,
kebijakan yang perlu dilakukan adalah menyeleraskan antara produksi , ekspor,
impor dan konsumsi sehingga terjadi keseimbangan sesuai dengan kebutuhannya
158

pada wilayah yang bersangakutan, dan antar wilayah dari waktu ke waktu pada
tingkat harga yang proposional. Kebijakan subsistem distribusi pangan diarahkan
untuk mendorong kelancaran proses distribusi dari lokasi produsen dengan
konsumen sehingga masyarakat diseluruh wilayah yang dibutuhkannya. Demikian
pula, kebijakan subsistem konsumsi pangan diarahkan untuk mendorong
masyarakat mampu mendayagunakan sumberdayanya untuk memperoleh dan
konsumsi pangan sehingga setiap individu mendapat asupan gizi yang cukup dan
seimbang.

Contoh Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Indonesia


5. Inpres No. 14 Tahun 2011
Sesuai dengan Inpres No. 14 Tahun 2011 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Tahun 2011, Menteri Pertanian mendapatkan amanat
untuk menjalankan tugas yang meliputi 10 Rencana Aksi dan 26 Sub Rencana
Aksi. Kesepuluh Rencana Aksi tersebut mencakup: (1) Peningkatan integrasi
PNPM penguatan; (2) Pengelolaan air untuk pertanian; (3) Peningkatan produksi
ternak ruminansia; (4) Penyaluran bantuan dan subsidi benih tanaman pangan; (5)
Penyaluran pupuk bersubsidi; (6) Perluasan areal pertanian; (7) Pengembangan
ketersediaan dan penanganan rawan pangan; (8) Percepatan penganekaragaman
konsumsi pangan; (9) Pengembangan sistem distribusi dan stabilitas harga
pangan; dan (10) Konsep kebijakan penyediaan subsidi beras untuk masyarakat
berpenghasilan rendah/raskin. Berdasarkan hasil penilaian UKP4 pada Laporan
B12 (sampai Desember 2011), Kementerian Pertanian telah melaksanakan seluruh
rencana aksi dan mencapai target sesuai yang ditetapkan (pencapaian berkisar
antara 100% sampai dengan 227,55%).
6. Inpres No. 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat
Dalam rangka melaksanakan penugasan Inpres 5 Tahun 2007 tentang
Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, Kementerian
Pertanian telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 277,96 miliar untuk
Provinsi Papua dan sebesar Rp. 106,92 miliar untuk Provinsi Papua Barat, serta
menetapkan bahwa pembangunan pertanian di kedua Provinsi tersebut akan
159

difokuskan pada: 1). Merauke Integrated Food dan Energy Estate (MIFEE), 2)
Pengembangan ternak sapi potong dan babi, dan 3) Pengembangan kedelai.
1) Merauke Integrated Food dan Energi Estate (MIFEE)
Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke telah mengalokasikan areal seluas
1,2 juta hektar yang terbagi atas 10 klaster. Untuk jangka pendek (2011-2014),
prioritas pengembangan pada Klaster I dan IV seluas 464.954 hektar dengan lahan
yang clear and clean seluas 228.022 hektar. Komoditas pangan yang akan
dikembangkan adalah: padi, jagung, kedelai, tebu dan sapi.
Kegiatan yang telah dilakukan antara lain : (1) Telah diterbitkan grand design
MIFEE, (2) grand-launching MIFEE, (3) inventarisasi rencana investigasi dari 14
investor dengan ijin seluas 548.315 hektar, (4) pembangunan/rehabilitasi jalan
usaha tani dan irigasi, (5) demplot System Rice of Intensification (SRI). Kendala
yang dihadapi saat ini belum diterbitkannya ijin penggunaan lahan dari HPK
menjadi APL serta infrastruktur yang terbatas. Hal lain yang ditunggu para pelaku
usaha adalah penetapan Kawasan Ekonomi Khusus di wilayah Merauke.

2) Pengembangan Ternak Sapi Potong dan Babi


Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat berpeluang menjadi sentra daerah
produksi sapi potong dan babi nasional terutama di Provinsi Papua Barat untuk 10
- 15 tahun mendatang. Saat ini kegiatan operasional pengembangan sapi potong
dan babi yang telah dilaksanakan adalah Sarjana Membangun Desa (SMD)
sebanyak 69 unit (Rp 900 juta) di Provinsi Papua dan 66 unit (Rp. 33,26 miliar) di
Provinsi Papua Barat, Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3)
sebanyak 7 unit (Rp. 850 juta) dan 15 unit (Rp. 2,35 miliar), PUAP sebanyak 198
Gapoktan (Rp. 19,8 miliar) di Provinsi Papua dan 207 Gapoktan (Rp. 20,7 miliar)
di Provinsi Papua Barat, Insentif Penyelamatan Sapi Betina Produktif Rp. 6,3
miliar di Provinsi Papua Barat dan Rp. 5,8 miliar di Provinsi Papua.

160

3)

Pengembangan Kedelai
Pengembangan kedelai di NTT dilakukan secara bertahap, yaitu pada tahun

2011 seluas 2.000 hektar, tahun 2012 seluas 3.000 hektar, tahun 2013 seluas 4.000
hektar dan pada tahun 2014 seluas 5.000 hektar. Pada tahun 2011, pengembangan
kedelai dilakukan melalui: 1) pemberdayaan Balai Benih setempat untuk
menangkarkan benih sumber seluas 3,2 hektar, 2) pemberian bantuan saprodi
(pupuk kimia, Rhizobium, kapur pertanian dan pestisida), 3) pemberian paket alat
dan mesin pertanian seperti: hand traktor, power tresher, peralatan pengolahan
tahu-tempe dan susu kedelai, 4) pemberian bantuan sapi kerja kepada petani, 5)
pemberian pelatihan budidaya kedelai, panen dan pasca panen serta pengolahan
hasil, 6) Melakukan koordinasi, pembinaan, pendampingan, monitoring dan
pelaporan.
3.

Arahan Presiden untuk Percepatan Pembangunan Provinsi Nusa


Tenggara Timur
Sebagai tindak lanjut arahan Presiden untuk Percepatan Pembangunan

Provinsi Nusa Tenggara Timur, maka berdasarkan potensi wilayah, Kementerian


Pertanian telah menetapkan untuk mengembangkan produksi jagung dan ternak
sapi potong, serta pembangunan embung di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk
mendukung upaya pengembangan produksi jagung, pada tahun 2011 dimulai
pembangunan 1 Unit Pengolah Biji (UPB) jagung komposit di Nusa Tenggara
Timur dengan kapasitas 2 ribu ton setiap tahunnya. Pada tahun 2011 produksi
jagung di Nusa Tenggara Timur (Angka Ramalan III) sebesar 522,97 ribu ton.
Pengembangan ternak sapi potong difokuskan di Kabupaten Belu dan
Kabupaten Kupang melalui: (i) peningkatan populasi, (ii) pengembangan pakan,
(iii) regulasi distribusi bibit, ternak dan daging, (iv) penguatan kelembagaan, (v)
peningkatan produktivitas, dan (vi) penguatan infrastruktur. Pengembangan ternak
sapi potong dilakukan untuk meningkatkan populasi melalui penambahan indukan
sapi, yang pada tahun 2011 sudah terealisasi sebanyak 2.058 ekor. Untuk
mengatasi ketersediaan air, telah dibangun embung sebanyak 328 unit di 19
Kabupaten.
161

LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Peranan Pemerintah Dalam
Agribisnis, coba Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan peranan pemerintah terhadap perdagangan internasional produk
pertanian.
2. Sebutkan berbagai macam peraturan lokal dan pusat yang mempengaruhi
kegiatan agribisnis.
3. Jelaskan mengenai kebijakan pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya
alam dan lingkungan.
4. Sebutkan contoh bentuk tanggung jawab sosial perusahaan agribisnis
terhadap keberlanjutan lingkungan.
5. Jelaskan

contoh

pelaksanaan

kebijakan

pemerintah

mengenai

pembangunan agribisnis di Indonesia

TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah yang dimaksud undang-undang antitrust?
2. Sebutkan istilah-istilah lain dari antitrust.
3. Undang-undang
ketenagakerjaan?

nomor

berapakah

yang

mengatur

tentang

4. Tindakan apa saja yang dilakukan pemerintah untuk menjamin


perlindungan konsumen.
5. Sebutkan komponen dari sistem ketahanan pangan.
6. Sebutkan syarat pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis.
7. Apakah yang dimaksud kebijakan mikro agribisnis?
8. Apakah yang dimaksud kebijakan pengembangan industri?
162

9. Apakah yang dimaksud dengan property right?


10. Apakah yang dimaksud dengan istilah tragedy of commons?

163

KEGIATAN BELAJAR 7
Modul

PENGEMBANGAN KASUS

13

AGRIBISNIS

INDUSTRI STRATEGIS GULA DAN TEMBAKAU DI JAWA


TIMUR
Unit Usaha Strategis (UUS) yang utama di Jawa Timur adalah gula dan
tembakau, yaitu unit usaha yang mempunyai ciri padat karya dan padat model.
Unit usaha ini termasuk 10 besar industri di Indonesia (2005) diantara unit usaha
lainnya seperti industri primer pertambangan, pertanian, industri jasa rumah sakit
dan pendidikan belum berkembang secraa optimal. UUS gula dan UUS tembakau
merupakan sistem usaha agribisnis yang menjadi unggulan di wilayah Jawa Barat.
Bungaran Saragih (2008) menyatakan bahwa kebijakan agribisnis mempunyai
hubungan yang erat dengan politik agribisnis, dimana politik agribisnis itu sendiri
terdapat campur tangan pemerintah dalam bidang agribisnis. Selanjutnya
dikatakan jika berbicara tentang kebijakan agribisnis, maka konteks dari
kebijakan tersebut harus memasukkan paradigma dengan modifikasi yang sesuai
dengan kepentingan dan perkembangan masyarakat Indonesia.
Kultur dari kedua unit usaha ini telah terbentuk semenjak jaman kolonial
hingga saat ini, kultur baik yang menyangkut budaya maupun pemasaran telah
mengalami perubahan. Pada jaman kolonial, kualitas produk mutlak dibawah
kontrol perusahaan, demikian juga pasar berstruktur monopoli, pemerintah
Belanda memberikan dukungan sepenuhnya terhadap keberadaan komoditas gula
dan tembakau yang berorientasi ekspor. Pada abad 21 telah terjadi perubahan
besar yaitu diberlakukannya keunggulan komperatif (comparative advantage) dan
keunggulan kompotitif (competitive advantage) oleh pasar dunia. Perlindungan
terhadap sebagai dampak negatif yang timbul akibat mengkonsumsi komoditas
164

tembakau dilakukan, bahkan ada larangan untuk meroko dan meminum cerutu
disegala tempat, permintaan menurun akibat perang terhadap tembakau
dicanangkan semenjak akhir abad 20. Selain itu cita rasa (taste) konsumen
tembakau berubah dari ceritu besar (cigar) menjadi cerutu kecil (cigarrolos),
akibatnya banyak pabrik cerutu melakukan penggabungan (merger). Keseluruhan
ini menyebabkan struktur pasar tembakau berubah menjadi oligopsoni (buyer
market). Gejala perubahan kultur dan struktur pengelolaan dan pasar tembakau ini
dirasakan oleh pelaku bisnis semenjak akhir abad 20.
Undang-undang yang mengatur tentang komoditas tebu dan tembakau juga
berubah, peraturan perundangan yang mengatur budidaya tanaman , pengelolaan,
dan kelembagaan khusus komoditas tebu dan tembakau diberlakukan untuk
menata dan mengatur komoditas perdagangan termasuk kedua komoditas tersebut
(UU No. 12? 1989, Inpres No. 9/75 dlsb). Pada jaman kolonial Belanda, gula
masih berorientasi ekspor namun pada akhir abad 20 digunakan untuk kebutuhan
dalam negeri dan itu pun tidak cukup. Kualitas tebu menurun, rendemen menurun,
petani bebas menanam komoditas apa saja yang dianggap menguntungkan. Impor
gula jenis raw sugar atau sejenisnya serta gula rafinasi dari luar negeri dapat
menurunkan harga tebu dari petani yang memiliki kebebasan komoditas yang
dianggap menguntungkan. Tarik menarik antara keinginan untuk mendorong
industri gula dengan komponen kemitraan petani tebu menjadi mampu bersaing
dengan gula impor memerlukan kecermatan dalam antisispasinya karena dapat
menyebabkan pabrik gula dan tebu rakyat menjadi tidak efisien, akibatnya tidak
memiliki keunggulan komparatif dan/ atau kompetitif. Perubahan-perubahan ini
perlu dipikirkan dan diantisipasi secara cerdas, efisien, dan strategis agar kedua
produk komoditas ini menjadi komoditas strategik yang menghasilkan keuntungan
yang mempu memperkuat anggaran pendapatan belanja.

Unit Usaha Strategis Gula


Berdasarkan uraian persamsalahan diatas upaya mengatasi permasalah tersebut
dilakukan Jawa Timur dengan menyampaikan usulan perubahan mendasar dalam
pengadaan bahan baku tebu (meningkatkan produktivitas dan kualitas) dengan
cara bongkar ratoon yang ditandai dari APBN yang bekerjasama dengan P3GI,
165

N10, dan N11 serta PT Rajawali dan PTKBA dalam pengadaan bibit. Kebijakan
perbaikan bahan baku tebu tersebut kemudian diantisipasi oleh pabrik menuju
produk yang efisien yaitu dengan memberikan penghargaan perbaikan produksi
dan produktivitas tebu dengan emberikan apresiasi pada Nilai Nira Perahan
pertama (NPP).
Selain itu Departemen Perdagangan dan Perindustrian juga memperbaiki
kebijakan tata niaga impor gula (Kepmen Perdagangan Perindustrian 527/2004).
Kebijakan ini muncul untuk menjawab adanya anggapan bahwa petani dirugkan
oleh pabrik dalam hal penyediaan bahan baku tebu untuk pabrik gula.
Perbaikan pabrik juga harusnya dapat dilakukan dari dana internal PTPN yang
diambil dari anggaran penyusutan, investasi berupa renovasi dan modernisasi
pabrik dengan melalui program APBN. Namun hal tersebut belum dapat
dilakukan karena kondisi keuangan negara. Secara umum, untuk menjadikan
industri gula ini memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, langkah yang
dibutuhkan yaitu:
1) Meningkatkan efisiensi pabril dengan renovasi/ modernisasi mesin, power,
pengolahan gula serta tatanan pabrik. Tujuannya agar menjadikan pabrik
sebagai penjuala jasa giling yang dapat dipertanggungjawabkan dan
menjadi sumber keuntungan
2) Meningkatkan kualitas bahan baku tebu (bongkar ratoon, perbaikan bibit,
dan peningkatan produktivitas) diikuti dengan perbaikan baku teknis,
kultur teknis, dan kelembagaan (tri partitie, antara petani, pabrik, dan
pemerintah).

Unit Usaha Strategis Tembakau


Berdasarkan uraian permasalahan sebelumnya, makan dalam mencari solusi
permasalahan tersebut, perlu diketahui bahwa Indonseia sebagai eksporti
rtembakau bahan baku cerutu ke negara-negara Eropa, Amerika, dan Afrika
mempunyai dua segmen penting yang didasarkan kualitas. Untuk segmen pasar
kualitas dekblad dan omblad (wrapper dan binder) indonesia memiliki market
share lebih dari 64 persen, kualitas dekblad kurang dari 34 persen. hal ini berarti
produk kualitas ini didiominasi Indonesia.
166

Unit usaha strategis tembakau cerutu lebih berorientasi pada pasar internasional
daripada lokal. tekanan usaha lebih diutamakan pada pasar, karena industriawan
cerutu yang makin sedikit jumlahnya, sementara itu perang terhadap rokok dan
cerutu yang berarti perang terhadap tembakau semakin gencar, maka kebutuhan
tembakau untuk cerutu semakin menurun.

Sifat pasar yang buyer market menyebabkan struktur pasarnya oligopsoni,


dan untuk mengatasi struktur pasar oligopsoni tersebut dilakukan dengan cara
melakukan kemitraan dengan pembeli dan memperluas pasar agar tidak terjai
ketergantungan.

Strategi pasar cerutu N10 yang telah dilakukan pihak Indonesia telah benar
memeberikan manfaat sehingga tidak perlu diuba. Strategi tersebut yaitu 70
persen untuk melayani/ mencukupi mmitra utama Burger Sohne Burg (BSB),
10 % melalui makelar Indonesia, 10% penjualan melalui penampung (pasar
lelang Bremen), dan 10% penjualan melalui makelar internasional. Kondisi
ini apabila dipertahankan akan cukup bagus, terlebih dapat melakukan
ekspansi dengan cara perluasan pasar.

Produksi tembakau cerutu menurut jenis dan kualitasnya harus didasarkan


pada keinginan dan kebutuhan pelanggan (bukan hanya asal produksi saja).
N10 diharapkan mampu memberikan pelayanan yang dapat memuaskan
pelanggan.

Perluasan pasar untuk mencoba merebut kembali market share tembakau


cerutu Indonesia khususnya tembakau Sumatera (saat ini di N10
dikembangkan TBN FIN dan FIK) yang rata-rata satu persen per tahun
beralih ke pesaing (Nicaragua, Costarica, Brasil, dan beberapa negara
Amerika Latin lainnya) sangat diperlukan usaha yang lebih keras lagi, dengan
cara mendekati industriawan cerutu di Eropa dan Amerika (USA), baik
melalui market intelegent maupun makelas ataupun badan penampung.

Untuk mengatasi masalah lahan usaha dan budidaya tanaman serta pasca
panen (curing dan sortasi) ditekankan pada kemampuan sumberdaya manusia
167

yang memiliki skill ahli dan kondisi alam. Dalam hal ini career palnning
merupakan upaya agar ada kesinambungan dan keberlanjutan usaha strategis
tembakau. Standart operating procedure dan pengawasan serta keputusan
pimpinan yang ahli dan tepat sangat diperlukan pada tahapan pekerjaan ini.

Dilakukannya analisis dan evaluasi mengenai efisiensi dan kinerja usaha di


unit strategis.

(Sumber : Saragih, 2010)

PEMBANGUNAN WILAYAH JAWA BARAT YANG


INTEGRATIF MELALUI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
Wilayah Jawa Barat merupakan salah satu wilayah pusat kegiatan ekonomi
nasional. Hal tesebut dapat dilihat dari kontribusi PDB Jawa Barat menduduki
peringkat kedua dalam penyumbang PDB. Namun dalam kurun waktu tahun 1975
1993 telah terjadi perubahan struktur perekonomian Jawa Barat, pangsa pasar
pertanian primer turun dari 4 % (1975) menjadi 16% (1993), sementara itu pangsa
industri meningkat dari 8% (1975) menjadi 30% (1993). Wilayah Jawa Barat
bagian Selatan yang masih di dominasi oleh sektor pertanian primer dan
menampung sekitar 30,7 persen angkatan kerja Jawa Barat hanya menerima 17%
PDRB Jawa Barat. Sementara wilayah Jawa Barat bagian Utara dan Tengah yang
menampung sekitar 69,3% angkatan kerja menikmati 83%PDRB Jawa Barat.
Data mengenai pangsa pasar antarsektor dan antarwilayah dalam PDRB
Jawa Barat memberikan indikasi bahwa proses pembangunan antarsektor dan
antarwilayah di Jawa Barat berjalan secara sendiri-sendiri. Bila perubahan struktur
perekonomian yang demikian terus berlangsung, maka wilayah Jawa Barat bagian
Utara dan Tengah akan menjadi sasaran arus migrasi sumberdaya manusia dan
dikhawatirkan akan mengalami tekanan penduduk yang berlebihan sehingga
menimbulkan masalah ekonomi, sosial, politik, dan lingkungan. Sementara itu
Jawa Barat bagian selatan akan menderita akibat pelarian SDM dan sumberdaya
modal dan menjadikannya semakin tertinggal. Untuk menghindari dampak
168

tersebut maka diperluka strategi pembangunan wilayah Jawa Barat yang bersifat
integratif.
Pengembangan Agribisnis
Dalam hubungannya dengan pembangunan wilayah Jawa Barat yang terintegrasi,
pembangunan wilayah dengan pendekatan agribisnis mampu memanfaatkan
keunggulan komparatif (comparative advantages) dari setiap wilayah yang
berbeda melalui pembangunan subsistem agribisnis yang relevan. Jawa Barat
bagian utara dan tengah yang unggul dari segi pasar, dapat dimanfaatkan oleh
agribisnis melalui pengembangan subsistem agribisnis hilir, yang terintegrasi
secara vertikal dengan subsistem usaha tani dan subsistem agribisnis hulu di Jawa
Barat Bagian Selatan yang unggul dari segi agrobiofisik. Dengan demikian,
peningkatan pendapatan penduduk di Jawa Barat Bagian Utara dan Tengah ( yang
berarti meningkattkan daya serap pasar ), akan mendorong pertumbuhan
subsistem agribisnis hilir diwilayah tersebut. Pertumbuhan agribisnis hilir ini akan
menarik subsistem agribisnis usaha tani dan subsistem agribisnis hulu di Wilayah
Jawa Barat Bagian Selatan, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
penduduk di Jawa Barat Bagian selatan. Kemudian, dengan bertumbuhnya
subsistem agribisnis hilir, usaha tani dan subsistem agribisnis hulu tersebut akan
menarik seluruh kegiatan industri jasa yang berkaitan dengan agribisnis (
perbankan, transportasi dan lain lain ).
Dengan mekanisme seperti itu, maka pembangunan dengan pendekatan agribisnis
akan mampu mengintegrasikan perekonomian wilayah Jawa Barat, baik antara
wilayah Utara, Tengah dan selatan; maupun antara sector pertanian dengan
industri/ agroindustri, sector pertanian dengan sektor jasa dan sektor industri
dengan sektor jasa. Selain itu, melalui mekanisme pasar, pembangunan wilayah
dengan pendekatan agribisnis akan mampu memperkecil pelarian sumberdaya
manusia dan pelarian modal dari Jawa Barat bagian Selatan ke wilayah Jawa
Barat bagian Utara dan Tengah, Bahkan potensial mendorong terjadinya
penarikan kembali sumberdaya manusia dan capital dari Wilayah Jawa Barat
bagian Utara dan Tengah ke Wilayah Selatan.

169

Agar proses yang demikian dapat terjadi, maka komoditas yang dikembangkan di
Jawa Barat bagian Selatan hendaknya merupakan komoditas/ produk yang bersifat
memiliki elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi
(income elastic demand ), seperti komoditas perternakan dan hortikultura.
Konsumsi komoditas peternakan ( daging, telur dan susu )dan hortikultura
meningkat dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Kemudian, konsumen
hasil peternakan dan hortikultura terbesar di Jawa Barat selama ini berada pada
masyarakat yang mendiami Jawa Barat bgaian Utara dan Tengah; sementara
kemampuan Jawa Barat bagian Utara dan Tengah dalam menghasilkan komoditas
peternakan dan hortikultura semakin menurun. Dengan demikian pertumbuhan
ekonomi di bagian Utara dan Tengah akan meningkatkan permintaan komoditas
peternakan dan hortikultura, sehingga bila komoditas tersebut dikembangkan di
Jawa Barat bagian Selatan, peningkatan permintaan tersebut akan menarik
aktivitas ekonomi masyarakat Jawa Barat bagian Selatan.
Kemudian, untuk menjamin peningkatan pendapatan masyarakat di Jawa Barat
bagian Selatan yang umumnya adalah petani, maka petani perlu didorong dan
difasilitasi untuk mengembangkan koperasi agribisnis. Di masa lalu, aktivitas
ekonomi petani kita hanya terbatas pada usaha tani saja, yang justru paling kecil
nilai tambahnya dibandingkan dengan nilai tambah agribisnis hulu dan hilir.
Dengan mengembangkan koperasi agribisnis secara vertikal, maka petani akan
dapat menangkap nilai tambah yang ada pada subsistem agribisnis tersebut, baik
yang berada di Jawa Barat bagian Utara dan Tengah, maupun yang ada di Jawa
Barat bagian Selatan. dengan demikian, pendapatan petani di Jawa Barat bagian
Selatan akan dapat ditingkatkan dan mengejar ketinggalan dari Jawa Barat bagian
Utara dan Tengah.
Pengembangan

wilayah

dengan

pendekatan

agribisnis

berpotensi

mengintegrasikan perekonomian Jawa Barat ke perekonomian yang lebih luas,


oleh karena komoditas yang dikembangkan adalah bersifat memiliki elastisitas
permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi dan merupakan komoditas
yang sangat dibutuhkan di wilayah DKI Jakarta, nasional dan internasional,
sehingga

pengembangan

agribisnis
170

yang

demikian

juga

mendorong

pengintegrasian perekonomian Jawa Barat dengan perekonomian Jakarta,


kemudian ke perekonomian nasional dan bahkan ke perekonomian internasional.
Dengan demikian, manfaat pengintegrasian perekonomian nasional dengan
perekonomian internasional (AFTA dan APEC) akan dapat dinikmati oleh Jawa
Barat, termasuk masyarakat Jawa Barat bagian Selatan yang selama ini tertinggal.
(Sumber : Saragih, 2010)

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK


MENDUKUNG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN
EKONOMI PERDESAAN
Wilayah simalungun telah lama dikenal sebagai salah satu sentra produksi
pertanian di Sumatera Utara. Wilayah Kecamatan Raya dan sekitarnya merupakan
sentra produksi jahe, jeruk dan kopi. Sementara itu, wilayah Kecamatan Purba,
Silima Kuta dan Dolok Silau terkenal sebagai sentra produksi kentang, kol, cabai,
tomat dan jagung. Sedangkan wilayah pesisir danau toba terkenal dengan
produksi bawang merah, bawang putih dan manga yang paling manis dan paling
harum di dunia. Bahkan di Wilayah sekitar Pematang siantar telah lama dikenal
dengan ikan mas Siantarnya. Disamping itu, wilayah Tanah Jawa dan sekitarnya
disebut sebagai salah satu lumbung beras di Sumatra Utara. Belum lagi hasil
perkebunan di simalungun yang sudah terkenal di Indonesia danj pasar
internasional.
Menurut data Tahun 1991 ( Simalungun Dalam Angka, 1992) produksi
kentang dari wilayah simalungun mencapai 40 ribu ton, tomat 43 ribu ton, jagung
96 ribu ton, jahe 40 ribu ton, nanas 39 ribu ton,kubis/ kol 30 ribu ton, cabai 24
ribu ton, bawang merah dan putih 11 ribu ton, jeruk manis 8 ribu ton,kopi 4 ribu
ton dan pisang 73 ribu ton. Di Sumatera Utara/ wilayah Simalungun adalah satu
satunya sentra produk jahe. Kemudian dalam produksi pisang, wilayah
Simalungun merupakan produsen terbesar di Sumatra Utara. Sebagian dari
produksi pisang tersebut

(khususnya dari Kecamatan Silau Kahean dan

171

sekitarnya ) merupakan jenis pisang barangan yang saat ini cukup terkenal di
hotel-hotel dan restoran di Jakarta.
Dengan ragam dan tingkat produksi komoditas pertanian yang demikian,
sebenarnya masyarakat dan wilayah simalungun sudah harus lebih makmur dari
yang dicapai saat ini. Berbagi fakta menunjukkan bahwa tampaknya para petani
di wilayah Simalungun hanya menikmati sedikit dari manfaat ekonomi yang
ditimbulkan oleh wilayah Simalungun sebagai sentra produksi komoditas
pertanian. Bahkan beberapa desa di Simalungun masih tergolong sebagai desa
tertinggal (miskin). Sebaliknya, berbagai bebagai fakta menunjukkan justru
pedagang dan pengusaha yang mengolah dan memperdagangkan hasil pertanian
dari wilayah Simalungun yang justru menikmati manfaat ekonomi pertanian
Simalungun. Karena kegiatan pengolahan dan perdagangan hasil pertanian di
Wilayah simalungun sebagian besar berada diluar wilayah simalungun, maka
sebagian besar manfaat tersebut mengalami kebocoran ( leakages) dari wilayah
Simalungun ke wilayah lain. Arus kebocoran manfaat ekonomi diperbesar pula
oleh ketergantungan yang kuat wilayah Simalungun terhadap wilyah lain dalam
penyediaan sarana produksi pertanian.
Bila keadaan yang demikian berlangsung lama, maka dikhawatirkan
wilayah Simalungun akan mengalami kesulitan dalam pemupukan modal, bahkan
cenderung akan mengalami pelarian capital ( capital Flight), sehingga akan
mengurangi kemampuan produksi wilayah Simalungun. Kondisi seperti ini sangat
tidak kita inginkan terutama bila kita hubungkan bahwa wilayah kabupaten
simalungun merupakan daerah percontohan ekonomi daerah tingkat II di Sumatra
Utara.
Keadaan yang terjadi pada pertanian wilayah Simalungun yang demikian,
tidak dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan pertanian yang kita anut
dimasa lalu. Pembangunan pertanian yang hanya terfokus pada agribisnis usaha
tani saja, memang dapat meningkatkan produksi, tetapi sangat sulit berhasil
meningkatkan pendapatan petani secar riil dan meningkatkan serta menahan nilai
tambah (added value) yang lebih besar di wilayah sentra produksi pertanian.
Penyebabnya adalah karena pada agribisnis usaha tani nilai tambah yang tercipta
172

adalah sangat kecil dan jauh lebih kecil daripada nilai tambah yang tercipta pada
agribisnis hulu dan hilir (industri pengolahan dan perdagangan). Oleh sebab itu,
dimasa yang akan datang pembangunan pertanian di wilayah Simalungun perlu
diubah dari konsep pertanian primer ke konsep agribisnis.
Dalam rangka pengembangan agribisnis di wilayah Simalungun, perlu
upayakan agar di wilayah Simalungun berkembang usaha-usaha pembibitan
komoditas unggul yang dapat memenuhi kebutuhan bibit (tanaman, ternak dan
ikan) para petani. Disamping itu, yang paling penting adalah mengembangkan
industri pengolahan hasil pertanian yang bahan bakunya ada di wilayah
simalungun. Kita perlu mengembangkan industri minyak dan sari jahe, industri
tepung jagung dan minyak jagung, industri buah jeruk, industri minyak bawang,
industri pengolahan kopi ( kopi bubuk dan permen kopi ), dan industri pengolahan
hasil pertanian lainnya. Dengan pengembangan agroindustri yang demikian di
wilayah simalungun maka nilai tambah agribisnis yang tertahan di wilayah
Simalungun akan lebih besar.
Untuk meningkatkan pendapatan para petani sekaligus memperluas
jaringan bisnis petani, kita perlu mendorong berkembangnya organisasi bisnis
terutama koperasi agribisnis dikalangan petani di wilayah Simalungun. Koperasi
agribisnis yang dimaksudkan di sini bukanlah konsep KUD masa lalu yang
menangani segala macam komoditas dan hanya bergerak pada pertanian primer
saja. Koperasi agribisnis yang dimaksudkan adalah koperasi yang menangani satu
jenis komoditas mulai dari hulu hingga ke hilir. Melalui koperasi agribisnis ini,
petani dapat mengembangkan jaringan bisnisnya, baik pada agribisnis hulu
maupun pada agribisnis hilir (industri pengolahan, dan perdagangan). Dengan
demikian nilai tambah yang tercipta dalam agribisnis suatu komoditas dapat
dinikmati oleh para petani sedemikian rupa sehingga pendapatan mereka dapat
meningkat lebih cepat. Hal ini akan meningkatkan gairah dan kebanggaan para
petani serta akan merangsang tumbuhnya generasi baru pengusaha agribisnis dan
keluarga petani.
Pengembangan agroindustri dan organisasi bisnis petani tersebut perlu
disertai dengan subsistem jasa agribisnis terutama pengembangan prasarana jalan.
173

Pengembangan prasarana jalan perlu mendapat prioritas dari pemda Tingkat II


Simalungun Karena masih banyak desa di wilayah Simalungun yang belum
terjangkau kendaraan roda empat, padahal potensi pengembangan agribisnis
cukup besar. Pengembangan jaringan jalan ini akan mendorong tumbuhnya
sentra-sentra agribisnis baru dan meningkatkan efesiensi pengangkutan komoditas
pertanian di wilayah Simalungun. Bila pengembangan agribisnis ini berhasil
diwujudkan di wilayah Simalungun, maka wilayah Simalungun akan siap
menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang -peluang di masa yang akan
datang.
Berkembangnya agribisnis di wilayah Simalungun akan menarik kegiatan
petani lainnya, baik yang menyediakan bahan -bahan penolong dan jasa yang
dibutuhkan oleh agribisnis, maupun sector informal. Hal ini akan menarik aliran
kapital dan sumberdaya manusia ke wilayah Simalungun. Dengan demikian
pengembangan agribisnis ini akan mampu meningkatkan kapasitas produksi dan
integrasi antar sector di wilayah Simalungun.

Selanjutnya, hal ini akan

meningkatkan kemampuan wilayah Simalungun untuk membiayai sendiri ( selffinancing) pembangunan, sehingga siap melaksanakan otonomi daerah secara
penuh. Kemudian, karena produk-produk yang dihasilkan agribisnis di wilayah
Simalungun ada produk yang bersifat memiliki elastisitas permintaan terhadap
perubahan pendapatan yang tinggi (income elstic demand ). maka meningkatnya
pendapatan masyarakat di wilayah perkotaan akan menarik lebih lanjut
berkembangnya

agribisnis

diwilayah

Simalungun.

Dengan

demikian,

pengembangan agribisnis dapat mengintegrasi perekonomian pedesaan dengan


perkotaan, perekonomian wilayah Simalungun dengan perekonomian Sumatra
Utara, dan ke perekonomian nasional. Selanjutnya karena komoditas yang
dihasilkan agribisnis Simalungun juga dibutuhkan di kawasan internasional, maka
manfaat ekonomi yang timbul dari liberalisasi dunia dan integrasi ekonomi
(khususnya AFTA da APEC ) abad Ke-21, dapat dinikmati oleh masyarakat yang
ada di wilayah simalungun.
(Sumber : Saragih, 2010)

174

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM RANTAI PASOKAN


INDUSTRI PERBERSAN DENGAN PENDEKATAN SYSTEM
DYNAMICS
Beras merupakan komoditas pangan strategis dalam mewujudkan ketahanan
pangan nasional. Dinamika yang terjadi pada sisi produksi dan sisi konsumen
menyebabkan berbagai persoalan klasik muncul dalam industri perberasan di
Indonesia. Setiap tahun terjadi kelebihan produksi sebagai akibat panen raya yang
terjadi di sentra produksi, hal tersebut menyebabkan petani selaku produsen
menerima pendapatan yang berkurang karena harga gabah yang menurun.
Persoalan yang sama dihadapi juga oleh pelaku lain dalam industri perberasan,
seperti pedagang perantara gabah, industri penggilingan dan pedagang beras.
Dalam waktu yang lain, industri perberasan mengalami persoalan kelangkaan
beras yang mengakibatkan konsumen harus membayar lebih mahal. Kelangkaan
beras tersebut terjadi karena terjadinya kekurangan pasokan gabah dan beras dari
sentra produksi. Persoalan-persoalan tersebut selalu berulang setiap tahunnya dan
seperti tidak pernah teratasi dengan berbagai kebijakan yang diimplementasikan
oleh pemerintah.
Kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri perberasan terfokus
pada aspek peningkatan efisiensi dan produktivitas sistem produksi/budidaya
padi. Efisiensi sistem produksi padi tersebut dilakukan dengan menerapkan
program peningkatan mutu intensifikasi, sistem usahatani terpadu padi dan ternak,
introduksi benih/varietas baru dan program sejenis lainnya.

Secara prinsip,

program-program industri perberasan hanya ditujukan untuk meningkatkan


produktivitas padi dan indeks pertanaman sehingga ketersediaan beras menjadi
meningkat dan konsumen dapat mengkonsumsi beras dengan harga yang murah.
Perumusan dan implementasi kebijakan industri perberasan harus bersifat
menyeluruh atau sistemik dengan ruang lingkup terpaan kebijakan dari hulu
sampai hilir. Dengan kata lain, harus meliputi seluruh jaringan rantai pasokan
industri perberasan yang setidaknya terdiri atas lima level, yaitu level petani yang
melakukan budidaya padi di persawahan dan ladang, pedagang perantara gabah
175

(bandar/tengkulak), penggilingan beras, pedagang beras di sentra produksi dan


pedagang beras di pasar induk perkotaan.
Struktur Dasar Manajemen Rantai Pasokan Beras
Manajemen rantai pasokan industri perberasan di Kabupaten Bandung
merupakan suatu siklus tertutup yang terdiri atas umpan balik aliran material
berupa gabah, beras, uang dan aliran informasi berupa permintaan yang terjadi
pada interaksi pelaku industri perberasan dari mulai petani sampai dengan
pedagang beras di pasar induk di Bandung dan Jakarta. Setiap aliran material dan
informasi yang terjadi merupakan hasil keputusan yang dilakukan oleh setiap
pelaku industri perberasan (Gambar 11).
Petani akan mengirim gabah yang dimilikinya kepada pedagang
pengumpul sehingga gabah yang dimilikinya akan berkurang. Demikian pula
fenomena yang sama terjadi pada rangkaian pelaku industri perberasan lainnya,
seperti penggilingan beras menjual beras kepada pedagang beras yang berada di
pasar induk yang terdapat di Bandung dan Jakarta. Keputusan penjualan tersebut
secara langsung akan mengurangi persediaan beras yang dimiliki penggilingan
beras. Pada setiap fenomena keputusan yang terjadi pada setiap level pelaku
terdapat struktur umpan balik negatif (negative feedback loop) yang akan
menghasilkan perilaku yang menuju keseimbangan (balanced) atau mengarah
pada pencapaian tujuan (goal seeking).

Gabah di
Petani

+
Gabah di
Pedagang
-

+
Gabah di
Penggilingan
-

+
Beras di
Penggilingan
-

+
Penjualan
Beras

+
Beras di
Pedagang
-

Permintaan
Beras

Produksi
Padi

Keinginan Petani
untuk Menanam
Padi

Harga Beras
+

Gambar 11. Diagram Umpan Balik Struktur Dasar Rantai Pasokan Beras
176

Setiap pelaku industri perberasan memiliki tujuan untuk memaksimalkan


keuntungan yang ingin diperolehnya. Hal tersebut menimbulkan konflik tujuan
yang secara terwujud dalam keinginan setiap pelaku yang ingin menjual
sebanyak-banyak produk yang dihasilkan dengan harga yang setinggi-tingginya.
Namun hal tersebut tidak terjadi karena adanya keterbatasan sumberdaya yang
dimiliki, seperti modal dan permintaan pasar yang diterima. Hal tersebut,
menimbulkan keputusan kompromistik berupa penyesuaian-penyesuaian material
dan informasi pada saat interaksi terjadi diantara mereka. Dengan demikian
timbul dinamika aliran material, dan informasi pada rantai pasokan beras atau
lebih dikenal dengan oscillation atau bullwhip effect (Sterman, 2000).
Selain itu, masih terdapat umpan balik negatif yang muncul dari hubungan
kausal antara petani sebagai pengambil keputusan dalam produksi padi dengan
pasar yang dicerminkan dengan harga beras. Peningkatan harga beras mendorong
peningkatan keinginan petani untuk menanam padi. Keinginan tersebut
dilaksanakan dengan menanam padi yang akan meningkatkan produksi padi.
Meningkatnya produksi padi mengakibatkan ketersediaan gabah meningkat
sehingga volume penjualan gabah di pedagang pengumpul dan penggilingan
menjadi meningkat. Peningkatan pembelian gabah di penggilingan mengakibatkan
jumlah produksi beras meningkat sehingga volume beras yang diperdagangkan di
level pedangang beras menjadi meningkat. Volume perdagangan beras yang
meningkat tersebut akan menekan atau menurunkan harga beras yang terjadi di
pasaran. Harga beras yang turun tersebut membuat gairah petani untuk menanam
padi menjadi menurun dan hal tersebut berlanjut pada menurunnya volume
perdagangan gabah dan beras. Tanpa ada struktur keputusan yang baru maka
fenomena tersebut akan selalu terus berulang dan bersifat menuju keseimbangan.
Struktur dasar pembentuk manajemen rantai pasokan beras di kabupaten
Bandung. Kedua struktur dasar tersebut adalah struktur dasar aliran beras dan
struktur dasar aliran uang. Dalam struktur aliran beras, secara implisit terdapat
struktur dasar aliran informasi berupa order/demand pada setiap level pelaku
(Gambar 12,13 dan 14).

177

konversi padi
ke GKP

Produksi GKP

Lama
Penjemuran

GKP di
Petani

<Dayabeli Ped
Peng>
Pengeringan
GKP di Petani
Transaksi 1

Penawaran
GKS di Pdg
Peng

GKS di Pedagang
Pengumpul

Produktivitas
Padi per Musim

Pertambahan
GKS di
Petani

GKS di
Petani

Penawaran
GKS Petani

waktu penggilingan
di Pemilik RMU

Transaksi 3

Produk
Sampingan

Luas Panen
GKS di Bandar
Transaksi 2

fraksi konversi
GKP-GKS

Transaksi 4

<Dayabeli
Bandar>

GKS di
Pemilik RMU

Pengeringan
RMU

GKG di Pemilik
RMU

Penggilingan oleh
Pemilik RMU

<Dayabeli
Pemilik RMU>
Produksi
Beras PK Kab
Bandung

Waktu
pengeringan

Efek Stok
Beras di Bdr

<Dayabeli Pdg
Beras>

Transaksi 5

GKS di
Pedagang
Beras

Pengeringan
Ped Beras

GKG di
Pedagang
Beras

Penggilingan
oleh Pedangan
Beras

waktu penggilingan
di Pedg Beras

Gambar 12. Struktur Dasar Aliran Beras


Gambar 12 menunjukkan struktur dasar aliran beras dari level petani,
bandar, RMU (penggilingan beras) dan pedagang beras. Berawal dari produksi
padi di level petani yang dilanjutkan dengan proses penjemuran petani yang
menghasilkan akumulasi gabah kering simpan (GKS) yang diap dijual oleh petani.
Persediaan GKS petani berkurang karena adanya penjualan kepada pedagang
pengumpul dan atau bandar. Petani secara rasional memilih target pembeli
berdasarkan harga jual tertinggi GKS yang akan diterima serta adanya
pertimbangan sosial berupa hubungan emosional dengan para pelaku pasar. Para
pedagang pengumpul dan bandar akan melakukan jumlah pembelian sesuai
dengan daya beli yang mereka miliki. Daya beli tersebut ditentukan oleh fakor
ketersediaan uang tunai yang dimiliki setiap pelaku usaha.
Para pedagang pengumpul tidak melakukan transaksi secara langsung
dengan pemilik RMU, melainkan mereka melakukan transaksi dengan bandar.
Selanjutnya GKS yang terakumulasi di bandar akan dijual kepada pemilik RMU
untuk diolah menjadi beras atau dijual kepada pedagang beras. Pedagang beras
akan melakukan makloon atau memanfaatkan jasa penggilingan beras untuk
mengolah GKG yang dimiliki oleh mereka.
178

Dalam Gambar 13 terlihat bahwa produksi beras di Kabupaten Bandung


merupakan akumulasi hasil proses penggilingan yang dilakukan oleh pemilik
RMU dan pedagang beras. Beras tersebut selanjutnya akan dijual ke pedagang
beras di kota Bandung dan Jakarta (terutama pasar induk Cipinang).

Setiap

transaksi yang terjadi sejak level petani sampai dengan pedagang beras di pasar
induk daerah perkotaan akan membentuk umpan balik negatif sehingga
menghasilkan proses menuju keseimbangan (balancing process) ketersediaan
gabah atau beras. Proses tersebut akan selalu berulang karena tidak adanya
struktur keputusan baru berupa inovasi produk, proses ataupun kelembagaan.
Kondisi tersebut yang menyebabkan fenomena kelangkaan dan kelebihan beras
selalu berulang, seolah-olah tidak terselesaikan seperti lingkaran setan (virtuous
and viscious cycle).
Fenomena

kelangkaan

atau

kelebihan

pasokan

beras

selalu

direspons

(diintervensi) oleh pemerintah pusat dan daerah dengan cara merubah parameter
keputusan berupa tambahan atau pengurangan aliran beras di masyarakat dengan
cara melakukan operasi pasar oleh bulog/dolog setempat.

Perubahan perilaku

yang dihasilkan oleh intervensi tersebut hanya bersifat sesaat karena tidak adanya
struktur keputusan baru yang mampu mengatasi fenomena tersebut secara
permanen atau berkelanjutan.
Permintaan
Konsumen Bdg
Aktual

waktu pasokan
ke Bdg
<Produksi Beras
PK Kab Bandung>

Alokasi Beras
utk Bdg
Beras utk
Bandung

Pasokan ke
Bdg

Beras di Pasar
Bandung

Transaksi dg
Konsumen Bdg

Efek Stok Beras


di Pasar Bdg
Produksi Beras
Putih Kab
Bandung

Beras di Kab
Bandung
Efek Stok Beras
di Pasar Jkt
Alokasi Beras
utk Jkt

Pasokan
ke Jkt

Beras utk
Jakarta

Beras di Pasar
Cipinang

fraksi beras
bagus utk Jkt

Keluaran
Beras Menir

waktu pasokan
ke Jkt

Transaksi dg
Konsumen Jkt

Permintaan
Konsumen Jkt
Aktual

fraksi
menir

Gambar 13. Struktur Dasar Aliran Beras (Lanjutan)

179

Satu hal yang sering terabaikan dalam keputusan manajemen rantai pasokan beras
adalah struktur aliran uang yang terjadi di para pelaku perberasan di Kabupaten
Bandung. Aliran uang merupakan hasil umpan balik dari aliran beras yang terjadi.
Uang merupakan sumberdaya yang terbatas sehingga menentukan jumlah aliran
beras yang terjadi (Gambar 14).
Struktur dasar aliran uang yang terjadi pada sistem rantai pasokan beras di
Kabupaten Bandung merupakan interaksi dari kas (persediaan uang) pada setiap
level pelaku yang terlibat, keputusan jumlah pembelian gabah atau beras serta
pendapatan yang diterima dari proses transaksi yang terjadi antara satu pelaku
dengan pelaku yang lain. Ketersediaan kas yang dimiliki oleh setiap pelaku dan
permintaan pasar akan menentukan daya beli untuk pengadaan gabah ataupun
beras. Jumlah kas yang bertambah akan meningkatkan daya beli yang akan
meningkatkan jumlah pembelian gabah atau beras. Sebaliknya, semakin
bertambah jumlah pembelian gabah atau beras akan mengurangi jumlah kas yang
tersedia. Perilaku dari struktur keputusan dan fisik tersebut akan menuju kepada
keseimbangan dan apabila tidak ada struktur baru akan mengakibatkan fenomena
yang berulang.
Kelancaran aliran kas pada sistem rantai pasokan beras yang ditentukan oleh
ketersediaan kas akan tertekan atau terganggu apabila terjadi perubahan parameter
keputusan seperti meningkatnya jumlah peredaran gabah atau beras karena musim
panen raya. Fenomena panen raya tersebut mengakibatkan para pelaku pasar
berhadapan dengan dua alternatif keputusan, yaitu : membeli dengan harga yang
sama dalam jumlah yang lebih banyak tapi menunda pembayaran atau membeli
lebih banyak dengan membayar secara tunai (seperti biasanya) tapi harganya lebih
rendah. Secara rasional, para pelaku pasar akan memilih keputsan yang kedua,
yaitu membeli lebih banyak secara tunai dengan harga yang lebih rendah. Kondisi
tersebut akan ditransmisikan dari hulu sampai ke hilir atau dari gabah sampai ke
beras. Fenomena tersebut yang selalu terjadi berulang pada sistem rantai pasokan
beras di Kabupaten Bandung dan Indonesia.

180

Keuntungan
Pedagang Pengumpul

Kas di Pedagang
Pengumpul

Cashflow 1

Kas di Petani

Harga Penjualan Beras


Putih++ di Pemilik
RMU-Awal

Harga jual GKS di


Pedagang
Pengumpul

Harga jual
GKS di Petani

Cashflow 3

<Penggilingan
oleh Pemilik
RMU>

<Efek Stok thd


Harga GKS di
Petani>

Keuntungan
Petani

Harga Penjualan
Beras Putih++ di
Pemilik RMU

<Alokasi Beras
utk Bdg>

Kas di Pemilik
RMU

Kas di Bandar
Cashflow 2

Harga Menir

Harga Produk
Sampingan

Pemasukan dr
Produk
Sampingan

Keuntungan
Pemilik RMU

<Transaksi
3>

Harga jual GKS


di Petani Awal

Pengeluaran
Petani

<Produk
Sampingan>

<Keluaran Beras
Menir>

<Transaksi
1>

Cashflow 4

Keuntungan
Pedagang Bandung
<Transaksi dg
Konsumen Bdg>

Kas di Pedagang
Bandung

Casflow 6

Revenue di
Bandung

Cashflow 8

<Transak
si 4>
<Transaksi
2>

Harga Penjualan Beras


Putih di Pasar Bandung

Kas Penjualan
Beras Baru

Harga Penjualan Beras


Putih di Pasar Jakarta

Keuntungan
Bandar
Cashflow 9
Kas di Pedagang
Beras

Cashflow 5

Kas di Pedagang
Jakarta

Cashflow 7

<Transaksi 5>
Keuntungan
Pedagang Beras

<Penggilingan Harga Penjualan


oleh Pedangan Beras Putih di
Pedagang Beras
Beras>

<Alokasi Beras
utk Jkt>

Revenue Pdg
di Jakarta

Keuntungan
Pedagang
Jakarta
<Transaksi dg
Konsumen Jkt>

Gambar 14. Struktur Dasar Aliran Uang


Simulasi

Strategi

Pengembangan

Sistem

Rantai

Pasokan

Industri

Perberasan
Bagian ini merupakan pengembangan dari struktur dasar aliran beras dan
aliran uang pada sistem rantasi pasokan industri perberasan di Kabupaten
Bandung. Kedua struktur dasar (aliran beras dan uang) di atas dikembangkan
menjadi stock and flow diagram yang selanjutnya dikembangkan menjadi model
simulasi dengan menggunakan perangkat lunak (software) Vensim 5.7. Model
simulasi dikembangkan berdasarkan level pelaku yang terlibat, yaitu : petani,
pedagang pengumpul, bandar, pedagang beras, pemilik RMU, agregat Kabupaten
Bandung, pedagang beras Jakarta dan pedagang beras Bandung (Lampiran).
Dalam model simulasi pada setiap level pelaku tersebut dilakukan
integrasi aliran fisik berupa aliran beras dan uang serta aliran informasi berupa
permintaan (order).

Berdasarkan model integrasi tersebut dilakukan simulasi


181

dengan merubah parameter yang mencerminkan adanya kebijakan peningkatan


produksi beras yang seringkali diterapkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten
Bandung selaku pemegang otoritas teknis produksi padi dan beras di Kabupaten
Bandung.
Strategi produksi yang biasa dilakukan pemerintah pusat dan dinas
pertanian Kabupaten Bandung dalam sistem rantai pasokan inudstri perberasan di
Kabuapten Bandung adalah peningkatan produktivitas dan perubahan jumlah
musim tanaman (indeks pertanaman). Peningkatan produktivitas dilakukan
dengan cara perubahan teknologi budidaya baik perubahan komponen teknologi
maupun dan model teknologi. Komponen teknologi yang diterapkan adalah
perubahan penggunaan varietas, penggunaan pupul organik, pengendalian hama
dan penyakit, cara penanaman dan komponen teknologi lainnya yang
diaplikasikan secara terpisah. Sedangkan model teknologi merupakan keterpaduan
dari beberapa komponen teknologi yang didifusikan kepada petani secara
bersamaan, seperti sistem usahatani terpadu, integrasi pasi dan ternak dan
beberapa yang lainnya.
Berdasarkan penerapan strategi produksi tersebut dilakukan simulasi atas
struktur keputusan dan struktur fisik kondisi aktual dari sistem rantai pasokan
beras di Kabupaten Bandung. Simulasi akan dilakukan dengan dengan cara
melakukan perubahan produktivitas padi dan perubahan jumlah musim tanam.

Perubahan Jml Musim Tanam

Perubahan Produktivitas
1

0.95

0.9

0.85

1
0

0.8
0

5
6
Time (Year)

Perubahan Produktivitas : Current


Tinggi Step

Perubahan
Produktivitas

10

5
6
Time (Year)

Perubahan Jml Musim Tanam : Current

Dmnl
Waktu Step

Tinggi Step1

Perubahan Jml
Musim Tanam

Gambar 15. Parameter model yang disimulasikan


182

10
Dmnl

Waktu Step1

Berdasarkan hasil simulasi tersebut, diperoleh hasil bahwa persediaan (stock)


gabah di petani, pedagang pengumpul dan bandar meningkat. Demikian juga
peningkatan tersebut terjadi pada persediaan (stock) beras di pemilik RMU,
pedagang beras di Kabupaten Bandung, pedagang beras di perkotaan Jakarta dan
Bandung (Gambar 6). Meningkatnya persediaan gabah dan beras tersebut
disebabkan oleh semakin rendahnya harga gabah dan harga beras. Para pelaku
indsutri perberasan secara rasional menahan diri untuk menjual gabah dan beras
dalam kondisi harga yang rendah dan menyimpan gabah dan beras sebagai
persediaan. Mereka akan menjual gabah dan beras pada saat yang tepat, yaitu
pada saat harga gabah dan beras telah meningkat.

Gambar 16. Dinamika Persediaan (stock) dan Harga Gabah dan Beras
Namun demikian, kenaikan produktifitas dan jumlah musim tanaman yang
menyebabkan tidak semua pelaku industri perberasan yang terlibat memperoleh
keuntungan dari usahanya. Petani sebagai pelaku industri perberasan di sektor
hulu mengalami kerugian di awal peningkatan produksi, selanjutnya mengalami
peningkatan yang dalam tertentu, kemudian mengalami penurunan secara tajam,
selanjutnya secara perlahan mengalami peningkatan kembali namun masih
dibawah

keuntungan yang diterma sebelum strategi dan kebijakan produksi


183

tersebut diterapkan. Kecenderungan keuntungan yang diterima oleh pedagang


pengumpul, bandar, pedagang beras dan pemilik RMU di sentra produksi
memiliki kecenderungan perilaku yang sama, yakni keuntungan yang diterima
tidak stabil serta keuntungan yang diterima lebih rendah dibandingkan pada saat
sebelum strategi dan kebijakan produksi diterapkan. Kondisi tersebut berbeda
dengan yang dialami pedagang beras di pasar induk perkotaan seperti Pasar Induk
Ciping Jakarta dan beras Jakarta dan pedagang di pasar beras Bandung yang
mengalami keuntungan dengan kecenderungan meningkat setalah mengalami
penurunan sesaat (Gambar 7 ).
Berdasarkan dinamika persediaan gabah dan beras, harga gabah dan beras serta
keuntungan setiap pelaku yang terlibat yang terlibat dalam rantai pasokan industri
perberasan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi peningkatan produksi yang
sering dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak dapat dilakukan
secara parsial tanpa memperhatikan insutrumen pengembangan rantai pasokan
industri perberasan yang lain. Hal tersebut terjadi karena peningkatan produksi
padi memerlukan peningkatan daya beli atau ketersediaan uang (kas) sedemikian
rupa sehingga persediaan (stock) gabah dan beras dapat dibeli, dan rantai pasokan
berjalan normal.

Gambar 17. Dinamika keuntungan pada setiap level pelaku

184

Strategi pengembangan rantai pasokan industri perberasan yang mampu


menjamin ketersediaan beras yang cukup serta mampu menjamin kesejahteraan
petani harus memadukan strategi produksi usahatani dan agroindustri beras,
strategi pembiayaan yang mampu diakses oleh seluruh level pelaku usaha yang
terlibat dalam rantai pasokan industri perberasan, strategi pengembangan
sumberdaya manusia serta strategi pengelolan resiko usaha rantai pasokan beras
secara simultan/berkesinambungan. Strategi yang terpadu tersebut perlu dilakukan
karena manajemen rantai pasokan beras merupakan suatu sistem koordinasi aliran
materi berupa gabah, beras, uang, fasilitas serta aliran informasi berupa
order/permintaan, ide dan pengetahuan dan inovasi. Aspek utama yang perlu
diperhatikan adalah suatu sistem pembelajaran pada seluruh level pelaku industri
perberasan yang terlibat yang mampu menciptakan co-innovation agar
menghasilkan daya saing dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Dengan
memperhatikan sistem pembelajaran tersebut, diharapkan juga dapat tercipta suatu
sistem rantai pasokan industri perberasan yang berkeadilan yang dicirikan dengan
tidak adan

MODEL MANAJEMEN LOGISTIK DALAM MENINGKATKAN


DAYA SAING PRODUSEN SAYURAN SKALA KECIL UNTUK
MEMENUHI PERMINTAAN PASAR TERSTRUKTUR
Produsen kecil merupakan pemain utama dalam agribisnis sayuran di
Indonesia. Dalam menjalankan agribisnis sayuran, sebagian besar produsen kecil
menghadapi resiko berupa ketidakpastian atau fluktuasi harga dari produk yang
dihasilkannya. Fluktuasi harga tersebut disebabkan oleh pasokan sayuran yang
tidak berkesinambungan dari sentra produksi ke pasar. Fenomena tersebut terjadi
pada produsen kecil yang memasarkan sayurannya ke pasar tradisional.
Kondisi tersebut berbeda dengan produsen kecil yang memasarkan hasil
produksi sayurannya ke pasar terstruktur, seperti eksportir, supermarket, industri
pangan dan jasa pangan. Karakteristik pasar terstruktur adalah adanya
kesepakatan antara produsen dan pembelisecara formal ataupun informal berupa
komitmen untuk memasok sayuran secara konsisten, baik kuantitas maupun
kualitas dengan harga bersaing. Pasar terstruktur menuntut produsen kecil untuk
185

memiliki daya saing agar mampu bersaing dengan pemasok lainnya yang
memiliki skala ekonomi lebih besar.
Dalam upaya meningkatkan daya saing produsen kecil untuk memasok
pasar terstruktur, Puslitbang Inovasi dan Kelembagaan Universitas Padjadjaran
melakukan program pengembangan manajemen rantai pasok sayuran untuk
memenuhi permintaan pasar terstruktur. Program tersebut diimplementasikan di
beberapa sentra produksi sayuran di Jawa Barat, diantaranya adalah Kabupaten
Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten Ciamis.
Dalam menjalankan program tersebut, Puslitbang Inovasi dan Kelembagaan
bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Kementerian Pertanian, Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, pelaku pasar terstruktur (eksportir,
supermarket, industri dan jasa pangan), kelompok tani, ACDI VOCA USAID,
Syngenta Foundation, BRI dan Bank Indonesia.
Pengembangan manajemen rantai pasok sayuran merupakan suatu proses
kompleks yang melibatkan banyak aktor, permintaan dan pasokan sayuran yang
dinamis, jumlah petani kecil yang banyak dan tersebar daya tahan produk sayuran
yang terbatas, sarana dan prasarana yang terbatas, peranan kelembagaan tani yang
terbatas. Dalam pengembangan manajemen rantai pasok sayuran dibutuhkan suatu
sistem logistik yang mampu menghasilkan dan menyampaikan sayuran segar
dengan jumlah dan kualitas yang diinginkan dari kebun sampai ke pasar. Logistik
merupakan bagian dari rantai pasok yang secara spesifik terkait dengan
transportasi, penyimpanan, persediaan dan manajemen transaksi. Kegagalan
dalam salah satu aktivitas logistik akan menyebabkan terhambatnya distribusi dan
menurunnya kualitas produk (Kanlayarat et al, 2009).
Program

pengembangan

manajemen

rantai

pasok

sayuran

belum

memperhatikan aspek manajemen logistik. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai
permasalahan yang dihadapi produsen kecil dalam program tersebut, yaitu :
tingkat pengembalian produk cacat yang tinggi dari pembeli ke kelompok tani ( di
atas 10 %) dan tingkat pemenuhan rasio permintaan (service level/fullfiled order
ratio) di bawah

80 %. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, terungkap

bahwa penyebab kedua permasalahan tersebut adalah proses penanganan pasca


186

panen yang tidak tepat, tidak dilakukannya pra pendinginan dan pendinginan
sayuran yang cepat di sentra produksi, belum optimalnya penjaminan kualitas
produk oleh kelompok tani, manajemen penyimpanan dan persediaan yang tidak
berjalan optimal di kebun dan pusat distribusi eksportir serta manajemen traksaksi
yang tidak baku.
Kompleksnya persoalan manajemen logistik yang dihadapi dalam program
pengembangan manajemen rantai pasok sayuran untuk pasar terstruktur di Jawa
Barat membutuhkan penanganan khusus. Hsiao et al (2006) menyatakan bahwa
sejalan dengan semakin kompleknya kualitas, logistik dan sistem informasi dalam
rantai pasok pangan telah mendorong pengembangan pelaku jasa logistik
(Logistics Service Provider). Pelaku jasa logistik merupakan pelaku usaha
eksternal yang melakukan aktivitas logistik pada suatu rantai pasok.

Sistem Rantai Pasok paprika


Sistem rantai pasok paprika melibatkan petani, koperasi, pedagang
pengumpul sebagai para pelaku utama yang beroperasi pada sentra produksi.
Selain itu, dalam rantai pasok paprika tersebut terdapat berbagai kelembagaan
pasar yang beroperasi di luar sentra produksi, seperti pedagang pasar tradisional,
jasa pangan, supermarket dan eksportir. Rantai pasok paprika didukung oleh
produsen benih dan penjual agroinput (seperti media, nutrisi, perlengkapan
greenhouse, pestisida dan lainnya). Jaringan pelaku yang terlibat dalam rantai
pasok paprika di Kabupaten Barat, khususnya di Desa Pasirlangu dapat dilihat
pada Gambar 18.

187

!"#"$%"&'"&$

%"#"($
)("*+#+,&"-$

./#0,(1($

2304(5"(/46$

24&6("$%(,*3/#+$

%45"#,/$

7,04("#+$

%4&'3503-$

%4(3#"8""&$

%46"&+$

9&*3#6(+$%4&*3/3&'$
9&*3#6(+$:4&+8$

9&*3#6(+$;'(,+&036$

Gambar 18. Rantai Pasok Paprika

Manajemen Logistik pada Sistem Rantai Pasok Paprika


Pelaku usaha yang terlibat dalam manajemen logistik paprika yang terdiri
atas

(1) petani yang tergabung dalam kelompok tani dengan fokus pada sektor

budidaya, (2) unit layanan logistik pedesaan (logistics service provider) yang
fokus pada pengelolaan logistik dari mulai logistik masuk sampai ke logistik
keluar dan (3) multi pelaku pasar terstruktur dan tradisional. Dalam manajemen
logistik tersebut, unit jasa layanan logistik pedesaan berperan sebagai titik
pemisah pesanan dan pasokan produksi (customer order decoupling point) yang
keputusan manajemennya didorong oleh pesanan konsumen (pull system) dan
rencana produksinya dibuat berdasarkan peramalan permintaan konsumen atau
mitra usahanya di hilir (push system), yakni pasar terstruktur (Gambar 19).

188

9"+313%$'(
;$'$?"#"'(

!$'"'(
G$#*'$'(93$8*1$%(
/"01,&((
23.*.$)$(

9:4-;!-9(
@AB7(

!"#>$(
)$&$'(
7#>$8(G$%$(

-&."&(<(
/+"%*=0$%*(

!&,.30(

-&."&(<(
/+"%*=0$%*(

!&,.30(

!'"&*#$$'(

!,8$(@$'$#(.$'(
23.*.$)$((

!&,.30(

4,5*%60(;$%30((

!"#>*>*1$'(

@&$'%$0%*(

@&$'%$0%*(

!"&%*$+$'(4$H$'(

!"')"&$H$'(

!"'"&$+$'(FA!(

!"#>$(
)$&$'(

@&$'%$0%*(

!"#>$(
)$&$'(

7'.3%1&*((
!"'5,8$H$'(

!$%$&(E,#"%60(

/,&1$%*(.$'(F&$.*'5(

G$#*'$'(93$8*1$%(

!"'5"#$%$'(

!"#$%$&$'(

!&"(L(J,,8*'5((

E*%1&*>3%*(

J,,8*'5((

!&,%"%(-&."&(

!"')*#+$'$'(

!"'?$#*'(93$8*1$%(

4,5*%60(7'1"&'$8(

4,5*%60(9"83$&(

!"#>$(
)$&$'(
!&,.30(

!$%$&(:0%+,&(

-&."&(<(
/+"%*=0$%*(

!"'"&$+$'(FI!D(FE!D(IAJJ!(

MB7@(4ANABAB(4-F7/@79(!:E:/AAB(
9,'%,8*.$1,&(K$'1$*(!$%,0(

A8*&$'(7'C,&#$%*D(/*%1"#(!"'?"?$0$'(.$'(9"$#$'$'(!$'5$'((

Gambar 19. Manajemen Logistik pada Sistem Rantai Pasok Paprika


Dalam upaya mengelola risiko dalam rantai pasok sayuran seperti paprika,
selain melayani pasar terstruktur, unit layanan logistik pedesaan juga melayani
pasar domestik, seperti supermarket dan pasar tradisional. Upaya tersebut
dilakukan karena produk segar dalam suatu siklus produksi memiliki variasi
kualitas (grade) yang didasarkan pada kriteria ukuran, warna dan tampilan.
Berdasarkan tiga kriteria tersebut, terdapat tiga kelas kualitas (grade), yaitu (1)
kualitas 1 (on grade) yang ditujukan untuk ekspor, (2) kualitas 2 (on grade) yang
ditujukan untuk supermarket, industri pengolahan dan jasa pangan, serta (3)
kualitas 3 (off grade) yang ditujukan untuk pasar tradisional. Dalam kondisi
tertentu, permintaan pasar ekspor kurang dari kapasitas produksi dan permintan
pasar domestik meningkat, maka dapat dilakukan pengalihan kualitas yang lebih
baik untuk ditujukan ke pasar domestik.
Terkait dengan pengelolaan risiko, khususnya bagi para petani yang
memiliki keterbatasan kapasitas sumberdaya, maka unit layanan logistik
menerapkan aturan main tata kelola hubungan antara petani yang merupakan
anggota kelompok tani dengan sistem penyerahan. Dalam sistem penyerahan
tersebut tidak terjadi transaksi antara petani dan unit layanan logistik karena unit
189

layanan logistik menjadi wakil petani untuk memasarkan dan memberikan nilai
tambah pada produk sayuran seperti paprika. Unit layanan logistik menjadi
penyedia jasa pemasaran dan pasca panen (post harvest and marketing service
provider) yang mendapatkan penghasilan berupa imbal jasa (fee) dari petani
anggota yang dilayaninya. Besaran imbal jasa tersebut sesuai dengan biaya
operasional yang dikeluarkan.

Unit layanan logistik tersebut dapat berupa

koperasi, gabungan kelompok tani (gapoktan) atau badan usaha lainnya.


Dalam sistem rantai pasok yang melibatkan unit layanan logistik tersebut
dilakukan pembagian tugas atau aktivitas proses bisnis. Petani dan kelompok tani
melakukan aktivitas budidaya berdasarkan kaidah budidaya yang benar (good
agriculture practices (GAP)), mulai dari aktivitas persiapan lahan sampai
budidaya. Pengaturan pola tanam dan panen diatur dan dilaksanakan oleh
kelompok tani dan mendapatkan bagian imbal jasa dari unit layanan logistik.
Unit layanan logistik melakukan aktivitas sebagai penyedia jasa pasca panen
dan pemasaran yang meliputi penerimaan, sortasi dan grading, pendinginan awal
(pre cooling), distribusi, pemasaran dan jaminan kualitas. Unit layanan logistik
memberikan dana talangan untuk harga pokok penjualan petani dan melakukan
transfer keuntungan berupa bagian dari selisih penerimaan pasar dan imbal jasa
setiap. Pemberian dana talangan dilakukan setiap minggu. Unit layanan logistik
menjadi wakil petani anggotanya untuk bertransaksi dengan eksportir dan pelaku
pasar domestik. Dalam upaya menjamin keamanan pangan, unit layanan logistik
menerapkan berbagai kaidah, diantaranya adalah kaidah penanganan yang benar
(good handling practices (GHP)), GDP (good distribution practices) dan HACCP
(hazard analytical critical and control point).

Pengukuran Kinerja Berimbang Manajemen Logistik Pada


Rantai Pasok Paprika
Pengukuran kinerja manajemen logistik pada rantai pasok paprika dilakukan
mulai dari kegiatan transaksi hingga administrasi pengiriman dan pengangkutan
paprika. Selain itu, kinerja manajemen logistik dapat diukur berdasarkan
karakteristik hubungan yang terjalin antara unit layanan logistik dengan
190

pelanggan (petani dan pasar) yang terlihat dari tingkat kepuasan serta loyalitas
yang tercipta.
Tabel 3. Kinerja berimbang unit layanan jasa logistik pedesaan
Perspektif

Sasaran
Strategi

Ukuran
Strategi

Keuangan
(financial)

Pasar

Efisiensi
biaya

Rasio harga
dengan biaya
logistik/item
produk

Efisiensi
biaya lembur
Pelanggan
(customer)

Proses bisnis
internal
(internal
business
process)

Peningkatan
kepuasan
pelanggan

Kepuasan
pelanggan

Peningkatan
kualitas
pelayanan

Tingkat
keluhan

Perbaikan
waktu kerja

Efektivitas
siklus
operasional

Program
cycle
effectiveness

Efektivitas
dan efisiensi
waktu kerja

Peningkatan
kualitas
produk
Pembelajaran
dan
pertumbuhan
(learning &
growth)

Peningkatan
profesionalis
me karyawan

Penurunan
barang
reject
Penurunan
penyusutan
Tingkat
kepuasan
karyawan

Alamanda
Bimandiri
Kem Farm
Saung
Mirwan
Pizza Hut
Hoka Hoka
Bento
Pasar
Tradisional

Kinerja
Aktual
Rasio (%)
Paprika Paprika Paprika
hijau
merah
kuning
10,43
8,01
8,10
6,95
4,17
4,36
6,95
4,73
4,93

Paprika
orange
8,66
-

6,95

7,45

5,48

13,03

14,90

12,25

13,35

14,71

Biaya lembur mendekati nol


- SLA dengan eksportir, pasar lokal modern, dan
pasar tradisional belum tercapai 100%, karena
volume pengiriman barang belum sesuai
dengan kesepakatan volume permintaan
- Tidak ada keluhan mengenai produk, harga,
mutu, dan hubungan dengan pelanggan
- Tidak ada keluhan mengenai tingkat penyusutan
- Tidak ada keluhan mengenai barang reject
- Kecepatan waktu produksi dan waktu
pengiriman cukup konsisten
Pasa
MCE
Alamanda r
0,71
Bimandiri
0,58
Kem Farm
0,65
Saung Mirwan
0,63
Pizza Hut
0,67
Hoka Hoka Bento
0,69
Pasar Tradisional
0,63
- Produksi
Paprika hijau: 12,95 kg/jam/org
Paprika merah: 12,99 kg/jam/org
Paprika kuning: 13,51
kg/jam/org Paprika orange: 9,61
kg/jam/org
- Tidak ada waktu lembur
- Tingkat kesalahan kerja dilihat pada tingkat barang
reject dan tingkat penyusutan
Tingkat barang reject: 5%
Tingkat penyusutan: 0,5%
- Harapan karyawan terpenuhi
- Karyawan loyal terhadap
pekerjaannya.

Tabel 3 memperlihatkan hasil pengukuran kinerja manajemen logistik


dilakukan dengan kerangka kerja balanced scorecard. Dalam pengukuran kinerja
tersebut dibandingkan kinerja aktual dengan target kinerja yang telah ditetapkan.
Empat perspektif yang digunakan dalam pengukuran balanced scorecard adalah
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal serta
perpektif pembelajaran dan pertumbuhan.

191

Pengembangan Model Manajemen Logistik Pada Rantai Pasok


Paprika
Manajemen logistik pada rantai pasok paprika memiliki struktur fisik dan
keputusan yang kompleks dan bersifat dinamis. Dalam pengembangan model
kualitatif (qualitative modelling) manajemen logistik pada rantai pasok paprika
digunakan diagram lingkar umpan balik (causal loop diagram) untuk memahami
interaksi dan hubungan sebab akibat dari berbagai variabel dalam manajemen
logistik (Gambar 20).

keuntungan
' layanan logistik

#3
3:'<3
;&1 ' +
pendapatan total
layanan logistik

63+37%&%+'8"+%*73'

upaya perbaikan
kinerja layanan
+
logistik
<pengiriman ke
pasar
tradisional>
+

biaya logistik

keluhan pelanggan
-

+
+

+
+
imbalan jasa logistik dan
pemasaran ke pasar
pengiriman ke
terstruktur + pasar terstruktur
imbalan jasa logistik dan
pemasaran ke pasar
'
+
tradisional
3*"5 .' persediaan
4
'
&
*
+
"#$% #() produk on grade
+

pengiriman ke
pasar tradisional
+

persediaan
produk off grade
+

! +%&' 9":3"''
+
+
-!"
43&132'
+
produk on grade
'
diproses lanjut
+
produk pesanan pasar
terstruktur (on grade)
+

produk tidak sesuai


pesanan (off grade) -

/%*$0&1023+'persepsi pasar terhadap


kinerja pemenuhan
/3#3*.'
pesanan
pesanan dari pasar
terstruktur

kebutuhan
pengembangan basis
produksi
+

pengembangan basis
produksi baru

+
tekanan waktu sortasi
+

!"#$%&'()*)+,'
-!"#$%&'#()*.'

produksi

+
produktivitas sortasi
+
+

kualitas sortasi

intensitas sortasi

+
-

tingkat pemenuhan
pesanan

+ jumlah yang disortasi

aktivitas sortasi

Gambar 20. Model Manajemen Logistik Pada Rantai Pasok Paprika


Dalam merespon dinamika permintaan pasar terstruktur, pengembangan
model manajemen logistik menerapkan kombinasi sistem dorong (push system)
dan sistem tarik (pull system). Kombinasi tersebut mengadopsi paradigma
leagility yang memadukan paradigma rantai pasok yang efisien atau ramping
(lean) dengan paradigma rantai pasok yang lincah (agile). Pusat perhatian
paradigma ramping dan lincah (leagility) adalah penerapan titik pemisah pesanan
dan pasokan atau customer order decoupling point (van der Vorst et al, 2001).
192

Penerapan titik pemisah tersebut dalam suatu sistem rantai pasok disebut
dengan sistem produksi hibrida (hybrid system). Sistem produksi hibrida tersebut
bertujuan untuk merespon dinamika permintaan pasar, baik kuantitas, kualitas dan
kontinuitas (Goncalves et al , 2004; Perdana et al, 2011). Van der Vorst et al
(2007) menyatakan bahwa titik pemisah tersebut ditujukan untuk mengurangi
persediaan dalam rantai pasok serta upaya fokus pada penetrasi konsumen dan
sistem logistik.
Gambar 20 memperlihatkan variabel yang termasuk dalam sistem dorong
adalah kebutuhan pengembangan basis produksi, pengembangan basis produksi
baru, produksi, jumlah yang disortasi, aktivitas sortasi, kualitas sortasi, produk
pesanan pasar terstruktur, produk tidak sesuai pesanan, persediaa produk off
grade dan pengiriman ke pasar pasar tradisional. Sedangkan variabel yang
termasuk dalam sistem tarik adalah produk on grade diproses lanjut, persediaan
produk on grade dan pengiriman ke pasar terstruktur. Interaksi antara berbagai
variabel yang termasuk pada sistem dorong dan sistem tarik akan membentuk
umpan balik negatif (negative feedback) yang berarti setiap pengembangan basis
produksi akan menuju ke arah kesetimbangan untuk mengikuti setiap dinamika
permintaaan pasar terstruktur.
Keberhasilan penerapan sistem produksi hibrida (push-pull system) akan
mendorong pertumbuhan pasar. Hal tersebut terjadi karena tingkat pemenuhan
pasar yang sesuai dengan services level agreement (SLA) akan menyebabkan
persepsi pasar yang baik (positive) terhadap kinerja pemenuhan pesanan sehingga
pesanan dari pasar terstruktur akan meningkat.
Unit layanan jasa logistik mendapatkan imbalan jasa dari setiap aktivitas
nilai tambah, upaya pemasaran dan layanan logistik yang dilakukan. Semakin baik
kinerja layanan unit logistik pedesaan yang dicerminkan oleh rendahnya keluhan
pelanggan akan mendorong pertumbuhan basis produksi yang dimiliki petani
kecil. Pertumbuhan basis produksi akan meningkatkan jumlah produksi sehingga
persediaan dan pengiriman produk on grade ke pasar terstruktur dan produk off
grade ke pasar tradisional akan meningkat. Semakin banyak produk on grade dan
off grade yang dikirim ke pasar makan akan semakin banyak pula imbalan jasa
193

yang diterima oleh unit layanan logistik pedesaan. Kondisi tersebut menunjukkan
adanya umpan balik positif (positive feedback) pada interaksi sistem produksi
hibrida dengan imbal jasa, manajemen kinerja dan pertumbuhan pasar.

PEMODELAN SYSTEM DYNAMICS MANAJEMEN RANTAI


PASOKAN SAYURAN UNTUK PASAR EKSPOR YANG
MELIBATKAN PETANI KECIL DI INDONESIA
Dalam lima tahun terakhir, kawasan di Asia Pasifik mengalami
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, sekitar 7 % terutama Cina dan India.
Pertumbuhan tersebut mendorong pertumbuhan pandapatan per kapita yang cukup
tinggi dan berdampak pada permintaan sayuran dan buah segar yang meningkat.
Taiwan, Korea Selatan dan Cina merupan Negara Asia Timur yang memberikan
kontribusi 31,5 % bagi output kawasan Asia Pasifik. Khususnya, Taiwan dan
Korea Selatan mendapatkan pasokan sayuran dan buah segar dari kawasan Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Sekalipun Cina merupakan negara produsen
hortikultura yang mengekspor ke uni Eropa dan Amerika Serikat, negara tersebut
untuk memenuhi kebutuhan populasinya banyak mengimpor sayuran dan buah
segar dari kawasan Asia Tenggara (Kanlayanarat et al, 2009).
Selain, ketiga negara di kawasan Asia Timur tersebut, Singapura, negara
kecil

di Asia Tenggara, banyak membutuhkan pasokan sayuran dan buah

segar, sekitar 350.000 ton setiap tahunnya. Kebutuhan tersebut akan terus
meningkat sejalan dengan tingginya pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pada
tahun 2009, sebagian besar pasokan sayuran dan buah segar ke Singapura berasal
dari Cina dan Malaysia, Indonesia baru mendapatkan pangsa pasar sebesar 6 %.
Saat ini, AVA, otoritas pangan Singapura sedang menjajaki kemungkinan
pengembangan pasokan sayuran dan buah dari Indonesia untuk mengurangi
ketergantungan dari Cina (Perdana, 2009). Sejak akhir tahun 2009, Pemerintah
Indonesia merespon keinginan Singapura dengan mencanangkan program
akselerasi pengembangan ekspor sayuran dan buah segar ke Singapura.

194

Untuk mewujudkan daya saing sayuran segar Indonesia di pasar global


diperlukan suatu pengembangan sistem manajemen rantai pasokan yang mampu
menciptakan dan mendistribusikan nilai tambah diantara pelaku yang terlibat
dalam agribisnis sayuran. Manajemen rantai pasokan merupakan integrasi dari
proses bisnis utama

dari pengguna akhir melalui para pemasok yang

menyampaikan produk, jasa dan informasi yang memiliki nilai tambah bagi
konsumen dan stakeholders yang lain (Mentzer et al., 2001).
Penciptaan nilai tambah merupakan untuk mewujudkan efisiensi usaha,
sedangkan distribusi nilai tambah adalah proses untuk mewujudkan keadilan
berusaha (Bunte, 2006).

Efisiensi dan keadilan merupakan syarat keharusan

untuk mewujudkan daya saing karena karakteristik produsen komoditas sayuran


Indonesia memiliki skala usaha yang kecil dan

tersebar di berbagai sentra

produksi. Pelibatan produsen kecil merupakan salah satu kata kunci selain daya
saing dan berkeadilan dalam pengembangan rantai pasokan

agribisnis dan

agroindustri di negara berkembang (Chowdury et al. 2005; Vorley and Proctor,


2008; Da Silva and Baker, 2009).
Manajemen Rantai Pasokan Sayuran
Tipe manajemen rantai pasokan sayuran ekspor yang diterapkan adalah
integrasi lateral yang merujuk pada pengelolaan rantai pasokan pada beberapa
pelaku usaha yang independen. Alasan yang mendasari penerapan integrasi lateral
(lateral integration) adalah untuk mencapai lingkup dan skala ekonomi, untuk
memperbaiki fokus bisnis dan kepakaran serta memungkinkan pengelolaannya
(APICS, 2008).
Pengembangan manajemen rantai pasokan sayuran yang melibatkan petani
kecil untuk memenuhi pasar ekspor terdiri atas dua alternatif

yakni (1)

manajemen rantai pasokan yang melibatkan organisasi produsen seperti kelompok


tani dan koperasi; dan (2) manajemen rantai pasokan yang melibatkan pedagang.
Berdasarkan kedua alternatif manajemen rantai pasokan tersebut dilakukan
pemodelan dan simulasi untuk memperoleh suatu model manajemen rantai
pasokan sayuran yang efisien dan berkeadilan.
195

Gambar 21 memperlihatkan bahwa pelaku usaha yang terlibat dalam


manajemen rantai pasokan sayuran ekspor terdiri atas (1) petani yang tergabung
dalam kelompok tani dengan fokus pada sektor budidaya, (2) koperasi yang fokus
pada sektor rumah kemasan dan (3) eksportir yang fokus pada sektor pusat
distribusi. Dalam model alternatif ini, koperasi berperan sebagai titik pemisah
pesanan dan pasokan produksi (customer order decoupling point) yang keputusan
manajemennya didorong oleh pesanan konsumen (pull system) dan rencana
produksinya dibuat berdasarkan peramalan permintaan konsumen atau mitra
usahanya di hilir (push system), yakni eksportir.
Penerapan titik pemisah tersebut dalam suatu sistem rantai pasokan disebut
dengan sistem produksi hibrida (hybrid system). Sistem produksi hibrida tersebut
bertujuan untuk merespon dinamika permintaan pasar, baik kuantitas, kualitas dan
kontinuitas (Goncalves et al ,2004; Perdana et al, 2008;). Van der Vorst et al
(2007) menyatakan bahwa titik pemisah pesanan dan pasokan tersebut ditujukan
untuk mengurangi persediaan dalam rantai pasokan serta upaya fokus pada
penetrasi konsumen dan sistem logistik. Verdouw et al (2006) berpendapat bahwa
penggunaan titik pemisah pesanan dan pasokan tersebut merupakan karakteristik
dari jaringan rantai permintaan (demand driven chain network) yang
mengkombinasikan aspek efisien untuk memenuhi permintaan dan aspek
fleksibilitas dalam menghadapi perubahan permintaan.
Dalam upaya mengelola risiko dalam rantai pasokan sayuran, selain
melayani pasar ekspor, koperasi juga melayani pasar domestik, seperti
supermarket dan pasar tradisional. Upaya tersebut dilakukan karena produk
sayuran segar dalam suatu siklus produksi memiliki variasi kualitas (grade) yang
didasarkan pada kriteria ukuran, warna dan tampilan. Berdasarkan tiga kriteria
tersebut, terdapat tiga kelas kualitas (grade), yaitu (a) kualitas 1 yang ditujukan
untuk ekspor, (b) kualitas 2 yang ditujukan untuk supermarket dan (c) kualitas 3
yang ditujukan untuk pasar tradisional.

196

Pembibitan

Pola Tanam dan


Budidaya

Produk

Keputusan
Manajemen

Panen
Jaminan Kualitas

Sektor
Budidaya

Order &
Spesifikasi

Penerimaan

Cooling

Sortasi dan Grading

Pre - Cooling
Distribusi

Pemba
yaran

Jaminan Kualitas

Transfer
Keuntungan

Sektor
Rumah Kemasan

KELOMPOK
TANI

Penerimaan

Transaksi

Persiapan Lahan

Transaksi

Penyerahan

Penerapan GAP

Produk

Transaksi

Pemba
yaran

Pasar Domestik

Produk
Keputusan
Manajemen
Pemba
yaran

Penyimpanan
Pemasaran dan
Distribusi

Pemba
yaran
Produk

Pasar Ekspor

Proses Order

Penjamin Kualitas

Order &
Spesifikasi

Sektor
Pusat Distribusi

Penerapan GHP, GDP, HACCP

EKSPORTIR

KOPERASI
Konsolidator

Aliran Informasi, Sistem Penjejakan dan Keamanan Pangan

Gambar 21. Model manajemen rantai pasokan sayuran ekspor yang melibatkan
koperasi (alternatif 1)
Terkait dengan pengelolaan risiko, khususnya bagi para petani yang
memiliki keterbatasan kapasitas sumberdaya, maka koperasi menerapkan aturan
main tata kelola hubungan antara petani yang merupakan anggota koperasi dan
koperasi dengan sistem penyerahan. Dalam sistem penyerahan tersebut tidak
terjadi transaksi antara petani dan koperasi. Koperasi menjadi wakil petani untuk
memasarkan dan memberikan nilai tambah pada produk sayuran. Koperasi
menjadi penyedia jasa pemasaran dan pasca panen (post harvest and marketing
service provider) yang mendapatkan penghasilan berupa imbal jasa (fee) dari
petani anggota yang dilayaninya. Besaran imbal jasa tersebut sesuai dengan biaya
operasional yang dikeluarkan.
Peran koperasi dalam pemasaran dan pasca panen tersebut sejalan dengan
pemikiran Erickson et al (2001) yang menyatakan bahwa koperasi merupakan
suatu bentuk badan usaha yang dimiliki, dikelola dan dikontrol anggotanya serta
memiliki komitmen untuk membantu anggotanya untuk memperbaiki harga
197

produk yang dihasilkan, menemukan pasar dan meningkatkan posisi tawar


menawar. Upaya tersebut hanya dapat dilakukan secara kolektif dalam bentuk
koperasi (Hanson, 2002).
Manajemen rantai pasokan sayuran yang efisien dan berkeadilan
memerlukan aliran informasi yang transparan. Dalam mewujudkan kondisi
tersebut, dilakukan pendampingan teknis, manajerial dan kelembagaan oleh
konsolidator yang dikelola oleh Pusat Rantai Nilai (Value Chain Center)
Puslitbang Inovasi dan Kelembagaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (LPPM) Universitas Padjadjaran.
Konsolidator tersebut menjadi jembatan antara petani, kelompok tani,
koperasi dan eksportir. Konsolidator tersebut berada di sentra produksi untuk
bekerja sama dengan petani, kelompok tani dan koperasi untuk memenuhi
pesanan eksportir. Setiap minggu konsolidator melakukan pengajuan rencana
tanam dan panen yang dibuat bersama dengan kelompok tani dan koperasi kepada
eksportir. Pusat Rantai Nilai bersama dengan manajemen eksportir melakukan
evaluasi

mingguan

untuk

memperbaiki

secara

berkelanjutan

(continous

improvement) manajemen rantai pasokan yang dikembangkan.


Dalam upaya memperkuat manajemen rantai pasokan yang dikembangkan
dan untuk replikasi model, Pusat Rantai Nilai LPPM UNPAD bekerjasama
dengan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian dan Program
AMARTA (Agribusiness Market Support Acitivity) USAID mengembangkan
konsorsium hortikultura Jawa Barat. Dalam konsorsium tersebut tergabung multi
pemangku kepentingan agribisnis hortikultura dari tingkat sentra produksi,
kabupaten, propinsi dan nasional. Pemangku kepentingan tersebut adalah petani,
kelompok tani, koperasi, pelaku pasar (industri, eksportir, supermarket, pasar
tradsional), pedagang/pemasok, lembaga pembiayaan (perbankan dan non
perbankan),

perguruan

tinggi,

lembaga

penelitian,

lembaga

pendukung

pembangunan luar negeri, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, peruahaan


agroinput dan asosiasi.

198

Pembibitan

Pola Tanam dan


Budidaya
Panen

Jaminan Kualitas
Sektor
Budidaya

KELOMPOK
TANI

Produk

Order &
Spesifikasi

Sortasi dan Grading

Pre - Cooling
Keputusan
Manajemen

Distribusi
Jaminan Kualitas

Pemba
yaran

Penerimaan

Transaksi

Persiapan Lahan

Penerimaan

Transaksi

Transaksi

Penerapan GAP

Produk

Transaksi

Pemba
yaran

Pasar Domestik

Cooling
Produk
Keputusan
Manajemen
Pemba
yaran

Sektor
Rumah Kemasan

Penyimpanan
Pemasaran dan
Distribusi

Pemba
yaran
Produk

Pasar Ekspor

Proses Order
Penjamin Kualitas

Order &
Spesifikasi

Sektor
Pusat Distribusi

Penerapan GHP, GDP, HACCP

EKSPORTIR

PEDAGANG
Konsolidator

Aliran Informasi, Sistem Penjejakan dan Keamanan Pangan

Gambar 22. Model manajemen rantai pasokan sayuran ekspor yang melibatkan
pedagang (alternatif 2)
Konsorsium hortikultura tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses
pelaku agribisnis hortikultura terutama petani terhadap lima aspek, yaitu :
agroinput, teknologi, pasar, pembiayaan dan informasi. Dengan demikian,
ketersediaan lima aspek tersebut menjadi mudah bagi para pelaku agribisnis
terutama petani.
Format konsorsium serupa dengan Sistem Inovasi Pertanian (Agriculture
Innovation System) yang dikembangkan Chairatana (2000). Sistem inovasi
pertanian merupakan jaringan para pemangku kepentingan dan rantai pasokan
agribisnis yang berkonsentrasi pada kreativitas, inisiasi, interaksi, kerjasama dan
komitmen untuk menghasilkan kebaharuan yang terukur (tangible) dan tidak
terukur (intangible) kepada pasar dan masyarakat.
Semakin tinggi tekanan meningkatkan konsistensi pasokan maka tuntutan
untuk meningkatkan kualitas produk sayuran menjadi semakin bertambah. Respon
untuk meningkatkan kualitas dari konsumen harus dilakukan dengan cepat karena
199

kegagalan terhadap respon kualitas mengakibatkan kepercayaan konsumen hilang


dan akan menghentikan pesanan kepada eksportir. Berbeda dengan pasokan
produk sayuran dari eksportir yang kurang hanya akan menurunkan jumlah
pesanan ulangnya.
Tuntutan untuk meningkatkan kualitas produk sayuran dilakukan dengan
cara meningkatkan intensitas penerapan kaidah budidaya sayuran yang baik (good
agriculture practices (GAP)). Semakin tinggi intensitas penerapan GAP akan
meningkatkan produk sayuran kualitas 1 yang ditujukan untuk pasar ekspor.
Dengan demikian, penjualan produk sayuran kualitas 1 ke eksportir akan semakin
banyak, baik dari koperasi ataupun pedagang.
Keterkaitan variabel dari mulai eksportir pesaing, tekanan untuk
meningkatkan konsistensi pasokan, tuntutan untuk meningkatkan kualitas produk,
penerapan GAP sampai dengan keuntungan eksportir membentuk suatu negative
feedback. Umpan balik negatif (negative feedback) tersebut berarti bahwa setiap
upaya untuk meningkatkan kualitas produk akan menuju arah kesetimbangan
sesuai dengan biaya yang dikeluarkan eksportir.
Peningkatan

intensitas

produktivitas tanaman

penerapan

GAP

juga

akan

meningkatkan

sehingga jumlah produksi petani meningkat. Sejalan

dengan jumlah produksi yang meningkat, maka jumlah produk yang disortasi
meningkat pula dan produk kualitas 1 untuk tujuan pasar ekspor akan meningkat.
Semakin banyak produk kualitas ekspor maka penjualan produk kualitas
ekspor akan meningkat, baik yang berasal dari koperasi sebagai wakil petani
maupun dari pedagang. Penjualan produk dari koperasi maupun eksportir yang
meningkat akan meningkatkan jumlah persediaan kualitas ekspor di pusat
distribusi (gudang) eksportir sehingga pengiriman ke luar negeri akan terjamin
pasokannya.
Keuntungan eksportir dari pengiriman produk sayuran ke luar negeri
ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan
maka keuntungan yang dapat diperoleh eksportir semakin rendah. Kondisi
tersebut memperlihatkan bahwa umpan balik yang terjadi pada keterkaitan
200

variabel eksportir pesaing, penerapan GAP, produktivitas, jumlah yang disortasi,


produk kualitas 1 sampai dengan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan
eksportir merupakan umpan balik negatif.
Namun demikian, apabila sistem operasi eksportir berjalan efisien dan
pengiriman sayuran kualitas 1 ke luar negeri bertambah maka pendapatan
eksportir akan meningkat serta keuntungannya akan meningkat pula. Kondisi
demikian terjadi karena

Keterkaitan variabel dari mulai eksportir pesaing,

tekanan untuk meningkatkan konsistensi pasokan, tuntutan untuk meningkatkan


kualitas produk, penerapan GAP sampai dengan pendapatan eksportir dan
keuntungan eksportir membentuk umpan balik positif. Umpan balik positif
(positive feedback) tersebut berarti bahwa upaya meningkatkan kualitas produk
akan meningkatkan pendapatan eksportir. Demikian halnya juga terjadi pada
peningkatan intensitas penerapan GAP yang akan meningkatkan produksi petani
dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan keuntungan eksportir.
Jumlah pesaing eksportir bertambah akan mengurangi pangsa pasar produk
eksportir. Kondisi tersebut terjadi karena pangsa pasar yang ada terbagi karena
jumlah eksportir yang terlibat semakin banyak. Pangsa pasar produk sayuran
eksportir meningkat akan meningkatkan jumlah pesanan produk sayuran ke
eksportir. Dalam kurun waktu tertentu, jumlah pesanan produk ke eksportir akan
meningkatkan produksi petani sehingga jumlah produk yang disortasi akan
meningkat. Peningkatan jumlah produk yang disortasi akan menambah jumlah
produk kualitas ekspor.
Sub Model Budaya
Sistem budidaya pada komoditas agribisnis tersebut meliputi penanaman
benih untuk sayuran, fase pertumbuhan, produksi dan penuaan tanaman serta
panen yang dapat dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu tertentu pada saat
tanaman berada pada fase produksi. Dalam sub model model budidaya tersebut
terlihat bahwa penanaman sayuran oleh petani ditentukan jumlah benih yang
ditanam secara rutin oleh petani, benih tanaman yang diinginkan serta waktu
menanam. Selanjutnya, terdapat akumulasi jumlah tanaman yang sedang dalam
201

fase masa tumbuh. Pertumbuhan tanamanan ditentukan laju tanaman tumbuh dan
besaran tanaman yang tumbuh. Pada fase pertumbuhan tersebut terdapat
akumulasi tanaman masa produksi yang akan menghasilkan produk. Tanaman
yang melewati fase produksi akan mengalami penuaan sehingga secara rutin harus
diadakan penggantian agar kontinuitas produksi bisa dipertahankan sesuai dengan
rencana produksi.
Sub Model Manajemen Kapasitas Produksi
Dalam mempertahankan konsistensi pasokan, kelompok tani bekerjasama
dengan koperasi atau pedagang untuk merencanakan kapasitas produksi untuk
memenuhi permintaan pasar ekspor. Setiap kenaikan pesanan eksportir akan
direspon dengan perencanaan kebutuhan pengembangan penanaman yang baru.
Manajemen kapasitas produksi didorong oleh peramalan pesanan dari pasar
yang direpresentasikan oleh jumlah pasokan setiap kelas kualitas produk yang
diinginkan menuju proses lanjutan di rumah kemasan yang dikelola oleh koperasi
atau pedagang. Selanjutnya direncanakan kapasitasnya berdasarkan produksi
petani yang ada, produktivitas tanaman, waktu panen, bagian tanaman yang
tumbuh dan waktu produksi tanaman. Perencanaan kapasitas tersebut merupakan
bagian dari sistem produksi dorong pada rantai pasokan sayuran yang
dikembangkan.
Sub Model Rekayasa Kualitas
Dalam penelitian ini dilakukan agregasi kualitas sayuran ke dalam tiga
kelompok kualitas (grade), yaitu kualitas 1, kualitas 2 dan kualitas 3. Setiap
kelompok kualitas tersebut ditujukan untuk segmen pasar yang berbeda, yaitu :
pasar ekspor, supermarket dan pasar tradisional. Proses rekayasa kualitas berupa
sortasi dan pengkelasan ini dilakukan di rumah kemasan yang dikelola oleh
koperasi atau pedagang.
Sub Model Proses Lanjutan
Sayuran hasil rekayasa kualitas dilanjutkan ke proses pengemasan dan pra
pendinginan berdasarkan spesifikasi pesanan dari eksportir. Proses lanjutan ini
202

dilakukan di rumah kemasan sebagai bagian dari proses bisnis yang dilakukan
oleh koperasi atau pedagang.
Sub Model Pusat Distribusi Eksportir
Koperasi atau pedagang setelah melakukan proses lanjutan di rumah
kemasan yang dimiliki melakukan penjualan kepada eksportir. Dalam penelitian
ini, eksportir yang menjadi mitra pasar adalah PT. Alamanda Sejati Utama, salah
satu eksportir hortikultura terbaik di Indonesia.

PT. Alamanda Sejati Utama

memiliki pusat distribusi yang terletak di daerah Banjaran, Kabupaten Bandung.


Perusahaan eksportir melakukan kemitraan berupa kontrak produksi dengan
koperasi atau pedagang untuk menjadi pemasok sayuran. Kontrak tersebut
dilaksanakan untuk dalam jangka waktu tertentu, umumnya empat bulan. Kontrak
tersebut dapat diperbaharui secara berkelanjutan. Berdasarkan kesepakatan dalam
kontrak, eksportir akan mengambil produk dengan kualitas yang sesuai spesifikasi
pasar ke koperasi atau pedagang. Pengambilan tersebut dilakukan karena koperasi
atau pedagang belum memiliki kendaraan pendingin sebagai salah satu syarat
untuk mempertahankan kualitas produk dalam pengembangan manajemen rantai
pasokan sayuran.
Produk yang diambil akan dikirim ke pusat distribusi eksportir di Banjaran.
Pusat distribusi melakukan beberapa aktivitas, yaitu : penerimaan, pendinginan,
penyimpanan, pemasaran dan distribusi, pengolahan oder (pesanan) serta
penjaminan kualitas atas produk yang dikirimkan ke pembeli di luar negeri.
Sayuran yang dibeli dari koperasi atau pedagang merupakan produk yang siap
dipasarkan dan telah dijamin kualitasnya oleh koperasi atau pedagang sebagai
mitra pemasok, tetapi agar memenuhi kapasitas kontainer untuk setiap pengiriman
maka dilakukan penyimpanan di pusat distribusi. manajemen pusat distribusi
menetapkan target/cakupan persediaan pengaman selama tiga hari. Penetapan
waktu

tersebut didasarkan pada interval pengiriman produk ke luar negeri

sebanyak dua kali serta untuk tetap menjaga produk agar tetap segar pada saat tiba
di luar negeri.
203

Sub Model Pasar Ekspor


Secara umum pasar yang memberikan pesanan dipandang sebagai faktor
eksternal, pelaku usaha tidak dapat mempengaruhinya tapi pasar yang
mempengaruhi pelaku uaha. Namun, dalam penelitian ini dikembangkan sub
model pasar ekspor dan pesanan sayuran yang bersifat endogen. Hal tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana struktur keputusan fisik dan
keputusan yang dilakukan pelaku usaha sepanjang rantai pasokan sayuran
direspon oleh pasar ekspor. Selanjutnya, pasar memberikan umpan balik terhadap
pesanan kepada eksportir yang selanjutnya diteruskan kepada pelaku usaha yang
lainnya, seperti koperasi, pedagang dan petani. Dengan demikian, dalam
penelitian ini akan diketahui penyebab struktural terjadinya dinamika pada
interaksi rantai pasokan industri sayuran dengan pasarnya.
Kinerja eksportir dalam memenuhi setiap pesanan sayuran akan
dipersepsikan oleh pembeli. Persepsi fraksi pesanan sayuran yang dapat terpenuhi
akan menentukan daya tarik eksportir di pasar, apabila pasar/ pembeli
mempersepsikan eksportir mampu memenuhi setiap pesanan maka daya tarik
perusahaan di pasar akan bertahan. Namun, apabila pasar mempersepsikan
eksportir dan rantai pasokan yang terlibat tidak mampu memenuhi setiap pesanan
secara penuh maka daya tarik perusahaan di pasar akan turun sehingga pangsa
pasar yang dikuasai eksportir akan berkurang. Secara non linier, kondisi tersebut
akan berdampak pada pengurangan jumlah pesanan yang akan disampaikan
kepada eksportir.
Model manajemen rantai pasokan sayuran ekspor yang melibatkan koperasi
merupakan suatu bentuk aksi kolektif dari petani kecil dan kemitraan antara
publik dan swasta (public-private partnership) untuk memenuhi tuntutan pasar
global yang dinamis. Kemitraan publik dan swasta tersebut direpresentasikan
adanya peran konsolidator dari perguruan tinggi dan konsorsium yang melibatkan
para pemangku kepentingan dalam agribisnis hortikultura seperti pengusaha,
pemerintah, LSM dan perguruan tinggi.

204

Narrod et al (2007) menyatakan bahwa aksi kolektif serta kemitraan publik dan
swasta akan menjamin partisipasi petani kecil dalam rantai pasokan sayuran. Aksi
kolektif akan meningkatkan tawar menawar petani kecil dalam pemasaran hasil
produksinya,

sedangkan

kemitraan

publik

dan

swasta

berperan

dalam

menciptakan akses pasar ekspor bagi

TRIPLE HELIX MODEL DALAM IMPLEMENTASI SISTEM


MANAJEMEN LOGISTIK PADA RANTAI PASOK SAYURAN

Peranan Universitas Dalam Triple Helix Model


Pada akhir tahun 2009, Value Chain Center (VCC) Puslitbang Inovasi dan
Kelembagaan Universitas Padjadjaran bersama dengan Asosiasi Eksportir
Sayuran dan Buah Indonesia (AESBI) terlibat dalam kegiatan akselerasi
peningkatan ekspor sayuran dan buah Indonesia ke Singapura bersama dengan
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. VCC menjadi salah satu anggota
taskforce ekspor sayuran dan buah Indonesia ke Singapura bersama dengan
eksportir, asosiasi petani, Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Propinsi dan
AVA (Agrifood and Veterinary Authority) Singapore.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan taskforce ekspor, pada awal tahun 2010
dilakukan kesepakatan kerjasama antara Rektor Universitas Padjadjaran dengan
Direktur Utama PT. Alamanda Sejati Utama, Eksportir Hortikultura, untuk
membangun manajemen rantai pasok sayuran dan buah untuk memenuhi pasar
ekspor. Kesepakatan tersebut disaksikan juga oleh Direktur Sayuran Kemneterian
Pertanian Indonesia, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat dan
perwakilan AMARTA USAID. Dalam kerjasama tersebut, VCC menjadi
pelaksana kegiatan.
Dalam implementasi kerjasama tersebut, VCC menerapkan model
manajemen rantai pasok sayuran yang dikembangkan oleh tim VCC dengan
menggunakan pendekatan System Dynamics. Model tersebut dimplementasikan
205

pada komoditas buah-buahan juga karena memiliki karakteristik proses bisnis


serupa. Model tersebut merupakan integrasi enam komponen manajemen rantai
pasok yang terdiri atas restrukturisasi rantai pasokan, rekayasa kualitas, sistem
produksi hibrida, inovasi kelembagaan, sistem pengukuran kinerja berimbang dan
konsolidator (Gambar 23).

/*&3420324'&%&'((
/%"3%'(5%&#0%"(

!"#$%&'((
)*+*,-%.%%"(

)#"&#+'7%3#4(

6'&3*,(54#720&'(
8'-4'7%(

/*0%1%&%(
)2%+'3%&(

5*".2024%"()'"*49%(
:*4',-%".(

Gambar 23. Model Manajemen Rantai Pasok Sayuran Yang Melibatkan Petani
Kecil

Keenam komponen tersebut berinteraksi secara sistematis untuk mencapai


tujuan berupa sistem rantai pasok yang efisien, responsif, inklusif dan
berkeadilan. Dengan demikian, apabila salah satu komponen tersebut tidak
terdapat dalam suatu manajemen rantai pasokan sayuran maka sistem tersebut
tidak akan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian juga halnya,
apabila salah satu komponen tersebut mengalami penyimpangan atau kegagalan.

206

Restrukturisasi rantai pasok yang dilakukan harus mampu menyampaikan


aliran material, aliran uang dan aliran informasi secara tepat kuantitas, tepat
kualitas,

tepat

waktu,

tepat

harga,

transparan,

aman

pangan

dan

berkesinambungan sehingga memuaskan dan melindungi konsumen. VCC


Universitas Padjadjaran telah melakukan restrukturisasi rantai pasok sayuran dan
buah dengan memberikan akses kepada petani kecil untuk berhubungan langsung
dengan eksportir, PT. Alamanda Sejati Utama. Petani kecil didorong untuk
menerapkan sistem kolektif usaha melalui pembentukan atau penguatan kelompok
tani dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) untuk berperan sebagai
representasi petani dalam berhubungan dengan pasar. Sistem kolektif tersebut
menggantikan peran pedagang yang mengumpulkan sayuran dan buah dari para
petani, namun dalam sistem kolektif tersebut tidak terjadi transaksi antara petani
kecil dengan kelompok taninya.
Rekayasa kualitas harus mampu menciptakan nilai tambah yang sesuai
dengan dinamika permintaaan pasar. Rekayasa kualitas dilakukan dengan
menerapkan panen pilih, sortasi dan grading, penerapan sistem rantai pendingin,
penerapan standar prosedur operasi GAP (Good Agriculture Practices) dan Good
Handling Practices. Rekayasa kualitas dilakukan oleh kelompok tani atau
gapoktan sebagai bagian dari pelayanan yang diberikan kepada anggotanya.
Sistem produksi hibrida merupakan penerapan titik pemisah pesanan dan
produksi pada suatu rantai pasok sehingga terjadi kesesuaian antara aspek pasokan
(produksi) dengan aspek permintaan pasar. Dalam implementasinya, Gapoktan
didorong untuk berperan sebagai titik pemisah pesanan dan pasokan produksi
(customer order decoupling point) yang keputusan manajemennya didorong oleh
pesanan konsumen (pull system) dan rencana produksinya dibuat berdasarkan
peramalan permintaan konsumen atau mitra usahanya di hilir (push system),
yakni eksportir.

Sistem produksi hibrida tersebut bertujuan untuk merespon

dinamika permintaan pasar, baik kuantitas, kualitas dan kontinuitas (Goncalves et


al ,2004; Perdana et al, 2008;). Van der Vorst et al (2007) menyatakan bahwa
titik pemisah pesanan dan pasokan tersebut ditujukan untuk mengurangi
persediaan dalam rantai pasokan serta upaya fokus pada penetrasi konsumen dan
207

sistem logistik. Verdouw et al (2006) berpendapat bahwa penggunaan titik


pemisah pesanan dan pasokan tersebut merupakan karakteristik dari jaringan
rantai permintaan (demand driven chain network) yang mengkombinasikan aspek
efisien untuk memenuhi permintaan dan aspek fleksibilitas dalam menghadapi
perubahan permintaan. Komponen struktur jaringan rantai pasok, rekayasa
kualitas dan sistem produksi hibrida akan menentukan pencapaian tujuan sistem
yang efisien.
Bersamaan dengan terciptanya sistem yang efisien, komponen inovasi
kelembagaan akan menciptakan distribusi nilai tambah yang berkeadilan. Inovasi
kelembagaan yang dikembangkan harus mampu mengatasi berbagai risiko usaha
yang timbul akibat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki pelaku usaha. Ruttan
(2006) menyatakan bahwa inovasi kelembagaan merupakan aturan main dari
suatu komunitas masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar
pelaku sosial yang terlibat untuk membantu mewujudkan harapannya. Dengan
aturan main tersebut, setiap pelaku mempunyai alasan atau motivasi untuk terlibat
dalam komunitas atau organisasi. Dalam aspek hubungan ekonomi, kelembagaan
memiliki peranan sangat penting dalam mewujudkan harapan mengenai hak untuk
menggunakan sumberdaya dalam aktivitas ekonomi dan pembagian pendapatan
yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi. Dengan demikian, kelembagaan
memberikan jaminan penghormatan atas aksi yang dilakukan setiap orang yang
terlibat dalam suatu komunitas atau organisasi serta memberikan stabilitas
pengharapan dalam hubungan ekonomi yang tidak pasti dan kompleks. Lebih
lanjut, Shirley dan Meenard (2008) menyatakan bahwa suatu kelembagaan harus
mampu mereduksi berbagai resiko dan biaya transaksi yang timbul dari
keterbatasan informasi dan kapasitas mental pelaku ekonomi yang terlibat.
Dalam upaya mengetahui distribusi nilai tambah dan sistem yang efisien
diperlukan sistem pengukuran kinerja berimbang. Sistem pengukuran tersebut
meliputi perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis
internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran serta perspektif nilai tambah.
Konsolidator adalah pihak yang menjembatani antara kepentingan produsen
dan pelaku di sentra produksi dengan pelaku pasar yang berada di luar sentra
208

produksi Produsen dan pelaku di sentra produsen didampingi oleh konsolidator


dalam aspek teknik produksi, manajerial dan kelembagaan sehingga mampu
memenuhi permintaan pasar. Selain itu, konsolidator juga berperan untuk
meningkatkan akses produsen, pelaku di sentra produksi dan pelaku pasar
terhadap agroinput, teknologi , pasar dan pembiayaan.
Dalam model tersebut, VCC berperan sebagai konsolidator rantai pasok
yang memberikan pelayanan kepada eksportir dan petani kecil dalam

aspek

teknis, manajerial, kelembagaan serta akses pada teknologi, pembiayaan dan


pasar. Lingkup kerjasama tersebut meliputi komoditas sayuran yang terdiri atas
buncis, paprika, sayuran daun, zucchini, radish, jagung, bawang daun dan cabe
merah. Sedangkan komoditas buah terdiri atas jambu merah (pink guava) dan
mangga. Adapun lingkup daerah pelayanannya adalah Pangalengan dan Ciwidey
di Kabupaten Bandung, Cisarua dan Lembang di Kabupaten Bandung Barat,
Panyingkiran dan Maja di Kabupaten Majalengka serta Jonggol di Kabupaten
Bogor.
Dalam kerjasama tersebut, untuk mewujudkan suatu sistem manajemen
layanan logistik pedesaan, Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Jawa Barat mendukung dengan memberikan bantuan fasilitas rumah
kemasan dan sistem rantai pendingin kepada kelompok tani yang menjadi mitra
VCC dan eksportir. Sampai saat ini, telah dibangun empat rumah kemasan yang
dilengkapi dengan gudang berpendingin untuk komoditas sayuran, yakni buncis,
sayuran daun dan paprika, yang terletak di sentra produksi Kabupaten Bandung
Barat dan Kabupaten Bandung yang menjadi lokasi penelitian dari riset
implementatif mengenai sistem layanan logsitik pedesaan pada rantai pasok
sayuran.
VCC menempatkan staf pada beberapa kelompok tani yang menjadi mitra.
Staf VCC tersebut merupakan konsolidator lapangan yang bertugas setiap hari
untuk mendampingi petani kecil dalam memenuhi permintaan eksportir. Staf VCC
bersama-sama dengan kelompok tani dan eksportir membuat perencanaan
produksi bersama berdasarkan permintaan pasar ekspor yang telah disepakati
dalam kontrak antara kelompok petani dan eksportir. Staf VCC tersebut dibiayai
209

dari imbalan yang diperoleh VCC dari setiap volume sayuran yang terkirim dan
memenuhi persyaratan untuk diekspor ke Singapura.
Berdasarkan hasil evaluasi terdapat dua tipe resiko yang dihadapi pihak
dalam interaksi antara petani kecil-VCC-eksportir dalam pengembangan
manajemen rantai pasok sayuran, termasuk didalamnya pengembangan sistem
layanan logistik pedesaannya. Pertama adalah resiko yang bisa diatasi oleh
interaksi petani kecil-VCC-eksportir, seperti kurang solidnya kelompok tani,
produk cacat yang tinggi karena proses bisnis eksportir yang tidak tepat dan
ketidakmampuan staf lapangan. Kedua adalah resiko yang tidak bisa diatasi oleh
interaksi petani kecil-VCC-eksportir seperti pembatalan pesanan, pembayaran
tunda; kualitas agroinput yang tidak baik dan perubahan iklim yang tidak terduga.
Dalam mengatasi resiko yang tidak bisa diatasi oleh interaksi petani kecilVCC-eksportir, VCC bekerjasama dengan pihak seperti perbankan (Bank
Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia), ACDI VOCA, Syngenta Foundation,
pelaku pasar lain (supermarket dan agroindustri) serta meningkatkan peran dari
pemerintah daerah. Dengan interaksi multipihak tersebut, berbagai resiko-resiko
dapat dikurangi sehingga terjadi peningkatan kinerja pasokan sayuran dan buah
dari petani kecil.
Berdasarkan pembahasan di atas, inovasi kelembagaan yang terdapat dalam
pengembangan manajemen rantai pasok sayuran untuk memenuhi pasar global
terdiri atas 3 (tiga) level, yakni :
a.

Level Produsen berupa sistem kolektif yang meliputi aturan main tata
kelola hubungan antara petani kecil dengan kelompok tani atau
gapoktan yang menerapkan sistem penyerahan atau tidak melakukan
transaksi karena gapoktan merupakan representasi dari petani kecil

b.

Level Rantai Pasok berupa aturan main tata kelola hubungan antara
produsen dengan pasar. Gapoktan sebagai wakil petani melakukan
kontrak tertulis dengan eksportir atau pembeli lainnya yang difasilitasi
dan didampingi oleh VCC.

210

c.

Level Klaster Pertanian berupa aturan main tata kelola interaksi antara
petani kecil dan eksportir dengan stakeholder yang bertujuan untuk
meningkatkan akses petani kecil terhadap agroinput, teknologi,
pembiayaan dan akses pasar. Dalam interaksi tersebut, VCC berperan
sebagai pengelola hubungan atau hub antara petani kecil dengan
berbagai pihak, seperti bank, pemerintah, lembaga donor, perusahaan
agroinput dan lainnya.

Memahami Triple Helix Model dengan Pemodelan Sistem


Dalam bagian ini akan dibahas peranan Triple Helix Model yang
dikelola oleh VCC Universitas Padjadjaran dalam pengembangan manajemen
rantai pasok sayuran dan buah yang melibatkan petani kecil untuk memenuhi
pasar global dengan menggunakan pemodelan sistem. Causal Loop Diagram
(CLD) digunakan sebagai alat untuk memahami interaksi yang kompleks dari
berbagai variabel pada peranan triple helix model.
Triple helix model sebagai inovasi kelembagaan pada level klaster
pertanian berperan sebagai peredam risiko (shockbreaker) dengan memberikan
layanan peningkatan kapasitas petani kecil agar mampu mengakses agroinput
yang berkualitas, teknologi, pembiayaan dan pasar. Gambar 24 memperlihatkan
interaksi yang kompleks dari peranan triple helix model.

211

+ pembiayaan
rantai pasok

peranan fasilitasi ++
konsorsium (Triple Helix
Model)
+

akses thd
pembiayaan rantai
pasok

kebutuhan akses
pembiayaan rantai
pasok

kebutuhan program
pengurangan reject

program pelatihan
manajemen produksi dan
akses thd agroinput
pasca panen
kebutuhan akses
thd agroinput
+

+
akses pasar

risiko keuangan
+

kebutuhan akses pasar

risiko ketersediaan
agroinput
risiko produk reject
+
+
+
ketersediaan agroinput
risiko pasar
+

pasokan produk
+

persediaan
+

permintaan

pendapatan

+
+

+
pembayaran dari
pembeli

piutang pembeli
+
-

pesanan

produk reject

produksi

+
+

kemampuan produksi
+

ketersediaan kas

siklus kas
+

Gambar 24. CLD peranan triple helix model dalam pengembangan manajemen
rantai pasok dan logistik sayuran
Dalam pemodelan sistem, pembahasan peranan triple helix model bisa
dimulai dari bagian mana saja, tetapi dalam artikel ini pembahasan akan dimulai
dari akses pasar. Hal tersebut dilakukan karena VCC memulai aktivitas
pengembangan manajemen rantai pasok sayuran dan buah dengan membangun
pasar bersama eksportir dan pelaku pasar lainnya.
Secara khusus Gambar 25 memperlihatkan peranan fasilitasi Triple Helix
Model dalam meningkatkan akses pasar petani kecil kepada pasar ekspor. Pada
umumnya petani kecil Indonesia memasarkan hasil produksi sayuran dan buahnya
ke pasar tradisional melalui pedagang pengumpul lokal. Selain itu, petani kecil
tidak memiliki kapasitas untuk mengakses pasar ekspor secara langsung. Dengan
demikian, semakin tinggi produksi yang dilakukan petani kecil maka akan
semakin tinggi pula risiko pasar yang dihadapi. Risiko pasar tersebut berupa risiko
fluktuasi harga karena petani memasarkan ke pasar tradisional. Semakin tinggi
risiko pasar menyebabkan kebutuhan akses terhadap pasar ekspor ataupun pasar
terstruktur lainnya (pasar berbasis kontrak, seperti ekspor, agroindustri,
supermarket dan jasa pangan) semakin meningkat pula. Kebutuhan akses pasar
yang meningkatkan menyebabkan peranan triple helix model semakin
212

meningkat untuk memberikan layanan akses pasar kepada petani kecil terhadap
pasar terstruktur. Akses pasar yang semakin meningkat karena difasilitasi oleh
triple helix model akan menurunkan risiko pasar yang dihadapi petani kecil.
Interaksi berbagai variabel tersebut akan menghasilkan umpan balik negatif
(negative feedback) yang berarti setiap akses pasar yang difasilitasi oleh triple
helix model akan menuju ke arah kesetimbangan untuk mengurangi risiko pasar
yang dihadapi petani kecil.
Selain itu, akses pasar yang meningkat menyebabkan permintaan dan
pesanan yang diterima petani kecil akan meningkat sehingga dapat dijadikan
pijakan dalam jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Interaksi berbagai variabel seperti produksi, risiko pasar, kebutuhan akses pasar,
peranan triple helix model, akses pasar, permintaan dan pesanan akan
membentuk umpan balik positif (positive feedback) yang berarti peningkatan
akses pasar yang difasilitasi triple helix model akan mengasilkan perilaku
pertumbuhan atau penguatan terhadap pesanan yang diterima petani kecil.

peranan fasilitasi
konsorsium (Triple Helix
Model)
+

akses pasar
kebutuhan akses pasar
+

risiko pasar

+
permintaan

+
+
pesanan

produksi

Gambar 25. CLD peranan triple helix model dalam peningkatan akses pasar

213

Sejalan dengan peningkatan kapasitas yang meningkat maka risiko produk


yang ditolak oleh eksportir (product reject) akan semakin meningkat pula. Risiko
produk yang ditolak akan meningkatkan produk yang ditolak. Dengan demikian,
dibutuhkan suatu program pengurangan produk yang ditolak. Semakin tinggi
kebutuhan akan program pengurangan produk yang ditolak tersebut maka peranan
triple helix model akan semakin meningkat dalam bentuk program pelatihan
manajemen produksi dan pasca panen. Dalam pelatihan tersebut disampaikan
berbagai teknologi dan teknik untuk mengurangi risiko produk yang ditolak pasar.
Interaksi berbagai variabel yang terkait dengan risiko produk yang ditolak akan
membentuk umpan balik negatif yang berarti setiap program pelatihan manajemen
produksi dan pasca panen akan mengarah kepada kesetimbangan untuk
mengurangi risiko produk yang ditolak (Gambar 26).

peranan fasilitasi
konsorsium (Triple Helix
Model)

+
kebutuhan program
pengurangan reject
+
program pelatihan
manajemen produksi dan
pasca panen

produk reject

risiko produk reject

Gambar 26. CLD peranan triple helix model dalam mengurangi risiko produk
yang ditolak
Gambar 26 memperlihatkan peranan triple helix model dalam
memberikan layanan akses terhadap agroinput yang berkualitas.

Semakin

meningkatnya kapasitas produksi yang dimiliki petani kecil akan meningkatkan


risiko ketersediaan agroinput yang berkualitas. Risiko ketersediaan agroinput
yang meningkat akan menyebabkan kebutuhan akses terhadap agroinput yang
berkualitas akan semakin meningkat pula. Dengan demikian, peranan triple helix
model dalam penyediaan akses terhadap agroinput yang berkualitas semakin
meningkat.
214

peranan fasilitasi
konsorsium (Triple Helix
Model)
+
+
akses thd agroinput kebutuhan akses
thd agroinput
-

+
risiko ketersediaan
agroinput
-

ketersediaan agroinput
+

+
produksi

Gambar 27. Peranan triple helix model dalam peningkatan akses terhadap
agroinput
Meningkatnya akses petani kecil terhadap agroinput yang berkualitas akan
menyebabkan tingkat ketersediaan agroinput meningkat sehingga mampu
meningkatkan produksi dan menurunkan risiko ketersediaan agroinput. Interaksi
berbagai variabel dengan risiko ketersediaan agroinput akan menghasilkan umpan
balik negatif yang berarti peranan triple helix model dalam meningkatkan akses
terhadap agroinput akan mengarah pada kesetimbangan untuk mengurangi risiko
ketersediaan agroinput.
Meningkatnya kapasitas produksi menyebabkan meningkatnya jumlah
persediaan yang dimiliki petani kecil meningkat. Petani kecil menyimpan hasil
produksinya dalam jangka waktu pendek, yaitu kurang dari 3 (tiga) hari, karena
daya tahan hasil produksnya yang terbatas. Jumlah persediaan yang meningkat
akan meningkatkan jumlah pasokan produk ke eksportir. Pembayaran yang
dilakukan eksportir cukup lama, berkisar antara 14-21 hari. Hal tersebut berarti
dalam jangka waktu tertentu akan meningkatkan jumlah piutang yang dimiliki
petani kecil. Jumlah piutang yang meningkat menyebabkan kebutuhan untuk
akses pembiayaan rantai pasok (supply chain financing) semakin meningkat pula.
Dengan demikian, peranan triple helix model untuk memberikan layanan akses
terhadap pembiayaan menjadi meningkat pula.
Pelayanan akses terhadap pembiayaan yang dilakukan triple helix model
akan meningkatkan akses terhadap pembiayaan rantai pasok. Adanya pembiayaan
rantai pasok berupa dana talangan (bridging finance) akan meningkatkan
215

pembayaran dari pembeli/eksportir sehingga siklus kas petani kecil akan


meningkat pula. Siklus kas yang meningkat menyebabkan ketersediaan kas petani
akan meningkat sehingga petani kecil akan mampu untuk meningkatkan produksi
sayuran dan buahnya (Gambar 28). Interaksi berbagai variabel tersebut akan
menghasilkan umpan balik positif (positive feedback) yang berarti peningkatan
akses terhadap pembiayaan rantai pasok akan menghasilkan pertumbuhan
produksi petani kecil.

akses thd
pembiayaan rantai
pasok

+
peranan fasilitasi +
konsorsium (Triple Helix
Model)

kebutuhan akses
pembiayaan rantai
pasok

pembiayaan
rantai pasok

+
risiko keuangan
+

+
pembayaran dari
pembeli

+piutang pembelipasokan produk


+
persediaan

produksi

kemampuan produksi
+

siklus kas
ketersediaan kas

Gambar 28. CLD peranan triple helix model dalam akses pembiayaan rantai
pasok

Selain itu, interaksi variabel yang terkait dengan peranan triple helix
model dalam pelayanan akses terhadap pembiayaan rantai pasok dengan jumlah
piutang yang dimiliki petani kecil akan menghasilkan umpan balik negatif
(negative feedback). Hal tersebut berarti bahwa peningkatan akses terhadap
pembiayaan rantai pasok akan mengarah pada kesetimbangan untuk mengurangi
jumlah piutang yang dimiliki petani kecil.
216

Berdasarkan pembahasan di atas, terlihat bahwa triple helix model dalam


pengembangan manajemen rantai pasok sayuran dan buah yang melibatkan petani
kecil untuk memenuhi pasar global memiliki kompleksitas yang tinggi. Dengan
demikian, model tersebut tidak dapat dipahami dengan cara berpikir yang linear
dan reduksionis melainkan harus dengan cara berpikir sistem. Berdasarkan hal
tersebut, Triple helix model yang dikembangkan dan dikelola oleh VCC
Universitas Padjadjaran memiliki hubungan dan interaksi yang kuat antara
pemerintah, akademisi dan industri. Etzkowitz (2008) menyatakannya sebagai
social structure triple helix karena dalam triple helix model tersebut terdapat
sharing knowledge and experience diantara berbagai aktor yang terlibat, yang
dilakukan di kampus dalam bentuk kuliah atau seminar serta di luar kampus
dalam bentuk konsultansi, seminar dan multistakeholder meeting. Selain itu,
semua hasil sharing knowledge and experience: tersebut disintesakan dalam
bentuk policy brief yang disampaikan kepada para pengambil kebijakan
(government).

LATIHAN
Buatlah 2 (dua) contoh pengembangan kasus agribisnis di bidang industri
makanan dan non makanan. Kemukakan jawaban Anda dalam bentuk
essay masing-masing minimal 5 halaman.

217

REFERENSI
1. Austin J E. 1981. Agroindustrial Project Analysis. The Economic
Development Institute of The World Bank. The Johns Hopkins University
Press. Baltimore.
2. Arifin, Bustanul. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Buku Kompas
3. Davis, H. H. and R. A. Goldberd. 1957. A Concept Of Agribusiness. Boston :
Graduate School of Business, Havard University.
4. Downey, W. D. dan S. P. Erickson. 1992. Manajem Agribisnis. Edisi Kedua.
Terjemahan R. Ganda s. Dan A. Sirait. Jakarta: Erlangga.
5. Gumbira-Said, E. A. Hariszt, I. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia.
6. Saragih, B. 2010. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi
Berbasis Pertanian. IPB Press.
7. Saragih, B. 2010. Refleksi Agribisnis. IPB Press.
8. Cuevas R. 2004. Food Engineering, Quality and Competitiveness in Small
Food Industry Systems Eith Emphasis on Latin America and The Caribbean.
Food and Agriculture Organizations of The United Nations. Rome.
9. Maani, K, E., and Cavana, R, Y. 2007. Systems Thinking, System Dynamics :
Managing Change and Complexity. Pretice Hall.
10. Mosher, 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Yasguna, Jakarta
11. Pambudy. Rahmat. 2010. Membangun Indonesia Melalui Kepemimpinan
Entrepreneur Agribisnis.
12. Paul Roy E. 1967. Exploring Agribusiness. The Interstate Printers and
Publishers, Inc. Illinois.
13. Perdana, T., Purnomo, D., Kharisma, B. 2009. Rancangbangun Simulator
Kebijakan Pengembangan Sistem Rantai Pasokan Industri Perberasan Untuk
Mewujudkan Ketahanan Jawa Barat. Laporan Akhir Penelitian Strategis
Nasional.
14. Ricketts C and O. Rawlins. 2001. Introduction to Agribusiness. Delmar
Thomson Learning. Albany.
15. Seperich GJ, M W Whoolverton and J G Beierlein. 1994. Introduction to
Agribusiness Marketing. Prentice Hall Career and Technology. New Jersey.
16. Soehardjo, A. 1997. Sistem Agribisnis dan Agroindustri. Makalah Seminar.
MMA-IPB. Bogor
17. Sogo Kenkyu. 1998. An Economic Evolution in External economies from
Agriculture by the Replacement Cost Method. National Research Institute of
Agricultural Economics, MAFF. Japan.
18. Yoshida, K. 1994. An Economic Evoluatin of Multifunctional Roles of
Agricultural and Rural areal in Japan. Ministry of Agricultural Forestry.
Japan
19. Buku, Laporan, Artikel Jurnal yang Terkait dengan Agribisnis

218

219

Anda mungkin juga menyukai