(SISTEM AGRIBISNIS)
Disusun oleh:
Dr. Tomy Perdana
197312131997021001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya,
Modul Sistem Agribisnis ini dapat diselesaikan.modul ini merupakan salah satu
bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat
seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu
peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.
Modul ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip
sistem agribisnis dan mampu menganalisis faktor-faktor yang terkait dalam sistem
agribisnis agar dapat memecahkan berbagai masalah sistem agribisnis dan
menerapkannya dilingkungan masyarakat
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rani Ismiarti E sebagai asisten
dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian modul ini. Saya
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam modul ini, oleh karena itu
Saya menunggu masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak dalam rangka
penyempurnaan modul ini.
Bandung, November 2012
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR................................... i
DAFTAR ISI............................................. ii
DESKRIPSI MATA KULIAH................vii
TINJAUAN MATA KULIAH
Pertemuan 1
MODUL 1
Materi
MODUL 2
: AGROINPUT AGRIBISNIS
Materi
Pertemuan 2
MODUL 3
Materi
Tes Formatif.............................................................................. 59
MODUL 4
: AGROINDUSTRI
Materi
Pertemuan 3
MODUL 5
: PEMASARAN AGRIBISNIS
Materi
MODUL 6
Materi
Pertemuan 4
MODUL 7
Materi
MODUL 8
: KONSUMEN AGRIBISNIS
Materi
Latihan.................................................................................. 105
Tes Formatif........................................................................
105
Pertemuan 5
MODUL 9
Materi
106
112
Latihan.................................................................................
114
Tes Formatif.........................................................................
115
116
119
Korporasi .............. .
122
128
130
137
Latihan............................................................................
138
Tes Formatif....................................................................
139
142
Latihan..............................................................................
154
Tes Formatif.....................................................................
154
Pertemuan 7
5
156
160
163
167
177
186
197
Latihan..............................................................................
REFERENSI...................................... 210
A. LATAR BELAKANG
Secara sempit pertanian diartikan sebagai suatu kegiatan produktif yang
menghasilkan komoditi pertanian. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan konsumsi dan industri. Dalam memahami pertanian secara
utuh, kita harus memahami pertanian sebagai suatu sistem. Sistem merupakan
suatu kesatuan berbagai komponen yang mempunyai tujuan serta fungsi yang
berbeda.
Komponen-komponen
terikat/ketergantungan
tersebut
satu
sama
lain
saling
inovatif,
disiplin,
mandiri
serta mempunyai
kemampuan
KEGIATAN BELAJAR 1
Modul
AGRIBISNIS
Pendahuluan
Sebagian besar ketika orang berpikir mengenai pertanian, mereka
menggambarkan para petani yang memproduksi hewan dan tanaman. Secara
sempit
pertanian
didefinisikan
sebagai
suatu
kegiatan
produktif
yang
PENGERTIAN AGRIBISNIS
10
SS I
(Pengadaan dan
Penyaluran
Sasaran Produksi)
SS II
SS III
SS IV
(Produksi
Primer)
(Pengolahan)
(Pemasaran)
hidup sampai dengan umur 25 tahun. Namun, dua hal penting yang
12
Zaman Perunggu
Selama zaman perunggu (3000 SM), peralatan yang terbuat dari logam lebih
banyak digunakan karena tahan lama dibandingkan kayu yang ditajamkan.
Peralatan logam ini juga lebih mempermudah dan mempercepat kegiatan
bercocok tanam untuk cakupan lahanyang luas. Pada zaman ini, pertanian
menyebar keseluruh penjuru dunia dan menjadi cara hidup orang banyak.
Beberapa perkembangan pertanian yang terjadi pada saat zaman perunggu
diantaranya adalah sebagai berikut:
Dibuatnya
peralatan
pertanian
dari
perunggu
dan
bajak
untuk
Ditemukannya
roda
sehingga
dapat
dijadikan
alat
transportasi
pengangkutan tanaman
Jumlah penduduk dunia naik dari 3 juta jiwa dari sebelum dilakukannya
kegiatan pertanian
Zaman Besi
Zaman besi berlangsung pada tahun 1000 SM. Penggunaan besi
memberikan manusia kemampuan untuk memproduksi lebih dari sekedar
tanaman. Ketika manusia tidak dapat menggunakan semua tanaman untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, maka mereka mulai menjualanya kepada orang lain.
Sejak saat itu mulailah perkembangan perdagangan produk pertanian. Secara
umum perkembangan pertanian pada zaman besi adalah sebagai berikut :
Jumlah peralatan tangan pertanian dan bajak yang terbuat dari besi banyak
dan bahkan sampai sekarang digunakan
Abad Pertengahan
Abad pertengahan berlangsung antara tahun 400 1500
M. Jatuhnya
b.
Pada abad ini kuda dijadikan hewan untuk membantu pekerjaan usaha tani
agar lebih cepat selain sapi
c.
penemuan mesin uap, kereta api, mesin jahit, alat tenun, dan mesin lainnya.
Perubahan terbesar kedua akibat revolusi ini adalah perpindahan penduduk
dari desa ke kota untuk bekerja di pabrik karena banyaknya pabrik yang
membutuhkan tenaga kerja untuk mengoperasikan mesin. Perubahan ini
meningkatkan pasar untuk produk pertanian karena pekerja pabrik tidak dapat
menghasilkan makanannya sendiri seperti dahulu.
Sebagai hasil dari banyaknya penduduk yang pindah ke kota, maka petani
melaksanakan usahanya dengan sedikit pekerja. Oleh karena itu, untuk
mengefisienkan kegiatan usaha tani petani mulai menggunakan mesin dalam hal
14
Pembuatan traktor berbahan bakar bensin pada tahun 1892, dan lain
sebagainya.
Pertengahan abad 20
Pada tahun 1900 mesin-mesin mulai mendominasi pekerjaan pertanian
dan dikembangkan pula alat transportasi. Dengan demikian membuka peluang
lebar bagi petani untuk memasarkan produk pertanian ke orang yang lebih banyak
lagi. Pada periode ini harga produk pertanian meningkat dan para petani pun
memiliki kehidupan yang baik dan bahkan mereka menggunakan kelebihan
pendapatan untuk melakukan penelitian dan pengembahan untuk kegiatan
pertaniannya. Beberapa perkembangan yang terjadi pada pertengahan abad 20 ini
adalah sebagai berikut :
Di
Indonesia,
strategi
perkembangan
agribisnis
dilakukan
dengan
16
Sub-Sistem
Sub-Sistem
Sub-Sistem
Sub-Sistem
Agribusnis Hulu
Usahatani
Pengolahan
Pemasaran
Tanaman obat,
pangan-rempah
dan hortikultur
Tanaman serat,
perkebunan kehutanan
Peternakanperikanan
Fungi (jamur)
Jasad renik
Industri benih,
bibit gen ternak
tanaman, ikan
Industri kimia,
agrochemical
Industri agro
otomotif,alat
dan machinery
Bio fertilizer,
herbi- pestisida
Industri makanan
Industri minuman
Industri rokok
Industri serat alam:
tekstil-biokomposit
Industri biofarma
Industri wisata,
estetika-kosmetika
Industri vaksin,
serum
Distribusi
Promosi
Informasi pasar
Intelijen pasar
Perdagangan
Struktur pasar
Areal pasar
Lelang
Pasar berjangka
Pasar modal
yang
bergerak
dalam
sub-sistem
pengolahan
(down-stream
18
Melalui ilmu pengetahuan dan teknologi dan SDM terampil (knowledge and
skill labor based) atau innovationdriven. Pada tahap ini ditandai dengan
peningkatan produktivitas dan nilai tambah yang makin besar akibat inovasiteknologi dan SDM terampil pada seluruh subsiste agribisnis. Sedangkan
pada produk akhir agribisnis ditandai oleh peningkatan pangsa produk yang
bernilai tambah tinggi (high value), diversifikasi produk sesuai dengan
segmen-segmen pasar yang berkembang, sehingga pendapatan yang diterima
juga akan semakin meningkat. Innovation driven dilakukan melalui ekayasa
keuangan, sosial, ekonomi, hukum, teknologi dan sistem informasi. Melalui
rekayasa keuangan dan sistem informasi canggih para pengusaha negara
maju mampu memobilisasi uang dari manapun dan menciptakan pasar global
dalam jumlah besar serta waktu yang bersamaan. Melalui rekayasa hukum
para pengusaha negara maju sering dengan mudah menguasai kepemilikan
asset yang tangible (lahan, bangunan, uang, barang) dan yang intangible
(paten, lisensi, hak penguasaan, penjaminan, penjualan, penyewaan,
pemakaian dan hak hak lain yang bisa menimbulkan keuntungan luar biasa).
Melalui pengembangan teknologi, bioteknologi yang paling canggih para
pengusaha
Karakteristik Agribisnis
Karakteristik agribisnis tidak terlepas dari proses agribisnis itu sendiri. Oleh
karena itu, sebelum memahami karakteristiknya, terlebih dulu harus memahami
proses agribisnis. Karena agribisnis merupakan kegiatan produksi atau operasi
maka proses agribisnis juga sama dengan proses produksi. Proses produksi
merupakan kegiatan yang mentransformasikan input menjadi output. Tujuan
19
kegiatan produksi ini adalah menciptakan dan menambah utilitas suatu barang
atau jasa.
Berdasarkan sifat alam dan jenis proses karakteristik agribisnis terdiri atas :
1. keragaman struktur, perilaku, dan kinerja agribisnis
2. keragaman produksi yang dihasilkan
3. adanya intervensi pemerintah karena produk agribisnis bersifat
strategis
4. pengembangan teknologi biasanya didanai pemerintah
5. struktur pasar produk agribisnis mendekati pasar bersaing sempurna.
Agribisnis merupakan kegiatan ekonomi tertua dalam bentuk intervensi manusia
terhadap alam, maka karakteristik agribisnis selain dipengaruhi oleh sifat-sifat
alam dan jenis proses produksi, tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan
peradaban manusia. Saragih (1998) mengemukakan lima karakteristik penting
agribisnis yang membedakannya dari bisnis lain :
1.
2.
4.
5.
dengan
pengadaan
sarana
produksi
pertanian,
yaitu
d)
23
24
Industri Agribisnis
Output Perusahaan
Agribisnis
Pasokan Input
Agribisnis
Produk sampingan
pertanian, minyak,
daging, dedak, biji
Pakan
Impor
Bibit/ benih
Mesin dan peralatan
Pemasaran
Transportasi
Makanan olahan
Petani
Uang
Pengolahan
Ekspor
Minuman
Susu
Transportasi
Pupuk
Kesehatan Hewan
Pestisida
Pedagang besar
Energi
Bahan kimia
Kontainer
Asuransi
Ternak
Tekstil
Unggas
Hewan lainnya
Hewan ternak
berukuran kecil
Tanaman
Hutan
Pedagang perantara
Benih/ bibit
Grosir
Jenis lain
Penelitian
Ilmu pengetahuan
Teknik
Pendidikan
Dan lain-lain
25
26
dapat mempengaruhi sebab, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, diperlukan
model untuk membantu dan memahami dan menyelesaikan masalah.
Dalam analisis sistem, kita perlu memahami hubungan antara entitas yang
mungkin atau tidak mungkin mempengaruhi hubungan dengan entitas lain dan
mengetahui juga sifat sebenarnya dari masing-masing entitas. Hubungan dalam
sistem ini terbagi menjadi dua yaitu saling memperkuan dan balancing. Contoh
dari sistem ini adalah sistem sosial seperti yang digambarkan sebagai berikut.
Input
Proses
Proses
sesuatu atau untuk mengubah sesuatu melalai suatu proses, dengan demikian
menghasilkan suatu output (produk), tujuan, proposal, hal/ situasi, bahkan kinerja
yang
diinginkan.
Menurut
pendekatan
ini,
lima
elemen
yang
harus
dipertimbangkan dalam menentukan sistem adalah input (apa yang datang dari
luar ke dalam sistem), output (apa yang meninggalkan sistem dan berjalan diluar
sistem), dan proses (transformasi yang terjadi di dalam sistem), batas-batas (yang
menentukan perbedaan antara sistem dan pengaturan sistem), dan lingkungan
(skenario, pengaturan, lingkungan, konteks) yang merupakan bagian dari yang
dapat diabaikan dalam analisis sistem (kecuali dimana hal ini berinteraksi dengan
sistem). Sebagai contoh dari elemen-elemen ini adalah orang, teknologi, modal,
bahan, data, peraturan, dan sebagainya. Lebih lanjut, unsur penting lainnya dari
teori sistem adalah sistem hierarki, sistem negara,
terhadap tujuan global. Jika sifat proses (apa yang terjadi di dalam sistem),
hubungan timbal balik, atau komponen tidak diketahui, maka diterapkan konsep
black box. Contoh kasusnya adalah ketika konsumsi bahan bakar dan produksi
CO2 dalam rantai pertanian diketahui, maka pola konsumsi, aliran internal, dan
konsumen (komponen dan hubungan) sering tidak diketahui/ diabaikan. Contoh
lain adalah berhubungan dengan pendekatan sistem untuk kualitas makanan dan
27
pengawasan, dan operasi sistem. Pendekatan sistem yang merupakan cara berpikir
atau sikap mental yang difokuskan pada pemahaman bagaimana sesuatu itu
bekerja, berperilaku dan saling berhubungan dapat dijadikan alat yang sangat
penting untuk membuat strategi dalam rangka meningkatkan daya saing. Dalam
dunia nyata, peternakan, agroindustri, bisnis ritel perlu memahami pendekatan
sistem untuk bertahan di setiap perubahan bisnis.
Pendekatan sistem ini pada dasarnya memilih input dan mengetahui efek,
parameter, dan pengaruh perilaku dalam sistem yang dapat mengubah hasil output
yang diinginkan. Dari sudut pandang para ahli, pendekatan ini akan
mengidentifikasi variabel independen dan mentransformasikannya menjadi
variabel dependen, satu set parameter, dan batasan-batasan.
Dalam lingkup persoalan agribisnis, pendekatan sistem pelaku usaha
memperoleh gambaran yang dapat menjelaskan apa batasan sistem agribisnis;
adanya batasan berarti ada lingkungan luar, seperti apa gambaran lingkungan luas
sistem agribisnis, apa elemen-elemen pembentuknya, bagaimana bentuk
hubungan antara elemen, bagaimana hubungan antara elemen dengan sistem, apa
saja inputnya, apa yang menjadi outputnya, bagaimana prosesnya, termasuk
menjelaskan tujuan dan sasaran sistem agribisnis.
Salah satu penerapan kerangka berpikir tentang pendekatan sistem
agribisnis dapat dilihat pada pendekatan dinamika sistem (system dynamics) yang
ditunjukkan melalui diagram sebab akibat dari persoalan keterkaitan sistem rantai
pasok industri perberasan dengan ketahanan pangan dalam dimensi spasial Jawa
Barat berikut ini. Hal utama yang dilakukan adalah pembuatan diagram sebab
akibat yang menggambarkan struktur pembentuk sistem dan memahami
kompleksitas interpedensi berbagai variabel yang terdapat dalam struktur sistem
rantai pasok industri perberasan dan ketahanan pangan Jawa Barat. Diagram sebab
akibat tersebut disajikan pada Gambar 6 berikut ini.
29
Harga Beras di
Sentra Produksi
+
Konsumsi Beras
Petani di Sentra
+
Produksi Gabah di
Sentra
Harga Beras di
Pasar Cipinang
-
+
Produksi Beras di
Sentra Produksi
Populasi Penduduk
Jawa Barat
+
Ketersediaan Beras
di Jawa Barat
Tingkat Kelahiran di
Jawa Barat
Persediaan Beras di
Pasar Cipinang
+
Persediaan Beras di
Jawa Barat
+
+
Distribusi Beras+ke
Pasar Cipinang
+
Konsumsi Beras
Penduduk Jawa Barat
+
Persediaan Beras di
Sentra Produksi
-
+
Distribusi Beras antar
Daerah Jawa Barat
Gambar 6. Sebab akibat Sistem Rantai Pasokan Industri Perberasan Dalam Mewujudkan
Ketahanan Pangan Jawa Barat (Perdana, dkk., 2009)
konsumsi beras penduduk di Jawa Barat adalah jumlah populasi penduduk Jawa
Barat dan konsumsi beras yang dilakukan petani di sentra produksi. Semakin
besar konsumsi beras petani maka akan menambah konsumsi beras penduduk
Jawa Barat. Demikian juga dengan haknya dengan jumlah populasi penduduk
Jawa Barat akan menambah jumlah konsumsi beras penduduk Jawa Barat.
Dalam sistem rantai pasok industri perberasan terdapat keterkaitan antar
pasar dengan sentra produksi. Persediaan beras di PIBC menentukan harga beras
di PIBC, semakin banyak persediaan beras di PIBC maka harga beras di PIBC
akan turun. Selanjutnya, penurunan harga beras di PIBC tersebut berdampak pada
penurunan harga beras di sentra produksi.
Harga beras di sentra produksi akan menentukan produksi gabah dan beras
di sentra produksi. Dalam kurun waktu tertentu, semakin tinggi harga beras di
sentra produksi maka produksi gabah dan beras di sentra produksi akan
bertambah. Terkait dengan aspek ketahanan pangan, meningkatnya harga beras di
sentra produksi akan menentukan jumlah konsumsi beras yang dilakukan keluarga
petani di sentra produksi.
Interaksi sistem rantai pasok industri perberasan dengan ketahanan pangan
Jawa Barat membentuk umpan balik negatif. Kondisi tersebut akan menghasilkan
perilaku yang mengarah pada kesetimbangan. Kesetimbangan tersebut terjad
karena adanya tujuan dari sistem. Demikian juga halnya dengan keterkaitan
spasial anatara sentra produksi dan pasar, interaksinya menghasilkan umpan balik
negatif.
dan
pemanfaatan
teknologi
dalam
pengembangan
agribisnis saat ini berlangsung sangat cepat, namun memiliki efek bola salju.
Zaman dahulu petani Amerika melakukan kegiatan pertaniannya menggunakan
kuda/ kedelai, namun saat ini kegiatan dilakukan menggunakan traktor.
Penggunaan traktor ini membuat para petani melakukan pekerjaan lebih berat
dalam
beberapa
jam
dibandingkan
teknologi
sebelumnya
yang
biasa
meningkatkan
produktivitas,
kualitas
produk,
dan
efisiensi
Rekayasa Genetik
Rekayasa genetik dilakukan dengan memasukan gen yang diinginkan pada
kromosom mahkluk hidup. Rekayasa genetik ini memberikan beberapa
keuntungan di bidang pertanian sebagai berikut :
1.
3.
4.
5.
6.
7.
serta
mempertahankan
kesehatan
lingkungan
dan
1)
2)
3)
4)
Pengendalian
hama
dan
penyakit
dengan
secara
biologi
36
Teknologi sebagai salah satu sumberdaya produksi harus dapat digunakan secara
tepat, yang meliputi jenis teknologi dan skala aplikasinya. Oleh karena itu, perlu
pengelolaan teknologi yang efektif, mulai dari perencanaan teknologi,
pengorganisasian teknologi, pelaksanaan aplikasi teknologi, pengawasan dan
evaluasi aplikasi ternologi, dan upaya pengemdalian yang dibutuhkan. Dengan
demikian aplikasi teknologi ini memerlukan penerapan fungsi-fungsi manajemen
umum.
1. Perencanaan teknologi
Perencanaan pengembangan dan aplikasi teknologi agribisnis terkait dengan
pemilihan jenis teknologi yang akan dikembangkan dan diaplikasikan. Halhal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan teknologi antara lain 1) jenis
bidang usaha dan skala usaha yang dijalankan, 2) kemampuan pembiayaan
pengembangan dan aplikasi teknologi, 3) kemampuan sumberdaya manusia,
4) skala usaha dan tingkat persaingan, 5) budaya, adat, dan kebiasaan
masyarakat, dan 6) kriteria produksi.
2. Pengorganisasian Teknologi
Pengorganisasian teknologi terkait pengorganisasian sumberdaya yang
diperlukan dan mengalokasikannya secara tepat dan efisien. Teknologi yang
akan diaplikasikan ini harus diorganisasikan dengan baik sehingga tidak
terjadi kesalahan-kesalahan (alokasi, penempatan) yang dapat menyebabkan
ketidakefisienan.
3. Pelaksanaan Penerapan Teknologi
Pelaksanaan ini dimulai dari pengembangan sampai penggunaan teknologi
dalam produksi/ operasi perusahaan.
4. Pengawasan, Evaluasi, dan Pengendalian
Pengawasan dan evaluasi teknologi berfungsi untuk menilai perlu/ tidaknya
diadakan penyesuaian-penyesuaian untuk melihat penyimpangan dan
kesalahan operasi supaya dapat segera dilakukan pengendalian. Pengawasan
38
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Ruang Lingkup Sistem
Agribisnis, coba Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan secara singkat perkembangan pertanian dan agribisnis yang ada
di Indonesia
2. Gambarkan dan jelaskan mengenai ruang lingkup agribisnis
3. Sebutkan produk pertanian apa saja yang terkandung dalam sebuah pizza,
identifikasi dan jelaskan industri apa saja yang terlibat dalam pembuatan
sepotong pizza tersebut.
4. Sebutkan kemungkinan contoh pendekatan-pendekatan sistem lain yang
dapat dipraktikan kedalam membuat strategi pengembangan agribisnis
(minimal 2 pendekatan). Jelaskan alasan anda!
5. Sebutkan dan jelaskan contoh pengembangan teknologi terbaru yang
berkaitan dengan input dan output agribisnis.
6. Mengapa efisiensi produksi pertanian sangat penting. Jelaskan pendapat
anda.
7. Jelaskan pengaruh GDP (Gross Domestic Product) terhadap industri
pertanian.
39
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Pertanian sering juga digambarkan dengan ....., ...., ....., atau ......, ....., .....
2. Sebutkan dua macam aktivitas yang dilakukan manusia sebelum
menemukan sistem pertanian!
3. Sebutkan tiga macam perkembangan pertanian yang terjadi selama
revolusi pertanian dan industri!
4. Sebutkan lima contoh perkembangan pertanian yang terjadi pada saat ini!
5. Apakah yang dimaksud dengan agribisnis?
6. Berilah contoh masing-masing tiga pelaku usaha/ industri yang terkait
pada input dan output agribisnis!
7. Sebutkan 12 contoh output dalam agribisnis!
8. Apakah yang dimaksud dengan sistem dalam agribisnis?
9. Apakah peranan pendekatan sistem dalam agribisnis?
10. Sebutkan fungsi-fungsi manajemen umum apa saja yang biasa diterapkan
dalam manajemen teknologi agribisnis!
40
Modul
AGROINPUT AGRIBISNIS
41
Pupuk
Pupuk merupakan bahan organik atau anorganik, alami atau sintetis, yang
menyuplai tanaman dengan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk dikenal
dengan istilah pupuk makro dan mikro. Pupuk komersil biasanya dibuat dengan
menggabungkan
bahan
makanan
tanaman
tertentu
untuk
memperoleh
perbandingan spesifik dan jumlah nutrien tanaman. Tiga nutrien utama yang
dibutuhkan tanaman adalah Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Untuk menjadi pupuk,
ketiga elemen utama ini biasanya digabungkan dengan zat lain. Berdasarkan
unsur hara yang dikandungnya, kelompok pupuk terbagi menjadi tiga sebagai
berikut :
1.
Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur hara,
misal urea (45%), TSP (45% P2O5), SP-36 (36% P2O5), ZK (50% K2O) dan
sebagainya;
2.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara,
misal pupuk NPK, NP, PK, NK, dan sebagainya;
3.
Pupuk majemuk lengkap adalah pupuk yang mengandung unsur hara secara
lengkap baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro.
Pestisida
Keberadaan pestisida ini muncul di pertengahan abad 19 pada saat manusia
mulai terganggu akibat persaingan dengan serangga dan hewan lain terhadap buah
dan tanaman mereka. Selain itu gangguan juga muncul persaingan antara tanaman
dengan tanaman lain yang tidak diinginkan. Oleh karena keberhasilan penemuan
di bidang biologi dan kimia, kini alang-alang, serangga, dan penyakit dapat
ditangani dengan obat-obatan kimia sintetis.
Pestisida terbagi menjadi tiga tipe utama yaitu herbisida, insektisida, dan
fungisida. Pestisida kemudian dibagi lagi menjadi tiga yaitu fumigants, defoliants,
42
Koperasi petani
Koperasi petani adalah lembaga yang paling banyak menjual input
pertanian. Produk yang biasanya tersedia di koperasi petani adalah pupuk,
kapur tani, benih/ bibit, bensin, obat-obatan, dan pakan. Rata-rata petani
membeli 45% pupuk dan kapur tani, 23% pakan ternak, 13% bibit/ benih,
dan 32% obat-obatan dari koperasi ini.
2.
pupuk, pakan, benih, truk, peralatan kebun, perangkat keras), pakaian, dan
berbagai produk lain. Contoh dari toko jenis ini adalah WalMarti dan KMart
3.
serta
metode
tenaga
penanaman Barley,
itu. Bajak yang digunakan pada waktu itu tidak beroda atau bajak singkal
yang digunakan untuk membalik
peralatan tersebut dapat berfungsi memecahkan tanah dan untuk menutup benih.
Lebih dari 2000 tahun yang lalu ditemukan bajak terbuat dari besi yang
diproduksi di Honan Utara China. Pada awalnya alat ini berupa alat kecil yang
ditarik dengan tangan dengan plat besi berbentuk V yang dihubungkan atau
digandengkan dengan pisau kayu dan pegangan. Selama abad pertama m SM.,
kerbau digunakan untuk menarik peralatan pengolahan tanah. Selanjutnya secara
berturut-turut dikembangkan alat yang disebut triple-shared plow, plow-and-sow
dan garu.
Bajak telah digunakan juga di India selama beribu-ribu tahun. Peralatan
kuno tidak beroda dan moldboard terbuat dari kayu keras (wedge-shaped
hardwood blocks) yang ditarik oleh sapi (bullock). Dengan alat ini tanah hanya
dipecahkan kedalam bentuk gumpalan tetapi tidak dibalik; dan pengolahan
pertama ini kemudian diikuti dengan penghancuran gumpalan dan perataan tanah
dengan alat barupa batang kayu berbentuk empat persegi panjang yang ditarik
oleh sapi.
Pisau bajak besi muncul di Roma pada kira-kira 2000 tahun yang lalu
sebagaimana pisau coulter. Pada waktu itu masih belum juga ditemukan bajak
singkal yang berfungsi membalik tanah. Pada tanah yang berat dan keras, pisau
bajak besi ini ditarik oleh sekelompok sapi jantan (oxen). Ada laporan yang
menyatakan bahwa bajak yang dilengkapi dengan roda ditemukan di Italia utara
pada sekitar tahun 100 M.
Perkembangan terbesar untuk alat dan mesin pertanian terjadi pada saat
revolusi pertanian dimana terjadi perubahan penggunaan tenaga hewan menjadi
tenaga mesin pertanian. Perubahan tersebut dimulai sekitar abad 18 di Inggris
dengan ditemukannya mesin uap. Melalui mekanisasi hewan seperti kuda, kedelai,
lembu digantikan oleh tenaga mesin. Sebagai hasilnya penggunaan mesin tersebut
45
telah mengurangi jam kerja manusia yang dahulu 56 jam untuk memproduksi 1
hektar gandum menjadi 2 jam per hektar gandum menggunakan mesin pertanian.
Perkembangan peralatan pertanian modern dimulai sebelum traktor
menciptakan dampak yang baik di bidang pertanian. Mesin pertanian pertama
yang memberikan dampak penting dalam pertanian adalah mesin tenun, yang
ditemukan oleh Eli Whitney. Tiga tahun kemudian bajak besi dipatenkan oleh
Jethro Wood. Bajak ini bekerja sangat baik di tanah wilayah Timur, tetapi tidak di
tanah wilayah Barat. Pada tahun 1837, John Deere yaitu pendiri perusahaan
traktor John Deere membuat bajak baja pertama dari bilah gergaji dan pada tahun
1846 John memproduksi 1000 bajak baja per tahun. Baja tidak menyusut secepat
besi dan tanah tidak menempel pada bajak terlalu banyak, dengan demikian petani
lebih menyukai bajak terbuat dari baja.
diciptakan berukuran kecil dan bersilinder satu tidak dapat dipindahkan sehingga
mesin ini digunakan untuk pekerjaan sederhana. Fase kedua, mesin berukuran
besar, bersilinder dua yang dipasangkan pada roda. Fase ketiga adalah mesin
bersilinder dua yang dipasangkan pada roda dan transmisi sehingga dapat menarik
mesin itu sendiri.
Traktor
Asal usul kapan pertama kali traktor dibuat dan oleh siapa dibuat tidak
pernah diketahui jelas. Namun, sejarahwan R. B Gray menuliskan bahwa
perusahaan mesin gas Charter telah membuat traktor berbahan bakar bensin pada
tahun 1889 dan pada tahun 1890 George Taylor mengaplikasikan suatu bajak
motor. Perkembangan jenis traktor yang digunakan petani dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.
2.
penggunaan tenaga lebih efisien, traksi dan flotasi baik, dan pemadatan
tanah sedikit. Saat ini, traktor empat roda ini merupakan standar traktor
yang biasa digunakan petani, baik dengan jenis traktor kecil, sedang, dan
besar.
47
Secara umum, macam alat dan mesin pertanian secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.
2.
3.
Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) ini memiliki manfaat antara
lain :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
tenaga penggerak, juga menurut cara tradisional maupun semi mekanis sampai
yang modern. Sebagai contoh adalah menurut jenis tanaman, alat dan mesin panen
digolongkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian, tebu, rumput-rumput,
kapas dan umbi-umbian. Sedangkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian
dibagi jenisnya untuk padi, jagung dan kacang-kacangan.
49
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Agroinput Agribisnis, coba Anda
uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan bagaimanakah cara memaksimalkan penggunaan input pertanian
(pupuk dan pestisida) dengan mengurangi dampak negatif bagi
lingkungan.
2. Jelaskan sejarah awal berkembangnya alat dan mesin pertanian.
3. Jelaskan perbandingan kelebihan dan kekurangan penggunaan tenaga
mesin dan alat pertanian dengan tenaga manusia/ hewan bagi kegiatan
pertanian.
4. Berikan contoh penggunaan inovasi teknologi terbaru pada input dan
output agribisnis yang ada pada saat ini.
5. Menurut
pendapat
Anda
sejauh
mana
agribisnis
mempengaruhi
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah yang dimaksud dengan agroinput agribisnis?
2. Sebutkan 5 contoh input agribisnis (utama dan penunjang)
3. Mengapa listrik, gas, telepon, air sering dikatakan input agribisnis yang
sering diabaikan oleh petani
4. Kandungan apa saja yang dibutuhkan tanaman yang terdapat dalam
pupuk?
5. Apakah hubungan timbal balik antara pupuk, pestisida, dan obat-obatan
kimia lainnya dalam pertanian
50
51
KEGIATAN BELAJAR 2
Modul
seseorang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari kegiatan usaha
pertanian, baik berupa usaha pertanian di bidang tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, dan perikanan.
Dari aspek tempat tinggal, secara umum petani tinggal di daerah pedesaan
dan daerah pinggiran kota. Pekerjaan pokok yang dilakukan untuk kelangsungan
hidup mereka adalah di bidang pertanian. Petani sebagai besar orang desa yang
bercocok tanam dan bertenak di daerah pedesaan, tidak di dalam ruangan tertutup
di tengah-tengah kota. Hal tersebut menjadi alasan pentingnya arti lahan bagi
masyarakat perdesaan karena merupakan salah satu faktor produksi sehingga
lahan dapat menggambarkan keadaan sosial ekonomi penduduk pedesaan.
Lahan/ tanah merupakan faktor alam yang memiliki peranan sangat penting
dalam pertanian, tanah memiliki fungsi dan kedudukan yang paling utama dalam
usaha pertanian, tanah dapat dikatakan juga sebagai modal utama pertanian karena
apabila tidak ada tanah maka para petani tidak bisa menanam tanaman
52
pertaniannya. Tanah juga dapat dinyatakan berperan sebagai factor alam dan
sebagai modal utama.
Berdasarkan luas lahan dimiliki petani, maka petani Indonesia dapat
digolongkan sebagai peasant atau subsistence farmers dan tribal horticultural
seperti halnya petani di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Tribal hoticultural
adalah masyarakat yang independen, bercocok tanam nomaden, dan tidak berada
di dalam hubungan asimetris dengan kesatuan politik lebih besar, sedangkan
peasant adalah masyarakat yang hidup dalam hubungan asimetris dengan
kesatuan politik yang lebih besar, bercocok tanam dengan lahan yang sempit,
membuat keputusan sendiri tentang proses cocok tanam, dan sebagian besar
menggunakan hasil produksi pertaniannya untuk kepentingan mereka sendiri
(Wolf, 1966).
Salah satu ciri dari pertanian di Indonesia adalah pemilikan lahan yang
sempit, sehingga pengusahaan pertanian di Indonesia dicirikan oleh banyaknya
rumah tangga tani yang berusaha dalam sekala kecil. Jumlah rumah tangga
pertanian di Indonesia didominasi oleh petani yang mempunyai lahan yang
luasnya kurang dari 0,5 hektar sedangkan BPLPP mengemukakan bahwa
karakteristik petani kecil di Indonesia ialah sebagai berikut :
1.
2.
Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha
3.
4.
LAHAN
Sumberdaya lahan pertanian memiliki banyak manfaat bagi manusia.
Menurut Sumaryanto dan Tahlim (2005) menyebutkan bahwa manfaat lahan
pertanian dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama, use values atau nilai
penggunaan dapat pula disebut sebagai personal use values. Manfaat ini
53
dihasilkan dari hasil eksploitasi atau kegiatan usahatani yang dilakukan pada
sumber daya lahan pertanian. Kedua, non use values dapat pula disebut sebagai
intrinsic values atau manfaat bawaan. Berbagai manfaat yang tercipta dengan
sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari kegiatan eksploitasi dari
pemilik lahan pertanian termasuk dalam kategori ini.
Salah satu lahan pertanian yang banyak terdapat di Indonesia khususnya
Pulau Jawa adalah lahan sawah. Lahan sawah adalah suatu tipe penggunaan lahan
yang untuk pengelolaannya memerlukan genangan air. Oleh karena itu, lahan
sawah selalu memiliki permukaan datar atau yang didatarkan dan dibatasi oleh
pematang untuk menahan air genangan (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat 2003).
Menurut Yoshida (1994) dan Kenkyu (1996) dalam Sumaryanto et al (2005)
bahwa dari aspek lingkungan, keberadaan lahan pertanian memberikan lima
manfaat, yaitu: pencegahan banjir, pengendali keseimbangan tata air, pencegahan
erosi, pengurangan pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah rumah
tangga, dan mencegah pencemaran udara yang berasal dari gas buangan.
54
lahan berimplikasi atau berdampak pada perubahan struktur agraria. Perubahanperubahan yang terjadi, yaitu:
1) Perubahan pola penguasaan lahan. Pola penguasaan tanah dapat diketahui
dari pemilikan tanah dan bagaimana tanah tersebut diakses oleh orang lain.
Perubahan yang terjadi akibat adanya konversi yaitu terjadinya perubahan
jumlah penguasaan tanah. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa petani
pemilik berubah menjadi penggarap dan petani penggarap berubah menjadi
buruh tani. Implikasi dari perubahan ini yaitu buruh tani sulit mendapatkan
lahan dan terjadinya prose marginalisasi.
2) Perubahan pola penggunaan tanah. Pola penggunaan tanah dapat dari
bagaimana masyarakat dan pihak-pihak lain memanfaatkan sumber daya
agraria tersebut. Konversi lahan menyebabkan pergeseran tenaga kerja dalam
pemanfaatan sumber agraria, khususnya tenaga kerja wanita. Konversi lahan
mempengaruhi berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian. Selain itu,
konversi lahan menyebabkan perubahan pada pemanfaatan tanah dengan
55
KESEJAHTERAAN PETANI
Tingkat kesejahteraan petani adalah salah satu faktor penting dalam
pembangunan sektor pertanian. Tingkat kesejahteraan petani menjadi perhatian
utama karena tingkat kesejahteraan petani diperkirakan makin menurun. Faktor
yang diduga menjadi penyebab menurunnya tingkat kesejahteraan petani adalah
makin menyempitnya lahan yang dimiliki petani, rendahnya harga gabah pada
saat panen raya, dan naiknya beberapa faktor input produksi usaha tani.
Indikator tingkat kesejahteraan petani dapat dilihat dari nilai tukar petani
(NTP), tingkat pendapatan, dan pengeluaran. Nilai tukar petani adalah rasio
indeks yang diterima petani dengan indeks yang dibayar petani. Secara umum
pengertian NTP adalah sebagai berikut :
1.
NTP > 100, menyatakan bahwa petani mengalami surplus. Harga produksi
naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani tidak
56
3.
NTP < 100, menyatakan petani mengalami defisit. Kenaikan harga barang
produksinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang
konsumsinya. Dengan demikian tingkat kesejahteraan petani pada suatu
periode mengalami penurunan dibanding tingkat kesejahteraan petani pada
periode sebelumnya.
Dari indeks harga yang diterima petani (It) dapat dilihat harga barangbarang yang dihasilkan petani. Indeks ini juga digunakan sebagai data
penunjang dalam perhitungan pendapatan sektor pertanian
2.
Dari kelompok konsumsi rumah tangga dalam indeks harga yang dibaway
petani (Ib), dapat digunakan untuk melihat fluktuasi harga barang-barang
yang dikonsumsi oleh petani
3.
proporsi pendapatan rumah tangga petani. Besar kecilnya NTP juga berkaitan erat
dengan peran pertanian dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani.
Perbedaan peran proporsi pertanian selain dipengaruhi dan terkait menurut
kelompok masyarakat, antara petani berlahan luas dan berlahan sempit dan buruh
tani, juga dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas usaha pertanian, kekuatan/
kemampuan pasar dan kebijaksanaan pemerintah.
57
Selain NTP dan pendapatan, tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu
dilihat juga dari perkembangan jumlah pengeluaran petani, baik untuk kebutuhan
konsumsi maupun untuk produksi. Dalam hal ini petani sebagai produsen dan juga
konsumen dihadapkan kepada pilihan dalam mengalokasikan pendapatannya,
yaitu :
1.
2.
Pengeluaran
untuk
budidaya
pertanian
yang
merupakan
ladang
pendapatan,
pengurangan
pengangguran,
dan
pemberantasan
menyebabkan
terjadinya
involusi
pertanian
(pengangguran
tersembunyi), akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, pasar
komoditi pertanian sifatnya monopoli atau oligopsoni sehingga terjadi eksploitasi
harga pada petani.
58
Agar petani terlepas dari permasalahan diatas maka harus ada industri
pengolahan dan jaminan pemasaran, sehingga petani mampu menghasilkan
produk produk yang bernilai dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu
peningkatan daya saing produk pertanian menjadi suatu keharusan bagi petani
agar mampu bersaing dengan produk pertanian yang lain, apalagi pada saat
sekarang dalam era perdagangan bebas persaingan produk pertanian tidak hanya
terjadi tingkat local saja akan tetapi pada tinggat internasional semenjak di
berlakukan ACFTA (Asean-China free Trade Area).
Untuk itu petani memerlukan bantuan dan perlindungan dari berbagai pihak,
baik pemerintah maupun swasta dalam menyelesaikan masalah tersebut. Untuk
memberdayakan petani dalam posisi tawar dapat dilakukan antara lain dengan
membentuk kelembagaan yang merupakan organisasi kerja sama dan kemitraan.
Salah satu langkah strategis untuk membantu petani dalam meningkatkan daya
saing produknya dapat dilakukan melalui proses produksi dan jaminan pemasaran
melalui kemitraan atau contact farming.
(Perusahaan
oleh
Mitra)
pengusaha
disertai
besar,
dengan
sehingga
pembinaan
saling
dan
memerlukan,
b.
c.
d.
Tipe kemitraan yang banyak dilakukan di Indonesia terdiri dari dua tipe
yaitu tipe disparsial dan tipe sinergis. Tipe disparsial merupakan pola hubungan
antara pelaku usaha yang satu sama sekali tidak memiliki ikatan formal yang baik.
Tipe ini dicirikan tidak ada hubungan antara organisasi fungsional diantara setiap
tingkatan usaha hulu dan hilir, jaringan agribisnis hanya hanya terikat pada
mekanisme pasar sedangkan antar pelakunya bersifat tidak langsung. Dalam tipe
disparsial adanya ekspolitasi yang dilakukan pengusaha terhadap petani sehingga
menyebabkan posisi tawar petani untuk produk yang dihasilkan menjadi rendah.
Pihak pengusaha lebih kuat dari pihak produsen. Kesenjangan ini terjadi sebagi
akibat dari informasi tentang mutu, harga dan tekhnologi dan akses permodalan
tidak dikuasi oleh petani.
Tipe sinergis merupakan kemitraan yang berbasis pada kesadaran saling
membutuhkan dan saling mendukung pada masing-masing pihak yang bermitra.
Sinergi yang dimaksudkan saling menguntungkan dalam bentuk petani
60
menyediakan
lahan,
tenaga
kerja,
sarana
sedangkan
pihak
pengusaha
menyediakan modal, bimbingan teknis dalam hal ini tekhnologi dan sebagai
penjamin pasar. Dalam tipe ini adanya kontrak (contract) kerja yang disepakati
diantara pihak yang bermitra, adanya keterkaitan ini menimbulkan adanya hak
dan kewajiban dari masing-masing pihak yang harus di penuhi.
Pada
Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani atau kelompok mitra
sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti
menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung
dan mengolah serta memasarkan hasil produksi. Kelompok mitra bertugas
memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah
disepakati. Keunggulan dari pola kemitraan inti plasma adalah terciptanya saling
ketergantungan dan saling menguntungkan, tercipta peningkatan usaha, dapat
mendorong perkembangan ekonomi.
Kelemahan :
1) Pihak Plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga
kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancar.
2) Komitmen inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan kewajibannya
sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan oleh plasma.
3) Belum ada kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban
komoditas plasma sehingga terkadang perusahaan inti mempermainkan
harga.
61
2.
Pola subkontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan
kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan
mitra sebagai bagian dari produksinya. Pola subkontak ditandai adanya
kesepakatan tentang kontak bersama yang mencakup; volume, harga, mutu, dan
waktu. Pola subkontrak sangat bermanfaat juga kondusif bagi terciptanya alih
teknologi, modal, keterampilan dan produktivitas serta terjaminnya pemasaran
produk pada kelompok mitra.
Kelemahan :
1) Hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama cendrung mengisolasi
produsen kecil dan mengarah ke monopoli atau monopsoni, terutama dalm
penyedian bahan baku serta dalam hal pemasaran.
2) Berkurangnya nilai-nilai kemitraan antara kedua belah pihak , perasaan
saling menguntungkan, saling memperkuat, saling menghidupi berubah
menjadi penekanan terhadap harga input yang tinggi atau pembelian
produk dengan harga rendah.
3) Kontrol kualitas produk ketat, tetapi tetapi tidak di imbangi dengan sistem
pembayaran yang tepat.
3.
Pola kemitraan dagang umum merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil
produksi, Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran dengan
kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran
tersebut. Dalam kegiatan Agribisnis khususnya hortikultura yang tergabung dalam
bentuk koperasi atau badan usaha lainya bermitra dengan toko swalayan atau
mitra usaha lainnya.
Kelemahan:
1) Dalam praktiknya harga dan volume produksnya sering ditentukan secara
sepihak oleh pengusaha mitra sehingga merugikan kelompok mitra.
2) Sistem perdagangan seringkali ditemukan berubah menjadi bentuk
konsinyasi.
62
Bentuk kemitraan terdiri atas pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau
pengusaha kecil mitra. Pihak perusahaan mitra (perusahaan besar) memberi hak
khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang dan jasa perusahaan
yang dipasok oleh pengusaha besar mitra. Perusahaan besar bertanggungjawab
atas mutu dan volume produk, sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban
memasarkan produk dan jasa. Diantara pihak-pihak yang bermitra terdapat
kesepakatan tentang target yang harus dicapai dan besarnya fee atau komisi yang
diterima oleh pihak yang memasarkan produk.
Keunggulan : pola ini memungkinkan dilaksanakan oleh para pengusaha kecil
yang kurang kuat modalnya karena biasanya menggunakan sistem mirip
konsinyasi, Berbeda dengan pola dagang umum yang justru perusahaan besarlah
yang kadang-kadang lebih banyak menangguk keuntungan dan kelompok mitra
harus bermodal kuat.
Kelemahan : Usaha kecil mitra menetapkan harga produk secara sepihak sehingga
harganya menjadi tinggi di tingkat konsumen, usaha kecil sering memasarkan
produk dari beberapa mitra usaha saja sehingga kurang mampu membaca segmen
pasar dan tidak memenuhi target.
63
5.
Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh
kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan,
sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya, modal,
manajemen dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau
membudidaya suatu komoditas pertanian. Perusahaan mitra juga sering berperan
sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui
pengolahan dan pengemasan. Pola KOA terdapat kesepakatan tentang pembagian
hasil dan resiko dalam usaha komoditas pertanian yang dimitrakan.
Keunggulan pola KOA ini sama dengan keunggulan sistem inti-plasma, pola
KOA banyak ditemukan di desa dengan usaha rumah tangga dalam bentuk sistem
bagi hasil. Kelemahan dari KAO adalah pengambilan untung oleh perusahaan
mitra yang menangani pemasaran dan pengolahan produk terlalu besar sehingga
dirasakan kurang adil oleh kelompok usaha kecil. Perusahaan mitra cenderung
monopsoni sehingga memperkecil keuntungan kelompok usaha mitra.
6.
Dagang Umum
Pola dagang umum merupakan hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha
besar memasarkan produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan
yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya (Roy, 1967).
7.
Waralaba
a.
b.
Perluasan usaha oleh usaha besar dan atau usaha menengah dengan cara
waralaba di kabupaten atau kotamadya Daerah Tingkat II di luar ibukota
propinsi hanya dapat dilakukan melalui kemitraan dengan usaha kecil.
8.
Modal Ventura
Modal Ventura dapat didefinisikan dalam berbagai versi. Pada dasarnya berbagai
macam definisi tersebut mengacu pada satu pengertian mengenai modal ventura
yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan pasangan usahanya yang prinsip
pembiayaannya adalah penyertaan modal (Roy, 1967).
Meskipun prinsip dari modal ventura adalah penyertaan namun hal tersebut tidak
berarti bahwa bentuk formal dari pembiayaannya selalu penyertaan. Bentuk
pembiayaannya bisa saja obligasi atau bahkan pinjaman, namun obligasi atau
pinjaman itu tidak sama dengan obligasi atau pinjaman biasa karena mempunyai
sifat khusus yang pada intinya mempunyai syarat pengembalian dan balas jasa
yang lebih lunak.
Tujuan Kemitraan
1)
2)
4)
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Agribisnis dan Petani, coba Anda
uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan hubungan antara NTP terhadap kesejahteraan petani.
2. Jelaskan hubungan antara petani dan sumberdaya lahan.
3. Sejauh manakah pengaruh kemitraan terhadap kegiatan pelaku agribisnis
di Indonesia.
4. Strategi saja yang sudah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi
meningkatnya konversi lahan pertanian ke non pertanian.
5. Buatlah satu contoh jenis agribisnis kemudian jelaskan pendapat anda
mengenai pola kemitraan yang paling efektif dilaksanakan di sistem
agribisnis tersebut.
66
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah yang dimaksud dengan petani?
2. Adakah perbedaan antara petani dengan petani agribisnis. Jika ada,
jelaskan!
3. Mengapa lahan menjadi salah satu faktor penting dalam kegiatan usaha
tani?
4. Apakah pengertian dari NTP?
5. Mengapa kesejahteraan petani menjadi salah satu tolak ukur pembangunan
nasional?
6. Apakah yang dimaksud kemitraan kontrak kerja?
7. Sebutkan pola kemitraan yang ada di Indonesia!
8. Sebutkan keuntungan yang akan diperoleh masing-masing pelaku mitra
apabila mereka menjalin kemitraan!
9. Sebutkan alasan petani melakukan konversi lahan pertanian ke non
pertanian!
10. Apakah dampak-dampak yang akan terjadi apabila lahan pertanian
dikonversi seluruhnya menjadi pemukiman dan industri?
67
Modul
AGROINDUSTRI
Musiman
Bahan baku untuk agroindustri banyak terdapat pada akhir siklus produksi
tanaman/ ternak. Meskipun pasokan bahan baku biasanya tersedia hanya selama
satu atau dua periode singkat selama tahun, namun permintaan untuk
produk relatif konstan sepanjang tahun. Hal tersebut berbeda dengan produsen non
69
agroindustri
seperti
pabrik
makanan
yang
harus
bersaing
dengan
Berbeda dengan bahan baku yang digunakan dalam nonagroindustri, bahan baku
pertanian agroindustri bersifat tidak tahan lama dan mudah rusak. Oleh karena itu,
produk agroindustri membutuhkan kecepatan yang lebih besar dan perhatian dalam
menangani dan menyimpan, yang mana kegiatan ini dapat mempengaruhi kualitas
gizi makanan produk dengan mengurangi kerusakan atau kerusakan bahan baku.
Namun, untuk pengolahan secara sederhana dapat membuat produk pertanian lebih
bertahan lama seperti asinan buah-buahan, dendeng ikan dan daging, ikan asin,
telur asin, saos tomat, dan lain-lain.
3.
Beragam
kegiatan
pengolahan,
sekaligus
memperluas
kesempatan
kerja.
Bertambahnya lapangan kerja akan menyerap angkatan kerja yang ada sehingga
dapat mengurangi pengangguran. Agrondustri sebagai sektor bisnis tidak terlepas
dari tujuan utama pelaku-pelaku usaha yaitu meningkatkan keuntungan dan nilai
tambah.
Peranan agroindustri dalam pembangunan agroindustri lebih jelasnya dapat
diuraikan sebagai berikut :
1.
diproses sampai batas tertentu. Melihat hal tersebut, sebuah negara tidak dapat
memanfaatkan sumber daya pertanian tanpa agroindustri. Sebuah survei dari
praktek penggilingan beras di Thailand menunjukkan bahwa sekitar 95% beras
diproses di penggilingan pagi daripada digiling dalam rumah. Selain itu survei di
empat wilayah di Guatemala menunjukkan satu dari 1.687 rumah tangga yaitu 98%
dari keluarga mengambil jagung mereka ke pabrik untuk grinding dan kemudian
membuat jagung adonan menjadi tortilla dalam rumah. Pengolahan oleh mesin
tersebut menghemat waktu dan tenaga dan menjadi produk yang penting bagi
71
tidak
hanya
reaksioner,
mereka
juga
menghasilkan
komersial.
Dalam program pembangunan daerah, agroindustri telah menjadi alat
pertimbangan ekonomi untuk pengembangan infrastruktur pedesaan seperti jalan
penghubung yang menyediakan akses ke bahan baku, instalasi listrik untuk pabrik
operasi, atau fasilitas irigasi. Agroindustri juga dapat berfungsi sebagai poin utama
penggerakan ekonomi melalui koperasi untuk petani kecil dan masyarakat yang
terkai kegiatan pembangunan.
Hal terpenting yang perlu menjadi catatan adalah bahwa terjadinya
indusrialisasi pedesaan
Expert
program
Group
menyatakan
industrialisasi
bahwa
pedesaan
harus
perumusan
"kebijakan
melibatkan
banyak
agroindustri
berkembang,
masyarakat
pada
umumnya
akan
kerja
kekuatan
dan
menyumbang
35%
dari
GNP.
Kekuatan
sering tidak disadari sepenuhnya. Di sebagian besar Negara produk makanan dan
pengolahan serat merupakan dasar dari perkembangan industri kain. Sebagai
contoh, di Amerika Tengah agroindustri menyumbang 78% dari sektor output
industri manufaktur Nikaragua di tahun 1971. Di Asia, agroindustri di Filipina
menghasilkan lebih dari 60% dari nilai tambah industri manufaktur di tahun 1960
dan 1973.
Agroindustri sangat penting bagi negara dengan pendapatan rendah
dibandingkan negara industri maju. Tahap awal industrialisasi dapat terlihat dari
pemberdayaan sumber daya alam suatu negara. Meskipun sektor manufaktur
sedikit sekali berperan terhadap pengembangan industri, namun tidak pada
agroindustri. Semakin banyak jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan
pertumbuhan industri makanan dan minuman olahan. Oleh karena itu, seiring
dengan perkembangan permintaan konsumen, perusahaan manufaktur untuk
agroindustri seperti mesin pertanian, mesin pengolahan akan ikut meningkat. Dan
lebih
jauh,
perkembangan
agroindustri
dalam
sektor
manufaktur
dapat
Penggerak Ekspor
Pada negara berkembang sumber daya alam merupakan hal yang paling
Perbaikan nutrisi
Telah diperkirakan bahwa lebih dari satu milyar orang pada negara
Analisis harus melihat agroindustri sebagai bagian sistem yang besar dan bahwa
melihat kelayakan proyek tersebut dari keberhasilan seluruh multidimensi sistem.
Analisis Proyek
Karena agroindustri merupakan pusat dari rantai petanian, maka penting
untuk mnganalisis dimulai dari sumber bahan baku sampai dengan pasar untuk
produk olahan. Oleh karena itu kerangka analisis agroindustri pada umumnya
dilakukan dengan melihat desain proyek yang berkaitan dengan pengadaan bahan
baku, pengolahan, dan pemasaran untuk menilai kelayakan finansial, biaya sosial,
dan manfaar proyek. Dengan demikian, kerangka analisis untuk proyek
agroindustri berisi tiga komponen penting, yang terdiri atas sistem, keuangan, dan
analisis ekonomi. Namun pada modul ini akan fokus membahas komponen sistem
lebih rinci memeriksa kegiatan pengadaan, pengolahan, dan pemasarannya karena
pada akhirnya kegiatan ini memiliki implikasi keuangan dan ekonomi.
Analisis proyek agroindustri terdiri atas empat tahapan, yaitu identifikasi,
analisis dan desain, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Identifikasi
Identifikasi potensi agribisnis dilakukan dengan mengembangkan kriteria
berdasarkan pada kelemahan dan peluang yang ada. Hal ini dapat diidentifikasi dari
hasil penelitian dan pengamatan langsung subsektor industri. Informasi
dikumpulkan pada tahap ini dapat berupa informasi tentang volume dan struktur
aliran produk, keuangan, kinerja sistem ekonomi komoditas/ produk, profik, sistem
pemasaran, persaingan pasar, permintaan dan penawaran produk serta data umum
lainnya.
2.
harus dilakukan pemeriksaan awal dan lebih dekat untuk kebutuhan operasional
mereka, kelayakan keuangan, ekonomi, sosial, dan keinginan. Analisis proyek ini
harus mencoba untuk mendesain ulang proyek untuk mengatasi kelemahan proyek.
75
3.
Implementasi
Implementasi/ pelaksanaan merupakan tindakan lanjut dari usulan di atas
Evaluasi
Setelah proyek dimulai, seorang analis proyek bertanggung jawab untuk
Secara umum,
77
Validasi model
Membangun skenario
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Agroindustri , coba Anda uraikan
pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan bagaimana peranan agroindustri terhadap pembangunan nasional
2. Jelaskan karakteristik agroindustri di Indonesia
3. Jelaskan pengaruh agroindustri bagi masing-masing pelaku subsistem
agribisnis
78
79
KEGIATAN BELAJAR 3
Modul
PEMASARAN AGRIBISNIS
3. Memaksimumkan pilihan
Pilihan konsumen dapat menjadi maksimum jika tersedia banyak jenis barang
dengan karakteristik yang berbeda-beda. Produsen biasanya memerlukan biaya
produk dengan skala produksi yang relatif kecil-kecil. Selain itu dengan
memproduksi banyak jenis akan meningkatkan biaya pengelolaan persediaan. Hal
tersebut juga memberikan efek kepada lembaga pemasaran untuk mengeluarkan
biaya yang relatif besar untuk menyediakan atau memasarkan lebih banyak
produk dibandingkan dengan jenis produk yang lebih sedikit.
Biaya yang dikeluarkan oleh produsen dan lembaga pemasaran ini akan
mempengaruhi tingginya harga pokok dan harga penjualan. Hal tersebut
kemudian berpengaruh pada pengurangan tingkat konsumsi dan pendapatan nyata
konsumen. Dari segi konsumen, keberadaan lebih banyak jenis barang tidak akan
meningkatkan pilihan nyata konsumen dan tidak semua konsumen memberikan
tanggapan positif dan justru membuat konsumen semakin bingung dalam
memilih.
Sistem pemasaran pertanian merupakan suatu sistem yang kompleks. Proses
sistem tersebut harus dapat mempertemukan antara kepentingan dan kebutuhan
produsen dan konsumen, dimana seringkali kepentingan tersebut saling
bertentangan. Kompleksitas sistem pemasaran pertanian dan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kegiatan pemasaran pertanian menuntun para analis yang
akan atau sedang menelaah dimensi-dimensi yang ada dalam sistem pemasaran
tersebut, baik secara parsial maupun seluruh dimensi yang dapat teridentifikasi.
Kerangka analisis tersebut dimulai dengan menentukan suatu pendekatan yang
akan menjadi acuan dalam merancang model analisis. Beberapa pendekatan dalam
studi dan analisis pemasaran antara lain adalah pendekatan fungsional, pedekatan
kelembagaan, pendekatan produk/ komoditas, pendekatan manajerial, dan
pendekatan sistem.
1. Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional digunakan untuk menelaah dan menganalisis
kegiata-kegiatan fungsional yang akan dilakukan oleh setiap pelaku dalam
proses pemasaran suatu komoditas. Analisis fungsi-fungsi tersebut sangat
83
berguna dalam perencanaan biaya pemasaran dan nilai produk yang akan
dibayar oleh konsumen akhir.
2. Pendekatan Kelembagaan
Pendekatan kelembagaan berguna untuk menjawab mengenai siapa yang
akan melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam proses pemasaran suatu
produk secara efektif dan efisien.
3. Pendekatan Produk
Pendekatan produk memfokuskan kepada bagaimana produk tersebut
dapat menjadi mudah dan murah untuk diterima dan digunakan oleh
konsumen dan/ atau diperoleh.
4. Pendekatan Manajerial
Pendekatan manajerial memfokuskan pada kerangka analisis berdasarkan
fungsi-fungsi
manajemen
yaitu
perencanaan,
pelaksanaan,
Penyaluran Langsung
Penyaluran Langsung merupakan saluran pemasaran yang paling pendek
dimana
produk
diantar
dari
produsen
84
langsung
ke
konsumen.
Penyaluran Semi-Langsung
Penyaluran Semi-Langsung yaitu saluran pemasaran yang melewati satu
perantara baru ke konsumen. Contohnyaadalah asil panen sayur yang dijual
oleh petani kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul
menjual langsung ke konsumen.
3.
atau
lebih
perantara
baru
kemudian
sampai
ke
konsumen.
Saluran 1
tingkat
(PRK)
Retail
Saluran 2
tingkat
(PGRK)
Saluran 3
tingkat
(PGRAK)
Produsen
Grosir
Grosir
Retail
Agen
Retail
85
Konsumen
Sifat Barang
Misalnya barang cepat rusak seperti: sayuran, susu, dan daging maka
saluran yang dipilih adalah langsung. Begitu juga surat kabar, harus cepat
sampai di tangan konsumen.
2.
3.
Alternatif Biaya
Adanya
pertimbangan
biaya
dalam
menetapkan
saluran
distribusi
Modal
Setiap usaha selalu memerlukan modal atau dana untuk beroperasi, begitu
pula halnya untuk saluran pemasaran. Bila modal kita cukup besar, maka
saluran distribusi juga akan semakin kompleks karena produsen akan
membawa barangnya ke pelosok wilayah.
5.
Tingkat Keuntungan
Tergantung dari mata rantai penyaluran barang, semakin panjang mata
rantainya akan menyebabkan harga di konsumen tinggi. Hal itu berarti
kelancaran penjualan akan tersendat/ terganggu sehingga semakin
keuntungan menjadi berkurang.
Seluran pemasaran yang terbentuk dalam proses pemasaran sangat beragam,
salah satunya dapat dipengaruhi oleh lembaga-lembaga pemasaran yang
86
87
2.
Tengkulak,
yaitu
lembaga
pemasaran
yang
secara
langsung
3.
Produsen
konsumen akhir
Produsen
konsumen akhir
Dll
pemasaran
suatu
komoditas,
yang
membentuk
rantai
berhubungan dengan pemindahan hak milik suatu barang dan/ atau jasa
melalui suatu proses pertukaran. Fungsi pertukaran terdiri atas dua fungsi
yaitu, usaha pembelian dan usaha penjualan.
89
Fungsi penjualan (diperlukan untuk mencari tempat dan waktu yang tepat
untuk memasarkan barang). Sama dengan fungsi pembelian, fungsi
penjualan ini dilakukan oleh pedagang perantara yakni pedagang besar,
pengumpul atau pengece. Selain menemukan kebutuhan konsumen dan
memberikan pelayanan sebaik-baiknya, fungsi penjualan berperan untuk
menemukan permintaan potensial bagi produknya dan berusaha mengubah
permintaan potensial tersebut menjadi permintaan nyata melalui kegiatan
promosi dan periklanan.
dapat
pemasaran
meningkatkan
sehingga
kegiatan
pemasar
dapat
pemasarannya,
Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran (marketing mix) menurut Marketing Management (1997)
merupakan kumpulan dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan
yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk mencapai tujuan pemasaran dalam
pasar sasaran. Menurut Kotler (1997), bauran pemasaran adalah sejumlah alat-alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk menyakinkan obyek pemasaran atau
target pasar yang dituju. Selanjutnya bauran pemasaran juga didefinisikan sebagai
kombinasi 4 variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran
yaitu produk, harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi (Stanton, 1978).
Terdapat banyak alat pemasaran, namun McCarthy membagi unsur bauran
pemasaran menjadi 4 faktor yang disebut 4P, yaitu Product, Price, Place, dan
Promotion. Secara singkat bauran pemsaran tersebut dapat dijelaskan sebagai
berkut :
1. Product (produk) adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada
masyarakat untuk dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi. Produk dapat
terdiri dari barang fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan.
92
2. Price (harga), yaitu sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli
produk atau mengganti hak milik produk.
3. Place (tempat), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk
yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran.
4. Promotion
(promosi),
yaitu
berbagai
kegiatan
perusahaan
untuk
untuk
mempromosikan
dan/atau
melindungi
citra
93
PRODUCT
- Mutu
- Rancangan
- Nama merek
- Kemasan
- pelayanan
PRICE
- Harga tercantum
- Potongan harga
- Kelonggaran
- Periode
- Pembayaran
- Batas kredit
Pelanggan sasaran
posisi yang
diharapkan
PROMOTION
- Periklanan
- Penjualan personal
- Promosi penjualan
- Hubungan
masyarakat
PLACE
- Saluran
- Cakupan
- Pilihan lokasi
- Persediaan
- Pengangkutan
karena
itu,
lembaga
yang
memproduksi
informasi
harus
94
b.
b)
c)
insentif
untuk
membangun
persepsi
pelanggan
yang
Price and other user outlays adalah pengeluaran uang, waktu, dan usaha
yang pelanggan korbankan dalam membeli dan mengkonsumi produk dan
layanan yang perusahaan tawarkan atau sajikan.
e)
f)
h)
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Pemasaran Agribisnis, coba Anda
uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan posisi pemasaran dalam suatu sistem agribisnis
2. Jelaskan bagaimana permintaan dan penawaran dapat mempengaruhi harga
suatu produk
3. Sebutkan strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keuntungan komoditas pertanian
4. Jelaskan fungsi-fungsi pemasaran agribisnis
5. Jelaskan evolusi faktor bauran pemasaran agribisnis
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah yang dimaksud dengan pasar, pemasar, dan pemasaran agribisnis?
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya efisiensi
pemasaran agribisnis?
3. Apakah perbedaan antara penjualan dan pemasaran?
4. Sebutkan peranan fungsi penyimpanan, trasnportasi, dan informasi dalam
pemsaran agribisnis
5. Sebutkan sifat-sifat produk pertanian.
6. Sebutkan sifat-sifat produksi pertanian
96
97
Modul
PERDAGANGAN BESAR
AGRIBISNIS
Pedagang besar
Kredit; pedagang besar mampu memberikan pedagang ritel bermacammacam produk dan terkadang memberikan kredit jangka pendek
Simpanan; dengan membeli barang yang cukup besar untuk satu produk,
pedagang besar mendapatkan potongan harga (yangdisebut price saving)
2.
3.
Agen dan broker, merupakan pedagang yang membawa barang yang tidak
dimiliki dan dikuasainya, namun mereka hanya berperan sebagai perantara.
Apabila diklasifikasikan berdasarkan penggabungan antara pedagang besar
dengan pedagang ritel, maka perdagangan besar dapat dikelompokan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1.
2.
3.
membuat sistem atau program baru yang diharapkan akan memajukan sektor
pertanian dengan meningkatkan efisiensi. Konsep integrasi adalah mencakup
seluruh elemen sistem agribisnis, yaitu
2.
Pemahaman teknologi yang lebih baik dari aktivitas hulu sampai hilir
3.
4.
5.
6.
7.
8.
minyak atsiri, serta usaha pemasaran yang terlibat dalam sistem komoditas
tersebut.
101
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Perdagangan Besar Agribisnis,
coba Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan metode operasi yang diterapkan oleh perdagangan besar.
2. Gambarkan dan jelaskan secara singkat mengenai model integrasi vertikal
sistem agribisnis
3. Apakah yang Anda ketahui mengenai integrasi horisontal?
4. Jelaskan secara singkat perbedaan integrasi vertikal dan horisontal!
5. Mengapa perdagangan besar berperan dalam agrimarketing food channel.
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah yang dimaksud dengan pedagang besar?
2. Apakah yang dimaksud dengan perdagangan besar?
3. Sebutkan macam-macam pedagang besar!
4. Sebutkan peranan dari perdagangan besar.
5. Sebutkan tipe-tipe perdagangan besar
6. Sebutkan perbedaan perdagangan besar co-op, voluntary, dan unafiliated
7. Apakah keunggulan perdagangan besar dibandingkan perdagangan
eceran?
8. Berikan contoh konsumen yang memakai jasa perdagangan besar.
9. Berikan contoh produk agroindustri yang ditawarkan oleh perdagangan
besar?
10. Sebutkan tiga jenis integrasi vertikal pada perdagangan besar.
102
KEGIATAN BELAJAR 4
Modul
PERDAGANGAN ECERAN
(RITEL) AGRIBISNIS
proses tawar menawar. Contoh : pasar tradisional, pedagang kaki lima, pedagang
asongan, dan warung.
Ritel modern menawarkan tempat lebih luas, banyak jenis barang yang
dijual, manajemen lebih terkelola, harga sudah menjadi harga tetap. Ritel modern
ini menggunakan konsep melayani sendiri atau biasa disebut swalayan. Contoh
dari ritel modern ini adalah sebagai berikut :
1.
Minimarket, yaitu toko yang relatif kecil yang menjual barang kebutuhan
sehari-hari
2.
Convenience store, yaitu toko yang mirip minimarket dalam hal produk
yang dijual, tetapi berbeda dalam harga, jam buka, dan luas ruang serta
lokasi. Contoh : alfa mart, indomaret
3.
Specialty store, yaitu toko yang menyediakan pilihan produk yang lengkap
hingga konsumen tidak harus mencari di toko lain, keragaman produk
disertai harga yang bervariasi dari yang terjangkau hingga premiun
membuat lebih unggul
4.
Factory outlet, yaitu toko yang menjual produk-produk ekspor yang masih
layak untuk dijual
5.
Distro atau distribution outlet, yaitu toko yang menjual produk-produk yang
memiliki merek sendiri
6.
7.
Departemen store, yaitu toko yang berukuran sangat besar dan menjual
produk-produk sehari-hari, rumah tangga bahkan non pangan.
Saat ini ritel tradisional mengalami penurunan konsumen karena munculnya
ritel modern. Dilihat dari harga, kenyamanan, kepraktisan, dan ritel modern
memiliki keunggulan dibandingkan ritel tradisional. Namun, ritel tradisional
masih tetap berjaya di daerah perdesaan karena ritel modern belum ada di daerahdaerah perdesaan.
Selain tipe ritel eceran tradisional dan modern, bentuk pengecer bisa juga
diklasifikasikan berdasarkan lini produknya (Saladin, 2006) :
1.
Toko khusus (specialy store), toko yang khusus menjual lini produk terbatas
dengan macam barang yang cukup banyak dalam lini tersebut
104
2.
Toko serba ada (departement store), toko yang menjual beberapa lini
produk
3.
Toko swalayan, toko yang cukup besar dan menyediakan seluruh kebutuhan
rumah tangga, barang-barang bahkan obat-obatan
4.
Toko kebutuhan sehari-hari (convinience store), toko yang relatif kecil yang
terletak di daerah pemukiman, menyediakan barang kebutuhan sehari-hari
5.
Super store, toko yang rata-rata memiliki ruang jual yang sangat luas dan
bertujuan untuk memenuhi semua kebutuhan konsumen akan produk
makanan dan bukan makanan yang dibeli secara rutin
6.
7.
olahan saat ini banyak dijual di toko serba ada dan berbagai toko swalayan.
Perusahaan pertokoan modern yang bergerak di sektor eceran ini misalnya toserba
Yogya, toserba Matahari, Toserba superindo, dan Toserba Hero. Namun, di sisi
lain dari perkembangan ini adalah mematikan pedagang-pedagang kecil dan
pedagang di pasar tradisional. Pertokoan modern ini membentuk mata rantai
pertokoan (chain store) yang diartikan sebagai pasar swalayan dengan di bawah
naungan satu manajemen pusat. Toko dengan jenis ini menawarkan harga yang
lebih rendah dan tanggap terhadap kebutuhan konsumen. Penggunaan alat-lat
teknologi berupa komputer atau pengamat elektronik di pintu keluar masuk, cctv
digunakan untuk memperlancar operasi. Penjaminan kenyamanan dan keamanan
saat berbelanja juga sangan diperhatikan oleh toko jenis ini, seperti disediakannya
gerobak/ keranjang belanja, satpam, ruangan AC, dan tempat yang cukup luas dan
nyaman bagi konsumen. Dampak negatif perkembangan toko modern ini
ditanggapi oleh pemerintah dengan menetapkan para pedagang ini hanya
diperbolehkan beroperasi di kota-kota besar, setingkat kotamadya/ kabupaten dan
propinsi.
Secara umum, pembangunan perdagangan eceran baik tradisional maupun
modern ini adalah mempermudah dan memperlancar pengembangan agribisnis
dengan mempermudah subsistem pemasaran dan distribusi produk agribisnis.
Dengan semakin berkembangnya sistem perdagangan eceran terutama eceran
modern, produk agribisnis lebih bisa tersalurkan dan membuat konsumen lebih
mudah menikmati produk agribisnis.
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Perdagangan Eceran (Ritel) , coba
Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan perbedaan perdagangan eceran tradisional dan modern
2. Sebutkan beberapa tren yang terdapat pada perdagangan eceran
3. Jelaskan dampak negatif akibat munculnya pedagang eceran modern
terhadap pedagang eceran tradisional.
106
107
Modul
KONSUMEN AGRIBISNIS
2.
Konsumen
individu/
perorangan
adalah
konsumen
akhir
yang
Teori utilitas pada perilaku konsumen ini pertama kali dikemukakan oleh
Berthan (1748 1833) dalam Hiesheleifer dan Glazer (1992) yang
menyatakan bahwa tujuan manusia adalah mencari kesenangan dan
menghindari penderitaan sehingga memandang segala sesuatu yang
ditawarkan kepadanya dari segi kegunaan (ulititas). Pendekatan teori utilitas
menyatakan bahwa setiap barang mempunyai dayaguna atau utilitas sebab
barang tersebut pasti mempunyai kemampuan untuk memberikan kepuasan
kepada konsumen yang menggunakan barang tersebut. Oleh karena itu
apabila orang meminta sesuatu jenis barang, pada dasarnya yang diminta
adalah dayaguna barang tersebut.
Contoh: ada pernyataan bahwa suatu barang A memiliki kegunaan lebih
tinggi daripada barang B dan pernyataan barang A lebih disukai daripada
barang B adalah sama. Keduanya mengarah pada barang A lebih diminati
dibandingkan barang B.
Asumsi yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan utilitas ini antara
lain:
1) Total utility merupakan fungsi dari barang yang dikonsumsi baik
jumlah maupun macamnya {TU = (x, y, ..z)}.
2) Konsumen akan memaksimalkan utilitasnya, dengan tunduk kepada
kendala anggaran.
3) Utilitas dapat diukur secara Kardinal.
4) Tambahan kepuasan yang diperoleh karena tambahan barang yang
dikonsumsi (marginal utility ) menurun (The Law of Diminishing
Marginal Utility) yang dikenal dengan hukum Gossen I.
109
110
2)
Y
1/Py
A
Kl
BL
X
Gambar 9. Optimum Konsumen
Kepuasan konsumen tersebut akan terjadi pada titik A, yaitu titik singgung antara
kurva indiferens dengan garis anggaran dan disebut penyelesaian dalam (Interior
Solution). Maka slope kedua kurva tersebut harus sama pada titik A, slope kurva
indiferens sama dengan slope anggaran (BL).
3. Pendekatan Atribut
sifat yang dapat diamati. Karena itu kepuasan konsumen secara total tergantung
pada jumlah total sifat-sifat yang berbeda dari produk yang dikonsumsi dan
mengkonsumsi produk lain.
Atribut (attributes) adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki
atau tidak dimiliki oleh objek. Objek dapat berupa produk; orang; perusahaan dan
segala sesuatu dimana seseorang memiliki kepercayaan dan sikap. Hasil
identifikasi menunjukkan bahwa atribut terbagi menjadi dua kelas atribut, yakni :
1) Atribut intrinsik, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat aktual
produk.
2) Atribut ekstrinsik, yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal
produk, seperti : nama merek, kemasan, dan label.
Menurut Gaspersz (2001), Model atribut dari perilaku konsumen
dikembangkan sekitar tahun 1960-an menggunakan dasar hipotesis bahwa
karakteristik produk, performance feature, atau atribut-atribut yang menciptakan
utilitas, sehingga apa yang mendorong seorang konsumen lebih suka pada suatu
merek tertentu dibandingkan merek lain ada kaitannya dengan atribut yang
berbeda dari produk pesaing itu. Lebih jauh Gaspersz memberi contoh, misal :
seorang konsumen mobil lebih suka membeli mobil Toyota Avanza dari pada
Daihatsu Xenia, karena pada Toyota Kijang ditemukan lebih banyak atribut.
Atribut yang bisa dijumpai dalam produk mobil antara lain seperti :
-
kemudahan perawatan;
ergonomis;
LATIHAN
1. Jelaskan tiga pendekatan yang digunakan untuk penentuan permintaan dan
pilihan konsumen terhadap suatu barang/jasa.
2. Jelaskan jenis kebutuhan produk antara konsumen industri dan individu.
3. Berikan contoh mengenai aktifitas perilaku konsumen dalam memutuskan
pembelian suatu produk
4. Jelaskan mengenai pendekatan teori utulitas konsumen.
5. Jelaskan mengenai kurva indeferens.
TES FORMATIF
1. Apakah yang dimaksud dengan konsumen agribisnis?
2. Sebutkan jenis-jenis konsumen agribisnis.
3. Apakah yang dimaksud dengan kepuasan konsumen?
4. Apakah yang dimaksud kepuasan total konsumen?
5. Sebutkan faktor-faktor yangmempengaruhi kepuasan konsumen.
6. Apa yang Anda ketahui tentang The Law of Diminishing Marginal Utility
7. Gambarkan kurva indeferens.
8. Apakah yang dimaksud dengan atribut?
9. Apakah yang dimaksud atribut intrinsik?
10. Apakah yang dimaksud atribut ekstrinsik?
113
KEGIATAN BELAJAR 5
Modul
PERSAINGAN PASAR
AGRIBISNIS
114
Banyak Penjual
Banyak Pembeli Persaingan
sempurna
Sedikit Pembeli Oligopsoni
Satu Pembeli
Monopsoni
Sisi Penjual
Sedikit Penjual
Oligopoli
Oligopoli bilateral
Oligopoli
monopolistik
Satu Penjual
Monopoli
Oligopsoni
monopolistik
Monopoli bilateral
Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai struktur pasar atau industri
dimana terdapat banyak penjual dan pembeli. Dan setiap penjual ataupun pembeli
tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
Ciri-ciri pasar persaingan sempurna
sekiranya
perusahaan
mengalami
kerugian,
dan
ingin
dengan
Menyebabkan
kenaikan
jumlah
produksi
atau
penurunan
dalam
industri
harga,
tersebut.
sedikitpun
tidak
Persaingan Monopolistik
Pasar Monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat banyak
produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam
beberapa aspek. Pasar ini merupakan gabungan antara pasar monopoli dan
persaingan sempurna. Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas, namun
setiap produk yang dihasilkan pasti memiliki karakter tersendiri yang
membedakannya dengan produk lainnya. Contohnya adalah shampo, meskipun
fungsi semua shampoo sama yakni untuk membersihkan rambut, tetapi setiap
produk yang dihasilkan produsen yang berbeda memiliki ciri khusus, misalnya
perbedaan aroma, perbedaan warna, kemasan, dan lain-lain.
116
produk
mendorong
konsumen
untuk
selektif
dalam
117
3.
Oligopoli Oligopsoni
Pasar Oligopoli adalah suatu bentuk pasar yang terdapat beberapa penjual dimana
salah satu atau beberapa penjual bertindak sebagai pemilik pasar terbesar (price
leader). Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh.
Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian
yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan
tergantung dari aktivitas pesaing mereka. Sehingga semua usaha promosi, iklan,
pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan
tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka. Praktek oligopoli
umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaanperusahaan potensial untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaanperusahaan melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba
normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas,
sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan
praktek oligopoli menjadi tidak ada. Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk
pada industri-industri yang memiliki capital intensive yang tinggi, seperti, industri
semen, industri mobil, dan industri kertas.
Pasar oligopsoni adalah pasar yang berkebalikan dari pasar oligopoli. Pasar
oligopsoni hanya adalah pasar yang memiliki beberapa pembeli.
Kebaikan pasar oligopoli :
-
Harga yang stabil dan terlalu tinggi bisa mendorong timbulnya inflasi
4.
satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. Contohnya adalah
PDAM dan PT, Krakatau Steel, PLN sebagai satu-satunya penyalur air bersih dan
listrik kepada masyarakat. Pasar monopsoni adalah ini pasar monopoli yang hanya
memiliki seorang pembeli dalam pasar tersebut. Contonya adalah para peternak
sapi yang menghasilkan susu perah hanya bisa menjual produk sususnya ke satu
pembeli, misalnya koperasi susu
Ciri-ciri dari pasar monopoli adalah:
1. hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran;
2. tidak ada barang substitusi/pengganti yang mirip (close substitute);
3. produsen memiliki kekuatan menentukan harga; dan
4. tidak ada pengusaha lain yang bisa memasuki pasar tersebut karena ada
hambatan berupa keunggulan perusahaan.
Kebaikan Pasar Monopoli :
Efisiensi Produksi
Ketidak adilan
pasar
Pasar lokal, yaitu pasar di mana pembeli dan penjual datang dari daerah setempat
dan jangkauan pemasaran produk hanya meliputi sekeliling pasar secara lokal.
sedangkan pasar nasional, yaitu pasar di mana pembeli dan penjual berasal dari
beberapa daerah dalam suatu negara dan jangkauan pemasaran produknya
meliputi daerah-daerah dalam suatu negara. Pada kenyataannyam pasar nasional
memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan pasar lokal.
2.
Diferensiasi
120
3.
Segmentasi pasar
Penentu harga
Pada pasar oligopoli dimana para pelaku usaha saling ketergantungan, penentu
harga sangat penting. Pada industri pasokan input agribisnis, penentu harga
merupakan perusahaan terbesar (pemimpin pasar) dalam grup dimana perusahaan
lain akan mengikuti perubahan harga dari pemimpin pasar baik itu naik ataupun
turun. Apabila perusahan tersebut tidak mengikuti harga maka perusahaan penetu
harga akan memberikan hukuman terhadap pesaingnya tersebut
5.
Market Entry
Strategi market entry adalah strategi perusahaan untuk memasuki segmen pasar
yang dijadikan pasar sasaran penjualan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
membeli perusahaan lain, internal development, dan kerjasama dengan
perusahaan lain. Batasan bagi perusahaan baru sangat banyak, sebagian sengaja
121
didirikan oleh perusahaan yang telah ada di pasar, dan yang lain berasal dari
teknologi, pemerintah, dll.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perusahaan masuk pasar lebih mudah
adalah :
a. Mencegah pengeluaran hak paten untuk perusahaan yang telah
menemukan teknologi
b. Memperbanyak sumberdaya capital untuk bisnis yang baru
c. Mencegah monopoli input bahan baku
d. Mengurangi periklanan dan difrensiasi input
e. Mengurangi akivitas politik terkait dengan pemberian lisensi, izin, dan
franchise pemerintah
6. Biaya promosi
Biaya produksi merupakan biaya penjualan yang dikeluarkan untuk
merangsang penjualan dalam dua cara, yaitu menginformasikan kepada pembeli
mengenai ketersediaan produk, karakteristik, dan harga. Kedua adalah untuk
mengajak konsumen potensial agar membeli produk yang ditawarkan.Dana yang
dikhususkan untuk tujuan memberikan informasi/ iklan sangat penting untuk
mengefektifkan kerja dalam sistem pasar.
7. Evaluasi pasar
Evaluasi pasar merupakan proses penilaian yang dilakukan untuk melihat
bagaimana perusahaan terorganisasi, bagaimana perusahaan memimpin dan
melihat kinerja perusahaan dalam kaitanya mencapai tujuan perusahaan.
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Persaingan Pasar Agribisnis, coba
Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan yang dimaksud dengan pasar persaingan sempurna.
2. Jelaskan jenis-jenis pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak
sempurna
122
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah definisi dari persaingan?
2. Apakah fungsi periklanan dalam persaingan oligopoli?
3. Apakah dampak negatif dari pasar monopoli?
4. Berikan contoh barang yang diperdagangkan monopoli!
5. Sebutkan karakteristik dari pasar monopolistik.
6. Apakah perbedaan dari pasar oligopoli dan oligopsoni
7. Apakah yang dimaksud dengan segmentasi pasar?
8. Apakah yang dimaksud diferensisasi?
9. Apakah yang dimaksud dengan biaya promosi?
10. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi pasar?
123
Modul
10
ORGANISASI AGRIBISNIS
124
Kelembagaan :
- Batas wilayah
produksi
- Hak kepemilikan
- Pengambilan
keputusan
Teknologi :
- Spesifikasi
teknis
produk
- Metode operasi
- Alat produksi
- desain
Tujuan :
- Peningkatan
produksi dan
pendapatan
- Keberlanjutan
usaha
Keragaan:
- Peningkatan
produksi dan
pendapatan
- Keberlanjutan
usaha
- sejahtera
Partisipan :
Karakteristik
SDM
AGRIBISNIS PERORANGAN
Agribisnis perorangan atau pribadi adalah bentuk organisasi yang paling
awal dan paling sederhana, yaitu organisasi usaha yang dimiliki dan dikendalikan
satu orang (Ricketts and Rawlins, 2001). Agribisnis perorangan cenderung
merupakan usaha kecil.
125
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
b)
c)
d)
b)
c)
Kewajiban pribadi sebagai pemilik untuk semua hutang dan kewajiban bisnis
meluas bahkan kepada warisan pribadi pemilik.
126
d)
e)
b)
c)
d)
b)
c)
d)
Pada dasarnya ada dua jenis persekutuan. Kedua jenis dari persekutuan tersebut
yaitu :
A.
persentase modal yang ditanamkan, mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Sekutu umum mempunyai wewenang untuk bertindak sebagai agen untuk
persekutuan, dan biasanya ikut serta dalam manajemen dan operasi bisnis. Masingmasing sekutu umum menanggung semua hutang persekutuan, dan dapat berbagi
128
laba dalam perbandingan yang disepakati bersama ataupun dalam pembagian yang
merata.
B.
Persekutuan Terbatas
Tipe persekutuan ini individu-individu menyetor uang atau kepemilikan
Firma adalah suatu bentuk persekutuan bisnis yang terdiri dari dua orang atau
lebih dengan nama bersama yang tanggung jawabnya terbagi rata tidak
terbatas pada setiap pemiliknya. Ciri dan sifat firma :
a) Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib
melunasi dengan harta pribadi.
b)
secara aktif yang melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya
menyertakan modal saja tanpa harus melibatkan harta pribadi ketika krisis
finansial. Yang aktif mengurus perusahaan CV disebut sekutu aktif, dan yang
hanya menyetor modal disebut sekutu pasif. Ciri dan sifat CV adalah sulit
untuk menarik modal yang telah disetor, modal besar karena didirikan
banyak pihak, mudah mendapatkan kredit pinjaman, Ada anggota aktif yang
memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan ada yang pasif tinggal menunggu
keuntungan, relatif mudah untuk didirikan, kelangsungan hidup perusahaan
CV tidak menentu.
KORPORASI
Ricketts and Rawlins (2001) mendefinisikan korporasi sebagai organisasi
yang dimiliki sejumlah orang yang diperlakukan sebagai badan hukum.
Korporasi merupakan badan hukum, terpisah dari pemilik atau orang yang bekerja
didalamnya. Korporasi secara sederhana diartikan sebagai perusahaan atau badan
usaha yang sangat besar atau beberapa perusahaan yang dikelola dan dijalankan
sebagai satu perusahaan besar (KBBI, 2011).
Korporasi berperan untuk memperoleh, tanpa henti dan tanpa kecuali
keuntungan pribadi (self interest), tanpa mempedulikan apakah upayanya tersebut
berdampak merugikan kepada pihak-pihak lain atau tidak (Bakan, 2004). Inilah
memberikan pandangan bahwa korporasi sangat jauh dari keberpihakan kepada
rakyat.
Tipe-tipe korporasi terdiri dari tiga, yaitu :
1. Subchapter C (regular corporations), yang menjual stok kepada investor
untuk memperoleh keuntungan
2. Subchapter S (small business or family corporation),
3. Subchapter T (Cooperatives)
Keuntungan korporasi :
1. Mudah untuk meningkatkan modal untuk perluasan bisnis
2. Stockholder bertanggung jawab atas kehilangan investasi korporasi
3. Karena korporasi merupakan badan hukum yang terpisah dari pemilik
bisnis, maka korporasi tidak dapat dibubarkan meskipun pemilik menjual
perusahaannya
4. Bersifat turun menurun
Kerugian korporasi :
1. Merupakan organisasi yang rumit dan sangat mahal
2. Prosedur pembuatan korporasi sulit
3. Biaya penutupan korporasi mahal
4. Pajak korporasi bersifat ganda
KOPERASI
Koperasi adalah badan usaha yang berlandaskan asas-asas kekeluargaan.
Organisasi Buruh Sedunia (Intemational Labor Organization/ ILO, 1966)
membuat batasan mengenai ciri-ciri utama koperasi yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
Memberikan kontribusi modal yang sama dan menerima bagian resiko dan
manfaat yang adil dari perusahaan di mana anggota aktif berpartisipasi
Jenis-jenis koperasi dapat digolongkan kedalam beberapa bentuk. Terdapat
a)
Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan sehari-
hari, misalnya barang-barang pangan (seperti beras, gula, garam, dan minyak
goreng), barang-barang sandang (seperti kain batik, tekstil), barang-barang
pembantu keperluan sehari-hari (seperti sabun, minyak tanah, dan lain-lain).
Tujuan koperasi konsumsi adalah agar anggota-angggotanya dapat membeli
barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan harga yang layak.
b) Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan
ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yang dilakukan oleh
koperasi organisasi maupun orang-orang yang mampu menghasilkan suatu barang
dan jasa-jasa. Dengan demikian, dapat meningkatakan taraf kesejahteraan anggota.
Orang-orang tersebut adalah kaum buruh dan kaum pengusaha. Misalnya Peternak
Sapi Perah, Koperasi Kerajinan Banbu dan Rotan, serta Koperasi Pertanian.
c)
uang secara kredit dengan bunga ringan. Uang itu dimaksud untuk tujuan produksi.
Oleh karena itu, disebut koperasi kredit.Untuk memberikan pinjaman, koperasi
memerlukan modal. Modal utama koperasi kredit berasal dari simpanan anggota
sendiri. Uang simpanan yang dikumpulkan bersama-sama itu dipinjamkan kepada
anggota yang memerlukan. Oleh karena itu, koperasi kredit lebih tepat disebut
koperasi simpan pinjam.Tujuan koperasi kredit adalah saling membantu,
memperbaiki keadaan ekonomi, atau kesejahteraan anggota. Adapun cara koperasi
kredit dalam membantu keadaan ekonomi anggota sebagai berikut.(a)membantu
keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan denagn syarat-syarat
yang ringan.(b)Mendidik kepada para anggota, supaya giat menympan secara
teratur, sehingga membentuk modal sendiri.(c)Mendidik anggota hidup berhemat,
dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka.(d)Menambah pengetahuan
tentang perkoperasian.
132
d) Koperasi Jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa tertentu
bagi para anggota maupun masyarakat umum.
WARALABA/ FRANCHISE
Menurut Asosiasi Franchise Indonesia, waralaba adalah suatu sistem
pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek
memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis
dengan merek, nama, sistem prosedur, dan cara-cara yang ditetapkan sebelumnya
dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
Menurut Fuady (1997), franchise mempunyai karakteristik dasar sebagai
berikut :
1. Unsur Dasar
Ada 3 (tiga) unsur dasar yang harus selalu dipunyai, yaitu :
a. pihak yang mempunyai bisnis franchise disebut sebagai franchisor.
b. pihak yang mejalankan bisnis franchise yang disebut sebagai franchisee.
c. adanya bisnis franchise itu sendiri.
2. Produk Bisnisnya Unik
3. Konsep Bisnis Total : Penekanan pada bidang pemasaran dengan konsep P4
yakni Product, Price, Place serta Promotion
4. Franchise Memakai / Menjual Produk
5. Franchisor Menerima Fee dan Royalty
6.
7.
Selanjutnya menurut Widjaja (2001) waralaba memiliki dua jenis kegiatan, yaitu :
1. Waralaba produk dan merek dagangan (product/ trade mark franchising)
Waralaba ini adalah bentuk waralaba yang paling sederhana. Pemberi waralaba
memberikan hak kepada penerima waralaba untuk menjual produk yang
dikembangkan merek dagang pemberi waralaba. Pemberian ijin untuk
menggunakan merek dagang tersebut diberikan dalam rangka penjualan
produk yang diwaralabakan tersebut. Atas penggunaan pemberian ijin
penggunaan
merek
dagang
tersebut
pemberi
waralaba
mendapatkan
135
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Organisasi Agribisnis, coba Anda
uraikan pendapat Anda mengenai studi kasus berikut ini.
1. Tentukan jenis contoh kegiatan agribisnis di lingkungan Anda.
Indentifikasi bagaimana kegiatan operasi dan oganisasi yang dilakukan
perusahaan tersebut. Kemukakan jawaban Anda dalam bentuk essay
minimal 5 halaman.
2. Pikirkan satu jenis usaha agribisnis yang ingin anda buat, kemudian
buatlah rencana kemitraan yang ingin anda bangun dengan para pelaku
penunjang aktivitas perusahaan Anda. Kemukakan pendapat Anda dalam
bentuk essay minimal 5 halaman.
136
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Sebutkan tipe-tipe organisasi agribisnis.
2. Sebutkan 5 kelebihan perusahaan perseorangan.
3. Apakah yang dimaksud dengan persekutuan terbatas?
4. Sebutkan karakteristik dari persekutuan umum
5. Apakah yang dimaksud dengan korporasi?
6. Sebutkan jenis-jenis korporasi.
7. Sebutkan ciri-ciri yang dimiliki oleh koperasi.
8. Sebutkan jenis koperasi menurut sifat usahanya.
9. Apakah yang dimaksud dengan waralaba?
10. Sebutkan pelaku-pelaku yang terlibat dalam waralaba.
137
KEGIATAN BELAJAR 6
Modul
11
PEMBIAYAAN AGRIBISNIS
jangka menengah,
modal ekuitas.
Berbagai pinjaman ini berbeda dalam jangka waktu pengembalian,
sebesar 5%. Secara rinci disampaikan dukungan SKA untuk masing-masing sub
sektor dari hulu, on-farm dan hilir.
Subsektor peternakan
Subsektor perkebunan
Subsektor hortikultura
Subsistem hulu : peralatan pompa air irigasi, irigasi tetes, kios saprodi
3. Modal Ventura
Modal ventura merupakan salah satu sumber pembiayaan non perbankan
yang dipergunakan untuk semua sektor usaha produktif melalui kerjasama antara
Perusahaan Modal Ventura dengan Pengusaha Kecil/Menengah. Beberapa
ketentuan tentang Modal Ventura adalah sebagai berikut :
Penerima kredit : Pengusaha kecil dan menengah.
Plafon kredit :
- Perusahaan Modal Ventura daerah Rp. 100 juta.
- PT.Bahana Artha Ventura maksimun Rp. 500 juta.
Pola pembiayaan : Pola penyertaan langsung dan bagi hasil.
Jangka Waktu : 3 sampai 6 tahun
Pelaksana : PT. Bahana Artha Ventura dan Perusahaan Modal
ventura Daerah
4. Dana Laba BUMN
Dana Laba BUMN merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi
pengusaha kecil dan menengah dengan suku bunga yang sangat rendah. Beberapa
ketentuan tentang Dana Laba BUM adalah sebagai berikut :
Penerima kredit : Pengusaha kecil dan koperasi
Plafon kredit : maksimal Rp. 25 juta
Suku bunga : 6% per tahun
Jangka waktu : 2 tahun
142
Skim Kredit
KKP-E
2
3
KPEN-RP
KUPS
KUR
Komitmen
Bank
(Rp.triliun)
Cakupan Komoditas
Tan. Pangan, holtikultura,
perkebuna, peternakan,
pengadaan pangan
Sawit, kakao, karet
Pembibitan sapi
Semua usaha produktif
semua sektor
Realisasi
(Rp.triliun)
% Terhadap
Komitmen
Bank
8,779
1,589
18,1
38,603*)
3,882*)
1,818
0,392
4,7
10,1
20,000
3,993**)
16,4
Keterangan : *) Komitmen bangk untuk KPEN th. 2007 2014 dan KUPS th. 2009 - 2014
**) Revitalisasi KUR untuk sektor pertanian. Realisasi KUR untuk semua sektor usaha Rp 24,404
triliun
Kementerian
Pertanian
untuk
mengentaskan
masyarakat
dari
diintroduksi pemerintah masih sulit disentuh oleh para informal bisnis tersebut.
Syarat-syarat yang diajukan masih dirasa berat sehingga hanya pelaku bisnis yang
memiliki aset yang mampu menggapai lembaga pembiayaan tersebut sehingga
semakin memperlebar kesenjangan antara pelaku agribisnis yang sudah memiliki
aset dan yang tidak. Dengan demikian, penataan lembaga-lembaga pembiayaan
agribisnis perlu segera dilakukan, terutama dalam membuka akses yang seluasluasnya bagi pelaku bisnis kecil dan menengah yang tidak memiliki aset yang
cukup guna diagunkan guna memperoleh pembiayaan usaha. Berikut ini adalah
beberapa contoh lembaga pembiayaan agribisnis :
1. Bank Komersial
Merupakan sumber utama dari dana pinjaman hampir semua agribisnis.
Bank-bank ini menyediakan 80% dari dana pinjaman, kecuali kredit
perdagangan.
2.
Perusahaan Asuransi
Hampir semua perusahaan asuransi tertarik pada pinjaman jangka menengah
dan jangka panjang untuk pembelian aktiva tetap, seperti barang tidak
bergerak.
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah definisi dari pembiayaan agribisnis?
2. Sebutkan sumber-sumber pembiayaan agribisnis.
3. Sebutkan 5 contoh lembaga pembiayaan agribisnis.
4. Sebutkan jenis modal agribisnis yang berasal dari pinjaman.
5. Apakah yang dimaksud dengan SKA?
6. Apakah yang dimaksud dengan modal ventura?
7. Apakah yang dimaksud kredit taskin agribisnis?
8. Apakah peran pegadaian bagi pembiayaan agribisnis?
Modul
PERANAN PEMERINTAH
147
DALAM AGRIBISNIS
12
2) Perlindungan Konsumen
148
pusat
dmengacu
juga
kepada
undang-undang
federal
Sedangkan
Kebijakan Mikro
Kebijakan makro yang dimaksud disini adalah upaya menciptakan iklim ekonomi
yang kondusif bagi pembangunan melalui instrumen makro ekonomi, baik
moneter maupun fiskal. Instrumen moneter seperti suku bungam uang beredar,
150
dan nilai tukar dapat dijadikan alat kebijakan dalam merangsang berkembangnya
sistem dan usaha agribisnis. Dengan menetapkan suku bunga yang relatif rendah
serta perlakuan kredit khusus bagi investasi dan atau modal kerja unit usaha yang
bergerak dalam bidang agribisnis, maka pertumbuhan unit usaha sektor agribisnis
diharapkan makin cepat.
Hal lain yang perlu memperoleh perhatian dalam kebijakan suku bungan
dan pengkreditan adalah tercapainya keseimbangan alokasi kredit pada subsistem
agribisnis hulu, subsistem on farm dan subsistem agribisnis hilir sedemikian rupa,
sehingga ketiga subsitem tersebut berkembang secara seimbang. Dua instrumen
penting kebijakan fiskal yang dapat dilakukan pemerintah adalah alokasi
pengeluaran pemerintah untuk pembangunan dan perlakuan pajak. Kebijakan
penerapan pajak dalam rangka perolehan dana pembangunan harus dilakukan
secara bijak agar mampu merangsang dunia usaha yang bergerak dalam sektor
agribisnis. Demikian pula pembelanjaan anggaran pembangunan (investasi
pemerintah) harus memberikan bobot yang lebih besar terhadap pembangunan
sektor riil yang terkait langsung dengan pembangunan sistem dan usaha
agribisnis.
Selain investasi pemerintah, terdapat investasi lain yang dapat berpengaruh
terhadap sistem dan usaha agribisnis. Investasi tersebut mencakup investasi
swasta domestik (PMDN) dan inestasi swasta asing (PMA). Investasi PMA dan
PMDN tidak dapat sepenuhnya siatur oleh pemerintah karena tergantung
pengusaha itu sendiri. Namun, pemerintah dapat mempengaruhi keputusan
koperasi swasta melalui pengalokasian investasi pemerintah pada agribisnis dan
bentuk-bentuk promosi yang lain.
pengembangan
industri
hilir
maupun
hulunya.
Jika
hanya
saat ini masih banyak dijumpai adanya berbagai kelemahan dan distorsi dalam
perdagangan/ pemasaran di dalam negeri, maka diperlukan berbagai kebijakan
yang dapat mengefektifkan fungsi-fungsi perdagangan/ pemasaran untuk
memperlancar arus barang dan jasa. Mekanisme transparansi pembentukan harga
(price discovery) merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
meningkattkan efesiensi pemasaran. Bentuk-bentuk pasar seperti bursa komoditas
dan pasar lelang merupakan bentuk pasar yang perlu dikembangkan. Sudah tentu
peningkatan kemampuan nilai tukar petani harus menjadi prioritas perhatian
dalam kebijakan perdaganagan ini.
Posisi Indonesia dalam perdagangan global haruslah tetap ditempatkan
dalam
kerangka
pembangunan
ekonomi
Indonesia.
Instrumen-instrumen
perdagangan seperti bea cukai dan pajak ekspor harus dirancang dalam rangka
memperkuat struktur industri termasuk Agroindustri dan merangsang tumbuhnya
usaha- usaha agribisnis nasional. Harus ada kebijakan arif untuk memberikan
perlindungan yang wajar bagi produk-produk agribisnis lokal. Dalam konteks
kerjasama seperti AFTA, APEC kepentingan ekonomi nasional harus menjadi
focus yang perlu diposisikan.
Untuk mendukung pengembangan agribisnis, kantor-kantor perwakilan
Indonesia di Negara-negara lain (Kantor duta besar dan konsulat) perlu
didayagunakan untuk mendukung pembangunan agribisnis di Indonesia selain
kepentingan politik luar negeri. Kantor-kantor perwakilan tersebut harus menjadi
pusat promosi produk-produk agribisnis Indonesia di Negara tersebut. Dengan
demikian. Kantor-kantor perwakilan Indonesia di luar negeri dapat berfungsi
sebagai entry point usaha-usaha agribisnis Indonesia untuk memeiliki pasar
Negara lain. Selain itu, kantor perwakilan kita perlu secara proaktif market
intelegance diantaranya melakukan kegiatan pemantauan peluang-peluang pasar
produk agribisnis yang berprospek dan perusahaan-perusahaan yang dapat diajak
menjadi partner pengusaha agribisnis Indonesia.
Selain kebijakan domestik, kebijakan Negara lain yang mengekspor produk
agribisnisnya ke Indonesia perlu diperhatikan dalam manajemen perdagangan
internasional. Produk-produk agribisnis yang menerapkan dumping, sehingga
153
dibutuhkan
dalam
pembangunan
system
dan
usaha
agribisnis.
154
penelitian
bioteknologi.
Selain
bentuk-bentuk
pelestarian
sumberdaya alam dalam bentuk kebun plasma nuftah, pelestarian hutan, tanah, air,
dan perairan umum juga perlu di perhatikan. Untuk itu, menumbuh kembangkan
kelembagaan local dan melegalisasikan hak ulayat masyarakat local perlu
diupayakan.
Dalam upaya pelestarian sumberdaya alam, masalah propery right menjadi
sangat penting, karena menyangkut masalah tanggung jawab pelestarian. Selama
ini banyak sumberdaya alam seperti hutan tidak jelas pemiliknya, yang ada
hanyalah milik Negara. Sistem penguasaan milik Negara tidak kondusif bagi
pelestarian SDA, karena terjebak pada apa yang disebut sebagai tragedy of
commons (semua pihak merasa berhak memanfaatkan, namun tak seorang pun
yang bersedia untuk melestarikannya). Oleh karena itu, bagi SDA yang masih
demikian perlu diperjelas pemiliknya sehingga ada yang bertanggung jawab
dalam pelestariannya.
Selain itu perlindungan pada lahan pertanian perlu dilakukan. Hal ini
mengingat sudah sekitar 1 juta hektar lahan sawah produktif di Indonesia beralih
fungsi dalam kurun waktu 1983 1993. Dalam upaya pelestarian sumberdaya
155
alam, masalah property right menjadi sangat penting, karena menyangkut masalah
tanggung jawab pelestarian. Selama ini banyak sumberdaya alam seperti hutan
tidak jelas pemiliknya, yang ada hanyalah milik Negara. Sistem penguasaan milik
Negara atau milik umum tidak kondusif bagi pelestarian SDA karena terjebak
pada apa yang disebut sebagai tragedy of commons (semua pihak merasa berhak
memanfaatkan namun tak seorang pun yang bersedia untuk melestarikannya).
Oleh karena itu, bagi SDA yang masih demikian perlu diperjelas pemiliknya
sehingga ada yang bertanggung jawab dalam pelestariannya. Perlindungan lahan
pertanian ini juga berkaitan dengan kebijakan makro ekonomi yang menekan
agribisnis seperti rezinm perdagangan yang pro-impor, kebijakan suku bunga
yang tinggi, akan membuat lahan pertanian menjadi under valued. Sehingga
mudah mengalami alih fungsi. Oleh karena itu, kebijakan ini harus dihindari.
Penerapan pajak tinggi pada lahan tidur dapat dilakukan secara optimalisasi
SDA. Disamping itu pemberian penghargaan pada para pelestari SDA dan sanksi
bagi perusak lingkungan juga perlu dijadikan kebijakan yang dituangkan dalam
suatu produk hukum yang mengikat perlindungan lahan pertanian subur seperti
lahan sawah perlu mencakup ekosistemnya yaitu termasuk wilayah tangkapan air
(catchmen area). Sebab tidak ada gunanya melindungi lahan sawah bila wilayah
tangkapan air untuk irigasi dengan mudah beralih fungsi. Oleh karena itu prinsipprinsip pengelolaan sumberdaya alam secara integratif perlu dikembangkan.
didaerah
sesusai
dengan
keunggulan
masing-masing
daerah.
asupan zat gizi dengan jumlah dan keseimbangan yang cukup. Dengan pengertian
tersebut, maka agribisnis komoditas pangan yang berbasis sumberdaya pangan
local, yang menghasilakn, mengolah, dan memasarkan berbagai ragam produk
pangan serta memberikan pendapatan bagi masyarakat, memberikan konstribusi
yang sangat besar terhadap terwujudnya ketahanan pangan.
Dalam GBHN tahun 1999 2004 diamanatkan sebagai berikut :
mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis
pada keragaman
pada wilayah yang bersangakutan, dan antar wilayah dari waktu ke waktu pada
tingkat harga yang proposional. Kebijakan subsistem distribusi pangan diarahkan
untuk mendorong kelancaran proses distribusi dari lokasi produsen dengan
konsumen sehingga masyarakat diseluruh wilayah yang dibutuhkannya. Demikian
pula, kebijakan subsistem konsumsi pangan diarahkan untuk mendorong
masyarakat mampu mendayagunakan sumberdayanya untuk memperoleh dan
konsumsi pangan sehingga setiap individu mendapat asupan gizi yang cukup dan
seimbang.
difokuskan pada: 1). Merauke Integrated Food dan Energy Estate (MIFEE), 2)
Pengembangan ternak sapi potong dan babi, dan 3) Pengembangan kedelai.
1) Merauke Integrated Food dan Energi Estate (MIFEE)
Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke telah mengalokasikan areal seluas
1,2 juta hektar yang terbagi atas 10 klaster. Untuk jangka pendek (2011-2014),
prioritas pengembangan pada Klaster I dan IV seluas 464.954 hektar dengan lahan
yang clear and clean seluas 228.022 hektar. Komoditas pangan yang akan
dikembangkan adalah: padi, jagung, kedelai, tebu dan sapi.
Kegiatan yang telah dilakukan antara lain : (1) Telah diterbitkan grand design
MIFEE, (2) grand-launching MIFEE, (3) inventarisasi rencana investigasi dari 14
investor dengan ijin seluas 548.315 hektar, (4) pembangunan/rehabilitasi jalan
usaha tani dan irigasi, (5) demplot System Rice of Intensification (SRI). Kendala
yang dihadapi saat ini belum diterbitkannya ijin penggunaan lahan dari HPK
menjadi APL serta infrastruktur yang terbatas. Hal lain yang ditunggu para pelaku
usaha adalah penetapan Kawasan Ekonomi Khusus di wilayah Merauke.
160
3)
Pengembangan Kedelai
Pengembangan kedelai di NTT dilakukan secara bertahap, yaitu pada tahun
2011 seluas 2.000 hektar, tahun 2012 seluas 3.000 hektar, tahun 2013 seluas 4.000
hektar dan pada tahun 2014 seluas 5.000 hektar. Pada tahun 2011, pengembangan
kedelai dilakukan melalui: 1) pemberdayaan Balai Benih setempat untuk
menangkarkan benih sumber seluas 3,2 hektar, 2) pemberian bantuan saprodi
(pupuk kimia, Rhizobium, kapur pertanian dan pestisida), 3) pemberian paket alat
dan mesin pertanian seperti: hand traktor, power tresher, peralatan pengolahan
tahu-tempe dan susu kedelai, 4) pemberian bantuan sapi kerja kepada petani, 5)
pemberian pelatihan budidaya kedelai, panen dan pasca panen serta pengolahan
hasil, 6) Melakukan koordinasi, pembinaan, pendampingan, monitoring dan
pelaporan.
3.
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Peranan Pemerintah Dalam
Agribisnis, coba Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.
1. Jelaskan peranan pemerintah terhadap perdagangan internasional produk
pertanian.
2. Sebutkan berbagai macam peraturan lokal dan pusat yang mempengaruhi
kegiatan agribisnis.
3. Jelaskan mengenai kebijakan pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya
alam dan lingkungan.
4. Sebutkan contoh bentuk tanggung jawab sosial perusahaan agribisnis
terhadap keberlanjutan lingkungan.
5. Jelaskan
contoh
pelaksanaan
kebijakan
pemerintah
mengenai
TES FORMATIF
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah yang dimaksud undang-undang antitrust?
2. Sebutkan istilah-istilah lain dari antitrust.
3. Undang-undang
ketenagakerjaan?
nomor
berapakah
yang
mengatur
tentang
163
KEGIATAN BELAJAR 7
Modul
PENGEMBANGAN KASUS
13
AGRIBISNIS
tembakau dilakukan, bahkan ada larangan untuk meroko dan meminum cerutu
disegala tempat, permintaan menurun akibat perang terhadap tembakau
dicanangkan semenjak akhir abad 20. Selain itu cita rasa (taste) konsumen
tembakau berubah dari ceritu besar (cigar) menjadi cerutu kecil (cigarrolos),
akibatnya banyak pabrik cerutu melakukan penggabungan (merger). Keseluruhan
ini menyebabkan struktur pasar tembakau berubah menjadi oligopsoni (buyer
market). Gejala perubahan kultur dan struktur pengelolaan dan pasar tembakau ini
dirasakan oleh pelaku bisnis semenjak akhir abad 20.
Undang-undang yang mengatur tentang komoditas tebu dan tembakau juga
berubah, peraturan perundangan yang mengatur budidaya tanaman , pengelolaan,
dan kelembagaan khusus komoditas tebu dan tembakau diberlakukan untuk
menata dan mengatur komoditas perdagangan termasuk kedua komoditas tersebut
(UU No. 12? 1989, Inpres No. 9/75 dlsb). Pada jaman kolonial Belanda, gula
masih berorientasi ekspor namun pada akhir abad 20 digunakan untuk kebutuhan
dalam negeri dan itu pun tidak cukup. Kualitas tebu menurun, rendemen menurun,
petani bebas menanam komoditas apa saja yang dianggap menguntungkan. Impor
gula jenis raw sugar atau sejenisnya serta gula rafinasi dari luar negeri dapat
menurunkan harga tebu dari petani yang memiliki kebebasan komoditas yang
dianggap menguntungkan. Tarik menarik antara keinginan untuk mendorong
industri gula dengan komponen kemitraan petani tebu menjadi mampu bersaing
dengan gula impor memerlukan kecermatan dalam antisispasinya karena dapat
menyebabkan pabrik gula dan tebu rakyat menjadi tidak efisien, akibatnya tidak
memiliki keunggulan komparatif dan/ atau kompetitif. Perubahan-perubahan ini
perlu dipikirkan dan diantisipasi secara cerdas, efisien, dan strategis agar kedua
produk komoditas ini menjadi komoditas strategik yang menghasilkan keuntungan
yang mempu memperkuat anggaran pendapatan belanja.
N10, dan N11 serta PT Rajawali dan PTKBA dalam pengadaan bibit. Kebijakan
perbaikan bahan baku tebu tersebut kemudian diantisipasi oleh pabrik menuju
produk yang efisien yaitu dengan memberikan penghargaan perbaikan produksi
dan produktivitas tebu dengan emberikan apresiasi pada Nilai Nira Perahan
pertama (NPP).
Selain itu Departemen Perdagangan dan Perindustrian juga memperbaiki
kebijakan tata niaga impor gula (Kepmen Perdagangan Perindustrian 527/2004).
Kebijakan ini muncul untuk menjawab adanya anggapan bahwa petani dirugkan
oleh pabrik dalam hal penyediaan bahan baku tebu untuk pabrik gula.
Perbaikan pabrik juga harusnya dapat dilakukan dari dana internal PTPN yang
diambil dari anggaran penyusutan, investasi berupa renovasi dan modernisasi
pabrik dengan melalui program APBN. Namun hal tersebut belum dapat
dilakukan karena kondisi keuangan negara. Secara umum, untuk menjadikan
industri gula ini memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, langkah yang
dibutuhkan yaitu:
1) Meningkatkan efisiensi pabril dengan renovasi/ modernisasi mesin, power,
pengolahan gula serta tatanan pabrik. Tujuannya agar menjadikan pabrik
sebagai penjuala jasa giling yang dapat dipertanggungjawabkan dan
menjadi sumber keuntungan
2) Meningkatkan kualitas bahan baku tebu (bongkar ratoon, perbaikan bibit,
dan peningkatan produktivitas) diikuti dengan perbaikan baku teknis,
kultur teknis, dan kelembagaan (tri partitie, antara petani, pabrik, dan
pemerintah).
Unit usaha strategis tembakau cerutu lebih berorientasi pada pasar internasional
daripada lokal. tekanan usaha lebih diutamakan pada pasar, karena industriawan
cerutu yang makin sedikit jumlahnya, sementara itu perang terhadap rokok dan
cerutu yang berarti perang terhadap tembakau semakin gencar, maka kebutuhan
tembakau untuk cerutu semakin menurun.
Strategi pasar cerutu N10 yang telah dilakukan pihak Indonesia telah benar
memeberikan manfaat sehingga tidak perlu diuba. Strategi tersebut yaitu 70
persen untuk melayani/ mencukupi mmitra utama Burger Sohne Burg (BSB),
10 % melalui makelar Indonesia, 10% penjualan melalui penampung (pasar
lelang Bremen), dan 10% penjualan melalui makelar internasional. Kondisi
ini apabila dipertahankan akan cukup bagus, terlebih dapat melakukan
ekspansi dengan cara perluasan pasar.
Untuk mengatasi masalah lahan usaha dan budidaya tanaman serta pasca
panen (curing dan sortasi) ditekankan pada kemampuan sumberdaya manusia
167
yang memiliki skill ahli dan kondisi alam. Dalam hal ini career palnning
merupakan upaya agar ada kesinambungan dan keberlanjutan usaha strategis
tembakau. Standart operating procedure dan pengawasan serta keputusan
pimpinan yang ahli dan tepat sangat diperlukan pada tahapan pekerjaan ini.
tersebut maka diperluka strategi pembangunan wilayah Jawa Barat yang bersifat
integratif.
Pengembangan Agribisnis
Dalam hubungannya dengan pembangunan wilayah Jawa Barat yang terintegrasi,
pembangunan wilayah dengan pendekatan agribisnis mampu memanfaatkan
keunggulan komparatif (comparative advantages) dari setiap wilayah yang
berbeda melalui pembangunan subsistem agribisnis yang relevan. Jawa Barat
bagian utara dan tengah yang unggul dari segi pasar, dapat dimanfaatkan oleh
agribisnis melalui pengembangan subsistem agribisnis hilir, yang terintegrasi
secara vertikal dengan subsistem usaha tani dan subsistem agribisnis hulu di Jawa
Barat Bagian Selatan yang unggul dari segi agrobiofisik. Dengan demikian,
peningkatan pendapatan penduduk di Jawa Barat Bagian Utara dan Tengah ( yang
berarti meningkattkan daya serap pasar ), akan mendorong pertumbuhan
subsistem agribisnis hilir diwilayah tersebut. Pertumbuhan agribisnis hilir ini akan
menarik subsistem agribisnis usaha tani dan subsistem agribisnis hulu di Wilayah
Jawa Barat Bagian Selatan, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
penduduk di Jawa Barat Bagian selatan. Kemudian, dengan bertumbuhnya
subsistem agribisnis hilir, usaha tani dan subsistem agribisnis hulu tersebut akan
menarik seluruh kegiatan industri jasa yang berkaitan dengan agribisnis (
perbankan, transportasi dan lain lain ).
Dengan mekanisme seperti itu, maka pembangunan dengan pendekatan agribisnis
akan mampu mengintegrasikan perekonomian wilayah Jawa Barat, baik antara
wilayah Utara, Tengah dan selatan; maupun antara sector pertanian dengan
industri/ agroindustri, sector pertanian dengan sektor jasa dan sektor industri
dengan sektor jasa. Selain itu, melalui mekanisme pasar, pembangunan wilayah
dengan pendekatan agribisnis akan mampu memperkecil pelarian sumberdaya
manusia dan pelarian modal dari Jawa Barat bagian Selatan ke wilayah Jawa
Barat bagian Utara dan Tengah, Bahkan potensial mendorong terjadinya
penarikan kembali sumberdaya manusia dan capital dari Wilayah Jawa Barat
bagian Utara dan Tengah ke Wilayah Selatan.
169
Agar proses yang demikian dapat terjadi, maka komoditas yang dikembangkan di
Jawa Barat bagian Selatan hendaknya merupakan komoditas/ produk yang bersifat
memiliki elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi
(income elastic demand ), seperti komoditas perternakan dan hortikultura.
Konsumsi komoditas peternakan ( daging, telur dan susu )dan hortikultura
meningkat dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Kemudian, konsumen
hasil peternakan dan hortikultura terbesar di Jawa Barat selama ini berada pada
masyarakat yang mendiami Jawa Barat bgaian Utara dan Tengah; sementara
kemampuan Jawa Barat bagian Utara dan Tengah dalam menghasilkan komoditas
peternakan dan hortikultura semakin menurun. Dengan demikian pertumbuhan
ekonomi di bagian Utara dan Tengah akan meningkatkan permintaan komoditas
peternakan dan hortikultura, sehingga bila komoditas tersebut dikembangkan di
Jawa Barat bagian Selatan, peningkatan permintaan tersebut akan menarik
aktivitas ekonomi masyarakat Jawa Barat bagian Selatan.
Kemudian, untuk menjamin peningkatan pendapatan masyarakat di Jawa Barat
bagian Selatan yang umumnya adalah petani, maka petani perlu didorong dan
difasilitasi untuk mengembangkan koperasi agribisnis. Di masa lalu, aktivitas
ekonomi petani kita hanya terbatas pada usaha tani saja, yang justru paling kecil
nilai tambahnya dibandingkan dengan nilai tambah agribisnis hulu dan hilir.
Dengan mengembangkan koperasi agribisnis secara vertikal, maka petani akan
dapat menangkap nilai tambah yang ada pada subsistem agribisnis tersebut, baik
yang berada di Jawa Barat bagian Utara dan Tengah, maupun yang ada di Jawa
Barat bagian Selatan. dengan demikian, pendapatan petani di Jawa Barat bagian
Selatan akan dapat ditingkatkan dan mengejar ketinggalan dari Jawa Barat bagian
Utara dan Tengah.
Pengembangan
wilayah
dengan
pendekatan
agribisnis
berpotensi
pengembangan
agribisnis
170
yang
demikian
juga
mendorong
171
sekitarnya ) merupakan jenis pisang barangan yang saat ini cukup terkenal di
hotel-hotel dan restoran di Jakarta.
Dengan ragam dan tingkat produksi komoditas pertanian yang demikian,
sebenarnya masyarakat dan wilayah simalungun sudah harus lebih makmur dari
yang dicapai saat ini. Berbagi fakta menunjukkan bahwa tampaknya para petani
di wilayah Simalungun hanya menikmati sedikit dari manfaat ekonomi yang
ditimbulkan oleh wilayah Simalungun sebagai sentra produksi komoditas
pertanian. Bahkan beberapa desa di Simalungun masih tergolong sebagai desa
tertinggal (miskin). Sebaliknya, berbagai bebagai fakta menunjukkan justru
pedagang dan pengusaha yang mengolah dan memperdagangkan hasil pertanian
dari wilayah Simalungun yang justru menikmati manfaat ekonomi pertanian
Simalungun. Karena kegiatan pengolahan dan perdagangan hasil pertanian di
Wilayah simalungun sebagian besar berada diluar wilayah simalungun, maka
sebagian besar manfaat tersebut mengalami kebocoran ( leakages) dari wilayah
Simalungun ke wilayah lain. Arus kebocoran manfaat ekonomi diperbesar pula
oleh ketergantungan yang kuat wilayah Simalungun terhadap wilyah lain dalam
penyediaan sarana produksi pertanian.
Bila keadaan yang demikian berlangsung lama, maka dikhawatirkan
wilayah Simalungun akan mengalami kesulitan dalam pemupukan modal, bahkan
cenderung akan mengalami pelarian capital ( capital Flight), sehingga akan
mengurangi kemampuan produksi wilayah Simalungun. Kondisi seperti ini sangat
tidak kita inginkan terutama bila kita hubungkan bahwa wilayah kabupaten
simalungun merupakan daerah percontohan ekonomi daerah tingkat II di Sumatra
Utara.
Keadaan yang terjadi pada pertanian wilayah Simalungun yang demikian,
tidak dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan pertanian yang kita anut
dimasa lalu. Pembangunan pertanian yang hanya terfokus pada agribisnis usaha
tani saja, memang dapat meningkatkan produksi, tetapi sangat sulit berhasil
meningkatkan pendapatan petani secar riil dan meningkatkan serta menahan nilai
tambah (added value) yang lebih besar di wilayah sentra produksi pertanian.
Penyebabnya adalah karena pada agribisnis usaha tani nilai tambah yang tercipta
172
adalah sangat kecil dan jauh lebih kecil daripada nilai tambah yang tercipta pada
agribisnis hulu dan hilir (industri pengolahan dan perdagangan). Oleh sebab itu,
dimasa yang akan datang pembangunan pertanian di wilayah Simalungun perlu
diubah dari konsep pertanian primer ke konsep agribisnis.
Dalam rangka pengembangan agribisnis di wilayah Simalungun, perlu
upayakan agar di wilayah Simalungun berkembang usaha-usaha pembibitan
komoditas unggul yang dapat memenuhi kebutuhan bibit (tanaman, ternak dan
ikan) para petani. Disamping itu, yang paling penting adalah mengembangkan
industri pengolahan hasil pertanian yang bahan bakunya ada di wilayah
simalungun. Kita perlu mengembangkan industri minyak dan sari jahe, industri
tepung jagung dan minyak jagung, industri buah jeruk, industri minyak bawang,
industri pengolahan kopi ( kopi bubuk dan permen kopi ), dan industri pengolahan
hasil pertanian lainnya. Dengan pengembangan agroindustri yang demikian di
wilayah simalungun maka nilai tambah agribisnis yang tertahan di wilayah
Simalungun akan lebih besar.
Untuk meningkatkan pendapatan para petani sekaligus memperluas
jaringan bisnis petani, kita perlu mendorong berkembangnya organisasi bisnis
terutama koperasi agribisnis dikalangan petani di wilayah Simalungun. Koperasi
agribisnis yang dimaksudkan di sini bukanlah konsep KUD masa lalu yang
menangani segala macam komoditas dan hanya bergerak pada pertanian primer
saja. Koperasi agribisnis yang dimaksudkan adalah koperasi yang menangani satu
jenis komoditas mulai dari hulu hingga ke hilir. Melalui koperasi agribisnis ini,
petani dapat mengembangkan jaringan bisnisnya, baik pada agribisnis hulu
maupun pada agribisnis hilir (industri pengolahan, dan perdagangan). Dengan
demikian nilai tambah yang tercipta dalam agribisnis suatu komoditas dapat
dinikmati oleh para petani sedemikian rupa sehingga pendapatan mereka dapat
meningkat lebih cepat. Hal ini akan meningkatkan gairah dan kebanggaan para
petani serta akan merangsang tumbuhnya generasi baru pengusaha agribisnis dan
keluarga petani.
Pengembangan agroindustri dan organisasi bisnis petani tersebut perlu
disertai dengan subsistem jasa agribisnis terutama pengembangan prasarana jalan.
173
meningkatkan kemampuan wilayah Simalungun untuk membiayai sendiri ( selffinancing) pembangunan, sehingga siap melaksanakan otonomi daerah secara
penuh. Kemudian, karena produk-produk yang dihasilkan agribisnis di wilayah
Simalungun ada produk yang bersifat memiliki elastisitas permintaan terhadap
perubahan pendapatan yang tinggi (income elstic demand ). maka meningkatnya
pendapatan masyarakat di wilayah perkotaan akan menarik lebih lanjut
berkembangnya
agribisnis
diwilayah
Simalungun.
Dengan
demikian,
174
Secara prinsip,
Gabah di
Petani
+
Gabah di
Pedagang
-
+
Gabah di
Penggilingan
-
+
Beras di
Penggilingan
-
+
Penjualan
Beras
+
Beras di
Pedagang
-
Permintaan
Beras
Produksi
Padi
Keinginan Petani
untuk Menanam
Padi
Harga Beras
+
Gambar 11. Diagram Umpan Balik Struktur Dasar Rantai Pasokan Beras
176
177
konversi padi
ke GKP
Produksi GKP
Lama
Penjemuran
GKP di
Petani
<Dayabeli Ped
Peng>
Pengeringan
GKP di Petani
Transaksi 1
Penawaran
GKS di Pdg
Peng
GKS di Pedagang
Pengumpul
Produktivitas
Padi per Musim
Pertambahan
GKS di
Petani
GKS di
Petani
Penawaran
GKS Petani
waktu penggilingan
di Pemilik RMU
Transaksi 3
Produk
Sampingan
Luas Panen
GKS di Bandar
Transaksi 2
fraksi konversi
GKP-GKS
Transaksi 4
<Dayabeli
Bandar>
GKS di
Pemilik RMU
Pengeringan
RMU
GKG di Pemilik
RMU
Penggilingan oleh
Pemilik RMU
<Dayabeli
Pemilik RMU>
Produksi
Beras PK Kab
Bandung
Waktu
pengeringan
Efek Stok
Beras di Bdr
<Dayabeli Pdg
Beras>
Transaksi 5
GKS di
Pedagang
Beras
Pengeringan
Ped Beras
GKG di
Pedagang
Beras
Penggilingan
oleh Pedangan
Beras
waktu penggilingan
di Pedg Beras
Setiap
transaksi yang terjadi sejak level petani sampai dengan pedagang beras di pasar
induk daerah perkotaan akan membentuk umpan balik negatif sehingga
menghasilkan proses menuju keseimbangan (balancing process) ketersediaan
gabah atau beras. Proses tersebut akan selalu berulang karena tidak adanya
struktur keputusan baru berupa inovasi produk, proses ataupun kelembagaan.
Kondisi tersebut yang menyebabkan fenomena kelangkaan dan kelebihan beras
selalu berulang, seolah-olah tidak terselesaikan seperti lingkaran setan (virtuous
and viscious cycle).
Fenomena
kelangkaan
atau
kelebihan
pasokan
beras
selalu
direspons
(diintervensi) oleh pemerintah pusat dan daerah dengan cara merubah parameter
keputusan berupa tambahan atau pengurangan aliran beras di masyarakat dengan
cara melakukan operasi pasar oleh bulog/dolog setempat.
Perubahan perilaku
yang dihasilkan oleh intervensi tersebut hanya bersifat sesaat karena tidak adanya
struktur keputusan baru yang mampu mengatasi fenomena tersebut secara
permanen atau berkelanjutan.
Permintaan
Konsumen Bdg
Aktual
waktu pasokan
ke Bdg
<Produksi Beras
PK Kab Bandung>
Alokasi Beras
utk Bdg
Beras utk
Bandung
Pasokan ke
Bdg
Beras di Pasar
Bandung
Transaksi dg
Konsumen Bdg
Beras di Kab
Bandung
Efek Stok Beras
di Pasar Jkt
Alokasi Beras
utk Jkt
Pasokan
ke Jkt
Beras utk
Jakarta
Beras di Pasar
Cipinang
fraksi beras
bagus utk Jkt
Keluaran
Beras Menir
waktu pasokan
ke Jkt
Transaksi dg
Konsumen Jkt
Permintaan
Konsumen Jkt
Aktual
fraksi
menir
179
Satu hal yang sering terabaikan dalam keputusan manajemen rantai pasokan beras
adalah struktur aliran uang yang terjadi di para pelaku perberasan di Kabupaten
Bandung. Aliran uang merupakan hasil umpan balik dari aliran beras yang terjadi.
Uang merupakan sumberdaya yang terbatas sehingga menentukan jumlah aliran
beras yang terjadi (Gambar 14).
Struktur dasar aliran uang yang terjadi pada sistem rantai pasokan beras di
Kabupaten Bandung merupakan interaksi dari kas (persediaan uang) pada setiap
level pelaku yang terlibat, keputusan jumlah pembelian gabah atau beras serta
pendapatan yang diterima dari proses transaksi yang terjadi antara satu pelaku
dengan pelaku yang lain. Ketersediaan kas yang dimiliki oleh setiap pelaku dan
permintaan pasar akan menentukan daya beli untuk pengadaan gabah ataupun
beras. Jumlah kas yang bertambah akan meningkatkan daya beli yang akan
meningkatkan jumlah pembelian gabah atau beras. Sebaliknya, semakin
bertambah jumlah pembelian gabah atau beras akan mengurangi jumlah kas yang
tersedia. Perilaku dari struktur keputusan dan fisik tersebut akan menuju kepada
keseimbangan dan apabila tidak ada struktur baru akan mengakibatkan fenomena
yang berulang.
Kelancaran aliran kas pada sistem rantai pasokan beras yang ditentukan oleh
ketersediaan kas akan tertekan atau terganggu apabila terjadi perubahan parameter
keputusan seperti meningkatnya jumlah peredaran gabah atau beras karena musim
panen raya. Fenomena panen raya tersebut mengakibatkan para pelaku pasar
berhadapan dengan dua alternatif keputusan, yaitu : membeli dengan harga yang
sama dalam jumlah yang lebih banyak tapi menunda pembayaran atau membeli
lebih banyak dengan membayar secara tunai (seperti biasanya) tapi harganya lebih
rendah. Secara rasional, para pelaku pasar akan memilih keputsan yang kedua,
yaitu membeli lebih banyak secara tunai dengan harga yang lebih rendah. Kondisi
tersebut akan ditransmisikan dari hulu sampai ke hilir atau dari gabah sampai ke
beras. Fenomena tersebut yang selalu terjadi berulang pada sistem rantai pasokan
beras di Kabupaten Bandung dan Indonesia.
180
Keuntungan
Pedagang Pengumpul
Kas di Pedagang
Pengumpul
Cashflow 1
Kas di Petani
Harga jual
GKS di Petani
Cashflow 3
<Penggilingan
oleh Pemilik
RMU>
Keuntungan
Petani
Harga Penjualan
Beras Putih++ di
Pemilik RMU
<Alokasi Beras
utk Bdg>
Kas di Pemilik
RMU
Kas di Bandar
Cashflow 2
Harga Menir
Harga Produk
Sampingan
Pemasukan dr
Produk
Sampingan
Keuntungan
Pemilik RMU
<Transaksi
3>
Pengeluaran
Petani
<Produk
Sampingan>
<Keluaran Beras
Menir>
<Transaksi
1>
Cashflow 4
Keuntungan
Pedagang Bandung
<Transaksi dg
Konsumen Bdg>
Kas di Pedagang
Bandung
Casflow 6
Revenue di
Bandung
Cashflow 8
<Transak
si 4>
<Transaksi
2>
Kas Penjualan
Beras Baru
Keuntungan
Bandar
Cashflow 9
Kas di Pedagang
Beras
Cashflow 5
Kas di Pedagang
Jakarta
Cashflow 7
<Transaksi 5>
Keuntungan
Pedagang Beras
<Alokasi Beras
utk Jkt>
Revenue Pdg
di Jakarta
Keuntungan
Pedagang
Jakarta
<Transaksi dg
Konsumen Jkt>
Strategi
Pengembangan
Sistem
Rantai
Pasokan
Industri
Perberasan
Bagian ini merupakan pengembangan dari struktur dasar aliran beras dan
aliran uang pada sistem rantasi pasokan industri perberasan di Kabupaten
Bandung. Kedua struktur dasar (aliran beras dan uang) di atas dikembangkan
menjadi stock and flow diagram yang selanjutnya dikembangkan menjadi model
simulasi dengan menggunakan perangkat lunak (software) Vensim 5.7. Model
simulasi dikembangkan berdasarkan level pelaku yang terlibat, yaitu : petani,
pedagang pengumpul, bandar, pedagang beras, pemilik RMU, agregat Kabupaten
Bandung, pedagang beras Jakarta dan pedagang beras Bandung (Lampiran).
Dalam model simulasi pada setiap level pelaku tersebut dilakukan
integrasi aliran fisik berupa aliran beras dan uang serta aliran informasi berupa
permintaan (order).
Perubahan Produktivitas
1
0.95
0.9
0.85
1
0
0.8
0
5
6
Time (Year)
Perubahan
Produktivitas
10
5
6
Time (Year)
Dmnl
Waktu Step
Tinggi Step1
Perubahan Jml
Musim Tanam
10
Dmnl
Waktu Step1
Gambar 16. Dinamika Persediaan (stock) dan Harga Gabah dan Beras
Namun demikian, kenaikan produktifitas dan jumlah musim tanaman yang
menyebabkan tidak semua pelaku industri perberasan yang terlibat memperoleh
keuntungan dari usahanya. Petani sebagai pelaku industri perberasan di sektor
hulu mengalami kerugian di awal peningkatan produksi, selanjutnya mengalami
peningkatan yang dalam tertentu, kemudian mengalami penurunan secara tajam,
selanjutnya secara perlahan mengalami peningkatan kembali namun masih
dibawah
184
memiliki daya saing agar mampu bersaing dengan pemasok lainnya yang
memiliki skala ekonomi lebih besar.
Dalam upaya meningkatkan daya saing produsen kecil untuk memasok
pasar terstruktur, Puslitbang Inovasi dan Kelembagaan Universitas Padjadjaran
melakukan program pengembangan manajemen rantai pasok sayuran untuk
memenuhi permintaan pasar terstruktur. Program tersebut diimplementasikan di
beberapa sentra produksi sayuran di Jawa Barat, diantaranya adalah Kabupaten
Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten Ciamis.
Dalam menjalankan program tersebut, Puslitbang Inovasi dan Kelembagaan
bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Kementerian Pertanian, Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, pelaku pasar terstruktur (eksportir,
supermarket, industri dan jasa pangan), kelompok tani, ACDI VOCA USAID,
Syngenta Foundation, BRI dan Bank Indonesia.
Pengembangan manajemen rantai pasok sayuran merupakan suatu proses
kompleks yang melibatkan banyak aktor, permintaan dan pasokan sayuran yang
dinamis, jumlah petani kecil yang banyak dan tersebar daya tahan produk sayuran
yang terbatas, sarana dan prasarana yang terbatas, peranan kelembagaan tani yang
terbatas. Dalam pengembangan manajemen rantai pasok sayuran dibutuhkan suatu
sistem logistik yang mampu menghasilkan dan menyampaikan sayuran segar
dengan jumlah dan kualitas yang diinginkan dari kebun sampai ke pasar. Logistik
merupakan bagian dari rantai pasok yang secara spesifik terkait dengan
transportasi, penyimpanan, persediaan dan manajemen transaksi. Kegagalan
dalam salah satu aktivitas logistik akan menyebabkan terhambatnya distribusi dan
menurunnya kualitas produk (Kanlayarat et al, 2009).
Program
pengembangan
manajemen
rantai
pasok
sayuran
belum
memperhatikan aspek manajemen logistik. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai
permasalahan yang dihadapi produsen kecil dalam program tersebut, yaitu :
tingkat pengembalian produk cacat yang tinggi dari pembeli ke kelompok tani ( di
atas 10 %) dan tingkat pemenuhan rasio permintaan (service level/fullfiled order
ratio) di bawah
panen yang tidak tepat, tidak dilakukannya pra pendinginan dan pendinginan
sayuran yang cepat di sentra produksi, belum optimalnya penjaminan kualitas
produk oleh kelompok tani, manajemen penyimpanan dan persediaan yang tidak
berjalan optimal di kebun dan pusat distribusi eksportir serta manajemen traksaksi
yang tidak baku.
Kompleksnya persoalan manajemen logistik yang dihadapi dalam program
pengembangan manajemen rantai pasok sayuran untuk pasar terstruktur di Jawa
Barat membutuhkan penanganan khusus. Hsiao et al (2006) menyatakan bahwa
sejalan dengan semakin kompleknya kualitas, logistik dan sistem informasi dalam
rantai pasok pangan telah mendorong pengembangan pelaku jasa logistik
(Logistics Service Provider). Pelaku jasa logistik merupakan pelaku usaha
eksternal yang melakukan aktivitas logistik pada suatu rantai pasok.
187
!"#"$%"&'"&$
%"#"($
)("*+#+,&"-$
./#0,(1($
2304(5"(/46$
24&6("$%(,*3/#+$
%45"#,/$
7,04("#+$
%4&'3503-$
%4(3#"8""&$
%46"&+$
9&*3#6(+$%4&*3/3&'$
9&*3#6(+$:4&+8$
9&*3#6(+$;'(,+&036$
(1) petani yang tergabung dalam kelompok tani dengan fokus pada sektor
budidaya, (2) unit layanan logistik pedesaan (logistics service provider) yang
fokus pada pengelolaan logistik dari mulai logistik masuk sampai ke logistik
keluar dan (3) multi pelaku pasar terstruktur dan tradisional. Dalam manajemen
logistik tersebut, unit jasa layanan logistik pedesaan berperan sebagai titik
pemisah pesanan dan pasokan produksi (customer order decoupling point) yang
keputusan manajemennya didorong oleh pesanan konsumen (pull system) dan
rencana produksinya dibuat berdasarkan peramalan permintaan konsumen atau
mitra usahanya di hilir (push system), yakni pasar terstruktur (Gambar 19).
188
9"+313%$'(
;$'$?"#"'(
!$'"'(
G$#*'$'(93$8*1$%(
/"01,&((
23.*.$)$(
9:4-;!-9(
@AB7(
!"#>$(
)$&$'(
7#>$8(G$%$(
-&."&(<(
/+"%*=0$%*(
!&,.30(
-&."&(<(
/+"%*=0$%*(
!&,.30(
!'"&*#$$'(
!,8$(@$'$#(.$'(
23.*.$)$((
!&,.30(
4,5*%60(;$%30((
!"#>*>*1$'(
@&$'%$0%*(
@&$'%$0%*(
!"&%*$+$'(4$H$'(
!"')"&$H$'(
!"'"&$+$'(FA!(
!"#>$(
)$&$'(
@&$'%$0%*(
!"#>$(
)$&$'(
7'.3%1&*((
!"'5,8$H$'(
!$%$&(E,#"%60(
/,&1$%*(.$'(F&$.*'5(
G$#*'$'(93$8*1$%(
!"'5"#$%$'(
!"#$%$&$'(
!&"(L(J,,8*'5((
E*%1&*>3%*(
J,,8*'5((
!&,%"%(-&."&(
!"')*#+$'$'(
!"'?$#*'(93$8*1$%(
4,5*%60(7'1"&'$8(
4,5*%60(9"83$&(
!"#>$(
)$&$'(
!&,.30(
!$%$&(:0%+,&(
-&."&(<(
/+"%*=0$%*(
!"'"&$+$'(FI!D(FE!D(IAJJ!(
MB7@(4ANABAB(4-F7/@79(!:E:/AAB(
9,'%,8*.$1,&(K$'1$*(!$%,0(
A8*&$'(7'C,&#$%*D(/*%1"#(!"'?"?$0$'(.$'(9"$#$'$'(!$'5$'((
layanan logistik menjadi wakil petani untuk memasarkan dan memberikan nilai
tambah pada produk sayuran seperti paprika. Unit layanan logistik menjadi
penyedia jasa pemasaran dan pasca panen (post harvest and marketing service
provider) yang mendapatkan penghasilan berupa imbal jasa (fee) dari petani
anggota yang dilayaninya. Besaran imbal jasa tersebut sesuai dengan biaya
operasional yang dikeluarkan.
pelanggan (petani dan pasar) yang terlihat dari tingkat kepuasan serta loyalitas
yang tercipta.
Tabel 3. Kinerja berimbang unit layanan jasa logistik pedesaan
Perspektif
Sasaran
Strategi
Ukuran
Strategi
Keuangan
(financial)
Pasar
Efisiensi
biaya
Rasio harga
dengan biaya
logistik/item
produk
Efisiensi
biaya lembur
Pelanggan
(customer)
Proses bisnis
internal
(internal
business
process)
Peningkatan
kepuasan
pelanggan
Kepuasan
pelanggan
Peningkatan
kualitas
pelayanan
Tingkat
keluhan
Perbaikan
waktu kerja
Efektivitas
siklus
operasional
Program
cycle
effectiveness
Efektivitas
dan efisiensi
waktu kerja
Peningkatan
kualitas
produk
Pembelajaran
dan
pertumbuhan
(learning &
growth)
Peningkatan
profesionalis
me karyawan
Penurunan
barang
reject
Penurunan
penyusutan
Tingkat
kepuasan
karyawan
Alamanda
Bimandiri
Kem Farm
Saung
Mirwan
Pizza Hut
Hoka Hoka
Bento
Pasar
Tradisional
Kinerja
Aktual
Rasio (%)
Paprika Paprika Paprika
hijau
merah
kuning
10,43
8,01
8,10
6,95
4,17
4,36
6,95
4,73
4,93
Paprika
orange
8,66
-
6,95
7,45
5,48
13,03
14,90
12,25
13,35
14,71
191
keuntungan
' layanan logistik
#3
3:'<3
;&1 ' +
pendapatan total
layanan logistik
63+37%&%+'8"+%*73'
upaya perbaikan
kinerja layanan
+
logistik
<pengiriman ke
pasar
tradisional>
+
biaya logistik
keluhan pelanggan
-
+
+
+
+
imbalan jasa logistik dan
pemasaran ke pasar
pengiriman ke
terstruktur + pasar terstruktur
imbalan jasa logistik dan
pemasaran ke pasar
'
+
tradisional
3*"5 .' persediaan
4
'
&
*
+
"#$% #() produk on grade
+
pengiriman ke
pasar tradisional
+
persediaan
produk off grade
+
! +%&' 9":3"''
+
+
-!"
43&132'
+
produk on grade
'
diproses lanjut
+
produk pesanan pasar
terstruktur (on grade)
+
kebutuhan
pengembangan basis
produksi
+
pengembangan basis
produksi baru
+
tekanan waktu sortasi
+
!"#$%&'()*)+,'
-!"#$%&'#()*.'
produksi
+
produktivitas sortasi
+
+
kualitas sortasi
intensitas sortasi
+
-
tingkat pemenuhan
pesanan
aktivitas sortasi
Penerapan titik pemisah tersebut dalam suatu sistem rantai pasok disebut
dengan sistem produksi hibrida (hybrid system). Sistem produksi hibrida tersebut
bertujuan untuk merespon dinamika permintaan pasar, baik kuantitas, kualitas dan
kontinuitas (Goncalves et al , 2004; Perdana et al, 2011). Van der Vorst et al
(2007) menyatakan bahwa titik pemisah tersebut ditujukan untuk mengurangi
persediaan dalam rantai pasok serta upaya fokus pada penetrasi konsumen dan
sistem logistik.
Gambar 20 memperlihatkan variabel yang termasuk dalam sistem dorong
adalah kebutuhan pengembangan basis produksi, pengembangan basis produksi
baru, produksi, jumlah yang disortasi, aktivitas sortasi, kualitas sortasi, produk
pesanan pasar terstruktur, produk tidak sesuai pesanan, persediaa produk off
grade dan pengiriman ke pasar pasar tradisional. Sedangkan variabel yang
termasuk dalam sistem tarik adalah produk on grade diproses lanjut, persediaan
produk on grade dan pengiriman ke pasar terstruktur. Interaksi antara berbagai
variabel yang termasuk pada sistem dorong dan sistem tarik akan membentuk
umpan balik negatif (negative feedback) yang berarti setiap pengembangan basis
produksi akan menuju ke arah kesetimbangan untuk mengikuti setiap dinamika
permintaaan pasar terstruktur.
Keberhasilan penerapan sistem produksi hibrida (push-pull system) akan
mendorong pertumbuhan pasar. Hal tersebut terjadi karena tingkat pemenuhan
pasar yang sesuai dengan services level agreement (SLA) akan menyebabkan
persepsi pasar yang baik (positive) terhadap kinerja pemenuhan pesanan sehingga
pesanan dari pasar terstruktur akan meningkat.
Unit layanan jasa logistik mendapatkan imbalan jasa dari setiap aktivitas
nilai tambah, upaya pemasaran dan layanan logistik yang dilakukan. Semakin baik
kinerja layanan unit logistik pedesaan yang dicerminkan oleh rendahnya keluhan
pelanggan akan mendorong pertumbuhan basis produksi yang dimiliki petani
kecil. Pertumbuhan basis produksi akan meningkatkan jumlah produksi sehingga
persediaan dan pengiriman produk on grade ke pasar terstruktur dan produk off
grade ke pasar tradisional akan meningkat. Semakin banyak produk on grade dan
off grade yang dikirim ke pasar makan akan semakin banyak pula imbalan jasa
193
yang diterima oleh unit layanan logistik pedesaan. Kondisi tersebut menunjukkan
adanya umpan balik positif (positive feedback) pada interaksi sistem produksi
hibrida dengan imbal jasa, manajemen kinerja dan pertumbuhan pasar.
segar, sekitar 350.000 ton setiap tahunnya. Kebutuhan tersebut akan terus
meningkat sejalan dengan tingginya pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pada
tahun 2009, sebagian besar pasokan sayuran dan buah segar ke Singapura berasal
dari Cina dan Malaysia, Indonesia baru mendapatkan pangsa pasar sebesar 6 %.
Saat ini, AVA, otoritas pangan Singapura sedang menjajaki kemungkinan
pengembangan pasokan sayuran dan buah dari Indonesia untuk mengurangi
ketergantungan dari Cina (Perdana, 2009). Sejak akhir tahun 2009, Pemerintah
Indonesia merespon keinginan Singapura dengan mencanangkan program
akselerasi pengembangan ekspor sayuran dan buah segar ke Singapura.
194
menyampaikan produk, jasa dan informasi yang memiliki nilai tambah bagi
konsumen dan stakeholders yang lain (Mentzer et al., 2001).
Penciptaan nilai tambah merupakan untuk mewujudkan efisiensi usaha,
sedangkan distribusi nilai tambah adalah proses untuk mewujudkan keadilan
berusaha (Bunte, 2006).
produksi. Pelibatan produsen kecil merupakan salah satu kata kunci selain daya
saing dan berkeadilan dalam pengembangan rantai pasokan
agribisnis dan
yakni (1)
196
Pembibitan
Produk
Keputusan
Manajemen
Panen
Jaminan
Kualitas
Sektor
Budidaya
Order
&
Spesifikasi
Penerimaan
Cooling
Pre
- Cooling
Distribusi
Pemba
yaran
Jaminan Kualitas
Transfer
Keuntungan
Sektor
Rumah Kemasan
KELOMPOK
TANI
Penerimaan
Transaksi
Persiapan Lahan
Transaksi
Penyerahan
Penerapan GAP
Produk
Transaksi
Pemba
yaran
Pasar Domestik
Produk
Keputusan
Manajemen
Pemba
yaran
Penyimpanan
Pemasaran
dan
Distribusi
Pemba
yaran
Produk
Pasar Ekspor
Proses Order
Penjamin Kualitas
Order
&
Spesifikasi
Sektor
Pusat Distribusi
EKSPORTIR
KOPERASI
Konsolidator
Gambar 21. Model manajemen rantai pasokan sayuran ekspor yang melibatkan
koperasi (alternatif 1)
Terkait dengan pengelolaan risiko, khususnya bagi para petani yang
memiliki keterbatasan kapasitas sumberdaya, maka koperasi menerapkan aturan
main tata kelola hubungan antara petani yang merupakan anggota koperasi dan
koperasi dengan sistem penyerahan. Dalam sistem penyerahan tersebut tidak
terjadi transaksi antara petani dan koperasi. Koperasi menjadi wakil petani untuk
memasarkan dan memberikan nilai tambah pada produk sayuran. Koperasi
menjadi penyedia jasa pemasaran dan pasca panen (post harvest and marketing
service provider) yang mendapatkan penghasilan berupa imbal jasa (fee) dari
petani anggota yang dilayaninya. Besaran imbal jasa tersebut sesuai dengan biaya
operasional yang dikeluarkan.
Peran koperasi dalam pemasaran dan pasca panen tersebut sejalan dengan
pemikiran Erickson et al (2001) yang menyatakan bahwa koperasi merupakan
suatu bentuk badan usaha yang dimiliki, dikelola dan dikontrol anggotanya serta
memiliki komitmen untuk membantu anggotanya untuk memperbaiki harga
197
mingguan
untuk
memperbaiki
secara
berkelanjutan
(continous
perguruan
tinggi,
lembaga
penelitian,
lembaga
pendukung
198
Pembibitan
Jaminan
Kualitas
Sektor
Budidaya
KELOMPOK
TANI
Produk
Order
&
Spesifikasi
Pre
- Cooling
Keputusan
Manajemen
Distribusi
Jaminan
Kualitas
Pemba
yaran
Penerimaan
Transaksi
Persiapan Lahan
Penerimaan
Transaksi
Transaksi
Penerapan GAP
Produk
Transaksi
Pemba
yaran
Pasar Domestik
Cooling
Produk
Keputusan
Manajemen
Pemba
yaran
Sektor
Rumah Kemasan
Penyimpanan
Pemasaran
dan
Distribusi
Pemba
yaran
Produk
Pasar Ekspor
Proses
Order
Penjamin
Kualitas
Order
&
Spesifikasi
Sektor
Pusat Distribusi
EKSPORTIR
PEDAGANG
Konsolidator
Gambar 22. Model manajemen rantai pasokan sayuran ekspor yang melibatkan
pedagang (alternatif 2)
Konsorsium hortikultura tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses
pelaku agribisnis hortikultura terutama petani terhadap lima aspek, yaitu :
agroinput, teknologi, pasar, pembiayaan dan informasi. Dengan demikian,
ketersediaan lima aspek tersebut menjadi mudah bagi para pelaku agribisnis
terutama petani.
Format konsorsium serupa dengan Sistem Inovasi Pertanian (Agriculture
Innovation System) yang dikembangkan Chairatana (2000). Sistem inovasi
pertanian merupakan jaringan para pemangku kepentingan dan rantai pasokan
agribisnis yang berkonsentrasi pada kreativitas, inisiasi, interaksi, kerjasama dan
komitmen untuk menghasilkan kebaharuan yang terukur (tangible) dan tidak
terukur (intangible) kepada pasar dan masyarakat.
Semakin tinggi tekanan meningkatkan konsistensi pasokan maka tuntutan
untuk meningkatkan kualitas produk sayuran menjadi semakin bertambah. Respon
untuk meningkatkan kualitas dari konsumen harus dilakukan dengan cepat karena
199
intensitas
produktivitas tanaman
penerapan
GAP
juga
akan
meningkatkan
dengan jumlah produksi yang meningkat, maka jumlah produk yang disortasi
meningkat pula dan produk kualitas 1 untuk tujuan pasar ekspor akan meningkat.
Semakin banyak produk kualitas ekspor maka penjualan produk kualitas
ekspor akan meningkat, baik yang berasal dari koperasi sebagai wakil petani
maupun dari pedagang. Penjualan produk dari koperasi maupun eksportir yang
meningkat akan meningkatkan jumlah persediaan kualitas ekspor di pusat
distribusi (gudang) eksportir sehingga pengiriman ke luar negeri akan terjamin
pasokannya.
Keuntungan eksportir dari pengiriman produk sayuran ke luar negeri
ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan
maka keuntungan yang dapat diperoleh eksportir semakin rendah. Kondisi
tersebut memperlihatkan bahwa umpan balik yang terjadi pada keterkaitan
200
fase masa tumbuh. Pertumbuhan tanamanan ditentukan laju tanaman tumbuh dan
besaran tanaman yang tumbuh. Pada fase pertumbuhan tersebut terdapat
akumulasi tanaman masa produksi yang akan menghasilkan produk. Tanaman
yang melewati fase produksi akan mengalami penuaan sehingga secara rutin harus
diadakan penggantian agar kontinuitas produksi bisa dipertahankan sesuai dengan
rencana produksi.
Sub Model Manajemen Kapasitas Produksi
Dalam mempertahankan konsistensi pasokan, kelompok tani bekerjasama
dengan koperasi atau pedagang untuk merencanakan kapasitas produksi untuk
memenuhi permintaan pasar ekspor. Setiap kenaikan pesanan eksportir akan
direspon dengan perencanaan kebutuhan pengembangan penanaman yang baru.
Manajemen kapasitas produksi didorong oleh peramalan pesanan dari pasar
yang direpresentasikan oleh jumlah pasokan setiap kelas kualitas produk yang
diinginkan menuju proses lanjutan di rumah kemasan yang dikelola oleh koperasi
atau pedagang. Selanjutnya direncanakan kapasitasnya berdasarkan produksi
petani yang ada, produktivitas tanaman, waktu panen, bagian tanaman yang
tumbuh dan waktu produksi tanaman. Perencanaan kapasitas tersebut merupakan
bagian dari sistem produksi dorong pada rantai pasokan sayuran yang
dikembangkan.
Sub Model Rekayasa Kualitas
Dalam penelitian ini dilakukan agregasi kualitas sayuran ke dalam tiga
kelompok kualitas (grade), yaitu kualitas 1, kualitas 2 dan kualitas 3. Setiap
kelompok kualitas tersebut ditujukan untuk segmen pasar yang berbeda, yaitu :
pasar ekspor, supermarket dan pasar tradisional. Proses rekayasa kualitas berupa
sortasi dan pengkelasan ini dilakukan di rumah kemasan yang dikelola oleh
koperasi atau pedagang.
Sub Model Proses Lanjutan
Sayuran hasil rekayasa kualitas dilanjutkan ke proses pengemasan dan pra
pendinginan berdasarkan spesifikasi pesanan dari eksportir. Proses lanjutan ini
202
dilakukan di rumah kemasan sebagai bagian dari proses bisnis yang dilakukan
oleh koperasi atau pedagang.
Sub Model Pusat Distribusi Eksportir
Koperasi atau pedagang setelah melakukan proses lanjutan di rumah
kemasan yang dimiliki melakukan penjualan kepada eksportir. Dalam penelitian
ini, eksportir yang menjadi mitra pasar adalah PT. Alamanda Sejati Utama, salah
satu eksportir hortikultura terbaik di Indonesia.
sebanyak dua kali serta untuk tetap menjaga produk agar tetap segar pada saat tiba
di luar negeri.
203
204
Narrod et al (2007) menyatakan bahwa aksi kolektif serta kemitraan publik dan
swasta akan menjamin partisipasi petani kecil dalam rantai pasokan sayuran. Aksi
kolektif akan meningkatkan tawar menawar petani kecil dalam pemasaran hasil
produksinya,
sedangkan
kemitraan
publik
dan
swasta
berperan
dalam
/*&3420324'&%&'((
/%"3%'(5%�%"(
!"#$%&'((
)*+*,-%.%%"(
)#"&#+'7%3#4(
6'&3*,(54#720&'(
8'-4'7%(
/*0%1%&%(
)2%+'3%&(
5*".2024%"()'"*49%(
:*4',-%".(
Gambar 23. Model Manajemen Rantai Pasok Sayuran Yang Melibatkan Petani
Kecil
206
tepat
waktu,
tepat
harga,
transparan,
aman
pangan
dan
aspek
dari imbalan yang diperoleh VCC dari setiap volume sayuran yang terkirim dan
memenuhi persyaratan untuk diekspor ke Singapura.
Berdasarkan hasil evaluasi terdapat dua tipe resiko yang dihadapi pihak
dalam interaksi antara petani kecil-VCC-eksportir dalam pengembangan
manajemen rantai pasok sayuran, termasuk didalamnya pengembangan sistem
layanan logistik pedesaannya. Pertama adalah resiko yang bisa diatasi oleh
interaksi petani kecil-VCC-eksportir, seperti kurang solidnya kelompok tani,
produk cacat yang tinggi karena proses bisnis eksportir yang tidak tepat dan
ketidakmampuan staf lapangan. Kedua adalah resiko yang tidak bisa diatasi oleh
interaksi petani kecil-VCC-eksportir seperti pembatalan pesanan, pembayaran
tunda; kualitas agroinput yang tidak baik dan perubahan iklim yang tidak terduga.
Dalam mengatasi resiko yang tidak bisa diatasi oleh interaksi petani kecilVCC-eksportir, VCC bekerjasama dengan pihak seperti perbankan (Bank
Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia), ACDI VOCA, Syngenta Foundation,
pelaku pasar lain (supermarket dan agroindustri) serta meningkatkan peran dari
pemerintah daerah. Dengan interaksi multipihak tersebut, berbagai resiko-resiko
dapat dikurangi sehingga terjadi peningkatan kinerja pasokan sayuran dan buah
dari petani kecil.
Berdasarkan pembahasan di atas, inovasi kelembagaan yang terdapat dalam
pengembangan manajemen rantai pasok sayuran untuk memenuhi pasar global
terdiri atas 3 (tiga) level, yakni :
a.
Level Produsen berupa sistem kolektif yang meliputi aturan main tata
kelola hubungan antara petani kecil dengan kelompok tani atau
gapoktan yang menerapkan sistem penyerahan atau tidak melakukan
transaksi karena gapoktan merupakan representasi dari petani kecil
b.
Level Rantai Pasok berupa aturan main tata kelola hubungan antara
produsen dengan pasar. Gapoktan sebagai wakil petani melakukan
kontrak tertulis dengan eksportir atau pembeli lainnya yang difasilitasi
dan didampingi oleh VCC.
210
c.
Level Klaster Pertanian berupa aturan main tata kelola interaksi antara
petani kecil dan eksportir dengan stakeholder yang bertujuan untuk
meningkatkan akses petani kecil terhadap agroinput, teknologi,
pembiayaan dan akses pasar. Dalam interaksi tersebut, VCC berperan
sebagai pengelola hubungan atau hub antara petani kecil dengan
berbagai pihak, seperti bank, pemerintah, lembaga donor, perusahaan
agroinput dan lainnya.
211
+ pembiayaan
rantai pasok
peranan fasilitasi ++
konsorsium (Triple Helix
Model)
+
akses thd
pembiayaan rantai
pasok
kebutuhan akses
pembiayaan rantai
pasok
kebutuhan program
pengurangan reject
program pelatihan
manajemen produksi dan
akses thd agroinput
pasca panen
kebutuhan akses
thd agroinput
+
+
akses pasar
risiko keuangan
+
risiko ketersediaan
agroinput
risiko produk reject
+
+
+
ketersediaan agroinput
risiko pasar
+
pasokan produk
+
persediaan
+
permintaan
pendapatan
+
+
+
pembayaran dari
pembeli
piutang pembeli
+
-
pesanan
produk reject
produksi
+
+
kemampuan produksi
+
ketersediaan kas
siklus kas
+
Gambar 24. CLD peranan triple helix model dalam pengembangan manajemen
rantai pasok dan logistik sayuran
Dalam pemodelan sistem, pembahasan peranan triple helix model bisa
dimulai dari bagian mana saja, tetapi dalam artikel ini pembahasan akan dimulai
dari akses pasar. Hal tersebut dilakukan karena VCC memulai aktivitas
pengembangan manajemen rantai pasok sayuran dan buah dengan membangun
pasar bersama eksportir dan pelaku pasar lainnya.
Secara khusus Gambar 25 memperlihatkan peranan fasilitasi Triple Helix
Model dalam meningkatkan akses pasar petani kecil kepada pasar ekspor. Pada
umumnya petani kecil Indonesia memasarkan hasil produksi sayuran dan buahnya
ke pasar tradisional melalui pedagang pengumpul lokal. Selain itu, petani kecil
tidak memiliki kapasitas untuk mengakses pasar ekspor secara langsung. Dengan
demikian, semakin tinggi produksi yang dilakukan petani kecil maka akan
semakin tinggi pula risiko pasar yang dihadapi. Risiko pasar tersebut berupa risiko
fluktuasi harga karena petani memasarkan ke pasar tradisional. Semakin tinggi
risiko pasar menyebabkan kebutuhan akses terhadap pasar ekspor ataupun pasar
terstruktur lainnya (pasar berbasis kontrak, seperti ekspor, agroindustri,
supermarket dan jasa pangan) semakin meningkat pula. Kebutuhan akses pasar
yang meningkatkan menyebabkan peranan triple helix model semakin
212
meningkat untuk memberikan layanan akses pasar kepada petani kecil terhadap
pasar terstruktur. Akses pasar yang semakin meningkat karena difasilitasi oleh
triple helix model akan menurunkan risiko pasar yang dihadapi petani kecil.
Interaksi berbagai variabel tersebut akan menghasilkan umpan balik negatif
(negative feedback) yang berarti setiap akses pasar yang difasilitasi oleh triple
helix model akan menuju ke arah kesetimbangan untuk mengurangi risiko pasar
yang dihadapi petani kecil.
Selain itu, akses pasar yang meningkat menyebabkan permintaan dan
pesanan yang diterima petani kecil akan meningkat sehingga dapat dijadikan
pijakan dalam jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Interaksi berbagai variabel seperti produksi, risiko pasar, kebutuhan akses pasar,
peranan triple helix model, akses pasar, permintaan dan pesanan akan
membentuk umpan balik positif (positive feedback) yang berarti peningkatan
akses pasar yang difasilitasi triple helix model akan mengasilkan perilaku
pertumbuhan atau penguatan terhadap pesanan yang diterima petani kecil.
peranan fasilitasi
konsorsium (Triple Helix
Model)
+
akses pasar
kebutuhan akses pasar
+
risiko pasar
+
permintaan
+
+
pesanan
produksi
Gambar 25. CLD peranan triple helix model dalam peningkatan akses pasar
213
peranan fasilitasi
konsorsium (Triple Helix
Model)
+
kebutuhan program
pengurangan reject
+
program pelatihan
manajemen produksi dan
pasca panen
produk reject
Gambar 26. CLD peranan triple helix model dalam mengurangi risiko produk
yang ditolak
Gambar 26 memperlihatkan peranan triple helix model dalam
memberikan layanan akses terhadap agroinput yang berkualitas.
Semakin
peranan fasilitasi
konsorsium (Triple Helix
Model)
+
+
akses thd agroinput kebutuhan akses
thd agroinput
-
+
risiko ketersediaan
agroinput
-
ketersediaan agroinput
+
+
produksi
Gambar 27. Peranan triple helix model dalam peningkatan akses terhadap
agroinput
Meningkatnya akses petani kecil terhadap agroinput yang berkualitas akan
menyebabkan tingkat ketersediaan agroinput meningkat sehingga mampu
meningkatkan produksi dan menurunkan risiko ketersediaan agroinput. Interaksi
berbagai variabel dengan risiko ketersediaan agroinput akan menghasilkan umpan
balik negatif yang berarti peranan triple helix model dalam meningkatkan akses
terhadap agroinput akan mengarah pada kesetimbangan untuk mengurangi risiko
ketersediaan agroinput.
Meningkatnya kapasitas produksi menyebabkan meningkatnya jumlah
persediaan yang dimiliki petani kecil meningkat. Petani kecil menyimpan hasil
produksinya dalam jangka waktu pendek, yaitu kurang dari 3 (tiga) hari, karena
daya tahan hasil produksnya yang terbatas. Jumlah persediaan yang meningkat
akan meningkatkan jumlah pasokan produk ke eksportir. Pembayaran yang
dilakukan eksportir cukup lama, berkisar antara 14-21 hari. Hal tersebut berarti
dalam jangka waktu tertentu akan meningkatkan jumlah piutang yang dimiliki
petani kecil. Jumlah piutang yang meningkat menyebabkan kebutuhan untuk
akses pembiayaan rantai pasok (supply chain financing) semakin meningkat pula.
Dengan demikian, peranan triple helix model untuk memberikan layanan akses
terhadap pembiayaan menjadi meningkat pula.
Pelayanan akses terhadap pembiayaan yang dilakukan triple helix model
akan meningkatkan akses terhadap pembiayaan rantai pasok. Adanya pembiayaan
rantai pasok berupa dana talangan (bridging finance) akan meningkatkan
215
akses thd
pembiayaan rantai
pasok
+
peranan fasilitasi +
konsorsium (Triple Helix
Model)
kebutuhan akses
pembiayaan rantai
pasok
pembiayaan
rantai pasok
+
risiko keuangan
+
+
pembayaran dari
pembeli
produksi
kemampuan produksi
+
siklus kas
ketersediaan kas
Gambar 28. CLD peranan triple helix model dalam akses pembiayaan rantai
pasok
Selain itu, interaksi variabel yang terkait dengan peranan triple helix
model dalam pelayanan akses terhadap pembiayaan rantai pasok dengan jumlah
piutang yang dimiliki petani kecil akan menghasilkan umpan balik negatif
(negative feedback). Hal tersebut berarti bahwa peningkatan akses terhadap
pembiayaan rantai pasok akan mengarah pada kesetimbangan untuk mengurangi
jumlah piutang yang dimiliki petani kecil.
216
LATIHAN
Buatlah 2 (dua) contoh pengembangan kasus agribisnis di bidang industri
makanan dan non makanan. Kemukakan jawaban Anda dalam bentuk
essay masing-masing minimal 5 halaman.
217
REFERENSI
1. Austin J E. 1981. Agroindustrial Project Analysis. The Economic
Development Institute of The World Bank. The Johns Hopkins University
Press. Baltimore.
2. Arifin, Bustanul. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Buku Kompas
3. Davis, H. H. and R. A. Goldberd. 1957. A Concept Of Agribusiness. Boston :
Graduate School of Business, Havard University.
4. Downey, W. D. dan S. P. Erickson. 1992. Manajem Agribisnis. Edisi Kedua.
Terjemahan R. Ganda s. Dan A. Sirait. Jakarta: Erlangga.
5. Gumbira-Said, E. A. Hariszt, I. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia.
6. Saragih, B. 2010. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi
Berbasis Pertanian. IPB Press.
7. Saragih, B. 2010. Refleksi Agribisnis. IPB Press.
8. Cuevas R. 2004. Food Engineering, Quality and Competitiveness in Small
Food Industry Systems Eith Emphasis on Latin America and The Caribbean.
Food and Agriculture Organizations of The United Nations. Rome.
9. Maani, K, E., and Cavana, R, Y. 2007. Systems Thinking, System Dynamics :
Managing Change and Complexity. Pretice Hall.
10. Mosher, 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Yasguna, Jakarta
11. Pambudy. Rahmat. 2010. Membangun Indonesia Melalui Kepemimpinan
Entrepreneur Agribisnis.
12. Paul Roy E. 1967. Exploring Agribusiness. The Interstate Printers and
Publishers, Inc. Illinois.
13. Perdana, T., Purnomo, D., Kharisma, B. 2009. Rancangbangun Simulator
Kebijakan Pengembangan Sistem Rantai Pasokan Industri Perberasan Untuk
Mewujudkan Ketahanan Jawa Barat. Laporan Akhir Penelitian Strategis
Nasional.
14. Ricketts C and O. Rawlins. 2001. Introduction to Agribusiness. Delmar
Thomson Learning. Albany.
15. Seperich GJ, M W Whoolverton and J G Beierlein. 1994. Introduction to
Agribusiness Marketing. Prentice Hall Career and Technology. New Jersey.
16. Soehardjo, A. 1997. Sistem Agribisnis dan Agroindustri. Makalah Seminar.
MMA-IPB. Bogor
17. Sogo Kenkyu. 1998. An Economic Evolution in External economies from
Agriculture by the Replacement Cost Method. National Research Institute of
Agricultural Economics, MAFF. Japan.
18. Yoshida, K. 1994. An Economic Evoluatin of Multifunctional Roles of
Agricultural and Rural areal in Japan. Ministry of Agricultural Forestry.
Japan
19. Buku, Laporan, Artikel Jurnal yang Terkait dengan Agribisnis
218
219